Anda di halaman 1dari 14

FTA

 24 Apr 2015
 Admin Web Bea dan Cukai

Free Trade Agreement


PMK : Peraturan Menteri Keuangan
BM : Bea Masuk
FTA: Free Trade Agreement / Free Trade Area

v Apa saja FTA yang diikuti oleh Indonesia?


1. ASEAN Trade In Goods Agreement(ATIGA)
2. ASEAN-China Free Trade Area(ACFTA)
3. ASEAN-Korea Free Trade Area( AKFTA)
4. Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement(IJEPA)
5. ASEAN-India Free Trade Area(AIFTA)
6. Asean-Australia-New Zealand Free Trade Area(AANZFTA)
7. Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement(IPPTA)
8. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership(AJCEP)
(Pasal 2 ayat (2))

v Apa manfaat FTA bagi masyarakat usaha?


Dengan memanfaatkan skema FTA agar mendapatkan tarif preferensi,
pengusaha dapat menekan biaya produksi sehingga dapat meningkatkan daya
saing industri.

v Apa yang dimaksud dengan tarif preferensi?


Tarif preferensi merupakan tarif Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan internasional yang besarnya ditetapkan dalam PMK mengenai
penetapan tarif BM berdasarkan perjanjian atau kesepakatan Internasional.
Besaran Tarif Preferensi dapat berbeda dari tarif BM yang berlaku umum (Most
Favoured Nation/MFN).
(Pasal 1 angka 14)

v Barang impor apa saja yang bisa mendapatkan tarif preferensi?


TarifPreferensi dapat diberikan terhadap:
1. impor barang untuk dipakai;
2. impor barang untuk dipakai dari TPB, yang pada saat pemasukan
barang ke TPB telah mendapatkan persetujuan untuk menggunakanTarif
Preferensi;
3. impor barang untuk dipakai dari PLB, yang pada saat pemasukan
barang ke PLB telah mendapatkan persetujuan untuk menggunakan Tarif
Preferensi; atau
4. pengeluaran barang hasil produksi dariKawasan Bebaske TLDDP,
sepanjang:
a. bahan baku dan/atau bahan penolong berasal dari luar Daerah
Pabean;
b. pada saat pemasukan barang ke Kawasan Bebas telah mendapat
persetujuan penggunaan Tarif Preferensi;dan
c. dilakukan oleh pengusahadiKawasan Bebas yangtelahmemenuhi
persyaratan sebagai pengusaha yang dapat menggunakan Tarif
Preferensi.
(Pasal 2 ayat (4))

v Siapa saja importir yang bisa mendapatkan tarif preferensi?


Tarif Preferensi dapat diberikan kepada:
1. importir perseorangan atau badan hukum (Pasal 1 ayat (11));
2. penyelenggara/pengusaha TPB (Pasal 1 ayat (12));
3. penyelenggara/pengusaha PLB (Pasal 1 ayat (13)); atau
4. pengusaha di Kawasan Bebas (Pasal 2 ayat (5)).

v Di mana bisa melihat tarif preferensi yang diberikan masing-masing


FTA?
1. ASEAN Trade In Goods Agreement(ATIGA): PMK Nomor
25/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam
Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement
2. ASEAN-China Free Trade Area(ACFTA): PMK Nomor
26/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam
Rangka ASEAN-China Free Trade Area
3. ASEAN-Korea Free Trade Area( AKFTA): PMK Nomor
24/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam
Rangka ASEAN-KOREA Free Trade Area
4. Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement(IJEPA): PMK
Nomor 30/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam
Rangka Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Jepang Mengenai
Suatu Kemitraan Ekonomi dan PMK Nomor 31/PMK.010/2017 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk dengan Skema User Specific Duty Free
Scheme dalam Rangka Persetujuan antara Republik Indonesia dan Jepang
mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi
5. ASEAN-India Free Trade Area(AIFTA): PMK Nomor 27/PMK.010/2017
tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN-India Free
Trade Area
6. ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area(AANZFTA): PMK
Nomor 28/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam
Rangka ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area
7. Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement(IPPTA): PMK Nomor
29/PMK.010/2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka
Perjanjian Perdagangan Preferensial antara Pemerintah Republik Indonesia
dan Pemerintah Republik Islam Pakistan
8. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership(AJCEP): belum
ada PMK Tarif untuk AJCEP

v Apa syarat agar barang impor bisa mendapatkan tarif preferensi?


Agar dapat diberikan Tarif Preferensi, barang yang diimpor harus memenuhi
Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin)yang dibuktikan dengan Certificate of
Origin pada saat importasi.
(Pasal 3 ayat (1))

v Apaitu Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin)?


Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan dokumen pelengkap pabean yang
diterbitkan oleh Instansi Penerbit SKA (IPSKA) yang menyatakan bahwa
barang yang tercantum dalam SKA dimaksud dapat diberikan Tarif Preferensi.
(Pasal 1 ayat (28))
Selain SKA yang diterbitkan oleh IPSKA, Ketentuan Asal Barang dapat pula
dibuktikan dengan:
1. Invoice Declarationyang diterbitkan oleh Eksportir Bersertifikat (Certified
Exporter) yang telah disertifikasi oleh IPSKA untuk menjalankan skema Self
Certification (Sertifikasi Mandiri). Dengan Sertifikasi Mandiri, Eksportir
Bersertifikat dapat menerbitkan invoice yang menyatakan bahwa barang
yang tercantum dalam invoice dimaksud dapat diberikan Tarif Preferensi.
(Pasal 1 ayat (33))
2. Surat Keterangan Asal Elektronik Form D (e-Form D) yang merupakan
SKA Form D yang dapat dikirim secara elektronik antar Negara Anggota
ASEAN melalui ASEAN Single Window (ASW) sesuai dengan ketentuan
mengenai keamanan dan kerahasiaan informasi sebagaimana diatur
dalam e-ATIGA Form D Process Specification and Message Implementation
Guideline. (Pasal 1 ayat (35))
3. Surat Keterangan Asal Back-to-Back (Back-to-Back Certificate of
Origin) atau Movement Certificate yang diterbitkan oleh Negara Anggota
Pengekspor kedua berdasarkan SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota
pengekspor pertama. (Pasal 1 ayat (37))

v Apa itu ketentuan asal barang?


Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) merupakan ketentuan khusus yang
ditetapkan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional yang
diterapkan oleh suatu negara untuk menentukan negara asal barang.
(Pasal 1 ayat (21))

v Apasaja ketentuan asal barang yang harus dipenuhi?


Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan Tarif Preferensi yaitu:
1. kriteriaasal barang (origin criteria);
2. kriteriapengiriman (consignment criteria); dan
3. ketentuanprosedural(procedural provisions).
(Pasal 3 ayat (2))

v Apa syarat suatu barang untuk mendapatkan


status originating/memenuhi kriteria origin?
Kriteria asal barang yang harus dipenuhi agar dapat diberikan Tarif Preferensi
meliputi:
1. barang yang seluruhnya diperoleh atau diproduksi di 1 (satu) Negara
Anggota (wholly obtained atau wholly produced); atau
2. barang yang tidak seluruhnya diperoleh atau diproduksi di 1 (satu)
Negara Anggota (not wholly obtained atau not wholly produced) yang
mencakup:
a. barang yang diproduksi di Negara Anggota denganhanya
menggunakan Bahan Originatingyang berasal dari 1 (satu)atau lebih
Negara Anggota;
b. barang yang proses produksinya menggunakan Bahan Non-
Originating dengan hasil akhir memiliki kandungan regional atau
bilateral yang mencapai sejumlah nilai tertentu yang dinyatakan
dalam persentase; atau kandungan Bahan Non-Originating yang
tidak melebihi nilai tertentu yang dinyatakan dalam persentase;
c. barangyang proses produksinya menggunakan Bahan Non-
Originatingdan seluruh Bahan Non-Originatingtersebut harus
mengalami perubahan klasifikasi (Change in Tariff
Classification/CTC)yangmeliputi Change in Chapter(CC); Change in
Tariff Heading(CTH);atau Change in Tariff Sub Heading(CTSH);
dan/atau
d. barang yang termasuk dalam daftar Product Specific
Rules (PSR) sesuai denganketentuan yang diatur dalam perjanjian
atau kesepakatan internasional.

v Barang apa saja yang dikategorikan sebagai wholly


obtained/produced?
Barang yang termasuk dalam kategori wholly obtained/produced meliputi:
a. Tanaman dan produk tanaman;
b. Binatang hidupyang lahir dan dibesarkan di satu Negara Anggota
pengekspor;
c. Produk yang diperoleh dari binatang hidup di satu Negara Anggota
pengekspor;
d. Hasil perburuan, perangkap, pemancingan, pertanian dan peternakan,
budidaya air, pengumpulan atau penangkapan yang dilakukan di satu
Negara Anggota pengekspor;
e. Mineral dan produk alam lainnya;
f. Hasil penangkapan ikan di laut yang diambil oleh kapal yang terdaftar
di satu Negara Anggota dan berbendera negara tersebut, dan produk lain
yang diambil dari perairan, dasar laut atau di bawahnya di luar wilayah
perairan teritorial (misal Zona Ekonomi Eksklusif) Negara Anggota,
sepanjang Negara Anggota memiliki hak untuk mengeksploitasi perairan,
dasar laut dan di bawahnya tersebut sesuai dengan hukum internasional;
g. Hasil penangkapan ikan di laut dan produk laut lainnya dari laut lepas
oleh kapal yang terdaftar di satu Negara Anggota dan berbendera Negara
Anggota tersebut;
h. Produk yang diproses dan/atau dibuat di kapal pengolahan hasil laut
(factory ship) yang terdaftar di satu negara anggota dan berbendera
Negara Anggota, hanya dari produk sebagaimana dimaksud pada huruf g;
i. Barang yang dikumpulkan, tidak dapat lagi berfungsi sesuai
fungsinya semula, tidak dapat dikembalikan kepada fungsi semula atau
tidak dapat diperbaiki dan hanya cocok untuk dibuang atau digunakan
sebagai bahan baku, atau untuk tujuan daur ulang;
j. Sisa dan scrap yang berasal dari proses produksi di satu Negara
Anggota pengekspor; atau barang bekas yang dikumpulkan di satu
Negara Anggota pengekspor, asalkan barang tersebut hanya cocok untuk
diambil bahan mentah; dan
k. Barang yang diproduksi atau diperoleh di satu Negara Anggota
pengekspor dari produk sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai
huruf j.
v Jika barang impor dikirim dari negara pengekspor, kemudian transit di
negara lain, apakah SKA-nya masih berlaku?
Apabila transit/transhipment barang dimaksud dilakukan semata-mata untuk
alasan geografis atau pertimbangan khusus terkait persyaratan
pengangkutan; barang tersebut tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di
negara tujuan transit dan/atau transshipment; atau tidak mengalami proses
produksi selain bongkar muat dan tindakan lain yang diperlukan untuk
menjaga agar barang tetap dalam kondisi baik, maka untuk memenuhi kriteria
pengiriman agar SKA-nya dapat diterima dan diberikan tarif preferensi, maka
importir harus menyerahkan dokumen yang membuktikan bahwa barang yang
diimpor telah memenuhi kriteria pengiriman (consignment criteria)kepada
Pejabat Bea dan Cukai. (Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (1)).

v Siapa yang mengeluarkan Surat Keterangan Asal (Certificate of


Origin)?
Surat Keterangan Asal diterbitkan oleh Instansi Penerbit SKA (IPSKA). Dalam
hal SKA berupa invoice declaration, maka yang menerbitkannya adalah
Eksportir Bersertifikat yang telah disertifikasi IPSKA.

v Apa form SKA yang digunakan di masing-masing FTA yang diikuti


Indonesia?
1. ASEAN Trade In Goods Agreement(ATIGA): Form D atau e-Form D
2. ASEAN-China Free Trade Area(ACFTA): Form E
3. ASEAN-Korea Free Trade Area( AKFTA): Form AK
4. Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement(IJEPA): Form
IJEPA/JIEPA
5. ASEAN-India Free Trade Area(AIFTA): Form AI
6. ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area(AANZFTA): Form
AANZ
7. Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement(IPPTA): Form IP
8. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership(AJCEP): Form
AJ

v Bagaimana cara meng-klaim tarif preferensi untuk barang impor kita?


Agar bisa mendapatkan tarif preferensi, importir wajib:
1. menyerahkanlembar asli SKAatau Invoice Declaration;
2. mencantumkan kode fasilitas secara benar, sesuai dengan skema
perjanjian atau kesepakatan internasional yang digunakan; dan
3. mencantumkan nomor dan tanggal SKA atau Invoice Declarationpada
Pemberitahuan Impor Barang(PIB) dengan benar.
Adapun jangka waktu penyerahan lembar asli SKA atau Invoice
Declaration bagi importir adalah sebagai berikut:
1. Importir jalur kuning atau jalur merah: paling lambat pada pukul 12.00
pada hari (untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai Kantor
Pabean yang memberikan pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh
empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu atau hari kerja berikutnya
untuk Kantor Pabean yang belum ditetapkan sebagai Kantor Pabean yang
memberikan pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam
sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu, terhitung sejak Pemberitahuan Impor
Barang (PIB) mendapatkan Surat Pemberitahuan Jalur Kuning (SPJK)
atau Surat Pemberitahuan Jalur Merah (SPJM).
2. Importir jalur hijau: paling lambat 3 (tiga) hari (untuk Kantor Pabean
yang telah ditetapkan sebagai Kantor Pabean yang memberikan
pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7
(tujuh) hari seminggu) atau 3 (tiga) hari kerja berikutnya (untuk Kantor
Pabean yang belum ditetapkan sebagai Kantor Pabean yang memberikan
pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7
(tujuh) hari seminggu), terhitung sejak Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB).
3. Importir yang telah ditetapkan sebagai Mitra Utama Kepabeanan
atau Authorized Economic Operator (AEO): paling lambat 5 (lima) hari
(untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai Kantor Pabean yang
memberikan pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh empat) jam
sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu) atau 5 (lima) hari kerja berikutnya
(untuk Kantor Pabean yang belum ditetapkan sebagai Kantor Pabean
yang memberikan pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh empat)
jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu), terhitung sejak Pemberitahuan
Impor Barang (PIB) mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB).
4. Penyelenggara/Pengusaha TPB: paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak pemberitahuan pabean impor untuk ditimbun di TPB
mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) atau paling
lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak pemberitahuan pabean impor untuk
ditimbun di TPB mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB), dalam hal Penyelenggara/Pengusaha TPB telah ditetapkan
sebagai Mitra Utama Kepabeanan atauAuthorized Economic
Operator(AEO).
5. Penyelenggara/Pengusaha PLB: paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak pemberitahuan pabean impor untuk ditimbun di PLB
mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) atau paling
lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak pemberitahuan pabean impor untuk
ditimbun di PLB mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB), dalam hal Penyelenggara/Pengusaha PLB telah ditetapkan
sebagai Mitra Utama Kepabeanan atauAuthorized Economic
Operator (AEO).
6. Pengusaha di Kawasan Bebas: paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak PPFTZ-01 pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar
Daerah Pabean mendapatkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang
(SPPB).
Sedangkan untuk importasi yang menggunakan skema e-Form D, wajib
mencantumkan kode fasilitas secara benar serta nomor dan tanggal e-
Form D pada:
1. Pemberitahuan Impor Barang (PIB);
2. pemberitahuan pabean impor untuk ditimbun di TPB;
3. pemberitahuan pabean impor untuk ditimbun di PLB; atau
4. PPFTZ-01pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah
Pabean.
(Pasal 10)
Apabila terjadi gangguan atau kegagalan sistem, Pejabat Bea dan Cukai
dapat meminta hasil cetak atau pindaian e-Form D kepada Importir,
Penyelenggara/Pengusaha TPB, Penyelenggara/Pengusaha PLB, atau
pengusaha di Kawasan Bebas yang wajib disampaikan paling lambat pada
pukul 12.00 pada hari (untuk Kantor Pabean yang telah ditetapkan sebagai
Kantor Pabean yang memberikan pelayanan kepabeanan selama 24 (dua
puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu atau hari kerja
berikutnya untuk Kantor Pabean yang belum ditetapkan sebagai Kantor
Pabean yang memberikan pelayanan kepabeanan selama 24 (dua puluh
empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu.
(Pasal 11)
Berbagai singkatan :
AANZFTA ASEAN - Australia - New Zealand Free Trade Agreement
ACFTA ASEAN - China Free Trade Area
AIFTA ASEAN - India Free Trade Agreement
AJCEP ASEAN - Japan Comprehensive Economic Partnership
AKFTA ASEAN - Korea Free Trade Agreement
ATIGA ASEAN Trade In Goods Agreement
IJEPA Indonesia – Japan Economic Partnership Agreement
IPPTA Indonesia – Pakistan Preferential Trade Agreement
CC Change In Chapter
CTH Change in Tariff Heading
CTSH Change in Tariff Sub Heading
CTC Change in Tariff Classification
FOB Free on Board
FTA Free Trade Area
HS Harmonised System
PSR Product Specific Rules
ROO Rules of Origin
RVC Regional Value Content
WO Wholly Obtained
TPB Tempat Penimbunan Berikat
PLB Pusat Logistik Berikat
TLDDP Tempat Lain Dalam Daerah Pabean
SKP Sistem Komputer Pelayanan
COO Certificate of Origin
ASW ASEAN Single Window
SKA Surat Keterangan Asal
PIB Pemberitahuan Impor Barang
PEB Pemberitahuan Ekspor Barang
MFN Most Favoured Nation
WTO World Trade Organization
Pengertian COO ( Certificate of Origin) dan Kegunaannya – Mister
Exportir
BLOG·OCTOBER 10, 2017

SHARE THIS Facebook Twitter Google+SimpanBuffer

Sahabat Mister Exportir yang kami rindukan,

Pengertian COO ( Certificate Of Origin ) – Pada zaman globalisasi saat ini dimana
hampir semua pengusaha di seluruh dunia kini memanfaatkan peluang dagang antar
negara yang semakin terbuka lebar akan potensinya. Kesempatan ini tentu harus
dimaksimalkan oleh wirausaha tanah air guna untuk memperluas pangsa pasar bagi
produk Indonesia dan mendorong lajur devisa negara.

Perdagangan antar negara satu dengan negara lainnya atau yang sering kita disebut
dengan ekspor dan impor tentu harus memiliki proses dan perjanjian dagang
terlebih dahulu sehingga suatu kegiatan mengeluarkan atau memasukkan barang
bisa lebih terorganisir dan meminimalisir hal-hal yang berkaitan dengan
perdagangan antar negara baik itu dari segi perpajakan dan regulasi- regulasi
lainnya.

Pengertian Certificate of Origin – Mister Exporitr

Contents [hide]
 Pengertian Certificate of Origin / Surat Keterangan Asal Barang
 Jenis – jenis COO / SKA
 Manfaat & Kegunaan COO / SKA
 Cara Mengurus COO / SKA
 Biaya Pengurusan COO
 Related
Pengertian Certificate of Origin / Surat Keterangan Asal Barang
Certificate of origin atau dikenal dalam bahasa Indonesia dikenal dengan surat
keterangan asal barang (SKA) merupakan suatu dokumen yang berdasarkan
kesepakatan dalam suatu perjanjian antar negara baik itu secara bilateral, regional,
maupun secara multilateral.
Certificate Of Origin – Mister Exportir

Jenis – jenis COO / SKA


Ada 2 (dua) Jenis SKA / COO :

1. SKA Preferensi Merupakan jenis SKA/COO sebagai persyaratan dalam


memperoleh preferensi yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk
memperoleh fasilitas berupa pembebasan seluruh atau sebagian bea masuk yang
diberikan oleh suatu negara/kelompok negara tujuan.

2. SKA Non Preferensi Adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai dokumen
pengawasan dan ataudokumen penyerta asal barang ekspor untuk dapat memasuki
suatu wilayah Negara tertentu

Yang termasuk dalam SKA Preferensi seperti :

1. Form “A” Generalized System of Preferences


2. Certificate in Regard to Traditional Handicraft Batik Fabrics of Cotton
3. Form “D” ASEAN Common Efective Prefential Tarif Scheme (CEPT)
4. Certificate in Regard to Certain Handicraft Products
5. Certificate Relating to Silk or Cotton Handlooms Products
6. Industrial Craft Certification (ICC)
7. Global System of Trade Preference Certificate of Origin
8. Certificate of Handicraft Goods
9. Certificate of Authenticity Tobacco
10. “Form E” ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA)
11. “Form IJEPA” (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement)

Yang termasuk SKA Non Preferensi seperti :

1. ICO Certificate of Origin


2. Fisheries COO
3. COO for Imports of Agricultural Products into MEE (Europe Community)
4. COO Handlooms Traditional Textile Products of the Cottage Industry
5. Certificate of Origin Form “K”
6. COO(Textile Products)
7. Form “B”
8. Certificado De Pais De Origen
Manfaat & Kegunaan COO / SKA

Manfaat dan Kegunaan COO – Mister Exportir

Menurut beberapa ahli dibidang perdagangan ekspor impor, Manfaat adanya COO
atau SKA tersebut merupakan suatu sertifikat atau surat keterangan yang
menerangkan dan menegaskan asal barang tersebut berasal dari negara mana.

Surat keterangan asal ini bersifat optional dan bisa jadi sebuah keharusan untuk
dibuat oleh para eksportir ketika mengeluarkan / eksportasi barangnya keluar area
pabean Indonesia dan mengirimkan dokumen COO ke negara asal pembeli.
Mengapa demikian? Karena dokumen tersebut diperlukan untuk pengurusan
kepabeanan dinegara tujuan.

Selain itu, salah satu kegunaan COO/ SKA adalah dokumen ini akan sangat
membantu si pembeli tidak hanya sebagai pengurusan pengeluaran barang dari bea
cukai mereka akan tetapi juga berperan dalam pengurangan bea masuk di pabean
negara tujuan.
Cara Mengurus COO / SKA

Mengurus COO/ SKA – Mister Exportir

Untuk pembuatan COO/ SKA, kita perlu untuk mepersiapkan beberapa dokumen
yang dibutuhkan untuk pembuatan COO atau Surat keterangan asal barang yaitu :

1. Dokumen PEB,
2. Dokumen NPE,
3. Dokumen Packing List dan Invoice
Setelah itu diserahkan ke instansi terkait seperti Dinas koperasi dan perdagangan
( Disperindag).

Biaya Pengurusan COO


Jika Anda berminat menggunakan Jasa pengurusan pembuatan COO / SKA via
Mister Exportir, anda dapat menghubungi kami melalui laman Contact Us atau direct
Whatsapp Chat kami di 0812-3213-5243 ( Fast Response)
Biaya Pengurusan COO – Mister Exportir

Nah Sahabat Mister Exportir, Sudah tahukan apa itu COO, Jenis-jenis COO, Cara
Mengurus COO dan manfaat serta kegunaanya? Jika demikian, semoga artikel ini
bermanfaat ya.

Dan Seperti Biasa, Terimakasih dan Salam Sukses para eksportir Indonesia….Merdeka!

Anda mungkin juga menyukai