HALUSINASI
Kelompok 5
Nama Anggota:
1. Hadania Madhita TA P1337420617010
2. Aji Wisnu Wardhana P1337420617012
3. Dona Putu Sari P1337420617030
4. Ira Hadnasari P1337420617050
5. Astika Nugraheni P1337420617069
6. Alifia Jaya Wandira P1337420617085
A. LATAR BELAKANG
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori presepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang tidak ada.
Halusinasi merupakan gangguan orientasi realita, karena terganggunya fungsi otak:
kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan
menilai terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan
mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal
(Ekspresi,gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Memperhatikan
perilaku klien seperti ini tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh Perawat
profesional, paling tidak mengurangi masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang
pasien tidak berkembang menjadi lebih berat ( perilaku agresif / perilaku kekerasan).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum mememperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan
keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran, diharapkan akan mampu
mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi sehubungan dengan halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji klien dengan masalah utama halusinasi.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah
utama halusinasi.
c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan klien dengan masalah
utama halusinasi.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan klien
dengan masalah utama halusinasi.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan klien dengan masalah
utama halusinasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori presepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang tidak ada.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang juga
disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang
salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh
klien.
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau tindakan pasien saat
halusinasi terjadi. Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat
dengan pasien atau dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi muncul.
Rentang respon :
JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
70 % berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang
jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. FASE HALUSINASI.
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
Fase halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan
untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara.
Klien masih mampu mengotrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun
intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang mengalami
psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi demikian
merupakan proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian respon
neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
Menurut Yosep (2009), faktor risiko penyebab terjadinya halusinasi dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu, misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi (unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut Rawlins dan Heacock (dalam Yosep, 2009) mencoba memecahkan masalah
halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk
yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan conforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Irama sirkardiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam
dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan dengan
jenis halusinasinya yaitu, sebagai berikut:
1. Jenis halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedengkan
telinga kearah tertentu, menutup telinga.
Data Objektif : Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak
jelas.
Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
c. Halusinasi Penghidu
Data Subyektif : Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, faeces, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
d. Halusinasi Pengecap
e. Halusinasi Perabaan
2. Isi halusinasi.
Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila halusinasi
yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang dilihat oleh
klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium
untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul,
berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman halusinasi itu muncul, bila
mungkin klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi tersebut.
Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan
bilamana klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.
Perlu diidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum mengalami halusinasi. Data
dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien
menjelangkan muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
5. Respon klien.
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi terhadap halusinasi.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya di kendalikan
oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas
terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri ( suicide),
membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga mengalami
masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya halusinasi.Masalah itu
antara lain harga diri rendah dan isolasi social (Stuart dan Laria,2001).
Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan social , klien
menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di bandingkan
stimulus eksternal. Klien selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus
internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu timbulnya halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut :
H. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul.Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertaibua sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : MENGHARDIK HALUSINASI.
SP 1 KLIEN
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik :
Perawat : Assalamualaikum..!!! Selamat pagi bu… perkenalkan nama saya
Refiazka Yusalia . Saya mahasiswa praktek dari Poltekkes Kemenkes Padang. Hari ini
saya dinas pagi dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu
selama di rumah sakit ini. Nama ibu siapa?
Perawat : Senangnya ibu dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi :
Perawat : Baiklah ibuk Rahmi, Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
c. Kontrak :
Perawat :Buk Rahmi, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu ibuk dan cara mengontrol suara-suara
tersebut, Apakah ibuk Rahmi bersedia?
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Perawat : Ibu mau berbincang-bincang dimana?
Perawat : baiklah buk kita akan berbincang-bincang disini
2. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu rahmi mendengar suara tanpa ada wujudnya?
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak
mendengar suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara yang ibu dengar?
Apakah ibu mendengarnya terus menerus atau sewaktu- waktu?
Perawat : Kapan yang paling sering Ibu mendengar suara itu?
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan
ibu ketika mendengar suara tersebut?
Perawat : Kemudian apa yang ibu lakukan?
Perawat : Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?
Perawat : Baiklah bu, apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara
untuk mengontrol halusinasi yang ibuk Rahmi alami yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas.
Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu
dengan menghardik, apakah ibu Rahmi bersedia?
Perawat : Bagaimana kalau kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu,
baru ibu mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini
bu, jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya
tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga
ibu. seperti ini ya bu. Coba sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya
lakukan tadi.
Perawat : Wah bagus sekali bu, ibu sudah bisa mempraktekkan.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu Rahmi setelah kita kita bercakap-cakap?
Perawat : Baiklah bu, Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti
yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa
mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara
palsu”
b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau
disaat ibu mendengar suara tersebut. cara mengisi buku kegiatan
harian adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita
buat tadi ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka ibu
menuliskan di kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat di kolom B,
Jika ibuk tidak melakukanya maka ibu tulis di kolom T. apakah
ibu mengerti?
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien,
benar cara, benar waktu, benar dosis dan kontinuitas.
C. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Assalamualaikum, Ibuk masih ingat dengan saya?
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakah buk Rahmi masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Perawat : Apakah ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar berkurang?
Perawat : Bagus buk. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya bagaimana ibu
melakukannya.
Perawat : Bagus sekali buk. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya ya buk
Perawat : bagus sekali buk Rahmi. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan
menghardik secara mandiri ibuk walaupun masih ada diingatkan oleh
keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah buk Rahmi, sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan
latihan cara yang kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang
muncul yaitu cara minum obat yang benar, apakah ibuk bersedia?
Perawat :Berapa lama ibuk mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Perawat Baiklah buk
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibuk sudah dapat obat dari Perawat?
Perawat : Ibuk perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang,
dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang
warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali sehari gunanya supaya
tenang dan berkurang rasa marah dan mondar mandirnya, yang
warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks dan
tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya HLP gunanya
untuk menghilangkan suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini
harus ibuk minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam. Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibuk bisa menghisap es batu yang bisa diminta pada
Perawat. Bila ibuk merasa mata berkunang-kunang, ibuk sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya buk.
Sampai disini, apakah buk Rahmi mengerti ?
Perawat : Baiklah buk Rahmi, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum obat
lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama
ibuk yang tertulis disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis
obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum,
jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obatnya.
ibuk harus meminum obat secara teratur dan tidak menghentikannya
tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan waktu
meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi jadwalnya adalah
jika ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh Perawat atau
teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka di isi B artinya
dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak
melakukannya. Mengerti bu?
Perawat : coba ibuk ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Perawat : Nah bagus, ibuk sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang tentang
obat?
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Coba ibu sebutkan?
Perawat : Wah, ibu benar sekali
b. Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00
pada jadwal kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal
minum obat yang telah kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan
semua dengan teratur ya ibuk
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalammualaikum wr. wb.. selamat pagi buk Rahmi
b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini?
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Perawat : Apakah Ibuk telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan harian ibuk?
Perawat : bagus sekali buk, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus, ibu sudah
minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan
menghardik suara-suara juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba
ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang
ibuk dengarkan berkurang?
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang telah
kita pelajari.
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum obat dengan
benar.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
b. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibuk sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara
ketiga dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah buk Rahmi bersedia?
Perawat : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit, Buk?
Perawat : ibuk mau berbincang-bincang dimana?
Perawat : Baiklah ibuk.
2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung saja
ibu cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk
berbicara dengan ibu. Contohnya begini ibu, tolong berbicara dengan
saya, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan
saya! Atau Ibuk minta pada perawat untuk berbicara dengannya
seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena saya mulai
mendengar suara-suara.
Sekarang coba ibu praktekkan !
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berlatih tentang cara
mengontrol suara-suara dengan bercakap-cakap.
Perawat :Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?
Perawat : Coba sebutkan
Perawat : Bagus sekali ibuk. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian
ya Ibu
Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Asalamualaikum buk Rahmi, selamat pagi.. Saya boleh duduk buk?
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan buk Rahmi hari ini? Apakah masih ada
mendengar suara-suara?
Perawat :Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Perawat :Bagus sekali buk, ibuk minum obatnya dengan teratur, latihan
bercakap-cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan dengan teratur. Sekarang
coba ceritakan pada saya apakah dengan ketiga cara tadi suara-suara yang ibu
dengarkan berkurang?
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah tidak
akan menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk praktekkan lagi
bagaimana cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan
jelaskan kembali pada saya 6 cara minum obat yang benar dan dengan
siapa ibu bisa bercakap-cakap?
Perawat : Bagus sekali buk Rahmi ! Ibu sudah bisa mempraktekkannya.
c. Kontrak.
Perawat : Baiklah ibu sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara
yang muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar
tujuannya kalau ibuk sibuk maka kesempatan muncul suara-suara
akan berkurang. Apakah ibuk bersedia?
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana kalau 20
menit?
2. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk
dapat mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk
ya. Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu
bantal, guling dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita
mulai dari arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu
bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan
dibagian atas kepala. Selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya
dan letakan dibawah kaki.
Perawat :Bagus sekali ibuk. ibuk dapat melakukannya dengan baik dan rapi.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibuk setelah kita membereskan tempat tidur
apakah selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Perawat : Bagus sekali buk. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya
buk. Ibu dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara
dengan sering bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan kembali
langkah-langkah merapikan tempat tidur?
b. RTL :
Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. Kontrak yang akan datang
Perawat : Ibuk kita telah melakukan keempat cara untuk menghilangkan suara-
suara yang ibuk dengar. Jadi ibuk harus melakukannya setiap hari agar
suara- suara itu tidak mengganggu ibuk lagi. Bagaimana buk? Apakah
ibu mengerti?
Perawat : Baiklah buk,saya akan menemui ibuk besok untuk melihat apakah
ibuk melakukan keempat kegiatan tersebut atau tidak. Saya permisi
dulu ya buk. Assalammualaikum wr wb
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang kakak ibuk
alami dan bantuan apa yang bisa ibuk berikan.Kita mau diskusi di
mana, Buk? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
Perawat :Berapa lama waktu ibuk inginkan? Bisa selama 20 menit, Buk?
b. Kerja
Perawat : Baiklah buk. Apa yang ibuk rasakan ketika melihat kakak ibuk?
Perawat : Apa yang ibuk lakukan saat melihat kakak ibuk berteriak-teriak?
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh kakak itu dinamakan
halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya
tidak ada bendanya. Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa
sendiri,atau marah-marah tanpa sebab. Jadi kalau kakak ibuk
mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.
Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara.
Ada beberapa cara untuk membantu kakak ibuk agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama,
dihadapan kakak ibuk, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja ibuk percaya bahwa kakak ibuk tersebut
memang mendengar suara, tetapi ibuk sendiri tidak mendengarnya.
Kedua, jangan biarkan kakak ibuk melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau
bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih
kakak ibuk untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong ibuk
pantau pelaksanaannya ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Sampai
disini apakah ibuk sudah mengerti? Apakah ada yang ingin ibuk
tanyakan?
Perawat : Baiklah buk, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu kakak ibuk minum obat
secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait
dengan obat ini, saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat
secara teratur. Jadi adik dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan
suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam
7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam
minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat
perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, bila ada
tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk
dengan cara menepuk punggung kakak ibuk. Kemudian suruhlah kakak
ibuk menghardik suara tersebut. Kakak ibuk sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi. Bagaimana buk? Apakah sudah paham?
Perawat : Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi kakak ibuk. Sambil
menepuk punggung kakak ibuk, contoh : Buk, sedang apa kamu?Kamu
ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, Buk. Sekarang coba
ibuk praktekkan cara yang barusan saya ajarkan.
Perawat :Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan
c. Terminasi:
Perawat :Sekarang coba ibuk sebutkan kembali tiga cara merawat kakak ibuk?
Perawat :Bagus sekali Buk. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak
ibuk. Jam berapa kita bertemu?
Perawat :Baiklah, Buk. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 2 ya
buk. Saya permisi dulu .Assalamu’alaikum wr wb.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
1) Orientasi:
Perawat : Assalammualaikum. Bagaimana perasaan ibuk pagi ini?
Perawat : Apakah ibuk masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi kakak
ibuk yang sedang mengalami halusinasi?
Perawat : Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak ibuk.
Mari kita datangi kakak ibuk
2) Kerja
3) Terminasi
Perawat : Baiklah ,Buk. Ibuk harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya
Buk.Ibuk dapat melakukan cara itu bila kakak ibuk mengalami halusinasi.
Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan
tentang jadwal kegiatan harian kakak ibuk untuk persiapan di rumah.
Jam berapa ibuk bisa datang?
Assalammualaikum wr wb
1) Orientasi
Perawat :Assalamualaikum Buk, karena besok kakak ibuk sudah boleh pulang,
maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal
ibuk selama dirumah. Bagaimana buk selama ibuk membesuk apakah
sudah terus dilatih cara merawat kakak ibuk?
Adik :Baik Sus, saya sering mengingatkan kakak saya untuk terus
menjalankan kegiatan tersebut.
Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal kakak ibuk di rumah? Mari kita
duduk di ruang perawat!
Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan kakak ibuk di rumah sakit.
Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah
dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan? Buk, jadwal yang telah dibuat selama kakak ibuk di
rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun
jadwal minum obatnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh kakak ibuk selama di rumah. Misalnya kalau kakak
ibuk terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi
perawat di Puskesmas terdekat dari rumah ibuk. Selanjutnya perawat
tersebut yang akan membantu memantau perkembangan kakak ibuk
selama di rumah
Adik :Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk memantau
kondisi kakak saya dan mengingatkan untuk terus melaksanakan
kegiatan yang ia dapat selama di rumah sakit.
2) Terminasi
Adik : tidak buk, saya tidak ada petanyaan, saya sudah paham.
Perawat : Bagus. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibuk
menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan
kakak ibuk untuk pulang
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yati dan Rachmawati, Imami Nur. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.