Oleh :
Kelas : XI. D
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara
imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi,
pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi.
Struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan
terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memantulkan
makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya. Dibandingkan dengan bentuk karya
sastra yang lain, bahasa puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih banyak memiliki
kemungkinan makna. Berdasarkan fungsinya, puisi Lampung dapat dibedakan atas lima jenis:
1. Paradinei/paghadini/tetangguh
2. Pepaccur/pepaccogh/wawancan
3. Pattun/segata/adi-adi
4. Bebandung
5. Ringget/pisaan/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahi-wang
Pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat, sebelum rombongan tamu (yang
terdiri atas arak-arakan) menginjakkan kaki di kediaman tuan rumah, mereka dihadang oleh
pihak tuan rumah (yang terdiri atas arak-arakan pula). Acara penghadangan itu dikenal
dengan istilah nebak appeng (dialek O) atau nebak appong (dialek A) yang bermakna
'menutup gapura'. Dalam acara penghadangan itu digunakanlah sastra lisan
jenis paradinei sebagai media untuk berkomunikasi.
Paradinei terdiri atas sejumlah bait yang bersajak. Akan tetapi, jumlah baris pada setiap bait
tidak harus sama. Jumlah baris pada setiap bait paradinei sama dengan jumlah baris suatu
paragraf pada karangan berbentuk prosa (yang tidak harus sama). Perbedaannya, kalimat
dalam paradinei terikat dua-dua (seperti ikatan kalimat dalam pantun), sedangkan dalam
karangan berbentuk prosa tidak demikian.
Paradinei diucapkan oleh jurubicara masing-masing pihak, baik pihak tamu maupun pihak
tuan rumah. Di kiri kanan jurubicara terdapat dua orang laki-laki berpakaian adat yang
dikenal dengan istilah huleubalang 'hulubalang'. Secara umum, isi paradinei berupa tanya
jawab tentang maksud dan tujuan kedatangan (tamu).
Upacara nebak appeng/nebak appong 'menutup gapura' ini mencerminkan bahwa masyarakat
Lampung dalam bertindak (terutama yang berpengaruh terhadap orang banyak) tidak
gegabah. Sebelum bertindak, perlu didengarkan dulu keterangan dari pihak yang
bersangkutan.
1. Tanya jawab pada saat berlangsungnya upacara penyambutan tamu secara adat
2. Untuk melestarikan bahasa dan sastra Lampung
3. Untuk mendidik masyarakat Lampung agar menghargai sastra daerah. Di bawah ini
dikemukakan contoh paradinei yang lazim digunakan dalam acara nebak
appeng 'menutup gapura'.
Contoh Paradinei
(dalam bahasa Lampung dialek O)