Anda di halaman 1dari 88

PENGGUNAAN PATI BUAH PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.

SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR

PADA TABLET ALOPURINOL SECARA GRANULASI BASAH

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Oleh:
RENNY JUNETTY
0606041043

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN FARMASI

PROGRAM SARJANA EKSTENSI FARMASI

DEPOK

2008

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


SKRIPSI : Penggunaan Pati Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca L.)

Sebagai Bahan Penghancur pada Tablet Alopurinol Secara

Granulasi Basah

NAMA : Renny Junetty

NPM : 0606041043

SKRIPSI INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

DEPOK, DESEMBER 2008

Dra. Rosmala Dewi, Apt Dr. Hasan Rachmat, Apt


PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Tanggal Lulus Ujian Sidang Sarjana : 22 Desember 2008

Penguji I : Dr. Joshita D, MS......................................................

Penguji II : Dr. Abdul Munim, MS............................................

Penguji III : Dra. Sabarijah WittoEng,SKM ...............................

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


KATA PENGANTAR

Puji syukur, hormat serta kemuliaan penulis panjatkan kehadirat Yesus

Kristus atas kasih karunia, kuasa, kekuatan, hikmat dan anugerah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

Penggunaan Pati Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca L.) sebagai Bahan

Penghancur pada Tablet Alopurinol secara Granulasi Basah yang

pengujiannya dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Departemen

Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)

Universitas Indonesia, kampus baru UI-Depok.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam

rangka memperoleh sebutan Sarjana Farmasi di Program Sarjana Ekstensi,

Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan

dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materiil. Pada kesempatan ini

penulis berkeinginan untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dra. Rosmala Dewi, Apt selaku dosen pembimbing I dalam penulisan

skripsi ini.

2. Dr. Hasan Rachmat, Apt selaku dosen pembimbing II dalam penulisan


skripsi ini.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


3. Dr. Yahdiana Harahap, Apt selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA

Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengerjakan dan menyelesaikan penelitian ini.

4. Drs.Umar Mansur, M.Sc selaku pembimbing akademis yang telah

memberikan nasihat maupun dukungannya kepada penulis.

5. Prof. Dr. Effionora Anwar selaku Kepala Laboratorium Formulasi Tablet

6. Dr. Silvia Surini, M.Pharm selaku Kepala Laboratorium Farmasetika.

7. Drs. Hayun, M.Si selaku Kepala Laboratorium Kimia Kuantitatif

8. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan didikannya selama penulis menuntut ilmu.

9. Seluruh staf laboratorium farmasetika, formulasi tablet dan kimia

Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

10. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan.

11. Teman-teman Ekstensi angkatan 2006, Christina Pratiwi, Dewi

Komalasari, Dharnita Cernalia, Margareth dan Usi Afiah Zain atas doa

dan semangat yang diberikan kepada penulis.

12. Semua pihak yang terlibat, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat dan rahmat-Nya atas

kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

mendapatkan hasil yang lebih sempurna.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

umumnya dan penulis khususnya dalam menjalankan profesinya kelak.

Depok, Desember 2008

Penulis

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


ABSTRAK

Pati/amilum dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembantu dalam suatu

formulasi tablet. Salah satu penghasil pati adalah buah pisang raja yang

mengandung 70-95% pati dalam keadaan buah yang masih mengkal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pati buah pisang raja

sebagai bahan penghancur pada tablet Alopurinol secara granulasi basah.

Dalam formulasi digunakan bahan penghancur pati buah pisang raja dan pati

jagung sebagai pembanding dengan masing-masing konsentrasi 5%, 10%

dan 15% w/w. Karakterisasi pati buah pisang raja meliputi: kadar air, kadar

abu, derajat keasaman (pH), indeks kompresibilitas serta bentuk dan ukuran

partikel. Tablet yang diformulasi dievaluasi meliputi: organoleptis, ketebalan,

diameter, kekerasan, keregasan, waktu hancur, penetapan kadar dan uji

disolusi. Hasilnya menunjukkan bahwa pati buah pisang raja dapat digunakan

sebagai bahan penghancur tablet Alopurinol yang dibuat secara ganulasi

basah.

Kata Kunci :
Pati, Pisang, Penghancur, Tablet
xiv + 75 hal. ; gbr. ; tab. ;lamp.
Bibliografi: 29 (1971-2008)

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


ABSTRACT

Starch can be used as excipient in tablet formulation. One of source of starch

can be obtained from fruit of Musa paradisiaca var.sapientum which

containing 70-95% starch in unripe fruits. The objective of this research was to

observe the ability of starch obtained from Musa paradisiaca var.sapientum as

disintegrant in Alopurinol tablet formulation by wet granulation. In tablet

formulation, Musa paradisiaca var.sapientum starch was used as disintegrant

compared to maize starch at concentrations 5%, 10% and 15% w/w.

Properties of the Musa paradisiaca var.sapientum starch evaluated were:

percentages of moisture and ash, pH, Scanning Electron Micrograph of starch

granule, bulk and tapped densities. The tablets were evaluated for

organoleptic, diameter, hardness, friability, disintegration time, assay and

dissolution test. Results obtained indicate that Musa paradisiaca. var

sapientum starch can be used as disintegrant in wet granulation Alopurinol

tablets.

Key words :
Banana, Starch, Disintegrant, Tablet
xiv + 75 pages; pictures; tables; appendixes
Bibliography : 29 (1971-2008)

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………..... iii

ABSTRAK …………………………………………………………………....... vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….......... ix

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………........... xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ………………………………………………………...… 1

2. Tujuan Penelitian ………………………………………………........... 3

3. Hipotesis ………………………………………………………………. 3

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman pisang Raja ……………………………………………….. 4

2. Buah pisang Raja …………………………………………. 8

3. Pati Pisang ………………………………………….. 9

4. Tablet ……………………………………………………………........ 11

5. Monografi Alopurinol ……………………………………………....... 19

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


C. METODE PENELITIAN

1. Bahan ……………………………………………………….20

2. Alat ……………………………………………………….20

3. Cara Kerja ……………………………………………………….21

4. Penetapan Kadar ……………………………………………………….28

5. Disolusi ……………………………………………………….29

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ……………………………………………………….32

2. Pembahasan ……………………………………….....................……….34

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ………………………………………….…........... 48

2. Saran …………………………………………….........………….48

DAFTAR ACUAN …………………………………………………………… 49

GAMBAR ......................................................................................................52

TABEL .......................................................................................................... 63

LAMPIRAN ................................................................................................... 66

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman Pisang .................................................................. 5

Gambar 2. Buah Pisang ……………………………………………… 8

Gambar 3. Pati Pisang Dalam Jaringan .................................................. .... 9

Gambar 4. Struktur Amilosa ………………………………………… 10

Gambar 5. Struktur Amilosa .........................................................................10

Gambar 6. Komponen Tablet ……………………………………………....13

Gambar 7. Buah Pisang Raja Mengkal .........................................................52

Gambar 8. Pati Buah Pisang Raja................................................................52

Gambar 9. Skema Pembuatan Pati Buah Pisang Raja................................53

Gambar 10. SEM Pati Buah Pisang Raja perbesaran 2000x....................... 54

Gambar 11. SEM Pati Buah Pisang Raja perbesaran 1000x........................ 54

Gambar 12. Tablet Alopurinol Formula A – F………………………………. ...55

Gambar 13. Diagram Evaluasi Waktu alir Granul A-F....................................56

Gambar 14. Diagram Bj bulk dan Bj mampat Granul A-F.............................56

Gambar 15. Diagram Indeks Kompresibilitas Granul A-F............................ 57

Gambar 16. Kurva Kalibrasi Alopurinol dalam HCl 0,1N............................. 57

Gambar 17. Spektrum serapan Alopurinol dalam HCl 0,1N........................ 58

Gambar 18. Spektrum Kalibrasi Alopurinol dalam HCl 0,1 N.................... 58

Gambar 19. Diagram Penetapan Kadar Tablet Alopurinol........................ 59

Gambar 20. Diagram Keregasan Tablet Alopurinol................................... 50

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 21. Diagram Kekerasan Tablet Alopurinol................................. 60

Gambar 22. Waktu Hancur Tablet Alopurinol.......................................... 60

Gambar 23. Persentase Laju Terdisolusi Tablet Alopurinol Formula A-F... 61

Gambar 24. Persentase Laju Terdisolusi Penghancur 5%.......................... 61

Gambar 25. Persentase Laju terdisolusi Penghancur 10% ..........................62

Gambar 26. Persentase Laju terdisolusi Penghancur 15% ..........................62

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Tablet Alopurinol …………………………………… 24

Tabel 2. Karakterisasi Pati Buah Pisang Raja................................................63

Tabel 3. Evaluasi Granul Alopurinol ……………………………..….……… 63

Tabel 4. Evaluasi Tablet Alopurinol …………………………………..…… 64

Tabel 5. Kurva Kalibrasi Alopurinol dalam HCl 0,1N .................................. 64

Tabel 6. Laju Terdisolusi Tablet Alopurinol Formula A-F.............................. 65

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Keregasan Tablet ..................................................... 66

Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi Linear ....................................... 67

Lampiran 3. Perhitungan Penetapan Kadar Tablet ........................................... 68

Lampiran 4. Perhitungan Laju Disolusi Tablet ................................................... 69

Lampiran 5. Sertifikat Analisa Laktosa............................................................... 70

Lampiran 6. Sertifikat Analisa Magnesium stearat ............................................ 71

Lampiran 7. Sertifikat Analisa Natrium metabisulfit ........................................... 72

Lampiran 8. Sertifikat Analisa Povidon ............................................................ 73

Lampiran 9. Sertifikat Analisa Talk .................................................................... 74

Lampiran 10. Sertifikat Analisa Alopurinol ......................................................... 75

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang dikonsumsi

per oral dan telah secara umum digunakan oleh pasien (1). Dalam

pembuatan tablet tersebut zat aktif akan dibantu oleh suatu bahan-bahan

tambahan atau yang disebut dengan eksipien untuk memenuhi penampilan

suatu tablet. Definisi eksipien adalah zat yang digunakan dalam suatu

formula yang tidak memiliki khasiat farmakologik untuk pengobatan penyakit

tertentu. Bahan eksipien haruslah bersifat inert dan kompatibel dengan

semua komponen yang ada dalam formula serta tidak berinteraksi dengan

zat aktif. Jumlah bahan eksipien dalam formulasi tablet umumnya lebih

banyak daripada zat aktif dan sama seperti substansi obat, eksipien dapat

diperoleh dari alam maupun sintetis (2). Kegunaan bahan eksipien dalam

tablet dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur maupun

pelincir yang sifatnya hanyalah sebagai alat bantu pada proses pembuatan

obat (processing aid).

Bahan penghancur (disintegrant) merupakan salah satu komponen dari

bahan ekspien dalam tablet. Bahan ini menyebabkan tablet yang utuh akan

menjadi pecah bila terkena dengan kelembaban atau air. Oleh karena itu

sifatnya akan berlawanan dengan efek dari bahan pengikat. Disintegrants

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


akan mempengaruhi waktu hancur dari tablet dengan metode swelling yang

memodifikasi penetrasi dari cairan. Didalam teknologi pembuatan tablet,

bahan penghancur dapat ditambahkan sebagai penghancur dalam maupun

penghancur luar untuk mendapatkan daya kerja yang efektif dan optimal (3).

Pati atau dikenal juga dengan amilum, secara ekstensif digunakan menjadi

bahan eksipien oleh industri farmasi yang berfungsi sebagai penghancur,

pengikat maupun pengisi dalam suatu formulasi tablet (5). Sebagai bahan

penghancur, pati akan mengabsorpsi air yang akan diikuti pecahnya inti dari

tablet tersebut (3). Salah satu penghasil pati alami yakni buah pisang yang

mengandung kadar pati sebesar 70-80% pada keadaan mengkal atau belum

masak (4). Pisang yang merupakan tanaman asli benua Asia ini diproduksi

dalam jumlah besar baik di area tropik maupun sub tropik.

Musa paradisiaca var sapientum yang merupakan bahasa Latin dari

pisang raja dapat dengan mudah ditemui di daratan Indonesia. Tanaman

pisang raja tumbuh di daerah yang memiliki iklim tropis dan lembab. Di

Indonesia sendiri tanaman pisang raja ini banyak dibudidayakan oleh

masyarakat karena banyak dikonsumsi sebagai asupan nutrisi yang

bermanfaat bagi tubuh. Buah dari tanaman pisang raja ini dapat dijadikan

salah satu bahan alternatif penghasil pati yang merupakan komponen utama

dari buahnya yang belum matang (immature fruit). Buah pisang raja ini

memiliki rasa yang manis bila dibandingkan dengan jenis pisang lainnya

yakni pisang ambon yang memiliki rasa asam sehingga pisang raja aman

dikonsumsi bagi penderita asam lambung. Adapun penggunaan pati dari

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


buah pisang raja ini dapat dijadikan suatu bahan eksipien baru yang dapat

digunakan dalam formulasi tablet.

Pada penelitian ini dilakukan studi mengenai kemampuan pati alami

(native) yang berasal dari buah pisang raja yang akan digunakan sebagai

bahan penghancur dalam tablet yang dibuat secara granulasi basah dan juga

karakteristiknya pada tablet tersebut. Alopurinol merupakan zat aktif yang

digunakan sebagai model formulasi untuk membandingkan penggunaan pati

jagung yang telah digunakan secara umum pada formulasi tablet dengan

penggunaan pati buah pisang raja yang keduanya dapat digunakan sebagai

penghancur tablet (disintegrants). Alopurinol merupakan obat anti reumatik

yang berfungsi menurunkan asam urat. Alopurinol sendiri banyak dikonsumsi

oleh hampir sebagian penduduk Indonesia yang menderita penyakit asam

urat.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pati buah

pisang raja sebagai bahan penghancur pada tablet Alopurinol sebagai model

formulasi yang dibuat secara granulasi basah.

C. Hipotesa

Pati buah pisang raja dapat dijadikan sebagai bahan penghancur pada

tablet Alopurinol yang dibuat secara granulasi basah.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Pisang Raja

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di

Asia Tenggara yang kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika

Selatan dan Tengah (6). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah

Asia tenggara dengan pusat keanekaragaman utama pada wilayah Indo-

Malaya dan manusia telah mengkonsumsi pisang sejak zaman dahulu kala

(7,13).

Kata pisang berasal dari bahasa Arab, yakni maus yang oleh Linneus

dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan

kepada Antonius Musa yang adalah dokter pribadi dari kaisar Romawi,

Octaviani Agustinus. Itulah sebabnya dalam bahasa Latin, pisang disebut

sebagai Musa paradisiaca L. Negara-negara penghasil pisang yang terkenal

di antaranya adalah Brasilia, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador,

Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Hawai (13).

Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia. Di

Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena sekitar 50%

persen produksi pisang Asia berasal dari Indonesia. Hampir disetiap tempat

di daerah dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Iklim tropis yang

sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah

Indonesia merupakan daerah penghasil pisang (13). Sentra produksi pisang

di Indonesia adalah: Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta,

Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan,

Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur (Banyuwangi, Malang),

Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung), Sumatera

Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI,

OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi,

Maluku, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Indonesia termasuk salah satu

negara tropis yang memasok pisang segar atau kering ke Jepang, Hongkong,

Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri Belanda, Amerika Serikat dan

Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997 adalah ke Cina (6). Pisang

tidak mengenal musim panen dan dapat berbuah setiap saat (13).

Gambar 1. Tanaman Pisang

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Pembagian jenis pisang antara lain: (6)

1. Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak

yaitu M. Paradisiaca var sapientum, M. nana atau disebut juga M.

cavendishii, M. Sinensis. Misalnya pisang Ambon, Susu, Raja,

Cavendish, Barangan dan Mas.

2. Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak

yaitu M. paradisiaca forma typica atau disebut juga M. paradisiaca

normalis. Misalnya, pisang nangka, tanduk dan kepok.

3. Pisang berbiji yaitu Musa brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan

daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk.

4. Pisang yang diambil seratnya

Misalnya pisang manila (abaca).

Adapula yang membagi menjadi 2 kelompok berdasarkan cara

mengkonsumsinya yakni:

1. Banana

Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar

setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan

unripe.

2. Plantain

Sedangkan Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng,

direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk

dan uli.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Pisang Raja merupakan buah yang berasal dari taksonomi: (6)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Musaceae

Marga : Musa

Jenis : Musa paradisiaca L.

Buahnya merupakan produk utama dari tanaman pisang Raja. Pisang Raja

ini dapat dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, dimasak ataupun diolah

menurut cara-cara tertentu. Pertumbuhan tanaman pisang raja yang sangat

cepat dan terus-menerus dapat memberikan hasil yang maksimal.

Pisang memerlukan tempat tumbuh di iklim tropik yang hangat dan

lembab. Meskipun demikian, karena pisang sangat disukai untuk dikonsumsi

maka biasanya masyarakat menanamnya dilahan pekarangan rumah

mereka, yang mana pada tempat tersebut hanya memberikan kecepatan

tumbuh rata-rata yang memberikan hasil minimum saja.

Suhu juga merupakan faktor pertumbuhan tanaman pisang. Utamanya di

sentra-sentra produksi pisang ini, suhu udaranya tidak pernah turun sampai

dibawah 150 C dengan jangka waktu yang cukup lama. Suhu optimum untuk

pertumbuhan pisang adalah sekitar 270 C. Di dataran tinggi pada daerah

ekuator, pisang tidak dapat tumbuh pada ketinggian diatas 1600 meter diatas

permukaan laut. Kebanyakan tanaman pisang tumbuh dengan baik pada

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


lahan yang terbuka. Dalam keadaan cuaca berawan atau dibawah naungan

ringan, daur pertumbuhannya sedikit panjang dan tandannya lebih kecil.

Pisang sangat sensitif terhadap angin kencang, yang akan merobek-robek

daunnya, menyebabkan distrosi tajuk dan dapat merobohkan pohonnya.

Diperlukan pasokan air untuk pertumbuhan optimalnya dan curah hujan

hendaknya 200-220 mm. Dan kelembaban tanahnya jangan kurang dari 60-

70% dari kapasitas lapangan sehingga sebagian besar lahan memerlukan

pengairan terhadap tanaman. Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan

pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan

dan aerasi yang baik. Kesuburan yang tinggi akan sangat menguntungkan

dan kandungan bahan organiknya hendaknya 3% atau lebih. Tanaman

pisang toleran terhadap pH 4,5 – 7,5 (27).

B. Buah Pisang Raja

Buah pisang merupakan salah satu penghasil energi yang cukup besar,

selain juga mengandung zat gizi penting lainnya (26). Pisang, khususnya

buahnya merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat (6).

Gambar 2. Buah Pisang Raja

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Buah pisang raja ukurannya sedang dan gemuk. Bentuk buahnya

melengkung dengan pangkal buah agak bulat. Daging buahnya ini sangat

manis, berwarna kuning kemerahan, bertekstur lunak dan tidak berbiji.

Panjang buahnya antara 12-18 cm dengan bobot rata-rata 110-120 gram.

Pisang Raja cocok untuk hidangan buah segar ataupun olahan. Kulit

buahnya tebal dan berwarna kuning berbintik hitam pada buah yang telah

masak. Ukuran buah cukup besar dengan diameter 3,2 cm dan panjang

12-18 cm. Daging buah yang telah matang berwarna kuning kemerahan dan

bila dimakan terasa legit dan manis dengan aroma harum. Dalam satu

tandan terdapat 6-9 sisir (setiap sisir berisi 14-16 buah) dengan berat per

tandan 12-16 kg. Bunga muncul 14 bulan sejak anakan dan buah akan

masak 5,5 bulan kemudian (27).

C. Pati Pisang

Pati adalah polimer glukosa yang merupakan salah satu jenis karbohidrat.

Pati merupakan polisakarida paling melimpah kedua di alam. Pati terdiri atas

dua tipe molekul, amilosa (20-30%) dan amilopektin (70-80%) (8).

Gambar 3. Pati dalam jaringan pisang (19,23)

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Amilosa adalah rantai lurus polimer dan mempunyai molekul yang lebih

ringan. Ketika dingin amilosa membentuk gel karena ikatan hidrogen antara

rantai lurus.

Gambar 4. Struktur Amilosa

Amilopektin memiliki rantai yang bercabang, ketika dingin amilopektin

mengental tetapi tidak membentuk gel, karena strukturnya yang bercabang.

Gambar 5. Struktur Amilopektin

Pati yang terdapat pada buah pisang berjumlah 70-80% pada keadaan belum

matang/berwarna hijau (4).

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Komposisi Kimia Pati Pisang (10,11)

Komponen Pati pisang (%)


Kadar air 10,79 ± 0 ,10
Kadar abu 0,25 – 0,4
Lemak 0,04 – 2,31
Protein 1,03 ± 0,25
Total Pati 92,5 – 97,20
Amilosa total 37,4 ± 0,6

D. Tablet

Nama tablet berasal dari kata tabuletta, yaitu lempeng pipih (14).

Definisi lain menyebutkan bahwa tablet adalah sediaan padat yang

mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (16). Warna pada

tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna dapat disebabkan oleh zat

aktifnya yang mempunyai warna maupun dengan sengaja diberikan zat

pewarna untuk terlihat lebih menarik, mencegah pemalsuan ataupun

bertujuan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain

produsennya.

Dewasa ini hampir keseluruhan obat dibentuk dalam sediaan tablet.

Sediaan dalam bentuk tablet sangat menguntungkan karena dapat dibuat

dengan teknologi mesin dan harganya pun relatif murah. Tablet takarannya

tepat, dikemas secara baik, praktis dalam transportasi dan penyimpanannya

(stabilitas obat terjaga dalam sediaannya) serta mudah untuk ditelan.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Sediaan tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat,

umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai,

dengan menggunakan tekanan tinggi.

1. Pembuatan tablet (14)

a. Granulasi basah

Metode ini dilakukan apabila zat khasiatnya tahan terhadap

pemanasan dan air. Dibuat dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat

pengisi dan zat penghancur sampai homogen, lalu dibasahi dengan

larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah dengan bahan pewarna.

Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari

pengering pada suhu 400–500 C. Setelah kering, lalu diayak lagi

untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan

ditambahkan dengan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan

mesin cetak tablet. Cara granulasi basah ini menghasilkan tablet yang

lebih baik dan dapat disimpan lama.

b. Granulasi kering

Metode ini tidak memakai bahan pembasah, dan dapat dibuat untuk

zat aktif yang peka terhadap panas dan lembab. Setelah tercampur

menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada

tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slugging) yang tidak

berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi

sesuai ukuran tablet yang diinginkan.

c. Cetak langsung

Metode ini dilakukan apabila, jumlah zat berkhasiat per tabletnya

cukup untuk dicetak, zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik

(free-flowing), dan zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifat free-

flowing.

2. Komponen tablet (14)

pengisi
penghancur

zat
aktif
pengikat

pelincir

tambahan

Gambar 6. Komponen tablet

a. Zat aktif

Bahan aktif ini merupakan komponen penting dalam formulasi tablet,

karena zat aktif merupakan zat berkhasiat yang dapat memberikan

efek terapeutik terhadap suatu penyakit.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


b. Zat tambahan (eksipien)

Bahan–bahan ini tidak boleh membahayakan dalam jumlah yang

digunakan dan tidak mengurangi efek terapi. Zat tambahan ini juga

membantu zat aktif dalam pengisian tablet, diantaranya berupa :

1) Bahan pengisi

Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil, atau sulit

dikempa (misalnya alkaloida, hormon, vitamin, dan sebagainya)

diperlukan bahan pengisi untuk memungkinkan suatu pencetakan.

Bahan pengisi dapat berupa glukosa, namun yang paling umum

digunakan adalah jenis pati (pati kentang, gandum, atau jagung)

dan laktosa.

2) Bahan Pengikat

Kelompok bahan tambahan ini dimaksudkan untuk memberikan

kekompakan dan daya tahan pada tablet. Bahan pengikat dalam

jumlah yang memadai ditambahkan ke dalam bahan yang akan

ditabletasi melalui bahan pelarut atau larutan bahan perekat yang

digunakan pada saat granulasi. Sebagai bahan pengikat yang khas

antara lain : gula dan jenis pati, gelatin, gom arab, dan tragakan.

Bahan pengikat yang digunakan untuk membuat granulat adalah

polivinilpirolidon.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


3) Bahan Pelincir

Bahan pelincir dapat diartikan sebagai bahan pengatur aliran,

bahan pelincir, dan bahan pemisah hasil cetakan. Bahan pelincir

yang dapat digunakan adalah talk, magnesium stearat, dan

sebagainya.

4) Bahan Pengatur Aliran (Glidant)

Bahan pengatur aliran berfungsi memperbaiki daya luncur masa

atau granulat yang ditabletasi dan menjamin bahwa materi yang

ditabletasi mudah mengalir dari pengisi ke dalam cetakan.

5) Bahan Penghancur

Sebagai bahan tambahan pembuatan tablet, bahan penghancur

memiliki arti yang khusus. Hal ini disebabkan jenis tablet apapun

harus dengan cepat, hancur di dalam air atau cairan lambung.

Formaldehida gelatin (formolgelatin) merupakan bahan penghancur

yang sangat baik.

6) Bahan Pewarna (Ajuvant)

Bahan ini umumnya ditambahkan untuk memberi nilai estetika atau

identitas produksi tablet tersebut.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


3. Evaluasi mutu tablet (14)

a. Sifat Organoleptis

Warna pada tablet bertujuan agar tablet tersebut cepat dikenal serta

diterima oleh konsumen. Bau dari suatu tablet dapat menunjukan

adanya masalah kestabilan, sedangkan rasa sangat penting bagi

penerimaan konsumen atas tablet kunyah. Dimensi serta bentuk tablet

cetak ditentukan oleh peralatan selama proses pencetakan. Ukuran

dan bentuk tablet dapat juga mempengaruhi dalam pemilihan mesin

tablet.

b. Ketebalan

Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada

jumlah pengujian minimal 20 tablet.

c. Diameter Tablet (15)

Untuk ukuran diameter tablet, pada persyaratan yang tercantum dalam

Farmakope Indonesia Edisi III, tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang

dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


d. Keregasan

Merupakan pengujian sifat fisik terhadap permukaan tablet terhadap

gesekan yang dialami oleh tablet pada saat peracikan, pengemasan,

dan pendistribusian. Uji ini menggunakan alat friabilator tester.

e. Kekerasan

Kekerasan tablet yang cukup merupakan persyaratan penting bagi

penerimaan konsumen. Kehilangan berat lebih kecil dari 0,5 % sampai

1 % masih dapat dibenarkan. Alat penguji kekerasan disebut hardness

tester.

f. Waktu Hancur

Bagi tablet, langkah penting pertama sebelum terlarut adalah

pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil atau granul. Langkah ini

disebut disintegrasi. Pada persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III,

waktu hancur tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit,

sedangkan untuk tablet bersalut tidak lebih dari 60 menit. Dilakukan

dengan suatu alat yang disebut desintegrator tester.

g. Disolusi (28)

Laju absorpsi dari obat–obat yang bersifat asam dan diabsorbsi

dengan mudah dalam saluran pencernaan sering ditetapkan dengan

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


laju larut obat dari tablet. Para ahli farmasi industri secara rutin

melakukan uji disolusi atas berbagai formula. Harga–harga t50%, t90%,

dan persentase yang melarut selama 30 menit dipakai sebagai

pegangan. Harga t50% adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh 50

% obat untuk masuk ke dalam larutan (melarut). Harga t90% selama 30

menit biasanya dianggap cukup memuaskan, karena batas kelarutan

USP/NF tidak kurang dari 75% melarut dalam 45 menit.

h. Penetapan Kadar

Uji ini merupakan suatu prosedur untuk menjamin kadar zat aktif

dalam formulasi tablet berada pada batas yang ditentukan.

i. Keseragaman Sediaan (16)

1). Keragaman Bobot

Pada Farmakope Indonesia Indonesia Edisi IV, uji ini berlaku pada

sediaan tablet yang mengandung kadar zat aktif ≥ 50 mg atau

konsentrasi zat aktif ≥ 50%.

2). Keseragaman Kandungan

Berlaku pada kadar zat aktif < 50 mg atau konsentrasi zat aktif

< 50%.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


E. Monografi Alopurinol (16)

Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari

101,0% C5H4N4O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pada sediaan tablet, terkandung Alopurinol tidak kurang dari 93,0 % dan

tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

Nama Sinonim : Allopurinolum

Rumus Molekul : C5H4N4O

Berat Molekul : 136,11

Rumus Bangun Alopurinol:

Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hampir putih ;

berbau lemah.

Kelarutan : Sangat Sukar Larut dalam air dan etanol

Larut dalam larutan kalium dan natrium

hidroksida (18)

Praktis Tidak Larut dalam kloroform dan

dalam eter.

Indikasi : Gout (17)

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan

Buah pisang raja (Pasar Pulo-gadung, Jakarta Timur), Alopurinol (Nanjing

Pharma Chemical Plant), Povidone K30 USP (BASF), Talk (Takehara

Kagayu Kogyo), Magnesium stearat (Faci Asia Pasific PTE LTD), Laktosa

(DMV-Fonterra Excipients), Pati jagung dan Natrium metabisulfit (PT.Bratako

Chemica), HCl dan NaOH (Merck), Air suling

B. Alat

Timbangan analitik (Acculab), Oven (Lab-line Instrument), Moisture analyzer

(AMB 50 Adam Equipment ), Scanning Electron Microscopy,

Spektrofotometer UV-Visibel (Jasco V-630), pH-meter (Eutech pH 510), Flow-

meter (Erweka-GDT), Corong, Tepping (Bulk Density Tester), Jangka sorong,

Friabilator (Erweka-TAR), Hardness meter (Erweka TBH-28), Disintegration

tester (Erweka ZT3), Dissolution tester (Electrolab), mesin pencetak tablet

single punch dan alat-alat gelas.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


C. Cara Kerja

1. Pembuatan pati buah pisang raja (9,10,11)

Pati diisolasi menggunakan modifikasi prosedur dari Luis et al. Buah pisang

raja yang belum matang atau mangkal dan masih berwarna hijau berumur 3-

3,5 bulan dengan panjang buah ± 12 cm dikupas dan dipotong kotak-kotak

ukuran 5-6 cm kubus kemudian dicuci dan direndam dengan larutan Natrium

metabisulfit (2g/l) lalu diblender dengan kecepatan rendah (rasio 1:1 buah

dengan larutan Natrium metabisulfit) selama 2 menit. Hasilnya diperas

dengan melewati mesh 100 lalu larutan hasil perasan didekantasi, filtrat yang

jernih dibuang dan endapannya dikeringkan dalam oven dengan suhu 400

Celcius selama 72 jam lalu digerus dalam mortir dan diayak menggunakan

ayakan 100 mesh dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.

2. Karakterisasi pati buah pisang raja (16, 20,21,24)

a. Penetapan kadar air

Sejumlah ± 2,0 gram zat uji yang ditimbang dimasukkan ke dalam alat

moisture analyzer kemudian alat dinyalakan dan diatur menjadi mode

1 dan distart. Kadar air akan tertera pada alat seketika, setelah alat

berhenti mengukur dan didapatkan dalam bentuk persentase.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


b. Penetapan kadar abu

Sejumlah ± 2,0 gram zat uji yang ditimbang seksama dalam kurs yang

sebelumnya telah dipijarkan, didinginkan dan ditimbang hingga

bobotnya konstan. Pada sampel tersebut ditambahkan 2ml H2SO4 2N,

dipanaskan mula-mula diatas penangas air, kemudian dipanaskan

secara hati-hati diatas nyala api pada temperatur ± 6000 C dan

pemanasan dilanjutkan sampai arang habis terbakar dan dibiarkan

sampai dingin. Setelah itu beberapa tetes asam sulfat 2N ditambahkan

kemudian pemanasan dan pemijaran diulangi sekali lagi lalu dibiarkan

sampai dingin. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan

ammonium karbonat P 16% lalu diuapkan hingga kering dan dipijarkan

hati-hati. Hasil pemijaran didinginkan, ditimbang dan dipijarkan

kembali selama 15 menit. Percobaan ini diulangi hingga diperoleh

bobot yang tetap.

c. Derajat keasaman

Sejumlah kurang lebih 1,0 gram sampel dimasukkan dalam

Erlenmeyer dan ditambahkan 20 ml aquadest, dikocok dengan stirer

hingga basah sempurna. Setelah itu ditambahkan kembali 30 ml

aquadest lalu dihomogenkan. Sampel dibiarkan selama 1 jam hingga

mengendap. Kemudian dilakukan pengukuran filtrat sampel dengan

alat pH meter.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


d. Indeks kompresibilitas

Sejumlah 20 gram sampel dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml lalu

diukur volumenya (V1). Berat jenis bulk = m/V1. Berat jenis bulk

dinyatakan dalam g/cm3. Gelas ukur yang berisi sampel diketuk-

ketukan sebanyak 300 kali. Percobaan diulang dengan 300 ketukan

kedua untuk memastikan volume sampel tidak mengalami penurunan

volume kemudian diukur volumenya (V2). Berat jenis mampat = m/V2.

Berat jenis mampat dinyatakan dalam gram/cm3.

e. Bentuk dan ukuran partikel

Penetapan bentuk dan ukuran partikel dilakukan dengan

menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Sampel terlebih

dahulu dilapisi dengan campuran logam emas dan platina

menggunakan coating vacuum evaporator sehingga granul pati dapat

mengirin sinyal elektron ke alat kemudian diperoleh hasil dalam bentuk

Gambar. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 500-2000 kali

pada 12kV.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


3. Pembuatan tablet alopurinol

Tablet Alopurinol dibuat dengan dosis 100 mg dan bobot tiap tablet ± 300 mg,

diameter ± 0,9 cm dengan menggunakan enam formula (Tabel 1) dimana

granul atau massa tablet dicetak dengan kecepatan putaran mesin 20 rpm.

Pada formula A, B dan C terdapat pati jagung sebagai bahan penghancur

yang umum digunakan dalam tablet sedangkan formula D, E dan F memakai

pati buah pisang raja sebagai bahan penghancur, masing-masing dengan

konsentrasi yang berbeda yakni 5%, 10% dan 15% w/w. Setiap formula

menggunakan Povidon sebagai pengikat dengan konsentrasi 2,5%,Talk dan

Magnesium stearat sebagai pelincir dengan konsentrasi masing-masing 1%

dan juga laktosa sebagai pengisi. Tablet yang dibuat untuk masing-masing

formula berjumlah 200 buah tablet.

Tabel 1.Formulasi Tablet Alopurinol


Formula per tablet (%w/w)
Bahan
A B C D E F
Alopurinol 100 mg
Pati Jagung 5 10 15 – – –
Pati Pisang – – – 5 10 15
Povidon 30 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Talk 1 1 1 1 1 1
Mg stearat 1 1 1 1 1 1
Laktosa ad 100

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


4. Pencampuran

Granul atau massa tablet dibuat dengan cara mencampur Alopurinol sebagai

zat aktif lalu laktosa sebagai bahan pengisi dengan sebagian bahan

penghancur yakni pati jagung ataupun pati buah pisang raja kemudian

dibasahi oleh larutan pengikat povidon dalam etanol hingga terbentuk granul

lembab kemudian diayak dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 400 C

selama ± 48 jam. Setelah kering, granul diayak lalu dicampurkan sisa dari

bahan penghancur, talk dan magnesium stearat sebagai bahan pelincir dan

diaduk homogen selama 5 menit.

5. Evaluasi Granul

a. Waktu alir

Sejumlah 20 gram massa tablet ditimbang, lalu dimasukkan kedalam

corong dan diratakan. Alat flowmeter dinyalakan dan waktu yang

diperlukan seluruh granul untuk mengalir melalui corong dicatat.

b. Indeks Kompresibilitas

Sejumlah 10 gram massa tablet dimasukkan dalam gelas ukur 50 ml,

kemudian diukur volume awalnya (V1). Massa dalam gelas ukur

diketuk-ketukan 600 kali dari ketinggian 2,5 cm sampai volume tetap

(V2). Berat jenis bulk = m/V1, berat jenis mampat = m/V2.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


c. Sudut Istirahat

Sejumlah massa tablet dimasukkan kedalam sebuah corong. Massa

yang jatuh akan membentuk pola kerucut, lalu diukur tinggi (h) dan

jari-jari (r) kerucut tersebut.

α = arc tangen h
r

6. Evaluasi Tablet (20,21,24)

a. Penampilan fisik

Penampilan fisik tablet yang perlu diamati dan diperhatikan adalah

bentuk, warna, konsiistensi dan permukaan tablet serta adanya bau,

rasa dan kerusakan pada tablet tersebut.

b. Keseragaman ukuran

Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan mengukur diameter serta

ketebalan tablet dengan alat jangka sorong. Persyaratan untuk

diameter adalah tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali

tebalnya tablet. (15)

c. Kekerasan tablet

Kekerasan tablet diuji dengan menggunakan hardness meter, dengan

cara meletakkan tablet tegak lurus pada alat kemudian tekan start lalu

dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


d. Keregasan tablet

Keregasan tablet diuji dengan menggunakan friability tester. Sebanyak

10 tablet dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan ditimbang,

kemudian masukkan tablet-tablet tersebut ke dalam alat. Alat

dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit (100 x putaran).

Setelah alat berhenti, keluarkan seluruh tablet bersihkan dari debu dan

ditimbang kembali. Hitung selisih berat sebelum dan sesudah

perlakuan. Tablet dinyatakan memenuhi persyaratan bila kehilangan

berat tidak lebih dari 0,8% (12).

e. Waktu hancur

Uji waktu hancur dilakukan dengan desintegrator tester. Uji ini

dilakukan terhadap 6 buah tablet yang dimasukkan ke dalam 6 buah

keranjang yang dicelupkan dalam media HCl 0,1N dengan suhu 370 C.

Alat dioperasikan dengan kecepatan 30x per menit kemudian dicatat

waktu yang diperlukan sampai tablet tersebut hancur (15,16).

f. Keragaman bobot (15)

Keragaman bobot dilakukan terhadap 20 tablet sampel. Timbang

kedua puluh tablet tersebut, lalu tentukan bobot rata-ratanya. Timbang

juga bobot tablet satu per satu. Tentukan penyimpangan bobot dari

masing-masing tablet terhadap bobot rata-rata tablet.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Tablet dianggap memenuhi persyaratan jika tidak ada dua tablet yang

menyimpang dari kolom A dan tidak ada satu tablet pun yang

menyimpang dari kolom A dan B, sebagai berikut :

Bobot rata-rata % Penyimpangan A % Penyimpangan B


< 25 mg 15 30
26 – 150 mg 10 19
151 – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10

g. Penetapan kadar

1) Kurva kalibrasi (18)

Dibuat larutan baku induk Alopurinol dengan menimbang seksama

± 100,0 mg Alopurinol murni dan dimasukkan ke dalam labu ukur

100,0 ml didapatkan konsentrasi 1000 ppm dan dicukupkan

volumenya sampai batas tanda labu dengan larutan NaOH 0,1 N.

Larutan baku induk ini kemudian dipipet 10,0 ml ke dalam labu ukur

100,0 ml dicukupkan volumenya sampai batas dengan larutan

HCl 0,1 N, kemudian dibuat larutan pengenceran dengan konsentrasi

4, 6, 8, 10, 12 dan 14 µg/ml. Pengenceran dilakukan dengan larutan

HCl 0,1 N. Lalu dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer

UV-Visibel pada panjang gelombang maksimum.

2) Penetapan kadar sampel

Sebanyak 20 buah tablet ditmbang dan dihitung bobot rata-ratanya

kemudian digerus sampai homogen. Timbang seksama ±100,0 mg

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


serbuk lalu dilarutkan dalam labu ukur 100,0 ml dengan larutan NaOH

0,1N sampai batas tanda. Larutan ini kemudian dipipet sebanyak

10,0 ml dilarutkan kembali ke dalam labu ukur 100,0 ml dan

diencerkan dengan larutan HCl 0,1N. Larutan ini dipipet sebanyak 6,0

ml ke dalam labu ukur 50,0 ml dilarutkan sampai garis batas labu

dengan larutan HCl 0,1N. Larutan ini diukur dan dibaca serapannya

pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-

Visibel.

h. Uji Disolusi

1) Kurva kalibrasi

Dibuat larutan baku induk Alopurinol dengan menimbang seksama

±100,0 mg Alopurinol murni kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

100,0 ml dan dicukupkan volumenya sampai batas tanda labu dengan

larutan NaOH 0,1 N. Larutan baku induk ini kemudian dippet 10,0 ml

ke dalam labu ukur 100,0 ml didapatkan konsentrasi 100 ppm dan

dicukupkan volumenya sampai batas dengan larutan HCl 0,1 N,

kemudian dibuat larutan pengenceran dengan konsentrasi 4, 6, 8, 10,

12 dan 14 µg/ml. Pengenceran dilakukan dengan larutan HCl 0,1 N.

Larutan ini lalu dibaca serapannya menggunakan spektrofotometer

UV-Visibel pada panjang gelombang maksimum.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


2) Laju disolusi

Pengujian disolusi dilakukan pada enam sampel produk tablet

Alopurinol 100 mg pada masing-masing formula dengan cara

pengambilan sampel tablet secara acak. Uji disolusi dilakukan dengan

alat disolusi bermerk Electrolab®. Media disolusi yakni HCl 0,1 N diisi

ke dalam enam buah chamber berbentuk tabung beralas bulat

sebanyak 900 ml sebagai pelarut. Suhu diatur pada temperatur 370 C

± 0,50 C. Pengaduk yang digunakan adalah alat tipe 2, yaitu pengaduk

dayung yang terpasang dalam alat pada kedalaman ± 2 cm dari dasar

chamber. Setelah itu tablet Alopurinol dimasukkan ke dalam chamber

yang telah diatur kecepatan konstan pengaduk dayungnya yakni 75

rpm . Pada waktu 15, 30 dan 45 menit sampel pada masing–masing

chamber diambil larutannya sebanyak 10 ml dengan spuit lalu

dimasukkan ke dalam botol vial kecil. Pada setiap botol vial dipipet 5,0

ml menggunakan pipet volume lalu dimasukkan ke dalam labu ukur

50,0 ml dan dicukupkan volumenya dengan larutan HCl 0,1 N sampai

batas tanda. Kemudian serapan larutan tersebut diperiksa dengan

menggunakan alat spektrofotometer UV–Visibel. Kadar tablet

Alopurinol yang terlarut dapat dihitung dari nilai serapan yang

diperoleh dengan memasukkannya pada persamaan kurva kalibrasi

Alopurinol yang telah diketahui sebelumnya.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pembuatan pati buah pisang raja

Buah pisang raja yang digunakan untuk membuat pati adalah buah

pisang raja yang masih muda dan berwarna hijau yang disebut

dengan mengkal. Buah pisang raja ini didapatkan dari pasar

tradisional Pulo-gadung yang terletak di Jakarta Timur yang

dipasok dan ditanam dari daerah Lampung- Sumatera. Kulit buah

dikupas dan diambil buah dalamnya. Buah pisang raja yang masih

mangkal dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil dari pemakaian 350

gram buah dapat menghasilkan sekitar 75 gram sehingga

rendemennya berkisar 21,43%. Organoleptis pati buah pisang raja

yang dihasilkan berwarna krem serta berbau khas yang dapat

dilihat pada Gambar 8.

2. Karakterisasi pati buah pisang raja

Hasil dari karakterisasi pati buah pisang raja ini yang meliputi kadar

air didapatkan sebesar 6,59%, kadar abu sebesar 1,20%, berat

jenis bulk dan berat jenis mampat masing-masing bernilai

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


0,562 g/ml dan 0,778 g/ml, persentase indeks kompresibilitas yakni

27,76%, dan derajat keasamannya 6,38. Data ini dapat dilihat pada

Tabel 2, sedangkan bentuk morfologi partikel dari pati buah

pisang raja yang diamati menggunakan Scanning Electron

Microscopy dapat dilihat pada Gambar 10 dengan perbesaran

2000x dan pada Gambar 11 dengan perbesaran 1000x.

3. Formulasi tablet Alopurinol

Tablet Alopurinol sebagai model formulasi dibuat dengan

menggunakan metode granulasi basah. Formula yang digunakan

sebanyak 6 formula tablet, dimana 3 formula menggunakan pati

jagung sebagai bahan penghancur (formula A, B dan C) yang

sering digunakan dalam formulasi suatu sediaan tablet dan 3

formula lagi menggunakan penghancur pati buah pisang raja

(formula D, E dan F) untuk melihat kemampuannya sebagai

eksipien khususnya penghancur luar dan dalam (external and

internal disintegrant). Sebelum dilakukan pencetakan, maka massa

granul yang dihasilkan dari proses granulasi dilakukan evaluasinya.

Untuk massa granul yang akan dicetak diperiksa kadar airnya,

waktu alir, berat jenis bulk, berat jenis mampat, indeks

kompresibilitas dan sudut istirahatnya yang dapat dilihat pada

Tabel 3. Diagram waktu alir dapat dilihat pada Gambar 13, diagram

berat jenis bulk dan mampat dapat dilihat pada Gambar 14 serta

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


diagram indeks kompresibilitas granul dapat dilihat pada Gambar

15. Setelah granul memenuhi persyaratan untuk memulai proses

pencetakan, maka dilakukan kembali evaluasi terhadap tablet yang

telah dihasilkan meliputi kekerasan, keregasan, waktu hancur,

penetapan kadar , dan laju disolusi yang hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 4.

B. Pembahasan

1. Pembuatan pati buah pisang raja

Buah pisang raja yang digunakan adalah spesies pisang raja bulu

yang ditanam di daerah Pulau Sumatera tepatnya propinsi

Lampung yang dipasarkan di pasar tradisional Pulo gadung,

Jakarta Timur berumur 3-3,5 bulan. Buah pisang raja yang

digunakan haruslah masih mengkal dan berwarna hijau karena

kandungan patinya yang bisa mencapai 70-80% (4). Kulit buahnya

dikupas dan diambil buah dalamnya, dipotong bentuk kubus

berukuran kecil-kecil untuk mempermudah proses penarikan pati

oleh air dan dengan segera direndam pada larutan Natrium

metabisulfit dengan konsentrasi 2gram/1L. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi oksidasi dari buah pisang raja tersebut. Setelah

mengalami perendaman, buah pisang raja ini diblender dengan

larutan Natrium metabisulfit . Buah pisang raja diblender dengan

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


kecepatan rendah dalam waktu 2 menit lalu diperas dan disaring.

Proses pemerasan dan penyaringan dilakukan untuk memperoleh

filtrat yang mengandung pati. Sari pati masih bisa diambil hingga

air bilasannya tidak berwarna/menjadi jernih. Metode ini disebut

metode maserasi singkat dengan mendekantasi larutan setelah

disaring/diperas. Hal ini bertujuan agar pati mengendap dibawah

dan memisah dengan filtrat larutannya yang jenih kemudian larutan

bening yang diatas dibuang. Dengan mengikuti metode Luis et al

(9,10,11) dan sedikit modifikasi metode tersebut endapan pati tadi

diambil kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 400 Celcius

selama 72 jam. Modifikasi dari metode Luis et al yakni waktu

pengeringan yang lebih lama. Pada metode Luis et al dengan

pengeringan pati dalam oven selama 48 jam didapatkan kadar air

pati sekitar 10% tetapi pada penelitian ini dilakukan pengeringan

pati selama 72 jam agar didapatkan kadar air yang lebih rendah

dan hasil yang diperoleh 6,59%. Setelah kering pati digerus dan

diayak dengan menggunakan ayakan mesh 100 dan didapatkan

serbuk halus butir pati yang dapat dilihat pada Gambar 8 dan

skema pembuatan pati buah pisang raja ini dapat dilihat pada

Gambar 9. Serbuk pati buah pisang raja yang dihasilkan berwarna

krem dengan bau yang khas. Warna serbuk pati yang tidak putih

disebabkan oleh warna awal buah yang memang berwarna krem

muda serta mudahnya mengalami pencoklatan. Hasil isolasi

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


seberat 350 gram diperoleh serbuk pati sekitar 75 gram dengan

rendemen sekitar 21,43%. Hasil yang diperoleh ini lebih kecil dari

70-80% (4) karena isolasi pati yang belum sempurna sehingga

tidak semua pati tertarik oleh larutan Natrium metabisulfit.

2. Karakterisasi pati buah pisang raja

Serbuk pati buah pisang raja yang dihasilkan dilakukan

karakterisasinya untuk mengetahui spesifikasi sifat fisiknya.

Pemeriksaan karakterisasi ini meliputi kadar air & abu, berat jenis

bulk dan mampat, indeks kompresibilitas, derajat keasaman dan

bentuk ukuran partikel. Kadar air merupakan uji awal yang

dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam

pati yang ditentukan dengan menggunakan alat moisture analyzer.

Sampel dipaparkan pada suhu 105o C kemudian alat akan

membaca dan menampilkan persentase kandungan air dalam

sampel pati. Kadar air pati buah pisang raja yang dihasilkan yakni

6,59% memenuhi persyaratan karena kadar air dalam pati yang

tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV tidak boleh melebihi

persentase 15% (16). Nilai dari persentase kadar air pada pati

berbeda-beda tergantung dari sumber pati tersebut, proses isolasi

untuk mendapatkan pati tersebut serta kondisi pengeringannya. Uji

kadar abu mengikuti metode II pada Farmakope Indonesia edisi IV

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


yang dilakukan untuk mengetahui kandungan ion-ion mineral

dalam pati hasilnya tidak memenuhi persyaratan karena yang

dihasilkan adalah 1,20% sedangkan batas kadar abu yang

diperbolehkan terdapat pada pati adalah lebih kecil dari 0,6% (16).

Berat jenis bulk dan mampat pati buah pisang raja adalah

perbandingan gram zat dengan volumenya yang dapat

menghasilkan persentase indeks kompresibiltas. Kerapatan

struktur partikel sangat mempengaruhi berat jenis bulk suatu bahan

yang menunjukkan kekompakan dan kepadatan partikel. Berat

jenis bulk pati buah pisang raja sebesar 0,562 g/ml menunjukkan

bahwa pati tersebut memiliki ukuran yang relatif kecil. Partikel

dengan ukuran yang lebih kecil akan membentuk rongga dengan

kerapatan lebih besar akibat pengurangan rongga-rongga antara

partikel. Selain itu, bentuk partikel juga mempengaruhi berat jenis

bulk dimana partikel-partikel dengan bentuk irregular cenderung

memiliki porositas besar akibat rongga-rongga antara partikel yang

terisi oleh udara sehingga berat jenis bulk lebih kecil (25). Indeks

kompresibiltas menunjukkan kemampuan serbuk untuk dapat

dimampatkan. Indeks kompresibilitas pati buah pisang raja yang

dihasilkan adalah sebesar 27,76 gram/ml. Derajat keasaman/pH

pati buah pisang raja ini penting untuk diketahui karena digunakan

sebagai eksipien yang memiliki salah satu persyaratan yakni inert.

Selain itu derajat keasaman pati merupakan faktor yang dapat

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


mempengaruhi pembentukan gel. Derajat keasaman yang

dihasilkan adalah 6,38. Pembentukan gel yang optimum adalah

pada pH 4-7 (22).

3. Tablet Alopurinol

a. Formulasi tablet

Alopurinol merupakan zat aktif obat yang digunakan sebagai

model formulasi untuk melihat kemampuan pati buah pisang

raja yang digunakan sebagai bahan eksipien tablet yakni

penghancur dalam dibandingkan dengan pati yang telah umum

digunakan dalam formulasi tablet sebagai penghancur dalam

yaitu pati jagung. Dibuat 6 formulasi tablet Alopurinol.

3 formulasi menggunakan pati jagung sebagai pembanding dan

3 formula lagi menggunakan pati buah pisang raja. Formula A,

B dan C mengandung konsentrasi pati jagung yang digunakan

masing-masing 5%, 10% dan 15% w/w sama halnya dengan

formula D, E dan F hanya mengganti pati jagung dengan pati

buah pisang raja. Konsentrasi penghancur yang digunakan ini

berdasarkan atas penggunaan pati sebagai bahan penghancur

dalam tablet dengan range 3-15% w/w (5). Metode pembuatan

tablet yang digunakan adalah metode granulasi basah karena

keuntungan metode ini dapat menghasilkan tablet yang lebih

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


baik serta tahan lama dalam penyimpanan (1). Digunakan

Povidon 30 sebagai bahan pengikat tablet dalam bentuk larutan

pengikat dengan konsentrasi pada tiap-tiap formula 2,5% w/w,

jumlah zat aktif Alopurinol dalam tiap tablet adalah 100 mg, talk

dan magnesium stearat sebagai pelincir yang memudahkan

tablet untuk keluar dari alat pencetak digunakan konsentrasi

masing-masing 1% w/w serta laktosa sebagai pengisi untuk

mendapatkan bobot tablet ± 300 mg. Massa tablet yang terdiri

dari Alopurinol, laktosa dan sebagian jumlah pati sebagai

penghancur dibasahi oleh larutan pengikat povidon 30 dalam

etanol dicampur kemudian granul basah ini diayak dengan

ayakan mesh 12 lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 400

C selama 48 jam. Lalu dicampur dengan penambahan sisa pati,

talk dan magnesium stearat dan granul kering ini diayak dengan

ayakan mesh 20. Pengeringan granul basah dalam oven

selama 48 jam dilakukan untuk memenuhi persyaratan evaluasi

kadar air granul sebelum pencetakan yakni kurang dari 5%.

Hasil kadar air granul A sampai F menunjukkan kadar air

dibawah 2,5 % yang dapat dilihat pada Tabel 3. Evaluasi

terhadap massa granul sebelum pencetakan perlu dilakukan

untuk mengetahui kebaikan sifat alirnya yang memudahkan

proses pencetakan serta mutu tablet yang dihasilkan. Waktu alir

granul berpengaruh terhadap pengisian massa tablet dari

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


hopper ke die pada mesin pencetak tablet. Diagram waktu alir

massa tablet formula A sampai F dapat dilihat pada Gambar 13.

Data menunjukkan bahwa waktu alir granul akan menaik seiring

dengan kenaikan konsentrasi bahan penghancur, waktu alir

formula C > B > A. Dari keseluruhan formula granul, formula F

dengan pati buah pisang raja 15% w/w memerlukan waktu yang

lebih besar untuk mengalirkan serbuknya bila dibandingkan

formula lainnya seperti yang tertera pada Tabel 3. Waktu alir ini

berhubungan dengan ukuran partikel. Apabila waktu alir besar

maka ukuran partikel kecil sehingga luas permukaan relatif lebih

besar. Dapat diketahui bahwa ukuran partikel pati buah pisang

raja lebih kecil dari pati jagung. Indeks kompresibilitas juga

diukur untuk mengetahui sifat alir granul pada saat pencetakan

yakni kemampuan serbuk untuk dimampatkan. Diagram indeks

kompresibiitas granul formula A-F dapat dilihat pada Gambar

15. Sudut istirahat granul yang diukur melalui tumpukan serbuk

yang dialirkan dalam sebuah celah corong menunjukkan

formula D memiliki sudut istirahat yang lebih besar

dibandingkan formula lainnya (Tabel 3).

b. Evaluasi tablet

Setelah dilakukan evaluasi pada granul massa tablet kemudian

tablet dicetak maka dilakukan pula evaluasi pada tablet yang

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


telah dihasilkan untuk memenuhi kriteria mutu yang ditentukan.

Hal ini disebabkan karena obat merupakan materi penting yang

akan mempengaruhi kinerja fisiologi maupun patologi dalam

tubuh baik pada hewan maupun pada manusia khususnya.

1) Uji visual

Uji visual dilakukan secara organoleptis terhadap 6 formula

tablet Alopurinol yang dapat dilihat pada Gambar 12.

Formula A sampai C yang menggunakan pati jagung

sebagai eksipien penghancur lebih menghasilkan warna

tablet yang putih, permukaan yang rata serta licin. Formula

D sampai F yang menggunakan pati buah pisang raja

sebagai bahan penghancur menghasilkan warna tablet putih

krem apabila dibandingkan formula A – C. Hal ini

disebabkan oleh warna awal dari masing-masing serbuk pati

tersebut.

2) Keseragaman ukuran

Keseragaman ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan

tablet. Diameter keseluruhan formula tablet dari A - F

menunjukkan nilai yang seragam yakni 9 mm, namun

ketebalan tiap-tiap formula berbeda (Tabel 4). Variasi dari

ketebalan tablet ini banyak dipengaruhi oleh karakter fisik

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


masing-masing bahan penyusun massa tablet, sifat

campuran dari massa tablet, distribusi ukuran massa tablet

serta pengisian die pada mesin pencetak oleh massa tablet.

Diameter tablet cenderung konstan karena punch mesin

cetak yang sama tapi ketebalan menghasilkan variasi yang

berhubungan dengan penambahan konsentrasi penghancur

sehingga membuat campuran massa tablet semakin padat

dan tablet yang dihasilkan kompak.

3) Kekerasan

Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui ketahanan tablet

dalam menghadapi goncangan mekanik. Umumnya

kekerasan tablet diusahakan mencapai nilai 3 – 8 kP. Faktor

yang mempengaruhi kekerasan antara lain yakni pengisian

die pada mesin cetak, beban kompresi, sifat kohesif dan

bahan penysun tablet terutama bahan pengikat. Kekerasan

tablet pada formula penghancur pati buah pisang raja lebih

kecil bila dibandingkan dengan penghancur pati jagung

(Tabel 4) yang menandakan bahwa formulasi penghancur

pati jagung memiliki daya kohesif lebih besar yang

mengakibatkan tabletnya lebih keras.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


4) Keregasan

Uji keregasan merupakan parameter lainnya untuk

mengukur kekuatan tablet terhadap guncangan dan abrasi.

Nilai persyaratan untuk uji keregasan yang diperbolehkan

adalah 0,8% namun nilai 1% masih diperbolehkan (12).

Kekerasan dapat mempengaruhi keregasan. Faktor lainnya

yang mempengaruhi keregasan yakni bahan pengikat dan

adanya kelembaban dimana granul pada saat awal sebelum

pencetakan memiliki kadar air yang rendah mengakibatkan

kohesinya rendah sehingga keregasan tablet yang dicetak

tinggi. Dari data hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan

bahwa hanya formula F dari keseluruhan formula tidak

memenuhi uji keregasan. Hal ini dapat disebabkan kekuatan

eksipien pengikat yang lemah dan tekanan pada saat

pencetakan yang kurang kuat sehingga menyebabkan tablet

mudah rapuh dan regas.

5) Waktu hancur

Waktu hancur merupakan salah satu evaluasi untuk

mengetahui kemampuan bahan penghancur dalam tablet.

Langkah pertama bagi tablet untuk melepaskan kandungan

zat aktifnya adalah hancurnya tablet untuk menjadi partikel-

partikel kecil atau granul-granul (12) untuk kemudian terlarut

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


dalam cairan tubuh. Kecepatan hancur suatu tablet diukur

dengan pengujian ini. Faktor yang mempengaruhi waktu

hancur adalah kekerasan dari tablet tersebut serta

komponen penyusun tablet itu sendiri. Kekerasan akan

memberikan pengaruh masuknya air ke dalam tablet dan

mempengaruhi struktur kapiler didalam tablet.

Permeabilitaas menurun dengan turunnya tekanan

pengempaan porositas akan tinggi sehingga banyak ruang

kosong dan pati akan mengembang dengan tidak ada

tekanan. Pengempaan sedang mengakibatkan adanya

ruang yang cukup bagi pati untuk mengembang sehingga

terjadi disintegrasi. Pengempaan yang keras akan

menurunkan porositas ddan menurunkan kemampuan

cairan untuk masuk sehingga disintegrasinya lambat. Dari

hasil peneitian didapatkan bahwa peningkatan waktu hancur

sebanding dengan jumlah pati penghancur (Gambar 22).

Pada formula A dengan konsentrasi bahan penghancur pati

jagung yang lebih sedikit yakni 5% memiliki waktu hancur

yang paling lama yaitu 19 menit diikuti dengan formula B

yang mengandung bahan penghancur 10% yakni 6 menit

dan formula C yang mengandung 15% memiliki waktu

hancur 5 menit. Formula D – F yang menggunakan pati

buah pisang raja sebagai bahan penghancur menunjukkan

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


waktu hancur yang lebih cepat yakni formula D yang

mengandung konsentrasi pati buah pisang raja sebagai

penghancur sebanyak 5% hancur dalam waktu 4 menit

sedangkan formula E dan F dengan konsentrasi penghancur

masing-masing 10% dan 15% menghasilkan waktu hancur

yakni 3 dan 2 menit.

6) Penetapan kadar

Penetapan kadar merupakan kriteria penerimaan yang

penting bagi suatu tablet untuk dapat dikonsumsi.

Farmakope Indonesia edisi IV menuliskan bahwa kriteria

kadar untuk tablet Alopurinol yang diperbolehkan adalah

93,0% sampai 107,0% yang tercantum dalam monografinya.

Pertama-tama ditentukan panjang gelombang maksimum

untuk mengukur sampel pada alat spektrofotometer UV-

visible. Kemudian dibuat kurva kalibrasi alopurinol (Tabel 5).

Kadar tablet dihitung dari serapan yang diperoleh dengan

memasukkannya pada persamaan kurva kalibrasi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula A, B, C, D, dan

F memenuhi persyaratan kadar sedangkan untuk formula E

tidak memenuhi karena melebihi batas kadar yakni

108,08%.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


7) Disolusi

Uji disolusi merupakan uji in vitro yang dilakukan untuk

mengetahui jumlah obat yang terlarut. Uji ini juga

merupakan parameter untuk melihat kemampuan bahan

penghancur. Disolusi merupakan salah satu parameter uji

tablet yang penting dilakukan untuk menjamin mutu suatu

tablet. Perlakuan uji disolusi pada sediaan tablet merupakan

salah satu parameter yang tersyarat pada Farmakope

Indonesia edisi IV. Langkah disolusi meliputi proses

pelarutan obat pada permukaan partikel padat yang

membentuk larutan jenuh disekitar partikel dan akan

berdifusi ke dalam pelarut dari bagian konsentrasi obat yang

rendah. Pengujian disolusi pada tablet Alopurinol diatur

pada kecepatan konstan 75 rotasi per menit pada alat uji. Ini

bertujuan agar sediaan tablet Alopurinol dalam larutan

media disolusi HCl 0,1 N dapat terlarut serba sama dalam

volume 900 ml. Temperatur disesuaikan dengan suhu tubuh

yakni 370 ± 50 C . Alat pengaduk yang dipergunakan

pada mesin disolusi dalam uji disolusi tablet Alopurinol ini

adalah pengaduk dayung yang terdiri dari daun dan batang

sebagai pengaduk yang memiliki kelebihan dibandingkan

pengaduk keranjang dengan adanya kemungkinan zat aktif

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


atau zat tambahan akan tertinggal/tersumbat pada basket

dan hal ini dapat dikurangi dengan penggunaan pengaduk

dayung. Dilakukan kurva kalibrasi alopurinol sehingga kadar

tablet Alopurinol yang terlarut dapat dihitung dari nilai

serapan yang diperoleh dengan memasukkannnya pada

persamaan kurva kalibrasi Alopurinol yang telah diketahui

sebelumnya tersebut. Kriteria penerimaannya adalah pada

waktu pengujian selama 45 menit memiliki toleransi harus

larut tidak kurang dari 75%(Q) dari jumlah yang tertera pada

etiket. Dilakukan uji dosolusi pada tahap S1 dimana kriteria

yang dapat diterima untuk pengujian 6 buah sampel adalah

tiap tablet terlarut tidak kurang dari 75(Q) + 5% dan dari

hasil yang didapat keseluruhan formula memenuhi

persyaratan uji disolusi (Gambar 23). Dapat dilihat pada

Gambar 23, saat waktu pengambilan sampel 15 menit

formula A yang mengandung pati jagung sebagai

penghancur dengan konsentrasi 5% sudah terlarut 26,28%

diikuti penambahan konsentrasi 10% pada formula B

terdisolusi 59,66% sedangkan konsentrasi 15% pada

formula C persentase terdisolusi 90%. Pada formula

menggunakan pati buah pisang raja pada 15 menit

menunjukkan persentase terdisolusi lebih tinggi 66,85%

pada formula D menggunakan konsentrasi penghancur 5%,

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


pada formula E dengan konsentrasi 10% persentase

terdisolusi 84,09% dan formula F dengan konsentrasi

penghancur 15% menunjukkan persentase terdisolusi

95,50%. Kecepatan disolusi dapat dipengaruhi oleh bahan-

bahan eksipien yang ada dalam tablet. Bahan pengisi yang

dipakai yakni laktosa bersifat hidrofil sehingga mudah larut

dalam air.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa pati buah

pisang raja dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet

Alopurinol yang dibuat secara granulasi basah. Waktu hancur formula

pati buah pisang raja berturut-turut D, E dan F adalah 4, 3 dan 2 menit

lebih baik dibandingkan pati jagung. Laju disolusi memenuhi kriteria

penerimaan yakni terlarut lebih dari 80% Alopurinol pada waku 45

menit.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pati buah pisang

raja sebagai penghancur dalam ataupun penghancur luar dengan

menggunakan metode pembuatan tablet secara granulasi kering

maupun kempa langsung.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


DAFTAR ACUAN

1. Ansel, C. Howard. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV.


Universitas Indonesia Press: Jakarta. 1989. hal88

2. Katdare, Ashok., dan Mahesh, V. Chaubal. Excipient Development for


Pharmaceutical Biotechnology ang Drug Delivery System: Informa health
care USA, Inc. New York. 2006. pg 1-2

3. C, Emmanuel, Ibezim., I, Sabinus, Ofoefule., O, Edwin, Omeje., dan E, U,


Odo. 2008. Performance of Starch Obtained from Dioscorea dumetorium
as Disintegrant in Sodium Salicylate Tablets. African Journal of Pharmacy
and Pharmacology,2(3). pg052-058.

4. Izidoro, Rosalyn, Dayane., Junior, Demczuk, Bogdan., Haminiuk, Isidoro,


Windson, Charles. 2007 . GRANULES MORPHOLOGY AND
RHEOLOGICAL BEHAVIOR OF GREEN BANANA (Musa cavendishii)
AND CORN (Zea mays) STARCH GELS. Ciênc. agrotec., Lavras, 31(5),
pg1443-1448.

5. Wade, A dan Weller, P.J (eds). Handbook of Pharmaceutical Excipients


2nd Edition. American Pharmaceutical Association: Washington. 1994.
pg252,280,392,483,519

6. Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Pisang. Sistim Informasi Manajemen


Pembangunan di Perdesaan : BAPPENAS, Jakarta.

7. Anonim. Pisang. http://www.situshijau.co.id/tanaman/buah/p.htm 26


agustus 2008 pukul 10.09 WIB

8. Swinkels, J. J. M. Source of Starch, its Chemistry and Physics. Dalam:


van Beynum, G. M. A dan Roels, J. A. (eds). Starch Conversion
Technology. New York & Bassel: Mrcel Dekker, 1985. Hal15-31

9. Bello-Pérez, Luis, Arturo. , Contreras-Ramos, Maribel, Silvia. , Jimenez-


Aparico, Antonio., dan Paredes-López, Octavio., 2000 . Acetylation and
Characterization of Banana (Musa paradisiaca) Starchs. Chemistry. Acta
Cientifica Venezolana, 51, pg143-149.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


10. Bello-Pérez, Luis A. , Meza-León, Karina. , Contreras-Ramos, Silvia., dan
Parades-López, Octavio., 2001 . Functional Properties of Corn, Banana
and Potato Starch Blends. Food Technology. Acta Cientifica Venezolana,
52,pg62-67.

11. Bello-Pérez, Luis A., Gonzáles-Soto, Rosalia A., Sánchez-Rivero, Mirna


M., Gutiérrez-Meraz, Felipe., dan Vargas-Torrez, Apolonio. 2006.
Extruction of Starches from Non-Conventional Sources for Resistant
Starch Production. Agrociencia, Mexico, 40(4), pg441-448.

12. Anderson N. R dan G. S Banker. Tablet. Dalam: Lachman, L., Lieberman,


H. A dan Kanig, J. L. Teori dan Praktek Farmasi. Industri. Volume 2, edisi
3 terjemahan Suyatmi S. Jakarta: UI Pres, 1984. Hal 643-730

13. Astawan, Made. Prof. DR. Pisang Sebagai Buah Kehidupan.


http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/17/18545832/pisang.sebagai.b
uah.kehidupan 26 agustus 2008 pukul 10.12 WIB

14. Voigt, Rudolf. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta. 1994. hal163-223

15. Anonim. Farmakope Indonesia edisi III . Departemen Kesehatan Republik


Indonesia: Jakarta. 1979. hal4-6

16. Anonim. Farmakope Indonesia edisi IV . Departemen Kesehatan Republik


Indonesia: Jakarta. 1995. hal733-735,

17. Tjay, Hoan Tan dan Kirana, Rahardja. OBAT-OBAT PENTING Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. PT. Elex Media Komputindo:
Jakarta. 2002. hal250,256,770

18. Clarke, E. G. C. Isolation and identification of Drugs Vol. I. Pharmaceutical


Press: London. 1971. Pg327

19. Jakimczuk, Krystian. Starch Grains in Banana Tissue. jpg


http://www.microscopyuk.net/coppermine/displayimage.php?album=50&p
os=10 26 agustus 2008 pukul 10.48 WIB

20. Anwar, Effionora. , Yusmarlina. , Dina. , Rahmat, Hasan., dan Kosasih.


2006 . Fosforilasi Pregelatinasi Pati Garut (Maranta arundinaceae L.)
sebagai Matriks Tablet Lepas Terkendali Teofilin. Majalah Farmasi
Indonesia, 17(1), hal37-44.

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


21. Juheini., Iskandarsyah., J.A, Animar., dan Jenny., 2004 . Pengaruh
Kandungan Pati Singkong Terpregelatinasi Terhadap Karakter Fisik
Tablet Lepas Terkontrol Teofilin. Majalah Ilmu Kefamasian I(1), hal21-26.

22. Kearsley, M. M and S. Z. Dziedzic. Handbook of Starch Hydrolysis


Product and Their Derivatives. Great Britain: The University Press,
Cambridge. 1995. hal17.

23. International Starch Institute Science Park Aarhus, Denmark. Banana.


http://www.starch.dk/isi/starch/banana.htm 26 agustus 2008 pukul 10.36
WIB.

24. Jufri, Mahdi. Rosmala, Dewi dan A.R, Firli. Studi Kemampuan Biji Durian
Sebagai Bahan Pengikat Dalam Tablet Ketoprofen Secara Granulasi
Basah. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol.III, No.2 Agustus 2006 .ISSN 1693-
9883. hal78-86

25. G. S. Banker and C. T. Rhodes. Modern Pharmaceutics Second Edition,


Revised and Expanded. New York-Basel Hongkong: Marcell Dekker, Inc.
1989. Hal335-390

26. Mukhtasar. Keragaan Fisik dan Morfologi Pisang Jantan di


Bengkulu. Akta Agrasia Vol.5 no.2. Jul-Des 2002.ISSN 1410-3354 pg72-
75

27. Anonim. Pisang Raja Bulu. http://www. Iptek.net. id.13 September 2008
pukul. 16.17 WIB

28. Siregar, J.P., Charles. Uji Disolusi. Fakultas Farmasi ITB. Bandung.
1986. Hal 1-61

29. US Pharmacopoeia & National Formulary. The Official Compendia of


Standards, USP 24–NF19 Vol. 2. Philadelphia, USA: The US
Pharmacopoeial Convention, Inc., 2000. Hal1639-1640

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 7. Buah Pisang Raja Mengkal

Gambar 8. Pati Buah Pisang Raja

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Buah Kupas & Cuci 0,2%
mengkal potong Na metabisulfit

Blender
2 menit

diperas

dekantasi

Endapan filtrat

Oven 400C
72 jam

Gerus &
ayak

Gambar 9. Skema pembuatan pati buah pisang raja

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 10. Scanning electron micrograph Pati Buah
Pisang Raja Perbesaran 2000x

Gambar 11. Scanning electron micrograph Pati Buah


Pisang Raja Perbesaran 1000x

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Pati Jagung 5% Pati Jagung 10%

Pati Jagung 15% Pati buah pisang raja 5%

Pati buah pisang raja 10% Pati buah pisang raja 15%

Gambar 12. Tablet Alpurinol Formula A – F

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 13. Diagram Evaluasi Granul Waktu alir Formula A-F

Gambar 14. Diagram Berat Jenis Bulk dan Berat Jenis Mampat Granul A-F

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 15. Diagram Indeks kompresibilitas Granul A-F

Gambar 16. Kurva kalibrasi Alopurinol dalam HCl 0,1N

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


1.5

Abs
0.5

-0.1
200 250 300 350 400
Wavelength [nm]

Gambar 17. Spektrum Serapan Alopurinol dalam HCl 0,1N

1.5

Abs
0.5

-0.1
200 250 300 350 400
Wavelength [nm]

Gambar 18. Spektrum Kalibrasi Alopurinol dalam HCl 0,1N


Pada Panjang Gelombang Maksimum 250,5 nm

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 19. Diagram Penetapan Kadar Tablet Alopurinol Formula A-F

Gambar 20. Diagram Keregasan Tablet Alopurinol Formula A-F

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 21. Diagram Kekerasan Tablet Alopurinol Formula A-F

Gambar 22. Waktu Hancur Tablet Alopurinol Formula A-F

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 23. Persentase Laju Terdisolusi Tablet Alopurinol Formula A-F

Gambar 24. Persentase Laju Terdisolusi Penghancur 5%

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Gambar 25. Persentase Laju Terdisolusi Penghancur 10%

Gambar 26. Persentase Laju Terdisolusi Penghancur 15%

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Tabel 2. Karakterisasi Pati Buah Pisang Raja
Karakterisasi Pati Buah Pisang Raja
Kadar Air (%) 6,59
Kadar Abu (%) 1,20
Berat jenis mampat (g/ml) 0,778
Berat jenis bulk (g/ml) 0,562
Indeks kompresibilitas (%) 27,76
Viskositas* (cps) 625
Derajat keasaman 6,38
*
4 rpm menggunakan spindle 2

Tabel 3. Evaluasi Granul Tablet Alopurinol Formula A-F


Disintegrant
Parameter Amilum Jagung Amilum Buah Pisang Raja
5% 10 % 15 % 5% 10 % 15 %
Kadar air 1,19 2,02 2,19 1,34 2,20 2,29
Waktu alir 1.8 1.9 2.1 1.2 1.9 4.9
Bj mampat 0,645 0,625 0,606 0,571 0,597 0,606
Bj bulk 0,487 0,5 0,459 0,476 0,465 0,500
Indeks kompresibilitas 24,49 20 24,45 16,63 22,11 17,49
Sudut istirahat 24,56 26,86 29,19 31,60 29,93 24,77

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Tabel 4. Evaluasi Tablet Alopurinol Formula A-F
Disintegrant
Parameter Amilum Jagung Amilum Buah Pisang Raja
5% 10 % 15 % 5% 10 % 15 %
Diameter (mm) 9 8,94 0,9 0,9 0,9 0,9
Ketebalan (mm) 3,84 3,40 4,12 3,60 3,74 3,84
Kekerasan (kP) 3,85 5,44 5,53 2,83 2,35 2,25
Keregasan (%) 0,78 0,52 0,3 0,73 0,66 1,28
Waktu Hancur (mnt) 19 6 5 4 3 2
Penetapan kadar (%) 98,7 105,83 101,97 104,07 108.08 106,85
Bobot rata-rata (mg) 315,8 334,66 311,06 317,75 335,85 343,38
CV (%) 1,70 4,05 1,99 1,75 2,56 3,44

Tabel 5. Kurva Kalibrasi Alopurinol dalam HCl 0,1N

Konsentrasi (ppm) Serapan (A)


4,004 0,2117
6,006 0,3210
8,008 0,4346
10,01 0,5283
12,012 0,6308
14,014 0,7388

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Tabel 6. Laju Terdisolusi Tablet alopurinol Formula A-F
Waktu (menit) Formula (%)
A B C D E F
15 26,28 59,66 90 66,85 84,09 94,50
30 62,83 95,15 95,63 109,33 98,52 99,34
45 95,24 101,87 101,87 116,45 99,74 106,31

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 1

Perhitungan Keregasan Tablet

Keregasan = W1 – W2 X 100%
W1

W1 = bobot 10 tablet awal

W2 = bobot 10 tablet akhir

Contoh perhitungan:

Pada tablet Alopurinol Formula D (pati buah pisang raja 5%)

W1 = 3,144 gram

W2 = 3,121 gram

Keregasan = 3,144 gram – 3,121 gram X 100%


3,144 gram

= 0,73%

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 2

Perhitungan Persamaan Garis

Kurva Kalibrasi secara Regresi Linier

Y = a + bX

a = (Σ y) (Σ x2) – (Σ x) (Σ xy)
(Σx2) – (Σx)2

b= (Σ xy) – (Σ x) (Σy)
(Σx2) – (Σx)2

r= (Σ xy) (Σ x) (Σ xy)
{(Σx ) – (Σx)2 [(Σy2) (Σy)2]1/2}1/2
2

x = konsentrasi (ppm)

y = serapan

a = intersep

b = sloop

r = koefisien korelasi

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 3

Perhitungan Penetapan Kadar

• Serapan – a = kadar (ppm)


b

• Kadar (ppm) X faktor pengenceran = massa zat aktif


pengukuran

• (bobot etiket X 20) X berat serbuk yang ditimbang = massa zat


Bobot total 20 tab

• % kadar = massa zat aktif pengukuran X 100%


Massa zat

Contoh perhitungan:
Formula A (Pati jagung 5%)
Bobot total 20 tablet = 6312,4 mg
Massa zat aktif tiap tablet = 100 mg
Berat serbuk yang ditimbang = 100,5 mg
Serapan = 0,204074
Kadar (ppm) = 3,77153327
Massa zat aktif = 31,84209
Massa zat aktif pengukuran = 31,42944391
% kadar = 98,70409

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 4

Perhitungan Laju disolusi

15 menit = (y15-a) X fp X M X 1 X 100%


b x1000 F

30 menit = (y30-a) X fp X M + (y15-a) X fp X S X 1 X 100%


b x1000 b x 1000 F

45 menit = (y45-a) X fp X M +…. + (y15-a) X fp X S X 1 X 100%


b x1000 b x 1000 F

y = serapan sampel
a = intersep
b = sloop
fp = factor pengenceran
M = volume media disolusi
S = volume alikot
F = hasil% penetapan kadar

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 5

Sertifikat Analisa Laktosa

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 6

Sertifikat Analisa Magnesium stearat

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 7

Sertifikat Analisa Natrium metabisulfit

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 8

Sertifikat Analisa Povidon

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 9

Sertifikat Analisa Talk

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008


Lampiran 10

Sertifikat Analisa Alopurinol

Penggunaan pati..., Renny Junetty, FMIPA UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai