Anda di halaman 1dari 27

PEMAHAMAN SERTA PARTISIPASI BULAN SURA PADA

MASYARAKAT RT 4, RW 2, KELURAHAN BALEARJOSARI, KOTA


MALANG TAHUN 2016

Lilla Pranti Mulyani


Universitas Negeri Malang
E-mail: lillaprantimulyani@yahoo.com

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) kepekaan


masyarakat terhadap datangnya bulan sura pada tahun 2016, (2)
kegiatan kusus yang ditujukan oleh masyarakat pada saat bulan
sura, (3) ciri khas dari perayaan bulan sura, (4) tingkat antusias
perayaan pada bulan sura pada masyarakat (5) implementasi
terhadap nilai pancasila. Data dikumpulkan dengan analisis
pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian adalah: (1) kepekaan
masyarakat terhadap datangnya bulan sura dapat terlihat dari
pengetahuan masyarakat pada saat datangnya bulan sura ditahun
2016; (2) pemaparan perayaan yang ada dari lingkungan sekitar
serta kegiatan yang dilakukan; (3) mengetahui ciri khas dari
perayaan pada bulan terlihat dari perbandingan perayaan pada
bulan lain; (4) mengetahui dengan memahami kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat pada perayaan bulan sura sehingga
mengetahui tingkat manfaat yang diperoleh bagi masyarakat, (5)
dapat memahami nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam
kegiatan perayaan pada bulan sura.

Kata kunci: bulan sura, perayaan, masyarakat, pancasila.

Masyarakat Pulau Jawa mengenal bulan jawa dan bulan masehi. Kedua
bulan tersebut bersinggungan atau terjadi pada waktu yang sama namun memiliki
arti yang berbeda. Uniknya awal tahun baru islam dan Awal tahun baru Jawa
terjadi pada tanggal yang sama dengan nama bulan yang berbeda. Secara islam
orang menyebutnya Bulan Muharram, sedangkan secara Jawa orang menyebutnya
Bulan Sura (Djaja, 2009: 117). Berdasarkan kedua hal yang bersinggungan
tersebut maka dibutuhkan kajian lebih lanjut tentang ini. Namun melihat dari
ruang lingkup yaitu RT 4, RW 2 Kelurahan Balearjosari yang mayoritas orang
jawa dengan tipecal orang yang tidak terlalu berbudaya Islam murni. Maka
diambilah penelitian ini tentang bulan sura terhadap nilai Pancasila. Hal tersebut
di hubungkan dengan nilai Pancasila karena pancasila merupakan dasar negara
Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dimaknai dan menjiwa
pada setiap jiwa bangsa Indonesia.
METODE

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan


menggunakan teknik analisis data Induktif umum (Thomas: 1997 dalam Maleong)
yaitu dengan adanya kemungkinan temuan-temuan penelitian muncul dari
“keadaan umum”, tema-tema dominan dan signifikan yang ada dalam data, tanpa
mengabaikan hal-hal yang muncul struktur metodelogisnya (Maleong, 2011:297).

Penelitian ini di lakukan dengan teknik sampling Proposive Sampling


yaitu dengan mencari narasumber dengean kriteria tertentu ysebagai informan
(Online, Tutorial Penelitian). Teknik sampling yang kedua adalah dengan
mengggunakan Proposive Quota Sampling yaitu penggambungan antara dua tkni
sampling dengan syarat tertentu pada informan namun juga ada penentuan jumlah
tertentu dalam pengambilan informasi.

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, awal pencarian data dilakukan
pada pertengahan bulan sura atau pertengahan mendekatibulan Oktober 2016 agar
peristiwa-peristaiwa pada bulan sura bisa terakumulasi dahulu pada masyarakat.
Lalu setelah itu baru pencarian data kepada masyarakat ada awal November.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran umum warga RT 4 RW 2 Kelurahan Balearjosari
Warga pada RT 4 RW 2 terdapat 57 keluarga. Perwakilan responden
yang diambil adalah 10 responden. Pada setaip 10 reponden mewakili 10 rumah,
dengan 10 responden telah mewakili sebanyak 13 kepala keluarga. Sehingga
perbandingan antara sampel dengan populasi 1: 4,4.

Pemahaman masyarakat terhadap datangnya bulan sura di tahun 2016


Sebanyak 10 sampel yang diambil semua responden tidak begitu
mengetahui kapan tepatnya terjadi bulan sura. Namun masyarakat tahu jika
datangnya bulan sura sudah terlewati. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
memang masyarakat telah terbiasa menggunakan kalender tahun masehi.
Sehingga penggunaan tanggal hijriyah kurang dipahami, meskipun juga tidak
begitu asing.
Kegiatan khusus yang dilakukan masyarakat pada bulan sura
Sebelum membahas tentang apa yang dilakukan terlebih dahulu melihat
data dari masyarakat tentang pendapatnya tujuan memperingati bulan sura.
Ternyata 50% responden menyatakan bahwa pada bulan sura adalah untuk
memperingati tahun baru Islam, 20% diantaranya mengangggap untuk
keselamatan desa, 20 % lagi tidak mengetahui untuk apa perayaan sura dilakukan
dan sisanya mengganggap hanya untuk meneruskan tradisi nenek moyang.
Berdasakan data tentang pendapat masyarakat terhadap perayaan sura
maka perlu diketahui tentang kegiatan yang dilakukan untuk merayakan bulan
sura. Ternyata sebanyak 60 % warga masyarakat tidak melakukan kegiatan
khusus untuk merayakan Bulan Sura. Sisanya masing-masing sebanyak 10 %
warga ada yang mengaji(yasinan), ikut dalam acara melekan (rangkaian kegiatan
bisa dilihat pada lampiran 12), ater-ater, dan berpuasa. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukan bahwa tidak banyak dari masyakat yang melakukan kegiatan
khusus yang dilakukan untuk perayaan Bulan Sura.

Ciri khas perayaan bulan sura


Sesuai dengn data yang didapat dari masyarakat sebanyak 40%
masyarakat menganggap bahwa ciri khas dari bulan sura adalah adanya sebuah
arak-arakan (karnaval yang disebut juga dengan bersih desa). Selanjutnya yaitu
berdasarkan data terbesar kedua sebanyak 30 % masyarakat menganggap ciri dari
perayaan bulan sura adalah dengan membuat bubur sura. Berdasakna studi putaka
yang dilakukan bahwa “Untuk menghormati Hasan Husein, kedua cucu nabi, yang
menurut cerita ia ingin mengadakan selametan untuk Nabi Muhammad ... tetapi
kuda menghampiri dan menendang beras itu ke sungai. Kedua anak itu mengangis
kemudian memungut beras yang telah bercampur dengan kerikil. Namun mereka
memasaknya juga menjadi bubur. Dengan demikian Slametan ditandai dengan
dua mangok bubur dengan kerikil yang satu dengan kacang dan potongan ubi
goreng”(Geertz, 2014:103 )
Selanjutnya sebanyak 1 dari 10 responden ada yang melakukan
serangkaian adat tradisi jawa dengan menyucikan keris, istighosah, dan makan-
makan. Berdasarkan pengamatan banyak tamu-tamu bermobil mengunjungi
tempat tersebut. Serta dalam acara tersebut juga dibakar kemenyan dengan
terciumnya bau yang sangat khas.

Tingkat antusias masyarakat pada perayaan bulan sura


Berdasarkan data yang didapat dari responden ternyata sebanyak 50%
responden menganggap perayaan yang dilakukan pada bulan sura tidak begitu
penting. Responden tidak begitu antusias dalam perayaan bulan sura. Rata-rata
dari responden merasa dampak dari perayaan sura tidak begitu berpengaruh,
namun dalam hal ini bukan berarti masyarakat acuh. Sedangkan masyarakat yang
sangat antusias sebanyak 40%. Dalam hal ini memang tidak semua responden
yang menganggap perayaan pada bulan sura itu penting, melakukan kegiatan
untuk merayakan bulan sura. Namun, dengan menyatakan bahwa perayaan pada
bulan sura itu penting, menunjukan mereka dapat menyerap nilai-nilai yang
terkandung dalam perayaan pada bulan sura.

Penerapan nilai-nilai pancasila


Pancasila adalah dasar negara yang yang tertera pada pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Pada sila pertama terdapat sila yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam hal ini peryaan bulan sura merupakan kegiatan
yang berhubungan dalam memperingati tahun baru islam dan tahun baru jawa
dalam waktu yang sama. Hal ini tentu dilakukan berdasarkan rasa percaya atau
iman kepada agama dan kepercayaan. Dalam hal ini masyarakat yang beragama
dan turut dalam perayaan bulan sura (muhharam) akan memperingati dengan
mengaji atau berpuasa sunnah. Sedangkan orang yang memilki kepercayaan Jawa
akan merayakan bulan sura dengan tradisi jawa.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasakan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
perayaan pada bulan sura adalah memperingati tahun baru Islam. Namun dalam
implementasinya perayaan pada bulan sura ada yang merayakan secara islam ada
yang merayakan secara tradisi Jawa. Selain itu pemahaman dan penerapan
perayaan pada bulan sura sangat rendah, karena hanya 10% pada data masyarakat
melakukan perayaan. Bahkan ada masyarakat yang belum mengetahui tujuan
melakukan perayaan pada bulan sura
Saran
Berdasarakan seimpulan maka saran atau rekomendasi yang diajukan
terhadap pemahaman dan partisipasi masyarakat RT 4 RW 2, Kelurahan
Balearjosari, Kota Malang masih belum semua masyarakat menangkap secara
utuh tujuan dari perayaan Bulan Sura. Sedangkan dengan mengetahui tujuan dari
perayaan Bulan Sura, masyarakat dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung
dalam perayaan pada Bulan Sura.

DAFTAR RUJUKAN

Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa. Depok: Komunitas bambu.


Moleong, Lexy. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tutorial Penelitian, (Online), (http://tu.laporanpenelitian.com/2014/11/21.html),
diakses pada tanggal 5 Desember 2016 pukul 09.50
Djaja, Wahyudi. 2009. Buku Panduan Pendidikan Sejarah untuk SMA/MA (Kelas
xi). Klaten:Intan Pariwara.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Biodata narasumber

Nama : Sulikah

TTL : Malang, 28 mei 1980

Usia : 36 tahun

Pendidikan terakhir : SLTP

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat 499, RT 4 RW 2, Kota Malang

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak :2

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 November 2016

Wawancara dilakukan kepada narasumber pada saat menjelang sholat


ashar. Beliau sedang duduk didepan rumah dengan suami dan beberapa
tetangganya yang memanen mangga.

“Assalamualaikum bu ika, kulo bade wawancara” saat di lontarkan


pertanyaan

“lohh, wawancara opo aku iso tah iki wawancara i” kata narasumber

Beberapa kata saling terlontar sebelum narasumber mempersilahkan masuk. Saat


sudah didalam rumah berkas-berkas untuk berwawancara mulai disiapkan.

Masuk pada pertanyaan pertama. Pada pertanyaan pertama dipaparkan


tentang bagaimana pemahaman narasumber tentang munculnya bulan sura di
tahun 2016 ini. Beliau menjawab bahwa tidak begitu tahu rentang waktu bulan
suro terjadi pada tanggal berapa hingga tanggal berapa. Namun, jika ingin tau
mungkin bisa melihat dikalender.

Pada pertanyaan kedua di sampaikan pertanyaan tentang apa yang di


peringati saat bulan sura. Beliau menjawab bahwa pada saat bulan sura itu
memperingati tahun baru islam. pada pertanyaan ini disampaikan ada pula saudara
yang lain yang ikut bergabung menjawab dan mempertegas bahwa kita sebagai
umat islam pada bula sura adalah memperingati tahun baru islam.
Menuju pertanyaan ketiga disampaikan pertanyaan tentang apa yang
dilakukan saat bulan suro tahun ini. Beliau menjawab bahwa beliau menjalankan
puasa pada rentang 10 hari pertama, selama tiga hari ( pemilihan waktu puasa
tidak terstruktur, yang terpenting selama 3 hari). Selain itu, saat bulan sura belau
juga melihat karnaval di daerah lain.

Pertanyaan keempat ditanyakan tentang ciri khas bulan suro, sehingga apa
yang membuat bulan suro itu perayaannya berbeda dengan bulan lain.
Berdasarkan pertanyaan tersebut narasumber menjawab bahwa pada bulan suro
biasanya masyarakat membuat bubur suro. Hal tersebut diangggap sesuatu yang
berbeda dengan perayaan pada bulan lain.

Agar mendapatkan informasi lebih tentang bubur sura, maka diajukanlah


pertnyaan mengenai hal tersebut. Beliau menjelaskan bahwa bubur sura adalah
bubur beras yang dibuat dengan santan menjadi satu. Lalu di tambahkan beberapa
pelengkap seperti kering tempe dan telur dadar. Pada bulan sura ini beliau juga
membuat bubur suro namun hanya untuk dikonsumsi pribadi (memasak untuk
dimakan satu keuarga)

Mengingat saat wawancara dilakukan menjelang ashar, makan narasumber


juga sesekali mengngiatkan anaknya yang masih kelas 1 SD untuk segera mandi
dan bersiap untuk sholat dan mengaji.selain itu saudara yang awalnya duduk di
ruang tamu rumah beliau juga pulang da menyiapkan anaknya untuk mandi
karena akan mengaji juga.

Pertanyaan masih di lanjutkan pada poin pembahasan selanjutnya, pada


pertanyaan terakir ditanyakan seberapa penting perayaan pada sura dilakukan.
Narasumber menjelaskan bahwa perayaan pada bulan sura itu penting, sekalian
sebagai pertanda tahun baru islam.

“nggeh sampun bu ika, matur suwun.” Dimaksudka akan menyudahi


pembicaraan.

“oh wes mari a? Iki loh mangga di kei Pak De waras” kata nara sumber

Diberilah mangga tiga buah yang ukurannya relatif besar-besar, dan


diminta dibagikan kepada tante, dan saudara sepupu. Setelah itu berpamit dan
mengucapkan terimakasih dan pulang.
Lampiran 2

Nama : Ngatemi

TTL : Malang, 12 September 1980

Usia : 36 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Tempat tinggal : Balearjosari, RT 4 RW 2

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 2 anak

Pekerjaan : Pegawai swasta

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 November 2016.

Wawancara dilakukan setelah dari rumah waktu sholat ashar. Pasa saat ke
rumah beliau, beliau sedang bersantai dan melihat televisi.

“Assalamuaalaikum, mbak mi ak mau wawancara” dengan tersenyum dan


mencoba mencairkan awal perbincangan.

“Waalaikumsalam, rene melbu o. Hehh wawancara opo ku iso tah iki


mbok wawancara i. Wong ak iki bodoh (diucapkan dengan bahasa jawa
ngoko)”kata narasumber. “ nggak iki gampang kok, wes talah sampean iso
njawab kok wong tentang kehidupan sehari-hari ngono” mencoba memberikan
pemahaman agar tidak takut d wawancara.

Setelah itu dikeluarkanlah lembar wawancara dan meminta beliau untuk


menuliskan biodata narasumber. Sesekali pada saat itu beliau mengingatkan
anaknya untuk segera mandi, anaknya masih sekolah kelas 1 SD. Beliau memiliki
2 anak laki- laki. Wawancara dilakukan di ruang tamunya, serta duduk di sofa
yang berwana hitam dan saling berhadapan denga narasumber.

Masuk pada pertanyaan pertama tentang waktu adanya bulan sura di tahun
2016 ini. “loh koyok e ws mari ngono iyo a?” beliau menannyakan kembali untuk
mempertegas jawabanya. “nggeh sampun, sampean ngerti pas tanggal e dan
masuk bulas sura ne iku tanggal piro ?”pertanyaan disampaikan agar
memperoleh info lebih lanjut. “oh gak ngerti aku lek, ngono mek ngerti ngonoloh
abane wong-wongpodo ngomong wes waya e suro-suro ngono i”
Dilanjutkan pada pertanyaan kedua tentang apa yang diperingati saat bulan
sura. “emm.. opo yo wong aku iku loh mosok eroh” dengan berpikir dan mencari-
cari jawaban. “kalau misal gak tau gapapa, karena ini mencari data asli dr
masyarakat, dadi gk harus ngerti. Lek misal e gak tau ya gapapa ditulis tidak
tau” hal tersebut disampaikan dengan nada yang santai dan senyum agar
narasumber lebih santai pula. “ iyo wes tidak tau” dengan sedikit teretawa.

Masuk pada pertanyaan ketiga apa yang dilakukan oleh narasumber pada
saat bulan sura. Beliau menjelaskan bahwa tidak melakukan apa-apa untuk bulan
sura dan tidak membuat perayaan, karena jawaban sudah dianggap jellas maka
dilanjutkan pada pertanyaan selanjutnya.

Pertanyaan keempat disampaikan pertayaan tentang ciri khas dr perayaan


suro. Belia menjelaskan bahwa hanya melihat dari lingkungan sekitar ada
tetangga yang tidak tidur dan mencuci keris begitulah jelasnya. Selanjutnya untuk
menambah informasi di minta jawaban narasumber tentang bubur suro, dan
narasumber hanya sekedar tahu saja. Tapi jika di kalimantan dulu biasanya ada
pengajian dan sumbangan makanan d masjid. Tidak heran jikan narasumber
mampu menjelaskan tentang kebiasaan orang kalimantan dalam hal ini, karena
beliau pernah merantau sekitar 6 tahu disana.

Selanjutnya pertanyaan terakhir tentan seberapa penting perayaan sura itu


dilakukan. Beliau menjawab penting dan untuk melestarikan tradisi. Sehubung
pertanyan sudah selesai. Maka narasumber diminta tanda tangan di presensi
wawancara dengn menuliskan nama, tanggal wawancara pada kolom-kolom yang
tersedia.

“sampun mbak mi, matur suwun” pamit dan mengucapkan terimakasih


setelah wawancara.“iyo lil”dengan snyum.
Lampiran 3

Nama : Isbandiyah

TTL : Malang, 1 Juni 1985

Usia : 31 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat 524, RT 4 RW 2, Kota Malang

Agama : Islam/NU

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 2 anak

Pekerjaan : karyawan pabrik rokok

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 November 2016 setelah sholat


maghrib. Narasumber sedang memasak di dapur, atas izin suaminya sehingga
diperbolehkan masuk kepada target narasumber.

“mbak is, masak opo” pada awal berbincangan dengan narasumber agar
lebih dekat.

“heh iki loh, masak. Mangan a iki loh nggoreng terong karo sambel”
narasumber menawarkan masakan yang dimasak. Setelah itu narasumber
mempersilahkan untuk duduk diruang tamu. Tidak lama narasumber sudah
selsesai memasak da mempersilahkan suaminya untuk makan. Saat itu di depan
rumahnya juga ada kakak beliau yang sedang memotong besi dan diberi oleh
tetangganya1 piring nasi, sayur lodeh, dan lauk.

Setelah beberapa perbincangan ringan, masuklah pada pertanyaan pertama.


Tentang kapan bulan sura itudatang pada tahun ini. Beliau tidak begtu tahu, dan
hanya tau dari teman dan melihat perayaan di daerah lain.

Pertanyaan selanjutnya ditanyakan tentang apa yang diperingati pada


bulan sura. Menurut pendapat beliau pada saat bulan sura adalah memperingati
tahun baru islam. dirasa cukup jelas jawaban yang dmaksud dari narasumber
mkan dilanjutkan pada pertanyaan berikutnya.

Masuk pada pertanyaan ketiga ialah tetang dilakukan narasumber secaara


khusus untuk memperingati bulan sura. Namun narasumber tidak melakukan
peringatan secara khusus untuk merayakan bulan sura. Dilanjutkan pada
pertanyaan keempat tentang ciri khusus perayaan sura beliau memaparkan bahwa
sepengetahuan beliau ada karnaval (arak-arakan) dengan membawa nasi tumpeng
asli dan palsu (replika dari kertas). Dalam karnaval itu juga terdapat rangkian
penari dari penari dangdut, kuda lumping (jarang kepang), dan bantengan (berupa
seni menari yang menggunakan properti seperti banteng dan biasanya kesurupan).

Untuk memancing dan mendapat informasi tambahan maka ditanyakan


pula tentang pengetahuan seputar bubur suro. Ternyata beliau mengerti tentang
bubur sura namun memang tidak membuatnya untuk memperngati bulan
sura.bubur sura menurut beliau adalah bubur beras diberi telur dadar, cenggereng
(cerundeng) , abon, kering tempe, dan teri.

“oh nggeh, saiki pertanyaan terakhir. Menurut sampean seberapa penting


seh perayaan pada bulan sura iku ?” ditanyakan untuk pertanyaan terakhir.

“lek jareku kok biasa ae yo, iyo lek paling lek jare wong pinter ngo luar
biasa” narasumber menjaawab dengan tertawa. Sebagai rasa terimakasih telah
menjadi narasumber diberi pula pemahaman bahwa tidak apa-apa kalau meman
jawabannya seperti itu ini memang penelitian ke masyarakat dan tidak apa-apa
jika ada jawaban yang berbeda-beda. Hal tersebut membuat penelitian ini orisinil
dari masyarakat dengan apa adanya dan jawaban yang bervariatif.

Usai wawancara, diucapkan terimakasih dan pamit untuk undur diri dan
melanjutkan wawancara ke daerah sekitar juga.

Lampiran 4

Nama : Suliati Wiji Lestari

TTL : Tulungagung, 12 Desember 1966

Usia : 49 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat 522 RT 4 RW 2, Kota Malang

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 2 anak

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 November 2016.

Setelah dari narasumber ketiga langsung menuju ke rumah ibu Tri (nama
panggilan) sebagai narasumber keempat.
“Assalamualaikum.. Bu Tri, Assalamualaikum..” sambil mengetuk pintu.
Setelah itu Bu Tri keluar dan menjawab salam seketika menuju ruang tamu. Agar
tidak menggangu jika narasumber ternyata memiliki kegiatan, maka setibanya dari
ruang tamu dengan kondisi belum dipersilahkan masuk maka terlebih dahulu
ditanyakan sedang sibuk atau tidak, Alhamdulillah beliau sedang senggang dan
mempersilahkan untuk masuk.

Sebelummemulai wawancara terlebih dahulu disampaikan bahwa ada


perlu untuk berwawancara. Walnya mungkin orangnya takut tidak bisa menjawab,
hal tersebut mungkin jga karena kesalahan dalam penggunaan kata saat akan
berwawancara. Namun untuk mengurangi rasa takut itu dijelaskan bahwa ini
hanya tentang kehidupan sehari-hari dan tentan bulan sura. Kebetulan pada saat
itu ada anak beliau yang sudah berkeluarga yang sebenarnya tinggal dirumah
berbeda. Sehingga wawancara dilakukan secara bersama pada nara sumber ke
empat dan kelima (lampiran 5).

Setelah narasumber paham maka dimulailah wawancara pada pertanyaan


pertama. Untuk mengawali waancara terlebih dahulu diawali dngan pertanyaa
pertama tentang pemahaman dan pengetahuan datangnya bulan sura di tahun ini.
“oh yo tepak pak e melekan wingi yo (maksud wingi disini bukan kemarin namun
lebihbkepada hal yang sudah terjadi. Masyarakat jawa terkadang tetap
menyebutnya dengan kata wingi yang sebenarnya berarti kemarin). Dengan
mengingat-ingat beliau menjawab bahwa bulan sura terjadi pada awal oktober.
Saat ditanya lebih jelasnya kapan terjadi beliau tidak ingat, jadi harus melihat
dikalender terlebih dahulu.

Menuju pertanyaan kedua tentang apa yang sebenarnya diperingati saat


bulan sura. Beliau memberi jawaban bahwa pada saat bula sura biasanya yang
dilakukan adalah bersih desa.

Masuk pada pertanyaan ketiga, tentang apa yang beliau lakukan dalam
memperingati bulan suro. Ternyata beliau membuat bubur suro dan dibagi-
bagikan kepada tentangga sekeliling (ater-ater dalam bahasa jawa) rumahnya
sebanyak 7 piring yaitu dibagikan ke depan, belakang, serta samping kanan dan
kiri rumahnya.

Sehubung narasumber telah membuat bubur suro maka narasumber


diminta menjelasan bagaimana sebenarnya komponen bubur sura. Menurut beliau
bubur sura adalah beras yang dibuburkan dengan parutan kelapa lalu di beri lauk
telur dadar, cenggereng, kereng tempe, mie, dan teri. Setelah pembuatan bubur
tersebut sebelum di bagi-bagikan ternyata terlebih dahulu bubur diberi do’a oleh
Pak To (suami Bu Tri/ suami dari narasumber)
Menyimpulkan dari beberpa pertanyaan sebelumnya ditutup dengan
pertanyaan seberapa penting perayaan pada bulan sura itu dilakukan. Beliau
menjawab bahwa perayaan dibulan sura itu penting karena untuk keselamatan
desa.

Lampiran 5

Nama : Windha

TTL : Malang, 7 Agustus 1988

Usia : 28 tahun

Pendidikan terakhir : SMK

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat 507, RT 4 RW 2, Kota Malang

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 2 anak

Pekerjaan : karayawan di bidang marketing

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 November 2016.

Latar waktu dan kondisi sebelum wawancara seperti pada lampiran 4,


karena narasumber pada lampiran 5 merupakan anak dari lampiran 4 yang
sebenarnya berbeda rumah.

Pada pertnyaan pertama sama seperti wawancara sebelumnya ditanyakan


tentang pemahaman dan pengetahuan tentang datangnya bulan sura di tahun 2016
ini. Beliau tidak tahu pasti kapan secara detail kapan bulan sura itu terjadi, namun
beliau tahu jika bulan sura sudah dilewat (pada saat wawancara dilakukan), dan
menurut beliau bulan sura adalah bulan pada awal tahun jawa (tahun baru jawa).

Melanjutkan kepertanyaan selanjutnya tentang hal apa yang diperingati


saat bulan sura. Menurut beliau saat bulan sura itu memperingati selamatan desa
atau sering disebut dengan bersih desa.

Untuk memperjelas dan mendapat informasi lebih tentang yang dilakukan


saat bulan suro. Beliau memaparkan dengan melekan (tidak tidur, karena beliau
juga anak dari Bu Tri (lampiran 4) dan Pak To). Lalu dengan slametan dan karak-
karakan. Beliau saat bulan sura juga menerima ater-ater.

Ciri khas dari perayaan sura menurut narasumber adalah adanya karnaval.
Namun karnaval yang dilakukan berbeda dengan karnaval pada peringatan pada
perayaan lainnya. Karena pada bulan sura karnaval yang dilakukan berupa seni
budaya yang lebih tradisional.

Tujuan dari dilenggarakannya perayaan pada bula0n sura menurut


narasumber penting karena untuk keselamatan desa.

Lampiran 6

Nama :Sulistinah

TTL : Malang, 30 September 1975

Usia : 41 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Tempat tinggal : Jalan Satria barat 507 A, Kota Malang

Agama /golongan : Islam/ NU

Status kawin : kawin (menikah)

Jumlah anak : 3 anak

Pekerjaan : Karyawan di PT Bronson Prima (packing)

Wawawancara dilakukan pada tanggal 7 November 2016

Saat wawancara dilakukan narasumber sedang memasak di dapur sekitar


jam 16.30 atau setelah maghrib. Kondisi wawancara bisa di lihat pada gambar
berikut.
“Assalamualaikum , Ni Ibukmu ono a ? aku kate wawancara”. Pertanyaan
disampaikan kepada anak narasumber. “iyo onolil, iko loh ibuku ndek pawon
masak, melbu o” begetulah jawab dari anak narasumber dan mempersilahkan
untuk masuk.

“Bu Sulis, lan nopo ? masak a..” sebagai kata dalam awal pembicaraan.
“Hee reneo iki loh ak masak, sek tas moleh” kata beliau. Sete;ah itu meminta izin
kepada narasumber untuk melakukan wawancara dengan menjelaskan bahwa
wawancaranya tetang bulas suro dan kehidupan sehari-hari dengan lima
pertanyaan.

Setelah itu dipersilahkanlah untuk untuk memulai wawancara. Wawancara


dilakukan dengan duduk di lantai dapur dengan narasumber yang masih
melakukan tugasnya memasak. Sesekali beliau juga berdiri untuk membalik
gorengan tempe dan tahu, namun kadang kala juga duduk dilantai saat menguleg
(mengahaluskan bumbu pada cobek menggunakan uleg) bumbu.

Pertanyaan pertama tentang pemahaman dan pengetahuan tentang bulan


sura. Beliau menjelaskan bahwa beliau tidak begtu tahu tentang kapan datangnya
bulan sura. Namun hanya sekedar tahu saja sudah terlewati.

Menuju pertanyaan selanjutnya tentang apa yang sebenarnya diperingati


pada saat bulan sura. Narasumber menjawab bahwa peringatan surahanya untuk
mengikuti tradisi nenek moyang saja.

Selanjutnya pada pertanyaan ketiga. Narasumber diminta menjelaskan apa


yang dilakukan saat bulan sura yang terlewati pada tahun ini. Narasumber
menjawab bahwa beliau tidak ikut memperingati perayaan pada bulan sura dan
tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan saat bulan sura.

Meminta pendapat narasumber kembali tentang apa yang narasumber


ketahui tentang ciri-ciri perayaan pada bulan sura sehingga berbeda dengan
perayaan pada bulan lain. Dalam hal ini narasumber tidak mengetahui
perbedaannya, karena narasumber tidak mengetahui jawabannya maka di coba
menstimulus dengan pertanyaan lain.

Ditanyakan kepada narasumber apakah beliau mengetahui tentang bubur


suro atau tidak. Ternyata narasumber memang tidak mengetahui tentang bubur
suro.

Disela sela-sela wawancara aada anak dari Ibu sulis selakuk narasumber
yang beberapa kali melewati dapur. Sehingga dimintailah minta tolong untuk
mengambil gambar lewat hp untuk dokumentasi wawancara.
Untuk menutup pertanyaan wawancara maka diakhiri dengan meminta
pendapat tentang seberapa penting perayaan pada bulan sura dilakukan.
Narasumber memberi pendapat bahwa perayaan pada bulan sura itu penting agar
adat jawa tidak hilang.

Usai melakukan wawancara, maka segeralah berpamit dengan


mengucapkan terimaksih dan cium tangan.

Lampiran 7.

Nama : Sri Andayani

TTL : Malang, 2 Agustus 1972

Usia : 43 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Tempat tinggal : Jalan satria barat 507 B, Kota Malang

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 1 (anak angkat)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Wawancara dilakukan pada tanggal 7 November.

Pada saat itu narasumbr sedang berapa dirumah dengan anaknya. Mereka
menonton televisi di runag keluarga.

“Assalamualaikum.. Bu Sri ?” salam diberikan kpada narasumber.


“Waalaikumsalam, ohh nggeh mabk mbak lil sampean masuk” jawab narasumber.

Setelah itu duduk dan menjelaskan bahwa ada tugas yang menganjurkan
untuk penelitian di masyarakat secara langsung atau dengan wawancara. Sehinga
narasumber mau untuk di wawancarai. Setelah memasuki partanyaan wawancara
terlebih dahulu dijelaskan tentang topik wawancara adalah tentang bulan sura.

Masuk pada pertanyaan pertama seperti pada wawancara kepada


narasumber sebelumnya ditnyakan juga tentang kapan datangnya bulan sura.
Narasumber tidak terlalu tahu tepatnya kapan datangnya bulan sura hanya sekedar
tahu saja jika sudah memasuki bulan sura.
Pertanyaan selanjutnya yaitu tentang hal apa yang diperingati saat bulan
sura. Menurut narasumber pada bulan sura itu memperingati tahun baru islam.
Meskipun secara detail narasumber memang tidak mengetahui bahwa pada tahun
2016 ini telah memasuki tahun baru islam keberapa.

“Sampean tumut ngerayaaken bulan sura nopo mboten?” pertanyaan


ketiga yang diberikan kepada narasumber. “hehehe.. kulo lek nek di ajak nggeh
tumot mawon mbak. Ya wes koyok biasane ikuloh. Lek selametan nang masjid
nggeh tumot” seperti itu yang beliau sampaikan. Itu artinya beliau tidak
melakukan perayaan, namun jika memang ada perayaan khusus untuk bulan sura
secara bersama-sama yang dilakukan dimasjid beliau ikut acara tersebut. Sehingga
jika inisiatif dari diri sendiri untuk melakukan sebuah perayaan untuk bulan sura
belum ada. Selain itu narasumber juga mendapat ater-ater bubur suro dari Ibu Tri
yaitu narasumber dari lampiran 4.

Pada sela-sela pertnyaan, suami narasumber pulang dari masjid usai sholat
isya’.

Selanjutnya pertanyaan keempat tentang ciri khusus pada perayaan bulan


sura. Menurut narasumber perayaan pada bulan sura itu biasanya ada karnaval
seperti bersih desa (berupa arak-arakan). Beliau menjelaskan bahwa bersih desa
hanya ada setai 2 tahun sekali. Kebetulan pada tahun ini sedang tidak ada,
sehingga tidak ada perayaan besar pada kampung.

Beliau juga menambahkan bahwa perayaan sura juga identik dengan bubur
sura. Seperti yang beliau jelaskan sebelumnya bahwa telah mendapat ater-ater.
“Bubur sura niku dikau kale santen di garami terus ditambahai kale lauk pauk
(cenggereng, telur puyuh, kering tempe, teri).

Sejumlah pertanyaan telah diberikan sehingga meminta narasumber


memberi kesimpulan seberapa penting perayaan sura ini dilakukan. Terlihat
berbeda narsumber dalam menyikapi pertanyaan ini. Narasumber justru terlihat
bingung dan malah bertanya balik seberapa penting perayaan sura itu. Sehingga
diberilah penjelasan bahwa narasumber diminta menjawab sesaui pemikirannya,
karena ini penaletian tidak semata-mata membutuhkan jawaban yang paling saja.
Tapi orisinilitas data dari narasumber. Pada akhirnya beliau mau menjawab, dan
menurut beliau perayaan sura itu biasa saja tidak begitu penting.
Lampiran 8

Nama : Isa Paisaroh

TTL :Malang, 1 Juni 1980

Usia : 36 tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat 509 Kota Malang

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 1 anak

Pekerjaan : Karyawan pabrik rokok

Wawancara dilakukakan pada tanggal 7 November 2016.

Wawancara dilakukan setelah waktu sholat isya’. Tidak lupa untuk ketuk
pintu dan memberi salam terlebih dahulu kemudiannarasumber membukakan
pintu dan menyilahkan untuk duduk. Berhubung sebelumnya telah bertemu dan
berpapasan dijalan dan telah disampaikan bahwa akan melakukan wawancara
dengan topik bulan sura, maka tidak perlu menjelaskan lagi maksud dan tujuan
akan dilakukan wawancara.

Terlebih dahulu pada pertanyaan pertama ditanyakan tentang kapan


perayaan sura datang pada tahun ini. Beliau menjawab tidak tahu secara detail
kapan bulan sura datang, yang pasti maju-mundurnya (maksud dari narasumber
dalam menyatakan kurang lebih) bulan 9-10.

Menuju pertanyaan ketiga ditanyakan tentang apa yang diperingati tentang


Bulan Sura. Menurut narasumber Bulan Sura memperingati tahun baru islam.

Selanjutnya ditanyakan kepada narasumber tentang hal yang dilakukan


saat bulan sura. Pada saat bulan sura beliau ikut serta dalam membantu Ibu Tri
(narasumber pada lampiran 4) dalam membuat acara yang ada dirumahnya pada
malam sura. Selain itu narasumber juga ikut melihat karnaval acara bersih desadi
desa kembang, Singosari, Kabupaten Malang.

Pada pertanyaan selanjutnya ditanyakan tentang ciri khas perayaan pada


bulan sura. “Menurut sampean ciri khas teko bulan suro iku opo mbak is, seng
mbedakno karo perayaan ndek bulan liyane ?” pertanyaan diberikan kepada
narasumber. Narasumber menjawab “yo jenang suro iku ta lill, sego dibubur dikei
kering kacang, sambal teri, endog bali”. Begitulah menutut pemaparan beliay
tentang ciri khas dari bulan sura.

Selanjutnya seberapa penting perayaan sura ini dilakukan. “bagi wong kan
penting, suro iku kan tahun baru islam seh ?” bertanya untuk mempertegas
pendapatnya. “Terus koyok bulan-bulan jawa iku, guduk bulan Januaru Februai
iku kan bulan biasa.” Seperi itulah jawaban yang diberikan oleh narasumber.

Di akhir pembicaraan mencoba menayakan apakah narasumber memiliki


foto saat perayaan melekan di ruman Ibu Tri (narasumber lampiran 4 ) atau tidak.
Ternyata narasumber memilki foto sehingga foro dikirimkan lewat email.

Lampiran 9

Nama : Marmi

TTL : Malang, 5 Mei 1988

Usia : 28 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat RT 4 RW 2

Agama : islam

Status kawin :kawin (menikah)

Jumlah anak : 1 anak

Pekerjaan : Ibu rumah Tangga

Wawancara dilakukan pada tangga 11 november 2016.

Wawancara dilakukan sekitar jam 10 siang, di ruang tamu ruamhnya.


Beliau tampak sedang bersantai dengan anaknya yang telah bersekolah dan duduk
di kelas 1 SD. Setal meminta izin narasumber mengiyakan. Tanpa menunggu
waktu lama wawancara segera di mulai.

Pertanyaan pertama, diajukan pertnyaan tentang kapan terjadinya bulan


sura. Narasumber menjawab bahwa pada tahun ini bulan sura duah selesai, tetapi
tidak begitu memahami dan teliti kapan bulan sura datang. Yang jelas sudah
dlewati.

Selanjutnya diajukan pertanyaan tentang apa yang diperingati pada saat


bulan sura. Narasumber mengau tidak tahu memperingati apa pada bulan sura.
Untuk memancing agar narasumber mengingat kembali, maka pertanyaan di
ajukan beberapa kali dengan variatif pertanyyan yang berbeda dengan tujuan agar
narasumber ingat kembali. Namun narasumber tatap saja lupa dan tidak tahu.

Masuk pada pertnyaan selanjutnya tentang apa yang narasumber lakukan


dalam serangkaian perayaan bulan sura. Narasumber menyatakan bahwa pada saat
bulan sura kemarin beliau melihat karnaval di daerah Asri Katon, Tumpang,
Kabupaten Malang. Untuk memperjelas gambaran karnaval yang dilihat maka
diajukan lagi beberapa pertanyaan.

“Karnavale iku ono seni modern karo tradisional e a?” pertanyaan untuk
narasumber. “ono” jawab narasumber.

“ono tari-tariane?”. “ ono”.

“ono tumpenge”. “ ono”

“ono kabeh wes lengkap dowo” sahut narasumber dan meyimpulkan


pertanyaan.

Masuk pada pertanyaan selanjutnya yaitu pertanyaan keempat.

“Menurut sampean ciri khas e perayaan sura iku opo? Seng nggarai
bedo”.pertanyaan di ajukan kepada narasumber.

“Ono tumpengee, karnaval e bedo”. Jawab narasumber singkat.

“17 Agustus kan ono karnaval lah opo senggarai bedo?” pertanyaan
serupa diajuka kembali untuk memperjelas jawaban.

“Tapi lek suro iku luwih meriah ono tradisonale”. Jawab narasumber.

“Sampean ngerti bubur sura?”.

Pertanyaan diberikan lagi kepada narasumber. Namun narasumber tampak


bingung dan berpikir. Narasumber mencoba menjawab namun taunya tentang
jenang sapar. Sehubung narasumber tidak tahu tentang bubur suro sehingga
dibantu menjelaskan tentang pengertian bubur sura.

Sebagai penarik kesimpulan dari pertanyaan sebelumnya diajukan


pertanyaan seberapa penting perayaan sura dilakukan.

“ Menurut sampean penting nggak seh perayaan suro iku ?” pertanyaaan


untuk narasumber.

“Yo penting seh lil lek gawe wong tuek-tuek ngono iku. Yo lek gawe wong
koyok awak dewe ngene iki gak begitu penting” tuturnya.
“Lek gawe generasi muda ngeneh iki pengaruhe opo?” pertanyaan untuk
narasumber.

“Waduh gak ngerti aku lil” jawab beliau.

Wawancara telah selesai dan diucapkan termakasih.

Lampiran 10

Nama : Nur Rohmawati

TTL : Pasuruan, 24 Agustus 1986

Usia : 30 tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Tempat tinggal : Jalan Satria Barat RT 4 RW 2

Agama : Islam

Status kawin : Kawin (menikah)

Jumlah anak : 1 anak

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Wawancara dilakukan pada tanggal 11 November 2016.

Wawancara dilakukan setelah wawancara pada narasumber pada lampiran


ke 9. Tepat pada ruangan yang sama yaitu ruang tamu di rumah narasumber pada
lampiran 9 wawancara dilakukan. Bersama dengan anaknya yang berusia sekitar 2
tahun beliau menyuapi makan anaknya. Namun beliau bersedia untuk
diwawancara.

Pertanyaan pertama “sampean semerap waktu bulan sura nopo mboten?”


pertanyaan pertama yang ditujukan kepada narasumber. “Ngerti tapi gak ngerti
lek tepate kapan” jawab dari narasumber.

Pertanyaan kedua “Bulan suro menurut sampean iku memperingati


opo?”berikut adalah pertanyyan selanjutnya yang diberikan kepada narasumber.
“1 Muharom yo... oh tahun baru islam”dari jawaban narasumber telihat bahwa
narasumber awalnya lupa dan menjawab lagi dengan jawaban yang dirasa lebih
tepat.

Berikutnya pertanyaan ketiga tentang kegiatan yang dilakukan pada saat


bulan sura. Narasumber menjelaskan yang beliau lakukan adalah mengaji yasin
yang dikhusus kan untuk bulan sura. Namun dalam sehari-hari beliau juga
mengaji.

Menuju pada pertanyaan selanjutnya disampaikan kepada narasumber agar


menjelaskan tentang ciri khusus bulan sura. Menurut narasumber melihat dari
lingkungan sekitar didaerah sini terlihat dengan adanya karnaval. Tetapi kalau di
daerah Pasuruan (Kota Asal Narasumber) hanya mengaji yasinan di Langgar.

Untuk mendapat info lebih ditanyakan pula apakah narasumber mengerti


tentang bubur suro. Ternyata narasumber tidak mengetahui tentang bubur suro.
Sehingga dilanjutkan pada pertanyaan berikutnya “Seberapa penting seh
perayaan suro iku menurut sampean ?” pertanyaan diajukan kepada narasumber.
“Gak begitu penting seh lek jareku ga opo. Yo separu-separu seh jareku. Gak
begtu ngerti aku” narasumber menjawab dengan kurang yakin.

Setelahn wawancara selsai langsung mengucapkan terimakasih dan mohon


maaf dan segera berpamit untuk undur diri.
Lampiran 11.

Wawancara dilakukan pada Bapak Suwardono selaku guru sejarah SMAN


7 Malang. Beliau lahir di Tuban pada tanggal 18 Februari 1962 dan beragama
islam. Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2016 sekitar jam 11 siang
di gazebo barat lapangan upacara SMAN 7 Malang. Bersama Ayu Afiif Anggraini
yang juga mahasiswi Pendidikan Tataboga offering A yang ikut menemani untuk
berwawancara karena juga ada keperluan diluar tugas kampus.

Berhubung pada hari sebelumnya telah dilakukan wawancara tentang topik


serupa yaitu “Bubur merah putih/jenang abang putih” pada tanggal 17 Oktober
2016. Namun mengalami revisi topik penelitian sehingga dilakukan wawancara
kembali pada tanggal 20 Oktober 2016 tentang hal-hal yang berhubungan dengan
bulan sura.

Beliau menceritakan dari awal tentang bulan sura. Pada bulan sura
sebenernya sudah ada tradisi lama masyarakat timur tengah. As-syura
berhubungan dengan peristiwa Hasan Husein di Karbala. Di daerah sana ada
makanan bernama Hasan dan Khalwa yang meyerupai bubur kurma khas syura.

Selain itu pada bulan sura memliki banyak peristiwa bersejarah bagi umat
Islam seperti (1) Adam turun ke bumi, (2) zanun (zanus) yang dimakan ikan, (3)
peristiwa sodom dan gondawa, dll. Peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut terjadi
pada sekitar tanggal 1-10 As-syura. Sehingga disunnahkan pula bagi umat Islam
untuk berpuasa.

Pengaruh budaya dari timur tengah yang sangat kental juga memilki
tandingan dengan budaya Jawa yang sangat kental. Kota Malang merupakan Kota
yang berada di Pulau Jawa sehingga antara kedua budaya tersebut juga
berpengaruh kuat antara Islam dan Budaya Jawa. Budaya Islam kuat akan agama
yang dibawanya. Namun di Jawa kuat dengan kepercayaannya dan merasa
memiliki budaya yang jauh lebih lama dan asli dari tanah kelahiran yang patut
dilestarikan dari pada buya Islam yang di anggap baru itu.

Adanya pertentangan antara Budaya Islam dengan Budaya Jawa akhirnya


bisa di akulturasikan oleh Sultan Agung yaitu Raja Kerajaan Mataram Islam.
Sultan Agung dapat menyatukan tahun Islam dengan tahun hitungan Jawa.
Sehingga tanggal satu muharram dengan tanggal 1 sura itu bertepatan pada
tanggal secara masehi yang sama. Namun pemaknaan tanggal Islam dengan
tanggal Jawa tetap berbeda.

Lampiran 12.

Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Desember 2016. Narasumber


bernama Sugianto. Lahir di Tuban pada tanggal 10 November 1968 Namun beliau
mengaku pada kartu identitas tersebut umurnya dimudakan entah beberapa tahun
tidak diketahui. Pekerjaan beliau membuka bengkel mobil disamping rumahnya.

Menurut pemaparan beliau selaku orang yang melakukan perayaan pada


saat bulan sura adalah untuk memperingati tahun baru islam. Rangkaian acaranya
yaitu penyucian wesi aja (keris), istighosah, yasinan hingga jam 2, lalu makan-
makan.
Sajian makanan yang kanan yang dihidangkan 2 tumpeng yaitu Tumpeng
kuning dan tumpeng kuning (kabuli). Tumpeng putih sendiri menurut beliau
artinya adalah butceng (nyebutno seng kenceng nang karsane gusti Allah).
Sedangkan yang berwarna kuning (menggunakan sego kabuli) yang bermakna
opo seng diangen-angen mulai cilik dikabulno. Sajian makanan yang lain adalah 7
macam buah-buahan, 7 macam polo pendem.Bubur sura yang berwarna putih
berarti sebuah penyucian kedepan agar do’a kita diijabah oleh Allah.
Peringatan pada bulan sura dianggap penting karena memperingati
kemenangan-kemenangan para nabi, tebentunya alam semesta dan bebearap
fenomena yang terjadi pada bulan sura yang patut kita syukuri, maka diadakanlah
selametan.
Narasumber tidak mau di foto atau dipublikasi gambar dirinya dengan
alasan tertentu. Untuk menghargai narasumber maka tidak difotolah narasumber
tersebut. Hanya saat prosesi wawancara lah yang dapat diambil gambarnya.

Gambar pada saat mencataan wawancara


Lampiran 13

Foto tersebut adalah gambar suasana didalam acara melekan yang


diadakan oleh narasumber pada lampiran 12. Foto diambil saat 2 Oktober 2016
sebelum acar dimulai yaitu setar jam 19.30. Foto ini di dapat melalu narasumber
pada lampiran 8.
Lampiran 14

Foto ini di ambil pada tanggal 3 Oktober 2016 secara pribadi setelah
waktu sholat isya’.
Lampiran 15

Daftar lampiran nama responden.

Anda mungkin juga menyukai