Anda di halaman 1dari 9

WRAP UP SKENARIO 1

KEKURANGAN CAIRAN

BLOK HOMEOSTASIS DAN CAIRAN

KELOMPOK B-14
DINDA MELANIA APRILIANI (1102018314)

NURAHARVI (1102018315)

ALIFFA PUTRI (1102018317)

SYIFA ATHAYA (1102018318)

ICHSANDIAZ WIDHISTIRA P. (1102018320)

DELLA NANDA SHAFA N. (1102018321)

ALISA DEWI NURMITASARI (1102018322)

FADHLIA (1102018324)

ILHAM MAHARDIKA (1102018326)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

JL. Let. Jend. Suprapto, CempakaPutih, Jakarta Pusat, DKI Jakarta

Telepon 021 4206675


DAFTAR ISI
SKENARIO

Kekurangan Cairan
Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS Yarsi karena pingsan setelah berolahraga.
Pada pemeriksaan fisik: tampak lemas, bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit,
temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di rumah sakit, pasien segera
diberikan infus cairan kristaloid (elektrolit). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: kadar
natrium 130 mEq/L, kalium 2.5 mEq/L dan klorida 95 mEq/L. Setelah kondisi membaik pasien
diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika islam.
I. Identifikasi Kata Sulit
II. Brainstorming
III. Hipotesis
IV. Sasaran Belajar

1. Mempelajari dan Memahami Larutan dan Cairan


1.1 Mempelajari dan Memahami Definisi Larutan dan Cairan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran
partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan
secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran
sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair,
pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute),
bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan setiap zat penyusunnya tidak bisa dibedakan lagi secara fisik. Campuran homogen tersebut
terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Sebagai contoh larutan yang sering kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari adalah air garam, air gula, air kopi air teh dsb. Pada larutan juga terdapat istilah
solven dan solute. Solvent adalah pelarut sedangkan solute adalah zat terlarut. Pada umumnya
dalam suatu larutan jumlah solvent lebih banyak dibandingkan jumlah solute. Larutan dapat
terbentuk disebabkan ada gaya tarik menarik yang terjadi antara molekul-molekul solven dan
solute.
Larutan adalah campuran homogen dari dua komponen atau lebih. Agen yang melarutkan
zat adalah pelarut. Substansi yang terlarut dalam larutan adalah zat terlarut. Semua partikel
dalam larutan memiliki ukuran molekul atau ion, sehingga mereka tidak dapat diamati dengan
mata telanjang. Singkatnya, larutan adalah cairan yang merupakan campuran homogen dari dua
zat atau lebih. (Campbell, 2008)
Cairan merupakan benda cair, larutan, atau hasil mencairkan. Cairan tubuh adalah larutan
yang terdiri dari air (pelarut/solvent) dan zat tertentu (zat terlarut/solute). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan merupakan salah satu dari empat fase benda yang volumenya tetap dalam kondisi
suhu dan tekanan tetap; dan, bentuknya ditentukan oleh wadah penampungnya. Cairan juga
melakukan tekanan kepada sisi wadahnya dan juga kepada benda yang terdapat dalam cairan
tersebut; tekanan ini disalurkan ke seluruh arah

5. Mempelajari dan Memahami Etika Makan dan Minum dalam Islam


5.1 Mempelajari Tata Cara tentang Etika Makan dan Minum dalam Islam
5.2 Mempelajari dan Memahami Dalil Qur’an dan Hadits tentang Etika Makan dan
Minum dalam Islam
 Memakan makanan dan minuman yang halal.Saudariku, hendaknya kita memilih
makanan yang halal. Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita agar memakan
makanan yang halal lagi baik. Allah Ta’ala telah berfirman,
َ َ‫صا ِل ًحا ۖ ِإ ِني ِب َما ت َ ْع َملُون‬
‫ع ِليم‬ َ ‫ت َوا ْع َملُوا‬ َّ َ‫س ُل ُكلُوا ِمن‬
ِ ‫الط ِي َبا‬ ُّ ‫َيا أَيُّ َها‬
ُ ‫الر‬
“Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu`minun/23: 51)
 Jangan berlebih-lebihan dan boros.Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara sifat
setan dan sangat dibenci Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Isra` ayat
26-27 dan Al-A’raf ayat 31. Berlebih-lebihan juga merupakan ciri orang-orang kafir
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seorang mukmin makan
dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh lambung.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
 Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan
perak.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang minum pada bejana
perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
 Jangan menyantap makanan dan minuman dalam keadaan masih sangat panas ataupun
sangat dingin karena hal ini membahayakan tubuh.Mendinginkan makanan hingga layak
disantap akan mendatangkan berkah berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,“Sesungguhnya yang demikian itu dapat mendatangkan berkah yang lebih besar.”
(HR. Ahmad)
 Mendahulukan makan daripada shalat jika makanan telah dihidangkan. Yang dimaksud
dengan telah dihidangkan yaitu sudah siap disantap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan,
maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai
makanmu selesai.” (Muttafaqun ‘alaih) Faidahnya supaya hati kita tenang dan tidak
memikirkan makanan ketika shalat. Oleh karena itu, yang menjadi titik ukur adalah
tingkat lapar seseorang. Apabila seseorang sangat lapar dan makanan telah dihidangkan
hendaknya dia makan terlebih dahulu. Namun, hendaknya hal ini jangan sering
dilakukan.
Daftar Pustaka
KBBI Edisi V
UPK-PKB FKUI. 2017. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.
Jakarta, Badan Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai