Anda di halaman 1dari 77

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menggambar teknik sebagai materi keahlian, menjadi sangat penting, terutama
dalam membina keterampilan dalam menggambar teknik menempatkan seseorang
sangat dekat pada posisi perancang (designer). Tentu saja posisi ini merupakan kunci
dalam manufaktur mesin.
Walaupun gambar teknik terfokus pada penggambaran benda – benda
teknologi, masih dirasa perlu mereka lakukan menggambar bentuk – bentuk geometris
sebagai penunjang penalaran. Selain itu, bagi yang mempelajari teknik harus memiliki
cakrawala yang luas, terutama dalam perencanaan produk dan proses. Oleh karena
itu, mereka harus dibekali dengan berbagai ciri menggambar teknik, mengenal
“symtoms” dari ciri departemen teknik lainnya. Sesuai dengan perkembangan
teknologi, materi (objek) buku ini sangat dimungkinkan untuk merubah tahun demi
tahun, terutama atas saran konstruktif dari berbagai pihak.
Pada dasarnya Menggambar Teknik adalah aplikasi dari kaidah – kaidah
matematika, yang ditunjang oleh mekanika, ilmu bahan dan proses pengerjaannya
serta energi. Sebagai salah satu konsep dalam peracangan, maka seseorang yang
memilikinya banyak membutuhkan banyak akumulasi dari berbagai ilmu. Sebagai salah
satu materi penting, maka lebih diarahkan kepada rancangan bangunan mesin dan
peralatan.
Keterampilan yang mendasar dibina dan dikembangkan dalam jalur “mampu
membaca” dan “mampu membuat” gambar benda kerja. Karena itu laporan ini penuh
dengan tugas menggambar dan latihan membaca. Tahapan ini belum diajarkan
penggunaan komputer. Laporan ini dapat dianggap sebagai penuntun yang
mengarahkan dan membawa pembaca untuk terampil.
(Basri, Hasan. 2010. Menggambar Teknik.).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum Gambar Teknik adalah menunjang teori yang diperoleh dari
mata kuliah Gambar Teknik, setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa
diharapkan:
a. Memahami gambar sebagai “Bahasa Teknik”.
2

b. Mengenal, memahami, menggunakan dan mengetahui sifat berbagai peralatan


menggambar.
c. Menyebutkan fungsi gambar teknik.
d. Menjelaskan sifat – sifat gambar.
e. Memahami tentang skala gambar serta dapat mengaplikasikan fungsi skala
pada proses menggambar benda dari ukuran sebenarnya ke dalam kertas
gambar.
f. Mengaplikasikan penggunaan garis berdasarkan jenisnya.
g. Memahami bentuk serta ukuran angka dan huruf.
h. Mampu menggambar bentuk konstruksi geometri dan proyeksi.

1.3. Prosedur dan Prasyarat


1.3.1. Prosedur
a. Bacalah petunjuk penggunaan modul dengan cermat.
b. Baca dan pelajari seluruh isi modul.
c. Selesaikan tugas-tugas baik teori maupun praktik yang diberikan untuk
mengetahui tingkat penguasaan materi kamu.
d. Jangan berpindah ke kegiatan belajar berikutnya jika satu kegiatan
belajar belum dikuasai dengan baik.
e. Carilah sumber belajar lain yang mendukung dalam mempelajari materi.
f. Bertanyalah kepada guru jika anda mengalami kesulitan dalam
memahami modul ini.

1.3.2. Prasyarat
Modul Menggambar Teknik merupakan modul awal yang tidak
memerlukan prasyarat khusus bagi siswa. Modul ini diajarkan sebagai dasar
untuk mempelajari modul-modul menggambar di tingkat yang lebih tinggi.

1.4. Alat dan Bahan


1.4.1. Alat
a. Meja gambar,
b. Pensil gambar (mekanik 0.7, 0.5, 0.25),
c. Sepasang penggaris segitiga,
d. Penggaris panjang 50 cm atau 60 cm,
3

e. Jangka,
f. Mal huruf dan angka,
g. Mal bentuk,
h. Mal lengkung,
i. Penghapus,
j. Selotip,
k. Cutter.

1.4.2. Bahan
Kertas manila A4/A3

1.5. Tata Tertib


1.5.1. Umum
a. Praktikan diharuskan menggunakan pakaian rapi dan sopan (berkerah)
menggunakan sepatu tertutup (bukan sepatu sandal)
b. Kartu Praktikum dipegang oleh masing-masing praktikan dan harus
selalu dibawa setiap kali praktikum, assistensi dan seminar. Apabila
tidak membawa kartu praktikum, maka praktikan tidak diijinkan
mengikuti pelaksanaan praktikum.
c. Jika terjadi kehilangan, kerusakan dan sebagainya pada alat/mesin yang
digunakan, maka praktikan harus mengganti alat tersebut dengan
kualitas dan kuantitas yang sama dalam jangka waktu satu bulan.
d. Selama berada di ruang Laboratorium, praktikan tidak diperkenankan
menerima/menyalakan alat komunikasi, makan dan minum, merokok,
membuang sampah tidak pada tempatnya, membuat gaduh sehingga
mengganggu jalannya praktikum, merubah atau mengambil alat-alat
yang ada di Laboratorium.
e. Tas, Jaket dan barang-barang yang tidak digunakan saat praktikum
disimpan di tempat yang ditentukan. Kehilangan atas barang-barang
berharga milik praktikan tidak menjadi tanggung jawab Laboratorium
Rekayasa, bila ada pengoperasian alat yang tidak dimengerti, sebaiknya
bertanya kepada asisten.
4

f. Asisten berhak mengeluarkan praktikan atau memberikan tugas


tambahan bila praktikan dianggap tidak siap untuk mengikuti praktikum
dan atau melanggar peraturan yang lain.
g. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan
meninggalkan ruangan tanpa seizing asisten.
h. Pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan sanksi, yang
ditentukan oleh asisten.
i. Praktikan dilarang masuk ruangan asisten bila tidak ada izin.
j. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan dan rapihkan/bersihkan
mesin dan alat apabila praktikum telah selesai.

1.5.2. Kehadiran
a. Praktikan harus hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan, serta mengisi daftar hadir.
b. Praktikan yang berhalangan hadir karena suatu hal dengan alasan yang
dapat diterima maka wajib memberitahukan kepada asisten minimal 1
hari sebelumnya.
c. Pelaksanaan Praktikum:
1. Praktikan tidak membawa Tugas Pendahuluan (TP), maka nilai TP
dianggap nol.
d. Jika praktikan tidak mengikuti praktikum dengank riteria:
1. Dua kali tanpa berita dinyatakan mengundurkan diri
2. Tiga kali izin dinyatakan tidak lulus.
e. Tidak ada praktikum pengganti bagi praktikan yang berhalangan hadir.

1.5.3. Jadwal Praktikum/Kelompok


Jadwal Terlampir

1.5.4. Tugas Pendahuluan (TP)


1. Tugas Pendahuluan dikerjakan oleh masing-masing praktikan dan
dikumpulkan sebelum praktikum dimulai.
2. Tugas Pendahuluan ditulis tangan di kertas A4, tulisan harus dapat
dibaca.
5

1.5.5. Metode Penilaian


Komposisi penilaian terdiri atas :
a. Tugas Pendahuluan : 15%
b. Quiz : 10%
c. Assistensi/Absen : 30%
d. Laporan Praktikum : 45%
6

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penyajian Benda – Benda Tiga Dimensi
Untuk menyajikan benda – benda tiga dimensi pada sebuah bidang dua
dimensi dipergunakan cara proyeksi.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

2.1.1. Gambar Proyeksi


Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis,
bidang, benda ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang
gambar. Proyeksi piktorial/pandangan tunggal adalah cara penyajian suatu
gambar tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. Sedangkan proyeksi
ortogonal merupakan cara pemproyeksian yang bidang proyeksinya
mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Secara umum proyeksi
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 1 Grafik Pembagian Gambar Proyeksi


7

2.1.2. Proyeksi Piktorial


Untuk menampilkan gambar - gambar tiga dimensi pada sebuah bidang
dua dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai
dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi antara lain:
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

a. Proyeksi Isometrik
Untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai bentuk benda
yang sebenarnya pada umumnya dibuat gambar isometri, dimetri dan
trimetri, dari proyeksi aksonometrinya.
Pada proyeksi aksonometri tidak terdapat panjang sisi yang
sebenarnya dari benda yang bersangkutan. Oleh karena itu,
penggambarannya memakan waktu. Di pihak lain gambar isometri,
dimetri atau trimetri setidaknya satu sisi merupakan panjang sisi yang
benar.
Pada gambar isometri panjang garis pada sumbu - sumbu
isometri menggambarkan panjang yang sebenarnya. Karena itu
penggambarannya sangat sederhana, dan banyak dipakai untuk
membuat gambar satu pandangan. Gambar isometri dapat menyajikan
benda dengan tepat dan memerlukan waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan cara proyeksi yang lain.
1. Ciri pada sumbu
a) Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis
mendatar.
b) Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2. Ciri pada ukurannya
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan
panjang benda yang digambarnya.
8

Gambar 2. 2 Proyeksi Isometri

3. Penyajian Proyeksi Isometri


Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan
dengan beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal,
terbalik, dan horisontal.
a) Proyeksi isometri dengan posisi normal

Gambar 2. 3 Proyeksi Isometri dengan Posisi Normal

b) Proyeksi isometri dengan posisi terbalik

Gambar 2. 4 Proyeksi Isometri dengan Posisi Terbalik


9

c) Proyeksi isometri dengan posisi horisontal

Gambar 2. 5 Proyeksi Isometri dengan Posisi Horisontal

b. Proyeksi Dimetri
Proyeksi pada gambar dimana skala perpendekan dari dua sisi
dan dua sudut dengan garis horizontal sama, disebut proyeksi dimetri.
Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu
diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain:
1. Ciri pada sumbu
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y
mempunyai sudut 40°.
2. Ketentuan ukuran
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala
pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1
Contoh :

Gambar 2. 6 Proyeksi Dimetri


10

Keterangan :
Ukuran pada sumbu x 40 mm
Ukuran pada sumbu y digambar ½ nya, yaitu 20 mm
Ukuran pada sumbu z 40 mm

c. Proyeksi Miring
Pada proyeksi miring, sumbu x berhimpit dengan garis
horisontal/mendatar dan sumbu y mempunyai sudut 45° dengan garis
mendatar. Skala pada proyeksi miring sama dengan skala pada proyeksi
dimetri, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, dan pada sumbu y = 1 : 2,
sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.

Gambar 2. 7 Proyeksi Miring

d. Gambar Perspektif
Jika antara benda dan titik penglihatan tetap diletakkan sebuah
bidang vertikal atau bidang gambar, maka pada bidang gambar ini akan
terbentuk bayangan dari benda tadi. Bayangan ini disebut gambar
perspektif. Gambar perspektif adalah gambar yang serupa dengan
gambar benda yang dilihat dengan mata biasa dan banyak
dipergunakan dalam bidang arsitektur. Ini merupakan gambar
pandangan tunggal yang terbaik, tetapi cara penggambarannya sangat
sulit dan rumit dari pada cara-cara gambar yang lain. Untuk gambar
teknik dengan bagian-bagian yang rumit dan kecil tidak
11

menguntungkan, oleh karenanya jarang sekali dipakai dalam gambar


teknik mesin.
Dalam gambar perspektif garis-garis sejajar pada benda
bertemu di satu sisi dalam ruang, yang dinamakan titik hilang. Ada tiga
macam gambar perspektif, seperti perspektif satu titik (perspektif
sejajar), perspektif dua titik (perspektif sudut), dan perspektif tiga titik
(perspektif miring).

Gambar 2. 8 Perspektif Satu Titik

Gambar 2. 9 Perspektif Dua Titik (Perspektif Sudut)

Gambar 2. 10 Perspektif Tiga Titik (Perspektif Miring)


12

2.1.3. Proyeksi Ortogonal


Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya
mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis - garis yang
memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor. Selain
proyektor tegak lurus terhadap bidang proyeksinya juga proyektor - proyektor
tersebut sejajar satu sama lain. Contoh-contoh proyeksi ortogonal dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

a. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik

Gambar 2. 11 Proyeksi Ortogonal dari Sebuah Titik

b. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis

Gambar 2. 12 Proyeksi Ortogonal dari Sebuah Garis

c. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang

Gambar 2. 13 Proyeksi ortogonal dari Sebuah Bidang


13

d. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda

Gambar 2. 14 Proyeksi Ortogonal dari Sebuah Benda

2.1.4. Proyeksi Pandangan


Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk
memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang
dua dimensi.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

a. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada
yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini
tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi referensi. Dapat
dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak
bidangnya terbalik dengan arah pandangannya (lihat Gambar 2.15).
Keterangan :
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang
14

Gambar 2. 15 Proyeksi Eropa

b. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga
ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika
merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah
pandangannya (lihat Gambar 2.16).
Keterangan:
P.A = Pandangan Atas
P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

Gambar 2. 16 Proyeksi Amerika


15

2.2. Aturan – Aturan Dasar Untuk Penyajian Gambar Kerja


2.2.1. Penentuan Pandangan
Untuk menggambar pandangan - pandangan sebuah benda, pandangan
depan benda dianggap sebagai gambar pokok. Tetapi pada gambar kerja,
jumlah pandangan harus dibatasi seperlunya, yang dapat memberikan bentuk
benda secara lengkap. Pandangan depan harus dipilih demikian rupa sehingga
dapat memberikan bentuk atau fungsi benda secara umum, dan jika
pandangan depan ini belum dapat memberikan bentuk atau fungsi benda
secara umum dan jika pandangan depan ini belum dapat memberikan
gambaran cukup dari pada benda tadi, pandangan - pandangan tambahan
seperti misalnya pandangan atas, pandangan kanan, dsb. Dapat ditambahkan.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

a. Pemilihan Pandangan Depan


Pandangan suatu benda yang memberikan informasi terbanyak,
dinyatakan sebagai pandangan utama atau pandangan depan.

Gambar 2. 17 Pemilihan Pandangan Depan

b. Jumlah Pandangan
Jumlah pandangan (termasuk potongan) yang dibutuhkan
disesuaikan dengan keperluan tanpa dapat menimbulkan keraguan,
misalnya untuk benda silindris dengan bentuk yang sederhana cukup
digambar satu pandangan.

Gambar 2. 18 Jumlah Pandangan


16

c. Posisi Gambar
Posisi gambar, terutama pandangan depan harus digambarkan
sesuai dengan kedudukan utama saat dibuat.

Gambar 2. 19 Posisi Gambar

2.2.2. Pandangan Sebagian


Kadang - kadang suatu benda tidak perlu digambar secara lengkap.
Dalam hal demikian hanya bagian yang ingin diperlihatkan dibuatkan
gambarnya. Bagian ini dibatasi dengan garis tipis kontinu bebas. Artinya garis
ditarik tanpa bantuan alat gambar. Pandangan sebagian dapat digunakan
apabila pandangan lengkap tidak dapat memberikan kejelasan informasi yang
diperlukan.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 20 Pandangan Sebagian

2.2.3. Pandangan Setempat


Di samping gambar pandangan sebagian ini, masih terdapat gambar
pandangan yang lebih sempit, yaitu pandangan setempat. Apabila cara
penyajian dapat dilakukan tanpa menimbulkan keraguan, maka diperbolehkan
memberikan pandangan setempat, sebagai ganti pandangan utuh untuk benda
simetri. Pandangan setempat harus digambarkan dengan metode proyeksi
sudut ketiga, tidak bergantung pada cara penyajian yang dipakai pada gambar.
17

(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 21 Pandangan Setempat

2.2.4. Pandangan Detail


Dalam gambar perspektif garis - garis sejajar pada benda bertemu di
satu sisi dalam ruang, yang dinamakan titik hilang. Dalam hal - hal dimana
bagian dari benda begitu kecil, sehingga tidak dapat digambarkan atau diberi
ukuran dengan baik, bagian tersebut dapat digambar secara mendetail dengan
skala pembesaran. Seperti terlihat pada gambar 2.22 bagian poros yang akan
dibesarkan dilingkari dan ditandai dengan huruf besar A. bagian ini kemudian
digambar di tempat lain disertai dengan tandanya dan skalanya.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 22 Pandangan Detail

2.2.5. Penggambaran Khusus


Di samping gambar - gambar yang dihasilkan dengan cara proyeksi
ortogonal biasa, terdapat juga cara - cara khusus untuk lebih jelasnya gambar
atau untuk penyederhanaan.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).
18

a. Perpotongan yang Sebenarnya


Perpotongan geometri sebenarnya bila tampak sebenarnya
harus digambarkan dengan garis tebal kontinyu, apabila terhalang,
digambarkan dengan garis putus – putus.

Gambar 2. 23 Garis Perpotongan yang Sebenarnya

b. Perpotongan Maya
Garis perpotongan maya (misalnya pada rusuk atau sudut yang
membulat, ditandai dalam pandangan dengan garis tipis kontinyu, tidak
menyentuh garis tepi.

Gambar 2. 24 Garis Perpotongan Maya

c. Pegambaran Perpotongan yang Disederhanakan


Pengambaran perpotongan geometrik sesungguhnya yang
disederhanakan atau garis perpotongan maya dapat diberlakukan pada
perpotongan:
1. Antara dua silinder : garis lengkung perpotongan dapat diganti
dengan garis lurus;
19

Gambar 2. 25 Perpotongan Dua Silinder

2. Antara suatu silinder dengan prisma segi empat: pergeseran garis


lurus perpotongan dapat diabaikan.

Gambar 2. 26 Perpotongan Silinder dengan Prisma Segi Empat

Catatan:
Penggambaran perpotongan yang diserhanakan harus dihindari, apabila
hal itu mempengaruhi pengertian gambar, misalnya pada gambar
bentangan.

d. Ujung Poros Berpenampang Bujur Sangkar


Untuk menghindari pernggambaran pandangan atau potongan
tambahan, ujung poros berpenampang bujursangkar, dapat ditunjukan
dengan diagonal, dibuat dari garis tipis kontinyu.

Gambar 2. 27 Ujung Poros Berpenampang Bujur Sangkar


20

e. Pandangan Benda – Benda Simetri


Untuk menghemat waktu dan ruang, suatu objek simetri dapat
digambar sebagian saja. Garis simetri ditunjukan dengan dua garis
pendek sejajar pada ujungnya, yang digambarkandengan tegak lurus
pada garis sumbu.
Cara lain adalah dengan menggambarkan garis – garis gambar
pada benda tersebut sedikit melewati sumbu – sumbu simetri. Dalam
hal ini, garis pendek sejajar dapat ditinggalkan.

Gambar 2. 28 Pandangan Benda Simetri yang Tidak Digambar Penuh

Catatan:
Pemakaian dalam praktik, kehati – hatian diperlukan untuk untuk
menggambarkan benda dengan cara ini, agar tidak menimbulkan salah
penafsiran.

f. Pandangan yang Terselang (Diperpendek)


Untuk menghemat ruangan, suatu benda yang panjang dapat
digambarkan sebagian dengan memotongnya. Batas pemotongan
bagian - bagian ini digambarkan berdekatan satu dengan yang lain,
menggunakan garis tipis kontinyu bergelombang.

Gambar 2. 29 Gambar yang Diperpendek


21

g. Penggambaran Bagian yang Berulang


Apabila dalam suatu gambar terdapat beberapa bagian gambar
yang mempunyai bentuk dan ukuran sama, cara penggambarannya
dapat disederhanakan dengan menggambarkan satu bagian yang
berulang. Walaupun demikian, jumlah, macam dan letak bagian
berulang harus ditunjukkan.

Gambar 2. 30 Penggambaran Bagian yang Berulang

2.3. Potongan (Irisan)


Dalam Menggambar teknik, kita sering menemukan benda - benda yang
mempunyai rongga. untuk mengetahui bentuk rongga dan ukuran dalam rongga
tersebut dibutuhkan potongan pada gambar yang berfungsi untuk melihat bagian
rongga tersebut. Dalam penggambarannya kita menggunakan garis gores, dimana
garis ini menyatakan garis yang tersembunyi.
Jika dalam gambar kita mematuhi aturan ini maka gambar yang kita hasilkan
akan tampak rumit, dikarenakan garis gores yang bertumpuk-tumpuk dengan garis
nyata. oleh karena itu untuk mengurangi kerumitan gambar dan membuatnya lebih
mudah kita menggunakan gambar potongan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar
diwabah ini:

Gambar 2. 31 Penjelasan Mengenai potongan 1


22

Untuk letak bidang potong yang sudah jelas, kita tidak memerlukan penjelasan
lebih lanjut, akan tetapi jika ada beberapa bidang potong yang tidak jelas maka dapat
kita terangkan dalam gambar. Pada gambar potong bidang proyeksi bidang potong
dinyatakan oleh sebuah garis potong yang digambar dengan garis sumbu yang
ujungnya dipertebal. Pada ujung garis potong diberi tanda dengan huruf besar, diberi
anak panah yang menunjukkan arah pengelihatan.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

2.3.1. Penyajian Potongan, Letak potongan, dan Garis Potong


Tidak jarang ditemui benda - benda dengan rongga – rongga di
dalamnya. Untuk menggambarkan bagian - bagian ini dipergunakan garis gores
yang menyatakan garis - garis tersembunyi. Jika hal ini dilaksanakan secara
taat asas, maka akan dihasilkan sebuah gambar yang rumit sekali dan susah
dimengerti. Bayangkan saja jika sebuah lemari roda gigi harus digambar secara
lengkap! Untuk mendapatkan gambaran dari bagian - bagian yang tersembunyi
ini, bagian yang menutupi dibuang. Gambar demikian disebut gambar
potongan, atau disingkat saja dengan potongan.
Gambar pada gambar 2.32 memperlihatkan sebuah benda dengan
bagian yang tidak kelihatan. Bagian ini dapat dinyatakan dengan garis gores.
Jika benda ini dipotong, maka bentuk dalamnya akan lebih jelas lagi. Gambar
memperlihatkan cara memotongnya dan gambar sisa bagian benda setelah
benda yang menutupi disingkirkan. Gambar sisa ini diproyeksikan ke bidang
potong, dan hasilnya disebut potongan. Gambarnya diselesaikan dengan garis
tebal.
Dalam hal - hal tertentu bagian - bagian yang terletak di belakang
potongan ini tidak perlu digambar. Hanya jika bagian ini diperlukan, maka
bagian di belakang potongan ini digambar dengan garis gores.

Gambar 2. 32 Penjelasan Mengenai Potongan 2


23

Gambar 2. 33 Contoh Gambar Potongan

Apabila gambarnya tampak jelas, maka letak bidang potongnya tidak


perlu pejelasan. Akan tetapi, apabila gambar tidak tampak jelas perlu
penjelasan dengan memperlihatkan bidang potongnya. Caranya dengan
menunjukan letak potongan dan garis potongan pada gambar proyeksi yaitu
dinyatakan dengan garis potong. Ciri - ciri garis potong adalah sebagai berikut:
a. Garis potong digambar dengan garis sumbu yang ujungnya dipertebal.
b. Garis yang dipertebal juga terdapat pada garis potong yang berubah arah.
c. Terdapat tanda dengan huruf besar pada ujung-ujung garis.
d. Anak panah sebagai petunjuk arah penglihatan.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).
24

Gambar 2. 34 Garis Potong

2.3.2. Potongan dalam Satu Bidang


Potongan dalam satu bidang bisa disebut juga dengan potongan penuh.

Gambar 2. 35 Terjadinya Potongan Penuh

Catatan:
a. Apabila digambar dengan pandangan lain, maka gambar pandangan
tersebut tetap utuh (proyeksi yang tidak dipotong), seperti diperlihatkan
pada gambar.
b. Perubahan garis dari gambar pandangan ke gambar potongan diperlihatkan
oleh A.
c. Bagian pejal yang terpotong diberi garis arsir B.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 36 Potongan Seluruh dengan Pandangannya


25

2.3.3. Potongan dalam Lebih dari Satu Bidang


Potongan dalam lebih dari satu bidang adalah menggambar potongan
benda dengan menyederhanakan gambar dan penghematan waktu dalam
beberapa bidang sejajar yang tidak dalam satu bidang.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 37 Potongan Lebih dari Satu Bidang

Gambar 2. 38 Potongan dengan Dua Bidang Menyudut

2.3.4. Potongan Separuh


Bagian-bagian simetrik dapat digambar setengahnya sebagai gambar
potongan dan setengahnya lagi sebagai pandangan (Gambar 2.39). Dalam
gambar ini garis - garis yang tersembunyi tidak perlu digambar garis gores lagi
karena sudah jelas pada gambar potongan.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).
26

Gambar 2. 39 Potongan Setengah/Separuh

2.3.5. Potongan yang Diputar di Tempat atau Dipindahkan


Bagian - bagian benda tertentu seperti misalnya ruji - ruji roda, tuas,
peleg, rusuk penguat, kait dsb, penampangnya dapat digambarkan setempat
(Gambar 2.40), atau setelah potongannya diputar kemudian dipindahkan ke
tempat lain (Gambar 2.40). Ada perbedaan sedikit antara kedua gambar
tersebut yaitu yang pertama digambar dengan garis tipis, sedangkan yang
kedua dengan garis tebal biasa.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 40 Potongan yang Diputar di Tempat

Gambar 2. 41 Potongan Diputar dan Dipindahkan


27

2.3.6. Susunan Potongan – Potongan Berurutan


Potongan-potongan berurutan dapat disusun pada Gambar 2.42. Hal ini
diperlukan untuk memberi ukuran atau alasan lain. Potongan - potongan pada
gambar semuanya terletak pada sumbu utama dan pada gambar masing -
masing terletak di bawah garis potongnya.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 42 Berbagai Contoh Potongan Berurutan

2.3.7. Penampang – Penampang Tipis


Penampang - penampang tipis, seperti misalnya benda - benda yang
terbuat dari plat, baja profil, dsb atau paking dapat digambar dengan garis
tebal, atau seluruhnya dihitamkan. Jika bagian - bagian demikian terletak
berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan putih.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 43 Potongan Benda Tipis


28

2.3.8. Bagian yang Tidak Boleh Dipotong


Bagian - bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong
dalam arah memanjang. Begitu pula benda-benda seperti baut, paku keling,
poros dsb, tidak boleh dipotong dalam arah memanjang. Gambar 2.44
memperlihatkan sebuah benda yang dipotong, tetapi terdapat beberapa bagian
benda, yaitu sirip dan beberapa benda lain, yaitu poros, pasak, baut dsb yang
tidak dipotong.
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 44 Bagian - bagian yang Tidak Dapat Diperlihatkan oleh Potongan

2.3.9. Arsir
Untuk membedakan gambar potongan dari gambar pandangan,
dipergunakan arsir, yaitu garis-garis tipis miring.
Kemiringan garis arsir adalah 45° terhadap suatu sumbu atau terhadap
garis gambar (Gambar 2.45). Jarak garis - garis arsir disesuaikan dengan
besarnya gambar. Bagian - bagian potongan yang terpisah diarsir dengan
sudut yang sama.
Arsiran dari bagian - bagian yang berdampingan harus dibedakan
sudutnya, agar jelas (Gambar 2.46).
Penampang - penampang yang luas dapat diarsir secara terbatas, yaitu
hanya pada kelilingnya saja (Gambar 2.47).
Potongan - potongan sejajar dari benda yang sama yang terdapat pada
potongan meloncat diarsir serupa, tetapi dapat juga digeser jika dipandang
perlu (Gambar 2.48).
29

Garis - garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka,
jika hal ini tidak dapat dilakukan di luar daerah arsir (Gambar 2.49).
(Pahlevi, Ryan. 2011. Menginterpretasikan Gambar Teknik. Yogyakarta.).

Gambar 2. 45 Arsir

Gambar 2. 46 Arsir dari Bagian-bagian yang Berdampingan

Gambar 2. 47 Arsir Bidang yang Luas


30

Gambar 2. 48 Arsir pada Potongan Sejajar

Gambar 2. 49 Arsir dan Angka

Apabila arsiran dengan bentuk yang berbeda, arti arsiran di sini harus
ditunjukkan dengan jelas pada gambar atau dengan menunjukan standar
tertentu yang dipakai, lihat gambar:

Besi, Besi Tuang, Kuningan, Baja Tuang, Perunggu, Alumunium, dan yang
sejenisnya.

Timah, Logam Putih, Seng dan yang sejenisnya.

Bahan isolasi dan bahan sintetis.


31

Batu, Porselen, keramik, Kerikil, dan yang sejenisnya


Gambar 2. 50 Arsiran Untuk Macam - macam Bahan

2.4. Konstruksi – Konstruksi Dasar


2.4.1. Membagi Garis Sama Panjang
a. Gambarkan garis A-B (sembarang)
b. Lingkarkan jangka dengan jari-jari r1, dengan titik A sebagai pusatnya
c. Dengan tidak merubah jangka (r1 = r2), lingkarkan r2 tersebut dengan titik
pusat di B, sehingga berpotongan di C dan D
d. Tarik garis tipis dari C ke D hingga memotong garis A-B di E, sehingga AE
= EB

Gambar 2. 51 Membagi Garis Sama Panjang

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


32

2.4.2. Membagi Garis Menjadi n Bagian Sama Besar


a. misalkan n = 15 bagian sama besar
b. tentukan garis AB dan gambarkan
c. tarik garis pertolongan dari titik A ke bawah dengan sudut sembarang
d. tentukan jangka dengan jari-jari r = A-1
e. buatlah garis batas dengan jangka yang mempunyai jari-jari r tersebuit
dengan titik pusat berturut-turut A-1, 2, 3, … , sampai dengan 14
f. hubungkan titik B dengan 15 (sebagai garis penutup)
g. buatlah garis sejajar (menggunakan mistar satu pasang) melalui 1, 2, 3,
dan seterusnya yang sejajar dengan garis penutup, hingga didapat
perpotongan garis di C, D, E, dan seterusnya
h. Diperoleh AC = CD = DE = EF = FG dan seterusnya.

Gambar 2. 52 Membagi Garis Menjadi n Bagian Sama Besar

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


33

2.4.3. Membagi Sudut Sama Besar


a. Buat sudut BAC yang akan dibagi dua sama besar
b. Tentukan r1 dengan jangka dan lingkarkan dengan titik pusat di A, hingga
memotong garis AB di D dan garis AC di E
c. Tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di D dan E,
sehingga berpotongan di F
d. Hubungkan garis dari titik A ke titik F ! Diperoleh sudut BAF = sudut FAC.

Gambar 2. 53 Membagi Sudut Sama Besar

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


34

2.4.4. Membagi Sudut Menjadi Tiga Bagian


a. Gambarkan sudut BAC yang akan dibagi sudutnya menjadi tiga bagian
sama besar
b. Perpanjang AC ke kiri sebagai garis pertolongan
c. Tentukan r1 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di A hingga
berpotongan di E, D, dan F
d. Tentukan r2 = 2 . r1 dan lingkarkan dari titik pusat E dan F hingga
berpotongan di G
e. Tarik garis bantu dari D ke G hingga berpotongan di H
f. Bagi tiga panjang H-E hingga didapat 1’ dan 2’
g. Tarik garis dari G ke 1’ dan G ke 2’ hingga didapat I dan J pada lingkaran
h. Hubungkan I dan J dengan A, sehingga didapat 3 sudut sama besar

Gambar 2. 54 Membagi Sudut Menjadi Tiga Bagian

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


35

2.4.5. Membuat Sudut 600


a. Tentukan garis OA mendatar
b. tentukan r (sembarang) dan lingkarkan busur dengan titik pusat di O
c. Pindahkan jangka yang berjari-jari r 9 tidak diubah) dengan titik pusat di
B hingga berpotongan di C
d. Hubungkan O dengan C
e. Diperoleh sudut AOC = 60o.

Gambar 2. 55 Membuat Sudut 600

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


36

2.4.6. Membuat sudut 300


a. Buat garis OA mendatar
b. Tentukan jari-jari r dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B
c. Pindahkan titik pusatnya ke B hingga berpotongan di C
d. Pindahkan kembali titik pusat ke B dan C hingga berpotongan di E
e. Hubungkan O dengan E hingga didapat AOE mempunyai sudut 30o !

Gambar 2. 56 Membuat Sudut 300

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


37

2.4.7. Membuat sudut 900


Cara I :
a. Tarik garis AO dan perpanjang ke kiri
b. Tentukan r1 dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga berpotongan di
B dan C
c. Tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di B dan C
hingga berpotongan di D
d. Hubungan O dengan D maka sudut AOD = 90o

Cara II :
a. Tarik garis OA mendatar
b. Tentukan r (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga berpotongan
di B
c. Pindahkan lingkaran yang berjari-jari r ke titik pusat B dan
berpotongan di C
d. Pindahkan kembali ke titik pusat C dan berpotongan di D
e. Putarkan kembali dengan titik pusat di D dan C hingga berpotongan di E
f. Hubungkan O dengan E maka sudut AOE = 90o.

Gambar 2. 57 Membuat Sudut 900

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


38

2.4.8. Membuat sudut 450


a. Buat garis OA mendatar dan perpanjang ke kiri
b. Tentukan r1 dan lingkarkan dengan titik pusat di O hingga
berpotongan di B dan C
c. Tentukan r (sembarang) dan putar dengan titik pusat di B dan C hingga
berpotongan di D !
d. Tarik garis bantu dari O ke D hingga berpotongan dengan busur lingkaran
r1 di E
e. Tentukan r2 (sembarang) dan lingkarkan dengan titik pusat di B dan E
hingga berpotongan di F
f. Hubungkan O dengan F sehingga didapat sudut AOF = 45o !

Gambar 2. 58 Membuat Sudut 450

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


39

2.4.9. Membuat Segi Empat Beraturan


a. Tarik garis sumbu AB (mendatar)
b. Lingkarkan jangka dengan r = ½ sisi segiempat yang dikehendaki
(lingkaran bertitik pusat di O)
c. Lingkarkan busur dengan jari-jari R (sembarang) dan bertitik pusat di A
dan B, sehingga didapat titik C dan D
d. Hubungkan C dan D melalui O (sehingga didapat sumbu tegak),
memotong lingkaran di E dan F
e. Tarik garis sejajar AB melalui E dan F
f. Tarik garis sejajar EF melalui A dan B, hingga berpotongan di titik G, H, I,
dan J
g. Maka segiempat GHIJ adalah segiempat beraturan.

Gambar 2. 59 Membuat Segi Empat Beraturan

(Wahyudin. Konstruksi Geometri dan Penyajian Benda – benda Tiga Dimensi)


40

2.4.10. Membuat Segi Lima Beraturan


a. Ditentukan lingkaran dengan pusat M.
b. Tarik garis tengah melalui titik M memotong lingkaran di titik A dan titik
B.
c. Buat busur yang sama dari titik A dan titik B. Perpotongan busur tersebut
ditarik garis memotong lingkaran di titik C dan D serta melalui titik M.
d. Kemudian buat busur yang sama pada titik M dan titik B. Perpotongan
busur tersebut ditarik garis hingga memotong di titik E.
e. Hubungkan garis dari titik E dan titik D.
f. Lingkarkan dari titik E sepanjang ED ke arah MA hingga memotong di titik
F.
g. Garis DF merupakan sisi dari segi lima beraturan.
h. Dan seterusnya lingkarkan sisi tersebut pada keliling lingkaran akan
membentuk segi lima beraturan.

Gambar 2. 60 Gambar Segi Lima Beraturan

(Sutikno, Endi. 2016. Modul Menggambar Teknik)


41

2.4.11. Menggambar Segi Enam Beraturan


a. Ditentukan lingkaran dengan pusat M.
b. Tarik garis tengah melalui titik M memotong lingkaran di titik A dan titik
B.
c. Buat busur yang sama dari titik A dan titik B sepanjang AM = BM
memotong lingkaran.
d. Hubungkan titik potong yang terdapat pada lingkaran tersebut sehingga
tergambarlah segi enam beraturan.

Gambar 2. 61 Gambar Seni Enam Beraturan

(Sutikno, Endi. 2016. Modul Menggambar Teknik)


42

2.4.12. Menggambar Segi Tujuh Beraturan


a. Ditentukan lingkaran dengan pusat M.
b. Tarik garis tengah melalui titik M memotong lingkaran di titik A dan titik
B.
c. Buat busur yang sama dari titik B sepanjang BM memotong lingkaran di
titik C dan D.
d. Hubungkan titik potong C dan D memotong BM di titik E, maka CE
merupakan sisi dari segi tujuh beraturan.
e. Lingkarkan sisi CE pada keliling lingkaran sehingga tergambarlah segi
tujuh beraturan.

Gambar 2. 62 Gambar Segi Tujuh Beraturan

(Sutikno, Endi. 2016. Modul Menggambar Teknik)


43

2.4.13. Menggambar Segi Sembilan Beraturan


a. Ditentukan lingkaran
b. Tarik garis tengah AB dan bagilah AB menjadi 9 bagian sama panjang
c. Tarik garis CD tegak lurus garis AB di tengah-tengah AB
d. Perpanjang garis AB dan CD berturut-turut dengan BE dan DF = 1/9 AB
e. Hubungkan DF hingga memotong lingkaran, maka garis dari titik potong
lingkaran ke titik 3 merupakan sisi segi sembilan beraturan dan ukuran
pada keliling lingkaran

Gambar 2. 63 Gambar Segi Sembilan Beraturan

(Sutikno, Endi. 2016. Modul Menggambar Teknik)


44

2.4.14. Menggambar Segi Sepuluh Beraturan


a. Ditentukan lingkaran dengan pusat M
b. Tarik garis tengah melalui titik M arah mendatar sehingga memotong
lingkaran
c. Buat garis tengah melalui titik M arah tegak sehingga memotong
lingkaran
d. Buat busur yang sama dari titik M dan titik Q, perpotongan busur tersebut
ditarik memotong garis MQ di titik L dan D
e. Lingkarkan dari titik L sepanjang LD ke arah MP hingga memotong di titik
F
f. Garis DF merupakan sisi dari segi lima beraturan, sedangkan MF
merupakan sisi segi sepuluh
g. Dan seterusnya lingkarkan sisi tersebut pada keliling lingkaran akan
membentuk segi lima beraturan dan juga segi sepuluh beraturan

Gambar 2. 64 Gambar Segi Sepuluh Beraturan

(Sutikno, Endi. 2016. Modul Menggambar Teknik)

h. Menggambar Segi Banyak Beraturan


Cara membuat segi banyak teratur dengan jumlah sisi n, ditentukan oleh rumus
berikut: 2(n-2)(90˚/n).

(Sutikno, Endi. 2016. Modul Menggambar Teknik)


45

2.5. Penunjukkan Ukuran


2.5.1. Jenis Ukuran
Jenis ukuran dibagi dua, yaitu ukuran bentuk dan ukuran posisi. Ukuran
bentuk yaitu ukuran yang menunjukkan panjang dan lebar suatu obyek,
termasuk di dalamnya ukuran diameter, radius, dan lain - lain.
Sedangkan ukuran posisi adalah ukuran yang menunjukkan jarak obyek
tersebut dari suatu bidan referensi tertentu (datum). Contoh ukuran bentuk:
Obyek kotak segi empat akan memiliki ukuran bentuk panjang dan lebar,
lingkaran akan memiliki ukuran bentuk diameter atau radius, segitiga akan
memiliki ukuran bentuk panjang dan tinggi atau panjang dan sudut, dan lain -
lain.

Gambar 2. 65 Contoh Ukuran Bentuk

Untuk memberikan ukuran posisi kita harus menentukan posisi datum


terlebih dahulu. Datum adalah bidang referensi. Datum ini bisa berupa titik
sudut, garis, ataupun bidang pada suatu benda. Penentuan datum ini
didasarkan oleh hal - hal berikut ini :

a. Fungsi dari benda


b. Kemudahan pengerjaan
c. Kemudahan perakitan
46

Gambar 2. 66 Contoh Datum

Aturan - aturan dalam pemberian ukuran :

a. Ukuran harus cukup jelas untuk bisa dibaca dengan mudah


b. Hindari pemberian ukuran ganda
c. Usahakan untuk menempatkan ukuran diluar area benda
d. Pastikan angka ukuran dan garis panahnya tidak ditabrak oleh garis yang
lain

Gambar 2. 67 Contoh Cara Penunjukkan Ukuran yang Benar


47

Hal penting yang lain dalam penunjukkan ukuran adalah


penyederhanaan ukuran, artinya penunjukkan ukuran dibuat sedemikian rupa
hingga tidak memakan banyak area gambar yang berarti membuat gambar
menjadi lebih lapang dan mudah dibaca. Selain itu dengan efisiensi ukuran,
gambar benda yang ditampilkan bisa lebih besar (skala), dan pembacaan akan
lebih mudah. Penyederhanaan boleh dilakukan dengan tanpa mengurangi
fungsi dari ukuran itu sendiri.
(Sujana, Yogi. 2010. Gambar Teknik Mesin)

2.6. Toleransi
Pada Gambar Teknik, kita mengenal ada beberapa 2 macam toleransi, antara
lain:
a. Toleransi Bentuk dan Posisi
Yang dimaksudkan dengan toleransi bentuk dan posisi adalah, batasan -
batasan penyimpangan bentuk atau posisi benda kerja yang diizinkan.

b. Toleransi ukuran.
Yang dimaksud dengan toleransi ukuran adalah batasan - batasan
penyimpangan ukuran yang diperbolehkan pada suatu benda kerja. Toleransi
ukuran terbagi lagi atas beberapa jenis:

1. Toleransi Umum, adalah besaran angka toleransi yang berlaku untuk


semua ukuran yang terdapat pada gambar, kecuali ukuran - ukuran yang
telah dicantumi angka toleransi secara khusus. Dengan kata lain, ukuran
yang tidak diikuti oleh harga toleransi berarti mengikuti harga toleransi
umum yang berlaku.

2. Toleransi Khusus, Toleransi khusus adalah toleransi di luar angka


toleransi umum, dan diletakkan langsung setelah angka nominalnya.

3. Toleransi Suaian, Biasanya toleransi suaian dipakai pada benda kerja

yang berpasangan, seperti misalnya poros dan as. Untuk toleransi ini
biasanya menggunakan simbol Huruf, untuk lubang biasanya menggunakan
huruf kapital/huruf besar, sedangkan untuk poros menggunakan huruf
kecil.
48

Untuk mudahnya, toleransi suaian ini kita jelaskan dengan


mengaplikasikannya pada bentuk lubang dan poros yang berpasangan satu
sama lain. Harga toleransi suaian yang dicantumkan menentukan keadaan
kelonggaran antara lubang dan poros tersebut. Keadaan suaian dibagi
menjadi 3 jenis :
a) Suaian longgar (clearance fit). Harga toleransi yang menghasilkan
keadaan longgar antara lubang dan poros.
b) Suaian luncur (sliding fit). Harga toleransi yang menghasilkan
keadaan luncur/halus antara lubang dan poros. Pada keadaan ini,
antara poros dan lubang nyaris tanpa kelonggaran, gap yang tercipta
antara lubang dan poros berkisar antara 0.002-0.02mm (tergantung
dari ukuran nominal lubang-poros).
c) Suaian sesak (interference fit). Harga toleransi yang meghasilkan
keadaan sesak antara lubang dan poros. Pada keadaan ini ukuran poros
lebih besar daripada ukuran lubang, yang memerlukan usaha tersendiri
untuk memasang poros ke lubang tersebut (menggunakan tenaga
manusia dibantu alat ketok, menggunakan mesin press, menggunakan
metoda pemanasan lubang, dsb).

Ukuran yang menggunakan harga toleransi suaian mencantumkan


angka nominal, simbol toleransi dan angka toleransinya yang ditulis di
dalam kurung (angka ini dituliskan hanya apabila diperlukan, misalnya
pihak pengguna gambar tidak memiliki table standar suaian ISO).

Khusus pada gambar susunan, angka nominal dari benda harus


mencantumkan harga toleransi untuk kedua benda, lubang maupun poros.

(Sujana, Yogi. 2010. Gambar Teknik Mesin)


49

Gambar 2. 68 Contoh Toleransi Umum

Gambar 2. 69 Contoh Toleransi Khusus

Gambar 2. 70 Contoh Toleransi Suaian


50

BAB III
USULAN PEMECAHAN MASALAH
3.1. Flow Chart

Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Tugas Pendahuluan

Kuis

Responsi

Tata Tertib

Materi

Pelaksanaan Praktek I
Latihan 1
Membagi Garis Menjadi Bagian -
Bagian yang Sama Panjang
Latihan 2
Membuat Garis Tegak Lurus
Latihan 3
Membagi Dua Sebuah Sudut
Sembarang
Latihan 4
Menggambar Segi Empat

Apakah Gambar
Sudah Sesuai

Tidak
Ya

A
51

Pelaksanaan Praktek II
Latihan 1
Membuat Sebuah Garis Singgung Pada
Lingkaran Melalui Sebuah Titik Pada
Lingkaran
Latihan 2
Membuat Sebuah Busur yang
Menyinggung Dua Garis Tegak Lurus
Latihan 3
Memgambar Garis Singgung Luar Pada
Dua Lingkaran
Latihan 4
Menggambar Busur Lingkaran yang
Menyinggung Dua Buah Lingkaran
Bentuk 1
Latihan 5
Menggambar Busur Lingkaran yang
Menyinggung Dua Buah Lingkaran
Bentuk 2

Apakah Gambar Sudah


Sesuai
Tidak

Ya

Pelaksanaan Praktek III


Latihan 1
Menggambar Kontruksi Dasar
Latihan 2
Menggambar Tuas

Apakah Gambar Sudah


Sesuai

Tidak
Ya

B
52
B

Pelaksanaan Praktek IV
Latihan 1
Menggambar Poros Eksentrik
Latihan 2
Menggambar Plat Dudukan

Apakah Gambar Sudah


Sesuai

Tidak
Ya

Pelaksanaan Praktek V
Latihan 1
Posisi dan Ukuran Kepala Gambar dan
Proyeksi

Apakah Gambar Sudah


Sesuai

Tidak
Ya

Penulisan Laporan

Asistensi 1 - 4

Apakah Laporan Sudah


Sesuai

Tidak
Ya

Pengumpulan Gambar dan


Laporan (hard & Soft Copy)

Selesai
53

3.2. Deskripsi Pemecahan Masalah


Setiap penelitian sudah tentu mengalami proses, proses ini dituangkan dalam
flow chart pemecahan masalah sesuai dengan kaidah-kaidah yang terkandung dalam
sistem dan metode penelitian, hal ini bertujuan untuk memudahkan dan memperjelas
permasalahan sehingga nantinya dapat memberikan solusi yang bisa
dipertanggungjawabkan. Tahap pemecahan masalahpun akan menjadi titik terang
ketika permodelan mulai dilakukan, kami akan paparkan pada sub bab tahapan
pemecahan masalah secara detail.

3.2.1. Mulai
Praktikum Gambar Teknik ini dimulai dengan mengisi daftar absensi
kehadiran, mengumpulkan Tugas Pendahuluan (TP), kuis, responsi,
pembahasan modul dan pengarahan praktikum.

3.2.2. Studi Literatur


Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan
kasus atau permasalahan yang ditemukan. Menurut prof Hasanuddin, “Studi
literatur dapat diambil dari berbagai sumber, diantaranya adalah Text Book,
jurnal ilmiah terbitan internasional maupun nasional, tugas akhir dari
mahasiswa sarjana maupun pascasarjana dan media online seperti internet”.
Tujuannya adalah untuk memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori
dalam melakukan studi dan juga menjadi dasar untuk menjelaskan mengenai
gambar teknik yang merupakan cara untuk menyampaikan informasi ataupun
sebagai sarana untuk memvisualisasikan gagasan dalam pikiran.

3.2.3. Studi Lapangan


Menurut Danang Sunyoto (2013:22), pengertian studi lapangan
adalah: “Penelitian lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan
mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak
peneliti”.
54

3.2.4. Tugas Pendahuluan


Tugas pendahuluan merupakan salah satu syarat yang dilakukan
praktikan sebelum memulai praktikum gambar teknik. Dimana Tugas
Pendahuluan dikerjakan oleh masing-masing praktikan dan dikumpulkan
sebelum praktikum dimulai sebagai syarat untuk mengikuti praktikum gambar
teknik yang dilaksanakan di Lab. Rekayasa Terpadu, Fakultas Teknik,
Universitas Singaperbangsa Karawang.

3.2.5. Kuis
Kuis adalah sebuah metode dimana asisten praktikum memberikan
pertanyaan kepada mahasiswa sebelum proses praktikum gambar teknik
dilaksanakan. Metode ini secara tidak langsung juga dapat menjadi pelengkap
karya ilmiah atau praktikum yang dibuat mahasiswa.

3.2.6. Responsi
Responsi merupakan semacam ujian untuk mata kuliah yang
melakukan kegiatan praktek. Jika melakukan praktek pada suatu mata kuliah
maka akan membuat laporan dari hasil praktek tersebut. Laporan dari hasil
praktek tersebut biasanya diperiksa dan akan menjadi bahan penilain dosen.
Untuk jelasnya tentang responsi bisa diibaratkan seperti ujian yang
membahas beberapa bab. misalnya dalam mata kuliah gambar teknik yang
sering mengadakan praktek. Jika pada mata kuliah tersebut melakukan
praktek hingga lima kali, dan sudah mendekati Ujian Akhir Semester maka
dari praktek suatu mata kuliah akan mengadakan semacam ujian, tetapi
dengan praktek. Karena pada mata kuliah gambar teknik sudah melakukan
praktek selama lima kali, maka yang akan diuji dalam ujian praktek juga dari
kelima praktek tersebut.

3.2.7. Tata Tertib


Tata tertib adalah peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
oleh praktikan pada saat praktikum gambar teknik, apabila dilanggar
mendapatkan punishment atau sanksi (hukuman).
55

Peraturan adalah patokan yang dibuat untuk membatasi tingkah laku


seseorang dalam suatu lingkup atau Organisasi tertentu yang jika melanggar
akan dikenakan sanksi (hukuman).

3.2.8. Materi
Materi adalah sebuah penjelasan yang diberikan pengajar kepada
pratikan sebelum memulai praktikum agar pada saat melaksanakan
praktikum dapat berjalan dengan baik.

3.2.9. Pelaksanaan Praktek I


Pada pelaksanaan praktek I terdapat 4 latihan yang harus dikerjakan,
yaitu:
a. Latihan 1: Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama
Panjang
1. Buatlah sebuah garis AB dengan panjang sembarang.
2. Buatlah garis AC dengan sudut sembarang dari garis AB dan panjang
sembarang.
3. Bagilah garis AC menggunakan jangka dengan jarak yang sama,
berilah angka 1, 2, 3, dst. pada setiap titik temunya.
4. Tariklah garis dari titik 5 ke titik B. Tariklah garis-garis melalui
titik 1 sampai dengan titik 4 yang sejajar dengan garis 5-B. Berilah
angka 1’, 2’, 3’, dst. pada setiap titik temunya pada garis AB.
5. Titik potong antara garis-garis sejajar ini dengan garis AB merupakan
bagian- bagian yang sama jaraknya.

Gambar 3. 1 Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama Panjang


56

b. Latihan 2: Membuat Garis Tegak Lurus


1. Buatlah sebuah garis AB dengan panjang sembarang.
2. Buatlah titik C di luar garis AB dengan jarak sembarang.
3. Buatlah lingkaran menggunakan jangka dengan bertitik pusat di C,
jari-jari R, dan memotong garis AB pada titik 1 dan 2.
4. Buatlah lingkaran dengan titik pusat 1 dan 2, jari-jari R, dan
berpotongan di titik 3.
5. Dari titik C tariklah garis ke titik 3 sehingga memotong garis AB di titik
D. Garis AB dan garis C3 saling tegak lurus.

Gambar 3. 2 Membuat Garis Tegak Lurus

c. Latihan 3: Membagi Dua Buah Sudut Sembarang


1. Buatlah sebuah garis AB dengan panjang sembarang.
2. Buatlah garis AC dengan sudut sembarang dari garis AB dan panjang
sembarang.
3. Buatlah lingkaran dengan jari-jari R sehingga memotong garis AB dan
AC di titik 1 dan 2.
4. Dari titik 1 dan 2 sebagai pusat lingkaran, buatlah lingkaran
dengan jari-jari r sehingga saling memotong di titik 3.
5. Tarik garis dari titik A ke titik 3.
6. Sudut dan sudut mempunyai sudut yang sama besar.
57

Gambar 3. 3 Membagi Dua Buah Sudut Sembarang

d. Latihan 4: Menggambar Segi Empat Bentuk I


1. Buatlah sebuah garis AB dengan panjang sembarang.
2. Dengan titik-titik A dan B sebagai pusat lingkaran, buatlah lingkaran
dengan jari-jari R sehingga saling berpotongan di titik 1 dan 2.
3. Tarik garis dari titik 1 dan titik 2 sehingga memotong garis AB di titik
O. AO dan OB mempunyai jarak yang sama besar.
4. Dengan titik O sebagai pusat, buatlah lingkaran dengan jari-jari AO
dan Memotong garis 1-2 di titik C dan titik D.
5. Tarik garis dari titik A ke titik C, dari titik C ke titik B, dari titik B ke
titik D, dan dari titik D ke titik A.
6. Garis ACBD merupakan segi empat.
7. Dengan titik-titik A, C, B, dan D sebagai pusat, buatlah lingkaran
dengan jari-jari yang sama (r) sehingga saling berpotongan.
8. Tarik garis dari masing-masing titik perpotongan tersebut ke titik O
sehingga memotong lingkaran ACBD.
9. Dari titik-titik perpotongan tersebut tariklah garis sehingga
membentuk segi empat yang sama besar dengan segi empat ACBD.
58

Gambar 3. 4 Menggambar Segi Empat

3.2.10. Decision I
Jika gambar latihan 1-4 sudah dibuat, gambar tersebut dikumpulkan
untuk di koreksi.
a. Ya
Jika gambar tersebut sudah memenuhi standar kompetensi
Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik bisa
melanjutkan ke pelaksanaan praktek II.
b. Tidak
Jika gambar belum memenuhi standar kompetensi Praktikum
Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik belum bisa melanjutkan
ke pelaksanaan praktek II dan harus memperbaiki gambar yang telah
dibuat supaya dapat memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar
Teknik untuk melanjutkan ke pelaksanaan praktek II.
59

3.2.11. Pelaksanaan Praktek II


Pada pelaksanaan praktek II terdapat 5 latihan yang harus dikerjakan,
yaitu:
a. Latihan 1: Membuat Sebuah Garis Singgung Pada Lingkaran
Melalui Sebuah Titik Pada Lingkaran
1. Buatlah sebuah lingkaran dengan titik pusat O dan jari-jari
sembarang.
2. Tentukan titik P di lingkaran O. Dari titik P sebagai pusat, buatlah
lingkaran dengan jari-jari yang sama sehingga memotong lingkaran O
di titik A. OP = PA = jari-jari O.
3. Dengan titik A sebagai pusat, buatlah lingkaran dengan jari-jari yang
sama.
4. Tariklah garis dari titik O ke titik A dan perpanjang sampai memotong
lingkaran A di titik B.
5. Tarik garis dari titik B ke titik P.
6. Garis BP adalah garis singgung melalui titik P pada lingkaran.

Gambar 3. 5 Membuat Sebuah Garis Singgung pada Lingkaran Melalui


Sebuah Titik pada Lingkaran

b. Latihan 2: Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis


Tegak Lurus
1. Buatlah sebuah garis AB dan CD yang saling tegak lurus.
2. Buatlah lingkaran dengan jari-jari r yang memotong garis AB dan garis
CD di titik 1 dan titik 2. P1 = P2 = jari-jari r.
3. Dengan titik 1 dan titik 2 sebagai titik pusat, dan jari-jari r,
tentukanlah titik O. Dari titik O buatlah lingkaran dengan jari-jari r.
60

4. Maka titik O adalah pusat lingkaran dari garis singgung.

Gambar 3. 6 Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis


Tegak Lurus

c. Latihan 3: Memgambar Garis Singgung Luar Pada Dua Lingkaran


1. Buatlah lingkaran dengan titik pusat O1 jari-jari R, dan titik pusat
O2 dengan jari- jari r. Jarak O1 dan O2 = c.
2. Buatlah lingkaran dengan jari-jari R-r titik pusat di O1.
3. Gambarlah lingkaran dengan titik pusat O3 dan jari-jari c/2,
yang memotong lingkaran dengan jari-jari R-r di titik A dan titik B. O3
= O1O2 / 2.
4. Tarik garis dari O1 ke titik A dan B, dan perpanjanglah garis-
garis tersebut sehingga memotong lingkaran dengan jari-jari R di titik
T1 dan T1’.
5. Tarik garis sejajar dengan AO2 dan BO2 melalui T1 dan T1’. T1 T2
dan T1’ T2’ adalah pasangan garis singgung luar.

Gambar 3. 7 Menggambar Garis Singgung Luar pada Dua Lingkaran


61

d. Latihan 4: Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua


Buah Lingkaran Bentuk 1
1. Gambarlah dua buah lingkaran dengan titik pusat O1 jari-jari R1
dan titik pusat O2 jari-jari R2.
2. Gambarlah busur lingkaran dengan jari-jari R1 + r dan R2 + r,
masing-masing dengan O1 dan O2 sebagai titik pusat. Kedua
busur lingkaran saling berpotongan di titik M.
3. Tariklah gari dari titik M ke O1 dan O2 sehingga memotong kedua
lingkaran di titik T1 dan T2. MT1 dan MT2 = r.
4. Dengan titik M sebagai pusat, dan jari-jari r, gambarlah busur
lingkaran yang menyinggung kedua lingkaran di titik T 1 dan T2.

Gambar 3. 8 Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua


Buah Lingkaran Bentuk 1

e. Latihan 5: Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua


Buah Lingkaran Bentuk 2
1. Gambarlah dua buah lingkaran dengan titik pusat O1 jari-jari R1
dan titik pusat O2 jari-jari R2.
2. Gambarlah busur lingkaran dengan jari-jari r - R1 dan r - R2,
masing-masing dengan O1 dan O2 sebagai titik pusat. Kedua
busur lingkaran saling berpotongan di titik M.
3. Tariklah gari dari titik M ke O1 dan O2 sehingga memotong kedua
lingkaran di titik T1 dan T2. MT1 dan MT2 = r.
4. Dengan titik M sebagai pusat, dan jari-jari r, gambarlah busur
lingkaran yang menyinggung kedua lingkaran di titik T 1 dan T2.
62

Gambar 3. 9 Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua


Buah Lingkaran Bentuk 2

3.2.12. Decision II
Jika gambar latihan 1-5 sudah dibuat, gambar tersebut dikumpulkan
untuk di koreksi.
a. Ya
Jika gambar tersebut sudah memenuhi standar kompetensi
Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik bisa
melanjutkan ke pelaksanaan praktek III.
b. Tidak
Jika gambar belum memenuhi standar kompetensi Praktikum
Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik belum bisa melanjutkan
ke pelaksanaan praktek III dan harus memperbaiki gambar yang telah
dibuat supaya dapat memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar
Teknik untuk melanjutkan ke pelaksanaan praktek III.

3.2.13. Pelaksanaan Praktek III


Pada pelaksanaan praktek III terdapat 2 latihan yang harus
dikerjakan, yaitu:
63

a. Latihan 1: Menggambar Kontruksi Dasar

Gambar 3. 10 Menggambar konstruksi Dasar

b. Latihan 2: Menggambar Tuas

Gambar 3. 11 Menggambar Tuas

3.2.14. Decision III


Jika gambar latihan 1-2 sudah dibuat, gambar tersebut dikumpulkan
untuk di koreksi.
a. Ya
Jika gambar tersebut sudah memenuhi standar kompetensi
Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik bisa
melanjutkan ke pelaksanaan praktek IV.
64

b. Tidak
Jika gambar belum memenuhi standar kompetensi Praktikum
Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik belum bisa melanjutkan
ke pelaksanaan praktek IV dan harus memperbaiki gambar yang telah
dibuat supaya dapat memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar
Teknik untuk melanjutkan ke pelaksanaan praktek IV.

3.2.15. Pelaksanaan Praktek IV


Pada pelaksanaan praktek IV terdapat 2 latihan yang harus
dikerjakan, yaitu:
a. Latihan 1: Menggambar Poros Eksentrik

Gambar 3. 12 Menggambar Poros Eksentrik


65

b. Latihan 2: Menggambar Plat Dudukan

Gambar 3. 13 Menggambar Plat Dudukan

3.2.16. Decision IV
Jika gambar latihan 1-2 sudah dibuat, gambar tersebut dikumpulkan
untuk di koreksi.
a. Ya
Jika gambar tersebut sudah memenuhi standar kompetensi
Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik bisa
melanjutkan ke pelaksanaan praktek V.
b. Tidak
Jika gambar belum memenuhi standar kompetensi Praktikum
Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik belum bisa melanjutkan
ke pelaksanaan praktek V dan harus memperbaiki gambar yang telah
dibuat supaya dapat memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar
Teknik untuk melanjutkan ke pelaksanaan praktek V.

3.2.17. Pelaksanaan Praktek V


Pada pelaksanaan praktek V terdapat 1 latihan yang harus dikerjakan,
yaitu:
66

a. Latihan 1: Posisi dan Ukuran Kepala Gambar dan Proyeksi

Gambar 3. 14 Posisi dan Ukuran Kepala Gambar dan Proyeksi

3.2.18. Decision V
Jika gambar latihan 1 sudah dibuat, gambar tersebut dikumpulkan
untuk di koreksi.
a. Ya
Jika gambar tersebut sudah memenuhi standar kompetensi
Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik bisa
melanjutkan ke penulisan laporan.
b. Tidak
Jika gambar belum memenuhi standar kompetensi Praktikum
Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik belum bisa melanjutkan
67

ke penulisan laporan dan harus memperbaiki gambar yang telah dibuat


supaya dapat memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar Teknik
untuk melanjutkan ke penulisan laporan.

3.2.19. Penulisan Laporan


Tahap ini merupakan tahap menyusun sebuah laporan hasil praktikum
gambar teknik yang sudah dilaksanakan oleh praktikan.
a. Bab I
Bab I merupakan pendahuluan. Pada bab ini ada beberapa sub
bab, diantaranya:
1. Latar belakang
Latar belakang menjelaskan tentang pengertian, dan fungsi
gambar teknik
2. Tujuan praktikum
Tujuan merupakan suatu yang harus dicapai pada saat
praktikum gambar teknik
3. Prosedur dan prasyarat
Prosedur adalah langkah – langkah yang harus dilakukan pada
saat praktikum gambar teknik. Prasyarat adalah syarat yang harus
dipenuhi oleh praktikan sebelum memulai praktikum gambar teknik.
4. Alat dan bahan
Peralatan yang dapat membantu praktikan dalam
melaksanakan praktikum gambar teknik.
5. Tata tertib
Tata tertib adalah peraturan yang ada di laboratorium yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan pada saat praktikum gambar teknik,
apabila dilanggar mendapatkan punishment atau sanksi (hukuman).
Peraturan adalah patokan yang dibuat untuk membatasi tingkah laku
seseorang dalam suatu lingkup atau Organisasi tertentu yang jika
melanggar akan dikenakan sanksi (hukuman).

b. Bab II
Bab II merupakan landasan teori. Pada bab ini menjelaskan hal –
hal yang mengenai gambar teknik.
68

c. Bab III
Bab III merupakan usulan pemecahan masalah. Setiap penelitian
sudah tentu mengalami proses, proses ini dituangkan dalam flow chart
pemecahan masalah sesuai dengan kaidah-kaidah yang terkandung
dalam sistem dan metode penelitian, hal ini bertujuan untuk
memudahkan dan memperjelas permasalahan sehingga nantinya dapat
memberikan solusi yang bisa dipertanggungjawabkan. Tahap pemecahan
masalahpun akan menjadi titik terang ketika permodelan mulai dilakukan,
kami akan paparkan pada sub bab tahapan pemecahan masalah secara
detail.

d. Bab IV
Bab IV merupakan Hasil Praktikum, diantaranya membuat:
1. Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama Panjang
2. Membuat Garis Tegak Lurus
3. Membagi Dua Buah Sudut Sembarang
4. Menggambar Segi Empat Bentuk I
5. Menggambar Segi Empat Bentuk II
6. Membuat Sebuah Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Sebuah Titik
pada Lingkaran
7. Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis Tegak Lurus
8. Menggambar Garis Singgung Luar pada Dua Lingkaran
9. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran
Bentuk I
10. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran
Bentuk II
11. Menggambar Konstruksi Dasar
12. Menggambar Tuas
13. Menggambar Poros Eksentrik
14. Menggambar Plat Dudukan

e. Bab V
Bab V merupakan penutup, yang berisi kesimpulan dari hasil
praktikum gambar teknik dan saran yang dibutuhkan penulis sebagai
69

referensi untuk memperbaiki agar kedepannya tidak terjadi kesalahan


yang sama.
1. Daftar Pustaka
Daftar Pustaka adalah tulisan yang tersusun di akhir sebuah
karya ilmiah yang berisi nama penulis, judul tulisan, penerbit, identitas
penerbit dan tahun terbit sebagai sumber atau rujukan seorang
penulis.
2. Lampiran
Lampiran merupakan dokumen tambahan yang ditambahkan
(dilampirkan) ke dokumen utama

3.2.20. Asistensi 1-4


Setelah menulis laporan, praktikan Gambar Teknik diperbolehkan
mengikuti asistensi 1-4, asistensi ini bertujuan untuk mengoreksi laporan
yang telah dibuat supaya memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar
Teknik.
Jika laporan sudah memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar
Teknik, peserta boleh melanjutkan ke tahap pengumpulan gambar & laporan.
Jika laporan belum memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar Teknik,
praktikan harus memperbaiki laporan tersebut supaya dapat melanjutkan ke
tahap selanjutnya.

3.2.21. Decision VI
Laporan Praktikum Gambar Teknik yang telah dibuat oleh praktikan di
proses oleh asisten praktikum gambar teknik serta di verifikasi apakah
laporan tersebut sudah sesuai dengan standar kompetensi atau belum.
a. Ya
Jika gambar dan laporan tersebut sudah memenuhi standar
kompetensi Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik
bisa melanjutkan ke tahap pengumpulan gambar dan laporan (hard & soft
copy).
b. Tidak
Jika gambar dan laporan belum memenuhi standar kompetensi
Praktikum Gambar Teknik, maka praktikan Gambar Teknik belum bisa
melanjutkan ke tahap pengumpulan gambar dan laporan (hard & soft
70

copy) dan harus memperbaiki laporam yang telah dibuat supaya dapat
memenuhi standar kompetensi praktikum Gambar Teknik.

3.2.22. Pengumpulan Gambar dan Laporan (Hard & Soft Copy)


Jika gambar dan laporan sudah memenuhi standar kompetensi
praktikum Gambar Teknik, praktikan diperbolehkan mengumpulkan gambar
dan laporan tersebut dalam bentuk hard & soft copy.

3.2.23. Selesai
Praktikan telah menyelesaikan praktikum Gambar Teknik.
71

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1. Nama Anggota Kelompok 27


a. Luthfi Agung Darmawan (1710631140096)
b. Mohamad Andriyan Pratama (1710631140108)
c. Muhamad Ridwan (1710631140110)
d. Muhammad Aliwafa (1710631140112)

4.2. Luthfi Agung Darmawan (1710631140096)


a. Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama Panjang
b. Membuat Garis Tegak Lurus
c. Membagi Dua Buah Sudut Sembarang
d. Menggambar Segi Empat Bentuk I
e. Menggambar Segi Empat Bentuk II
f. Membuat Sebuah Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Sebuah Titik pada
Lingkaran
g. Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis Tegak Lurus
h. Menggambar Garis Singgung Luar pada Dua Lingkaran
i. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk I
j. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk II
k. Menggambar Konstruksi Dasar
l. Menggambar Tuas
m. Menggambar Poros Eksentrik
n. Menggambar Plat Dudukan
72

4.3. Mohamad Andriyan Pratama (1710631140108)


a. Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama Panjang
b. Membagi Garis Tegak Lurus
c. Membagi Dua Buah Sudut Sembarang
d. Menggambar Segi Empat Bentuk I
e. Menggambar Segi Empat Bentuk II
f. Membuat Sebuah Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Sebuah Titik pada
Lingkaran
g. Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis Tegak Lurus
h. Menggambar Garis Singgung Luar pada Dua Lingkaran
i. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk I
j. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk II
k. Menggambar Konstruksi Dasar
l. Menggambar Tuas
m. Menggambar Poros Eksentrik
n. Menggambar Plat Dudukan
73

4.4. Muhamad Ridwan (1710631140110)


a. Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama Panjang
b. Membagi Garis Tegak Lurus
c. Membagi Dua Buah Sudut Sembarang
d. Menggambar Segi Empat Bentuk I
e. Menggambar Segi Empat Bentuk II
f. Membuat Sebuah Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Sebuah Titik pada
Lingkaran
g. Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis Tegak Lurus
h. Menggambar Garis Singgung Luar pada Dua Lingkaran
i. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk I
j. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk II
k. Menggambar Konstruksi Dasar
l. Menggambar Tuas
m. Menggambar Poros Eksentrik
n. Menggambar Plat Dudukan
74

4.5. Muhamad Aliwafa (1710631140112)


a. Membagi Garis Menjadi Bagian – bagian yang Sama Panjang
b. Membagi Garis Tegak Lurus
c. Membagi Dua Buah Sudut Sembarang
d. Menggambar Segi Empat Bentuk I
e. Menggambar Segi Empat Bentuk II
f. Membuat Sebuah Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Sebuah Titik pada
Lingkaran
g. Membuat Sebuah Busur yang Menyinggung Dua Garis Tegak Lurus
h. Menggambar Garis Singgung Luar pada Dua Lingkaran
i. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk I
j. Menggambar Busur Lingkaran yang Menyinggung Dua Lingkaran Bentuk II
k. Menggambar Konstruksi Dasar
l. Menggambar Tuas
m. Menggambar Poros Eksentrik
n. Menggambar Plat Dudukan
75

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
a. Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang, benda
ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar.
b. Proyeksi piktorial/pandangan tunggal adalah cara penyajian suatu gambar tiga
dimensi terhadap bidang dua dimensi.
c. Proyeksi ortogonal merupakan cara pemproyeksian yang bidang proyeksinya
mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya.
d. Pada gambar isometri panjang garis pada sumbu-sumbu isometri menggambarkan
panjang yang sebenarnya. Gambar isometri dapat menyajikan benda dengan tepat
dan memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan cara proyeksi
yang lain.
1. Ciri pada sumbu
a) Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
b) Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2. Ciri pada ukurannya
a) Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda
yang digambarnya.
e. Proyeksi dimetri yaitu proyeksi pada gambar dimana skala perpendekan dari dua
sisi dan dua sudut dengan garis horizontal sama. Pada proyeksi dimetri terdapat
beberapa ciri dan ketentuan yang perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut
antara lain:
1. Ciri pada sumbu
a) Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai
sudut 40°.
2. Ketentuan ukuran
a) Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y
= 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1
f. Gambar perspektif yaitu bayangan yang terbentuk dari benda yang jika antara
benda dan titik penglihatan tetap diletakkan sebuah bidang vertikal atau bidang
gambar. Gambar perspektif adalah gambar yang serupa dengan gambar benda
yang dilihat dengan mata biasa dan banyak dipergunakan dalam bidang arsitektur.
76

Ada tiga macam gambar perspektif, seperti perspektif satu titik (perspektif sejajar),
perspektif dua titik (perspektif sudut), dan perspektif tiga titik (perspektif miring).
g. Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai
sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Berbagai macam proyeksi ortogonal
antara lain:
1. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik
2. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis
3. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang
4. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda
h. Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan untuk
memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi terhadap bidang dua
dimensi.
1. Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran I.
2. Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran III.
i. Ada beberapa Aturan-aturan dasar dalam suatu penyajian Gambar kerja yang
harus diperhatikan yaitu mengenai:
1. Penentuan Pandangan
2. Pandangan Tambahan
3. Pandangan Sebagian
4. Pandangan Setempat
5. Pandangan Detail
j. Gambar potongan yaitu gambar yang dibuat untuk mendapatkan gambaran dari
bagianbagian yang tersembunyi, bagian yang menutupi dibuang. Adapun dalam
penggambaran gambar potongan memakai garis yang ciri-cirinya adalah sebagai
berikut:
1. Garis potong digambar dengan garis sumbu yang ujungnya dipertebal.
2. Garis yang dipertebal juga terdapat pada garis potong yang berubah arah.
3. Terdapat tanda dengan huruf besar pada ujung-ujung garis.
4. Anak panah sebagai petunjuk arah penglihatan.
k. Dalam penggambaran potongan terdapat macam-macam potongan antara lain:
1. Potongan dalam Satu Bidang
2. Potongan dalam Lebih dari Satu Bidang
3. Potongan Separuh
77

4. Potongan yang Diputar di Tempat atau Dipindahkan


l. Arsir yaitu garis-garis tipis miring untuk membedakan gambar potongan dari
gambar pandangan. Kemiringan garis arsir adalah 45° terhadap suatu sumbu atau
terhadap garis gambar.

5.2. Saran
Waktu yang digunakan untuk praktikum gambar teknik ini terbilang kurang
cukup, karena hanya 2 SKS. Sedangkan materinya cukup banyak. Memang semua
yang ada di modul terselesaikan, tapi bagi saya banyak hal yang belum saya pahami.

Anda mungkin juga menyukai