Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“MASYARAKAT, RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN”

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Psikososial

Dosen pembimbing Elang Wibisana Ns,S.Kep,M.Kep


Disusun Oleh Kelompok 5 :
1. Haryuning Harnum Handayani ( 18.14201.001 )
2. M. Fiqih. A ( 18.14201.008 )
3. Merlin Puspitasari ( 18.14201.011 )
4. Kinanthi Kumala Dewi ( 18.14201.021)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH TANGERANG
KATA PENGANTAR

Dengan menyabut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayahNya
kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Masyarakat, Rumah Sakit Dan
Kebudayaan”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam ini pembuat makalah.terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang perawat dalam pendekatan system pelayanan kesehatan dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Tangerang,08 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Kebudayaan 3
B. Pengertian Rumah Sakit 4
C. Unsur – Unsur Budaya 5
D. Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat 6
E. Pandangan Sosial Budaya Sebagai Seorang Pasien Bagi Kebudayaan Indonesia
7
F. Kebudayaan di Rumah Sakit 7
BAB III Penutup
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia
adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala
manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian
manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam
kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari
manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.
Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama
manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat
komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan
berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan
manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia.
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang
menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
Dua orang antropolog terkemuka yaitu  Melvile J. Herskovit dan bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu. Kemudian Herskovits memandang kebudayaan sebagai suatu yang super
organik  karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup
terus, walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat  senantiasa silih berganti
disebabkan kematian dan kelahiran.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus-menerus berupaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Peran

iii
tersebut pada dewasa ini semakin dituntut akibat adanya perubahan-perubahan
epidemiologik penyakit, perubahan struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih efektif,
ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kebudayaan ?
2. Apa Pengertian Rumah Sakit ?
3. Sebutkan Unsur – Unsur Budaya ?
4. Bagaimana Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat ?
5. Bagaimana Pandangan Sosial Budaya Sebagai Seorang Pasien Bagi Kebudayaan
Indonesia?
6. Bagaimana Kebudayaan di Rumah Sakit ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Kebudayaan
2. Mengetahui Pengertian Rumah Sakit
3. Mengetahui Unsur – Unsur Budaya ?
4. Mengetahui Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat
5. Mengetahui Pandangan Sosial Budaya Sebagai Seorang Pasien Bagi Kebudayaan
Indonesia
6. Mengetahui Kebudayaan Di Rumah Sakit

iv
Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Kebudayaan
Kata “ kebudayaan” berasal dari ( bahasa sangsekerta ) buddhayah yang
merupakan jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. kebudayaan diartikan
sebagai “ hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Adapun istilah culture yang
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengankebudayaan berasal dari kata
latin colore, artinya mengolah atau mengerjakan, yaitumengolah tanah atau bertani. Dari
asal arti tersebut, yaitu celore kemudian colture, diartikansebagai daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian,moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yangdidapatkan oleh manusai sebagai anggota masyarakat.Dengan kata lain
kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari olehmanusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajaridari pola-
polaprilaku yang normative. Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-
pola berpikir.Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya , rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan benda atau kebudayaan jasmani ( material culture ) yang diperlukan
oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan
untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah – kaidah dan nilai – nilai
sosial yang perlu untuk mengatur masalah – masalah yang masyarakat dalam arti yang luas. Di
dalamnya termasuk, misalnya agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang
merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.

v
B. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang
diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974; dalam Azwar, 1996).
Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan bahwa rumah sakit
mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan
pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di
dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar
rumah sakit.
Pengertian serupa dikemukakan oleh Association of Hospital Care (Azwar, 1996)
bahwa rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta
penelitian kedokteran diselenggarakan. Batasan pengertian rumah sakit di atas,
menunjukkan bahwa fungsi kegiatan rumah sakit sangat bervariasi, sesuai dengan
perkembangan zaman. Artinya rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai tempat
penyembuhan penyakit, tempat pengasuhan, tempat pelayanan, pendidikan dan penelitian
sederhana, dan bersifat sosial. Dewasa ini, rumah sakit fungsinya berkembang sesuai
dengan tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain; sebagai
pengembangan pendidikan dan penelitian, spesialistik/subspesialistik, dan mencari
keuntungan.
Implikasinya adalah setiap rumah sakit dituntut untuk senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan pasiennya dalam semua aspek pelayanan, baik yang bersifat fisik
maupun non fisik agar efektivitas pelayanan kesehatan dapat terwujud.

vi
C. Unsur – Unsur Kebudayaan
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun
unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari sesuatu kebulatan yang bersifat dari
kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti
umpamanya majlis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsure-
unsur kecil seperti, sisir, kancing, baju, peniti dan lainya yang dijual dipinggir jalan.
Berapa orang sarjana yang mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan
tadi.misalnya, Melville J. horskovits mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu
1. Alat-alat teknologi.
2. Sistem Ekonomi.
3. Keluarga.
4. Kekuasaan Politik.

Brinislaw Molinowski, yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori


fungsionaldalam antropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan, antara lain :

1. Sistem norma yang kemungkinan kerja sama antara para anggota masyarakat
didalamupaya menguasai alam sekelilingnya
2. Organisasi ekonomi.
3. Alat-alat atau lembaga atau petugas pendidikan perlu diingat keluarga
merupakanlembaga pendidikan yang paling utama
4. Organisasi kekuatan

Masing-masing unsur tersebut,beberapa unsur-unsur kebudayaan,untuk kepentingan


ilmiah dan analisisnya diklasifikasikan kedalam unsur-unsur pokok atau besar
kebudayaan,lazim disebut cultural universals. Istilah ini menunjukan bahwa unsur-unsur
tersebut bersifatuniversal, yaitu antropolog yang membahas persoalan tersebut secara
dunia ini. Para antropolog yang membahas persoalan tersebut secara lebih
mendalambelum mempunyai pandangan seragam yang dapat diterima, antropolog C.
kluckhohn didalam sebuah karyanyayang berjudul universal catefories of culture telah
menguraikan ulasan para sarjana mengenai hal itu.

vii
D. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat. bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-
anggotanyaseperti kakutanalam,maupun kekuatan - kekuatan lainnya didalam
masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat itu
sendiri memerlukan pula kepuasan, baik dibidang spiritual maupun materia. Kebutuhan -
kebutuhan masyarakat tersebut diatas untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan
yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar karena
kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil
ciptanya juga terbatas didalam memenuhi segala terbatas didalam memenuhi segala
kebutuhan.
Dalam tindakan - tindakan untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada
taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak didalam batas-
batas untukmelindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak dijumpai pada masyarakat-
masyarakat yanghingga kini masih rendah taraf kebudayaan . Misalnya suku bangsa kubu
yang yang tinggaldipedalaman daerah jambi masih bersikap menyerah terhadap
lingkungan alamnya. Rata-rata mereka itu masih merupakan masyrakat yang belum
mempunyai tempat tinggal tetap karena persedian bahan pangan semarta-
mata tergantung dari lingkungan alam. Taraf teknologi mereka belum tercapai tingkatan
dimana manusia diberikan kemungkinan-kemungkinanuntuk memanpaatkan dan
menguasai lingkungan alamnya.
Keadaan berlainan dengan masyarakat yang sudah kompleks, yang taraf
kebudayaannyalebih tinggi , hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi , memberikan
kemungkinan - kemungkinan yang sangat luas untuk memampaat hasil alam dan apabila
mungkin,menguasai alam. Perkembangan teknologi di negara-negara besar
seperti amerika serikat,rusia, prancis, jerman, dan sebagainya, merupakan berapa contoh
dimana masyarakat tidaklagi pasif menghadapi tantangan alam sekitarnya.Karsa
masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu
untukmengadakantata tertib dalam pergaulaan kemasyarakatan. Kekutan yang
tersembunyi dalam masyarakat tidak baik. Untuk menghadapi menghadapi kekuatan yang

viii
buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah – kaidah yang
pada hakikatnya. Merupakan petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan
berlaku didalam pergaulan hidup. Kaidah-
kaidah kebudayaan berarti peraturan tentang tingkah laku atautindakan yang harus
dilakukan dalam suatu keadaan tertentu.

E. Pandangan Sosial Budaya Sebagai Seorang Pasien Bagi Kebudayaan Indonesia


Kebudayaan di indonesia beranggapan bahwa menjadi pasien adalah hal yang tidak
mengenakkan, karena harus mengeluarkan biaya mahal, bahkan mendapat bantuan pun
masih mengeluarkan biaya, karena bantuan yang diberikan 100% meringankan beban
pasien. Berikut ini adalah beberapa kebiasaan anggapan orang indonesia terhadap adanya
rumah sakit:
1. Naturalistik memerangi penyakit ke dokter di rumah sakit
2. Personalistik disebabkan oleh roh – roh jahat, perginya ke dukun.

F. Kebudayaa Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan
institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsifungsi yang
khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok
profesi dalam pelayanan penderita. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan
kesehatan masyarakat, rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian
(Boekitwetan 1997).
Rumah sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama
adalah pemerintah dengan maksud untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat umum terutama yang tidak mampu. Kedua adalah institusi keagamaan yang
membangun rumah sakit nirlaba untuk melayani masyarakat miskin dalam rangka
penyebaran agamanya. Hal yang menarik akhir-akhir ini adalah adanya perubahan
orientasi pemerintah tentang manajemen rumah sakit dimana kini rumah sakit pemerintah
digalakkan untuk mulai berorientasi ekonomis. Untuk itu, lahirlah konsep Rumah Sakit
Swadana dimana investasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun biaya

ix
operasional rumah sakit harus ditutupi dari kegiatan pelayanan kesehatannya (Rijadi
1994). Dengan demikian, kini rumah sakit mulai memainkan peran ganda, yaitu tetap
melakukan pelayanan publik sekaligus memperoleh penghasilan (laba ?) atas
operasionalisasi pelayanan kesehatan yang diberikan.
Mengingat adanya dinamika internal (perkembangan peran) dan tuntutan
eksternal yang semakin berkembang, rumah sakit dihadapkan pada upaya penyesuaian
diri untuk merespons dinamika eksternal dan integrasi potensi-potensi internal dalam
melaksanakan tugas yang semakin kompleks. Upaya ini harus dilakukan jika organisasi
ini hendak mempertahankan kinerjanya (pelayanan kesehatan kepada masyarakat
sekaligus memperoleh dana yang memadai bagi kelangsungan hidup organisasi). Untuk
itu, ia tidak dapat mengabaikan sumber daya manusia yang dimiliki termasuk perhatian
atas kepuasan kerjanya.
Pengabaian atasnya dapat berdampak pada kinerja organisasi juga dapat
berdampak serius pada kualitas pelayanan kesehatan. Dalam konteks tersebut,
pemahaman atas budaya pada tingkat organisasi ini merupakan sarana terbaik bagi
penyesuaian diri anggota-anggotanya, bagi orang luar yang terlibat (misalnya pasien dan
keluarganya) dan yang berkepentingan (seperti investor atau instansi pemerintah terkait)
maupun bagi pembentukan dan pengembangan budaya organisasi itu sendiri dalam
mengatasi berbagai masalah yang sedang dan akan dihadapi. Namun sayangnya
penelitian atau kajian khusus tentang persoalan ini belum banyak diketahui, atau mungkin
perhatian terhadap hal ini belum memadai.
Mengingat kondisi demikian, maka tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan
berbagai aspek dan karakteristik budaya organisasi rumah sakit sebagai lembaga
pelayanan publik. Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, meningkatnya
keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta adanya kemudahan dibidang transportasi dan
komunikasi, majunya IPTEK serta derasnya arus sistem informasi mengakibatkan sistem
nilai dalam masyarakat berubah.

x
Masyarakat cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih bermutu termasuk
pelayanan kesehatan. Pelayanan rumah sakit yang baik bergantung dari kompetensi dan
kemampuan para pengelola rumah sakit. Untuk meningkatkan kemampuan para
pengelola rumah sakit tersebut selain melalui program pendidikan dan pelatihan, juga
diperlukan pengaturan dan penegakan disiplin sendiri dari para pengelola rumah sakit
serta adanya yanggung jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah sakit untuk
menjamin terselenggaranya pelayanan yang baik.
Kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Institusi yang spesifik
untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti pertama kali
didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18
rumah sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat
yang dibiayai anggaran kerajaan. Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa
terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama
dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan pembedahan medis. Inggris pertama
kali memperkenalkan konsep ini. Guy's Hospital didirikan di London pada 1724 atas
permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy.
Rumah sakit yang dibiayai swasta seperti ini kemudian menjamur di seluruh
Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri Pennsylvania General
Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di Eropa
Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada
pertengahan abad 19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki
keberagaman rumah sakit. Selain itu dalam perkembangan teknologi dan berbagai bidang
yang lainnya tercipta sebuah istilah yang menandakan sebagai suatu Budaya dalam
lingkup kesehatan istilah tersebut ialah Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat
dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai
disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai
masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif dalam
mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter,
pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum
kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi
KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan pembahasan kasus. Jadi salah satu

xi
tugas KERS adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam rumah sakit ada
kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin
tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan
yang terkait dengan permasalahan ini

Bab III
Penutup

A. Kesimpulan.
Kombinasi karakteristik dari asumsi dasar memunculkan budaya organisasi yang
bersifat integral. Kombinasi ini bisa dikategorikan sebagai budaya adaptif sehingga
mampu mendukung organisasi memenangkan adaptasi eksternal. Pada saat yang sama
konfigurasi atas asumsi dasar juga menunjukkan tipologi budaya organisasi yang kuat.
Dengan demikian memudahkan organisasi mencapai integrasi internal jika terdapat
kesesuaian antara karakteristik budaya dengan praktek manajemen.
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang
diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974; dalam Azwar, 1996).
Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan bahwa rumah sakit
mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan
pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di
dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar
rumah sakit.

B. Saran
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang
diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974; dalam Azwar, 1996).
Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan bahwa rumah sakit

xii
mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat penyembuhan dan
pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak terbatas pada perawatan di
dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan rawat jalan, serta perawatan di luar
rumah sakit.

Daftar Pustaka

Manz, C.C. & Sims, H.P., Jr. (1990) Super Leadership : Leading Others to Lead Themselves.
Berkley Books, New York.
Rijadi, S. (1994) Tantangan industri rumah sakit Indonesia 2020. Jurnal Administrasi Rumah
Sakit. Volume 2, No.2, 11-18

Azwar Asrul, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Gani, Ascobat, 1995. Aspek-Aspek Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Rajawali Press.

Jacobalis, Samsi, 1982. Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akreditasi Rumah Sakit,
Jakarta: Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres PERSI II.

Moenir, HAS. 1996. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Wijono, Djoko, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Vol. I, Surabaya, Airlangga,
University Press.

Departemen Kesehatan RI, 1994. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: ditjen Yanmed.

xiii

Anda mungkin juga menyukai