Anda di halaman 1dari 2

Alasan harus di vaksin

Tetanus, difteri dan pertusis adalah penyakit yang sangat serius. Vaksin DPT dapat melindungi kita
dari penyakit- penyakit ini. Dan, vaksin DPT diberikan kepada wanita hamil agar dapat melindungi
bayi baru lahir terhadap pertusis.

TETANUS (Lockjaw) merupakan penyakit langka di Amerika Serikat saat ini. Tetanus menyebabkan
pengetatan otot yang menyakitkan dan kekakuan, biasanya di seluruh tubuh.
• Hal ini dapat menyebabkan pengetatan otot di kepala dan leher sehingga Anda tidak dapat
membuka mulut, menelan, atau kadang-kadang bahkan bernapas. Tetanus membunuh sekitar 1 dari
10 orang yang terinfeksi bahkan setelah mendapatkan perawatan medis terbaik sekalipun.

DIFTERI merupakan penyakit langka juga di Amerika Serikat saat ini. Difteri dapat menyebabkan
lapisan tebal untuk membentuk di belakang tenggorokan.
• Hal ini dapat menyebabkan masalah pernapasan, gagal jantung, kelumpuhan, dan kematian.

PERTUSIS (Batuk Rejan) menyebabkan batuk yang parah, yang dapat menyebabkan kesulitan
bernafas, muntah dan gangguan tidur.
• Hal ini juga dapat menyebabkan penurunan berat badan, inkontinensia, dan patah tulang rusuk.
Sampai dengan 2 di antara 100 remaja dan 5 di antara 100 orang dewasa yang menderita pertusis
dirawat di rumah sakit atau mengalami komplikasi, termasuk pneumonia atau kematian.

Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh bakteri. Difteri dan pertusis tersebar dari orang ke orang
melalui batuk atau bersin. Tetanus memasuki tubuh melalui luka,goresan, atau luka.
Sebelum adanya vaksinasi, di Amerika Serikat ditemukan sebanyak 200.000 kasus difteri dan pertusis
setiap tahun, dan ratusan kasus tetanus. Sejak vaksinasi dimulai, tetanus dan difteri telah menurun
sekitar 99% dan pertusis sekitar 80%.

Vaksin Difteri DTaP dan DT


Sesuai dengan nama singkatannya, Vaksin DTaP terdiri dari tiga komponen, yakni toksoid difteri (D),
toksoid tetanus (T) dan komponen antigen bakteri pertusis (aP, acellular pertusis). Di Indonesia lebih
banyak dijumpai vaksin DPT atau DTP, letak perbedaannya pada komponen antigen untuk pertusis.

Vaksin DTP berisi sel bakteri Pertusis utuh dengan ribuan antigen di dalamnya, termasuk antigen
yang tidak diperlukan, disingkat juga dengan DTwP, w untuk whole. Karena banyak mengandung
antigen, maka jenis vaksin ini sering menimbulkan reaksi panas tinggi, bengkak, merah, nyeri
ditempat suntikan. Sedangkan vaksin DTaP berisi bagian bakteri pertusis yang tidak utuh, hanya
mengandung sedikit antigen yang dibutuhkan saja sehingga minim efek di atas.

Vaksin DT hanya terdiri dari toksoid difteri (D) dan tetanus (T) yang khusus ditujukan untuk anak
yang memiliki reaksi alergi terhadap vaksin pertusis. Dengan kata lain, menjadi pengganti vaksin
DTaP pada kondisi tersebut.

DTaP atau DPT dan DT, keduanya ditujukan untuk anak yang berusia 2 bulan hingga 7 tahun.
Pemberiannya dilakukan secara bertahap. Dimulai ketika anak berusia 2 bulan (DTap I), 3 bulan
(DTap II) dan 4 bulan (DTap III). Kemudian vaksin DTap ulang akan diberikan 1 tahun setelah DTaP III
dan pada usia pra-sekolah, yakni 5-6 tahun.
Vaksin difteri ini tidak dapat diberikan pada anak yang berusia di atas 7 tahun dan yang sedang
menderita sakit, baik ringan atau lebih serius. Efek samping ringan yang mungkin timbul setelah
pemberian vaksin, berupa demam ringan, nyeri, kemerahan dan pembengkakan lokal di daerah
penyuntikan. Biasanya efek samping ini hanya berlangsung selama 1-2 hari.

Untuk mengatasi demam ringan dan nyeri, anak dapat diberikan obat pereda nyeri atau analgesik
seperti paracetamol atau ibuprofen. Sementara untuk meredakan kemerahan juga pembengkakan,
maka dapat diberikan kompres air hangat atau dingin dan berlatih untuk terus menggerak-gerakkan
lengan maupun tungkai.

Vaksin Difteri Tdap dan Td


Vaksin difteri jenis Tdap (tetanus, difteri dan aselular pertusis) dan Td (tetanus dan difteri)
merupakan jenis vaksin lanjutan yang diberikan setelah anak mendapat serangkaian vaksinasi awal
(DTaP atau DT) secara lengkap. Umumnya diberikan ketika anak sudah berusia 10-16 tahun. Setelah
itu, diulangi lagi setiap 10 tahun sebagai booster atau penguat.

Selain itu, vaksin jenis ini juga ditujukan untuk orang dewasa yang belum pernah mendapatkan
vaksin difteri ketika anak-anak, petugas medis di rumah sakit dan wanita hamil terutama ketika
memasuki usia kandungan 27-36 minggu. Pemberian vaksin Tdap atau Td direkomendasikan untuk
di ulang setiap 10 tahun sekali. Mengingat, kekebalan tubuh yang bisa saja menurun seiring
berjalannya waktu.

Seseorang yang sedang mengalami sakit ringan, masih bisa melakukan vaksin difteri jenis ini. Namun,
untuk penyakit yang cukup serius, pemberian vaksin harus dilakukan setelah sembuh atau hingga
dokter atau petugas medis mengizinkan.

Efek samping ringan vaksin Tdap dan Td serupa dengan efek samping vaksin DTaP atau DT.
Diantaranya seperti demam ringan, rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan di area penyuntikkan.
Efek samping serius seperti reaksi anafilaksis jarang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai