Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KEBUDAYAAM, MASYARAKAT

DAN RUMAH SAKIT

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Psikologi Keperawatan

Dosen Mata Kuliah : Elang Wibisana. Ns, S.kep, M.Kep

Disusun Oleh

(kelompok 8)

Alviyansah : 18.14201.016
Siti Maemunah : 18.14201.037
Lia Qodariah : 18.14201.033
Renty H : 18.14201.042

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019
KATA PENGATAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Semoga sholawat dan salam
selalu tercurahkan bagi junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat-sahabat beliau dan orang-orang yang mengikutinya dengan
kebaikan hingga akhir jaman.

Kami berterimakasih atas selesainya makalah yang kami buat dan tidak terlepas
dari dosen dan rekan-rekan yang telah membantu kami menyelesaikan makalah
dengan judul “Konsep Kebudayaan, Masyarakat dan Rumah Sakit”. Untuk itu
tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang maha Esa


2. Elang Wibisana. Ns, S.kep, M.Kep Sebagai Dosen Pembimbing dari rumusan
makalah ini.
3. Teman-teman di kelompok ini yang sudah membantu

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, khususnya Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tanggerang,
Prodi Keperawatan S1 dapat menambah wawasan dalam mempelajari masalah-
masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

Tangerang, 8 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Kebudayaan Dan Rumah Sakit ............................................................. 3
Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit (Organisasi) ............................................ 7
Pengertian masyarakat ............................................................................................ 8
Pengertian budaya ................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan. .......................................................................................................... 10
Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Reformasi Rumah Sakit menjadi Badan Layanan Umum dilakukan untuk


mengikuti langkah langkah atau aktivitas yang dilakukan oleh sektor swasta,
dalam hal efisiensi, keefektifan, serta produktivitas, untuk meningkatkan daya
saing instansi. Instansi harus dikelola secara mandiri dan terus melakukan
inovasi, seperti layaknya institusi bisnis, dalam rangka menunjang proses
penciptaan value added.
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya. Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan jumlah
penduduk Indonesia masih sangat rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma
tersedia 6 ranjang rumah sakit.
Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar
rumah sakit yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan
orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah hospital (rumah sakit) berasal
dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan
hospitality (keramahan). Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis
atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula
meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan.
Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya
memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Rumah sakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical
Care: is an integral part of social and medical organization, the function of
which is to provide for the population complete health care, both curative and
preventive and whose out patient service reach out to the family and its home
environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and
for biosocial research

1
2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga


kesehatan dalam menangani korban kecelakaan atau pasien agar memeberikan
pelayanan kesehatan yang memadai dan melakukan tindakan yang sesuai
dengan prinsip pelayanan yang baik.
Perumusan Masalah berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana
peran tenaga kesehatan dalam menangani atau memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan kebudayaan yang baik yang berlaku ditengah
masyarakat

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kebudayaan Dan Rumah Sakit

A. Konsep Kebudayaan

Konsep budaya telah menjadi arus utama dalam bidang antropologi


sejak awal mula dan memperoleh perhatian dalam perkembangan awal studi
perilaku organisasi. Bagaimanapun juga, baru-baru ini saja konsep budaya
timbul ke permukaan sebagai suatu dimensi utama dalam memahami
perilaku organisasi (Hofstede 1986). Schein (1984) mengungkapkan bahwa
banyak karya akhir-akhir ini berpendapat tentang peran kunci budaya
organisasi untuk mencapai keunggulan organisasi. Mengingat keberadaan
budaya organisasi mulai diakui arti pentingnya, maka telaah terhadap
konsep ini perlu dilakukan terutama atas berbagai isi yang dikandungnya.
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan
dengan Antropologi. Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak
eksklusif untuk menggunakan istilah ini. Seniman seperti penari atau
pelukis dll juga memakai istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini,
bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini
memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar
kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering
disebut dengan kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh
Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli
Antropolgi mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut.
Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkan definisi
yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yang
dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian banyak definisi
tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi

3
tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam
Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan
defenisi kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam
kehidupan sehari-hari:

“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan


tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih
tinggi dan lebih diinginkan”.

Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah


ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap,
dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu.

B. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan


profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga
ahli kesehatan lainnya. Berikut ini ialah beberapa jenis-jenis rumah sakit
yang akan dijelaskan untuk memberikan gambaran mengenai Kebudayaan
rumah sakit.

C. Rumah sakit penelitian/pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang


terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran
pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini
dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat
baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh

4
pihak universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian
masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.

D. Rumah sakit lembaga/perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk


melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena
penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah
sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi
karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan yang terpencil/jauh dari
rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia
juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk
masyarakat umum.

E. Kebudayaan Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena
ia merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri
serta fungsifungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan
mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Di
samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah
sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan
1997).

Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi.


Pertama adalah pemerintah dengan maksud untuk menyediakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat umum terutama yang tidak mampu. Kedua
adalah institusi keagamaan yang membangun rumah sakit nirlaba untuk
melayani masyarakat miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Hal yang
menarik akhir-akhir ini adalah adanya perubahan orientasi pemerintah

5
tentang manajemen rumah sakit dimana kini rumah sakit pemerintah
digalakkan untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep
Rumah Sakit Swadana dimana investasi dan gaji pegawai ditanggung
pemerintah namun biaya operasional rumah sakit harus ditutupi dari
kegiatan pelayanan kesehatannya (Rijadi 1994). Dengan demikian, kini
rumah sakit mulai memainkan peran ganda, yaitu tetap melakukan
pelayanan publik sekaligus memperoleh penghasilan (laba ?) atas
operasionalisasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Mengingat adanya dinamika internal (perkembangan peran) dan
tuntutan eksternal yang semakin berkembang, rumah sakit dihadapkan pada
upaya penyesuaian diri untuk merespons dinamika eksternal dan integrasi
potensi-potensi internal dalam melaksanakan tugas yang semakin
kompleks. Upaya ini harus dilakukan jika organisasi ini hendak
mempertahankan kinerjanya (pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sekaligus memperoleh dana yang memadai bagi kelangsungan hidup
organisasi).
Untuk itu, ia tidak dapat mengabaikan sumber daya manusia yang
dimiliki termasuk perhatian atas kepuasan kerjanya. Pengabaian atasnya
dapat berdampak pada kinerja organisasi juga dapat berdampak serius pada
kualitas pelayanan kesehatan. Dalam konteks tersebut, pemahaman atas
budaya pada tingkat organisasi ini merupakan sarana terbaik bagi
penyesuaian diri anggota-anggotanya, bagi orang luar yang terlibat
(misalnya pasien dan keluarganya) dan yang berkepentingan (seperti
investor atau instansi pemerintah terkait) maupun bagi pembentukan dan
pengembangan budaya organisasi itu sendiri dalam mengatasi berbagai
masalah yang sedang dan akan dihadapi.
Namun sayangnya penelitian atau kajian khusus tentang persoalan
ini belum banyak diketahui, atau mungkin perhatian terhadap hal ini belum
memadai. Mengingat kondisi demikian, maka tulisan ini bertujuan untuk
menggambarkan berbagai aspek dan karakteristik budaya organisasi rumah
sakit sebagai lembaga pelayanan publik.

6
2. Karakteristik Kebudayaan Rumah Sakit (Organisasi)

Pertama, asumsi karyawan tentang keterkaitan lingkungan organisasi yang


menunjukkan bahwa organisasi mereka didominasi dan sangat dipengaruhi oleh
beberapa pihak eksternal, yaitu pemilik saham, Departemen Kesehatan sebagai
pembina teknis, dan masyarakat pengguna jasa kesehatan sebagai konsumen.
Peran masyarakat kini begitu dirasakan sejak RS menjadi institusi yang harus
mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa mengandalkan subsidi lagi dari PTPN
XI. Pada situasi seperti ini, karyawan menyadari betul fungsi yang harus
dimainkan ketika berhadapan dengan konsumen, yaitu mereka harus
memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dan keluarganya, serta para
pengunjung lainnya.
Nilai-nilai yang sudah ditanamkan kepada karyawan dalam memberikan
pelayanan kepada konsumennya tadi dapat terungkap dari pandangan mereka
bahwa justru konsumenlah orang terpenting dalam pekerjaan mereka. Pasien
adalah raja yang mana semua karyawan bergantung padanya bukan pasien yang
bergantung pada karyawan. Pasien bukanlah pengganggu pekerjaan karyawan
namun merekalah tujuan karyawan bekerja.
Karyawan bekerja bukan untuk menolong pasien, namun keberadaan
pasienlah yang menolong karyawan karena pasien tersebut telah memberikan
peluang kepada karyawan untuk memberikan pelayanan. Oleh karena itu jika
terdapat perselisihan antara karyawan dan pasien maka karyawan haruslah
mengalah karena tidak ada yang pernah menang dalam berselisih dengan
konsumen. Dengan melihat nilai yang ditanamkan pada setiap karyawan
tersebut maka dapat dijelaskan tentang berlakunya asumsi fungsi pelayanan di
RS.
berpandangan dominan bahwa kebenaran lebih ditentukan oleh rasionalitas.
Dengan kata lain, sesuatu itu dapat dipandang sebagai benar bergantung pada
rasioanalitas kolektif di lingkungan RS X dan bila telah ditentukan melalui
proses yang dapat diterima dalam saluran organisasi.

7
Kedua, tentang pandangan karyawan berkenaan dengan hakikat sifat dasar
manusia sebagian besar karyawan rupanya berasumsi bahwa manusia atau
teman sekerja mereka itu memiliki sifat yang pada dasarnya baik, yaitu rajin
bekerja, sangat memperhatikan waktu kerja (masuk dan pulang kerja tepat
waktu), siap membantu pekerjaan rekan-rekan lainnya. Namun demikian
mereka juga berpandangan bahwa sifat ini tidak selamanya berlaku konsisten.
Akan ada selalu godaan atau kondisi yang dapat mengubah sifat manusia.
Mereka percaya betul bahwa tidak ada sifat yang kekal, sifat baik dapat saja
berubah menjadi buruk, begitu pula sifat buruk bisa berubah menjadi baik.

3. Pengertian masyarakat

Pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup


bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam
lingkungannya. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu "society" yang
berarti "masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin yaitu "societas"
yang berarti "kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa arab
yaitu "musyarak".

A. Pengertian Masyarakat Menurut Definisi Para Ahli

Pengertian masyarakat menurut definisi Paul B. Harton, yang


mengatakan pendapatnya bahwa pengertian masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama yang cukup
lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang
sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.
Pengertian masyarakat menurut definisi Abdul Syani mengatakan
bahwa pengertian masyarakat adalah berkumpul, bersama, hidup bersama
dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

8
Pengertian masyarakat menurut definisi Richard T. Schaefer dan
Robert P. Lamm mengatakan pendapatnya bahwa pengertian masyarakat
adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif
independen dari orang-orang di luar itu, dan memiliki budaya yang relatif
sama.
Pengertian masyarakat menurut definisi Soerjono Soekanto yang
mengatakan bahwa pengertian masyarakat adalah proses terjadinya
interaksi sosial, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila
tidak memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi.

4. Pengertian budaya

Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli dan Secara Umum – Budaya


atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat serta setiap kecakapan, dan
kebiasaan.
Bisa juga diartikan sebagai segala hal yang kompleks, yang di dalamnya
berisikan kesenian, kepercayaan, pengetahuan, hukum, moral, adat istiadat serta
keahlian ataupun ciri khas lainnya yang diperoleh individu sebagai anggota
dalam suatu masyarakat.

9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan.

Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak


hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan
lebih diinginkan. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan.
Istilah ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-
sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat
atau kelompok penduduk tertentu.

Kombinasi karakteristik dari asumsi dasar memunculkan budaya


organisasi yang bersifat integral. Kombinasi ini bisa dikategorikan sebagai
budaya adaptif sehingga mampu mendukung organisasi memenangkan adaptasi
eksternal. Pada saat yang sama konfigurasi atas asumsi dasar juga menunjukkan
tipologi budaya organisasi yang kuat. Dengan demikian memudahkan
organisasi mencapai integrasi internal jika terdapat kesesuaian antara
karakteristik budaya dengan praktek manajemen.

2. Saran

Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu serta berkualitas penting dalam
pembangunan karena akan menimbulkan pelayanan kesehatan yang prima
sehingga kepuasan dapat dirasakan oleh setiap masyarakat olehnya itu
pelayanan kesehatan harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga
kesehatan tetapi seluruh masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

10
Poerwanto, Helena dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.

Gibson & Ivanicevich & Donnely. (1996) Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses.
Penerjemah Adiarni, N. Binarupa Aksara, Jakarta.

Manz, C.C. & Sims, H.P., Jr. (1990) Super Leadership : Leading Others to Lead
Themselves. Berkley Books, New York.

Rijadi, S. (1994) Tantangan industri rumah sakit Indonesia 2020. Jurnal


Administrasi Rumah Sakit. Volume 2, No.2, 11-18.

Silalahi, Bennett N.B. [dan] Silalahi,Rumondang.1991. Manajemen keselamatan


dan kesehatan kerja.[s.l]:Pustaka Binaman Pressindo.

Suma'mur .1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta :Haji Masagung

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung


Agung, 1985

11

Anda mungkin juga menyukai