Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

GANGGUAN SISTEM IMUNTAS DENGAN CA LIDAH

DISUSUN OLEH :

ERNETA ISMILANIA

P1337420617082

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

2019
I. JENIS KASUS
1.1 Pengertian
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut, kadang-
kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah.
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng
berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase
secara limfogen dan hematogen.
1.2 Etiologi
A. Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan
tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:
1. Predisposisi genetik
2. Efek hormonal
3. Lesi prakanker
4. Iritasi kronis, trauma, dan inflamasi
5. Kegagalan fungsi sistem imun
6. Terapi obat
7. Faktor lingkungan
a. Radiasi pengion
b. Pemajanan sinar matahari
c. Polusi kimia
d. Polusi udara
8. Kebiasaan pola hidup
a. Rokok dan tembakau
b. Nutrisi
c. Konsumsi alkohol
d. Praktek seksual
1.2 Patofisiologi
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan
menjadi beberapa faktor, yaitu faktor luar, faktor heriditer dan faktor non heriditer.
Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non
heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus
(papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai sel
squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai
pelindung.
Di mukosa mulut tersebut, zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara
tidak terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae biasanya asimptomatis
hingga proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah
yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase ke
colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering terlihat
adalah putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian bisa terbentuk ulkus
yang mudah berdarah. Kanker pada anterior (corpus linguae) dominan metastase pada
kelenjar limfe submental dan submandibular.
I.4 Klasifikasi
Klasifikasi ca lidah terdiri dari :
a. Tumor primer
1) TIS adalah karsinoma in situ
2) T1 adalah tumor dengan penampang kurang kurang 2 cm.
3) T2 adalah tumor dengan penampang sama dengan 2 cm dengan infiltrasi dangkal.
4) T3 adalah tumor dengan penampang lebih dari 2 cm dengan infiltrasi dalam.
5) T4 adalah tumor dengan penampang lebih dari 4 cm dan tumor tersebut sudah meluas
b. Pembesaran kelenjar limfe
1) N0 : Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada.
2) N1 : Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta holmolateral.
3) N2 : Kelenjar leher yang palpable, mobile serta heterolateral/bilateral.
4) N3 : Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik holmolateral atau bilateral.
c. Metastase
1) M0 = Metastase jauh tidak ada.
2) M1 = Metase jauh sudah ada.
I.5 Manifestasi Klinis
1. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian
membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri
lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010).
2. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses
menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat menginfiltrasi jaringan
sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno,
2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto)
3. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan, kesulitan
mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau terjadi
pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman Diane C, 2000)

I.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi tumor
primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.
3. Biopsi
a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang
metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm).
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang) (Suyatno,
2010).
Pemeriksaan penunjang lainnya :
1. Biopsi
a. Incisional biopsy
 Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang sehat,
sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya adalah pembuluh
darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah penyebaran dari carcinoma
tersebut, sedangkan keuntunganya dapat mengetahui batas dari carcinoma guna terapi
selanjutnya ( Penyinaran ).
 Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil dengan atau
tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma dengan jarak 1 – 1,5 cm dari
jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada gabus ( maksudnya adalah untuk cukup
bersih ). Dengan kasa yang diberi formalin diletakkan diatas preparat agar preparat
tidak melengkung sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke patologi
anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang tidak bersih
dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan diatas (incisional biopsi) baru
dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan tumor ganas atau bukan.
b. Brush biopsy
 Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat abnormal
dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan menggunakan alat berbentuk
sikat, menempatkan sampel dalam slide dan melakukan tindakan fiksasi sebelum
membawa jaringan tersebut ke laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan
skapel dan jarum biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat
kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang memiliki faktor-
faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi diindikasikan pad keadaan yang
sebaliknya.
c. Teknik cahaya khemoluminesen
Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan khemoluminesen setelah
sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya akan terlihat gambaran opak
‘acetowhite’ pada jaringan yang terkena kanker atau jaringan yang abnormal
I.7 Komplikasi
1. Komplikasi akut
a. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa
eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang
mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada
mulutnya dan dapat mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien.
b. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi opurtunistik
berupa kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu Candida albicans.
Infeksi kandida ditemukan sebanyak 17-29% pada pasien yang menerima
radioterapi.
c. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan, dimana
salah satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
d. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80% pasien
yang menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan sampai radioterapi
telah selesai dengan rata-rata 251 hari setelah radioterapi. Bahkan tetap
dikeluhkan setelah 12-18 bulan setelah radioterapi tergantung pada dosis
yang diterima kelenjar saliva dan volume jaringan kelenjar yang menerima
radiasi.
2. Komplikasi kronis
a. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima radioterapi.
Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut dengan karies
radiasi adalah bentuk yang paling destruktif dari karies gigi, dimana
mempunyai onset dan progresi yang cepat. Karies gigi biasanya terbentuk
dan berkembang pada 3-6 bulan setelah terapi radiasi dan mengalami
kerusakan yang lengkap pada semua gigi pada periode 3-5 tahun.
b. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek kronis yang
penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah nekrose iskemik tulang
yang disebabkan oleh radiasi yang menyebabkan rasa sakit karena
kehilangan banyak struktur tulang.
c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat terjadi
adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus dari
osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak.
Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada
jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses keganasan (maligna). Evaluasi
secara teratur penting dilakukan sampai nekrose berkurang, karena tidak ada
kemungkinan terjadinya kekambuhan. Timbulnya nekrose pada jaringan
lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang
terradiasi. Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya bersifat reversibel,
sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun dan bersifat
irreversibel.
1.8 Penatalaksanaan
Secara umum pengobatan kanker lidah meliputi: bedah atau operasi, terapi radiasi dan
terapi dengan obat kanker lidah (kemoterapi). Terapi mana yang akan dipakai
disesuaikan dengan derajat atau stadium kanker lidah, yang meliputi ukuran dan
perluasan area kanker apakah sudah menyebar ke kelenjar getah bening leher atau
menyebar jauh ke organ tubuh lainnya.
1. Terapi bedah (hemiglosectomy atau total glossectomy)
Terapi bedah di sini berupa operasi pengangkatan tumor lidah dan jaringan di
dekatnya, dan jika diperlukan kelenjar getah bening yang berada di dekatnya juga
diangkat. Terapi operasi ini dipilih ketika tumor pada lidah terlihat kurang dari 2 cm
dan ketika itu pada satu sisi dan tidak melibatkan pangkal lidah.
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi diperlukan ketika kanker lidah sudah sampai pada
pangkal lidah atau belakang lidah. Terapi ini menggunakan radiasi untuk membunuh
sel kanker dan membuat tumor menyusut.
3. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu menggunakan obat-obat kanker lidah, seringkali
dikombinasikan dengan terapi radiasi agar hasilnya lebih bagus. Kemoterapi
menggunakan obat anti kanker untuk menghancurkan sel-sel kanker di seluruh tubuh.
Ini mungkin menjadi pilihan jika kanker telah menyebar ke kelnjar getah bening di
dekatnya dan pada kanker lidah yang sudah menyebar (metastase) jauh. Obat kanker
lidah kemoterapi yang berbeda dapat dikombinasikan untuk menyerang sel-sel kanker
pada berbagai tahap siklus pertumbuhan dan mengurangi kemungkinan resistensi
obat.

II. FOKUS ASSESMENT


III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik post operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesulitan menelan/makan
IV. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1 Nyeri akut Kriteria 1. Lakukan pengkajian  Lakukan
berhubungan Hasil: nyeri secara komprehensif pengkajian nyeri secara
dengan: Pasien termasuk lokasi, komprehensif termasuk
Agen fisik post Mengatakan karakteristik, durasi, lokasi, karakteristik,
operasi nyerinya frekuensi, kualitas dan durasi, frekuensi,
berkurang faktor presipitasi kualitas dan faktor
atau hilang 2. Observasi reaksi presipitasi
Skala nyeri nonverbal dari  Observasi reaksi
(0-1), dapat ketidaknyamanan nonverbal dari
mengenali 3. Kurangi faktor ketidaknyamanan
nyeri presipitasi nyeri  Bantu pasien dan
(skala,intensit 4. Ajarkan tentang teknik keluarga untuk mencari
as,frekuensi) non farmakologi dan menemukan
5. Evaluasi keefektifan dukungan
kontrol nyeri  Kontrol
6. Kolaborasikan dengan lingkungan yang dapat
dokter jika ada keluhan dan mempengaruhi nyeri
tindakan nyeri tidak seperti suhu ruangan,
berhasil pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Tingkatkan
istirahat
 Monitor vital sign
2 Ketidakseimbangan Kriteria 1. Kaji adanya alergi 1.Intake nutrisi baik
nutrisi kurang dari Hasil : makanan 2.Intake makanan baik
kebutuhan tubuh b/d 1.Intake 2. Kolaborasi dengan 3.Asupan cairan cukup
kesulitan nutrisi baik ahli gizi untuk 4.Berat badan meningkat
menelan/makan 2.Intake menentukan jumlah
makanan baik kalori dan nutrisi
3.Asupan yang dibutuhkan
cairan cukup pasien
4.Berat badan 3. Yakinkan diet yang
meningkat dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor mual dan
muntah
8. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
9. Monitor intake
nuntrisi
10. Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
11. Anjurkan banyak
minum
12. Pertahankan terapi
IV line
V. SUMBER BUKU

Nurarif Amin Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. EGC : Jakarta

Nurarif Amin Huda, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Mediaction: Yogyakarta

Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai