Anda di halaman 1dari 85

EFEK EKSTRAK BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill)

TERHADAP PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITIS YANG


DIINDUKSI Staphylococcus aureus DAN Candida albicans PADA
TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat


Mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ALBERTIN DWIYANTI

J111 15 518

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
EFEK EKSTRAK BUNGA MAWAR (Rosa damascena Mill)
TERHADAP PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITIS YANG
DIINDUKSI Staphylococcus aureus DAN Candida albicans PADA
TIKUS JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

Mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

ALBERTIN DWIYANTI

J111 15 518

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Ekstrak Bunga Mawar (Rosa
damascena Mill.) terhadap Penyembuhan Angular Cheilitis yang Diinduksi
Staphylococcus aureus dan Candida albicans pada Tikus Jantan Galur Wistar
(Rattus norvegicus)” sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana kedokteran
gigi. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan peneliti lainnya dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya di bagian
ilmu penyakit mulut.
Berbagai masalah dan hambatan penulis alami selama proses penyusunan skripsi
ini, namun segala hambatan tersebut dapat terlewati berkat bantuan, dukungan,
doa, serta bimbingan dari berbagai pihak hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. drg. Bahruddin Thalib, M. Kes, Sp. Pros selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas bantuan kepada
penulis selama menempuh masa pendidikannya.
2. Prof. Dr. drg. Sumintarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
senantiasa membimbing, menemani saat penelitian dan selalu memberikan arahan
kepada penulis selama proses penyusunan skripsi dari awal hingga selesai.
3. drg. Muh. Irfan Rasul, Sp.BM selaku penasehat akademik atas bimbingan,
perhatian, dukungan, dan nasehat bagi penulis selama masa perkuliahan.
4. Kedua orang tua penulis, Paulus Tonglo M.Pd dan Martina Tambing
A.Md.Keb , saudara penulis, Albertus Ediyanto dan Regina Tri Shintya , serta
kepada Rian juga kepada keluarga penulis yang telah memberikan banyak doa,
dukungan, perhatian, motivasi, dan nasehat selama penyusunan skripsi ini
terutama pada saat penulis mengalami masa sulit.
5. Teman sepembimbing skripsi penulis, Ahmad Afizenna yang selalu bersama
menemani penulis dan saling memberikan semangat dalam menghadapi segala
masalah serta melewati suka-duka selama proses penyusunan skripsi.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


v

6. Teman-teman seperjuangan di bagian Ilmu Penyakit Mulut, Utari, Exsa,


Juwinda dan Helmy yang senantiasa mendengarkan masalah penulis dan
memberikan bantuan, dukungan, dan semangat kepada penulis selama ini.
7. Kak Jessica dan Kak Nurul yang banyak membantu selama penelitian
sekaligus memberikan motivasi kepada penulis demi kelancaran skripsi penulis.
8. Para sahabat semasa perkuliahan, teman duduk penulis selama 3 tahun terakhir,

Mixel dan Nela, dan juga teman tercinta Nurul yang telah mengisi hari-hari

penulis dengan banyak kenangan serta memberikan dukungan dan semangatnya

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman tutorial Kelompok 5 yang selalu kompak dan berusaha


memberikan yang terbaik. Terima kasih atas kebersamaan dan penghiburan
selama tutorial 3 tahun ini serta dukungan terhadap penulis dalam mengerjakan
skripsi.
10. Teman-teman PULPA 2015, atas dukungan dan persaudaraan yang

ditawarkan selama ini kepada penulis.

11. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan yang telah banyak membantu penulis
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga turut
membantu menyelesaikan skripsi penulis.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tidak
disengaja dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu kedokteran gigi ke depannya dan juga bagi para pembaca
yang lainnya.

Makassar, 7 November 2018

Albertin Dwiyanti

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


vi

Efek Ekstrak Bunga Mawar (Rosa damascena Mill.) terhadap Penyembuhan


Angular Cheilitis yang Diinduksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans
pada Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus)
Albertin Dwiyanti
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Latar Belakang : Keanekaragaman budaya di Indonesia menghasilkan berbagai


tradisi dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat, dengan iklim tropis ini
menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhannya. Indonesia
memiliki beragam pengobatan tradisional yang menggunakan tumbuhan. Salah
satu jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal adalah bunga
mawar (Rose damascena Mill yang juga dikenal sebagai tanaman hias. Bunga
mawar mengandung senyawa fenolik dan minyak atsiri. Penelitian menunjukkan
bunga mawar bersifat efektif sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-kanker, anti-
ulser, anti-diabetes, antivirus, antijamur,dan antibakteri khususnya terhadap
Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Salah satu penyakit mulut yang
disebabkan oleh bakteri tersebut adalah angular chelitis yang merupakan suatu
lesi, disertai inflamasi yang terlihat pada komisura labial yang juga merupakan
infeksi gabungan antara Staphylococcus, streptokokus -hemo-litikus, dan
candida yang mengenai jaringan di sudut mulut. Tujuan: Mengetahui efek
ekstrak bunga mawar (Rose damascena Mill.) terhadap efek penyembuhan
angular cheilitis pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang
diinduksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Bahan dan metode:
Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan desain penelitian posttest
only control group design. Subjek penelitian sebanyak 24 ekor tikus putih jantan
Wistar yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, kelompok pertama yaitu
kelompok yang diinduksi Staphylococcus aureus dan diberi ekstrak bunga mawar,
kelompok kedua yaitu kelompok yang diinduksi Staphylococcus aureus dan diberi
gentamisin, kelompok ketiga yaitu yang diinduksi Candida albicans dan diberi
ekstrak bunga mawar, dan kelompok keempat yaitu kelompok yang diinduksi
Candida albicans dan diberi mikonazol. Seluruh tikus pada setiap kelompok
diberi perlakuan dan penutupan luka diukur, dilihat ada atau tidaknya eritema
selama 7 hari kemudian data diolah menggunakan program SPSS. Hasil
Penelitian: Pada hari ke-3 panjang kelompok pertama ialah 0,00±0,0 mm,
kelompok kedua 0,00±0,0 mm, dan untuk kelompok ketiga dan kelompok
keempat 0.08±0,20 mm, dan 0.16±0,39 mm. Dari hasil uji Friedman terlihat
perbedaan yang signifikan bermakna pada perubahan panjang luka setiap
kelompok perlakuan. Kesimpulan: Ekstrak bunga mawar mempunyai efek
terhadap penyembuhan angular cheilitis pada tikus putih jantan galur wistar
(Rattus norvegicus) yang diinduksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans
serta ekstrak bunga mawar lebih efektif terhadap kelompok yang diinduksi
Candida albicans.

Kata Kunci: bunga mawar, angular cheilitis, penyembuhan luka infeksi, tikus
putih wistar

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


vii

Effects of Roses Extract (Rosa damascena Mill.) on Angular Cheilitis Healing


Induced by Staphylococcus aureus and Candida albicans in
Wistar Male Rats (Rattus norvegicus)
Albertin Dwiyanti
Student at Faculty of Dentistry in Hasanuddin University

ABSTRACT

Background: Cultural diversity in Indonesia produces various traditions


in the use of medicinal plants, with this tropical climate causing fertile so many
types of plants. So it's not surprising that Indonesia has a variety of traditional
treatments that use plants. One type of plant that is used as an herbal treatment is a
rose (Rose damascena Mill) which is also known as an ornamental plant. Roses
contain phenolic compounds and essential oils. Research shows roses are effective
as antioxidants, anti-inflammatory, anti-cancer, anti-ulcer, anti-diabetic, antiviral,
antifungal, and antibacterial, especially against staphylococcus aureus and candida
albicans. One of the oral diseases caused by these bacteria is angular chelitis
which is a lesion, sometimes accompanied by inflammation usually seen in labial
commissures which is also a joint infection between staphylococci, β-hemo-lytic
streptococcus, and candida that affects tissues at the corners of the mouth.
Materials and Methods: This research is an experimental laboratory with
posttest only control group design. This research subjects were 24 Wistar male
rats divided into four groups, the first group was Staphylococcus aureus-induced
and given roses extract, the second group was Staphylococcus aureus-induced
group and given gentamicin, the third group was induced by Candida albicans
and given roses extract, and the fourth group was Candida albicans-induced
group and given miconazole. All the Wistar male rats in each group were treated
and the length of wound and erythema were observed from each group for 7 days
then the data was processed using SPSS program. Results: On the third day the
length of the first group was 0.00 ± 0.0 mm, the second group was 0.00 ± 0.0 mm,
and for the third and fourth groups 0.08 ± 0.20 mm, and for the fourth group 0.16
± 0.39 mm. From the results of the Friedman test, significant differences were
seen in changes in wound length of each treatment group. Conclusion: Roses
extract have an effect on the healing of angular cheilitis in Wistar male rats
(Rattus norvegicus) induced by Staphylococcus aureus and Candida albicans and
roses extract more effective against Staphylococcus aureus-induced groups.

Keywords: roses, angular cheilitis, wound infection healing, wistar male rat

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


viii

DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Surat Pernyataan.....................................................................................................iii
Kata Pengantar....................................................................................................... iv
Abstrak....................................................................................................................vi
Daftar Isi. .............................................................................................................viii
Daftar Gambar..........................................................................................................x
Daftar Tabel............................................................................................................xi
Daftar Grafik..........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..…………………………………………………………..........1
1.2 Rumusan masalah…………………………..………………………….......…..4
1.3 Tujuan penelitian……………………………..………………………......…....4
1.3.1 Tujuan umum………...……….…….………………...….........................4
1.3.2 Tujuan khusus…………………….….....………………...........................4
1.4 Manfaat penelitian…………………………….….……………………............5
1.4.1 Manfaat umum…………………….….………….……….........................5
1.4.2 Manfaat khusus…………………..…………….…………........................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Mawar (Rose damascena Mill)...……………...………….…........…....6
2.1.1 Deskripsi bunga mawar……………………….………..…….............…..6
2.1.2 Taksonomi bunga mawar……………………....…….….….............…....7
2.1.3 Zat aktif bunga mawar………………................……….....….…….…….7
2.1.4 Manfaat bunga mawar……………............……………………...….…..10
2.2 Angular Cheilitis………………………………………………………..........12
2.2.1 Deskripsi angular cheilitis……………………….....……..................….12
2.2.2 Gambaran klinis......……………………………….......................……..13
2.2.3 Etiologi…………………………………………………........….............13
2.2.4 Patogenesis………......……………………………...........................…..16
2.2.5 Perawatan…………….......…………………………......................…....17
2.3 Penyembuhan luka……………………………………………………...........17

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


ix

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka teori…………………………………………….........………….…22
3.2 Kerangka konsep……………………………………………….........…….…24
3.3 Hipotesis……………………………………………………………........…...25
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian dan desain penelitia………………………………........…....26
4.2 Lokasi dan waktu penelitian……………………………………….........…...26
4.3 Sampel penelitian…………………………………………………........….....26
4.4 Metode sampling…………………………………………………...........…...26
4.5 Besar sampel….………………………………………………………...........26
4.6 Kriteria sampel……………………………………………………….............27
4.7 Variabel Penelitian……………………………………….........………….….27
4.8 Definisi operasional prosedur…………………………………….........….....27
4.9 Kriteria penelitian………………………………………..........……………...28
4.10 Alat dan bahan…………………………………………..........……………..28
4.11 Data………………………………………………………...........…...……..29
4.12 Analisis data…………………………………………………..........……….29
4.13 Etika penelitian...............................................................................................29
4.14 Alur penelitian………......………..........…………………………..........…..30
BAB 5 HASIL PENELITIAN…………………………………………...……....31
BAB 6 PEMBAHASAN…………………………………………..…………......36
BAB 7 PENUTUP..................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………............44
LAMPIRAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


x

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bunga Mawar....................................................................................................6


2.2 Angular Cheilitis..............................................................................................12
2.3 Staphylococcus aureus.....................................................................................14
2.4 Candida albicans..............................................................................................15

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


xi

DAFTAR TABEL

5.1 Rerata panjang luka Angular cheilitis..............................................................31


5.2 Rerata panjang luka Angular cheilitis dengan Uji Friedman...........................32
5.3 Rerata panjang luka Angular cheilitis dengan Uji Mann Whitney..................33
5.4 Rerata panjang luka Angular cheilitis dengan Uji Mann Whitney..................34
5.5 Rerata panjang luka Angular cheilitis dengan Uji Mann Whitney..................34

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


xii

DAFTAR GRAFIK

5.1 Rerata panjang luka..........................................................................................32

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia, jauh sebelum penjajahan Belanda telah mengenal
pengobatan secara tradisional, misalnya dengan tumbuhan, binatang, dan
mineral.2 Keanekaragaman budaya di Indonesia juga menghasilkan
berbagai tradisi dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat. Indonesia juga
memiliki beragam pengobatan tradisional yang menggunakan tumbuhan
Pengobatan herbal banyak dibuktikan melalui berbagai pengalaman. Hal ini
ditunjang oleh berbagai hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa
obat herbal dapat menjaga kesehatan, menjaga metabolisme tubuh, serta
memperbaiki kerusakan organ sehingga memiliki efek pengobatan yang
efektif. Keunggulan pengobatan herbal terletak pada bahan dasarnya yang
bersifat alami sehingga mempunyai efek samping yang lebih kecil dari
obat-obat modern. Selain itu, WHO juga telah merekomendasikan
penggunaan obat herbal untuk promotif, preventif, rehabilitatif, dan kuratif,
terutama untuk penyakit-penyakit yang sifatnya kronis, degeneratif, dan
kanker.3 Salah satu jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai pengobatan
herbal adalah tanaman hias. Tanaman tersebut dianggap sebagai tanaman
hias karena memiliki keindahan pada bunga, daun, maupun keseluruhan
bagian tanaman. 4 Salah satu jenis tanaman hias yang memiliki fungsi ganda
sebagai bahan obat adalah bunga mawar yang dikenal dengan memiliki
bunga yang indah dan aroma.5
Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang
berduri, banyak ditanam di taman dan paling banyak dijual di toko bunga
sebagai bunga potong ataupun bunga tabur. Bunga ini berharga karena
keindahan dan aromanya, serta bermanfaat dan memiliki banyak khasiat.
Minyak maupun ekstraknya sudah sejak dulu digunakan dalam produk
sabun mandi, parfum, lotion kulit dan obat-obatan. Mawar hampir
ditemukan disemua Negara di seluruh dunia, sehingga ia dijuluki sebagai
“Ratu Segala Bunga (Queen of Flower)”.5 Dalam bidang pengobatan,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


2

Mawar telah dirintis sejak masa Perang Dunia II di Inggris sebagai sumber
vitamin C. Para tabib China memanfaatkan minyak bunga Mawar sebagai
“Yin” yang berfungsi untuk menenangkan syaraf, memperlancar sirkulasi
darah, menguatkan otot dinding perut besar, dan menyehatkan pembuluh
kapiler. Ada anggapan pula bahwa minyak Mawar dapat meningkatkan
jumlah sperma kaum laki-laki yang mengalami impotensi dan juga dapat
menormalkan siklus haid wanita. Bahkan suku Indian memanfaatkan
ramuan dari rebusan ujung bunga Mawar liar untuk diminum seperti teh
sebagai penyembuh penyakit kencing nanah.6
Bunga mawar mengandung geraniol dan citronellol dengan
konsentrasi keduanya mencapai 75% dari minyak. Selain itu, juga terdapat
linalool, citral dan phenyl ethyl alcohol, geranio,l nerol, farnesol, eugenol,
serta nonylic aldehyde dalam jumlah sedikit.7Senyawa geraniol dan
limonene yang terkandung dalam ekstrak bunga mawar dapat berfungsi
sebagai antiseptik (Retnani, 2012). Penelitian Emerson membuktikan
bahwa ekstrak mawar memiliki kandungan fenol, carvacrol, thymol, dan
terpene tinggi dapat membunuh hampir semua mikroba. 8 Pada penelitian
Windi (2014) juga membuktikan minyak atsiri bunga mawar memiliki
kemampuan dalam menghambat metabolisme energi dan merusak dinding
sel serta membran sel bakteri. Selain itu, minyak atsiri juga mengandung
gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karboksil sehingga kadar tinggi fenol
akan menyebabkan koagulasi protein dan membran sel bakteri. Serta bunga
mawar membuktikan juga dapat menjadi antijamur pada penelitian Diah
(2016) yaitu terhadap Candida albicans dikarenakan zat aktif yang
terkandung dalam ekstrak mawar merah berfungsi sebagai antiseptik dan
antifungi diantaranya zat tanin dan sitronellol, dimana zat tanin ini
merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol,
senyawa fenol yang ada pada tanin inilah yang mempunyai aksi antiseptik
dan antifungi (Andry, 2014).8
Angular chelitis adalah suatu lesi, terkadang disertai inflamasi yang
biasanya terlihat pada komisura labial yang merupakan infeksi gabungan
antara Staphylococcus, streptokokus -hemo-litikus, dan candida yang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


3

mengenai jaringan pada sudut mulut.9 Angular cheilitis dapat terjadi


unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya gejala. 10 Lesi
ini ditandai dengan adanya daerah segitiga yang kasar, eritema, fisur, pecah,
edema yang disertai rasa terbakar, nyeri, dan rasa kering pada sudut
mulut.11 Etiologi Angular chelitis bersifat multifaktorial, disebabkan oleh
infeksi Staphylococcus aureus, Candida albicans dan defisiensi nutrisi
seperti zat besi dan vitamin B12, serta akibat dari penggunaan gigi tiruan
yang salah sehingga menyebabkan dimensi vertikal oklusal rendah.
Penyebab lainnya dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti
membasahi bibir dengan saliva, menjilati sudut bibir, dan disfungsi dari
kelenjar saliva sehingga terjadi peningkatan abnormal dari sekresi
saliva.12,13
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti efek
dari ekstrak bunga mawar untuk digunakan sebagai alternatif penyembuhan
Angular cheilitis yang diuji pada tikus putih jantan galur Wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada efek ekstrak bunga mawar (Rose damascena Mill.)


terhadap penyembuhan Angular cheilitis pada tikus putih jantan
galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Staphylococcus aureus dan Candida albicans ?
2. Apakah ekstrak bunga mawar (Rose damascena Mill.) efektif
terhadap penyembuhan Angular cheilitis pada tikus putih jantan
galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Staphylococcus aureus ?
3. Apakah ekstrak bunga mawar (Rose damascena Mill.) efektif
terhadap penyembuhan Angular cheilitis pada tikus putih jantan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


4

galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi Candida


albicans ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui efek dari kandungan ekstrak bunga mawar (Rose


damascena Mill.) serta efek terhadap penyembuhan Angular cheilitis.

1.3.2 Tujuan khusus

1.Untuk mengetahui efek ekstrak bunga mawar (Rose damascena


Mill.) terhadap penyembuhan Angular cheilitis pada tikus putih
jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Staphylococcus aureus dan Candida albicans.
2.Untuk mengetahui efek ekstrak bunga mawar (Rose damascena
Mill.) dan gentamisin terhadap Angular cheilitis pada tikus putih
jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Staphylococcus aureus.
3. Untuk mengetahui efek ekstrak bunga mawar (Rose damascena
Mill.) dan mikonazol terhadap penyembuhan Angular cheilitis
pada tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang
diinduksi Candida albicans.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat umum

1. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai efek


ekstrak bunga mawar (Rose damascena Mill.) terhadap
penyembuhan Angular cheilitis.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


5

2. Hasil penelitian ini dari ekstrak bunga mawar (Rose damascena


Mill.) dapat menjadi alternatif penyembuhan luka pada Angular
cheilitis.

1.4.2 Manfaat khusus

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


mengenai manfaat ekstrak bunga mawar (Rose damascena Mill.)
terhadap penyembuhan Angular cheilitis pada tikus galur Wistar
jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi Staphylococcus aureus
dan Candida albicans.
2. Dapat menambah pengetahuan mengenai efek ekstrak bunga
mawar (Rose damascena Mill.) dan gentamisin terhadap Angular
cheilitis pada tikus putih jantan galur Wistar (Rattus norvegicus)
yang diinduksi Staphylococcus aureus.
3. Dapat menambah pengetahuan mengenai efek ekstrak bunga
mawar (Rose damascena Mill.) dan mikonazol terhadap
penyembuhan Angular cheilitis pada tikus putih jantan galur
Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi Candida albicans.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bunga Mawar (Rose Damascena Mill)


2.1.1 Deskripsi Bunga Mawar

Bunga mawar merupakan tanaman bunga hias dengan batang berduri,


banyak ditanam di taman dan paling banyak dijual di toko bunga sebagai
bunga potong ataupun bunga tabur. Bunga ini berharga karena keindahan dan
aromanya, serta bermanfaat dan memiliki banyak khasiat. Minyak maupun
ekstraknya sudah sejak dulu digunakan dalam produk sabun mandi, parfum,
lotion kulit, dan obat-obatan. Mawar hampir bisa ditemukan di semua Negara
di seluruh dunia, sehingga ia dijuluki sebagai “Ratu Segala Bunga (Queen of
Flower)”.5

Bunga mawar memiliki habitat bersemak tinggi mencapai ± 2 meter,


memiliki batang bulat, berkayu dan berduri serta memiliki daun berbentuk
lonjong,panjang 5-10 cm, lebar 1,5-2,5 cm, ujung runcing dan pertulangan
menyirip. Bunga mawar memiliki kelopak yang berbentuk lonceng dengan
panjang ±2,5 cm, benang sari bertangkai sepanjang ±0,7cm dengan kepala
sari berwarna kuning, bentuk putik bulat dengan panjang ±0,5 cm, berbau
harum serta berwarna merah. Buah dari bunga mawar berbentuk lonjong
berwarna hijau kemerahan dengan biji berwarna coklat, serta bunga mawar
memiliki akar tunggal.

Gambar 2.1. Tanaman Bunga Mawar

Sumber :http://www.pagiceria.com/wpcontent/uploads/2013/04/cara-
merawat- bunga-mawar.jpg

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


7

2.1.2 Taksonomi Mawar

Taksonomi mawar adalah sebagai berikut 17

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Rosanales

Famili : Rosaceae

Genus : Rosa

Spesies : Rosa damascena Mill.

2.1.3 Zat Aktif Mawar

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam bunga mawar di


antaranya tannin,geraniol, nerol, citronellol, asam geranik, terpene,
flavonoid, pektin polyphenol,vanillin, karotenoid, stearopten, farnesol,
eugenol, feniletilakohol, dan vitamin C. Dengan banyaknya kandungan
yang terdapat dalam bunga mawar merah,maka bunga mawar merah
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku obat, antara lain sebagai
pengobatan aromaterapi, anti kejang, anti kanker dan menyembuhkan luka.
2.1.3.1 Minyak Atsiri

Minyak mawar adalah minyak atsiri bunga mawar yang didapat dari
ekstraksi bunga mawar, terutama dari spesies Rose damascena Mill.
Minyak atsiri Mawar (Rose damascena Mill) memiliki bau yang agak
menyengat, aroma segar, memiliki warna kuning hingga merah. 18 Pada
tanaman mawar, minyak atsiri hanya terdapat dalam mahkota bunga.
Minyak mawar mengandung geraniol dan citronellol dengan konsentrasi
keduanya mencapai 75% dari minyak. Selain itu, juga terdapat linalool,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


8

citral dan phenyl ethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol, serta nonylic
aldehyde dalam jumlah sedikit.7 Minyak atsiri mawar yang diekstrak dari
bahan mahkota bunga berfungsi menjaga kelembaban kulit dan membantu
menyamarkan kerutan pada kulit. Efek emosional dari minyak atsiri mawar
adalah menenangkan, mengurangi depresi, stres, ketegangan,
mengendorkan saraf dan membantu mengatasi masalah insomnia. Minyak
atsiri mawar juga bermanfaat sebagai antiseptik, adstringen, bakterisidal,
diuretik, laksatif, dan sedatif.18,19,20 Dengan kandungan dari minyak atsiri
bunga mawar ini dapat bersifat sebagai :

a. Antijamur
Penelitian yang dilakukan Mohamed Shohayeb dkk (2014)
menunjukan hasil penelitian ekstrak mawar dan minyak esensial mawar
memiliki antiffungi yang signifikan terhadap Candida albicans.21,22
b. Anti Konvulsan
Minyak esensial dari mawar memiliki anti konvulsan dimana
sebagai tambahan dalam pengobatan epilepsi pada anak dengan refrakter
kejang menunjukkan penurunan frekuensi kejang yang signifikan.
Dilaporkan bahwa flavonoid bertindak Sebagai GABAergic di otak.
Flavonoid juga dapat meningkatkan efek benzodiazepine pada reseptor
GABA. Komponen lain dari minyak esensial Rose damascene Mill seperti
geraniol dan eugenol telah terbukti efek anti epilepsi.21

2.1.3.2 Flavonoid

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik yang banyak


terdapat pada jaringan tanaman. Senyawa fenol sebagai antibakteri dapat
meracuni protoplasma, merusak dan menembus dinding sel, serta
mengendapkan protein sel mikroba. Terjadinya kerusakan membran sel
bakteri mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan biosintesis enzim-enzim
spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme. Senyawa fenol juga
berperan aktif dalam mempercepat waktu penyembuhan luka terutama
sebagai antibakteri yang dapat mengatasi infeksi pada luka.19 Dengan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


9

adanya kandungan flavonoid dari bunga mawar ini sehingga dapat bersifat
sebagai :

a. Antibakteri
Ekstrak mawar mempunyai sifat antibakteri yang efektif terhadap
bakteri pathogen gram postif serta bakteri gram negatif. Penelitian yang
dilakukan oleh Mohamed Shohayeb dkk (2014) tentang antibakteri dan
antifungi Rose damascena Mill menyimpulkan bahwa ekstrak mawar
mempunyai antimikroba terhadap bakteri gram negative dan bakteri gram
positif serta jamur dimana dengan bakteri gram positif yang paling sensitif
adalah Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Streptococcus. Serta
bakteri gram negatif yang paling sensitif adalah Klebsriella pneumonia. 21

b. Antioksidan
Antioksidan merupakan subtansi yang menghambat proses
oksidasi oleh molekul oksigen. Antioksidan banyak terkandung di dalam
tanaman, salah satunya yaitu mawar yang memiliki antioksidan yang kuat.
Senyawa fenolik sebagai antioksidan yang efektif karena adanya kelompok
hidroksil fenolik. Serta dengan tiga glikosida flavonol dari ekstrak etanol
mawar yang mempunyai aktivitas antioksidan.21,23
c. Anti-inflamasi
Mawar juga terbukti memiliki anti-inflamasi. Dimana efek
penting ekstrak mawar ini secara signifikan mengurangi edema yang
mungkin bertindak dengan menghambat mediator dari inflamasi akut. 21
2.1.3.3 Ekstrak Metanol
Ekstrak metanol mawar secara signifikan dapat menurunkan
glukosa darah setelah pemuatan maltosa pada tikus normal dan diabetes
dalam dosis secara terpisah. Selain itu, ekstrak metanol menghambat
hiperglikemia postprandial mirip dengan acarbose. Telah ditemukan bahwa
Rose damascene Mill adalah penghambat potensial enzim α-glukosidase .
Oleh karena itu, efek antidiabetes dari tanaman ini dimediasi oleh
penghambatan α-glukosidase yang ditekan sebagai penyerapan karbohidrat
dari usus dan dapat mengurangi postprandial tingkat glukosa.21

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


10

2.1.4 Manfaat Bunga Mawar


Mawar selain sebagai tanaman hias yang cantik dan penuh pesona
daya tampilnya, juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama, dan
upacara kenegaraan. Di samping itu, bunga mawar bermanfaat sebagai
bahan makanan dan minuman, obat, pewangi, dan pengindah tata
lingkungan.6Bunga mawar sebagai bahan makanan atau minuman yang
sekaligus berkhasiat obat diantaranya telah dirintis sewaktu Perang Dunia
ke-II di Inggris, yakni dijadikan sumber vitamin C. Cerita versi lain
mengungkapkan bahwa para Tabib Cina memanfaatkan minyak bunga
mawar sebagai obat “Yin” yang berfungsi untuk menenangkan syaraf,
memperlancar sirkulasi darah, memperkuat otot dinding perut besar, dan
menyehatkan pembuluh kapiler. Ada anggapan pula bahwa minyak mawar
dapat meningkatkan jumlah sperma kaum laki-laki yang mengalami
impotensi, menormalkan siklus haid wanita, dan membersihkan lambung
atau usus yang kotor. bahkan suku Indian memanfaatkan ramuan dari
rebusan pucuk mawar liar untuk diminum seperti teh sebagai penyembuh
penyakit kencing nanah.6
Belum terungkap secara medis tentang zat apa yang menyebabkan
mawar berkhasiat obat. Meskipun demikian, pada skala penelitian di
Puslitbangtri untuk keperluan pengembangan usaha minyak atsiri, ternyata
minyak mawar (Rose oil) mengandung phenyl ethyl alcohol, geraniol,
nerol, dan citronellol. Kandungan senyawa ini merupakan bahan parfum
yang harum.6 Dalam kehidupan sehari-hari tanaman mawar dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah:6 Sebagai tanaman hias di
taman atau halaman terbuka, sebagai tanaman hias dalam pot pengindah
dan penyemarak ruang tamu ataupun koridor, dijadikan bunga tabur pada
upacara kenegaraan atau tradisi ritual. Di Thailand bunga mawar digunakan
sebagai penghias Pagoda ataupun upacara keagamaan dan diekstraksi
minyaknya sebagai bahan parfum atau obat-obatan. Manfaat minyak atsiri
memang sangat besar, baik untuk kepentingan di bidang kecantikan dan
kesehatan, makanan, maupun industri lainnya.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


11

a. Farmasi dan Kesehatan


Kandungan ekstrak bunga mawar memiliki efek menenangkan.
Senyawa ekstrak bunga mawar yang masuk ke dalam tubuh dapat
mempengaruhi sistem limbik atau pengatur emosi. Ekstrak bunga mawar
yang tercium oleh hidung akan berikatan dengan reseptor penangkap
aroma. Setelah itu, reseptor akan mengirim sinyal-sinyal kimiawi ke otak
dan akan mengatur emosi seseorang. Dengan membangkitkan semangat,
tubuh terdorong untuk menyembuhkan diri sendiri.25
Menurut Dr. Erliza Hambali, bunga mawar juga bersifat
menenangkan apabila dikombinasikan dengan pijatan yang berefek
relaksasi, pijatan berguna untuk melenturkan otot dan melancarkan
pembuluh darah, sehingga tubuh kembali segar dan senyawa minyak
atsiri masuk dalam pembuluh darah melalui pembuluh yang terdapat di
sepanjang epidermis dan dermis kulit kemudian sistem sirkulasi
mendistribusikan molekul-molekul itu ke seluruh tubuh. Selain memiliki
aroma yang menenangkan, minyak atsiri juga memilki manfaat untuk
kesehatan, seperti antiradang ,antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-
inflamasi, antidepresi dan dekongestan.25,26

b. Memiliki Aroma Wangi


Wangi yang dihasilkan oleh ekstrak bunga mawar banyak
dimanfaatkan sebagai campuran wewangian atau parfum. Tidak hanya
sebagai sumber wangi, minyak atsiri juga berperan sebagai pengikat bau.
Efek wewangian yang berasal dari minyak atsiri juga digunakan untuk
beberapa produk seperti sabun, shampo, lation, deodorant, pembersih,
penyegar dan tonik rambut. Selain itu, minyak atsiri dapat digunakan
sebagai pengharum ruangan dan penyaring udara. Pasalnya minyak atsiri
mampu menghilangkan partikel logam racun dari udara, mengikat
oksigen, dan menambahkan ion negatif.25
c. Bahan Tambahan Makanan
Dalam pembuatan makanan, minyak atsiri juga memiliki peranan
yang cukup penting. Minyak atsiri berguna sebagai penambah aroma dan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


12

rasa, khususnya untuk makanan olahan. Selain itu, minyak atsiri dapat
menambah cita rasa makanan.25
d. Pestisida Alami
Dalam budidaya pertanian, beberapa wangi yang dihasilkan oleh
minyak atsiri tidak disukai oleh serangga dan hama pengganggu tanaman.
Oleh karena itu, banyak petani yang menggunakan minyak atsiri untuk
membasmi serangga. Misalnya, petani sering menggunakan minyak akar
wangi sebagai pembasmi rayap.25

2.2 Angular cheilitis

2.2.1 Deskripsi Angular cheilitis

Angular chelitis adalah peradangan yang biasanya terlihat pada


komisura labial yang merupakan infeksi gabungan antara stafilokokus,
streptokokus -hemo-litikus, dan candida yang mengenai jaringan lunak di
sudut mulut.27 Angular cheilitis juga disebut perlece, cheilosis atau
stomatitis angular merupakan suatu lesi, terkadang disertai inflamasi pada
commisura labial yang terjadi unilateral maupun bilateral, dengan nyeri
atau tanpa adanya gejala.28 Angular chelitis merupakan kondisi yang relatif
umum terjadi, sekitar 0,7-3,8% dari lesi mukosa mulut pada orang dewasa
dan sekitar 0,2-15,1% pada anak-anak.27 Prevalensi terjadinya Angular
cheilitis menurut beberapa penelitian menunjukkan angka yang cukup
tinggi. 27

Gambar 2.2 Angular cheilitis


Sumber : https://healthywildandfree.com/wp-
content/uploads/2017/03/Angular-cheilitis.jpg

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


13

2.2.2 Gambaran Klinis

Secara klinis keadaan Angular cheilitis ditandai dengan adanya fisur


yang terasa sakit pada sudut mulut. Kadang-kadang hanya ada satu fisur,
tetapi yang paling sering tampak beberapa fisur kecil. 27 Lesi tersebut
ditandai dengan adanya daerah segitiga yang kasar, eritema, fisur, pecah,
edema yang disertai rasa terbakar, nyeri, dan rasa kering pada sudut
mulut.30 Lesi tersebut biasanya terjadi hanya pada mukosa bibir tetapi pada
beberapa kasus, lesi dapat meluas hingga ke vermillion border atau tepi
pada sudut bibir yang menyatu dengan kulit.28

2.2.3 Etiologi

Angular cheilitis disebabkan oleh multifaktor dengan faktor pemicu


lokal dan sistemik, beberapa diantaranya adalah:

2.2.3.1 Infeksi bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus menjadi mikroorganisme yang paling


banyak dijumpai dengan 33,3% pada kasus Angular cheilitis.31

2.2.3.1.1 Deksripsi Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus berasal dari kata “Staphele” yang berarti


kumpulan dari anggur dan kata “Aureus” dalam bahasa Latin yang berarti
emas.Nama tersebut diberikan berdasarkan atas bentuk sel bakteri tersebut
jika dilihat di bawah mikroskop dan warna keemasan yang terbentuk jika
bakteri tersebut ditumbuhkan dalam suatu media pertumbuhan
Staphylococcus aureus menginfeksi manusia terutama pada membran
mukosa daerah nasal, saluran pernafasan bagian atas dan saluran
pencernaan. Sifat khas infeksi Staphylococcus aureus yang bersifat patogen
adalah peradangan lokal seperti abses.29

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


14

2.2.3.1.2 Morfologi Staphylococcus aureus

Gambar 2.3 Staphylococcus aureus


Sumber:http://www.healthhype.com/wp-
content/uploads/staphylococcus_aureus_electron_microscope.jpg

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang


berbentuk bulat dengan ukuran 1 μm dan tersusun dalam kelompok yang
tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya
terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakkan cair
terdapat secara terpisah atau tunggal, berpasangan berbentuk tetra yang
berjumlah 4 sel, berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua. 29

2.2.3.2 Infeksi jamur Candida albicans

Dalam kebanyakan kasus, infeksi Candida albicans menjadi


penyebab pada Angular cheilitis.Berdasarkan gambaran mikroskopis,
Permukaan epitel menunjukkan area ulserasi yang bergantian dengan focal
hyperkeratosis.Candida yang berbentuk hifa terkumpul di dalam lapisan
superfisial. Jaringan ikat yg terletak di bawah fibrosa menampilkan subakut
atau infiltrasi sel radang kronis.28

2.2.3.2.1 Deksripsi Candida albicans

Infeksi candida pertama kali diperoleh di dalam mulut sebagai


thrush yang dilaporkan oleh Francois Valleix pada tahun 1836. Pada tahun
1839, Langerbach menemukan jamur penyebab trush, kemudian Berhout
pada tahun 1923 memberi nama organisme tersebut candida. Sebanyak 70%
infeksi candida pada manusia disebabkan oleh Candida albicans.Sumber
utama infeksi candida adalah flora normal dalam tubuh pada seseorang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


15

dengan sistem imun yang menurun.Sumber infeksi candida dapat juga


berasal dari luar tubuh, contohnya pada bayi baru lahir mendapat candida
dari vagina ibunya. 30

2.2.3.2.2 Morfologi Candida albicans

Gambar 2.4 Candida albicans


Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1935/09E01452.pdf;jsessionid=C6
FE5ABE446E0729AF8533C289EF6D2F?sequence=1
Identifikasi candida pada sediaan apus eksudat tampak sebagai ragi
lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, berukuran 2-3 x 4-6
μm, yang memanjang menyerupai hifa (pseudohifa). Candida membentuk
pseudohifa ketika tunas-tunas terus tumbuh tetapi gagal untuk melepaskan
diri, sehingga menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit
atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel. Candida albicans bersifat
dimorfik, selain ragi dan pseudohifa, ia juga bisa menghasilkan hifa
sejati.Setelah inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu
370C, sel-sel ragi Candida albicans akan mulai membentuk hifa sejati atau
tabung benih dan pada media yang kekurangan nutrisi Candida albicans
menghasilkan chlamydospora bulat dan besar. Disebut chlamydospora
karena sporanya berasal dari perkembangan hifa. Candida albicans
meragikan glukosa dan maltose; menghasilkan asam dan gas; asam dari
sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa.Peragian karbohidrat tersebut,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


16

bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi, membedakan Candida


albicans dari spesies candida lainnya. 30

2.2.3.3 Defisiensi Nutrisi


Penelitian yang dilakukan oleh Citra dkk (2013) menunjukkan
tingginya frekuensi anak yang mengalami Angular cheilitis dengan status
gizi dibawah normal dan sangat kurus yang disebabkan oleh faktor etiologi
utama Angular cheilitis pada masa anak-anak ialah defisiensi
nutrisi.Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan menurunnya sistem imun anak
sehingga mudah terserang virus dan bakteri.27Manifestasi oral dari
defisiensi riboflavin yang paling sering terjadi adalah Angular cheilitis.31
Defisiensi nutrisi seperti vitamin B12 dan manifestasi anemia yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi juga dapat menjadi penyebab terjadinya
Angular cheilitis.32

2.2.3.4 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi Angular cheilitis adalah sudut bibir yang dalam


dan selalu lembab karena saliva dan berkurangnya dimensi vertikal oklusal.
Angular cheilitis merupakan fisur di sudut bibir yang terkenal di antara
pemakai gigi tiruan karena merupakan salah satu kelainan akibat pemakaian
gigi tiruan yang tidak baik.32 30% pasien yang mengalami denture
stomatitis juga memiliki Angular cheilitis, hal tersebut hanya
mempengaruhi 10% pada pemakai gigi tiruan tanpa mengalami denture
stomatitis. Kulit yang kering juga dapat memicu perkembangan fisur di
komisura yang diikuti dengan invasi mikroorganisme.30

2.2.4 Patogenesis

Infeksi jamur Candida albicans merupakan salah satu penyebab


yang sering terjadi pada kasus Angular cheilitis.Untuk menyerang lapisan
mukosa, mikroorgansime harus menempel pada permukaan epitel.Oleh
karena itu, strain dari Candida dengan potensi adesi yang lebih baik, lebih
patogen daripada strain dengan adesi yang lebih buruk. Penetrasi ragi dari

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


17

sel epitel difasilitasi oleh produksi lipase, dan agar ragi dapat tetap berada
di epitelium, mereka harus mengatasi deskuamasi konstan sel epitel
permukaan. Ada hubungan yang jelas antara kandidiasis oral dan pengaruh
faktor predisposisi lokal dan umum. Faktor predisposisi yang lokal dapat
mempercepat pertumbuhan Candida atau mempengaruhi respon imun
mukosa mulut.30 Setelah terjadi invasi mikroorganisme dan dapat dipicu
oleh factor predisposisi, tahap awal Angular cheilitis dapat ditandai dengan
perkembangan penebalan yang berwarna abu-abu putih dan berbatas
eritema yang terlihat di sudut mulut. Gambaran klinis yang biasa terjadi
adalah area eritema atau kemerahan yang berbentuk segitiga, edema atau
pembengkakan dan maserasi di kedua sudut mulut. Biasanya lesi
memberikan gejala klinis seperti rasa sakit, nyeri, pruritus atau gatal dan
rasa terbakar atau lecet di tahap selanjutnya.33
2.2.5 Perawatan
Terapi Angular cheilitis didasarkan pada faktor penyebabnya. Jika
penyebabnya karena faktor predisposisi seperti pada penggunaan gigi tiruan
dengan dimensi vertikal rendah maka kita memperbaiki dimensi vertikal
tersebut selanjutnya mengobati infeksi luka oleh karena Candida albicans
dan Staphyloccocus aureus dengan pilihan perawatan efektif yang paling
sering digunakan. Pengobatan topikal dengan gentamisin dan mikonazol,
pemberian secara topikal diaplikasikan di sudut mulut. 32,33

2.3 Penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi


jaringan yang rusak. 34 Efek yang ditimbulkan akibat luka sangat bervariasi,
diikuti timbulnya respon dari saraf simpatis yang menyebabkan perubahan
fisiologis secara cepat, terjadinya proses pendarahan yang diikuti dengan
hemostasis, timbulnya infeksi akibat kontaminasi bakteri pada daerah luka,
kematian sel dan jaringan. Variasi tersebut sangat tergantung pada beberapa
faktor, diantaranya kebersihan atau aseptis di daerah luka dan penanganan
pasca terjadinya luka. Hal tersebut memegang peranan yang sangat penting

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


18

dalam upaya mencegah meningkatnya keparahan luka dan mempercepat


proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri atas tahap
inflamasi, proliferasi, dan maturasi, dijelaskan sebagai berikut:35
2.3.1 Reaksi Inflammasi
Definisi radang ialah reaksi pertahanan jaringan hidup terhadap
semua bentuk luka dengan melibatkan fungsi darah dan pembuluh darah,
saraf, limfa, cairan serta sel-sel di sekitar luka. Proses ini akan
memusnahkan, melarutkan atau membatasi agen-agen penyebab infeksi
sekaligus merintis jalan untuk proses perbaikan atau pemulihan terhadap
jaringan yang rusak. Infeksi ialah masuknya sejumlah mikroorganisme
patogen pada daerah luka terutama pada luka yang terbuka sehingga
menimbulkan akibat yang lebih buruk. Kemal (1988) dan Robbins (1992)
menjelaskan tahapan reaksi radang sebagai berikut:
a. Infeksi, merupakan proses masuknya sejumlah mikroorganisme
patogen ke daerah luka dengan demikian keadaan luka menjadi
aseptis. Sejumlah mikroorganisme patogen tersebut akan memasuki
jaringan melalui daerah yang terbuka akibat luka.
b. Reaksi Sistem Komplemen, Glikoprotein permukaan sel
mikroorganisme yang masuk ke daerah luka akan mengaktifkan
serangkaian sistem komplemen yang berakibat: Diproduksinya
opsonin yang akan melekatkan mikroorganisme dengan leukosit
sehingga mempermudah proses fagositosis, dilepaskan histamin
oleh mastosit (mast cell) yang menyebabkan vasodilatasi kapiler
serta meningkatkan permeabilitas membran kapiler terhadap
protein, akibatrya sejumlah protein plasma dan leukosit akan keluar
dari kapiler darah, diproduksinya chemotaxin yang akan menarik
leukosit menuju daerah infeksi dan dihasilkannya kinin yang
memiliki fungsi seperti histamin tetapi mampu merangsang ujung-
ujung reseptor saraf atau reseptor rasa sakit dan gatal serta
mengaktifkan suatu reaksi tertentu yang akan menimbulkan lubang-
lubang pada membran sel mikroorganisme sehingga menyebabkan
kematian mikroorganisme.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


19

Selain itu, mikroorganisme yang masuk ke daerah luka akan


memproduksi pyrogeneksogen yang akan merangsang monosit dan
makrofag lain untuk menghasilkan pyrogenendogen. Senyawa ini
akan merangsang hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E2
yang akan menghidupkan thermostat di hipotalamus pada suhu yang
lebih tinggi, dengan demikian muncul reaksi demam.Vasodilatasi
akan meningkatkan jumlah darah ke daerah luka dan sekitarnya
untuk mensuplai nutrisi bagi sel dan makrofag yang ada di daerah
tersebut, selain itu tambahan darah akan berfungsi untuk
mengangkut zat-zat racun yang dihasilkan bakteri serta jaringan
yang mati. Oleh karena itu daerah sekitar luka berwarna merah.
Peningkatan permeabilitas membran kapiler oleh histamin yang
berlangsung antara 15-30 menit atau bahkan sampai dengan 1 jam
setelah terjadi infeksi akan meningkatkan jumlah protein plasma
yang keluar dari kapiler menuju ruang interstitial. Hal ini berakibat
terjadinya peningkatan tekanan osmosis sekitar luka sehingga air
masuk, dengan demikian daerah sekita luka menjadi bengkak yang
disebut juga dengan edema. Rasa sakit di sekitar luka ditimbulkan
oleh, luka yang langsung merangsang ujung-ujung saraf sensoris,
tekanan dari edema, racun bakteri yang merangsang serabut saraf,
kinin yang merangsang ujung-ujung saraf sensoris dan prostaglandin
yang menambah rasa sakit. Akibat adanya rasa sakit dan bengkak
pada daerah sekitar luka maka fungsi organ di sekitar luka pun
menjadi terganggu. Sebagai contoh, bila ada luka yang terinfeksi di
telapak kaki maka fungsi kaki pada umumnya akan terganggu.
c. Pergerakan fagosit, kemotaksin yang diproduksi komplemen di
sekitar luka akan menuntun leukosit terutama neutrofil dan monosit
untuk berdiapedesis ke daerah luka. Di samping itu, daerah luka
akan memproduksi leukocytosis promoting factor (LPF) yang akan
merangsang sum-sum tulang untuk terus memproduksi neutrofil.
Pada awal proses peradangan yaitu 30 menit sampai dengan 1 jam,
neutrofil akan melakukan fagositosis dengan cepat dan selanjutnya

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


20

mati akibat kehadiran beberapa mikroorganisme yang memiliki


virulensi lebih tinggi dari neutrofil. Neutrofil juga menghasilkan
defensing, suatu zat yang mampu membunuh bakteri, jamur, dan
virus.Pada tahap berikutnya monosit yang telah sampai ke daerah
luka akan berubah menjadi makrofag dan menggantikan kedudukan
neutrofil untuk melakukan fagositosis. Monosit memiliki ukuran
yang lebih besar serta kemampuan fagositosis yang lebih tinggi
dibanding neutrofil sehingga lebih banyak mikroorganisme yang
dibunuh.Tahap inflamasi ini dapat berlangsung antara 1-4 hari
tergantung dari besarnya luka serta tingkat kontaminasi
mikroorganisme atau tingkat infeksi yang terjadi pada luka tersebut.
2.3.2 Tahap Proliferasi
Tahap proliferasi ini segera berlangsung hampir bersamaan dengan
proses hemostasis regenerasi sel saraf. Sel epitel kulit bagian basal akan
bermitosis dan selanjutnya sel anak akan bermigrasi menyeberangi daerah
luka untuk menyambungkan permukaan luka. Hal tersebut berlangsung
antara 24-48 jam setelah terjadi luka dan sangat tergantung dari luas
permukaan luka. Proses migrasi sel-sel epitel kulit tersebut juga
ditingkatkan oleh aktivitas hiperplastik dari sum-sum tulang.Selanjutnya
jaringan fibroblast akan bermitosis dan membentuk kerangka atau kisi-kisi
dari migrasi sel. Sel epitel akan membentuk tunas di ujung luka yang akan
berkembang menjadi kapiler untuk mendistribusikan sumber makanan bagi
jaringan baru yang berbentuk granul.
Fibroblast akan memulai sintesis kolagen yang akan menggantikan
jaringan ikat di daerah luka. Selain itu, fibroblast juga akan membentuk
mukopolisakarida. Setelah 2-4 minggu, rantai asam amino tertentu
disintesis membentuk serat-serat yang memiliki panjang dan diameter
tertentu dan membentuk bundel yang memiliki pola yang tetap. Sintesis
kolagen ini akan menurunkan jumlah kapiler makanan.Akhirnya sintesis
kolagen menurun sehingga jumlah kolagen yang dibentuk akan sebanding
dengan jumlah kolagen yang dihancurkan sehingga setelah 2 minggu
diameter luka akan mengecil sebanyak 3-5% dari lebar luka semula dan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


21

pada akhir bulan pertama lebar luka akan direduksi 35-65% tetapi tidak
pernah lebih dari 80% dari lebar luka semula.
2.3.3 Tahap Maturasi
Setelah 3 minggu dari terjadinya luka, fibroblas yang telah menjadi
kolagen akan mulai terlepas meninggalkan luka. Bekas luka akan terlihat
masih besar sampai serabut kolagen membentuk posisi yang lebih ketat
yang akan mereduksi bekas luka tetapi memperkuat penutupan luka itu
sendiri.Kekuatan maksimum yang dibentuk kolagen akan terjadi setelah 10
sampai 12 minggu tetapi tidak pernah mencapai kekuatan jaringan semula
sebelum terjadinya luka. Selain itu, akibat adanya serat kolagen pengganti
jaringan yang rusak di daerah luka, maka gambaran daerah tersebut juga
tidak akan bisa seperti semula sebab arah dan susunan serat kolagen tidak
sama dengan jaringan semula. Hal tersebut akan meninggalkan bekas luka
yang dikenal dengan jaringan parut. Penggantian jaringan yang rusak bukan
hanya terjadi pada kulit tetapi juga terjadi pada jaringan otot yang ikut
robek, dengan demikian pada bagian tersebut akan terdapat sejumlah
jaringan parut yang menggantikan posisi sebagian jaringan otot.
Remodeling bercirikan keseimbangan antara proses pembentukan dan
degradasi kolagen. Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin
myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan
kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling
kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks
metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Pada
masa 3 minggu penyembuhan, luka akan mendapatkan kembali 20%
kekuatan jaringan normal.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


22

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

 Dimensi
Infeksi Faktor
Staphylococcus
Infeksi Candida Defisiensi
Predisposisi vertical
albicans Nutrisi
aureus oklusal
rendah
 Kebiasaan
buruk
 Hipersalivasi
Radang

Angular cheilitis

Perawatan

Obat Kimia Obat Herbal

Gentamisin Mikonazol Ekstrak Bunga Mawar

Antibakteri Antijamur Minyak Atsiri

Flavonoid

Asam Fenolik

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


23

Antibakteri Antijamur Anti-inflamasi Anti-diabetes Antioksidan Anti-konvulsan

Penyembuhan Angular cheilitis (Panjang Luka, Eritema dan


Waktu)

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidakditeliti

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


24

3.2 KerangkaKonsep

FaktorPredisposisi:

InfeksiS. InfeksiC. -Dimensi vertical


DefisiensiN
oklusal rendah Ekstrak Mawar
utrisi aureus albicans -Kebiasaan buruk
-Hipersalivasi

Minyak
atsiri

Luka
Flavonoid

Inflamasi

Antibakteri
Panjang luka

Angular cheilitis
Waktu terjadinya Antijamur

Antiinflamasi

Penyembuhan lesi

Histologis Klinis

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


25

Fibroblas Ukuranluka

Kolagen Eritema

Neutrofil Waktu

Keterangan:
Variabel diteliti Variabel dependen
Variabel tidak Variabel independen
diteliti Variabel antara
Varibel kendali

3.3 Hipotesis

Ekstrak mawar mempunyai efek terhadap penyembuhan dengan


tertutupnya luka infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
Candida albicans.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


26

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian dan desain penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental murni (true
experimental laboratorium) dengan desain penelitian posttest only control group
design.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin dan Laboratorium Biologi Fakultas MIPA UNM.

4.3 Sampel penelitian


Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur
Wistar (Rattusnovergicus) yang akan diinduksi Staphylococcus aureus dan
Candida albicans.

4.4 Metode sampling


Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah simple random
sampling

4.5 Besar sampel


Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus banyak sampel menurut Federer, yaitu:
(t – 1)(n – 1) ≥ 15
(4-1)(n – 1) ≥ 15
3(n – 1) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
3n ≥ 18
n≥6
Keterangan:
t = Jumlah kelompok perlakuan
n = Jumlah sampel tiap kelompok

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


27

Berdasarkan perhitungan di atas, total sampel yang akan digunakan pada


penelitian ini adalah 24 ekor tikus putih jantan galur Wistar, dengan 6 ekor tikus
putih pada tiap kelompok perlakuan.

4.6 Kriteria sampel


Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan criteria inklusi
dan eksklusi yang ditetapkan.

4.6.1 Kriteria inklusi


1. Tikus putih jantan galur Wistar
2. Sehat
3. Berat badan 150-250 gram
4. Usia 2-3 bulan

4.6.2 Kriteria eksklusi


1. Tikus putih yang tidak dapat beradaptasi (seperti tidak mau makan, dll.)
2. Tikus putih yang sakit selama proses adaptasi
3. Tikus putih yang mati selama proses adaptasi

4.7 VariabelPenelitian
1. Variabel sebab (independen) : Ekstrak bunga mawar
2. Variabel akibat (dependen) : Panjang luka, eritema dan waktu
penyembuhan luka
3. Variabel antara : Antibakteri, antijamur,anti-inflamasi

4.8 Definisi operasional prosedur


1. Ekstrak mawar merupakan tanaman yang bagian kelopak bunga yang mekar
diambil lalu diekstrak dengan metode maserasi dalam pelarut etanol dengan
konsentrasi 70% kemudian diuapkan menggunakan rotavapor untuk
mendapatkan ekstrak kental.
2. Penyembuhan angular cheilitis ditandai dengan:

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


28

a. Pengukuran panjang luka angular cheilitis adalah pada hari ke-1 sampai
hari ke-7 setelah diberi pengobatan. Panjang luka angular cheilitis diukur
pada sisi kiri sudut mulut tikus.
Cara ukur : Ukuran panjang luka angular cheilitis
Alat ukur : Menggunakan jangka dan penggaris
Skala ukur : Numerik
b. Ada atau tidak eritema pada sekitar angular cheilitis yang dicatat pada
hari ke-1 sampai hari ke-7setelah diberi pengobatan.
Cara ukur : Ada atau tidak eritema
Alat ukur : Observasi langsung
Skala ukur : Kategorik
3. Induksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans dilakukan setelah
dibuat luka pada sisi kiri sudut mulut tikus Wistar dengan menggunakan ose
bulat yang steril.

4.9 Kriteria penelitian


Penyembuhan angular cheilitis pada tikus putih akan diukur panjang lukanya
dalam satuan panjang (mm) dan dilihat ada atau tidaknya eritema. Bahan
dikatakan efektif apabila dapat mempercepat penutupan luka yang akan ditinjau
pada hari yang telah ditentukan.

4.10 Alat dan bahan


4.10.1 Alat
1. Pinset
2. Jangka
3. Penggaris
4. Kandang tikus putih
5. Toples
6. Ose bulat
7. Cotton buds

4.10.2 Bahan
1. Handschoen dan masker

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


29

2. Makanan dan minuman tikus putih


3. Ekstrak mawar
4. Etanol 70%
5. Inokulum Staphylococcus aureus
6. Inokulum Candida albicans
7. Kapas
8. Salep mikonazol 2%
9. Salep gentamisin 0,1%
10. Lidocain

4.11 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan skala
numeric rasio dengan penyajian data dalam bentuk table dan uraian.

4.12 Analisis data


Data dari hasil penelitian ini akan dianalisis dengan aplikasi software
Statistikal Package Social Science (SPSS) 22.0 dengan menggunakan uji
Repeated ANOVA yang diawali dengan Uji Friedman. Apabila nilai yang didapat
signifikan (p<0,05) maka dilakukan dengan uji beda lanjut (post-hoc test) berupa
uji Mann Whitney.

4.13 Etika Penelitian


Dengan nomor persetujuan etik penelitian UH 17120086 dari Universitas
Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Komite Etik
Penelitian Kesehatan.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


30

4.14 Alur penelitian

Simplisia mawar

Ekstrak mawar

Adaptasi tikus putih jantan


galur Wistar

Pembuatan luka pada sudut mulut tikus putih

Luka pada tikus putih diinduksi dengan Staphylococcus aureus dan Candida albicans

K1 K2
K3 K4
Diinduksi Diinduksi
DiinduksiCandida Diinduksi Candida
Staphylococcus Staphylococcus
albicans, albicans,
aureus, aureus,
Menggunakan ekstrak Menggunakan
Menggunakan ekstrak Menggunakan
bunga mawar mikonazol
bunga mawar gentamisin

Penyembuhan Angular Cheilitis (Panjang Luka,


Eritema dan Waktu)

Pengolahan data

Hasil

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


31

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tikus jantan galur


Wistar, diperoleh rata-rata panjang luka dari angular cheilitis tikus putih jantan
galur Wistar pada kelompok perlakuan yaitu kelompok pertama diinduksi
Staphylococcus aureus dengan menggunakan ekstrak bunga mawar, kelompok
kedua diinduksi Staphylococcus aureus dengan menggunakan gentamisin sebagai
bahan untuk kontrol positif, kelompok ketiga diinduksi Candida albicans dengan
menggunakan ekstrak bunga mawar, dan kelompok keempat diinduksi Candida
albicans dengan menggunakan mikonazol sebagai bahan untuk kontrol positif
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Rerata panjang luka Angular cheilitis

Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7


KP
mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD
1 3.10±0.32 1.55±0.51 0.32±0.72 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
2 2.93±0.52 1.76±0.32 0.30±0.38 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
3 3.42±0.46 2.05±0.58 0.38±0.44 0.08±0.20 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
4 3.15±0.86 2.43±0.81 0.90±1.06 0.16±0.39 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

Berdasarkan Tabel 5.1, semua hewan coba dari setiap kelompok perlakuan
mengalami perubahan yang menunjukkan panjang luka angular cheilitis yang
berkurang dari hari ke hari. Kelompok ketiga yang diinduksi Candida albicans
menggunakan ekstrak bunga mawar memiliki rata rata (berturut-turut setiap harinya)
3.42±0.46, 2.05±0.58, 0.38±0.44, 0.08±0.20 yang merupakan kelompok dengan penurunan
paling besar bila dibandingkan seluruh kelompok perlakuan. Disusul kelompok
pertama yang diinduksi dengan Staphylococcus aureus dan menggunakan ekstrak
bunga mawar memiliki rata-rata berturut-turut setiap harinya 3.10±0.32, 1.55±0.51,
0.32±0.72 dengan penurunan lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol kedua yang diinduksi Staphylococcus aureus menggunakan gentamisin.
Selanjutnya rata-rata panjang ukuran luka angular cheilitis juga dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut:

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


32

Grafik 5.1Rerata Panjang Luka


Panjang Luka
4
3,5
3
Panjang Luka

2,5
2
1,5
1
0,5
0
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Kelompok 1 3,1 1,55 0,32 0 0 0 0 0
Kelompok 2 2,93 1,76 0,3 0 0 0 0 0
Kelompok 3 3,42 2,05 0,38 0,08 0 0 0 0
Kelompok 4 3,15 2,43 0,9 0,16 0 0 0 0

Berdasarkan Grafik 5.1, kurva terlihat mengalami penurunan pada semua


kelompok mulai dari hari ke-0 hingga ke-7. Kurva kelompok ketiga yang
diinduksi Candida albicans menggunakan ekstrak bunga mawar memiliki rata-
rata penurunan panjang luka yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok
lainnya, kemudian disusul dengan kelompok pertama yang diinduksi
Staphylococcus aureus menggunakan ekstrak bunga mawar. Dengan adanya
penurunan, secara deskriptif dari ekstrak bunga mawar apabila diinduksi dengan
Staphylococcus aureus dan Candida albicans, memiliki pengaruh terhadap
penyembuhan angular cheilitis.
Uji statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari
perlakuan pada sampel. Berikut adalah hasil uji Fredman.

Tabel 5.2 Rerata panjang luka Angular cheilitis dengan Uji Friedman
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Nilai
KP
mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD p
1 3.10±0.32 1.55±0.51 0.32±0.72 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.002
2 2.93±0.52 1.76±0.32 0.30±0.38 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.000
3 3.42±0.46 2.05±0.58 0.38±0.44 0.08±0.20 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.001
4 3.15±0.86 2.43±0.81 0.90±1.06 0.16±0.39 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.001
* Uji Friedman
Dilakukan uji statistik non-parametrik Friedman dari data yang diperoleh
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan panjang luka dari setiap kelompok
perlakuan pada setiap hari pengamatan. Tabel diatas menunjukkan penutupan luka

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


33

pada hari 0 sampai hari 7. Pada kelompok pertama panjang luka 3.10 mm dan
pada hari ketiga sudah terjadi penutupan luka, dari hasil uji statistik diperoleh nilai
p (0.002) < 0.05 mm yang berarti ada perubahan yang signifikan pada panjang
luka mulai dari Hari 0 sampai Hari 7. Pada kelompok kedua, panjang luka
2.93mm dan pada hari ketiga sudah terjadi penutupan luka, dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0.000) < 0.05 yang berarti ada perubahan yang signifikan pada
panjang luka mulai dari Hari 0 sampai Hari 7. Kelompok ketiga, panjang luka
3.42 mm dan terjadi penutupan luka pada hari keempat, dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0.001) < 0.05 yang berarti ada perubahan yang signifikan pada
panjang luka mulai dari Hari 0 sampai Hari 7. Sedangkan kelompok keempat,
panjang luka 3.15 dan sembuh pada hari keempat, dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p (0.001) < 0.05 yang berarti ada perubahan yang signifikan pada panjang
luka mulai dari Hari 0 sampai Hari 7.
Selanjutnya untuk melihat kelompok perlakuan yang memiliki efek yang
sama atau berbeda antara satu dengan yang lainnya dilakukan uji Mann Whitney.

Tabel 5.3 Rerata panjang luka Angular cheilitis dengan Uji Mann Whitney
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
KP
mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD
1 3.10±0.32 1.55±0.51 0.32±0.72 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
2 2.93±0.52 1.76±0.32 0.30±0.38 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
Nilai
0.626 0.291 0.629 - - - - -
p

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney kelompok pertama dan kedua


menunjukkan perbandingan panjang luka antara kelompok satu dan kelompok
kedua. Pada hari 0, panjang luka pada kelompok satu adalah 3.10 mm dan pada
kelompok 2 adalah 2.93 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.626) > 0.05
yang berarti tidak signifikan perbedaan panjang luka antara kelompok satu dan
kedua pada hari 0. Pada hari 1, panjang luka pada kelompok satu adalah 1.55 mm
dan pada kelompok kedua adalah 1.76 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
(0.291) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok
satu dan kedua pada hari 1. Pada hari 2, panjang luka pada kelompok satu adalah
0.32 mm dan pada kelompok kedua adalah 0.30 mm, dari hasil uji statistik

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


34

diperoleh nilai p (0.629) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan panjang luka
antara kelompok satu dan kedua pada hari 2.

Tabel 5.4 Rerata panjang luka Angular Cheilitis dan Hasil Uji Mann Whitney
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
KP
mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD
1 3.10±0.32 1.55±0.51 0.32±0.72 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
3 3.42±0.46 2.05±0.58 0.38±0.44 0.08±0.20 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
Nilai
0.144 0.144 0.526 0.361 - - - -
p

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney kelompok pertama dan ketiga


menunjukkan perbandingan panjang luka antara kelompok pertama dan kelompok
ketiga. Pada hari 0, panjang luka pada kelompok 1 adalah 3.10 mm dan pada
kelompok 3 adalah 3.42 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.144) > 0.05
yang berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari
0. Pada hari 1, panjang luka pada kelompok 1 adalah 1.55 mm dan pada kelompok
3 adalah 2.05 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.144) > 0.05 yang
berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari 1.
Pada hari 2, panjang luka pada kelompok 1 adalah 0.32 mm dan pada kelompok 3
adalah 0.38 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.526) > 0.05 yang
berarti tidak signifikan perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari
2. Pada hari 3, pada kelompok 1 sudah sembuh dan pada kelompok 3 adalah 0.08
mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.361) > 0.05 yang berarti tidak ada
perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari 3.

Tabel 5.5 Rata-rata panjang luka Angular Cheilitis dengan Uji Mann Whitney
Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
KP
mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD

3 3.42±0.46 2.05±0.58 0.38±0.44 0.08±0.20 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00


4 3.15±0.86 2.43±0.81 0.90±1.06 0.16±0.39 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00
Nilai
0.200 0.423 0.406 0.902 - - - -
p

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


35

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney kelompok ketiga dan keempat


menunjukkan perbandingan panjang luka antara kelompok 3 dan kelompok 4.
Pada hari 0, panjang luka pada kelompok 3 adalah 3.42 mm dan pada kelompok 4
adalah 3.15 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.200) > 0.05 yang
berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 0.
Pada hari 1, panjang luka pada kelompok 3 adalah 2.05 mm dan pada kelompok 4
adalah 2.43 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.423) > 0.05 yang
berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 1.
Pada hari 2, panjang luka pada kelompok 3 adalah 0.38 mm dan pada kelompok 4
adalah 0.90 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.406) > 0.05 yang
berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 2.
Pada hari 3, pada kelompok 3 sepanjang 0.08 dan pada kelompok 4 adalah 0.16
mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.902) > 0.05 yang berarti tidak ada
perbedaan panjang luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 3.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


36

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak bunga mawar (Rose damascena


Mill.) memiliki efek terhadap penyembuhan luka Angular cheilitis pada tikus
putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi Staphylococcus
aureus dan Candida albicans. Bunga mawar mempunyai kandungan minyak
atsiri, dan flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri, antijamur, antivirus,
antioksidan, anti-inflamasi, antikanker, anti-konvulsan dan antidiabetes.

Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 24


ekor sebagai sampel yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan. Setiap
kelompok perlakuan terdiri dari enam ekor tikus. Kelompok kontrol penelitian ini
hanya terdiri dari kontrol positif karena bertujuan untuk menghindari rasa sakit
akibat tanpa perlakuan untuk penyembuhan luka pada hewan coba. Kelompok
pertama merupakan kelompok perlakuan yang diinduksi dengan Staphylococcus
aureus dan diberi ekstrak bunga mawar, kelompok kedua merupakan kelompok
kontrol positif yang diinduksi Staphylococcus aureus dan diberi gentamisin,
kelompok ketiga merupakan kelompok perlakuan yang diinduksi dengan Candida
albicans dan diberi ekstrak bunga mawar, dan kelompok keempat merupakan
kelompok kontrol positif yang diinduksi dengan Candida albicans dan diberi
mikonazol. Bakteri dan jamur yang dipilih adalah Staphylococcus aureus dan
Candida albicans karena merupakan mikroorganisme penyebab terjadinya angular
cheilitis inokolum bakteri dan jamur diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas
MIPA UNM.

Penelitian ini dilakukan dengan membuat luka pada sisi kiri sudut mulut
tikus putih dengan cara melukai antar kedua sudut bibir atas dan bawah agar
terlihat adanya luka fisur, tetapi dikarenakan sudut bibir tikus wistar elastis
mengakibatkan tidak terlihat adanya luka sehingga dibutuhkan alat bantu berupa
pinset untuk membuat luka. Luka dibuat sebesar 4 mm agar bakteri dan jamur
dapat menginvasi dengan cepat. Setelah luka dibuat, dilakukan induksi dengan
inokulum Staphylococcus aureus pada kelompok pertama dan kedua serta
inokulum Candida albicans pada kelompok ketiga dan keempat dengan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


37

menggunakan ose bulat yang steril. Selanjutnya luka didiamkan selama 24 jam
tanpa diberi perlakuan agar terjadi pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga
terjadi luka infeksi pada sisi sudut mulut tikus Wistar. Setelah 24 jam, luka infeksi
yang telah dibuat diberikan masing-masing ekstrak bunga mawar pada kelompok
pertama dan ketiga, gentamisin pada kelompok kontrol kedua serta mikonazol
pada kelompok kontrol keempat yang diaplikasikan secara topikal. Setelah itu,
dilakukan pengamatan terhadap panjang luka dan eritema dari setiap kelompok
selama 7 hari.
Pengamatan secara fisik pada hari ke-0 untuk keempat kelompok setelah
dilakukan perlakuan, terjadi infeksi bakteri pada kelompok pertama yang
diinduksi Staphylococcus aureus dan diberikan ekstrak bunga mawar dan pada
kelompok kedua yang diinduksi Staphylococcus aureus dan diberikan gentamisin,
yaitu ditandai dengan kerusakan jaringan di daerah sekitar lesi. Sedangkan pada
kelompok ketiga yang diinduksi Candida albicans dan diberikan ekstrak bunga
mawar dan pada kelompok keempat yang diinduksi Candida albicans dan
diberikan mikonazol, terjadi infeksi jamur yang ditandai dengan kerusakan yang
hebat di daerah sekitar lesi. Luka infeksi jamur lebih parah jika dibandingkan
dengan luka infeksi akibat bakteri. Pada hari pertama seluruh kelompok
mengalami fase peradangan yang merupakan reaksi pertahanan jaringan hidup
terhadap semua bentuk luka dengan melibatkan fungsi darah dan pembuluh darah,
saraf, limfa, cairan serta sel-sel di sekitar luka. Dalam tahapan reaksi radang
terjadi infeksi yang merupakan proses masuknya sejumlah mikroorganisme
patogen dalam hal ini adalah Staphylococcus aureus dan Candida albicans ke
daerah luka. Sejumlah mikroorganisme patogen tersebut akan memasuki jaringan
melalui daerah yang terbuka akibat luka.34
Berdasarkan tabel 5.1 dan grafik 5.1, kelompok ketiga yang diinduksi
Candida albicans dengan menggunakan ekstrak bunga mawar memiliki rata-rata
penurunan panjang luka yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lainnya,
kemudian disusul dengan kelompok pertama yang diinduksi Staphylococcus
aureus, dengan menggunakan ekstrak bunga mawar. Dengan adanya penurunan,
maka secara deskriptif ekstrak bunga mawar memiliki efek terhadap
penyembuhan angular cheilitis. Kelompok ekstrak bunga mawar yang diinduksi
Staphylococcus aureus dan Candida albicans memiliki efek penyembuhan yang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


38

lebih baik dibandingkan kelompok kontrol positif Staphylococcus aureus dan


Candida albicans yang diberikan gentamisin dan mikonazol.
Berdasarkan tabel 5.2 dilakukan uji statistik Friedman yang bertujuan
untuk mengetahui perbedaan panjang luka dari setiap kelompok perlakuan pada
setiap hari pengamatan. Tabel ini menunjukkan penutupan luka pada hari 0
sampai hari 7. Kelompok pertama pada hari ketiga sudah terjadi penutupan luka,
dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.002) < 0.05 mm yang berarti ada
perubahan yang signifikan pada panjang luka mulai dari Hari 0 sampai Hari 7.
Kelompok kedua pada hari ketiga sudah terjadi penutupan luka, dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0.000) < 0.05 yang berarti ada perubahan yang
signifikan pada panjang luka mulai dari Hari 0 sampai Hari 7. Kelompok ketiga,
terjadi penutupan luka pada hari keempat, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
(0.001) < 0.05 yang berarti ada perubahan yang signifikan pada panjang luka
mulai dari Hari 0 sampai Hari 7. Sedangkan kelompok keempat, penutupan luka
pada hari keempat, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.001) < 0.05 yang
berarti ada perubahan yang signifikan pada panjang luka mulai dari Hari 0 sampai
Hari 7.
Kelompok ketiga yang diinduksi dengan Candida albicans dan
kelompok pertama yang diinduksi Staphylococcus aureus yang diberikan ekstrak
bunga mawar merupakan kelompok yang lebih cepat dalam
penutupan luka Angular cheilitis dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah (2016) mengenai ekstrak
bunga mawar (Rosa damascena Mill.) yang memiliki daya hambat terhadap
Candida albicans dikarenakan zat aktif yang terkandung dalam ekstrak bunga
mawar berfungsi sebagai antiseptik dan antifungi diantaranya zat tanin dan
sitronellol selanjutnya penelitian Windi (2014) mengenai ekstrak bunga mawar
sebagai antibakteri yang efektif terhadap bakteri Gram-positif Staphylococcus
aureus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Windi (2014) menyatakan
bahwa ekstrak bunga mawar memiliki kandungan senyawa diantaranya yaitu
phenyl ethyl alcohol, geraniol, eugenol,dan beberapa senyawa lainnya ini
memiliki kemampuan dalam menghambat metabolisme energi dan merusak
dinding sel serta membran sel bakteri. Selain itu, juga mengandung gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan karboksil sehingga kadar fenol yang tinggi akan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


39

menyebabkan koagulasi protein dan membran sel bakteri. Pada penelitian Windi
(2014) ekstrak bunga mawar menunjukkan keefektifan sebagai antibakteri untuk
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Retnani (2012) membuktikan
bahwa senyawa citronellol dan α-pinene merupakan senyawa yang bersifat
antijamur dan senyawa terpenoid yang terbukti memiliki daya antimikroba yaitu
dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Berdasarkan hasil penelitian
ini disimpulkan bahwa bunga mawar memiliki daya hambat terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans yang signifikan. Begitu juga pada penelitian
Mohamad Hossein dkk (2011) dan Ulusoy et al (2009) menunjukkan bahwa
minyak atsiri dari bunga mawar memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Ekstrak
bunga mawar ini mengandung geraniol dan citronellol dengan konsentrasi
keduanya mencapai 75% dari minyak atsiri. Selain itu, juga terdapat linalool,
citral dan phenyl ethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol, serta nonylic aldehyde .
Penelitian lain yaitu aktivitas antibakteri dan antijamur dari Rosa
damascena Mill. oleh Mohamed Shohayeb dkk (2014) ekstrak bunga mawar
untuk aktivitas antimikroba, dari beberapa jamur yang diteliti, Candida albicans
adalah salah satu jamur yang paling sensitif, dan juga penelitian terhadap 10
bakteri yaitu, 7 bakteri gram positif dan 3 bakteri gram negatif. Dari 7 bakteri
gram positif yang diteliti Staphylococcus aureus termasuk bakteri yang paling
sensitif dan bakteri B. Subtilis sedangkan pada bakteri gram-negatif yang paling
sensitif adalah K.pneumoniae, dari hasil penelitian ini kepekaan yang lebih tinggi
ialah pada bakteri Gram-positif dibanding Gram-negatif, ini dapat dikaitkan
dengan fakta bahwa bakteri Gram-negatif memiliki membran luar yang bertindak
sebagai penghalang yang mencegah atau menurunkan penetrasi berbagai
antimikroba, kurangnya membran luar pada bakteri Gram-positif membuat lebih
rentan terhadap molekul perusak ini mengarah pada kebocoran isi sitopasma dari
Gram-positif. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak bunga mawar
memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas terhadap bakteri Gram-positif,
Gram-negatif, dan jamur.
Tabel 5.3 menunjukkan uji beda yang dilakukan terhadap kelompok
perlakuan satu yang diinduksi Staphylococcus aureus dan diberikan ekstrak bunga
mawar dan kelompok kontrol dua yang diinduksi Staphylococcus aureus dan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


40

diberikan gentamisin dengan menggunakan uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil


yang diperoleh, kelompok pertama dan kedua menunjukkan perbandingan panjang
luka antara kelompok satu dan kelompok kedua.Pada hari 1, panjang luka pada
kelompok satu adalah 1.55 mm dan pada kelompok kedua adalah 1.76 mm, dari
hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.291) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan
panjang luka antara kelompok satu dan kedua pada hari 1. Pada hari 2, panjang
luka pada kelompok satu adalah 0.32 mm dan pada kelompok kedua adalah 0.30
mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.629) > 0.05 yang berarti tidak
signifikan perbedaan panjang luka antara kelompok satu dan kedua pada hari 2.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak yang artinya
pengaruh kelompok perlakuan ekstrak bunga mawar sebagai bahan anti bakteri
sama dengan pengaruh kelompok kontrol positif anti bakteri menggunakan
gentamisin terhadap penutupan luka Angular cheilitis pada tikus jantan putih galur
Wistar. Untuk data di hari ke tiga peringkat rata rata data pengukuran kelompok
satu dan kelompok dua sama yaitu 0 pada hari ini luka sudah tertutup sempurna.
Tabel 5.4 menunjukkan uji beda yang dilakukan terhadap kelompok
perlakuan satu yang diinduksi Staphylococcus aureus dan diberikan ekstrak bunga
mawar dan kelompok perlakuan tiga yang diinduksi Candida albicans dan
diberikan ekstrak bunga mawar dengan menggunakan uji man Whitney.
Berdasarkan hasil yang diperoleh kelompok pertama dan ketiga menunjukkan
perbandingan panjang luka antara kelompok pertama dan kelompok ketiga. Pada
hari 1, panjang luka pada kelompok 1 adalah 1.55 mm dan pada kelompok 3
adalah 2.05 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.144) > 0.05 yang
berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari 1.
Pada hari 2, panjang luka pada kelompok 1 adalah 0.32 mm dan pada kelompok 3
adalah 0.38 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.526) > 0.05 yang
berarti tidak ada perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari 2.
Pada hari 3, pada kelompok 1 luka sudah menutup dan pada kelompok 3 adalah
0.08 mm, dari hasil uji statistik diperoleh nilai p (0.361) > 0.05 yang berarti tidak
ada perbedaan panjang luka antara kelompok 1 dan 3 pada hari 3. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak yang artinya pengaruh
kelompok perlakuan ekstrak bunga mawar sebagai bahan antibakteri sama dengan
pengaruh kelompok perlakuan tiga esktrak bunga mawar sebagai antijamur pada

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


41

penyembuhan dengan menutupnya luka Angular cheilitis pada tikus jantan putih
galur Wistar.
Tabel 5.5 menunjukkan uji beda yang dilakukan terhadap kelompok
perlakuan tiga yang diinduksi Candida albicans dan diberikan ekstrak bunga
mawar dan kelompok kontrol empat yang diinduksi Candida albicans dan
diberikan mikonazol dengan menggunakan uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, kelompok 3 dan kelompok 4. Pada hari 0, panjang luka pada
kelompok 3 adalah 3.42 mm dan pada kelompok 4 adalah 3.15 mm, dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0.200) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan panjang
luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 0. Pada hari 1, panjang luka pada
kelompok 3 adalah 2.05 mm dan pada kelompok 4 adalah 2.43 mm, dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0.423) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan panjang
luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 1. Pada hari 2, panjang luka pada
kelompok 3 adalah 0.38 mm dan pada kelompok 4 adalah 0.90 mm, dari hasil uji
statistik diperoleh nilai p (0.406) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan panjang
luka antara kelompok 3 dan 4 pada hari 2. Pada hari 3, pada kelompok 3
sepanjang 0.08 dan pada kelompok 4 adalah 0.16 mm, dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p (0.902) > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan panjang luka
antara kelompok 3 dan 4 pada hari 3. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima dan H1 ditolak yang artinya pengaruh kelompok perlakuan ekstrak bunga
mawar sebagai bahan antijamur sama dengan pengaruh kelompok kontrol positif
antijamur menggunakan mikonazol terhadap penyembuhan dengan menutupnya
luka Angular cheilitis pada tikus jantan putih galur Wistar. Untuk data di hari ke
empat peringkat rata rata data pengukuran kelompok tiga dan kelompok empat
sama yaitu 0 pada hari ini luka sudah tertutup sempurna.
Berdasarkan hasil penelitian ini penutupan luka setiap kelompok
memiliki perbedaan panjang setiap harinya. Kelompok pertama diinduksi
Staphylococcus aureus yang di berikan ekstrak bunga mawar dan kelompok kedua
diinduksi Staphylococcus aureus yang diberikan gentamisin memiliki perbedaan
panjang luka tetapi tidak signifikan atau sama. Kelompok kedua diinduksi
Candida albicans yang diberikan ekstrak bunga mawar dan kelompok keempat
diinduksi Candida albicans yang diberikan mikonazol memiliki perbedaan
panjang luka tetapi tidak signifikan. Selanjutnya, antara kelompok pertama yang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


42

diinduksi Staphylococcus aureus yang diberikan ekstrak bunga mawar dengan


kelompok ketiga yang diinduksi Candida albicans dan diberikan ekstrak bunga
mawar memiliki perbedaan panjang luka tetapi tidak signifikan. Kemudian untuk
setiap kelompok 1 , kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4 ini memiliki
perbedaan panjang luka yang signifikan dimana kelompok yang memiliki hasil
paling signifikan adalah kelompok tiga yang diinduksi Candida albicans dan
diberikan ekstrak bunga mawar.
Ekstrak Bunga mawar memiliki efek pada penutupan panjang luka
infeksi Angular cheilitis baik diinduksi pada jamur Candida albicans dan bakteri
Staphylococcus aureus ini dikarenakan zat aktif pada ekstrak bunga mawar.
Minyak atsiri yang merupakan antijamur yang terkandung dalam ekstrak bunga
mawar dan flavonoid yang merupakan antibakteri dari ekstrak bunga mawar ini.
Terlihat jelas penyembuhan dengan penutupan luka dalam 7 hari pada tikus jantan
galur Wistar.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


43

BAB 7
PENUTUP

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ekstrak bunga mawar (Rosa damascena Mill.) mempunyai efek


terhadap penyembuhan luka infeksi angular cheilitis pada tikus jantan
galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi Staphylococcus aureus
dan Candida albicans.
2. Ekstrak bunga mawar (Rosa damascena Mill.) dibandingkan gentamisin
mempunyai efek penyembuhan luka infeksi angular cheilitis yang sama
pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Staphylococcus aureus.
3. Ekstrak bunga mawar (Rosa damascena Mill.) dibandingkan mikonazol
mempunyai efek penyembuhan luka infeksi angular cheilitis yang sama
pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Candida albicans.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pengamatan histopatologis


menggunakan mikroskop untuk melihat kondisi seluler pada jaringan
yang terluka dimulai dari terjadinya inflamasi hingga luka sembuh.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efek ekstrak
bunga mawar terhadap penyembuhan angular cheilitis.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekstrak bunga mawar
terhadap penyembuhan angular cheilitis dan manfaat ekstrak bunga
mawar terhadap kesehatan gigi dan mulut lainnya.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


44

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariana A. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Depok: Penebar


Swadaya.2016. Hal 45-50.

2. Departemen Kesehatan RI, Ditjen POM 1983, Pemanfaatan Tanaman


Obat, Jakarta ; Penebar Swadaya. 2015. Hal 3-25.

3. Setiawan Dalimartha, Felix Adrian. Ramuan herbal tumpas penyakit.


Jakarta: Penebar Swadaya. 2013. Hal. 5-8.

4. Bambang Mursito, Heru Prihmantoro. Tanaman hias berkhasiat obat.


Jakarta: Penebar Swadaya. 2011. Hal. 5-6.

5. Suryowinoto SM. Flora eksotika tanaman hias berbunga. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius. 1997. Hal 14-18.

6. Rukmana R. Mawar bunga cinta abadi menjanjikan keuntungan abadi.


Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2013.

7. Baskoro AD, Endharti AT, Hapsari Anindya. Uji potensi repellent minyak
mawar (Rosa damascena) sebagai repellent terhadap Culex sp. pada tikus
(Rattus Norvegicus) strain wistar.(Internet) Available from
http://elibrary.ub.ac.id//bitstream/123456789/18321/1/Uji-potensi
repellent-minyak-mawar-(Rosa-damascena)-sebagai-repellent-terhadap-
Culex-sp.-pada-tikus-(Rattus-Norvegicus)-Strain-Wistar.pdf.

8. Sudiarti, Diah. Hidayah, Nailul.Efektivitas Mawar Merah (Rose


Damascene) terhadap Jamur Candida Albicans. 5(01):206-312.

9. Mahreen Shahzad, Raheela Faraz, Anam Sattar. Angular cheilitis: case


reports and literature review. Pakistan Oral & Dental Journal 2014; 34 (4):
597-9.
10. Scully C. Oral and maxillofacial medicine, the basis of diagnosis and
treatment. Toronto: Wright, 2013: 189-92.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


45

11. Lubis S. Hubungan status gizi dengan terjadinya keilitis angularis pada
anak umur 6-12 tahun di enam panti asuhan di kota madya Medan.
Dentika Dent J. 2011: 180-1.

12. Warnakulasuriya KAAS, Samayaranke LP. Peiris JSM: Angular cheilitis


in a group of srilanka adults: a clinical and microbiologic study. J Oral
Pathol Med 2013; 20: 172-5.

13. Unur M, Kayhan KB, Altop MS, Metin ZB, Keskin Y. The prevalence of
oral mucosal lessions in children: a single center study. J Istanbul univ
Dent 2015; 49 (3): 29-38.

14. Lotti Torello, Lawrence C. Parish, Roy S. Iii Rogers. Oral diseases:
textbook and atlas. New York: Springer; 2012. P. 22.
15. Mahreen Shahzad, Raheela Faraz, Anam Sattar. Angular cheilitis: case
reports and literature review. Pakistan Oral & Dental Journal 2014; 34
(4): 597-9.
16. Ditjen POM. Inventaris tanaman obat Indonesia. Edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 1999
17. Bappenas. Mawar. 2000. (Internet).Available from
www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mawar.pdf. Diakses tanggal 4 Juni
2018
18. Mulyana Y, Warya S, Fika, Inayah. Efek aroma terapi minyak esensial
mawar (Rosa Domacena Mill ) terhadap jumlah bakteri udara ruangan
berpendingin. J Medika Planta; 2011 Okt:1(4).
19. Ribkahwati, dkk. Profil minyak atsiri mahkota bunga mawar (Rosa hybrid
L.) kultivar lokal. (Internet). Available from

http://www.researchgate.net/profile/hery_purnobasuki/publication/251237
292_profil_minyak_atsiri_mahkota_bunga_mawar_(rosa_hybrida_l.)/file/
60b7d51ef9e642e65e.pdf. Diakses tanggal 4 Juni 2018
20. Retnani AD. Pengaruh minyak atsiri bunga mawar (rosa hybrida) terhadap
pertumbuhan jamur Candida albicans. (Internet). Available from

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


46

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/17105/gdlhub-
%20%2881%29xx_1.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 4 Juni 2018

21. Mohamed Shohayeb, El-Sayed S. Abdel-Hameed, Salih A. Bazaid and


Ibrahim Maghrabi. Antibacterial and Antifungal Activity of Rosa
damascena MILL Essential Oil, Different Extracts of Rose Petals. Global
Journal of Pharmacology 2014; 8 (1): 01-07.

22. Mohammad Hossein Boskabady, Mohammad Naser Shafei, Zahra Saberi,


Somayeh Amini. Pharmacological Effects of Rosa Damascena. Iranian
Journal of Basic Medical Sciences 2011 ; 14(4) : 295-307.

23. Antoaneta Ginova1, Kiril Mihalev, Violeta Kondakova. Antioxidant


Capacity of Petals and Leaves from Different Rose (Rosa damascena
Mill.) Plantations in Bulgaria. International Journal of Pure & Applied
Bioscience 2013; 1(2) :38-43.

24. H.R. Akhavan, R. Zarezadeh Mehrizi. Effects of Damask Rose (Rosa


damascena Mill.) Extract on Chemical,Microbial, and Sensory Properties
of Sohan (an Iranian Confection) During Storage. Journal of Food Quality
and Hazards Control 2016; 97-106.

25. Rusli MS. Sukses memproduksi minyak atsiri. Jakarta Selatan: PT Agro
Media Pustaka; 2012

26. Trubus. Minyak atsiri. Trubus Info Kit ISSN 0216-7638; 2012 Jun :7

27. Laura Mitchell, David A. Mitchell, Lorna Mccaul. Kedokteran gigi klinik.
Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Egc; 2014. Hal. 407-8.

28. Citra Ilery Christy, N. Mintjelungan joenda, Soewantoro. Hubungan status


gizi dengan kejadian angular cheilitis pada anak-anak di lokasi
pembuangan akhir sumompo kota manado. Jurnal E-Gigi (Eg) 2013; 1(1):
32-7.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


47

29. Crispian Scullly. Oral & maxillofacial medicine-the basis of diagnosis and
treatment. 3 rd Edition. Churchill Livingstone: Elsevier; 2013. P.147-149,
224-225.

30. Greenberg, Martin S, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s oral


medicine. 11th Edition. Hamilton: Bc Decker Inc; 2011. P. 79-81.

31. Ali Yusran, Zohra Nazaruddin, Erni Marlina. Efikasi terapi angular
cheilitis di bagian ilmu penyakit mulut fakultas kedokteran gigi universitas
hasanuddin berdasarkan prinsip kausatif. Makassar Dental Journal 2013;
2(6):1-3.

32. Pindborg J.J. Atlas penyakit mukosa mulut. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher; 2014. Hal. 62.

33. Mahreen Shahzad, Raheela Faraz, Anam Sattar. Angular cheilitis: case
reports and literature review. Pakistan Oral & Dental Journal 2014; 34
(4):597-9.

34. Amalia I. Identifikasi fase penyembuhan luka berbasis citra. J Sains dan
Teknologi ISTP Des 2015; 4(1).

35. James AJ, Daniel AN, Anne U. Diet sehat dengan kode warna makanan.
Jakarta: Hikmah publisher; 2013. Hal. 181.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


48

LAMPIRAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


49

Proses Pembuatan Ekstrak di Laboratorium Fitokimia dan Biofarmaka


Unhas

1. Pemetikan, pencucian dan pengeringan bunga mawar menggunakan

oven dengan suhu 40-50°C.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


50

2. Proses maserasi (perendaman bunga mawar) menggunakan etanol


70%.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


51

3. Proses penyaringan hasil maserasi menggunakan kertas saring.

4. Proses evaporasi menggunakan alat rotary evaporator.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


52

5. Setelah proses evaporasi diperoleh ekstrak kental bunga mawar.

6. Pembuatan ekstrak bunga mawar menggunakan pelarut NaCMC 1 % dengan

perbandingan 1:1 (konsentrasi 100%).

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


53

Proses Penelitian di Laboratorium Biologi UNM

1. Adaptasi tikus selama 1 minggu.

2. Anestesi tikus menggunakan lidocain melalui intramuskular.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


54

3. Pembuatan luka angular cheilitis dengan cara saling tarik-menarik antar sudut

bibir atas dan bawah lalu menggunakan pinset pada kedua sudut mulut tikus

dengan ukuran 4 mm.

4. Setelah luka dibuat, dilakukan induksi inokulum Staphylococcus aureus dan

Candida albicans dengan menggunakan ose bulat yang steril.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


55

5. Luka didiamkan selama 24 jam tanpa diberi perlakuan agar terjadi pertumbuhan

bakteri dan jamur.

6. Aplikasi bahan ekstrak dan kontrol secara topikal serta pengukuran panjang luka

tikus tiap kelompok dari hari ke-1 hingga hari ke-7.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


56

Descriptivesa,b
Kelompok Statistic Std. Error
Hari_1 1.00 Mean 3.1000 .14422
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.6996
Upper Bound 3.5004
5% Trimmed Mean 3.1028
Median 3.2500
Variance .104
Std. Deviation .32249
Minimum 2.72
Maximum 3.43
Range .71
Interquartile Range .62
Skewness -.448 .913
Kurtosis -2.869 2.000
2.00 Mean 2.9300 .19579
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.4509
Upper Bound 3.4091
5% Trimmed Mean 2.9233
Median 3.0200
Variance .268
Std. Deviation .51801
Minimum 2.28
Maximum 3.70
Range 1.42
Interquartile Range 1.02
Skewness .015 .794
Kurtosis -.835 1.587
3.00 Mean 3.4150 .18670
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.9351
Upper Bound 3.8949
5% Trimmed Mean 3.4183
Median 3.4850
Variance .209
Std. Deviation .45733
Minimum 2.82
Maximum 3.95
Range 1.13
Interquartile Range .92

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


57

Skewness -.294 .845


Kurtosis -1.810 1.741
4.00 Mean 3.1500 .35143
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.2466
Upper Bound 4.0534
5% Trimmed Mean 3.1011
Median 2.8950
Variance .741
Std. Deviation .86081
Minimum 2.39
Maximum 4.79
Range 2.40
Interquartile Range 1.12
Skewness 1.784 .845
Kurtosis 3.510 1.741
Hari_2 1.00 Mean 1.5480 .22999
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .9095
Upper Bound 2.1865
5% Trimmed Mean 1.5372
Median 1.2700
Variance .264
Std. Deviation .51427
Minimum 1.06
Maximum 2.23
Range 1.17
Interquartile Range .96
Skewness .656 .913
Kurtosis -2.292 2.000
2.00 Mean 1.7629 .12124
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.4662
Upper Bound 2.0595
5% Trimmed Mean 1.7521
Median 1.6500
Variance .103
Std. Deviation .32077
Minimum 1.36
Maximum 2.36
Range 1.00
Interquartile Range .36

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


58

Skewness 1.068 .794


Kurtosis 1.503 1.587
3.00 Mean 2.0483 .23857
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.4351
Upper Bound 2.6616
5% Trimmed Mean 2.0598
Median 2.1600
Variance .341
Std. Deviation .58438
Minimum 1.14
Maximum 2.75
Range 1.61
Interquartile Range 1.00
Skewness -.592 .845
Kurtosis -.373 1.741
4.00 Mean 2.4267 .33007
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.5782
Upper Bound 3.2751
5% Trimmed Mean 2.4219
Median 2.4100
Variance .654
Std. Deviation .80850
Minimum 1.25
Maximum 3.69
Range 2.44
Interquartile Range 1.06
Skewness .209 .845
Kurtosis 1.101 1.741
Hari_3 1.00 Mean .3200 .32000
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.5685
Upper Bound 1.2085
5% Trimmed Mean .2667
Median .0000
Variance .512
Std. Deviation .71554
Minimum .00
Maximum 1.60
Range 1.60
Interquartile Range .80

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


59

Skewness 2.236 .913


Kurtosis 5.000 2.000
2.00 Mean .2957 .14306
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.0543
Upper Bound .6458
5% Trimmed Mean .2852
Median .0000
Variance .143
Std. Deviation .37850
Minimum .00
Maximum .78
Range .78
Interquartile Range .77
Skewness .551 .794
Kurtosis -2.246 1.587
3.00 Mean .3833 .18023
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.0800
Upper Bound .8466
5% Trimmed Mean .3709
Median .2800
Variance .195
Std. Deviation .44148
Minimum .00
Maximum .99
Range .99
Interquartile Range .81
Skewness .380 .845
Kurtosis -2.209 1.741
4.00 Mean .8967 .43269
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.2156
Upper Bound 2.0089
5% Trimmed Mean .8552
Median .5050
Variance 1.123
Std. Deviation 1.05986
Minimum .00
Maximum 2.54
Range 2.54
Interquartile Range 2.01

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


60

Skewness .891 .845


Kurtosis -.969 1.741
Hari_4 3.00 Mean .0817 .08167
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.1283
Upper Bound .2916
5% Trimmed Mean .0635
Median .0000
Variance .040
Std. Deviation .20004
Minimum .00
Maximum .49
Range .49
Interquartile Range .12
Skewness 2.449 .845
Kurtosis 6.000 1.741
4.00 Mean .1583 .15833
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.2487
Upper Bound .5653
5% Trimmed Mean .1231
Median .0000
Variance .150
Std. Deviation .38784
Minimum .00
Maximum .95
Range .95
Interquartile Range .24
Skewness 2.449 .845
Kurtosis 6.000 1.741
a. Hari_4 is constant when Kelompok = 1.00. It has been omitted.
b. Hari_4 is constant when Kelompok = 2.00. It has been omitted.

Tests of Normalityc,d
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Hari_1 1.00 .279 5 .200 .858 5 .221
2.00 .170 7 .200* .947 7 .703
*
3.00 .179 6 .200 .932 6 .595
4.00 .272 6 .187 .818 6 .085
Hari_2 1.00 .306 5 .143 .864 5 .244

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


61

2.00 .243 7 .200* .906 7 .366


3.00 .173 6 .200* .969 6 .885
*
4.00 .201 6 .200 .967 6 .872
Hari_3 1.00 .473 5 .001 .552 5 .000
2.00 .354 7 .008 .731 7 .008
3.00 .307 6 .079 .825 6 .097
*
4.00 .229 6 .200 .855 6 .174
Hari_4 3.00 .492 6 .000 .496 6 .000
4.00 .492 6 .000 .496 6 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
c. Hari_4 is constant when Kelompok = 1.00. It has been omitted.
d. Hari_4 is constant when Kelompok = 2.00. It has been omitted.

Friedman Test

Ranks
Mean Rank
Hari_1 4.00
Hari_2 3.00
Hari_3 1.60
Hari_4 1.40

Test Statisticsa
N 5
Chi-Square 14.739
df 3
Asymp. Sig. .002
a. Friedman Test

Friedman Test

Ranks

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


62

Mean Rank
Hari_1 4.00
Hari_2 3.00
Hari_3 1.71
Hari_4 1.29

Test Statisticsa
N 7
Chi-Square 20.455
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test

Friedman Test

Ranks
Mean Rank
Hari_1 4.00
Hari_2 3.00
Hari_3 1.75
Hari_4 1.25

Test Statisticsa
N 6
Chi-Square 17.526
df 3
Asymp. Sig. .001
a. Friedman Test

Friedman Test

Ranks

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


63

Mean Rank
Hari_1 4.00
Hari_2 3.00
Hari_3 1.83
Hari_4 1.17

Test Statisticsa
N 6
Chi-Square 17.586
df 3
Asymp. Sig. .001
a. Friedman Test

Mann-Whitney Test

K1 dan K2

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Hari_1 3.00 6 7.83 47.00
4.00 6 5.17 31.00
Total 12
Hari_2 3.00 6 5.67 34.00
4.00 6 7.33 44.00
Total 12
Hari_3 3.00 6 5.67 34.00
4.00 6 7.33 44.00
Total 12
Hari_4 3.00 6 6.42 38.50
4.00 6 6.58 39.50
Total 12

Test Statisticsa
Hari_1 Hari_2 Hari_3 Hari_4
Mann-Whitney U 10.000 13.000 13.000 17.500
Wilcoxon W 31.000 34.000 34.000 38.500

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


64

Z -1.281 -.801 -.830 -.123


Asymp. Sig. (2-tailed) .200 .423 .406 .902
b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .240 .485 .485 .937b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test

K1 dan K3

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Hari_1 1.00 5 7.10 35.50
2.00 7 6.07 42.50
Total 12
Hari_2 1.00 5 5.20 26.00
2.00 7 7.43 52.00
Total 12
Hari_3 1.00 5 6.00 30.00
2.00 7 6.86 48.00
Total 12
Hari_4 1.00 5 6.50 32.50
2.00 7 6.50 45.50
Total 12

Test Statisticsa
Hari_1 Hari_2 Hari_3 Hari_4
Mann-Whitney U 14.500 11.000 15.000 17.500
Wilcoxon W 42.500 26.000 30.000 45.500
Z -.488 -1.056 -.483 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .626 .291 .629 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .639b .343b .755b 1.000b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Mann-Whitney Test

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


65

K3 dan K4

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Hari_1 2.00 7 6.86 48.00
4.00 6 7.17 43.00
Total 13
Hari_2 2.00 7 5.29 37.00
4.00 6 9.00 54.00
Total 13
Hari_3 2.00 7 6.14 43.00
4.00 6 8.00 48.00
Total 13
Hari_4 2.00 7 6.50 45.50
4.00 6 7.58 45.50
Total 13

Test Statisticsa
Hari_1 Hari_2 Hari_3 Hari_4
Mann-Whitney U 20.000 9.000 15.000 17.500
Wilcoxon W 48.000 37.000 43.000 45.500
Z -.143 -1.714 -.902 -1.080
Asymp. Sig. (2-tailed) .886 .086 .367 .280
b b b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .945 .101 .445 .628b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


66

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


67

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


68

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


69

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


70

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


71

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin


72

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasaanuddin

Anda mungkin juga menyukai