Anda di halaman 1dari 27

PERTUMBUHAN DAN KUALITAS RUMPUT LAUT (Caulerpa racemosa)

YANG DIPAPAR DENGAN WARNA CAHAYA BERBEDA

SKRIPSI

Oleh
SUTADI RAJA. BACHRIR
L 221 09 272

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
PERTUMBUHAN DAN KUALITAS RUMPUT LAUT (Caulerpa racemosa)
YANG DIPAPAR DENGAN WARNA CAHAYA BERBEDA

SUTADI RAJA. BACHRIR


SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di Program Studi Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini, banyak hal yang harus

penulis lalui. Berbagai kesulitan dan tantangan setia mengiringi, namun berkat

semua kerja keras, pertolongan Allah serta motivasi dan bantuan dari berbagai

pihak menjadikan semua kesulitan itu sebagai sebuah anugerah yang harus

disyukuri dan diambil hikmahnya. melalui kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan penghormatan sebagai wujud rasa terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Kepada ayahanda Alm. Bachrir Kahar dan Ibunda Rahmaniah Azis

atas doa yang tidak pernah putus, serta berkat dukungan spirit yang

selalu ada dan rela mengorbankan banyak hal bagi penulis.Serta

Saudara saudara tercinta (Sri wahyuni ,SurianiNingsih , Zulkifli ,

danMutmainna) yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada

penulis.

2. Prof.Dr.Ir. RajuddinSyamsuddin, M.Sc, selaku pembimbing utama dan

Dr.ir.HasniYuliantiAzis, MP selaku pembimbing anggota serta Dasep

Hasbullah, S.P, M.Si selaku pembimbing lapangan yang dengan tulus dan

telah sangat banyak membantu, memberi motivasi dan arahan-arahan.

Semoga selalu dalam keadaan yang sehat dan sukses.

iii
3. Dr. Ir. GunartoLatamaM.Sc selaku penasehat akademik yang telah

banyak memberikan bimbingan dan motivasi yang besar kepada penulis,

serta Dr. rer. nat. Elmi N. dan Ir. Badraeni, M.P selaku penguji yang

banyak memberi masukan yang bermanfaat.

4. Bapak dan Ibu Dosen, serta Staf pegawai FIKP UH yang telah banyak

berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis dari awal kuliah hingga

penulis mendapat gelar sarjana.

5. Teman-teman seperjuangan penelitian, Brian Jefnico S.Pi , Muh.

Hendra, S.Pi dan Muh. Riyadh AK dan Adinda Fuad faturrahmanS.Pi

, Muh. Rafli yang memberikan dukungan dan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman BDP (Aquaculture#9) terima kasih atas canda, tawa dan

kebersamaannya selama ini. Semoga tali silaturahim selalu terjaga

diantara para sahabat, teman-teman, keluarga Aquaculture #9.

7. Seluruh teman-teman KKN Gel 82 terima kasih atas semuanya

8. Segenap keluarga, KING’S FLOOR serta semua pihak yang tidak sempat

saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya. Semoga tali

silaturahim selalu terjaga

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk penulisan yang lebih baik. Billahi Taufik

Walhidayah Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Juli 2016


Penulis,

Sutadi Raja Bachrir

iii
ABSTRAK

SUTADI RAJA BACHRIR. Pertumbuhan dan Kualitas Rumput Laut Caulerpa racemosa yang
Dipapar dengan Warna Cahaya Berbeda. Di bawah bimbingan RAJUDDIN SYAM dan HASNI Y.
AZIS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna cahaya terhadap pertumbuhan dan kualitas
rumput laut C. racemosa, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk
meningkatkan kualitas dan produksinya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015 di
Hatchery Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar.
Rumput laut uji yang yang digunakan adalah jenis C. racemosa yang berasal dari Kecamatan Galesong
Utara, kabupaten Takalar. Perlakuan yang digunakan yaitu warna cahaya merah, kuning, hijau, biru, dan
warna alami. Prosedur penelitian meliputi persiapan bibit, persiapan wadah dan media,penanaman bibit,
dan pemeliharaan. Peubah yang diamati yaitu pertumbuhan mutlak, kandungan nutrisi, dan kualitas air
sebagai data sekunder. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tertinggi C. racemosa diperoleh pada perlakuan
dengan menggunakan cahaya alami, sementara yang terendah diperoleh pada perlakuan menggunakan
cahaya kuning. Berdasarkan hasil analisis kandungan karotenoid secara berturut-turut adalah cahaya
warna hijau, merah, cahaya alami, biru, dan kuning. Berdasarkan komposisi nutrisi, warna alami
memberikan hasil tertinggi kandungan protein, lemak, abu, dan serat kasar, sementara warna merah
memberikan komposisi karbohidrat tertinggi.

Kata kunci: Caelurpa racemosa, pertumbuhan, kualitas, warna cahaya


ABSTRACT

SUTADI RAJA BACHRIR. Growth and Quality of Seaweed Caelurpa racemosa Exposed by
Different Light Colour. Under the guidance of RAJUDDIN SYAM and HASNI Y. AZIS.

This research aimed to investigate effect of light colour on growth and quality of seaweed C. racemosa,
so that result expected could be an information in increasing the quality and production. The research was
conducted in February- March 2015, at Hatchery of Fishery Department, Marine Science and Fishery
Faculty, Hasanuddin University Makassar. The experimental organism was C. racemosa obtained from
North Galesong region, Takalar regency. The treatments used were light colour of red, yellow, green,
blue, and natural. The research procedures were seed preparation, container and media preparation, seed
planting,and maintaining. The observed variables were absolute growth, nutrition contain, and water
quality as secondary data. The obtained data were analyzed descriptively.

The results showed that the highest growth of C. racemosa obtained in the natural light colour-treatment,
whereas the lowest was obtained in the red light colour-treatment. Based on the carotenoid contain results
were green, red, natural, blue, and yellow light colour, highest-to-lowest respectively. Based on the
nutrition contains, the natural light colour gave the highest protein, fat, ash, and crude fiber contains,
while the red light colour gave the highest carbohydrate contain.

Keywords: Caelurpa racemosa, growth, quality, light colour


RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Ujung Pandang, Sulawesi selatan

pada tanggal 23 Mei 1991 . Diberi nama Sutadi Raja Bachrir

oleh pasangan Bachrir Kahar dan Rahmaniah Azis sebagai

putra keempat dari lima bersaudara, Adhi merupakan nama

sapaan akrab dari teman-teman.

Pertama kali mengeyam pendidikan formal di SD Inpres Minasa Upa dan

lulus pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama

di SMP Negeri 21 Makassar dan lulus pada tahun 2006 selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SMK Neg 2 Makassar dan lulus tahun 2009. Pada tahun

2009 melalui jalur seleksi Nasional masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN),

penulis mendapat kesempatan untuk mengeyam pendidikan di perguruan tinggi

Universitas Hasanuddin Makassar pada jurusan perikanan, program studi Budidaya

Perairan.

Dalam menjalani aktifitas sebagai mahasiswa di kampus merah, penulis

senantiasa aktif dalam kegiatan formal maupun nonformal seperti dalam mengikuti

organisasi kewahasiswaan diantaranya Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. iv

DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. v

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang …….……..…………….…………………………………….. 1

Tujuan dan Kegunaan .......………………………………….………………. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


Klasifikasi dan Deskripsi Anggur Laut……………………………………… 3

Habitat dan penyebaran……………….….................................................. 6

Fotosintesis……..…….………................................................................... 7

Warna cahaya…………….……………..……………………….................... 9

Pertumbuhan……………….…………….................................................... 11

Kandungan karatenoid……….………………. ……………....…................. 12

Kualitas air…………………....………………………………………............. 13

III. METODE PENELITIAN


Waktu dan Tempat….…………..…………………………………………….. 15

Alat dan Bahan………….…………………………………………………….. 15

Materi penelitian……………………………………………………………….. 15

Pengukuran peubah biologis……..………………………………………….. 18

Analisi data…………………..………………………………………………… 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertumbuhan……………….…….……….…………………….………….… 20

Kandungan karatenoid………………………………………………………. 21

Kandungan nutrisi……………………………………………………………. 22
Parameter kualitas air……..…………………………………………………. 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ………..…………………………………………………………… 27

Saran ……………………………………………………………………….…... 27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….……... 28
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rumputlaut (Caulerparacemosa)…………………………………… …… 4

2. Rumputlaut yang digunakan…………..……………………………… 16

3. Penempatanwadahpenelitian…………………………… ………….. 17

4. Penanamanbibit………………………………………………………... 17

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan komposisi nutrien ……………………………... 13

2. Alat yang digunakan dalam penelitian ……………………….. 15

3. Bahan yang digunakan dalam penelitian ……………………. 15

4. Pertumbuhan mutlak C. racemosa…………………………… 20

5. Kandungan karatenoid C. racemosa…………………………. 22

6. Kandungan nutrisi C. racemosa……………………………… 22

7. Pengukuran Parameter Kualitas Air………………………….. 23

vii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber

pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah satu komoditi laut yang

sangat populer dalam perdagangan dunia, karena pemanfaatannya yang demikian

luas dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, obat-obatan dan

bahan baku industri (Indriani dan Sumiarsih, 1991).

Rumput laut biasanya hidup di dasar samudera yang dapat tertembus

cahaya matahari. Seperti layaknya tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga

memiliki klorofil atau pigmen warna yang lain. Warna inilah yang menggolongkan

jenis rumput laut. Rumput laut termasuk dalam golongan tanaman tingkat rendah

dan anggota alga (tanaman yang memiliki klorofil atau zat hijau daun). Rumput laut

diketahui kaya nutrisi esensial, seperti easam amino, enzim, asam nukleat, mineral,

dan vitamin A, B, C, D, E, dan K ( Abumie, 2007).

Salah satu jenis rumput laut yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia

adalah jenis anggur laut (Caulerpa racemosa), karena memiliki kandungan gizi yang

cukup tinggi sebagai sumber protein nabati, mineral, maupun vitamin. (Verlaque

dkk., 2003). Pada perkembangannya C. racemosa selain sebagai bahan makanan

juga sudah banyak dimanfaatkan untuk keperluan medis (mengandung zat

antioksidan) sehingga sangat baik untuk kesehatan. (Lobban dkk,1985) dalam

(Winarno, 1991), setiap spesies rumput laut, masing-masing memiliki jenis pigmen

fotosintesa yang berbeda-beda, sehingga jenis warna cahaya yang diserap juga

berbeda-beda untuk tercapainya prosese fotosintesa yang optimal. Proses

fotosintesa yang optimal, pada akhirnya akan berpengaruh langsung terhadap

1
seluruh proses biologis dari rumput laut tersebut, seperti pertumbuhan maupun

kandungan karetonoidnya.

Pada umumnya, budidaya C. racemosa dilakukan diperairan pantai dan

tambak dengan metode dasar dan lepas dasar atau metode terapung. Metode ini

masih banyak menghadapi kendala seperti cuaca buruk, hama dan penyakit serta

predator. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu cara untuk mengatasi keadaan

tersebut dengan meggunakan media kultur sebagai medianya (Aslan,1993).

Adapun salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kualitas rumput laut C. racemosa adalah kualitas warna cahaya.

Berbagai penilitian menunjukkan bahwa warna cahaya mempengaruhi terhadap

pertumbuhan dan kualitas rumput laut. Cahaya merupakan salah satu faktor

pembatas untuk pertumbuhan rumput laut. Apabila cahaya yang diterima berada di

bawah tingkat yang dibutuhkan, maka energi yang dihasilkan melalui fotosintesa

tidak seimbang atau tidak terpenuhi. Sebaiknya, apabila cahaya yang diterima

berlangsung terus menerus dapat menyebabkan tumbuhan makin lama akan mati

(Nybakken,1992).

Melihat kenyataan bahwa informasi tentang penelitian dan percobaan

budidaya rumput laut jenis Caulerpa masih sedikit, maka perlu dilakukan penelitian

dan percobaan tentang budidaya rumput laut jenis Caulerpa dengan melihat

pertumbuhan dan kualitas rumput laut C. racemosa yang dipapar dengan warna

cahaya berbeda, yaitu pada substrat tanah.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna cahaya terhadap

pertumbuhan dan kualitas rumput laut C. racemosa. Hasil penelitian ini diharapkan

2
dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan kualitas dan produksi, di

samping itu diharapkan pula dapat memberikan lapangan usaha baru bagi

masyarakat pesisir.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Deskripsi Anggur Laut (Caulerpa racemosa)

Klasifikasi dari Anggur Laut Caulerpa racemosa menurut Dawson (1946) diacu

dalam Soegiarto dkk., (1978) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Caulerpales

Famili : Caulerpaceae

Genus : Caulerpa

Spesies : Caulerpa racemosa

Gambar 1. Rumput laut (Caulerpa racemosa) (Tiomanese 2007)

Raniello dkk. (2004) menyatakan bahwa jenis C. racemosa pertama kali

ditemukan pada tahun 1926 di sepanjang pantai Tunisia perairan Mediterania.

Rumput laut jenis Caulerpa racemosa memiliki tallus berwarna hijau seperti tanaman

rumput, terdiri dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2,5-6,0 cm. Batang

pokok berukuran antara 16-22 cm. Terdapat bulatan-bulatan seperti anggur pada

4
puncak cabang, panjang setiap puncak cabang sekitar 2,5-10,0 cm (Trono dan

Ganzo-Fortes 1988 dalam Suhartini 2003).

C. racemosa tumbuh bergerombol atau berumpun oleh karena itu sering

disebut sebagai rumput laut. Sebagai fitobentik, tumbuhan ini hidup menancap atau

menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragmen karang, pasir

dan lumpur. Pertumbuhannya bersifat epifitik atau saprofitik dan kadang-kadang

berasosiasi dengan tumbuhan laut (Atmadja dkk. 1996).

Selain berwarna hijau, ciri khas C. racemosa diantaranya mempunyai tallus

dengan stolon berukuran kurang lebih 5 cm, perakarannya (holdfast) relatif besar

dan meruncing seperti paku dengan panjang ramuli mencapai 8 cm. Ramuli

merupakan organ cabang atau percabangan dari stolon sebagai organ utama,

substansinya agak lunak dan terkesan kosong (gembos). Ramuli ini berdiameter

antara 2-4 mm. Ramuli timbul pada stolon yang bercabang dan memiliki bulatan-

bulatan dengan ujung yang rata dan bertangkai serta tersusun di sekitar dan

sepanjang ramuli. Pada masa reproduksi, C. racemosa akan mengeluarkan

substansi berwarna putih seperti susu, namun kemudian akan mati dalam satu atau

dua hari. Awalnya C. racemosa akan kehilangan warnanya, kemudian hancur dan

mengotori perairan. Spesies ini sering ditemukan tumbuh pada berbagai substrat

dengan sebaran yang luas (Atmadja dkk. 1996).

Distribusi dari rumput laut jenis C. racemosa ini tersebar luas di daerah tropis

dan subtropis, seperti Filipina, Vietnam, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan,

Cina, Indonesia, dan daerah barat perairan Pasifik (FAO 2007). Jenis rumput laut ini

tumbuh pada perairan keruh dan permukaan substrat berlumpur lunak, tepi karang

yang terbuka dan terkena ombak laut yang keras serta perairan tenang yang jernih

dan bersubstrat pasir keras. Jenis ini sangat kuat melekat pada substrat karena

5
akarnya kokoh dan bercabang pendek. Rumput laut jenis ini pada beberapa daerah

seperti Tapanuli dan Kepulauan Seribu dikonsumsi baik mentah maupun matang

walaupun memiliki tekstur yang kasar dengan rasa pedas seperti lada (Trono dan

Ganzo-Fortes 1988 diacu dalam Suhartini 2003).

B. Habitat Dan penyebaran

Marga C. racemosa banyak dijumpai pada daerah pantai yang mempunyai

rataan terumbu karang. Tumbuh pada substrat yang mati, pecahan karang mati,

pasir lumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak tahan pada kekeringan tumbuh

pada kedalaman perairan yang pada saat pasang surut terendah dan masih

tergenang oleh air (Kadi dan Atmaja, 1988).

Caulerpa racemosa tersebar luas di perairan beriklim tropis dan dangkal. Pada

tahun 1926 bentuk baru dari alga itu dilaporkan dari Tunisia, mungkin seorang

imigran dari Laut Merah, dan ini kemudian menyebar ke banyak bagian timur Laut

Mediterania. Pada tahun 1990, bentuk baru yang lebih besar dengan dua baris

vertikal cabang di sisi berlawanan dari batang itu ditemukan dari Libya. Hal ini

menyebar luas, menyerang banyak Laut Mediterania dan menjadi lebih luas

daripada spesies invasif, Caulerpa taxifolia. Hal ini dikenal sebagai C. racemosa var.

cylindracea dan mungkin berasal dari perairan Australia. Di Amerika C. racemosa

ditemukan di perairan dangkal di Laut Karibia, sekitar Bermuda dan sepanjang

pesisir timur Amerika dari Florida ke Brasil.

Anggota famili Caulerpa ceae bersifat invasiv (Davis dkk. 1997). Beberapa

spesies Caulerpa memiliki bentuk morfologi dan fisiologi yang dapat beradaptasi

dengan lingkungan yang berbeda. Spesies Caulerpa yang bersifat endemis pada

habitat laguna, cenderung memiliki jarak rhizoma antar assimilator yang lebih

6
panjang, sementara itu Caulerpa yang tumbuh pada ekosistem terumbu karang

dengan energi gelombang yang tinggi, cenderung memperlihatkan bentuk yang rapi

dan tersusun rapat. C. racemosa dan C. cupressoides, yang hidup pada

lingkungan dengan intensitas cahaya yang tinggi memiliki kandungan klorofil yang

lebih rendah, dibandingan spesies seperti Caulerpa verticillata yang beradaptasi

untuk tumbuh rapat dengan alga lain atau rumput laut lain (Collado 1999).

C. Fotosintesis

Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat menggunakan energi matahari

yang ditangkap melalui reaksi kompleks dan melibatkan banyak molekul makro dan

mikro. Proses fotosintesis terbagi dalam dua reaksi utama, yaitu reaksi gelap dan

reaksi terang. Kedua proses tersebut terpisah tetapi saling berkaitan satu dengan

yang lain. Secara ringkas proses fotosintesis dapat digambarkan dalam dua bagian

reaksi sebagai berikut (Toha, 2001):

Cahaya
H2O + ADP + Pi + NADP+  O2 + ATP + NADPH + H+

CO2 + ATP + NADPH + H+  (CH2O)n + ADP + Pi + NADP+

CO2 + H2O  (CH2O)n + O2

Pada reaksi terang, energi matahari ditangkap oleh perangkat fotosistem dan

diubah menjadi NADPH (Nikotinamida Adenin Dinukleotida Phospat Hidrogenase)

sebagai tenaga pereduksi dan ATP (Adenosin Triphospat) sebagai energi kimia.

Atom H dari molekul H2O dipakai untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH.

Sedangkan O2 dilepaskan sebagai hasil samping reaksi fotosintesis. Reaksi ini

dirangkaikan dengan reaksi pembentukan ATP dari ADP dan Pi. Pada reaksi gelap

prosesnya tidak langsung menggunakan cahaya matahari. Reaksi pada tahap ini

7
merupakan reaksi pembentukan karbohidrat (monosakarida) melalui reduksi CO2,

dengan menggunakan ATP dan NADPH yang diperoleh pada reaksi terang (Toha,

2001).

Pigmen fotosintesis dibagi dalam dua kelompok, yaitu pigmen pusat reaksi

(klorofil primer) dan pigmen asesoris (klorofil, fikobilin dan karotenoid). Pigmen yang

mampu menangkap energi cahaya adalah pigmen asesoris. Pigmen pusat reaksi

hanya menerima energi dari pigmen asesoris (Porwoko, 2007). Pigmen yang terlibat

dalam proses fotosintesis pada alga ada tiga jenis yaitu klorofil, pikobiliprotein dan

karotenoid Meeks (1974, dalam Lobban dan Harrison, 1994). Hal ini didukung oleh

pernyataan Aslan (1998) bahwa pigmen fotosintetik yang menentukan warna pada

alga antara lain adalah klorofil (a, b dan c), karoten, phycoerythrin dan pycocyanin.

Fotosintesis pada rumput laut terjadi pada organel khusus yaitu pada kloroplas

(Toha, 2001) dimana terdapat grana yang melebar menjadi membran tilakoid. Pada

membran tilakoid mengandung bayak lipid, protein dan mollekul zat warna atau

pigmen fotosintetik. Pigmen fotosintetik berfungsi dalam penyebaran cahaya yang

kemudian mengubahnya menjadi bentukan-bentukan yang berguna dalam proses

fotosintesis (Ackerman et. Al, 1988).

Fotosintesis pada Caulerpa terjadi pada organel khusus yaitu pada kloroplas

(Toha, 2001) dimana terdapat grana yang melebar menjadi membran tilakoid. Pada

membran tilakoid mengandung banyak lipid, protein dan molekul zat warna atau

pigmen fotosintetik. Pigmen fotosintetik berfungsi dalam penyerapan cahaya yang

kemudian mengubahnya menjadi bentukan-bentukan yang berguna dalam proses

fotosintesis (Ackerman dkk 1988).

8
D. Warna Cahaya

Spektrum warna cahaya yang memiliki panjang gelombang pendek memiliki

daya tembus yang lebih dalam dibandingkan gelombang panjang. Cahaya yang

besar lebih banyak diserap, sedangkan gelombang pendek sedikit diserap. Pada

perairan yang jernih, cahaya dengan gelombang panjang banyak diserap dan sedikit

yang dihamburkan. Pada air jernih gelombang yang sedikit diserap adalah

gelombang pendek (seperti biru) dan banyak dihamburkan sehingga air jernih

tampak berwarna biru (Nybakken,1988).

Panjang gelombang warna atau spectrum cahaya yaitu merah (630–700 nm),

jingga (590–630 nm), kuning (560–590 nm),hijau (480–560 nm), biru (440–480 nm),

dan ungu (400–440 nm). Apabila warna ini bercampur, cahaya putih akan dihasilkan.

Warna-warna dalam cahaya putih matahari dapat dipecahkan dengan menggunakan

prisma menjadi jalur warna. Jalur warna ini dikenal sebagai spektrum sedangkan

pemecahan cahaya putih kepada spektrum ini dikenal sebagai penyerakan cahaya

(Forti, 1969). Panjang gelombang untuk warna yang berbeda, juga berbeda daya

tembus setiap spektrum warna cahaya pada kolom air yang sama berbeda-beda

(Nybakken,1988).

Cahaya merupakan syarat mutlak bagi kehidupan rumput laut. Cahaya yang

berfungsi untuk pertumbuhan dalam bentuk intensitas cahaya, panjang gelombang

dan lama penyinaran. Cahaya mempunyai pengaruh yang besar, yakni sebagai

sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan

hidup mereka karena menjadi sumber makanan (Juana, 2009).

Cahaya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang elektromagnetis

yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi

9
tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum

elektromagnetisnya. Lux merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu

permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada

berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen

per meter persegi (UNEP, 2006).

Intensitas cahaya sangat diperlukan untuk fotosintesis karena hal ini

berhubungan dengan jumlah energi yang diterima oleh makroalga untuk melakukan

fotosintesis. Menurut Richmond (2003) cahaya merupakan kebutuhan utama dari

makroalga karena alga merupakan organisme fototrof yang menggunakan cahaya

sebagai sumber energy. Becker (1994) juga menyatakan bahwa faktor lingkungan

yang berpengaruh pada pertumbuhan makroalga antara lain intensitas cahaya dan

konsentrasi unsur hara dalam media.

Intensitas cahaya berpengaruh terhadap produksi spora dan pertumbuhan

rumput laut. Cahaya dapat digunakan untuk merangsang pertumbuhan spora

sedangkan cahaya biru dapat menghambat pembentukan zoospora pada

protosiphon. Intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh rumput laut berbeda menurut

jenisnya (Dahuri,2003). Sedangkan menurut Aslan (1998), pembentukan spora dan

pembelahan sel dapat terangsang oleh cahaya merah berintesitas tinggi.

Cahaya yang dibutuhkan oleh makroalga didalam proses fotosintesis

memiliki batas atau kisaran tertentu, pada umumnya intesitas cahaya yang lebih

besar lebih efektif bagi proses fotosintesis, namun pada tingkat cahaya yang sangat

tinggi dapat mengurngi laju proses tersebut (Henderse-seller, 1987). Intensitas

cahaya untuk pertumbuhan makroalga yang optimal berkisar 2.500-5.000 lux atau

setara dengan 35-70 μmol foton/m2/detik (CSIRO, 1991).

10
E. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan panjang dan kompleksitas akar dan pucuk

tumbuhan berbunga sebagai akibat pembelahan sel, pemanjangan sel, dan

diferensiasi sel pada ujung akar dan pucuk tumbuhan (Prairanata dkk,1981).

Nasaruddin (1995) menyatakan bahwa pola pertumbuhan yang khas pada tanaman

dibagi dalam empat fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase logaritmik atau fase

eksponensial,fase linear dan fase penurunan kecepatan pertumbuhan atau disebut

fase penuaan (senesence).

Pertumbuhan adalah sebagai perubahan ukuran suatu organisme yang dapat

berupa berat maupun panjang dalam waktu tertentu. Faktor pertumbuhan rumput

laut C. racemosa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal

berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut antara lain bagian tallus dan umur,

sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisik

dan kimiawi perairan (Mamang, 2008).

Proses pertumbuhan alga dapat pula berlangsung karena peran aktif dari zat

fitomon, yakni zat organik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,namun jumlah yang

sedikit ini menentukan berlangsungnya suatu proses fisiologi (Dwi djoseputro,1994).

Pertumbuhan Caulerpa racemosa menunjukkan peningkatan ketika kepadatan

meningkat, tetapi dengan derajat yang lebih rendah dibandingkan C. taxifolia

(Piazzi 2002). Bagaimanapun, pada penelitian kompetisi menunjukkan ketika C.

racemosa dan C. taxifolia hadir bersama- sama, C. racemosa akan menjadi spesies

yang lebih unggul (Piazi, 2002). Dalam kondisi di laboratorium, C. racemosa berhenti

tumbuh ketika salinitas turun hingga 20 ppt, tetapi tidak mati hingga dua puluh hari.

11
C. racemosa dapat bertahan sebentar ketika terkena paparan salinitas yang

lebih rendah dari 20 ppt (Carruterss dkk., 1993).

F. Kandungan Karotenoid

Karotenoid tersusun atas β-karoten, likopen, lutein, zeaxanthin dan

cryptoxanthin. β-karoten merupakan salah satu dari 600 komponen karotenoid yang

banyak ditemukan pada rumput laut. Karotenoid merupakan senyawa isoprenoid

C40 dan tetraterpenoid yang terdapat dalam plastida jaringan rumput laut yang

melakukan fotosintesis. Dalam kloroplas, karotenoid berfungsi sebagai pigmen

asesoris dalam pengambilan cahaya (Winarsi, 2007). Fungsi karotenoid adalah

melindungi klorofil dari reaksi foto-oksidasi dengan mengikat molekul oksigen bebas

yang dihasilkan dalam proses hidrolisis (Kabinawa, 2006).

Pigmen karotenoid dan xantofil merupakan pusat dari mekanisme dalam

mengatur penggunaan fotosintesis perlindungan potosistem II (PS II) dari kerusakan

akibat proses foto-oksidasi. Mekanisme tersebut merupakan proses adaptasi

terhadap lingkungannya yang berubah dengan cepat. Namun, pigmen fotoproteksi

tersebut berbeda pada tiap spesies alga, pada Gracillaria domingensis yaitu

xanthofil sedangkan pada K. alvarezii yaitu karoten dan xanthopil (Andersson et. al,

2005). Niyogi et. al (1997, dalam Andersson et. al, 2005) juga menambahkan

bahwa terdapat tiga jenis pigmen pada xantofil yaitu zeaxanthin, antheraxanthin dan

lutein. Ketiga pigmen tersebut berperan dalam proses penyerapan energi cahaya

dan melindungi tumbuhan dari proses foto-oksidasi.

Sebagai hasil kegiatan fotosintetiknya, algae menyimpan berbagai produk

makanan cadangan sebagai granul atau globul dalam sel-selnya. Misalnya,

12
ganggang hijau menyimpan macam-macam karbohidrat yang lain seprti pati

beberapa ganggang menyimpan minyak atau lemak.

Tabel 1. Perbandingan komposisi nutrien pada beberapa jenis rumput laut (% berat
kering sampel) (Matajun dkk., 2009)
No Nutrien E. cottonii C. lentillefera S. polycystum
1. Protein % 9.76±1.33 10.41±0.26 5.40±0.07
2 Lipid % 1.10±0.05 1.11±0.05 0.29±0.01
3 Ash % 46.19±0.42 37.15±0.64 42.40±0.41
4 Total dietay fiber % 25.05±0.99 32.99±2.07 39.67±0.56

G. Kualitas Air

Kualitas air sebagai media tumbuh harus memenuhi syarat layak huni, artinya,

air yang digunakan dapat membuat tumbuhan alga dapat melangsungkan hidup di

dalamnya. Dalam pemeliharaan rumput laut, faktor lingkungan banyak menentukan

pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Agar pertumbuhannya optimal, maka

diperlukan kondisi lingkungan yang optimal untuk proses pertumbuhan. Beberapa

faktor lingkungan yang berpengaruh, antara lain: suhu, salinitas, pH, , nitrat,

fosfat, Oksigen bebas (DO), cahaya dan lain-lain.

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktifitas biofisiologi

rumput laut dalam air. Suhu air laut yang baik bagi rumput laut adalah sekitar 23o-

26oC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam relatif kecil alga K. Alvarezii

mempunyai toleransi terhadap suhu antara 24o–36oC (Sulistidjo, 1986).

Salinitas merupakan konsentrasi total dari semua ion yang larut dalam air,

dan dinyatakan dalam bagian perseribu (ppt) yang setara dengan gram per liter.

Kesuburan alga dapat dipengaruhi oleh kadar garam atau salinitas. Salinitas atau

kandungan garam NaCl dalam air, untuk pertumbuhan yang optimal berkisar 28-33

ppt.(Anggadiredja dkk., 2006).

13
Derajat keasaman air ditentukan oleh kosentrasi ion H+ yang dinyatakan

dalam angka 1-14. Menurut (Boyd, 1990), pH merupakan logaritma negatif dari

kosentrasi ion hidronik (H+) yang merupakan indikator keasaman serta kebasaan

air.Derajat keasaman atau pH perairan digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat

senyawa air berupa asam atau basa.Kondisi pH perairan rendah akan mengganggu

keseimbangan asam basa darah dan menurunkan kosentrasi NaCl dalam darah

yang pada akhirnya akan mengacu kerja osmotik tubuh organisme akuatik. Kondisi

pH yang dapat ditoleransi oleh alga tersebut adalah berkisar antara 7,3-8,2 (Susanto

dkk. 2001).

Kandungan fosfat sedimen dipengaruhi karakter serta ukuran butiran

sedimen karakter dan ukuran butiran sedimen mempengaruhi porositas dan daya

serap butiran sdimen terhadap fosfat (Yulianto dan Arfah, 1998). Udy dan Dennison

(1996) menambahkan bahwa kapasitas sedimen kalsium karbonat dalam menyerap

fosfat sangat dipengaruhi oleh ukuran sedimen dimana sedimen yang haluss

mempunyai kapasitas penyerapan yang paling tinggi.

14

Anda mungkin juga menyukai