Penelitian Bulan Suro PDF
Penelitian Bulan Suro PDF
Masyarakat Pulau Jawa mengenal bulan jawa dan bulan masehi. Kedua
bulan tersebut bersinggungan atau terjadi pada waktu yang sama namun memiliki
arti yang berbeda. Uniknya awal tahun baru islam dan Awal tahun baru Jawa
terjadi pada tanggal yang sama dengan nama bulan yang berbeda. Secara islam
orang menyebutnya Bulan Muharram, sedangkan secara Jawa orang menyebutnya
Bulan Sura (Djaja, 2009: 117). Berdasarkan kedua hal yang bersinggungan
tersebut maka dibutuhkan kajian lebih lanjut tentang ini. Namun melihat dari
ruang lingkup yaitu RT 4, RW 2 Kelurahan Balearjosari yang mayoritas orang
jawa dengan tipecal orang yang tidak terlalu berbudaya Islam murni. Maka
diambilah penelitian ini tentang bulan sura terhadap nilai Pancasila. Hal tersebut
di hubungkan dengan nilai Pancasila karena pancasila merupakan dasar negara
Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dimaknai dan menjiwa
pada setiap jiwa bangsa Indonesia.
METODE
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, awal pencarian data dilakukan
pada pertengahan bulan sura atau pertengahan mendekatibulan Oktober 2016 agar
peristiwa-peristaiwa pada bulan sura bisa terakumulasi dahulu pada masyarakat.
Lalu setelah itu baru pencarian data kepada masyarakat ada awal November.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasakan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
perayaan pada bulan sura adalah memperingati tahun baru Islam. Namun dalam
implementasinya perayaan pada bulan sura ada yang merayakan secara islam ada
yang merayakan secara tradisi Jawa. Selain itu pemahaman dan penerapan
perayaan pada bulan sura sangat rendah, karena hanya 10% pada data masyarakat
melakukan perayaan. Bahkan ada masyarakat yang belum mengetahui tujuan
melakukan perayaan pada bulan sura
Saran
Berdasarakan seimpulan maka saran atau rekomendasi yang diajukan
terhadap pemahaman dan partisipasi masyarakat RT 4 RW 2, Kelurahan
Balearjosari, Kota Malang masih belum semua masyarakat menangkap secara
utuh tujuan dari perayaan Bulan Sura. Sedangkan dengan mengetahui tujuan dari
perayaan Bulan Sura, masyarakat dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung
dalam perayaan pada Bulan Sura.
DAFTAR RUJUKAN
Biodata narasumber
Nama : Sulikah
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Jumlah anak :2
“lohh, wawancara opo aku iso tah iki wawancara i” kata narasumber
Pertanyaan keempat ditanyakan tentang ciri khas bulan suro, sehingga apa
yang membuat bulan suro itu perayaannya berbeda dengan bulan lain.
Berdasarkan pertanyaan tersebut narasumber menjawab bahwa pada bulan suro
biasanya masyarakat membuat bubur suro. Hal tersebut diangggap sesuatu yang
berbeda dengan perayaan pada bulan lain.
“oh wes mari a? Iki loh mangga di kei Pak De waras” kata nara sumber
Nama : Ngatemi
Usia : 36 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Wawancara dilakukan setelah dari rumah waktu sholat ashar. Pasa saat ke
rumah beliau, beliau sedang bersantai dan melihat televisi.
Masuk pada pertanyaan pertama tentang waktu adanya bulan sura di tahun
2016 ini. “loh koyok e ws mari ngono iyo a?” beliau menannyakan kembali untuk
mempertegas jawabanya. “nggeh sampun, sampean ngerti pas tanggal e dan
masuk bulas sura ne iku tanggal piro ?”pertanyaan disampaikan agar
memperoleh info lebih lanjut. “oh gak ngerti aku lek, ngono mek ngerti ngonoloh
abane wong-wongpodo ngomong wes waya e suro-suro ngono i”
Dilanjutkan pada pertanyaan kedua tentang apa yang diperingati saat bulan
sura. “emm.. opo yo wong aku iku loh mosok eroh” dengan berpikir dan mencari-
cari jawaban. “kalau misal gak tau gapapa, karena ini mencari data asli dr
masyarakat, dadi gk harus ngerti. Lek misal e gak tau ya gapapa ditulis tidak
tau” hal tersebut disampaikan dengan nada yang santai dan senyum agar
narasumber lebih santai pula. “ iyo wes tidak tau” dengan sedikit teretawa.
Masuk pada pertanyaan ketiga apa yang dilakukan oleh narasumber pada
saat bulan sura. Beliau menjelaskan bahwa tidak melakukan apa-apa untuk bulan
sura dan tidak membuat perayaan, karena jawaban sudah dianggap jellas maka
dilanjutkan pada pertanyaan selanjutnya.
Nama : Isbandiyah
Usia : 31 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam/NU
“mbak is, masak opo” pada awal berbincangan dengan narasumber agar
lebih dekat.
“heh iki loh, masak. Mangan a iki loh nggoreng terong karo sambel”
narasumber menawarkan masakan yang dimasak. Setelah itu narasumber
mempersilahkan untuk duduk diruang tamu. Tidak lama narasumber sudah
selsesai memasak da mempersilahkan suaminya untuk makan. Saat itu di depan
rumahnya juga ada kakak beliau yang sedang memotong besi dan diberi oleh
tetangganya1 piring nasi, sayur lodeh, dan lauk.
“lek jareku kok biasa ae yo, iyo lek paling lek jare wong pinter ngo luar
biasa” narasumber menjaawab dengan tertawa. Sebagai rasa terimakasih telah
menjadi narasumber diberi pula pemahaman bahwa tidak apa-apa kalau meman
jawabannya seperti itu ini memang penelitian ke masyarakat dan tidak apa-apa
jika ada jawaban yang berbeda-beda. Hal tersebut membuat penelitian ini orisinil
dari masyarakat dengan apa adanya dan jawaban yang bervariatif.
Usai wawancara, diucapkan terimakasih dan pamit untuk undur diri dan
melanjutkan wawancara ke daerah sekitar juga.
Lampiran 4
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
Setelah dari narasumber ketiga langsung menuju ke rumah ibu Tri (nama
panggilan) sebagai narasumber keempat.
“Assalamualaikum.. Bu Tri, Assalamualaikum..” sambil mengetuk pintu.
Setelah itu Bu Tri keluar dan menjawab salam seketika menuju ruang tamu. Agar
tidak menggangu jika narasumber ternyata memiliki kegiatan, maka setibanya dari
ruang tamu dengan kondisi belum dipersilahkan masuk maka terlebih dahulu
ditanyakan sedang sibuk atau tidak, Alhamdulillah beliau sedang senggang dan
mempersilahkan untuk masuk.
Masuk pada pertanyaan ketiga, tentang apa yang beliau lakukan dalam
memperingati bulan suro. Ternyata beliau membuat bubur suro dan dibagi-
bagikan kepada tentangga sekeliling (ater-ater dalam bahasa jawa) rumahnya
sebanyak 7 piring yaitu dibagikan ke depan, belakang, serta samping kanan dan
kiri rumahnya.
Lampiran 5
Nama : Windha
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Ciri khas dari perayaan sura menurut narasumber adalah adanya karnaval.
Namun karnaval yang dilakukan berbeda dengan karnaval pada peringatan pada
perayaan lainnya. Karena pada bulan sura karnaval yang dilakukan berupa seni
budaya yang lebih tradisional.
Lampiran 6
Nama :Sulistinah
Usia : 41 tahun
“Bu Sulis, lan nopo ? masak a..” sebagai kata dalam awal pembicaraan.
“Hee reneo iki loh ak masak, sek tas moleh” kata beliau. Sete;ah itu meminta izin
kepada narasumber untuk melakukan wawancara dengan menjelaskan bahwa
wawancaranya tetang bulas suro dan kehidupan sehari-hari dengan lima
pertanyaan.
Disela sela-sela wawancara aada anak dari Ibu sulis selakuk narasumber
yang beberapa kali melewati dapur. Sehingga dimintailah minta tolong untuk
mengambil gambar lewat hp untuk dokumentasi wawancara.
Untuk menutup pertanyaan wawancara maka diakhiri dengan meminta
pendapat tentang seberapa penting perayaan pada bulan sura dilakukan.
Narasumber memberi pendapat bahwa perayaan pada bulan sura itu penting agar
adat jawa tidak hilang.
Lampiran 7.
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Pada saat itu narasumbr sedang berapa dirumah dengan anaknya. Mereka
menonton televisi di runag keluarga.
Setelah itu duduk dan menjelaskan bahwa ada tugas yang menganjurkan
untuk penelitian di masyarakat secara langsung atau dengan wawancara. Sehinga
narasumber mau untuk di wawancarai. Setelah memasuki partanyaan wawancara
terlebih dahulu dijelaskan tentang topik wawancara adalah tentang bulan sura.
Pada sela-sela pertnyaan, suami narasumber pulang dari masjid usai sholat
isya’.
Beliau juga menambahkan bahwa perayaan sura juga identik dengan bubur
sura. Seperti yang beliau jelaskan sebelumnya bahwa telah mendapat ater-ater.
“Bubur sura niku dikau kale santen di garami terus ditambahai kale lauk pauk
(cenggereng, telur puyuh, kering tempe, teri).
Usia : 36 tahun
Agama : Islam
Wawancara dilakukan setelah waktu sholat isya’. Tidak lupa untuk ketuk
pintu dan memberi salam terlebih dahulu kemudiannarasumber membukakan
pintu dan menyilahkan untuk duduk. Berhubung sebelumnya telah bertemu dan
berpapasan dijalan dan telah disampaikan bahwa akan melakukan wawancara
dengan topik bulan sura, maka tidak perlu menjelaskan lagi maksud dan tujuan
akan dilakukan wawancara.
Selanjutnya seberapa penting perayaan sura ini dilakukan. “bagi wong kan
penting, suro iku kan tahun baru islam seh ?” bertanya untuk mempertegas
pendapatnya. “Terus koyok bulan-bulan jawa iku, guduk bulan Januaru Februai
iku kan bulan biasa.” Seperi itulah jawaban yang diberikan oleh narasumber.
Lampiran 9
Nama : Marmi
Usia : 28 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Agama : islam
“Karnavale iku ono seni modern karo tradisional e a?” pertanyaan untuk
narasumber. “ono” jawab narasumber.
“Menurut sampean ciri khas e perayaan sura iku opo? Seng nggarai
bedo”.pertanyaan di ajukan kepada narasumber.
“17 Agustus kan ono karnaval lah opo senggarai bedo?” pertanyaan
serupa diajuka kembali untuk memperjelas jawaban.
“Tapi lek suro iku luwih meriah ono tradisonale”. Jawab narasumber.
“Yo penting seh lil lek gawe wong tuek-tuek ngono iku. Yo lek gawe wong
koyok awak dewe ngene iki gak begitu penting” tuturnya.
“Lek gawe generasi muda ngeneh iki pengaruhe opo?” pertanyaan untuk
narasumber.
Lampiran 10
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Beliau menceritakan dari awal tentang bulan sura. Pada bulan sura
sebenernya sudah ada tradisi lama masyarakat timur tengah. As-syura
berhubungan dengan peristiwa Hasan Husein di Karbala. Di daerah sana ada
makanan bernama Hasan dan Khalwa yang meyerupai bubur kurma khas syura.
Selain itu pada bulan sura memliki banyak peristiwa bersejarah bagi umat
Islam seperti (1) Adam turun ke bumi, (2) zanun (zanus) yang dimakan ikan, (3)
peristiwa sodom dan gondawa, dll. Peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut terjadi
pada sekitar tanggal 1-10 As-syura. Sehingga disunnahkan pula bagi umat Islam
untuk berpuasa.
Pengaruh budaya dari timur tengah yang sangat kental juga memilki
tandingan dengan budaya Jawa yang sangat kental. Kota Malang merupakan Kota
yang berada di Pulau Jawa sehingga antara kedua budaya tersebut juga
berpengaruh kuat antara Islam dan Budaya Jawa. Budaya Islam kuat akan agama
yang dibawanya. Namun di Jawa kuat dengan kepercayaannya dan merasa
memiliki budaya yang jauh lebih lama dan asli dari tanah kelahiran yang patut
dilestarikan dari pada buya Islam yang di anggap baru itu.
Lampiran 12.
Foto ini di ambil pada tanggal 3 Oktober 2016 secara pribadi setelah
waktu sholat isya’.
Lampiran 15