5.1.2. Peralatan
a. Alat Gali Muat
Alat gali muat yang digunakan pada kegiatan pembongkaran material
tanah penutup adalah Hitachi 450LC. Kapasitas bucket alat gali muat ini
adalah 3,2 m3 Spesifikasi untuk Hitachi 450LC dapat dilihat pada Lampiran A
: A1.
b. Alat Angkut
Alat angkut yang digunakan pada kegiatan pembongkaran material
tanah penutup adalah HINO FM 260 JD. Spesifikasi untuk HINO FM 260 JD
dapat dilihat pada Lampiran A : A3.
Tabel 5.1
Jumlah dan Jenis Peralatan Alat Gali Muat Angkut Overburden
Jumlah
Unit Merk No Unit Kapasitas Keterangan
(unit)
Alat Gali Hitachi
EX 450 3,2 m3 1 OB Excavation
Muat 450LC
DT 074
HINO FM
Alat Angkut DT 084 25 ton 3 OB Removal
260 JD DT 085
Sumber : Dept. Engineering PT. Tutui Batubara Utama Site Lalap, 2011
5-1
5.1.3. Pola Pemuatan
Dari hasil pengamatan secara langsung di lapangan, posisi pemuatan
material dilakukan secara top loading dengan sistem gerak alat angkut parallel
cut dengan metode single back up.
Gambar 5.1
Pola Pemuatan Alat Gali Muat di Lapangan
5-2
b. Alat Angkut
Alat angkut yang digunakan pada fleet penelitian ini adalah HINO FM
260JD. Waktu edar HINO FM 260 JD ini terdiri dari enam bagian yaitu waktu
mengambil posisi pemuatan (Spoting Loading Time), waktu pemuatan (Loading
Time), waktu pengangkutan (Travel Time), waktu manuver sebelum penumpahan
(spotting dumping time), waktu penumpahan muatan (Dumping Time), waktu
angkut kosong (travel empty time).
Untuk waktu pemuatan (Loading Time) berkisar antara 31 detik sampai 48
detik, waktu pengangkutan (Travel Time) berkisar antara 50 detik sampai 85
detik, waktu manuver sebelum penumpahan (spotting dumping time) berkisar
antara 16 detik sampai 47 detik, waktu penumpahan muatan (Dumping Time)
berkisar antara 16 detik sampai 31 detik, waktu angkut kosong (travel empty
time) berkisar antara 22 detik sampai 57, waktu mengambil posisi pemuatan
(Spoting Loading Time) berkisar antara 18 detik sampai 50 detik dan waktu edar
(Cycle Time) berkisar antara 199 detik sampai 262 detik. Adapun hasil penelitian
waktu edar alat gali muat HINO FM 260 JD secara rinci dapat dilihat pada
lampiran C: C1-C7.
5-3
5.1.6. Jalur Pengangkutan Material
Pengangkutan material (overburden) dari front ke lokasi pembuangan
melewati jalur yang telah ditetapkan pada peta lokasi pengangkutan material dan
lebar jalan angkut berkisar antara 7 meter sampai dengan 9 meter (Lampiran G:
G1). Sedangkan material penyusun jalan angkut juga didominasi oleh Siltstone
serta sandstone, akan tetapi untuk permukaan jalan dilakukan proses
homogenisasi dengan memberikan material laterit dan kemudian dipadatkan
sehingga untuk penyusun permukaan jalan diasumsikan homogen.
Gambar 5.2
Kondisi Umum Jalan Angkut Di Lapangan
5-4
Tabel 5.2
Lebar Rata – Rata Jalan Angkut Aktual
1. A-B 36 6,5 4
2. B-C 24 7,5 4
3. C-D 31 7 1
4. D-E 25 8 5
5. E-F 33 9 3
Sumber : Pengambilan Data 2011
Tabel 5.3
Lebar Tikungan Jalan Angkut Aktual
Lebar Jalan
Segmen
(m)
C–D 8,34
D–E 10
Sumber : Pengambilan Data, 2011
5-5
Tabel 5.4
Waktu Edar Hitachi EX 450 (detik)
5-6
pada Tabel 5.5, sedangkan cycle time HINO FM 260 JD secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran C: C5.
Tabel 5.5
Waktu Edar Alat Angkut HINO FM 260 JD
Tabel 5.6
Waktu Edar Teoritis HINO FM 260 JD
5-7
Waktu (s)
Segmen
Angkut Kembali
A–B 13.13 10.33
B–C 6.89 3.43
C–D 8.90 2.43
D–E 7.18 3.57
E–F 9.47 4.71
Total Time 45,57 24,48
Sumber : pengolahan data 2011(lampiran K:K5)
5-8
Nilai grade resistance jalan angkut pada pada saat ini bervariasi yaitu
sebesar ± 64,56 lb/ton – 408,33 lb/ton dapat dilihat pada table 5.8. Adapun
detail penentuan nilai grade resistance dapat dilihat pada Lampiran I: I2.
Tabel 5.8.
Grade Resistance Tiap Segmen Jalan angkut dan kembali
GRADE GRADE
NO
RESISTANCE (%) RESISTANCE (LB/TON)
SEGMEN
angkut kembali angkut kembali
1. A-B 11,33 -11,33 226,56 -226,56
2. B-C 16,68 -16,68 333,61 -333,61
3. C-D 3,23 -3,23 64,56 -64,56
4. D-E 20,42 -20,42 408,33 -408,33
5. E-F 9,13 -9,13 182,59 -182,59
Sumber : Pengolahan Data 2011(Lampiran I:I2)
b. Rolling Resistance
Rolling resistance adalah tahanan yang berusaha menahan putaran
roda. Hasil penelitian yang didapat untuk rolling resistance jalan angkut
bervariasi antara 172 lb/ton – 400 lb/ton dapat dilihat pada table 5.9. Adapun
detail penentuan nilai rolling resistance dapat dilihat pada Lampiran I: I3.
Tabel 5.9.
Rolling Resistance Tiap Segmen Jalan
ROLLING
SEGMEN CRR (%)
RESISTANCE (lb/ton)
NO SEGMEN
angkut kembali angkut kembali angkut kembali
1. A-B 15 13 11 9.8 220 196
2. B-C 6 5 5.6 5 112 100
3. C-D 5 3 5 3.8 100 76
4. D-E 7 5 6.2 5 124 100
5. E-F 6 4 5.6 4.4 112 88
Sumber : Pengolahan Data 2011(Lampiran I:I3)
5-9
Oleh karena kondisi fisik dari suatu alat selalu di perhatikan, hal ini
membuat gaya tarik alat angkut (Rimpull) yang tersedia dari mesin tersebut juga
dapat terus maksimal. Untuk rimpull alat angkut HINO FM 260 JD dapat dilihat
pada tabel 5.10, sedangkan untuk perhitungan rinci dapat dilihat pada lampiran
J.
Tabel 5.10.
Rimpul HINO FM 260 JD untuk Tiap Gear
Speed Rimpull
Gear
(km/jam) (lb)
Gigi 1 5.9 21057.4797
Gigi 2 6.54 18996.8089
Gigi 3 8.77 14166.3775
Gigi 4 9.87 12587.5512
Gigi 5 12.54 9907.42667
Gigi 6 25.2 4930.12422
Gigi 7 45.89 2707.3247
Gigi 8 60.67 2047.78524
Gigi 9 85 1461.63683
Rear 9.05 13728.0807
Sumber : Pengolahan Data 2011
5.2.7. Kondisi dan Kemampuan Kerja Alat Gali Muat dan Angkut
a. Kondisi dan kemampuan kerja alat gali muat dan angkut aktual
Untuk dapat mengetahui kondisi dan kemampuan kerja alat, kita
harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan alat
tersebut serta penggunaannya dalam proses penambangan dalam waktu
1 bulan. Dari hasil perhitungan didapatkan rata-rata nilai EU (Effective
Utilization) untuk Hitachi 450LC adalah 79,51% dan HINO FM 260 JD
adalah 73,55% (Lampiran M: M3). Untuk kondisi dan kemampuan kerja
alat dapat dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11.
5-10
Kondisi dan Kemampuan Kerja Alat Aktual (Oktober2011)
HITACHI 450 LC EX 450 744 592 54 98 91,64% 92,74% 85,73% 79,51% 79,51%
HINO 500 FM 260 DT 076 744 541 120 82,90 81,74% 83,87% 86,07% 72,19%
HINO 500 FM 260 DT 084 744 562 96 86,20 85,41% 87,10% 86,70% 75,51%
HINO 500 FM 260 DT 085 744 545 120 81,30 81,89% 83,87% 86,97% 72,94% 73,55%
Sumber : Pengolahan Data (Lampiran K: K3)
b. Kondisi dan kemampuan kerja alat gali muat dan angkut teoritis
Untuk dapat mengetahui kondisi dan kemampuan kerja alat secara
teoritis, diketahui dari Pemeliharaan mesin yang dilakukan oleh PT Tutui
Batubara Utama selama pengamatan berlangsung secara berkala.
Pemantauan dan pengecekan alat gali muat selalu dilakukan oleh mekanik
setiap hari dan kegiatan service alat tersebut juga dilakukan dengan baik. oleh
sebab itu mengacu pada tabel Efesisensi kerja untuk berbagai Kondisi
(Nurhakim, 2004 : 5), termasuk dalam kategori “baik sekali” dalam hal
pemeliharaan mesin alat gali muat. Sedangkan dalam pemeliharaan alat
angkut belum dilakukan secara optimal, oleh karena itu termasuk dalam
kategori “baik” dalam hal pemeliharaan mesin alat angkut. Berdasarkan
penilaian tersebut didapat efesiensi untuk alat gali muat sebesar 83% dan
efesinsi untuk alat angkut sebesar 81% (Lampiran N:N1-N2).
Tabel 5.12.
5-11
Produksi Aktual Alat
TOTAL TOTAL
ALAT GALI ALAT PRODUKSI PRODUKSI
MUAT ANGKUT ALAT GALI ALAT
MUAT ANGKUT
Tabel 5.13.
Produksi Teoritis Alat
TOTAL TOTAL
ALAT GALI ALAT PRODUKSI PRODUKSI
MUAT ANGKUT ALAT GALI ALAT
MUAT ANGKUT
Hitachi FM
450LC 1 260 JD 3 454,176 417,08
Sumber : Pengolahan Data (Lampiran P: P1 - P2 dan Lampiran Q: Q3)
5.3. Pembahasan
5-12
5.3.1. Produktivitas Hitachi 450 LC
a. Cycle Time
Cycle time merupakan faktor yang sangat menentukan besarnya nilai
produktivitas Hitachi 450 LC. Secara teoritis besar cycle time Hitachi 450 LC
antara 16–19 sekon dengan swing angle antara 45o-90o. Sedangkan aktualnya di
lapangan nilai cycle time Hitachi 450 LC adalah 13,28 sekon dengan hasil
produksi 427,29 BCM/jam. Hal ini berarti besar cycle time aktual lebih kecil dari
pada cycle time teoritis dan itu menandakan Hitachi 450 LC bekerja dengan baik
dan sudah memenuhi dalam target produksi sebesar 400 BCM/jam. Namun
dilihat dari perhitungan produksi teoritis sebesar 454,176 BCM/jam, produksi
Hitachi 450 LC aktual masih belum tercapai. Oleh karena itu diperlukan
peningkatan produktivitas Hitachi 450 LC dengan didukung oleh faktor-faktor
pendukung lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar cycle time Hitachi
450 LC yaitu :
Swing Angle
Swing angle merupakan sudut perputaran alat gali muat pada saat alat
tersebut berayun baik dalam keadaan berisi maupun dalam keadaan kosong.
Pada kondisi aktual di lapangan besar swing angle selalu berubah-ubah antara
45o-90o. hal ini menyebabkan adanya variasi nilai cycle time Hitachi 450 LC.
Semakin besar swing angle pada alat maka cycle time pun akan menjadi
semakin besar. Untuk itu perlu adanya pengurangan swing angle pada saat
pengoperasian Hitachi 450 LC dengan cara penempatan alat angkut yang ideal
dengan alat gali muat agar nilai swing angle tersebut dapat dipertahankan.
Gambar 5.3.
Proses penggalian material dengan swing angle 45o
Pola pemuatan
5-13
Pola pemuatan yang digunakan pada saat penelitian ini dilakukan yaitu
dengan menggunakan pola top loading. Penggunaan pola top loading ini lebih
memudahkan Hitachi 450 LC untuk melakukan penggalian material. Di dalam
aktualnya di lapangan penggunaan pola top loading tidak sepenuhnya dapat
digunakan, hal ini dikarenakan oleh kondisi medan kerja. Oleh karena itu dapat
diterapkan dengan memperbaiki pentahapan (sequence) operasi penambangan.
Dimana Apabila medan tidak memungkinkan untuk menggunakan pola top
loading, maka pola bottom loading yang digunakan. Namun dalam hal ini akan
mengakibatkan perbedaan cycle time. Berikut gambar sketsa pola pentahapan
(sequence) operasi penambangan pada pengupasan Overburden :
Gambar 5.4.
Proses penggalian material dengan metode Botom Loading
Gambar 5.5.
Proses penggalian material dengan metode Top Loading
Gambar 5.6.
Proses penggalian material dengan metode Top Loading Ideal
5-14
Berdasarkan dari gambar 5.4, 5.5, dan 5.6 merupakan tahapan dari
proses penggalian Overburden pada awal pembuatan pit. Dimana diawali
dengan menggunakan metode Bottom Loading pada gambar 5.1, hal ini
dikarenakan kondisi medan kerja yang relatif masih datar. Kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan metode Top Loading pada Gambar 5.5, dimana pada
tahapan ini alat gali muat berada diatas material Overburden yang akan digali,
namun pada tahapan ini masih belum ideal dalam pengguna’an metode Top
Loading, karena ketinggian benchnya yang masih rendah. Terakhir proses
penggalian material dengan metode Top Loading ideal pada gambar 5.6,, dimana
ketinggian bench penggalian kurang lebih sama dengan ketinggian alat angkut,
hala ini dapat dikatakan metode Top Loading yang ideal.
5-15
c. Delay Time Hitachi 450 LC
Delay time merupakan salah satu faktor yang memperkecil produktivitas
alat gali muat. Berdasarkan pengambilan data dilapangan diperoleh nilai delay
time rata-rata Hitachi 450 LC sebesar 11,29 menit/jam. Nilai delay time ini akan
mempengaruhi nilai efisiensi kerja dari alat tersebut.
Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan terjadinya delay time
Hitachi 450 LC antara lain adalah :
- Terjadinya Gantung, yaitu posisi bucket alat gali muat terisi muatan dan
menunggu alat angkut bermanuver untuk melakukan kegiatan pemuatan.
Dalam prakteknya terjadinya gantung sulit dihindari, hal ini dikarenakan alat
gali muat melakukan penggalian dan ayun berisi pada saat alat angkut
sedang melakukan manuver kosong di pit. Waktu yang diperlukan alat angkut
bermanuver biasanya lebih lama dibandingkan dengan alat gali muat
melakukan penggalian dan ayun berisi sehingga menyebabkan terjadinya
gantung oleh alat gali muat.
- Menunggu alat angkut, hal ini dikarenakan belum adanya alat angkut yang
berada di pit untuk melakukan prose pemuatan. Biasanya ketika tidak adanya
alat angkut yang akan di muati, alat gali muat melakukan kegiatan
pengumpulan material atau alat tersebut pindah posisi. Sedangkan untuk
bulldozer biasanya memperbaiki kondisi front loading agar proses pemuatan
berlangsung dengan optimal.
Tabel 5.14.
Cycle Time Teoritis dan Aktual
5-16
Teoritis Aktual Selisih
Siklus Kegiatan
(s) (s) (s)
Loading Time 39,86 39,86 0
Travel Load Time 45,57 63,12 17,55
Spoting and dumping Time 54,73 54,73 0
Travel Empty Time 24,48 40,84 16,36
Spoting Time 32,62 32,62 0
Cycle Time 197,26 231,18 33,91
Sumber : Pengolahan Data, 2011
Perbedaan nilai aktual dengan teoritis tersebut sebesar 33,91 sekon
dimana perbedaan yang paling besar terjadi pada waktu alat angkut menuju
disposal yaitu sebesar 17,55 sekon. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perbedaan nilai cycle time ini maka dapat dijabarkan
untuk setiap bagian dari cycle time tersebut.
Loading Time (Waktu Pemuatan)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan pada waktu pemuatan
telah dijelaskan sebelumnya pada subbab 5.2.1 dimana faktor yang
mempengaruhinya adalah faktor swing angle dan pola pemuatan, untuk nilai
loading time HINO FM 260 JD ini diambil berdasarkan dari kondisi lapangan.
Travel Load Time (Waktu Angkut)
Berdasarkan hasil pengamatan, Jalan angkut material overburden telah
dibagi menjadi beberapa segmen. Pembagian segmen jalan angkut dpat dilihat
pada table 5.15.
Tabel 5.15.
Segmen Jalan Angkut Menuju Disposal
- Segmen A-B
Segmen A-B merupakan area loading point yang mana jalan angkutnya
merupakan temporary road. Berdasarkan hasil pengukuran rolling resistance
5-17
diketahui bahwa segmen A-B mempunyai RR sebesar 20%, hal ini berarti kondisi
jalan masih belum ideal yang menyebabkan alat angkut tidak dapat bekerja
secara optimal.
Gambar 5.7.
Segmen A - B
- Segmen B-C
Segmen B-C merupakan jalan menanjak dengan grade 16,68 % dan
dengan jarak sekitar 24 m, dan juga angka rolling resistance yang cukup besar
17,6 %, yang mengakibatkan jalan ini masih belum ideal.
Gambar 5.8.
Segmen B -C
- Segmen C-D
5-18
Pada segmen C-D sudah merupakan main road dengan kondisi menikung
dan menanjak dangan jarak 31 m. perbedaan antara nilai teoritis dan aktual
dikarenakan kondisi jalan yang jelek dengan nilai RR sebesar 26% dan GR
sebesar 3,23 %ditambah lagi dengan lebar jalan yang kurang ideal yang hanya 7
m (lebar jalan ideal adalah 13,65 m) pada jalan tikungan sehingga membuat alat
angkut tidak dapat beroperasi secara maksimal.
Gambar 5.9.
Segmen C - D
- Segmen D - E
Segmen D-E memiliki jarak sejauh 25 m dengan kondisi menanjak
dengan grade sebesar 20,42% dan RR sebesar 11 %. Sehingga pada segmen ini
laju alat angkut lambat dikarenakan grade yang tinggi ini dan lebar jalan yang
hanya 8 m yang mengakibatkan alat angkut tidak dapat beroperasi secara
maksimal.
5-19
Gambar 5.10.
Segmen D – E
- Segmen E-F
Segmen E-F memiliki jarak sejauh 33 m dengan GR sebesar 9,13% dan
rolling resistance sebesar 8,6%. Faktor yang menyebabkan perbedaan nilai cycle
time teoritis dan aktual pada segmen ini sama seperti pada segmen D-E, yaitu
dengan kondisi jalan yang menanjak, sehingga alat angkut lebih memaksimalkan
tenaga mesin yang ada.
Gambar 5.11.
Segmen E - F
Spotting and Dumping Time (Waktu Manuver dan Dumping)
Untuk besar nilai cycle time manuver dan dumping teoritis diambil dari
besar nilai cycle time aktual. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi cycle
time spotting and dumping time antara lain :
1. Pola kerja alat khususnya bulldozer sebagai pengatur material di disposal
belum bekerja secara effisien sehingga alat angkut cenderung membuang
material overburden lebih jauh dari perkiraan sehingga lebih memakan waktu.
5-20
2. Kondisi jalan dengan Rolling resistance sebesar 8,6% membuat HINO FM
260 JD agak kesulitan dalam melakukan manuver pada lokasi tersebut.
Travel Empty Time (Waktu Kembali)
Seperti hal nya pada travel load time, pada travel empty time juga dibagi
menjadi beberapa segmen, namun pada segmen ini kondisi grade jalan
menurun. Penyebab perbedaan nilai cycle time teoritis dan aktual pada waktu
kembali ini tidak jauh berbeda dengan pada waktu angkut, seperti kondisi jalan
angkut, geometri jalan, dan masalah teknis lainya.
Tabel 5.16.
Segmen Jalan Kembali Alat Angkut
5-21
Berdasarkan dari tabel 5.16 diketahui jalan angkut lurus pada segmen A-B
mempunyai lebar 6,5 m dan pada segmen B – C mempunyai lebar 7,5 m, dimana
kedua segmen tersebut tidak memenuhi kriteria lebar jalan ideal sebesar 8,575
m. Oleh karena itu dilakukan penambahan lebar jalan angkut pada kedua
segmen tersebut yaitu pada segmen A–B sebesar 2,075 m dan segmen B–C
sebesar 1,075 m.
Tabel 5.18.
Penambahan Lebar Jalan Angkut pada Tikungan
Berdasarkan dari tabel 5.17 diketahui jalan angkut tikungan pada segmen
C – D mempunyai lebar 7 m dan pada segmen D – E mempunyai lebar 8 m,
dimana kedua segmen tersebut juga tidak memenuhi kriteria lebar jalan tikungan
ideal sebesar 13,65 m. Oleh karena itu dilakukan penambahan lebar jalan angkut
pada kedua segmen tersebut yaitu pada segmen C – D sebesar 6,65 m dan
segmen D – E sebesar 5,65 m.
Namun berdasarkan jumlah alat angkut yang hanya berjumlah 3 buah,
maka terjadinya alat angkut yang berpapasan sangat jarang terjadi. Oleh karena
itu data di ambil alternatife lain yang lebih efisien yaitu penambahan lebar jalan
hanya pada 1 segmen tertentu saja, hal ini tentu akan lebih efisien dari pada
pelebaran jalan seluruhnya yang banyak menghabiskan waktu penggerjaan dan
ongkos produksi. Berikut sketsa gambar pelebaran jalan pada 1 segmen :
5-22
Kembali
D
Kembali
B
Angkut
Angkut
Gambar 5.12.
Pelebaran jalan pada 1 segmen
5-23
Berdasarkan dari gambar 5.12 dapat kita ketahui pelebaran jalan
dilakukan pada segmen B-C, dimana apabila terjadi alat angkut bermuatan
material akan berpapasan dengan alat angkut yang kondisi kosong, maka alat
angkut yang kosong akan menuju kedaerah jalan yang telah dilakukan pelebaran
tersebut, sehingga alat angkut yang sedang bermuatan akan dapat jalan terus
menuju disposal tanpa berpapasan dengan alat angkut yang kembali dari
disposal.
Tabel 5.19.
Grade Resistance Tiap Segmen Jalan angkut dan kembali
GRADE GRADE
NO
RESISTANCE (%) RESISTANCE (LB/TON)
SEGMEN
angkut kembali angkut kembali
1. A-B 11,33 -11,33 226,56 -226,56
2. B-C 16,68 -16,68 333,61 -333,61
3. C-D 3,23 -3,23 64,56 -64,56
4. D-E 20,42 -20,42 408,33 -408,33
5. E-F 9,13 -9,13 182,59 -182,59
Sumber : Pengolahan Data 2011(Lampiran I:I2)
Dari table di atas dapat dilihat pada segmen B-C dan D-E yang melebihi dari
kondisi ideal kemiringan jalan angkut, sehingga pada segmen tersebut alat
angkut bergerak dengan lambat karena kondisi kemiringan yang tinggi. Oleh
karena itu perlunya perbaikan dalam perencanaan jalan angkut, agar dapat
meoptimalkan kecepatan alat angkut.
5-24
pengamatan diperoleh data untuk delay time rata-rata HINO FM 260 JD sebesar
10,11 menit/jam.
Permasalahan-permasalahan yang menyebabkan terjadinya delay time
pada HINO FM 260 JD antara lain adalah :
- Terjadinya slip, hal ini terjadi dikarenakan kondisi jalan angkut yang cenderung
labil dan belum terkompaksi secara maksimal khususnya pada temporary
road (area loading point dan dumping point)
- Menunggu alat angkut lain yang sedang di isi dan lebar jalan angkut yang
belum ideal untuk HINO FM 260 JD, sehingga pada saat berpapasan maka
kecepatan alat angkut angkut akan melambat.
Gambar 5.13.
Alat angkut menunggu
5-25
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas alat gali
muat dan alat angkut adalah :
a. Perbaikan kondisi jalan angkut
Peningkatan kondisi jalan angkut ini dilakukan untuk mengurang waktu
angkut dan waktu kembali. Adapun parameter yang harus diperbaiki dari jalan
angkut adalah :
- Rolling resistance, nilai rolling resistance aktual berdasarkan hasil pengukuran
belum ideal, sehingga perlu kondisi jalan dengan nilai rolling resistance
standar untuk mendukung kinerja alat angkut.
- Perbaikan geometri jalan angkut, yakni lebar jalan angkut aktual yang masih
belum sesuai dengan lebar jalan angkut ideal, sehingga dilakukan
penambahan lebar jalan angkut.
b. Peningkatan bucket fill faktor
Berdasarkan pengukuran aktual diperoleh besar bucket fill factor sebesar
66,194%, akan tetapi berdasarkan teoritis seharusnya bucket fill factor dapat
mencapai 90%. sehingga perlunya penigkatan bucket fill factor seperti pelatihan-
pelatihan untuk operator alat gali muat agar kemampuan operator alat gali muat
lebih bagus dari sebelumnya.
5-26
yang sama dengan 1 berarti kombinasi antara alat gali muat dan alat angkut
telah mengalami keserasian (match).
Gambar 5.14.
Simulasi MF Terhadap Jumlah Alat Angkut
b. Simulasi Total Produktivitas Terhadap Jumlah Alat Angkut
Simulasi kedua yang dilakukan pada metode kapasitas produksi adalah
simulasi total produksi terhadap penambahan jumlah alat angkut. Pada grafik,
dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai produksi teoritis sebesar 417,08
BCM/jam maka jumlah alat angkut yang dibutuhkan adalah 5 alat angkut dengan
produksi sebesar 460 BCM/jam (Lampiran T: T4).
Gambar 5.15.
Simulasi Total Produktivitas Terhadap Jumlah Angkut
5-27
Tabel 5.20.
Jumlah Unit, Produksi Unit, dan Match Factor Berdasarkan
Metode Kapasitas Produksi
TOTAL TOTAL
PRODUKSI PRODUKSI
ALAT GALI ALAT ALAT GALI ALAT
MUAT ANGKUT MUAT ANGKUT MF
TYPE JUMLAH TYPE JUMLAH (BCM/jam) (BCM/jam)
HINO FM
Hitachi 450
LC 1 260 JD 5 433,73 460,95 1,15
Sumber : Pengolahan Data (Lampiran S: S1 – S4)
5-28