Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Kedokteran Gigi

Jurnal Kedokteran Gigi


(Majalah Kedokteran Gigi)
Desember 2018; 51(4): 164 -168

Laporan Kasus

Uji Aktivitas Antioksidan dari Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun
Binjai
(Mangifera caesia)

K. Khairiah, 1 Irham Taufiqurrahman, 1 dan Deby Kania Tri Putri 2


1 Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
2 Departemen Biologi Oral
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin - Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Binjai (Mangifera caesia) adalah ramuan yang berasal dari
Kalimantan Selatan yang memiliki sifat antioksidan yang mendukung penyembuhan luka
menghambat oksidasi radikal- radikal. Antioksidan alami hadir dalam daun binjai yang
dapat diekstraksi dengan fraksinasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
aktivitas antioksidan fraksi etil asetat dalam ekstrak etanol 96% daun binjai. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yang menggabungkan desain post-
test dengan hanya teknik pengambilan sampel acak dari dua kelompok, yaitu; fraksi etil
asetat sebagai kelompok perlakuan dan asam askorbat sebagai kelompok kontrol
positif. Dedaunan diperlakukan sesuai dengan metode soxhlet dan kemudian difraksinasi
untuk mengekstraksi fraksi etil asetat. Hal ini digunakan untuk mengukur aktivitas
antioksidan dengan metode redaman radikal DPPH menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Perhitungan regresi linier dilakukan dengan kurva standar untuk mengukur nilai IC50,
sebelum fraksi etil asetat menjalani uji kualitatif metabolit sekunder. Hasil: Uji t independen

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok, nilai rata-rata IC50 di asam
askorbat 13,812 ppm dengan linearitas 0,996 dan sebagian kecil etil asetat 38,526 ppm
dengan linearitas 0,999. Sebaliknya, di nilai linearitas asam askorbat dan fraksi etil asetat ini
menunjukkan hubungan linier yang sangat tinggi antara konsentrasi dan inhibisi. Tes
metabolit sekunder yang dilakukan pada fraksi etil asetat menghasilkan hasil positif untuk
flavonoid, tanin, dan fenol. Kesimpulan: Berdasarkan parameter IC50, fraksi etil asetat
dalam ekstrak etanol 96% daun binjai menghasilkan sangat aktivitas antioksidan kuat dalam
kandungan senyawa dalam fraksi, yaitu: flavonoid, tanin dan fenol.

Kata kunci: antioksidan; daun binjai; fraksi etil asetat; IC50

Korespondensi: Khairiah, Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran


Gigi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Jalan Kuin Selatan No. 25, Banjarmasin
70128, Indonesia. E-mail : rya.mayang@ymail.com

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
PENGANTAR

Penyembuhan luka terganggu setelah pencabutan gigi sering terjadi bahkan dalam
kasus pasien yang sehat karena terhadap beberapa faktor yang menghambat proses. Ada
sekitar 11 juta pasien yang mengalami kondisi operasi seperti nyeri, bengkak dan memar
berhari-hari. Telah dilaporkan bahwa dalam 1,0-11,5% dari kasus pasien mengalami
penyembuhan luka yang tidak konsisten.1 A luka diklasifikasikan sebagai kerusakan fisik atau
cedera anatomi disebabkan oleh mikroba, reaksi kimia, suhu, trauma mekanik atau
pembedahan yang mengakibatkan kerusakan jaringan yang terus menerus.2 Proses
penyembuhan itu sendiri terjadi dalam tiga fase, yaitu: fase inflamasi, proliferasi atau fase
epitelisasi dan renovasi atau tahap pematangan. Fibroblast adalah sel yang memainkan peran
penting penyembuhan luka. Fibroblast akan berkembang biak dan memproduksi kolagen
untuk memperbaiki jaringan yang rusak pada luka yang meradang. 3
Penyembuhan luka membutuhkan antioksidan, zat yang melindungi sel, protein,
jaringan dan organ tubuh dari radikal bebas untuk mempercepat proses. Sedangkan kehadiran
oksigen reaktif yang berlebihan selama luka proses penyembuhan dapat menyebabkan
penurunan produksi kolagen matriks yang dihasilkan oleh proliferasi fibroblast. Karena itu,
antioksidan diperlukan untuk menghambat proses oksidasi. Antioksidan bekerja dengan
menyumbangkan atom hydrogen menjadi zat radikal dengan hasil yang menjadi lebih
stabil. 4,5
Antioksidan hadir dalam bahan alami bisa jadi diperoleh melalui ekstraksi. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih untuk mengadopsi metode socletation menggunakan larutan
etanol 96% karena Denis, (2017) mengklaim bahwa ia mengenalkan aktivitas antioksidan
lebih besar dari maserasi. Setelah ekstrak etanol daun binjai ( Mangifera caesia ) telah
diperoleh, proses fraksinasi selesai. 6 Fraksinasi melibatkan pemisahan senyawa antioksidan
berdasarkan tingkat polaritas pelarutnya untuk menghasilkan fraksi dengan sifat metabolit
sekunder yang serupa. 7 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohman et al, (2010), fraksis
etil asetat menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan fraksi
metanol dan kloroform. 8 Phang et al, (2011), juga membandingkan metanol, n-heksana dan
aquadest dengan etil asetat, menyimpulkan bahwa fraksi etil asetat mengenalkan aktivitas
antioksidan yang lebih kuat. 9
Binjai bagian dari genus mangifera dan keluarga ancardiaceae , merupakan salah satu
ramuan asli dari Kalimantan Selatan yang bertindak sebagai antioksidan. Resistensi dari binjai
terhadap hama dan penyakit terbukti dari meluas kehadiran alami dari varietas liar di seluruh
Sumatera dan Indonesia Semenanjung Malaya. Bentuk yang dibudidayakan selanjutnya
Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
diproduksi di lokasi seperti Bali, Filipina, Thailand dan daerah-daerah tertentu di Jawa di
mana nilai populasi lokal binjai sebagai bagian dari makanan sehari-hari dan unsur penting
dari pengobatan untuk diabetes. 10,11
Analisis aktivitas antioksidan etanol fraksi ekstrak daun binjai dapat dilakukan
dengan menggunakan 1,1- difenil- Metode 2-picryhidrazyl (DPPH). Skor antioksidannya
aktivitas lebih rendah dari IC50 yang direkam oleh senyawa tertentu membuatnya dianggap
sangat aktif. 12 Keuntungan dari metode DPPH dapat lebih mudah direalisasikan karena
senyawa radikal yang digunakan lebih stabil daripada senyawa itu dari metode lain. DPPH
dicirikan sebagai radikal bebas yang stabil berdasarkan delokalisasi elektron cadangan atas
molekul secara keseluruhan, dengan hasil bahwa molekul tidak meredup seperti kebanyakan
radikal bebas lainnya. 13 Aktivitas zat bioaktif terkandung dalam fraksi etil asetat ekstrak daun
binjai telah diuji oleh uji kualitatif metabolit sekunder dengan menggunakan warna kinerja
metode tabung. 14 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kapasitas antioksidan fraksi
etil asetat dalam ekstrak etanol daun binjai.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
MATERIAL DAN METODE

Penelitian yang dilaporkan di sini diberikan izin etis dengan dokumen No. 031 /
KEPKG-FKGULM / EC / IX / 2017 yang dikeluarkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian ini merupakan eksperimen sejati yang
menggabungkan post-test saja dan desain kelompok kontrol. Sampel penelitian terdiri dari
daun binjai yang dipilih melalui pengambilan sampel acak sederhana menggunakan dua
kelompok tidak berpasangan dengan rumus numerik komparatif. Tiga sampel yang digunakan
yaitu asam askorbat sebagai fraksi etil asetat dalam kontrol positif dan tiga sampel ekstrak
etanol daun binjai sebagai sebuah kelompok perlakuan.
Proses pemisahan ekstrak etanol dari daun binjai menggunakan ekstraksi
soxhlet. Sampel daun binjai kemudian dicuci dan dikeringkan di ruangan yang bebas dari
sinar matahari langsung selama empat hari. Setelah daun dikeringkan, kemudian dicincang
dan dicampur hingga konsistensi bubuk yang kemudian diayak melalui ukuran 40 mesh
hingga homogen dan ditimbang untuk mendapatkan 91,61 gram bubuk simplisia. Binjai
simplicia diekstraksi oleh metode socletation menggunakan larutan etanol 96% selama lima
jam. Ekstrak cair kemudian dipekatkan dan diuapkan menggunakan evaporator berputar 40 °
C dan air selama tujuh jam untuk menghasilkan 11,92 gram ekstrak kental. 6
Fraksinasi dilakukan menggunakan corong pisah dengan menangguhkan ekstrak
daun binjai yang kental dalam aquadest dengan rasio 1: 2. Pertama, fraksinasi dilakukan
dengan menambahkan 100ml larutan n-heksana sebelum agitasi untuk satu menit dan menetap
sampai dipisahkan menjadi dua lapisan. Lapisan bawah merupakan fraksi n-heksana,
sedangkan lapisan atas terdiri dari fraksi akuades. Etil asetat fraksi diperoleh dengan
menambahkan 100ml etil asetat ke fraksi paling sederhana, kocok selama satu menit dan
kemudian dibiarkan sampai fraksi etil asetat dipisahkan dari fraksi aquadest. Fraksi etil asetat
kemudian dipekatkan, diuapkan dan ditimbang menggunakan rotary evaporator dan pemanas
air. Fraksi etil asetat diperoleh sebesar 0,62 gram. 5
Untuk menganalisis aktivitas antioksidan kuantitatif dengan uji DPPH pada fraksi
etil asetat ekstrak etanol daun binjai, sampel larutan dibuat dengan hati-hati mengukur sampel
10 mg dilarutkan menjadi 96% pa etanol hingga volumenya mencapai 10 ml. Peneliti
diekstraksi 200, 300, 400 dan 500 μl sampel dari masing-masing larutan yang kemudian
dimasukkan ke dalam labu volumetrik 10 ml. 96% pa etanol ditambahkan sampai tanda batas
tercapai untuk mendapatkan konsentrasi 20, 30, 40 dan 50 ppm. Satu ml larutan DPPH 0,4
mm ditambahkan ke masing-masing 4 ml sampel konsentrat larutan yang disimpan dalam

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
ruangan gelap selama 20 menit. Solusinya ditemukan memiliki menyerap panjang gelombang
maksimum 516 nm. 6
Untuk mengukur aktivitas antioksidan kuantitatif dengan uji DPPH pada asam
askorbat, solusi komparatif dibuat dengan hati-hati menimbang 10 mg asam askorbat yang
kemudian dilarutkan menjadi etanol 96% pa sampai itu mencapai volume 10 ml. Dari
solusinya, peneliti mengambil 40, 80, 120 dan 160 sampel ul masing-masing yang saat itu
ditempatkan dalam labu volume 10 ml dan masing-masing 96% pa etanol ditambahkan sejauh
tanda batas untuk mendapatkan konsentrasi 4, 8, 12 dan 16 ppm. Satu millimeter larutan
DPPH 0,4 mm ditambahkan ke masing-masing 4 ml standar larutan asam askorbat, sebelum
ditinggalkan di ruangan gelap selama 20 menit. Solusinya dibaca absorbansi pada panjang
gelombang maksimum 516 nm. 12
Pengujian kualitatif metabolit sekunder pada fraksi etil asetat ekstrak daun binjai
melibatkan beberapa tes. Dalam uji pereaksi basa flavonoid 0,5 mg dilarutkan dalam 100 ml
pelarut.1 ml sampel kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH. Jika warna kuning
muncul dan kemudian memudar ketika ditambahkan ke campuran asam encer, ini merupakan
tes positif dari keberadaan flavonoid. 0,5 mg uji timbal asetat pertama kali dilarutkan dalam
100 ml pelarutnya sebelum 1 ml diambil sebagai sampel. 1 ml 10% Pb asetat kemudian
ditambahkan ke sampel dan diaduk. Jika warna larutan berubah menjadi coklat kekuningan,
ini menandakan bahwa itu mengandung flavonoid. 15
Dalam tes terpenoid menggunakan tes Libermann Burchard, sampel 0,5 mg
dilarutkan dalam kloroform dan kemudian tegang. Filtrat yang diperoleh ditambahkan ke
beberapa tetes asam sulfat pekat sebelum diguncang. Jika berwarna coklat cincin terbentuk,
terpenoid hadir. 15
Dalam tes tanin menggunakan tes gelatin, sampel 0,5 mg dilarutkan dalam 100 ml
pelarutnya, 2 ml sampel ditambahkan untuk larutan gelatin 1% mengandung NaCl. Jika
sedimen putih terbentuk, ini mengkonfirmasi keberadaan tanin. 15
Dalam tes saponin menggunakan metode Froth, sampel 0,5 mg dilarutkan dalam 100
ml pelarutnya, dengan 2 ml sampel diambil dan diaduk dalam 2 ml air. Jika busa stabil, ini
menunjukkan hasil positif untuk saponin. 15
Dalam tes alkaloid menggunakan uji Dragendroff 0,5 mg sampel dilarutkan dalam
100 ml pelarutnya. A 1 ml sampel ditambahkan ke 1 ml reagen Dragendroff (bismuth
potassium iodide). Jika sedimen merah terbentuk, ini menandakan hasil positif untuk
alkaloid. Tes Mayer digunakan sampel 0,5 mg dilarutkan ke dalam 100 ml pelarutnya. A 1 ml
sampel ditambahkan ke 1 ml reagen Mayer (merkuri- potassium iodide). Jika sedimen kuning
terbentuk, ini menunjukkan adanya alkaloid. 15
Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
Dalam tes steroid menggunakan tes Libermann Burchard a Sampel 0,5 mg dilarutkan
dalam kloroform, sebelum dijadikan tegang. Filtrat yang dihasilkan ditambahkan ke anhidrida
asetat asam, dipanaskan dan kemudian dibiarkan dingin. Sulfat pekat asam dengan hati-hati
ditambahkan ke dinding tabung. Jika cincin coklat terbentuk, ini mengkonfirmasi keberadaan
steroid. 15
Dalam uji fenol menggunakan uji besi (III) klorida a 0,5 mg sampel dilarutkan dalam
100 ml pelarutnya. A 1 ml sampel ditambahkan ke 1 ml FeCl3 3%. Hitam biru sedimen
menunjukkan adanya fenol. 16
Mengikuti hasil penghitungan untuk aktivitas antioksidan fraksi etil asetat pada daun
binjai, data yang diperoleh adalah dikenakan uji normalitas dalam bentuk Shapiro-Tes
Wilk. Data kemudian dievaluasi dengan menggunakan sebuah independent t-test yang
mengonfirmasi normal didistribusikan (p> 0,05). Jika data yang diperoleh tidak normal
didistribusikan (p <0,05), tes nonparametrik, yaitu a Tes Wilcoxon, dilakukan sebagai
gantinya.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
HASIL

Berdasarkan hasil penelitian, perhitungan rata-rata fraksi etil asetat dari ekstrak etanol
daun binjai dan asam askorbat dan skor perbandingan antioksidan aktivitas
berdasarkan parameter IC 50 diperoleh, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata IC 50 dalam asam askorbat adalah 13,812. Skor ini diperoleh
dari perhitungan absorbansi larutan asam askorbat dibuat dengan menggunakan kurva
hubungan mentah antara konsentrat asam askorbat dan persentase penghambatan. Persamaan
regresi linier dari y = 3,997 x - 5,141 diperoleh dengan koefisien korelasi r = 0,996, di mana x
adalah skor antioksidan dan y mewakili skor absorbansi. Sementara itu, aktivitas antioksidan
fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun binjai menghasilkan skor rata-rata IC 50 sebesar
38,526 ppm yang diperoleh dari a perhitungan regresi linier y = 1,395 x - 3,720 dengan a
koefisien korelasi r = 0,999.

Gambar 1. Skor komparatif aktivitas antioksidan pada asam askorbat dan fraksi etil asetat
daun injai ekstrak etanol berdasarkan IC 50 .

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
Tabel 1. Hasil pengujian kualitatif metabolit sekunder pada fraksi etil asetat dari ekstrak
etanol daun binjai.
Senyawa dan Hasil Penjelasan
kelas reagen
Flavonoid: + Kuning pudar dan
Alkaline + HCL kuning kecoklatan
Pb asetat
Saponin: - Tanpa busa
Busa
Alkaloid: - Tidak ada sedimen
Mayer
Dragendroff
Tannin: + Sedimen putih
agar-agar
Steroid: - Tidak ada cincin cokelat
Libermann Burchard terbentuk
Terpenoid: - Tidak ada cincin cokelat
Libermann Burchard terbentuk
Fenol: + Sedimen biru hitam
Besi (III) klorida

Skor aktivitas antioksidan dari etil asetat fraksi ekstrak etanol daun binjai dan asam
askorbat dapat dilihat pada Tabel 1. Data ini menunjukkan bahwa ada zat metabolit sekunder
seperti flavonoid, tanin, dan fenol yang terkandung dalam fraksi etil asetat ekstrak etanol daun
binjai.
Analisis statistik dilakukan dengan normalitas pengujian kedua kelompok
menggunakan Shapiro-Wilk. Semua nilai menunjukkan distribusi normal karena skor yang
diperoleh adalah p> 0,005. Analisis statistik dari data yang diperoleh adalah diikuti oleh
independent t-test. Hasil analisis data memiliki skor signifikansi p = 0,00 (p <0,005). Itu bisa
saja menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan fraksi
etil asetat dan kelompok kontrol asam askorbat.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dikemukakan bahwa aktivitas antioksidan


dalam asam askorbat dan etil fraksi asetat dari ekstrak etanol daun binjai menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang diperoleh disebabkan oleh skor aktivitas
antioksidan dalam asam askorbat menjadi lebih aktif dibandingkan dengan fraksi etil asetat
yang 13,812 ppm. Sementara itu, skor aktivitas antioksidan dalam fraksi etil asetat dari
ekstrak etanol daun binjai adalah 38,526 ppm. Parameter yang digunakan untuk menetapkan
aktivitas antioksidan dalam sampel menentukan skor dari (Konsentrasi penghambatan)
IC 50 . IC 50 adalah konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH. Nilai
IC 50 dianggap sebagai pengukuran efisiensi yang valid dari antioksidan dari kedua senyawa
murni dan ekstrak. 17 Semakin kecil skor absorbansi, semakin besar penghambatannya skor
persentase. Karena itu, nilai IC 50 yang lebih rendah menunjukkan bahwa senyawa aktivitas
antioksidan lebih aktif atau lebih kuat. 18 Anggresani et al., (2017) membahas tingkat kekuatan
antioksidan berdasarkan parameter IC 50 : kurang dari 50 ppm dikatakan sangat aktif, 50-100
ppm dikatakan aktif, 101-250 ppm dikatakan rata-rata dan 250-500 ppm dikatakan
lemah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dikatakan aktivitas antioksidan dalam asam
askorbat dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun binjai merupakan perbedaan yang
signifikan. 19 Perbedaan yang diperoleh disebabkan oleh aktivitas antioksidan asam askorbat
menjadi lebih aktif dibandingkan dengan fraksi etil asetat yaitu 13,812 ppm. Sementara itu,
aktivitas antioksidan skor pada fraksi etil asetat ekstrak etanol daun binjai adalah 38,526 ppm.
Perbedaan antara aktivitas skor antioksidan dalam asam askorbat, yang lebih aktif
dibandingkan dengan fraksi etil asetat, sesuai dengan temuan dari Martiningsih et al., (2016)
yang melakukan antioksidan pengujian aktivitas pada ekstrak etanol terong yang sebanding
dengan asam askorbat. Penelitian menyimpulkan bahwa aktivitas asam askorbat sangat kuat
dibandingkan dengan ekstrak etanol terong karena aktivitas antioksidannya ditentukan oleh
senyawa yang diekstraksi yang bergantung pada solusi yang digunakan, yaitu etanol. Ini
menyebabkan yang diekstraksi senyawa untuk membentuk bagian dari kelas polifenol karena
pelarut itu polar. Sementara itu, senyawa antioksidan lainnya seperti beta karoten dan vitamin
C tidak diekstraksi karena vitamin C tidak larut dalam etanol. 20
Asam askorbat, sebagai pelarut komparatif, adalah antioksidan enzimatik yang
berfungsi dengan menangkap secara gratis senyawa radikal untuk menghindari reaksi oksidasi
berantai begitu bahwa mereka tidak akan bereaksi dengan komponen lain. 12,21 aktivitas
antioksidan yang lebih kuat dalam asam askorbat dibandingkan dengan fraksi etil asetat dalam
ekstrak etanol daun binjai juga disebabkan oleh asam askorbat itu sendiri. Asam askorbat
Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
adalah senyawa murni antioksidan yang berarti hanya menunjukkan aktivitas antioksidan
sementara hadir dalam ekstrak bahan alami. Ini adalah senyawa kompleks yang memiliki
banyak kegiatan seperti antioksidan anti-inflamasi dan anti-inflamasi kanker. 22 Selain itu,
Munte et al (2015) menyatakan bahwa asam askorbat menunjukkan aktivitas antioksidan yang
sangat aktif karena selama reaksi kimianya, asam askorbat memegang dua kelompok atom
hidroksil sehingga lebih mudah untuk disumbangkan hidrogen untuk menekan radikal
bebas. 23
Sementara itu, mekanisme kerja antioksidan pada fraksi etil asetat untuk menekan
radikal DPPH disebabkan oleh keberadaan senyawa tertentu yang mampu menghasilkan
hydrogen radikal untuk radikal DPPH tidak berpasangan. Ini menghasilkan reaksi untuk
senyawa yang mampu menekan radikal bebas, menyebabkan ikatan satu elektron ke elektron
yang menyumbangkannya dan membentuk diphenylpicrylhidrazin. Pembentukan berkurang
DPPH menjadi DPPH-H hasil radikal pada pembusukan warna ungu menjadi kuning. 24
Pengujian kualitatif metabolit sekunder dalam penelitian ini ditujukan untuk
menentukan metabolit sekunder senyawa yang ditemukan dalam fraksi etil asetat ekstraksi
etanol daun Binjai. Pengujian kualitatif ini melibatkan pengujian flavonoid, pengujian
terpenoid, tannin pengujian, pengujian saponin, pengujian alkaloid, pengujian steroid dan
pengujian fenol. Setelah tes ini dilakukan, hasil tes positif diperoleh untuk flavonoid, tanin
dan fenol, mengkonfirmasikan bahwa senyawa tersebut bersifat semi-polar. Hasil tes ini juga
sesuai dengan yang dari Tanaya et al, (2015) yang menyatakan bahwa flavonoid dan tannin
ada di fraksi etil asetat karena senyawa tersebut semi-polar. 25 Tursiman et al, (2012)
menyebutkan senyawa semi-polar yang akan diekstraksi dari etil pelarut asetat berdasarkan
pengujian kualitatif yang dilakukan pada fraksi etil asetat kandis, mengandung senyawa fenol
yang bertindak sebagai antioksidan. 26 Dapat disimpulkan bahwa bahkan meskipun ada
perbedaan antara etil asetat fraksi dan asam askorbat, berdasarkan parameter IC 50 tersebut
skor fraksi etil asetat ekstrak etanol daun binjai dan asam askorbat keduanya memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat aktif dalam mencegah radikal bebas sejak skor mereka lebih
rendah dari 50 ppm.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis mengakui dukungan dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Lambung Mangkurat dan the Laboratorium Fitokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat untuk mengizinkan akses ke fasilitas
dan dukungan penyediaan laboratorium selama penelitian eksperimental.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
REFERENSI

1. Susilawati, Khafid M, Tiarisna HN, Narendra KW, Chotimah C. Potensi kulit dan biji
kelengkeng (Euphoria longan) sebagai gel topikal untuk mempercepat pemulihan luka
setelah ekstraksi gigi. Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia. 2013; 1 (2):
1-3.
2. Rupina W, Trianto HF, Fitrianingrum I. Efek salep ekstrak etanol 70% daun karamunting
terhadap epitelisasi luka insisi kulit tikus Wistar. eJournal Kedokteran Indonesia. 2016; 4:
26–30.
3. Kurnia PA, Ardhiyanto HB, Suhartini. Potensi ekstrak teh hijau (Camellia sinensis)
terhadap Peningkatan jumlah sel fibroblast kait pasca pencabutan gigi pada tikus
Wistar. e-Jurnal Pustaka Kesehatan 2015; 3: 122–7.
4. Nugroho YA, Kusnadi J. Aplikasi kulit manggis (Garicinia mangostana L.) sebagai
sumber antioksidan pada es krim. J Pangan dan Agroindustri. 2015; 3 (4): 1263–71.
5. Fitriana WD, Fatmawati S, Ersam T. Uji aktivitas antioksidan terhadap DPPH dan ABTS
dari fraksi-fraksi daun kelor (Moringa oleifera). Dalam: Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains. Bandung; 2015. p. 657–60.
6. Denis DC. Perbandingan aktivitas antioksidan antara metode mekstraksi maserasi dengan
sokletasi pada ekstrak daun ramania. Tesis. Banjarmasin: Universitas Lambung
Mangkurat; 2017. p. 40-1.
7. Chasani M, Fitriaji RB, Purwati. Fraksinasi ekstrak metanol kulit batang ketapang
(Terminalia catappa Linn.) dan uji toksisitasnya dengan metode BSLT (Brine Shirmp
Lethality Test). Molekul. 2013; 8: 89–100.
8. Rohman A, Riyanto S, Yuniarti N, WR Saputra, Utami R, Mulatsih W. Aktivitas
antioksidan, fenolik total, dan flavaonoid total ekstrak dan fraksi buah merah (Pandanus
conoideus Lam). Int Makanan Res J. 2010; 17: 97–106.
9. Phang CW, Malek SNA, Ibrahim H, Wahab NA. Antioksidan sifat ekstrak kasar dan
difraksinasi dari Alpinia mutica rimpang dan total konten fenoliknya. African J Pharm
Farmakol 2011; 5 (7): 842–52.
10. Mustikasari K, Ariyani D. Studi potensi Binjai (Mangifera caesia) dan Kasturi
(Mangifera casturi) sebagai antidiabetes melalui skrining fitokimia pada akar dan
batang. J Ilmiah Berkala Sains dan Terapan Kimia. 2008; 2 (2): 64–73.
11. Rosyidah K, Siska S, Astuti MD. Isolasi senyawa antioksidan dari kulit batang tumbuhan
Binjai (Mangifera caesia). J Ilmiah Berkala Sains dan Terapan Kimia. 2011; 5: 8–14.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
12. Pangaribuan FXR, Sitorus S, Saleh C. Uji fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak
daun Rambutan (Nephelium lappaceum) dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil). J Atomik. 2016; 1 (2): 81–5.
13. Kedare SB, Singh RP. Kejadian dan pengembangan metode DPPH uji antioksidan. J
Food Sci Technol. 2011; 48 (4): 412–22.
14. Setyowati WAE, Ariani SRD, Ashadi, Mulyani B, Rahmawati CP Membuat fitokimia
dan mengumpulkan komponen utama ekstrak metanol kulit durian (Durio zibethinus
Murr.) varietas pektruk. Dalam: Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia
VI. Surakarta; 2014. hlm. 271–80.
15. Sutomo, Arnida, Rizki MI, Triyasmono L, Nugroho A, Mintowati E, Salamiah. Skrining
fitokimia dan uji aktivitas kualitatif antioksidan tumbuhan asal daerah rantau Kabupaten
Tapin Kalimantan Selatan. J Farmascience. 2016; 3: 66–74.
16. Wijaya DP, Paendong JE, Abidjulu J. Skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan dari
daun Nasi (Phrynium capitatum) dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). J
Mipa Unsrat Online. 2014; 3: 11–5.
17. Pratama M, Umpan M, Yaqin RN. Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tomat
buah (Lycopersicon esculentum Mill, var. pyriforme Alef) dan daun tomat sayur
(Lycopersicon esculentum Mill, var. komune Bailey) dengan metode DPPH (1,1-
Diphenyl- 2-Picryl Hydrazil). J Fitofarmaka Indonesia. 2015; 2: 76–82.
18. Rahmi H. Ulasan: aktivitas antioksidan dari berbagai sumber buah- buah di Indonesia. J
Agrotek Indonesia. 2017; 2: 34–8.
19. Anggresani L, Yuliawati, Desriyanti E. Uji total konten flavonoid dan aktivitas
antioksidan ekstrak daun kembang bulan (Thitonia diversifolia (Hemsley) A.
Gray). Penelitian Informasi Kesehatan. 2017; 6: 18–22.
20. Martiningsih NW, Widana GAB, Kristiyanti PLP. Skrining fitokimia dan uji aktivitas
antioksidan ekstrak etanol daun Matoa (Pometia pinnata) dengan metode DPPH. Dalam:
Seminar Nasional Prosiding MIPA. Singaraja; 2016. p. 332–8.
21. Winarsi H. Antioksidan alami & radikal bebas. Yogyakarta: Kanisius; 2007. p. 20-4.
22. Matheos H, Runtuwene MRJ, Sudewi S. Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kayu
bulan (Pisonia alba). Pharmacon J Ilmiah Farmasi - UNSRAT. 2014; 3 (3): 235–46.
23. Munte L, Runtuwene MR, Citraningtyas G. Aktivitas antioksidan dari ekstrak daun
Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.). Pharmacon J Ilmiah Farmasi -
UNSRAT. 2015; 4 (3): 41-50.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168
24. Setyaningsih D, Pandji C, Perwatasari DD. Kajian aktivitas antioksidan dan antimikroba
fraksi dan ekstrak dari daun dan ranting jarak pagar (Jatropha curcas L.) serta
pemanfaatannya pada produk Kebersihan pribadi. Agritech. 2014; 34 (2): 126–37.
25. Tanaya V, Retnowati R, Suratmo. Fraksi semi polar dari daun mangga kasturi (Mangifera
casturi Kosterm). Mahasiswa Kimia J. 2015; 1 (1): 778–84.
26. Tursiman, Ardiningsih P, Nofiani R. Jumlah fenol fraksi etil asetat dari buah asam kandis
(Garcinia dioica Blume). J Kimia Khatulistiwa. 2012; 1 (1): 45–8.

Jurnal Gigi (Majalah Kedokteran Gigi) p-ISSN: 1978-3728; e-ISSN: 2442-9740. Terakreditasi No. 32a / E / KPT
/ 2017. Buka akses di bawah lisensi CC-BY-SA. Tersedia di http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKG
DOI: 10.20473 / j.djmkg.v51.i4.p164–168

Anda mungkin juga menyukai