DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Khoirotul Masruroh (14.401.16.048)
Krisna Prasetya Budi (14.401.16.049)
Kurnia Hadi Santoso (14.401.16.050)
Lailatul Mukharomah (14.401.16.051)
Lailiya Kripsiana (14.401.16.052)
Lambang Kurniawan (14.401.16.053)
Lia Isti Kholilah (14.401.16.054)
M. Davit Hidayat (14.401.16.055)
A. Definisi Budaya
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya.
Menurut E.B.Tylor (1974), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercyaan, kesenian, moral, hokum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
B. Karakteristik Budaya
Menurut monsep budaya Leininger, karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Budaya merupakan pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua
budaya yang perisis.
2. Budaya bersifat stabil tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
3. Budaya diisi dan ditentunkan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
C. Perilaku Budaya Kesehatan
Adat kebiasaan yang dikembangkan disuatu Negara atau daerah, suku atau
sekelompok masyarakat termasuk Indonesia, merupakan sebuah Negara mempunyai
berbagai suku dan daerah dimana tiap daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang
berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya dalam masyarakat. Ada perilaku
manusia cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan penyakit yang terkait dengan budaya,
diantaranya dalah perilaku keluarga dalam menghadapi kematian, menurut Crist 1961
yang ditulis Koentjaraningrat (1990), dari hasil studi komartifnya. Menyimpulkan bahwa
ada perbedaan sikap manusia dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam
menghadapi maut.
Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan
dimana berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk
humoral medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan
mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam mencari
penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel 2003 dalam
masyarakat Indonesia terdapat kepercyaan tradisional pada hal-hal gaib.
D. Definisi Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus
pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger 1978).
Keperawatan transcultural merupakan ilmu dan kiat yang himanis, yang difokuskan pada
perilaku indvidu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat ataupun perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya (Leininger 1984). Pelayanan keperawatan transcultural diberikan kepada klien
sesuai dengan latar belakang budayanya.
E. Konsep Utama Keperawatan Transkultural
Leininger (2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transtuktural berasal
dari hasil penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari kultur care yang akan diaplikasikan.
1) Human carring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan
polanya berfariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat yang lain.
2) Carring Act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku carring semestinya diberikan kepada manusia
sejak lahir, masa perkembangan, masa pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala
meninggal.
3) Carring adalah esensi keperawatan dari keperawatan yang membedakan,
mendemonasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Keperawatan adalah
fenemona trankultural dimana perawat berinteraksi dengan klien staf dan kelompok
lain.
4) Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku carring professional,
kepercayaan dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan onkology
sebagai dasar dari ilmu keperawatan
5) Kultur adalah berkenaan dengan mengajari, membagi dan tranmisisi nilai,
kepercayaan, dan praktek kehidupan, dari sebuah kelompok yang dapat terjadi
tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6) Kultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola expresi yang mana membimbing mendukung atau memberi
kesempatan individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7) Nilai kultur berkenaan dengan keputusan / kelayaan yang lebih tinggi atau jalan yang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya
bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8) Perbedaan kulturdalam keperawatan ada variasi dari pengertian pola, nilai atau
symbol dari perawatan, kesehatan, atau untukmeningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian
9) Kultur care universelaty berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari
pemahaman terhadap pola, nilai atau symbol dari perawatan yang mana kultur
mempengaruhi kesehatan atau memperbagi kondisi manusia.
10) Ednosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan
prakteknya lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11) Kultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai diatas kultur karena mereka percaya
bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
F. Konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat
Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani rohani, maupun kesejahteraan
social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat
dikaitkan dengan munculnya berbagai penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga
dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya bersifat naturalistic yaitu seseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan, kebiasaan hidup
ketidakseimbangan dalam tubuh. Masyarakat menggolongkan penyebab sakit dalam tiga
bagian, yaitu karena pengaruh gejala alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh
manusia, makanan yang diklasifikasikan kedalam makanan panas dan dingin,
supranatural seperti roh, guna guna, setan.
Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah,
contohnya konsep sakit menurut budaya NTT, dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar
merasakan pusing dan tidak mampu melaksanakan aktivitas.Begitu pula didaerah jawa,
diktakan sakit apabila masyarakat sekitar tidak mampu melakukan aktivitas seperti
biasanya, sedangkan dikatakan sehat apabila masyarakat sekitar mampu berjalan, berfikir,
dan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa ada hambatan atau kendala.
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit harapan
kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat
An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut kepercayaan orang sekitar
An.A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat tersebut.Menurut cerita yang
dikatakan Bp.A, saat anak nya jatuh An.A langsung dibawa ke dukun, lalu An.A dipijit
menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-doa.Bp.A mengatakan An.A
dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur.Namun An.A masih tampak
lemah, lesu, dan tampak kesakitan, pada saat di berikan perkes Bp.A masih terlihat
kebingungan.
B. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 8 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : SD
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia (Retak tulang kering)
B. Penanggung Jawab
Nama : Bp.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Padang
Pendidikan : Tamat SD
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Alamat : Jl. Baru Kel. Pasar Sejantung Kab. Kepahiang
Hubungan Dengan Pasien : Ayah klien
Keluhan Utama : Nyeri pada Tulang Kering ( Fraktur )
1. Riwayat Kesehatan Saat ini : saat ini Klien merasakan nyeri pada tulang keringnya.
Bp.A mengatakan nyerinya timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya,
kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh
penunggu pohon keramat tersebut.
2. Riwayat kesehatan Masa Lalu : Pada masa lalu Klien tidak memiliki riwayat kesehatan
sehingga tidak ada pengaruh dalam kesehatan saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga Klien tidak memiliki penyakit apapun sehingga
penyakit klien ditimbulkan bukan dari keluarga.
4. Riwayat pengobatan : Ada riwayat pengobatan dar keluarga yaitu pengobatan dari
dukun sehingga klien sebelum dibawa ke tim medis dibawa terlebih dahulu ke dukun
tersebut.
C. Riwayat Kesehatan
Teori Sunrise model :
1. Faktor Tekhnologi
a. Persepsi Sehat Sakit
persepsi klien mengenai sehat sakit,klien mengatakan biasanya klien cukup datang ke
dukun dalam mengatasi permasalahan kesehatan, selain itu juga sering menkonsumsi
obat tradisional.
b. Alasan mencari bantuan kesehatan
Bp.A mengatakan bahwa anaknya didorong oleh pohon penunggu keramat, sehingga
bp.A mencari bantuan kesehatan dengan membawa An.A kedukun, selain itu keluarga
bp.A mempunyai kebiasaan berobat kedukun
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Nutrisi b.d kepercayaan tentang budaya terhadap makanan.
2. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku
promosi keehatan
D. IMPLEMENTASI
Gangguan Nutrisi b.d kepercayaan tentang budaya terhadap makanan
E. EVALUASI
Gangguan Nutrisi b.d kepercayaan tentang budaya terhadap makanan
O:
1. Klien masih tampak lemah dan lesu
P: Lanjutkan intervensi
O:
Klien terlihat tidak bingung dengan penkes yang diberikan
A : Tujuan tercapai.
P : Hentikan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KASUS
An. A 8 tahun suku padang, beragama islam diantarkan orang tuanya di rumah sakit
harapan kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp.A mengatakan nyerinya
timbul akibat An.A terjatuh dari pohon keramat didesanya, kemudian menurut
kepercayaan orang sekitar An.A terjatuh akibat didorong oleh penunggu pohon keramat
tersebut.Menurut cerita yang dikatakan Bp.A, saat anak nya jatuh An.A langsung dibawa
ke dukun, lalu An.A dipijit menggunakan batang sereh yang di bakar dengan bacaan doa-
doa.Bp.A mengatakan An.A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan
telur.Namun An.A masih tampak lemah, lesu, dan tampak kesakitan, pada saat di berikan
perkes Bp.A masih terlihat kebingungan.
B. PENGKAJIAN
Proses pengkajian yang dilakukan pada An. A dengan dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik langsung ke An. A, selain itu penulis
mendapatkan keterangan dari Bp. A maupun dari keluarga An. A, diskusi dengan perawat
ruangan dan dari catatan medis keperawatan An. A. Pelaksanaan pengkajian mengacu
pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi An. A saat dikaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, An. A dan suami atau keluarga An. A cukup
terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara pengkaji dengan An. A dan
keluarga, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini
dibuktikan dengan An. A dan keluarga klien mau menjawab pertanyaan dan menerima
saran yang diberikan oleh pengkaji. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan
analisis dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus
dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Kondisi klinis yang
ditunjukkan oleh klien pada kasus An. A saat dikaji sesuai dengan teori yang ada yaitu
permasalah utama klien pada pola makanan atau gangguan nutrisi yang bertentangan
dengan budaya klien.
Proses pengkajian dalam kasus di atas sesuai dengan teori Sunrise Model yaitu
dikaji berdasarkan 7 komponen Sunrise Model yaitu Faktor teknologi (technological
factors), Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors), Faktor
sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors), Nilai-nilai budaya dan gaya
hidup (cultural value and life ways), Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
(political and legal factors, Faktor ekonomi (economical factors), dan Faktor pendidikan
(educational factors). Proses pengkajian juga disesuaikan dengan kondisi klien.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa yang muncul pada An. A adalah sebagai berikut :
1. Resiko gangguan nutrisi berhubunan dengan kepercayaan tentang nilai budaya
terhadap makanan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penggunaan obat tradisional
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku
promosi kesehatan
E. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan An. A dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimiliki
oleh klien berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu klainnya yang terkait.
Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Pada kasus diatas semua intervensi kami implementasikan, kemudian tujuan pada
intervensi sudah tertasi sehingga pada evaluasi intervensi dihentikan atau dipertahankan.
F. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan lebih
dulu.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, Meningkatkan perilaku
sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari dimulai dari kehidupan
biologis sebelumnya, kehidupan psikologis, kehidupan spiritualnya. Pelaksanaan dan
perencanaan prose keperawatan transkultural tidak dapat dipaksakan begitu saja kepada
klien sebelum perawat memahami, sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan
budaya klien, penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan
traanskultural
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami isi makalah diharapkan bisa memahami teori sunrise
model menurut Leininger, serta bagaimana aplikasi teori tersebut dalam proses keperawatan
Dengan adanya teori leininger tersebut maka perbedaan budaya yang dimiliki setiap
pasien dan perawat itu sendiri, tidak akan berpengaruh pada proses asuhan keperawatan pada
pasien dikarenakan telah mengetahui dan memahami teori sunrise model dari leininger
DAFTAR PUSTAKA