Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 3

KAUM HOMOSEKSUAL
TERHADAP AKTIFITAS SEKSUAL
YANG BERESIKO HIV/AIDS

oNila Nurfadillah
o Rafiqa Fadhilla
o M. Rijal Jamil
o A. Hoiru Sodikin
PENDAHULUAN

 Prevalensi HIV/AIDS diberbagai belahan dunia terus mengalami peningkatan.


Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh pusat pengendali penyakit (Centers
for Disease Control and Prevention atau DCD Atlanta) yang bekerja sama
dengan WHO menyatakan bahwa prevalensi HIV-AIDS pada wilayah Afrika
Selatan dan beberapa Negara bagiannya adalah 37,6 juta ODHA dan dan
sekitar 48,1juta di USA. Benua Asia diperkirakan memiliki laju infeksi HIV
tertinggi didunia. WHO dan UNAIDS, memberikan peringatan bahaya kepada
tiga di Asia yang saat ini disebut-sebut berada pada titik infeksi HIV. Ketiga
Negara itu adalah Cina, India dan Indonesia, yang memiliki populasi
penduduk terbesar di Dunia.
 Indonesia merupakan salah satu Negara dikawasan Asia yang
mengalami epidemi HIV-AIDS dengan prevalensi yang meningkat
secara tajam dan belum menunjukkan penurunan, meskipun
berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan.
 Pola epidemi HIV-AIDS bebarapa provinsi di Indonesia sangat
beragam dan cukup tinggi. Sebanyak 300 Kabupaten /Kota di 33
provinsi yang ada di Indonesia telah melaporkan adanya
peningkatan kasus HIV-AIDS.
 Sejak tahun 2002 terjadi fenomena baru penyebaran HIV-AIDS di
Indonesia, yakni melalui prilaku seksual. Kondisi tersebut sesuai
dengan survey yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan RI,
sebanyak 55 % dari keseluruhan infeksi baru disebabkan oleh
hubungan seks heteroseksual maupun homoseksual. Data
estimasi populasi rawan tertular HIV pada kaum homoseksual di
Indonesia tahun 2009 adalah 696.026 dari sekitar 800 ribu kaum
homoseksual (Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI, 2011).

 Hal tersebut mencerminkan bahwa penggerak utama epidemi HIV-


AIDS di Indonesia saat ini adalah melalui transmisi seksual
beresiko terutama pada kalangan homoseksual tersembunyi.
 Homoseksual merupakan jembatan penghubung
penularan virus HIV kepopulasi yang lebih luas. Mereka
cenderung memiliki banyak partner seks dan sering
melakukan hubungan seksual tanpa status dengan
pasangannya. Pertemuan dan aktifitas seksual mereka
secara terselubung pada tempat-tempat tertentu di
beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,
Batam, Bali, dan Medan.
 Kesadaran pribadi dari kaum homoseksual untuk
meningkatkan proteksi diri saat berhubungan seksual
masih rendah. Dari aktifitas seksual yang beresiko,
membuat mereka mudah terinfeksi virus HIV.
PERMASALAHAN

 Perilaku seksual beresiko merupakan masalah


kesehatan utama khususnya pada kaum
homoseksual dan merupakan faktor dalam
transmisi infeksi HIV kepopulasi yang lebih luas.
Perilaku seksual beresiko sering dipraktikkan
diantara kaum homoseksual secara bebas tanpa
perlindungan yang dilakukan dengan banyak
pasangan seks. Kondisi ini memicu peningkatan
jumlah prevalensi HIV-AIDS ang berdampak
buruk terhadap kesehatan.
TUJUAN PENELITIAN

 Untuk mengetahui Gambaran persepsi kaum


homoseksual terhadap aktifitas seksual yang
beresiko penularan HIV-AIDS di Kisaran
Timur Tahun 2017.
MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan pengatahuan responden tentang penularan
HIV-AIDS terhadap perilaku seksual yang beresiko
terutama pada kaum homoseksual.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan advokasi, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
pada kaum homoseksual tentang kesehatan reproduksi
khususnya tentang pencegahan penularan virus HIV-AIDS
sebagai dampak dari prilaku seks bebas.
3. Bagi Akademi Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
diskusi secara berkelanjutan pada mahasiswi kebidanan.
METODE PENELITIAN
 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis
fenomenologi deskriptif yang berfokus pada
pengungkapan kaum homoseksual terhadap aktifitas
seksual yang beresiko HIV-AIDS.

 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kisaran Timur
Kabupaten Asahan dengan alasan adanya kaum
homoseksual yang melakukan aktifitas seksual yang
beresiko terhadap penularan HIV-AIDS.
Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Februari –
Maret Tahun 2017.
Lanjuttt..

 Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah kaum
Homoseksual yang berdomisili di wilayah
Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan,
ang aktif secara seksual tanpa ada status
dengan pasangannya.
Metode Analisis Data
 Analisis data dalam penelitian fenomenologi ini adalah dimulai
dengan mengorganisasikan semua data atau gambaran
menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah
dikumpulkan, selanjutnya membaca data secara keseluruhan dan
membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting
kemudian melakukan pengkodean data. Menemukan dan
mengelompokan makna pernyataan yang dirasakan oleh informan
dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada
awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama, selanjutnya
pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan
maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih
dihilangkan. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan kedalam
unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman
tersebut terjadi.
Lanjutt..

 Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara


keseluruhan dari fenomena tersebut, sehingga menemukan
esensi dari fenomena tersebut. Kemudian
mengembangkan textural description (mengenai fenomena
yang terjadi pada informan) dan structural description (yang
menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi). Peneliti
kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai
esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna
pengalaman informan mengenai fenomena tersebut.
Langkah akhir analisa data dalam penelitian ini adalah
membuat laporan pengalaman setiap informan, setelah itu
gabungan dari gambaran tersebut ditulis (Sumantri A,
2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penampilan Fisik Sebagai Modal Utama


Dalam hal berpakaian mereka cenderung lebih rapi dan modis,
dengan tujuan untuk menunjukkan jati diri serta menarik minat
pelanggan.
Disamping itu, kaum homoseksual juga rutin melakukan
perawatan diri, karena bentuk body bagi kaum homoseksual
adalah nilai jual tersendiri.
2. Pencapaian Kebahagian Melalui Hubungan Homoseksual
 Partisipan menyatakan bahwa orientasi seks merupakan hal yang
lebih dominan dalam sepanjang status jati mereka. Rasa ketertarikan
dan terangsang terhadap sesama jenis yang mendorong mereka untuk
lebih dekat dan berhasrat secara seksual.
 Pengorbanan dan saling cinta merupakan cara ekspresi antara
seksualitas dan emosi yang digunakan oleh semua kaum
homoseksual dalam memberikan dukungan dan menyediakan saran
hubungan sosial yang berakhir dengan adanya pemuasan hubungan
seksual diantara mereka yang bersifat sementara dan tidak tetap.
3. Ketergantungan Kebutuhan Seks Sebagai Alasan
Memepertahankan Hubungan Homoseksual
 Semua Partisipan mengungkapkan rasa ketergantungannya akan
kebutuhan seks yang membuat mereka tetap mempertahankan
jalinan hubungan antar sesama jenis. Rasa penasaran akan
kenikmatan dalam berhubungan seks dengan sesame jenis tanpa
menggunakan pengaman yang membuat mereka terus mencari
pasangan seksnya.
 Diantara mereka mengungkapkan alasan melakukan hubungan
seks dengan sesama jenis karena faktor ketagihan.

4. Ketidaknyamanan Sebagai Alasan Tidak memproteksikan Diri.


KESIMPULAN
 1. Penampilan cenderung lebih rapi dan modis, bentuk body bagi kaum
homoseksual adalah nilai jual tersendiri.

 2. Partisipan menyatakan bahwa rasa ketertarikan dan terangsang terhadap


sesama jenis yang mendorong mereka untuk lebih dekat dan berhasrat
secara seksual.

 3. Semua Partisipan mengungkapkan rasa ketergantungannya akan


kebutuhan seks yang membuat mereka tetap mempertahankan jalinan
hubungan antar sesama jenis, dan melakukan hubungan seks dengan
sesama jenis karena faktor ketagihan.

 4. Beberapa partisipan mempunyai persepsi bahwa mereka enggan untuk


menggunakan kondom karena faktor pencapaian kepuasan seks.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai