Anda di halaman 1dari 8

KEBUDAYAAN MUSLIM PADA BULAN PUASA DAN IDUL

FITRI DI INDONESIA

Sandy Muhammad Ramdani


Sastra Inggris
Fakultas Adab dan Humaniora
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru, Bandung 40614
Email: sandy171101@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktifitas atau kegiatan yang terjadi dan
dialami oleh masyarakat Indonesia pada bulan puasa dan idul fitri. Jenis penelitian
yang digunakan pada penelitian ini yaitu metodologi penelitian kualitatif dengan
menggunakan penedekatan etnografi, karena pendekatan etnografi merupakan salah
satu model penelitian yang mengkaji peristiwa budaya. Teknik pengumpulan data
yang digunakan pada tulisan ini yaitu observasi lapangan secara langsung dan
diperkuat oleh berita dari sumber yang terkemuka sebagai validasi bahwa hal tersebut
merupakan suatu kebudayaan yang diciptakan Muslim Indonesia. Hasil dari
penelitian ini memaparkan aktifitas yang terjadi saat bulan puasa & idul fitri pada
Muslim di Indonesia.

Kata Kunci: Bulan puasa, Idul Fitri, Etnografi.

ABSTRACT

This paper aims to describe the activities that occur and are experienced by people in
Indonesia during the fasting month and Eid al-Fitr. The type of research used in this
study is a qualitative research methodology using an ethnographic approach, because
the ethnographic approach is one of the research models that examines cultural
events. The data collection technique used in this study is direct and direct field
observation by news from reputable sources as validation that this is a culture created
by Indonesian Muslims. The results of this study describe the activities that occur
during the fasting month & Eid al-Fitr in the Muslim of Indonesia.

Keyword: Fasting month, Eid al-Fitr, Ethnography.


PENDAHULUAN

Budaya merupakan sebuah hasil dari kehidupan manusia di lingkungannya.


Kebudayaan merupakan ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan (Teng,
2017). Secara lugasnya budaya adalah suatu proses cara hidup manusia yang
berkembang dan dimiliki oleh kelompok tertentu. Kepemilikan budaya terbagi
menjadi dua, ada yang diakusisi dan dibuat hak paten serta ada juga budaya yang
tidak dibuat hak paten dan dijalani atau dilaksanakan oleh kelompok terkait. Budaya
juga merupakan suatu karakteristik suatu kelompok karena pada hakikatnya budaya
setiap kelompok berbeda.

Budaya bersifat luas, kompleks, dan menyeluruh. Budaya bukan hanya terletak pada
kesenian di suatu wilayah atau suatu hasil dari seni, pola hidup manusia secara
menyluruh juga merupakan sebuah budaya. Bukan hanya berbicara satu sudut
pandang, budaya juga memiliki unsur-unsur yaitu, Sistem bahasa, Sistem
Pengetahuan, Sistem Organisasi Sosial, Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi,
Sistem Ekonomi, Sistem Religi, dan Kesenian. Dengan demikian, budaya merupakan
suatu hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehingga budaya yang
sudah terbentuk pasti diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Di suatu kelompok biasanya terdapat suatu kegiatan yang selalu dilakukan sehingga
banyak dari masyarakat dari kelompok tersebut tidak sadar bahwa itu merupakan
sebuah kebudyaaan yang menjadi karakteristik kelompok tersebut. Di Indonesia
salah satu kebudayaan pada bulan puasa & idul fitri, Muslim melakukan aktifitas
yang berbeda dari hari-hari biasanya. kebudayaan tersebut menjadi karakteristik yang
membedakan dengan kelompok lain. Budaya adalah perwujudan dari adat-adat yang
khas yang membedakan satu kelompok masyarakat dari kelompok masyarakat yang
lain, dan memberi jati diri yang khas bagi masyarakat tersebut (Marzali, 2017).

Dari kacamata penulis, kebudayaan yang terjadi pada saat itu juga merupakan suatu
kegiatan yang baik, karena budaya tersebut memberikan dampak baik pada sistem
sosial, ekonomi & religi di masyarakat. Tulisan ini juga akan berdampak baik pada
pembaca sebagai informasi dan pengetahuan.

Pada tulisan ini akan dipaparkan beberapa kegiatan yang terjadi pada bulan puasa &
idul fitri yang mana kegiatan tersebut telah menjadi kebudayaan masyarakat
Indonesia dan sudah terlaksana dari tahun ke tahun. Penulis akan memaparkan
budaya muslim Indonesia yang mana kebudayaan yang terjadi bukan suatu tuntunan
Ibadah yang ada pada bulan puasa & idul fitri, karena tuntunan ibadah seperti puasa,
shalat tarawih dan membaca al-Qur’an merupakan sebuah kewajiban yang
diperintahkan oleh Allah, sedangkan kebudayaan merupakan ciptaan dari manusia.
Manusia adalah pencipta sains, teknologi, budaya dan peradaban; yang pada masa
kini adalah juga satu-satunya kemungkinan yang akan menghancurkan peradaban
yang diciptanya itu (Marzali, 2017).

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan kebudayaan tersebut agar pembaca bisa
mengetahui dan bangga pada kebudayaan yang hadir ketika bulan puasa & idul fitri.
Penulis juga berharap para pembaca bisa melestarikan budaya tersebut dengan senang
hati.

METODE PENELITIAN

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang mana bisa mengkaji hasil
observasi yang telah dilakukan penulis. Metode kualitatif berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu menurut perspektif peneliti sendiri (Gunawan, 2013). Tulisan ini juga dikaji
dengan pendekatan etnografi, karena pendekatan tersebut merupakan studi yang
sangat mendalam mengenai kebudayaan manusia. Etnografi merupakan salah satu
model penelitian yang lebih banyak terkait dengan antropologi, yang mempelajari
peristiwa kultural, (Siddiq & Salama, 2019). Dalam tulisan ini penulis akan mengkaji
dan mendeskripsikan hasil observasinya, dengan demikian pembaca mengetahui apa
saja kebudayaan yang dihasilkan oleh Muslim di Indonesia. Sejatinya etnografi
merupakan salah satu pendekatan dalam metode penelitian kualitatif yang berusaha
mengeksplor suatu budaya masyarakat (Windiani & Rahmawati, 2016). Dengan
demikian, tulisan ini akan memaparkan hasil observasi penulis yang diperkuat oleh
data sekunder.

TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Data yang diperoleh oleh penulis melalui observasi lapangan sebagai data primer.
Observasi yang dilakukan penulis ialah mengamati kegiatan atau aktifitas yang terjadi
pada bulan puasa & idul fitri dari tahun ke tahun bedasarkan pengalaman penulis.
Selanjutnya, penulis akan menggunakan data sekunder berupa berita dari sumber
yang terkemuka sebagai pembuktian bahwa kegiatan tersebut benar-benar ada dan
sebagai pembuktian bahwa kegiatan yang terlaksana sudah menjadi suatu kebudayaan
bagi Muslim di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bulan Puasa

Bulan puasa merupakan bulan ke-9 dalam kalender hijriah. Bulan puasa merupakan
sebuah istilah yang biasa muslim Indonesia gunakan, istilah sebenarnya ialah
Ramadan. Di bulan ini muslim yang sudah memenuhi syarat untuk berpuasa akan
diwajibkan berpuasa. Puasa “saumu” menurut bahasa arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan bicara yang tidak bermanfaat
dan sebagainya (Partini & Fakhruddin, 2021). Jadi puasa merupakan sebuah ibadah
menahan lapar dalam kurun waktu dari imsyak hingga adzan magrib berkumandang.

Bulan Ramadan merupakan bulan suci, karena dengan berpuasa pasti menumbuhkan
nilai-nilai kebaikan. Dengan puasa juga merupakan sarana kita untuk untuk lebih
sering berjumpa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt (Partini & Fakhruddin,
2021).

Di Indonesia, bulan puasa menjadi bulan yang sangat spesial karena pada bulan ini
hanya terjadi satu tahun sekali (periode kalender hijriah). Muslim di Indonesia
menciptakan suatu hal yang baru ketika bulan puasa. Kegiatan yang unik dan hanya
ada di Indonesia, hal tersebut menjadi karakteristik bagi Muslim di Indonesia.
Kegiatan yang terus menerus dilakukan dari tahun ke tahun menjadikan hal tersebut
sebuah kebudayaan yang dilakukan setiap bulan puasa. Beberapa kebudayaan
tersebut ialah:

a. Ngabuburit

Ngabuburit merupakan tradisi Muslim Indonesia saat Ramadan. Definisi sederhana


ngabuburit ialah kegiatan menunggu waktu berbuka puasa. Kegiatan ngabuburit
biasanya dilakukan oleh anak muda untuk menghabiskan waktu saat menjalankan
ibadah puasa. Ngabuburit biasanya dilakukan pada sore hari, kegiatan yang dilakukan
sangat beraneka ragam, mulai dari mengikuti pesantren ramadan, jalan-jalan santai,
menonton film, dan beragam kegiatan santai lainnya. Ngabuburit biasanya dilakukan
secara bersamaan, dengan demikian ngabuburit menjadi salah satu kegiatan favorit
kalangan anak muda.

Awal mula munculnya ngabuburit sendiri berasal dari bahasa Sunda. Menurut
obsevasi penulis, kata ngabuburit merupakan akronim dari kalimat "ngadagoan burit"
yang memiliki arti menunggu waktu sore. Seiring berjalannya waktu, kata ini menjadi
istilah yang popular sehingga kata “ngabuburit” bukan hanya digunakan oleh suku
sunda tetapi digunakan di berbagai daerah lain di Indonesia.

Ngabuburit menjadi salah satu hasil dari perkembangan hidup manusia, maka dari itu
ngabuburit menjadi sebuah kebudayaan Muslim Indonesia. Hal tersebut diperkuat
oleh adanya berita dari CNN Indonesia yang berjudul “Asal Usul Ngabuburit, Budaya
Khas Ramadan di Indonesia”. Dengan demikian, berita tersebut menguatkan fakta
bahwa ngabuburit merupakan salah satu kebudayaan Muslim di Indonesia pada saat
bulan Ramadan.
b. Bukber (Buka Bersama)

Bukber merupakan akronim dari buka bersama yang sudah popular di Indonesia.
Sudah sejak lama bukber menjadi tradisi dan menjadi bagian dari budaya kita.
Kegiatan ini dimanfaatkan sebagai sarana berkumpul kembali dengan rekan atau
sanak saudara yang lama tidak berjumpa.

Hal yang menjadikan tradisi bukber menarik adalah rasa rindu yang mendalam di
dalamnya. Secara umum, tradisi bukber merupakan salah satu bentuk interaksi yang
terjadi antara orang-orang di dalamnya. Biasanya, yang terlibat dan hadir dalam
kegiatan bukber adalah orang yang memiliki suatu hubungan yang kuat.

Kegiatan ini biasanya diadakan oleh orang-orang yang berada dalam satu kelompok.
Misalnya reuni grup alumni sekolah, rekan kuliah atau rekan kerja. Dengan adanya
tradisi bukber, Muslim dapat menjaga nilai-nilai sosial dan tetap menjaga hubungan
baik dengan orang-orang terdekatnya. Kegiatan ini sudah menjadi sebuah
kebudayaan, hal tersebut dapat dibuktikan kuat dengan banyaknya acara Bukber yang
dilaksanakan pada bulan puasa serta adanya berita dari Detik.com yang berjudul
“Jokowi Buka Bersama TNI-Polri”. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bukber
merupakan sebuah kebudayaan Muslim di Indonesia, bahkan tokoh setingkat presiden
pun melaksanakan kegiatan tersebut bersama aparatur negara.

2. Idul Fitri

Idul Fitri, Muslim di Indonesia sering menyebutnya dengan istilah Lebaran. Idul Fitri
merupakan hari raya umat muslim di seluruh dunia. Lebaran pastinya berada pada
tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriah. dikarenakan penentuan 1 Syawal
berdasarkan peredaran bulan atau Hijriah, dengan demikian Idul fitri atau lebaran
biasanya jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari
penanggalan Masehi.
Muslim di Indonesia memiliki tradisi-tradisi yang unik ketika lebaran. Tradisi
tersebut telah melekat dan menjadi suatu kebudayaan Muslim Indonesia. Kebudayaan
tersebut pastinya memiliki nilai kebaikan. Muslim Indonesia harus bisa melestarikan
budaya yang ada, karena budaya yang terjadi saat idul fitri merupakan salah satu
karakteristik yang membedakan dengan daerah lain. Penulis akan memaparkan
kebudayaan idul fitri mulai dari yang awal dilaksanakan.
a. Hidangan Ketupat

Muslim Indonesia pasti sudah tidak asing lagi dengan makanan ini. Hampir di setiap
pasar berhamburan pedagang ketupat yang menjajakan dagangannya dengan jumlah
yang banyak. Ada juga yang membuat ketupat di rumahnya masing-masing. Bungkus
ketupat terbuat dari daun pohon kelapa yang diisi beras lalu direbus.

Ketupat biasanya dibuat 2 hari atau 1 hari sebelum lebaran, hal tersebut dilakukan
agar pada saat lebaran tiba mereka tidak kerepotan lagi membuat menu sajian.
Hidangan ketupat biasanya ditemani dengan ayam opor atau rendang, bihun, kentang,
dll. Muslim biasanya menyantap hidangan ketupat selepas melaksanakan solat sunnah
idul fitri. Ada beberapa orang yang menyantap di rumahnya sendiri, dan ada juga
yang menyantap hidangan ketupat di rumah saudara, teman atau kerabat.

Hidangan ketupat menjadi suatu kebudayaan baik yang bisa menumbuhkan rasa
kedermawanan, peduli, dan kasih. Hal tersebut diperkuat dengan berita dari
Detik.com yang berjudul "Tradisi Makan Ketupat saat Lebaran Sudah Dimulai Sejak
Abad 15" Dengan demikian, tradisi ini juga menjadi suatu kebudayaan yang harus
dilestarikan.

b. Halal bi Halal

Halal bi halal merupakan satu tradisi yang selalu hadir saat Idulfitri. Biasanya
kegiatan dilakukan dengan berkunjung ke rumah tetangga, saudara, dan kerabat. Pada
acara Halalbihalal, setiap orang akan bersalaman dan saling memaafkan bahkan
biasanya orang yang mempunyai penghasilan lebih atau posisi yang lebih tinggi akan
membagikan THR (Tunjangan Hari Raya) kepada seseorang dibawahnya seperti
orang yang lebih tua ke anak kecil atau seorang bos kepada pekerjanya. Budaya halal
bi halal hanya ada di Indonesia, dan tak dapat ditermukan di negara lain.

Halal bi Halal dapat diartikan sebagai suatu ajang saling memaafkan setelah
menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di rumah oleh sekelompok
orang atau pada saat sepulang dari solat idul fitri. Muslim menyadari bahwa tujuan
Halal bi Halal merupakan sebuah upaya untuk mengharmoniskan hubungan
kekerabatan.

Pada perkembangannya, kegiatan ini dilakukan oleh suatu keluarga, atau suatu
kelompok dan biasanya dilaksanakan tidak hanya pada tanggal 1 Syawal saja,
melainkan juga pada hari-hari berikutnya yang masih hangat dengan nuansa Idul
Fitri.
Halal bi Halal menjadi momen yang sangat tepat untuk memperbaharui dan
mempererat persaudaraan. Halal bi halal sudah menjadi sebuah kebudayaan di
Indonesia, hal tersebut dibuktikan dengan adanya berita dari
goodnewsfromindonesia.id yang berjudul “Istilah 'Halal Bihalal' Ternyata Hanya
Ada di Indonesia, Ini Maknanya” dengan demikian halal bi halal terbukti sebagai
sebuah kebudayaan khas Indonesia.

c. Mudik

Mudik merupakan sebuah tradisi para perantau atau pekerja migran untuk pulang ke
kampung halaman. Mudik secara khusus memang ditujukan untuk momentum pulang
kampung saat lebaran saja.

Mudik Lebaran merupakan suatu tradisi untuk berkumpul lagi bersama keluarga


dalam suasana perayaan hari raya Idul Fitri (Lebaran). Orang-orang membeli tiket
transportasi pasca lebaran agak tidak mengantre, tapi orang yang tidak memesan
pasca lebaran terpaksa antre secara berdesak-desakan. Sudah menjadi tradisi tiap
tahun terjadi macet panjang demi bisa mudik ke kampung halaman dan berkumpul
bersama keluarga saat lebaran.

Fenomena mudik lebaran di Indonesia memang unik dan jarang ditemukan di negara
lain. Biasanya tiga hari sebelum lebaran hingga tiga hari setelah lebaran, para
perantau serentak meninggalkan kota yang ditempati dan kembali ke kampung
halaman.

Dengan demikian, mudik lebaran menjadi sebuah tradisi yang selalu terjadi dari tahun
ke tahun. Selain dari hasil observasi penulis, banyak juga berita yang menyorot
mudik lebaran ini, biasanya informasi yang disebarkan berupa info lalu lintas
(kemacetan) seperti dalam berita dari Liputan6.com yang berjudul “Asal Mula Istilah
Mudik di Hari Lebaran, Jadi Tradisi Tahunan”. Maka kita sebagai Muslim Indonesia
harus melestarikan budaya mudik lebaran, hal tersebut dilakukan karena mudik
menjadi salah satu usaha untuk bertemu sanak keluarga di kampung halaman. Selain
itu, seseorang pastinya akan sangat merindukan suasana mudik walaupun harus
menghadapi kemacetan.

KESIMPULAN

Manusia merupakan makhluk yang terus berproses dan berkembang, sehingga


manusia mampu menghasilkan suatu kebudayaan. Muslim di Indonesia telah
menciptakan suatu budaya pada saat bulan Ramadan dan Idul fitri, budaya tersebut
bukan suatu tradisi yang diperintahkan oleh agama. Kebudayaan yang tercipta
merupakan manifestasi dari Muslim di Indonesia yang menjungjung tinggi nilai
sosial, karena dari setiap budaya yang tercipta pada bulan Ramadan dan Idul fitri
pasti memiliki nilai interaksi sosial Maka hal tersebut akan memperbaiki dan
memberikan nilai lebih pada salah satu unsur budaya yaitu sistem organisasi sosial.
Selain itu, budaya yang dihasilkan juga memberikan dampak yang baik terhadap
sistem ekonomi karena akan terjadi perputaran uang yang stabil. Tak luput dari semua
itu, kebudayaan ini juga menjadi sebuah penambah nilai religi karena budaya yang
dihasilkan mempererat silaturahmi dan kebahagiaan kaum Muslim. Dengan demikian
Muslim di Indonesia menjadi sebuah pelopor kebudayaan karena mereka
menciptakan kebudayaan baru yang mana bukan suatu anjuran dari agama, serta
kebudayaan tersebut bukan juga suatu yang ditentang oleh agama.

REFERENSI

Teng, H. M. B. A. (2017). Filsafat kebudayaan dan sastra (dalam perspektif sejarah).


Jurnal ilmu budaya.

Marzali, A. (2017). Agama dan kebudayaan. Umbara, 1(1).

Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143.

Siddiq, M., & Salama, H. (2019). Etnografi Sebagai Teori Dan Metode. Kordinat:
Jurnal Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 18(1), 23-48.

Windiani, W., & Rahmawati, F. N. (2016). Menggunakan Metode Etnografi Dalam


Penelitian Sosial. DIMENSI-Journal of Sociology, 9(2).

Partini, A. W., & Fakhruddin, A. (2021). MANFAAT PUASA DALAM


PERSPEKTIF ISLAM DAN SAINS. Al-Hikmah, 7(1).

Anda mungkin juga menyukai