Anda di halaman 1dari 13

Teknologi Material Handling

Menurut Rochman, et al. (2010), material handling bisa diartikan sebagai


pergerakan, penyimpanan, perlindungan, pengendalian material di seluruh proses
manufaktur dan distribusi termasuk penggunaan dan pembuangannya. Atau bisa
didefinisikan sebagai penyediaan material dalam jumlah, kondisi, posisi, waktu
dan tempat yang tepat untuk mendapatkan ongkos yang efisien. Kegiatan material
handling dalam perusahaan melewati tiga tahapan pengembangan, yaitu:
1. Konvensional yaitu pemindahan bahan atau material yang masih
sederhana, dengan fasilitas yang terbatas dan perhatian sedikit saja
diberikan pada keterkaitan antara-antara keadaan yang terpisah.
2. Kontemporer yaitu pemindahan bahan yang mempunyai aliran barang
yang menyeluruh.
3. Modern atau berorientasi ke sistem yaitu peindahan bahan dan kegiatan
distribusi secara fisik sebagai bagian dari suatu sistem, termasuk
pemindahan bahan dari semua sumber pasokan, seluruh pemindahan
dalam pabrik, dan distribusi barang jadi ke pelanggan.

A. Perencanaan Material Handling


Rochman, et al. (2010) mengatakan bahwa tujuan utama perencanaan
material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna
meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen
lainnya. Oleh karena itu, perlu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti
karakteristik material, tingkat aliran material, tipe tata letak pabrik dan peralatan
yang sesuai. Pertimbangan lain yang harus dilakukan adalah aliran material yang
menyangkut jumlah material dan jarak perpindahan material. Menurut Herjanto
(2008), perencanaan penanganan material adalah suatu komponen penting dalam
perencanaan fasilitas, terutama dalam kaitannya dengan desain tata letak. Ada
beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan di dalam perencanaan penanganan
material, yaitu:
1. Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan
dan persyaratan dasar, serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
2. Sistem kegiatan penanganan dan dan penyimpanan hendaknya merupakan
suatu sistem operasi yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan,
inspeksi, penyimpanan, produksi, perakitan, pengemasan, pergudangan,
pengangkutan dan transportasi.
3. Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didesain sedemikian
rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan
keterbatasannya, sehingga dapat terjadi interaksi yang efektif dengan
manusia yang menggunakan sistem.
4. Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan
biaya per unit angkut yang rendah.
5. Faktor pemakaian energi dari sistem penanganan material dan prosedurnya
harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6. Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7. Sedapat mungkin manfaatkan gaya berat untuk memindahkan material,
dengan tetap memperhatikan keterbatasan yang menyangkut faktor
keselamatan tenaga kerja, kerusakan maupun kehilangan produk.
8. Untuk meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin
gunakan komputerisasi dalam sistem penanganan material dan
penyimpanan.
9. Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan
dengan arus fisik material.
10. Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
11. Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan
sehingga terdapat kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang
digunakan.
12. Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk
meningkatkan efisiensi.
13. Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus
memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
14. Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi,
mengurangi, atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang
tidak perlu.
15. Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bisa digunakan untuk
berbagai tugas dalam berbagai kondisi operasi.
16. Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan
keselamatan yang berlaku.
17. Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan
jadwal perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka
panjang untuk penggantian peralatan dan metode yang using.

B. Ongkos Material Handling


Umumnya, biaya yang diperlukan dalam kegiatan material handling cukup
besar. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya
perpindahan barang yakni melalui perbaikan tata letak penempatan barang. Tata
letak penempatan barang yang baik adalah tata letak yang memungkinkan barang
yang tersimpan dapat terjangkau dan jarak pemindahan yang minimum. Jarak
pemindahan yang minimum akan dapat mengurangi biaya perpindahan barang
sehingga dapat mengurangi total biaya operasional gudang (Tompkins dan Smith,
1990 dalam Karonsih, et al., 2013).
Susetyo, et al. (2010) juga mengatakan bahwa pemilihan ongkos material
handling sebagai kriteria keberhasilan dari relayout disebabkan oleh beberapa
alasan, yaitu:
1. Ongkos material handling cukup besar dan terjadi secara terus menerus di
samping juga termasuk dalam klasifikasi ongkos variabel. Material handling
pada dasarnya merupakan kegiatan yang tidak produktif yaitu dalam arti
tidak memberikan nilai tambah apa-apa dari material yang dipindahkan.
2. Ongkos material handling dapat dengan mudah dihitung. Biasanya ongkos
material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan material.
3. Ongkos material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh relayout-
nya sendiri.
Pengukuran jarak dilakukan dengan pengukuran rectilinier dan pada
pengukuran jarak masing-masing tidak memperhatikan adanya lintasan, sehingga
pengukuran dilakukan secara langsung dari masing-masing titik tengah
departemen produksi.

Karonsih, et al. (2013) juga menyatakan bahwa perhitungan jarak dilakukan


dengan dengan mengukur jarak antara titik keluar masuk dengan titik pusat blok
penyimpanan dari masing-masing material. Untuk mengetahui jarak pemindahan
dihitung menggunakan metode rectilinier yaitu dengan rumus di bawah ini:

Untuk menghitung ongkos material handling pada layout awal ialah dengan
rumus:
OMH = Biaya Mesin + Biaya Operator

dimana biaya mesin dapat dihitung dengan rumus:

Kemudian untuk perhitungan ongkos material handling per meternya dapat


dihitung dengan rumus:

Sehingga, ongkos material handling tiap satuan jaraknya adalah:


C. Peralatan Material Handling
Menurut Purwaningsih dan Purnawan (2007), ada beberapa desain peralatan
material yang umum terdapat dalam dunia industri, yaitu:
1. Peralatan Kontainer dan Pengunitan
a. Kontainer: Pallet; Skid dan Skid boxes

Gambar 2. Skid Boxes


Sumber: Google image (2015)

b. Pengunitan: Stretchwrap; Palletizers


2. Peralatan Transportasi Material, yaitu peralatan yang menggunakan gaya
berat atau tenaga (mesin), biasanya digunakan untuk memindahkan
muatan merata dari tempat ke tempat sepanjang satu lintasan tetap, dengan
fungsi utama mengantar.
a. Konveyor: Chute conveyor; Belt conveyor (Flat belt conveyor,
Telescoping belt conveyor, Troughed belt conveyor, Magnetic belt
conveyor); Roller conveyor; Wheel conveyor (ban pengantar yang
membawa beban di atas serangkaian peluncur, yang bergerak di atas
bantalan); Peluncur pengangkut bertenaga (listrik); Corong gravitasi
(luncuran yang terbuat dari logam); Slat conveyor; Chain conveyor; Tow
line conveyor; Trolley conveyor; Power and free conveyor; Cart-on-Track
conveyor; Sorting conveyor (Deflector, Push diverter, Rake puller, Moving
slat conveyor, Pop-up skewed wheels, Pop-up rollers, Tilting slat
conveyor, Tilt tray sorter, Cross belt sorter, Bombardier sorter).

Gambar 3. Belt conveyor


Sumber: Google image (2015)

b. Kendaraan industri: Walking (Hand truck and hand cart, Pallet jack,
Walkie stacker); Riding (Pallet truck, Platform trucks, Counterbalanced
lift truck, Straddle carrier, Mobile yard crane); Automated (Automated
guided vehicle, Automated electrical monorail, Sorting transfer vehicle)

Gambar 4. Pallet jack


Sumber: Google image (2015)

c. Monorel, Hoist dan Crane: Monorel; Hoist; Crane (Jib crane, Bridge
crane, Gantri crane, Stacker crane)

Gambar 5. Jib crane


Sumber: Google image (2015)

3. Peralatan Penyimpanan dan Pengumpulan


a. Unit load storage and retrieval: Unit load storage equipment (Block
stacking, Pallet stacking frame, Single deep selective rack, Double-deep
rack, Drive-in rack, Drive-thru rack, Pallet-flow rack, Push-back rack,
Mobile rack, Cantilever rack); Unit load retrieval equipment (Walkie
standart, Counterbalance lift truck, Narrow aisle vehicle, Automated
storage/Retrieval machines).
Gambar 6. Pallet stacking frame
Sumber: Google image (2015)

b. Small load storage and retrieval equipment: Operator to stock equipment


(Bin shelving, Modular storage drawers in cabinets, Carton flow rack,
Mezzanine, Mobile storage, Pallet); Operator to stock retrieval equipment
(Picking cart, Order picker truck, Person abroad automated storage and
retrieval machine, Robotic retrieval); Stock to operator equipment
(Carousels, Minoload automated storage and retrieval machine, Vertical
lift module, Automatic dispenser)

Gambar 7. Bin shelving


Sumber: Google image (2015)
4. Peralatan Identifikasi
a. Automatic identification and recognition: Bar coding; Optical character
recognition; Radio frequency tag; Magnetic stripe; Machine vision.

Gambar 8. Machine vision


Sumber: Google image (2015)

b. Automatic, paperless communication: Radio frequency data terminal;


Voice headset; Light and computer aids; Smart card.
Single Station Manufacturing Cells

A. Sel Manufaktur
Sel manufaktur adalah sebuah kelompok mesin atau proses yang ditempatkan
secara berdekatan dan berfungsi untuk memperoleh sebuah part family. Dalam sel
manufaktur terdapat istilah sistem manufaktur sellular (CMS) yang merupakan
aplikasi dari Group Technology (GT) yang melibatkan pengelompokkan mesin
berdasarkan komponen-komponen manufaktur yang dibuat sendiri.
Tujuan pembuatannya adalah mengidentifikasi sel-sel mesin dan part
family secara simultan serta mengalokasikan part family ke sel-sel mesin. Sel
mesin adalah kumpulan beberapa mesin atau mesin tunggal yang berfungsi
memproduksi beberapa komponen. Ada empat konfigurasi sel manufaktur yaitu:
1. Sel mesin tunggal ( tipe I M )
Sel mesin tunggal terdiri dari sebuah mesin ditambah
dukungan tooling dan fixture. Tipe ini dapat diaplikasikan pada benda keja
yang mengizinkan atribut manufakturnya dikerjakan oleh tipe proses dasar,
seperti milling dan turning.
2. Sel kelompok mesin dengan penangan material manual (tipe II M umum,
tipe I M less common)
Sel kelompok mesin dengan penanganan material manual adalah susunan
mesin-mesin yang digunakan secara kolektif untuk memproduksi satu atau
lebih part family. Pada tipe ini tidak ada persyaratan mengenai penangan
material antar mesin dalam sel. Konfigurasi mesin-mesin untuk tipe seperti
ini biasanya berbentuk “U”. Tipe tata letak U dipilih karena banyaknya
variasi benda kerja yang mengalir antar mesin sehingga perlu diperpendek
jarak perpindahan melalui pemilihan konfigurasi “U”. Persyaratan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa operator harus dapat bekerja multifungsi.
Sel mesin dengan penganan material manual akan lebih mudah
diimplementasikan bila kondisi saat ini tata letak bertipe proses, karena akan
dapat meminimasi biaya pengaturan ulang.
3. Sel kelompok mesin dengan penanganan material semi terintegrasi (tipe II
umum, tipe III M less common)
Sel mesin dengan penganan material manual akan lebih mudah
diimplementasikan bila kondisi saat ini tataletak bertipe proses, karena
dapat meminimasi biaya pengaturan ulang.
4. Sel manufaktur fleksibel atau flexible manufacturing system (tipe II A
umum, Tipe III A less common)
Sel kelompok mesin dengan penanganan material semi-terintegrasi
menggunakan sistem penanganan material dengan mekanisme seperti
konveyor untuk memindahkan komponen-komponen antar mesin dalam
sel. Flexible manufacturing system merupakan kombinasi sistem
penanganan material yang full terintegrasi dengan stasiun pemprosesan yang
otomasi. FMS adalah sistem yang paling tinggi otomasinya dari aplikasi
GT.
B. Stasiun tunggal Sel Manufaktur
Suatu sistem yang terpusat terdiri dari sejumlah mesin yang diselenggarakan
bersama-sama untuk melakukan beberapa operasi pada suatu produk, semua
mesin dan personel yang diperlukan untuk menciptakan sebuah produk dalam satu
ruang yang ditentukan, dimulai dengan bahan baku hingga produk jadi. Kedekatan
mesin dalam sel manufaktur dirancang untuk meningkatkan lead time,
mengurangi biaya produk, dan menciptakan tenaga kerja yang lebih terintegrasi
dan multi-terampil.
1. Stasiun tunggal sel manufaktur :
 Paling umum sistem manufaktur di industri
 Beroperasi independen dari stasiun lainnya
 Dapat melakukan baik proses atau operasi perakitan
 Dapat dirancang untuk:
 Model Tunggal produksi
 Batch produksi
 Model mixed produksi
2. Stasiun Tunggal Berawak (manned cell)
Satu orang pekerja mengendalikan satu mesin produksi,sifatnya masih
manual yang proses kerjanya masih menggunakan tenaga manusia.
3. Stasiun tunggal sel otomatis (automated cell)
Mesin produksi yang seluruhnya otomatis yang mampu beroperasi tanpa
pengawasan selama lebih dari satu siklus kerja.
C. Analisis dari stasiun tunggal sel
1. CNC Machining Center
Suatu alat atau Mesin yang mampu melakukan beberapa operasi yang
menggunakan alat berputar pada benda kerja dalam satu setup di bawah kendali
NC
 Operasi khasnya: miling,drilling, dan operasi yang berkaitan
 Fitur khas untuk mengurangi waktu tidak produktif:
 Otomatis alat changer
 Otomatis posisi benda kerja
 Otomatis palet changer
2. CNC Turning center
Suatu alat atau mesin yang mampu melakukan beberapa operasi pada
benda kerja berputar dalam satu setup di bawah kendali NC
 Operasi khas: Turning dan operasi terkait, misalnya, kontur
turning
 Drilling dan operasi yang terkait sepanjang sumbu rotasi benda
kerja
3. CNC Milling-Turning center
Suatu alat atau mesin yang mampu melakukan beberapa operasi baik
dengan single point turning tools atau rotating cutters dalam satu setup di bawah
kendali NC
 Operasi khas: milling,turning,drilling dan operasi yang terkait
 Kemampuan untuk mengontrol posisi c-sumbu selain sumbu
kontrol x - dan z-(Turning center terbatas sumbu kontrol pada x -
dan z-)
Jurnal Teknologi Material Handling
dan Single Station Manufacturing Cells

Mata Kuliah: Sistem Produksi

Oleh:
Rivara Syara Nasution
150130080

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2018

Anda mungkin juga menyukai