Anda di halaman 1dari 18

Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Paradigma Desain pada Era Digital

I Gede Mugi Raharja


Institut Seni Indonesia Denpasar
Email Penulis: mugi5763@yahoo.co.id

Pendahuluan
Sejak teknologi desain berbantuan komputer
dipasarkan pada 1982, dan berlanjut pemasaran komputer
desain tiga dimensi dengan realitas virtual (3DVR) pada 1990,
komputer desain telah memengaruhi cara berpikir
seseorang mengerjakan sebuah karya desain. Pengaruh
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan proses
pembuatan desain, yang semula dilakukan dengan cara
menggambar secara manual, kemudian mulai beralih ke
pembuatan desain berbantuan komputer. Kelebihan
karakteristik citra desain pada layar elektronik komputer
adalah adanya unsur gerak yang tidak ada pada citra-citra
konvensional nonarsitektonik, seperti gambar perspektif di
atas kertas. Unsur gerak pada simulasi yang dibuat di layar
elektronik komputer disebut Gilles Deleuze sebagai citra
gerak (Piliang, 2008: 286).
Komputer desain merupakan teknologi program
atau perangkat lunak yang memanfaatkan objek berupa
garis, kurva, lingkaran, atau kumpulan garis dan setiap
objeknya dapat direproduksi berulang-ulang. Teknologi ini
terdiri atas perangkat lunak grafik vektor tiga dimensi (3D)
dan animasi komputer. Desain ruang yang dihasilkannya real
world scale, yaitu suatu gambaran grafik dengan ukuran
skala sebenarnya. Hal inilah yang menyebabkan teknologi
komputer desain dapat mempermudah pekerjaan desain
(Tim ITB dan Sarana, 1996: 2—4).
Teknologi komputer yang dikembangkan sejak
1950 pada umumnya dibedakan dengan batas generasi dan
semakin mutakhir. Generasi Pertama (1954), merupakan

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 126


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

komputer yang masih menggunakan tabung elektron.


Komputer Generasi Kedua (1960-1965) menggunakan
transistor (elektronika). Komputer Generasi Ketiga (1965-
1975) bentuknya makin kecil, karena telah ditemukan
teknologi integrated circuit (IC). Komputer Generasi
Keempat yang lahir pada 1975 telah menggunakan chip.
Penemuan teknologi micro chip, telah menandai lahirnya
dunia mikroprosesor (Siauw, 1995: 29).
Teknologi komputer yang pada awalnya hanya
digunakan untuk menghitung, kemudian dikembangkan
untuk membantu pekerjaan keteknikan, antara lain untuk
membantu pekerjaan desain, sesuai dengan tuntutan
kebutuhan keteknikan, seperti arsitek maupun desainer.
Akhirnya pada 1982 telah berhasil dikembangkan dan
dipasarkan teknologi desain berbantuan komputer
komputer (Computer Aided Design disingkat CAD). Tuntutan
untuk makin menyempurnakan teknologi komputer desain
tersebut, kemudian berlanjut sampai ditemukan aplikasi
komputer untuk membuat karya grafis 3D dengan realitas
virtual (3DVR) pada 1990, meskipun sifatnya semu. Pada
dekade 1990-an juga sudah mulai dipasarkan komputer
pribadi dengan layar datar “LCD” (Liquid Computer Display)
dan memiliki kecepatan, serta kemampuan besar, sehingga
komputer bisa dibawa kemana-mana untuk
mempresentasikan karya desain. Gambar 1 adalah
perkembangan teknologi komputer analog (elektronik) ke
teknologi digital (CAD dan 3DVR).

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 127


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Gambar 1:
Komputer Analog (elektronik) dan Komputer Digital (CAD dan
3DVR)
(Sumber: https://www.viva.co.id/arsip/320127-komputer-pertama-
apple-dilepas-rp1-6-miliar,
https://www.mediainformasidigital.my.id/2018/12/pengertian-
komputer-dan-jenis-jenis.html,
https://www.ekrut.com/media/software-desain-grafis,
https://id.aliexpress.com/item/32798453778.html)

Kemampuan komputer yang makin meningkat,


sangat ditunjang oleh penemuan teknologi pengintegrasian
sejumlah rangkaian elektronik (Integrated Circuit) atau
sirkuit terpadu dalam sekeping material kecil, yang mulai
diperkenalkan pada 1958. Setelah micro chip bisa dibuat
sebesar pentol korek api pada dekade 1980an mulailah
terjadi “revolusi digital”. Oleh karena teknologi mekanik dan
elektronik analog, rangkaiannya telah bisa dikemas pada
sekeping micro chip. Teknologi ini banyak diaplikasikan pada
komputer pribadi. Dalam komunikasi digital, perangkat keras
mampu diperkuat sinyal digital dan mendistribusikannya
tanpa kehilangan informasi dalam sinyal, meskipun jarak
distribusinya sangat jauh. Revolusi digital menurut Jeremy
Rifkin (dalam
https://en.wikipedia.org/wiki/Digital_Revolution)
merupakan Revolusi Industri ke-3 dan menandai mulainya
era baru di bidang informasi.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 128


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Aplikasi teknologi digital pada komputer desain,


akhirnya dapat mengubah paradigma desain pada akhir abad
ke-20. Oleh karena, cara berpikir dan proses pembuatan
desain, yang semula dibuat secara manual, bisa dirubah ke
format digital. Wujud desain yang semula merupakan
realitas material yang bersifat fisik, kini desain bisa menjadi
realitas virtual yang bersifat nonfisik, semu atau maya. Selain
itu, teknologi digital yang diaplikasikan pada komputer
desain, dapat meningkatkan kualitas karya desain,
mempercepat pengerjaan desain dan memudahkan
pengarsipannya.
Inilah fenomena baru dalam kebudayaan,
pengembangan teknologi digital sebagai teknologi dengan
kecerdasan buatan pada bidang desain, dapat mengubah
definisi tentang desain, cara berpikir dan cara membuat
sebuah karya desain. Cara berpikir desainer telah diambilalih
oleh perangkat komputer, melalui sistem untuk pemasukan
data, penyuntingan, penerjemahan, pelaksanaan program
dan penyimpanan memori data. Urutan instruksi pada
komputer desain dapat membantu desainer melaksanakan
segala pertukaran dan transformasi informasi yang
diperlukan (Lawson, 2007: 278).

Paradigma Desain
Konsep paradigma yang diungkapkan oleh Thomas
Kuhn, sebenarnya ditujukan pada bidang ilmu. Ilmuwan
menerima sebuah paradigma, sebagai suatu pola dasar
pemecahan masalah. Namun, selanjutnya akan muncul
situasi bahwa paradigma tersebut tak mampu memberi
jawaban terhadap masalah baru yang muncul. Situasi
revolusioner akan pecah dan paradigma baru akan muncul
menggantikan yang lama. Begitulah yang terjadi pada
''revolusi'' keilmuan Galileo Galilei dan Albert Einstein
(Ariefyanto, 2012 dalam https://www.republika.co.id).

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 129


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Galileo Galilei (1564-1642) adalah tokoh peletak dasar


ilmu pengetahuan modern, yang memperkenalkan metode
eksperimen (dengan teleskop) untuk membuktikan bahwa
matahari adalah pusat tata surya (heliosntris), sesuai dengan
pendapat Nicholas Copernicus (1473-1543). Akan tetapi
penemuan tersebut memerlukan waktu lama untuk bisa
diterima, karena masih kurangnya bukti yang masuk akal dan
pengaruh otoritas Gereja Katolik Roma yang masih kuat dan
sangat konservatif (Raharja, 2003:7—8).
Albert Einstein dikenal sebagai peletak dasar ilmu
dan teknologi fisika modern, yang memungkinkan
penggunaan dan pemakaian sumber-sumber enersi baru,
nuklir dan cahaya. Pada 1916 Einstein mempublikasikan Teori
Umum Relativitas secara lengkap. Teori relativitas Einstein
telah banyak merubah pandangan dan pemikiran para
ilmuwan semasa dan sesudahnya. Einstein juga
mempergunakan teori relativitas untuk menjelaskan
struktur dan model jagat raya. Namanya pun semakin
termashur sejak Einstein berkecimpung dalam bidang
Astrofisika dan Kosmofisika (Virwany dalam Majalah
Scientiae, 1979: 47).
Bidang desain meskipun mengandung ilmu, tetapi
desain sangat berkaitan dengan bidang keterampilan dan
pengalaman. Dalam hal ini, maka diperlukan pemahaman
akan pengertian desain dalam arti luas, agar bisa
mengaitkannya dengan masalah paradigma. Istilah desain,
berasal dari kata disegno dalam Bahasa Italia, yang berarti
menggambar. Kata disegno tersebut, telah digunakan pada
masa Renaisans sebagai basis dari semua seni visual. Kata
disegno pada masa Renaisans dimaksudkan untuk
menggambarkan fase penemuan dan konseptualisasi yang
secara umum mendahului terbentuknya lukisan, patung, dan
seterusnya (Vasari dalam Walker, 2010: 24).
Agar lebih mendekati kaitan desain dengan masalah
paradigma, maka perlu merujuk pengertian desain yang

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 130


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

dirumuskan oleh Bruce Archer. Berdasarkan rumusannya,


desain disebutkan sebagai bidang keterampilan,
pengetahuan, dan pengalaman manusia, yang
mencerminkan keterikatannya dengan apresiasi dan
adaptasi lingkungan, terkait dengan pemenuhan kebutuhan
spiritual dan material manusia. Dalam batasan ini, maka
istilah desain analog dengan ilmu, sehingga konsep
paradigma Kuhn dapat digunakan juga untuk membahas
paradigma desain.
Berdasarkan konsep Thomas Kuhn, paradigma
disebutkan mengandung unsur kekinian, karena paradigma
mempunyai kaitan langsung dengan kenyataan objektif
suatu masa atau periode. Menurut Kuhn, paradigma baru
selalu didahului dengan anomali, serta penemuan akan
realitas yang lebih sesuai dengan zamannya (Sachari, 1986:
22-24). Anomali merupakan suatu kejadian yang tidak
diperkirakan, kemudian dapat mengubah suatu keadaan.
Berdasarkan dengan hal ini, berarti ada suatu keadaan dalam
bidang desain yang dapat merubah cara berpikir, maupun
cara membuat karya desain. Anomali di bidang desain itu
terjadi, ketika ditemukan cara baru dalam membuat desain
yang tidak diperkirakan sebelumnya, yaitu membuat desain
dengan bantuan komputer, khususnya komputer desain
3DVR.

Revolusi Digital
Revolusi digital terjadi sejak dekade 1980an, setelah
micro chip bisa dibuat sebesar pentol korek api. Teknologi
digital ini akhirnya dapat menggantikan teknologi mekanik
dan analog. Teknologi digital kemudian telah membuat
perubahan besar dalam kebudayaan di dunia, karena
teknologi digital dapat mempermudah berbagai aktivitas
berbantuan komputer. Akan tetapi, bisa juga menimbulkan
masalah, karena pasti ada yang kurang paham menggunakan

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 131


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

teknologi digital semakin canggih, sehingga memunculkan


istilah gagap teknologi.
Kata digital sebenarnya merupakan istilah untuk
“sistem kode” yang diterapkan pada komputer, berupa
angka 0 dan 1. Angka 0 berarti tidak ada arus listrik,
sedangkan angka 1 berarti ada arus listrik. Selanjutnya,
kombinasi angka 0 dan 1 digunakan dalam pengemasan
informasi, transmisi dan penerimaan pada teknologi
komunikasi dan informasi. Oleh karena itu, teknologi
komunikasi digital adalah teknologi berbasis sinyal elektrik
komputer yang menggunakan sistem bilangan biner. Sifat
sinyalnya putus-putus, karena diatur oleh transistor.
Perkembangan teknologi digital sangat ditunjang oleh
penemuan Integrated Circuit (IC), perangkat elektronik yang
terdiri atas gabungan beberapa komponen (Resistor,
Kapasitor, Dioda dan Transistor) yang terintegrasi menjadi
sebuah rangkaian berbentuk chip (Lazarus, 2013 dalam
https://blogs.itb.ac.id).
Setelah ditemukan transistor pada 1947 sebagai alat
semi konduktor menggantikan teknologi tabung vacum,
terjadilah revolusi elektornika, karena produk elektronik bisa
dibuat kecil-kecil. Transistor merupakan sirkuit pemutus dan
penyambung arus, stabilisasi tegangan dan modulasi sinyal.
Selanjutnya ditemukan teknologi IC pada dekade 1950an.
Akan tetapi, pada 1980an IC baru terimplemantasikan dalam
berbagai produk elektronik, seperti kalkulator, jam tangan,
Walkman, radio saku, maupun kamera. Teknologi IC jenis ini
dikategorikan sebagai IC liniear. Sedangkan IC digital, pada
dasarnya merupakan rangkaian seperti saklar (switching)
yang tegangan Input dan Output-nya memiliki dua level, yaitu
“tinggi” dan “rendah”, dalam kode biner angka “1” dan “0”.
Bilangan biner “1” dan “0” merupakan kode digital yang sifat
sinyalnya terputus-putus, karena arus listriknya diatur oleh
transistor. Kode digital tersebut kemudian diproses oleh
teknologi komputer.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 132


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Contoh revolusi teknologi analog ke digital yang paling


mudah dipahami oleh masyarakat di Indonesia adalah pada
teknologi radio dari teknologi radio tabung elektron,
teknologi transistor untuk radio dan teknologi Integrated
Circuit (IC) untuk radio digital. Contoh visualnya dapat dilihat
pada Gambar 2 di bawah:

Gambar 2:
Contoh Revolusi Teknologi dari Radio Tabung Elektron, ke
Teknologi Transistor dan IC/Digital
(Sumber: https://skemaku.com/pengertian-komponen-aktif-dan-
pasif-beserta-jenis-dan-fungsinya/,
https://id.pinterest.com/pin/426012445971887715/,
https://techno.okezone.com/read/2016/02/04/207/1304941/perke
mbangan-pemutar-musik-dari-masa-ke-masa,
https://loakanantik.blogspot.com/2011/03/radio-transistor-
telesonic-nt-903s.html,
https://id.wikipedia.org/wiki/Sirkuit_terpadu,
https://www.harveynorman.ie/tvs-headphones/audio/internet-
radio/sony-xdr-s41d-portable-dab-dab-digital-radio-black.html, dan
Sachari, 1986)

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 133


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Teknologi digital pada dasarnya merupakan sistem


perhitungan cepat, yang memroses semua bentuk informasi
numerik atau kode digital, yang dapat dibaca oleh komputer.
Oleh karena itu, sistem operasional digital berjalan secara
otomatis menggunakan sistem komputerisasi. Teknologi
digital pada telpon seluler misalnya, data numeriknya
terkirim melalui gelombang radio, kemudian telpon seluler
penerima melakukan konversi data numerik yang diterima
menjadi suara yang dapat didengar. Sedangkan untuk
gambar pada kamera video, dirubah dari gelombang cahaya
menjadi digital dalam bentuk piksel. Piksel merupakan istilah
akronim dari picture dan element. Piksel merupakan unsur
gambar atau representasi sebuah titik terkecil dalam sebuah
gambar grafis, yang dihitung per inchi.
Memasuki abad ke-21 teknologi digital telah
diaplikasikan dalam berbagai aktivitas kehidupan, karena
dapat membantu berbagai aktivitas di berbagai bidang,
seperti dalam bidang penelitian, pendidikan, bisnis, sosial,
dan sebagainya.

Implikasi Pada Desain


Lahirnya komputer desain, khususnya komputer
desain 3D dengan realitas virtual, telah mengubah cara
berpikir, pembuatan dan definisi tentang desain. Oleh
karena, desain yang semula bersifat fisik seperti yang
diungkapkan oleh Buchanan, kini desain bisa bersifat virtual
(semu, maya). Cara kerja desain di dalam layar elektronik,
“ruang ekstensif desain” diambilalih oleh “waktu intensif
layar”.
Buchanan (dalam Piliang, 2008: 381) menjelaskan,
bahwa karakter sebuah wujud desain dibangun oleh
elemen-elemen bentuk, garis, bidang, warna dan tekstur,
yang pada akhirnya membangun makna sebuah produk atau
semantika produk. Dalam kaitannya dengan sifat material ini,
Buchanan menyebut desain sebagai bagian dari seni

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 134


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

asitektonik, yaitu aktivitas menciptakan keberaturan dan


tujuan bagi produksi untuk menghasilkan keputusan tentang
ukuran, bentuk, susunan, material, teknik pembuatan, warna
dan finishing, yang menentukan bagaimana sebuah objek
dibuat. Dengan demikian, sifat arsitektonik desain
merupakan fungsi dan sifat materialitasnya.
Dengan adanya perkembangan ruang-ruang
elektronik yang dibangun oleh electronic ether, telah
merenggut dunia materialitas dan non-arsitektonik. Menurut
Virilio (dalam Piliang, : 393), dominasi ruang-ruang elektronik
atau kronoskofis atas dunia kehidupan harian manusia
kontemporer ini, merupakan sebuah situasi yang disebut
“ketakmukngkinan arsitektur”, karena sebagian besar tugas
arsitektur dan arsitektonik diambilalih oleh ruang-ruang
artifisial-elektronik. Materialitas desain kini diambilalih oleh
imaterialitas desain.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
seperti komputer yang memiliki layar elektronik,
berimplikasi terhadap cara mengomunikasikan desain,
khususnya komunikasi visual. Oleh karena, terjadi
transformasi dari ruang ekstensif (di dalam dunia fisik nyata)
ke arah waktu intensif (di dalam layar elektronik). Beberapa
aktivitas desain, seperti aktivitas perwujudan ide desain
(sketsa, gambar kerja, rendering, modeling), kini
sepenuhnya bisa dilakukan di dalam medium virtual layar
(intensif). Model itu kemudian bisa direalisasikan ke dalam
wujud fisik sebuah produk (ekstensif).
Pada saat tahapan desain dikerjakan secara intensif
atau virtual, maka desain dikerjakan menggunakan
perangkat rendering komputer dan bersifat realitas virtual.
Akan tetapi, desain yang bersifat realitas virtual tersebut
kemudian bisa diwujudkan ke dalam wujud material yang
bersifat fisik, melalui proses produksi dan pabrikasi.
Implikasi dari lahirnya teknologi komputer desain,
yang diikuti lahirnya komputer desain 3DVR, sangat jelas bisa

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 135


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

dilihat pada cara pembuatan desain. Oleh karena, aktivitas-


aktivitas representasi dan komunikasi desain yang
sebelumnya dilakukan pada ruang nyata yang melibatkan
material fisik, alat-alat dan tubuh, seperti saat membuat
skema, sketsa, rendering, gambar kerja, studi model, dan
prototipe, kini semuanya dapat dilakukan di dalam layar
elektronik computer (Lihat Gambar 3). Pembuatan simulasi
ruang, waktu, durasi, pergerakan, pemindahan, pengkopian,
penghapusan, dan penyimpanan elemen-elemen visual,
semua bisa dilakukan di dalam komputer desain.

Gambar 3:
Perubahan Cara Menggambar ruang dari Ruang Fisik Nyata ke
Ruang Digital
di Atas Kertas (ruang luar), di Meja Gambar (dalam ruangan/
studio), di dalam Ruang Virtual/ Digital
(Sumber: https://pixabay.com/id/photos/menggambar-rancangan-
sketsa-proses-2805277/, https://www.archdaily.com/889367/20-
technical-architecture-drawing-tips dan Arsip tugas mahasiswa)

Dengan adanya wacana desain dengan citra gerak


(kronoskopi) yang bersifat realitas virtual, maka representasi
desain kini dapat disimulasikan. Selain itu, ruang dan waktu
tidak hanya dapat direpresentasikan seperti gambar
perspektif, gambar kerja dan maket, tetapi kini dapat
disimulasikan berupa ruang-waktu virtual (lihat Hambar 4).
Oleh karena, teknologi komputer desain 3DVR dapat
membantu menciptakan simulasi desain ruang dan waktu,
berupa desain ruang-ruang elektronik yang mengandung
unsur gerak atau citra kronoskopi.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 136


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Gambar 4:
Gambar Perspektif Interior Aula Kampus ITB Bandung,
Contoh Maket Bangunan dan Simulasi Desain Ruang Virtual di
Layar Elektronik Komputer
(Sumber: Bahan Ajar Desain Interior Bali Modern dan Metode
Desain, FSRD ISI Denpasar)

Menurut Virilio (dalam Piliang, 2008: 396—397),


citra kronoskopi merupakan simulasi desain ruang
digital yang mengandung unsur gerak, sehingga
seseorang yang melihat desain tersebut dapat
mengalami suasana ruang dan waktu secara virtual.
Cara kerja walk-trough di dalam program komputer
desain 3DVR misalnya, mampu menghasilkan model
virtual yang memungkinkan seseorang dapat
merasakan ruang, menaiki tangga gedung dan
membuka pintu. Pada wacana desain 3DVR, di
dalamnya waktu, durasi, dan temporalitas dunia dapat
dimanipulasi. Hal ini menyebabkan seseorang yang
melihat desain tersebut mengalami waktu dari sebuah
desain secara virtual (imaterial), sebelum desain
tersebut direalisasikan menjadi sebuah produk fisik
(material). Konsep imaterial dalam hal ini, dipahami
sebagai ada yang tidak metafisik, juga tidak tampak
oleh mata telanjang, seperti ether, elektronika, molekul
dan atom.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 137


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Ruang virtual yang dibuat dengan bantuan


teknologi digital pada komputer desain 3DVR,
merupakan ruang yang tercipta setelah dimasukkan
data teknis ke dalam program komputer desain. Data
ini kemudian diolah secara digital, sehingga pada layar
komputer bisa terlihat visualisasi ruang yang bersifat
maya. Furnes III dalam artikelnya tentang Designing in
Virtual Space menyatakan, bahwa pembuatan desain
ruang virtual sebagai tipuan mengenai keadaan yang
dapat dilihat dan disentuh. Ruang virtual dapat
memberikan realitas ruang, tetapi ruang dalam pikiran
yang dimanipulasi memanfaatkan interface berupa
pengamatan di layar komputer dan sentuhan pada
mouse. Teknologi desain ruang virtual tersebut
menghendaki suatu respons manusia tentang
pemahaman terhadap ruang virtual, yang dapat
memvisualkan desain ruang yang tak terbayangkan
sebelumnya (http://www.hitl.washington.edu).
Oleh karena itu, dengan semakin mutakhirnya
teknologi komputer desain, seseorang yang melihat
visualisasi ruang di dalam layar komputer seakan bisa
merasakan ruang, bisa masuk ke dalam ruang,
bergerak, dan berjalan memasuki ruang-ruang maya
atau artifisial tersebut. Ruang yang tercipta ini juga bisa
disebut sebagai ruang yang melampaui realitas dan tak
terbayangkan sebelumnya (posrealitas). Terciptanya
ruang virtual posrealitas inilah yang telah mengubah
interpretasi ruang dari zaman klasik hingga era modern,
yang lebih bersifat fisik.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 138


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Simpulan
Komputer desain kini telah menjadi bagian
integral yang tak terpisahkan dari proses desain secara
keseluruhan, mulai dari penyusunan data perencanaan,
analisis, presentasi sampai simulasi pengujian.
Komputer grafis kini semakin diminati, karena bisa
mempermudah pekerjaan dan menyempurnakan
tampilan gambar. Khusus untuk kepentingan simulasi
dan animasi, dapat memanfaatkan teknologi komputer
desain 3DVR yang dapat membatu para desainer atau
arsitek untuk menghasilkan rancangan sesuai dengan
imajinasinya. Hal ini juga ditunjang oleh semakin
canggihnya pencetak (printer), yang mampu
menyempurnakan cetakan offset.
Teknologi yang digunakan untuk membuat
simulasinya telah memberi kemungkinan baru dalam
wacana desain, karena tugas desain telah diambil-alih
oleh ruang-ruang elektronik buatan yang didukung citra
gerak. Realitas desain yang tercipta tersebut dibuat
menggunakan elemen-elemen yang bersifat
nonmaterial, nonfisikal dan nonspasial di layar
komputer, sehingga menghasilkan desain ruang-ruang
digital dengan citra gerak (kronoskopi). Citra ini
sebenarnya merupakan tipuan visual yang sangat
ditentukan oleh kualitas teknologi komputer grafis dan
bersifat nonhuman.
Penggunaan teknologi komputer desain 3DVR di
lingkungan pendidikan tinggi arsitektur maupun desain
interior di Bali, dapat memberikan pemahaman kepada
mahasiswa bahwa implikasi dari teknologi ini adalah
terjadinya perubahan media pembuatan desain, dari
ruang ekstensif (di dalam dunia fisik nyata) ke arah

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 139


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

waktu intensif (di dalam layar elektronik komputer).


Apabila dahulu desainer atau arsitek membuat ruang
arsitektonik di ruang yang bersifat fisik (dunia nyata),
tetapi kini desainer membuat desain ruang-ruang digital
di layar elektronik komputer (dunia virtual).
Sejak teknologi komputer desain, khususnya
komputer desain 3D dengan realitas virtual dipasarkan,
teknologi ini telah memengaruhi cara berpikir para
arsitek maupun desainer interior di seluruh dunia.
Pengaruh tersebut menyebabkan terjadinya perubahan
proses pembuatan desain, dari cara menggambar
secara manual beralih kepada komputer desain. Akan
tetapi, teknologi komputer desain ini hanyalah sebagai
alat untuk mempermudah pekerjaan desain, kelayakan
estetis sebuah karya desain tetap harus lahir dari hasil
pemikiran arsitek atau desainer yang membuat karya
desain tersebut, sehingga karya desainnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Estetika citra elektronik digital yang divisualkan
komputer desain menurut Virilio (dalam Piliang, 2008:
400) merupakan estetika ketaktampakan (aesthetics of
disappearance), yaitu estetika yang dibangun oleh citra
numerik. Citra numerik merupakan data di dalam
komputer, tetapi tidak tampak berupa data angka di
layar monitor komputer. Oleh karena, datanya sudah
diolah secara digital di dalam program komputer,
sehingga yang terlihat di layar monitor hanya visual
grafis.
Dalam konteks budaya, teknologi komputer
desain merupakan salah satu dari unsur kebudayaan.
Mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1990: 258),
teknologi komputer desain 3DVR bisa diterima di

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 140


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

seluruh dunia, karena kesadaran akan adanya


kekurangan dalam teknologi, khususnya teknologi yang
dapat meningkatkan kualitas pembuatan karya desain.
Keinginan untuk mencapai kualitas desain yang bagus
itulah yang menyebabkan para desainer atau arsitek,
ingin memperbaiki kualitas karyanya dengan teknologi
desain berbantuan komputer yang canggih. Dengan
teknologi ini, dapat dikembangkan berbagai kreativitas,
yang antara lain berupa perpaduan nilai-nilai arsitektur
tradisional dengan prinsip arsitektur atau desain
modern.
Dengan digunakannya teknologi komputer
desain 3DVR oleh para desainer atau arsitek di
Indonesia, khususnya di Bali, berarti penemuan
(discovery) teknologi komputer desain tersebut telah
memengaruhi budaya Bali. Sebagian arsitek maupun
desainer interior di Bali yang telah memanfaatkan
teknologi ini, mereka akan bisa membuat ruang-ruang
virtual digital yang mengandung citra gerak. Dengan
teknologi komputer desain ini, baik desainer maupun
arsitek, dapat membuat simulasi desain arsitektural dan
interior, yang secara visual seperti kenyataan, bahkan
bisa menciptakan suasana melampaui realitas
(posrealitas).
Teknologi komputer desain 3DVR yang masuk ke
Bali tersebut sudah melalui proses adaptasi, sehingga
tidak menyebabkan terjadinya suatu perubahan bagi
kebudayaan Bali. Baik arsitek maupun desainer
pendukung kebudayaan Bali, telah menerima dan
sebagian telah memanfaatkan teknologi komputer
desain, hanya untuk meningkatkan kualitas karya
desainnya. Arsitek senior Bali, I Wayan Gomudha,

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 141


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

mengaku telah menggunakan teknologi komputer


desain 3DVR pertamakali saat membantu Pemerintah
Provinsi Bali membuat desain Monumen Bom Bali di
Kuta pada 2003. Keberhasilannya mendesain Monumen
Bom Bali dengan teknologi komputer desain 3DVR,
kemudian berlanjut saat membuat desain Gedung
Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung pada 2006
(wawancara dengan Gomudha, 12 Juli 2012).
Revolusi digital memang telah memungkinkan
untuk menyimpan dan melacak data, artikel, atau
statistik, serta hal-hal lain. Akan tetapi, setiap teknologi
baru pasti saja ada kelemahannya. Apabila data digital
mudah dibuat, maka tekonologi digital mudah juga
dihapus dan dimodifikasi. Hal ini tentu berbeda dengan
data artefak budaya, karena sebagian besar
perkembangan kebudayaan manusia dapat diketahui
melalui benda-benda fisik dari masa lalu yang telah
ditemukan atau dilestarikan, terutama dalam dokumen
tertulis.

Referensi
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Piliang, Yasraf Amir. 2008. Multiplisitas dan Diferensi:
Redifinisi Desain, Teknologi dan Humanitas.
Yogyakarta: Jalasutra.

Raharja, I Gede Mugi. 2003. “Sejarah Desain Modern”.


(Buku Ajar). Denpasar: Jurusan Desain Program
Studi Seni Rupa dan Desain Universitas Udayana.
Sachari, Agus. 1986. Paradigma Desain Indonesia.
Jakarta: Rajawali.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 142


Dasa Citta Desain 2021 : Desain dalam Era Budaya Digital

Lawson, Bryan. 2007. Bagaimana Cara Berpikir Desainer.


Yogyakarta: Jalasutra.
Walker, John A. Desain, Sejarah, Budaya: Sebuah
Pengantar Komprehensif (xx-xxii). Yogyakarta:
Jalasutra. 2010.
Ariefyanto, M Irwan. 2012. “Thomas Kuhn, Bapaknya
Paradigma” (Online)
(https://www.republika.co.id/berita/m1nbia/thom
as-kuhn-bapaknya-paradigma; diakses tgl. 25-6-
2021).
Furness III, Thomas A. (tanpa tahun publikasi).
“Designing in Virtual Space”. (Online),
(http://www.hitl.washington.edu/publications,
diunduh 29 Agustus 2011).
Lazarus, Kevin Agustinus. 2013. “Penemu Integrated
Circuit (IC)”. (Online)
(https://blogs.itb.ac.id/kevinagustinuslazarus/201
3/09/18/penemu-integrated-circuit-ic/; diakses tgl.
16-6-2021).
Wikipaedia. (tanpa tahun). “Revolusi Digital”. (Online)
(https://en.wikipedia.org/wiki/Digital_Revolution
&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search;
diakses pada tgl. 15-6-2021).
Majalah Scientiae (Majalah Sains dan Teknologi
Populer). No. 95 Tahun 10, 1979. Bandung.

ISBN: 978-623-5560-14-4 (PDF) 143

Anda mungkin juga menyukai