Tugas 1
Tugas 1
Nim :16120030
Dalam kegiatan pendidikan desain interior, penulis menelisik keuntungan teknologi digital
memiliki persamaan dengan keuntungan teknologi digital bagi pendidikan arsitektur. Dalam buku
arsitektur digital oleh Satwiko diuraikan keuntungan teknologi digital bagi pendidikan arsitektur
antara lain
a. Pembelajaran lebih efektif dan efisien
b. Presentasi lebih nyata
c. Komputasi lebih mudah, cepat dan menarik
d. Informasi berlimpah
e. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa tidak tergantung tempat dan waktu
f. Menekan biaya untuk pengadaan peralatan lab fisik yang mahal
g. Menekan biaya untuk pengadaan buku-buku referensi impor yang mahal
h. ( Satwiko, 2010 : 49)
Teknologi digital banyak menawarkan keuntungan,
a. Komputer adalah perangkat yang multiguna, untuk mendukung proses belajar (membuat catatan,
menggambar, memproses data, dll.), bermain dan berkreasi.
b. Sebagai studio multimedia: untuk menggambar teknis 2D dan 3D. membuat presentasi animasi,
membuat gambar seni, membuat movie atau virtual reality agar presentasi lebih jelas dan menarik.
c. Sebagai Lab virtual: membuat simulasi fisika bangunan, energy, struktur, dll.
Dengan lebih mudah, murah, cepat, akurat, presisi, sehingga rancangan lebih bertanggung jawab.
Selain itu karena banyak pekerjaan yang dapat ditangani lebih cepat dengan teknologi digital, tenaga
dapat dicurahkan untuk pengembangan filosofi desain.
d. Sebagai perpustakaan dan sumber informasi tak terbatas: dengan memiliki akses ke internet, tersedia
berlimpah informasi jurnal, hasil-hasil penelitian, produk industri terbaru, diskusi tentang arsitektur,
dll. ( Satwiko, 2010 : 50)
1.3 Qualitative Research
1.3.1 Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun
peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera
melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan,
menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis
data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.
Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan
bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang
ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang
terkandung dalam data.
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi
yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap
proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara
melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan
dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan,
prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada
saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab
proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu
mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh.
Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai
suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.
4. Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi
teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari
suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan
melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau
generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan
tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat.
Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari
lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun
saling berkaitan.
5. Mengutamakan makna
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang
dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan
informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa
harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam
situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam
konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup
lama berada di lapangan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa bahwa ciri-ciri
metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu:
Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti
sebagai instrumen kunci.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak kata-
kata atau gambar-gambar daripada angka
Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara
peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang
diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak mencari data untuk
membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk menyusun
abstraksi.
Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak.
Atas dasar penggunaanya, dapat dikemukakan bahwa tujuan penelitian kualitatif dalam bidang
pendidikan yaitu untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang terjadi di lapangan
sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan
sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa pendidikan yang terjadi di
lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan
secara alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan berdasarkan data dan
informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut melalui
pendekatan kuantitatif.
Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-
batasnya serta dapat diidentifikasikan faktorfaktor yang terkait di dalamnya.
Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan argumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan
membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris
yang relevan dengan permasalahan.
Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang
diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis,
yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipoteisis
tersebut atau tidak.
Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima.
Langkah-langkah atau prosedur penelitian tersebut kemudian oleh Jujun S. Suriasumantri
divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
2.6 Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Metode Kuantitatif menggunakan angka-angka dan data staistik, seperti: experiments,
correlational studies using surveys & standardized observational protocols, simulations,
supportive materials for case study. Yang biasanya ditandai dengan: 1. Observe events, 2.
Tabulate, 3. Summarize data, 4. Analyze, 5. Draw conclusions. Sedangkan kualitatif menggunakan
deskripsi dan kategori dalam wujud kata-kata, seperti: open-ended interviews, naturalistic
observation (common in anthropology), document analysis, case studies/life histories, descriptive
dan self-reflective supplements to experiments serta correlational studies.
Dengan ciri-ciri umum:
1. Observe events (ask questions with open-ended answers)
2. Record/log what is said and/or done
3. Interpret (personal reactions, hypotheses, monitor methods)
4. Return to observe
5. Formal theorizing (speculations and hypotheses)
6. Draw conclusions
Tiga proses yang dipakai
1. Detail tapi open-ended interviews
2. Observasi langsung
3. Menulis dokumen (dengan kata bukan angka)
Ditinjau dari sisi kemudahan
a. kuantitatif, cukup dengan menggunakan software statistik tertentu lewat media komputer (meski
harus tetap mengetahui proses statistik).
b. Kualitatif, menganalisis konsep-konsep (bukan hanya satu prosedur)
c. Kualitatif menggunakan banyak buku sebagai sumber analisa.
d. Kuantitatif, cukup dengan mempelajari 2-3 artikel.
Sumber: http://qualitativeresearch.ratcliffs.net
Perbedaan Antara Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Kebutuhan pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode ataupun teknik
untuk melakukan penelitian merupakan hal yang penting agar dapat dicapai hasil yang akurat dan
sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. PErbedaan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif yaitu:
1. Konsep yang berhubungan dengan pendekatan
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam
konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir;
oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya
gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
praktis.
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan
variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-
masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam
menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil
penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian
akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula
statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya
dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.
2. Dasar Teori
Jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya
interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang
bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti. Pada
mulanya teori-teori kualitatif muncul dari penelitian-penelitian antropologi , etnologi, serta aliran
fenomenologi dan aliran idealisme. Karena teori-teori ini bersifat umum dan terbuka maka ilmu
social lainnya mengadopsi sebagai sarana penelitiannya.
Lain halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan
fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya
menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
3. Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan
pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded
theory research”.
Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan
hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.
4. Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang
sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk
melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Lain halnya dengan desain penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus
terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat
spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan
sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain
kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study,
one group pretest, posttest design, Solomon four group design dll.nya.
5. Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala
yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-
catatan lapangan pada jsaat penelitian dilakukan.
Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif /
angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk
variable-variajbel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal,
ordinal, interval dan ratio.
6. Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan
pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam
memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian
yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample teoritis dan tidak representatif
Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample besar, karena aturan statistik mengatakan
bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya
pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan .
Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan
kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan
jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai
variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan varaibel kontrol. Hal ini
dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan terhadap variable pengganggu.
7. Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan kan menggunakan
teknik observasi terlibat langsung atau riset partisipatori, seperti yang dilakukan oleh para peneliti
bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung atau berbaur dengan yang
diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto
dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview terbuka, terstruktur atau tidak
terstruktur dan tertutup terstruktur atau tidak terstruktur.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi
terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam
mencari data, biasanya peneliti menggunakan kuesioner tertulis atau dibacakan. Teknik mengacu
pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan apakah itu data primer atau sekunder.
8. Hubungan dengan yang diteliti
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan
yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya,
peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia,
maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan
yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu
pendek.
9. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya
menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh
dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial,
analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).
Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan
setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti
korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.
Metode survai dan eksperimen yang sering diterapkan dalam penelitian kebudayaan dan
kemasyarakatan lainnya yang dapat dikontraskan dengan field research, seperti yang digambarkan
oleh Unaradjan. Survai meliputi pembatasan yang drastis, ibarat melihat melalui teropong, tempat
yang terlihat sangat terbatas. Dengan demikian, apa yang hendak dipelajari harus sudah diketahui
sebelumnya, gagasan atau prakonsepsi yang tidak boleh ada di field research, dalam survai sangat
berperan.
Eksperimen, merupakan pembatasan lebih lanjut lagi dari survai, dengan jumlah variabel
sangat sedikit serta dapat dikendalikan. Dalam penelitian berkaitan dengan arsitektur, field
research dipergunakan manakala subjek penelitian masih membuka kemungkinan eksplorasi yang
seluas-luasnya, topik penelitian merupakan suatu hal baru yang jarang atau tidak pernah terbahas
sebelumnya, sedemikian hingga gambaran seutuhnya hanya dapat diperoleh dengan pendekatan
pada real groups untuk mencapai naturalness.
Sebagaimana halnya penelitian kualitatif lainnya, field research meneliti permasalahan dalam
setting yang natural dalam upaya untuk memaknai, menginterpretasi fenomena yang teramati
(Groat & Wang, 2002). Sebagai contohnya, sebuah penelitian yang dilakukan untuk
mengungkapkan ruang dan persepsi akan ruang dari sebuah komunitas sekte kepercayaan tertentu
yang sangat tertutup, akan menjadi fenomena menarik dalam masyarakat. Penelitian survai murni
tidak akan mampu menjelaskan fenomena ini, karena “peta” jalan yang harus dilalui belum ada.
Peta semacam itulah yang dapat diperoleh melalui field research.
Berdasarkan keterangan di atas, menurut Groat & Wang (2002), ada 4 komponen kunci
berkaitan dengan field research sebagai bagian dari penelitian kualitatif:
a. Penekanan pada setting natural
Seting natural berarti subjek penelitian tidak berpindah dari tempat asli kejadian. Peneliti
menerapkan berbagai taktik untuk menempatkan diri dalam konteks penelitiannya. Konteks tidak
perlu berubah demi pelaksanaan penelitian.
b. Fokus pada interpretasi dan makna
Peneliti tidak hanya mendasari penelitiannya pada realitas empiris dari observasi dan wawancara
yang dilakukannya, namun juga memainkan peran penting dalam menginterpretasi dan memaknai
data.
c. Fokus pada cara responden memaknai keadaan dirinya
Tujuan dari peneliti adalah mempresentasikan gambaran menyeluruh dari setting atau fenomena
studi, sesuai dengan pemahaman dari responden sendiri.
d. Penggunaan beragam taktik
Sebagai bagian dari pengamatan realitas yang cenderung cair, field research tidak memiliki
kecenderungan untuk hanya mengandalkan taktik tunggal, melainkan beragam sebagai paduan dari
berbagai taktik sesuai keadaan lapangan.
Dalam field research dikenal istilah verstehen, artinya melihat kenyataan melalui
pandangan subjek di lapangan. Demikianlah observasi dilakukan. Namun begitu, analisisnya
melibatkan diri peneliti sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian, field research menjadi
semacam pertemuan budaya, culture encounter antara budaya peneliti sendiri di satu pihak, budaya
subjek penelitian di lain pihak dan bahkan budaya dari pembaca hasil penelitian tersebut. Titik
permulaannya adalah saat di mana terjadi penyimpangan, atau dipersepsikannya penyimpangan
antara si peneliti dengan lingkungan, suatu pengamatan terhadap budaya, kejadian, manusia dan
nilai-nilainya yang asing dan tidak dapat dimengerti serta dijelaskan menurut tradisi asli si peneliti.
Hal ini dikenal sebagai breakdown, yang timbulnya sangat tergantung pada tradisi si peneliti,
tradisi kelompok dan tradisi khalayak yang terlibat di dalamnya.
Breakdown amat penting dan menentukan apakah field research yang dilakukan akan
menghasilkan penelitian yang berhasil ataukah tidak. Oleh sebab itu, salah satu aspek penting
dalam field research adalah si peneliti sebaiknya memiliki apa yang oleh Neuman diistilahkan
sebagai sikap keasingan. Peneliti sebaiknya berasal dari kalangan yang sama sekali berbeda latar
belakang dengan subjek penelitian sehingga memiliki kemampuan untuk menyerap informasi yang
terasa asing dari lingkungan penelitian, serta menjadi peka akan detail yang sekecil mungkin.
Apabila peneliti memiliki latar belakang budaya yang relatif serupa, maka kondisi breakdown
tidak tercipta. Peneliti menjadi lebih mudah “dibutakan” oleh aspek-aspek keseharian rutin yang
menurutnya sudah biasa dan tidak perlu tercatat sebagai informasi penting, padahal di mata peneliti
yang awas hal itu merupakan informasi yang sangat berharga.
Menurut Neuman, pemilihan lokasi penelitian field research harus didasari tiga hal yaitu:
1. kepantasan,
2. kekayaan informasi dan
3. keunikan.
Peneliti dengan latar belakang yang terlalu dekat dengan subjek penelitian masih akan dapat
melihat kepantasan, namun akan lebih sulit memperoleh informasi yang kaya serta merasakan
keunikan.
Dengan demikian, berdasarkan pembahasan di atas, secara umum karakteristik field research
dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Lingkup permasalahan belum tegas.
2. Variabel yang akan diteliti belum terlalu dipahami.
3. Model teoritis tidak tegas.
4. Operasionalisasi tidak dilakukan.
5. Tidak terdapat pembakuan teknik pengumpulan data.
6. Tidak ada analisis statistika dengan rumus-rumus baku.
7. Dimulai dari breakdown.
8. Proses resolusi melalui verstehen.
Partisipasi aktif dari peneliti dalam field research menuntut agar peneliti:
a. tinggal bersama kelompok masyarakat yang diteliti,
b. mengunjungi kejadian dan menghadiri pertemuan atau upacara,
c. mengembangkan dan memelihara hubungan informal dengan anggota-anggota kelompok sosial,
serta
d. menghabiskan sejumlah waktu yang umumnya cukup panjang untuk kegiatan-kegiatan tersebut di
atas.
Keempat butir di atas, merupakan kekuatan dari field research di dalam memberikan gambaran
mengenai subjek penelitian. Namun demikian, tidak jarang kelebihan-kelebihan tersebut,
khususnya butir keempat menerbitkan problematika tersendiri bagi peneliti.
Studi Lapangan ( Field Research ) adalah pengumpulan data secara langsung ke lapangan
dengan mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi menurut Guba dan Lincoln, ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif,
observasi/pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya: Teknik pengamatan ini didasarkan atas
pengalaman secara langsung. Tampaknya pengamatan langsung merupakan alat yang ampuh
untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya
peneliti ingin menanyakannya kepada subyek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan
tentang keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti
mengalami langsung peristiwanya. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari
data. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang
“menceng” atau bias. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang
rumit. Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,
pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat. (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).
Observasi, yaitu : mengadakan pengamatan terhadap obyek yang diteliti.Observasi dilakukan
untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan
observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar
diperoleh dengan metode lain. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai orang
luar atau pengamat, dengan tujuan untuk lebih memahami dan mendalami masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan sosial dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan proses penelitian.
b. Wawancara
Menurut Black& Champion yaitu :
“Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal dari
interaksi verbal antara peneliti dan responden dan juga cara yang paling baik untuk menentukan
kenapa seseorang bertingkah laku, dengan menanyakan secara langsung.” ( Black & Champion,
1992: 305 ). Wawancara, yaitu mengadakan aktivitas tanya jawab secara langsung kepada
responden.
c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi Menurut McDonough dan Garrett yaitu :
“Dokumentasi adalah merupakan sejumlah bahan bukti yang terekam/tercatat yang
memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari sebagian atau semua dari suatu sistem manajemen,
termasuk di dalamnya : seluruh berkas bahan bukti tentang pilihan-pilihan ataupun keputusan-
keputusan yang pernah dibuat sebelumnya selama pengkajian suatu sistem.”(maksudnya,
pembinaan dan pengembangan sistem informasi manajemen).(McDonough dan Garrett, 1992 : 2).
Dalam studi dokumentasi dapat diartikan sebagai pencatatan atau perekaman suatu
peristiwa/obyek yang dilanjutkan dengan kegiatan penelusuran lebih lanjut serta pengolahan
atasnya sehingga menjadi sekumpulan/seberkas bahan bukti yang perlu dibuat dan ditampilkan
kembali bila diperlukan pada waktunya, ataupun sebagai pelengkap atas laporan yang sedang
disusunnya.
Ilmu dokumentasi itu sendiri semula berasal dari ilmu perpustakaan, dan mungkin saja ia dapat
dipandang sebagai bagian dari ilmu perpustakaan itu sendiri dalam artian yang luas. Banyak teknik
yang digunakan oleh para pustakawan dipandang esensial oleh para dokumentalis, walaupun pada
tahap perkembangan selanjutnya oleh para dokumentalis diberikan penekanan-penekanan yang
jauh berbeda dari yang semula. Yang telah menjadi pokok argumentasinya adalah :para
dokumentalis, terutama sekali. Tidak berkepentingan atas penanganan buku-buku, pamflet, dan
bahan sejenisnya sebagai unit-unit, tetapi mereka lebih banyak berkepentingan atas
penyusunan/pengolahan informasi yang terkandung dalam dokumen-dokumen itu sendiri
bersama-sama dengan data-data dari sumber-sumber informasi lainnya untuk dijadikan suatu
kumpulan data/informasi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/02/seputar-pengertian-penelitian.html
http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.co.id/2011/06/penjelasan-studi-lapangan-penelitian.html
https://ian43.wordpress.com/2010/05/25/perbedaan-dan-pengertian-penelitian-kualitatif-dan-
kuantitatif/
https://rivanciptanugraha.wordpress.com/2013/10/07/pemanfaatan-teknologi-informasi-di-
bidang-arsitektur/
https://www.academia.edu/8051079/Implementasi_Teknologi_Dan_Informasi_Dalam_Bidang_
Desain_Interior_Dan_Arsitektur_Di_Era_Globalisasi
http://belajarpsikologi.com/metode-penelitian-kualitatif/