JOURNAL NERS
AND MIDWIFERY INDONESIA
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
Abstrak
Keselamatan pasien adalah tidak adanya bahaya yang ditimbulkan yang dapat dicegah kepada pasien
selama proses perawatan kesehatan. Salah satu indikator pada keselamatan pasien pada praktik farmasi
adalah prinsip pemberian obat, penelitian ini menggunakan 6 prinsip pemberian obat. Penelitian ini
menggunakan mix method, yang dilakukan di Puskesmas Kasihan II pada tanggal 5-28 Oktober 2015.
Responden dalam penelitian ini, 2 orang apoteker, pasien dan kepala Puskesmas. Penerapan patient
safety dalam pemberian obat berdasarkan 6 prinsip benar, menunjukkan 100% prinsip benar Rute dan
kadaluarsa, 78,5% prinsip benar pasien, 63,7% benar obat, 94,1% benar dosis dan 25,5% benar
informasi. Berdasarkan analisis kualitatif, penerapan patient safety berdasarkan 6 prinsip pemberian obat
didapatkan hasil, petugas mengecek identitas pasien, menyesuaikan dosis, menyesuaikan resep,
memberikan informasi terkait obat yang diberikan kepada pasien. Masalah yang didapat dari penerapan 6
prinsip pemberian obat adalah terdapat 6 resep yang diberikan lebih dari dosis yang sebenarnya, tidak
tersedianya tempat untuk menyimpan obat-obatan yang telah kadaluarsa, ketidakseimbangan antara
apoteker dengan jumlah pasien. Saran dan harapan yang dapat diberikan adalah penambahan SDM pada
apotek dan menyediakan ruangan untuk menyimpan obat-obatan yang telah kadaluarsa.
Info Artikel:
Artikel dikirim pada 7 Oktober 2015
Artikel diterima pada 7 Oktober 2015
162 Anggi Napida Anggraini,Fatma Siti Fatimah, 2015. JNKI, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015, 162-
168
PENDAHULUAN sesuai dengan prosedur yang
Evaluasi Masalah dan Hambatan Penerapan “Ini kan disini baru karna ada saya aja
Patient Safety dalam Pemberian Obat mbak baru saya buat label-label nya yg
di kotak obatnya. Kemarin-kemarin
Manajemen
nggak ada, buat memudahkan kerja
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
juga kalo mau nyari obat”
masalah dan hambatan yang berkaitan dengan
manajemen, antara lain adalah: SOP tidak ditempel
Menurut responden R2, berdasarkan kutipan
di ruang apotek dan alur pemberian obat tidak semua
wawancara diatas, label-label yang terdapat pada
ditempel dinding puskesmas. Berdasarkan dari 3
loker tempat obat, baru dibuat 1 bulan yang lalu,
responden yaitu R1, R2 dan R3 menyatakan bahwa
sebelumnya belum ada label nama-nama obat
SOP yang ada tidak ditempel di dinding apotek
yang tertempel di loker tersebut. Pemberian label-
Puskesmas, R1 dan R3 menyatakan bahwa SOP
label nama obat di loker tersebut dinilai R2 dapat
yang ada disimpan dan tidak di tempel. Berdasarkan
memudahkan proses pencarian obat-obatan, lebih
observasi peneliti pada alur pemberian obat, di
tertata dengan rapih dan memudahkan kerja
lingkungan Puskesmas sudah ditempel, Alur
apoteker dalam penyiapan dan pemberian obat.
pemberian obat yang ditempel dilihat lebih efektif
Menurut responden R4, Tidak semua nama obat di
karena selain petugas dapat membaca, pasien juga
jelaskan oleh petugas dan tidak semua dijelaskan
dapat membaca secara langsung terkait dengan
efek samping dari obat-obatan yang diberikan oleh
alur pemberian obat sehingga dapat
apoteker. Hal inii sesuai dengan kutipan wawancara
mengefesienkan waktu ketika pemberian obat.
berikut:
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas
melaksanakan pelayanan kefarmasian berdasarkan
“Kalo nama obat kayaknya ngga semua
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dibuat
ya mba, tapi menjelaskan misal obat
secara tertulis, disusun oleh kepala ruang farmasi,
ini untuk panas, obat ini vitamin, obat
dan ditetapkan oleh kepala puskesmas. SPO tersebut
ini untuk antibiotic harus habis, gitu
diletakkan ditempat yang mudah dilihat. Jenis SPO
mbak”
yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pelayanan
yang dilakukan pada puskesmas yang bersangkutan.
Berdasarkan kutipan diatas peneliti menilai
Isi dari PERMENKES tersebut menjelaskan bahwa,
perlu adanya evaluasi terkait dengan pemberian
standar operating prosedur mutlak ada dalam
informasi secara lengkap. Pada obat-obatan yang
suatu puskesmas yang menyelenggarakan instansi
repack, tidak tertera tanggal kadaluarsanya,
kefarmasian dan diletakkan pada tempat yang mudah
menurut responden R4 tidak adanya nama obat
lihat oleh orang lain.
pada kemasan repack. Hal ini mengakibatkan
ketidaktahuan pasien dengan tanggal kadaluarsa
6 Prinsip Pemberian Obat
dari obat tersebut sehingga penggunaan obat-
Pada kategori 6 prinsip pemberian obat, hasil obatan dapat terjadi kesalahan. Berdasarkan
wawancara terkait dengan masalah dan hambatan observasi peneliti, pada kemasan obat-obatan
yang didapat adalah Pemberian obat secara yang repack, tidak tertera nama obat, yang tertera
berlebih memungkinkan terjadinya penyalahgunaan hanya frekuensi pemakaian obat, misal: 2 x 1 hari.
obat, hal ini telah disampaikan oleh responden R1
bahwa pemberian obat dengan dosis yang Sarana dan Prasarana
dilebihkan atau dikurangkan tidak diperbolehkan
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
meskipun didalam suatu puskesmas tersebut
masalah dan hambatan, didapatkan dibidang
persediaan obat dalam jumlah yang besar. Obat-
sarana
obatan yang diberikan
dan prasarana yaitu, tidak ada tempat khusus yang dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
untuk menyimpan obat-obatan yang kadaluwarsa. s esuai k ebutuhan, prak t ik k ef arm asian y
B erdasark an hasil obser v as i y ang dilakuk ang dibantu oleh tenaga nonmedis tidak sesuai
an oleh peneliti, tidak adanya tempat khusus dengan perundang-undangan, karena tenaga non
untuk menampung obat-obatan yang telah medis tidak memiliki kompetensi dalam
kadaluwarsa, obat-obatan yang telah kadaluarsa melaksanakan praktik kefarmasian. Semua
diletakkan di dalam kardus dan diletakkan tenaga kefarmasian harus memiliki STR dan surat
berdekatan dengan persediaan obat yang masih izin praktik untuk melaksanakan pelayanan
layak pakai, namun masih dalam satu gudang kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan
penyimpanan. Selain berdasarkan hasil observasi termasuk Puskesmas, sesuai dengan peraturan
dari peneliti, hal ini dikuatkan juga oleh perundang-undangan6. Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan responden R2 yaitu: hasil wawancara yang didapatkan, menurut
responden R1, R2, dan R3, petugas nonmedis
“Klo obat-obat kadaluarsa dipisah mbak, (kasir) juga membantu apoteker dalam menyiapkan
tapi cuma dimasukkan ke kerdus, tetap dan memberikan obat.
dalam ruangan yg sama dengan obat- Jumlah kebutuhan apoteker di puskesmas,
obatan yang masih bagus” dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik
rawat inap maupun rawat jalan. Serta
Ruang penyimpanan obat dan bahan medis memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio
habis pakai termasuk sarana dan orasarana yang untuk menentukan jumlah apoteker di Puskesmas
harus diperhatikan, ruangan penyimpanan tersebut adalah 1 apoteker untuk 50 pasien per hari(5).
harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, Angka kunjungan pasien di Puskesmas Kasihan II
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin perharinya mencapai 100 pasien, dan tenaga
mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu kefarmasian di apotek tersebut hanya 1 orang
juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. apoteker. Adanya hal tersebut dapat
Ruang penyimpanan perlu dilengkapi dengan rak/ mengakibatkan kinerja apoteker yang kurang
lemari obat, pendingin ruangan, lemari maksimal, dapat disebabkan faktor kelelahan
penyimpanan khusus untuk obat-obatan narkotika sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kelalaian
dan psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, dalam melakukan praktik kefarmasian.
pengukur suhu. Istilah Ruangan yang dijelaskan di Masalah dan hambatan dalam bidang SDM,
atas tidak harus dijelaskan sebagai wujud ditemukan dari pemaparan responden adalah
ruangan secara fisik, namun lebih kepada fungsi petugas nonmedis (kasir) membantu apoteker
yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi dalam menyiapkan dan memberikan obat, jumlah
tersebut disediakan ruangan secara tersendiri, jika petugas apotek tidak sebanding dengan jumlah
tidak, maka dapat digabung kan lebih dari 1 pasien, tidak ada asisten apoteker yang membantu
fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang saat bertugas dan kinerja apoteker kurang
jelas antar fungsi terlebih untuk pengaturan ruang maksimal. adanya hal tersebut dapat
obat-obatan yang telah tidak terpakai atau mengakibatkan kinerja apoteker yang kurang
kedaluwarsa(8). maksimal, dapat disebabkan factor kelelahan
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kelalaian
Sumber Daya Manusia dalam melakukan praktik kefarmasian.
Masalah terkait dengan sumber daya manusia
yang ditemukan dari pemaparan responden adalah Saran dan Harapan dari Penerapan Patient
Safety
petugas nonmedis (kasir) membantu apoteker
Pemberian Obat
dalam menyiapkan dan memberikan obat, jumlah
petugas apotek tidak sebanding dengan jumlah Saran dan harapan yang dapat ditujukan pada
pasien, tidak ada asisten apoteker yang Puskesmas, untuk kategori manajemen saran dan
membantu saat bertugas dan kinerja apoteker harapan adalah sistem penataan resep diperbaiki.
kurang maksimal. P eny elenggaraan Hal ini berkaitan dengan pendokumentasian arsip
pelayanan k efarm asian di Puskesmas kefarmasian. Ruang arsip memerlukan ruangan
minimal harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga khusus yang memadai dan aman untuk memelihara
apoteker sebagai penanggung jawab dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk
menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan, dan teknik manajemen yang baik(8).
P engadaan k om puter y ang t er dapat tertata dengan baik. Pengadaan komputer
integrasi dengan system, system informasi yang diruangan apotek yang terintegrasi dengan system.
terintegrasi memudahkan petugas apoteker Tersedianya ruang tersendiri untuk penyimpanan
untuk proses pendokumentasian sehingga obat-obat kadaluarsa, serta adanya penambahan
informasi dapat di akses oleh semua pengguna SDM di ruang apotek.
system informasi di apotek di Kasihan II.
Perlunya penambahan SDM dinilai penting
RUJUKAN
k arena m elihat beban k er ja apotek er, y
ang seharusnya sesuai dengan PERMENKES RI 1. Cahyono. Membangun budaya keselamatan
nomor pasien dalam praktek kedokteran. Yogyakarta:
31 tahun 2014 dimana rasio untuk 1 apoteker Kanisius; 2008.
menangani 50 pasien(8). 2. Joint Commission International Acreditation.
Standart for Hospital. 4th ed. Penj: Meitasari
T,Nicole B. Ed: Grace F, Sitomurung, Donda
SIMPULAN DAN SARAN
SS, Jeffry O, Anastina T, Elisa T, Jakarta: PT.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Gramedia; 2011.
disimpulkan beberapa hal sebagai jawaban atas 3. World Health Organization & Joint Comission
permasalahan yang ada di dalam penelitian ini, International. Communication during patient
yaitu: penerapan patient safety dalam pemberian hand- overs [internet]. 2007. Available from:
obat berdasarkan 6 prinsip benar menunjukkan http://www.
100% prinsip benar rute dan kadaluarsa telah who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/
dilaksanakan. dan 78,5% prinsip benar pasien, PS-Solution3.pdf
63,7% benar obat, 4. DepKes RI. Panduan nasional keselamatan
94,1% benar dosis dan 25,5% benar informasi pasien rumah sakit (patient safety). 2nd ed.
telah dilakukan pada Puskesmas Kasihan II. Jakarta: DepKes RI; 2008.
Berdasarkan hasil wawancara, evaluasi 5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
penerapan patient safety dikategorikan 2 kelompok, (Permenkes). Keselamatan Pasien Rumah Sakit
pada bidang manajemen berkaitan dengan SOP [internet]. 2011. Available from:
yang telah ada namun tidak ditempel di ruangan, dan http://www.hukor.
evaluasi terhadap 6 prinsip pemberian obat sudah depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20
berjalan dengan baik meski terdapat beberapa No.%201691%20ttg%20Keselamatan%2 0
masalah yang masih belum sesuai dengan Pasien%20Rumah%20Sakit.pdf
prosedur dan undang-undang yang ada, dalam hal 6. Potter PA, Perry AG. Fundamental of nursing
ini terkait dengan penempatan obat-obatan yang fundamental keperawatan. Trans: Nggie AF,
telah kadaluarsa yang masih belum terkelola Albar M. Ed: Hartanti. 7th ed. Jakarta: Salemba
dengan baik, serta tidak sesuainya rasio Medika; 2009.
perbandingan antara Apoteker dengan pasien 7. Berman A, Snyder S, Kozier B, Erb G. Buku
sehingga kinerja kurang maksimal. Ajar Praktik Keperawatan Klinis. 5th ed. Penj:
Saran dan harapan antara lain adanya Meiliya E, Wahyuningsih E, Yulianti D. Ed:
penataan manajemen apotek yang lebih terkelola, Ariani, F. Jakarta: EGC; 2009.
termasuk adanya sarana dan prasarana 8. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
komputerisasi yang terintegrasi dengan system, ( P er m enkes) No. 30. S t andar P
serta penambahan jumlah SDM apoteker atau elayanan Kefarmasian Di Puskesmas. 2014.
asisten apoteker. Terkait dengan manajemen,
antara lain adalah sistem penataan resep pada
bulan yang telah lalu