Anda di halaman 1dari 3

MENJADI GURU “GOBLOK” DINAMIS

Oleh : Agus Hariyanto M.P.d., M.B.A


Guru SDN Klodan 4, Kecamatan Ngetos, Kab. Nganjuk

Guru kok “goblok”,tulisan ini terinspirasi oleh buku karya Mas Iman Supriyono yang
berjudul “ Guru Goblok Ketemu Murid Goblok “ dan catatan teman saya saat belajar di UGM
Bapak Arifin M.B.A. Saat pertama membaca tulisan tentang Guru Goblok saya langsung
kaget dan tertarik untuk membacanya mengapa penulis dengan barani menulis diksi yang
menurut etika adalah perkataan yang “kasar”. Kemudian saya memahami mengapa Mas Iman
memilih diksi yang keras seperti itu. Karena ia lahir di Jawa Timur dan sebagian besar
hidupnya dia jalani di Jawa Timur. Sebagai orang yang lahir dan besar di Jawa Timur saya
sangat faham dengan logat dan pilihan kata orang-orang Jawa Timur. Tetapi bagi orang yang
lahir dan hidup di Jogjakarta atau Jawa Tengah jika mendengar kata-kata itu mungkin
tersinggung, karena terasa kasar di telinga mereka yang terbiasa berbicara dan mendengar
Bahasa Jawa “halus”. Tapi begitulah orang Jawa Timur yang menyukai keterusterangan,
jelas, dan menohok. Sebagai orang Jawa Timur saya sering mendengar sapaan teman dengan
menggunakan nama-nama binatang, “jangkrik”, “kirik”, “genjik”, dan lain sebagainya.
Hebatnya mereka tidak pernah tersinggung, bahkan menikmatinya.
Bagaimana jika yang digoblok-goblokkan itu seorang guru ? Siapapun gurunya, jika
disebut dengan “Guru Goblok” tentu tidak berkenan. Ia pasti tersinggung, harga dirinya
tercabik-cabik, masak sudah keren-keren disebut goblok!. Tidak ada guru yang ingin disebut
goblok, apalagi di depan para siswa dimana harkat danmartabat guru. Sebisa mungkin mereka
tampil prima, sempurna dan serba bisa di depan siswa agar tidak kelihatan gobloknya,
walaupun mungkin sebenarnya dia benar-benar goblok.
Tetapi, dalam kaca mata Mas Iman “Guru Goblok “ itu memang nyata ada di
Sekolah-sekolah, setidaknya ada 3 tipe guru goblok . Yang pertama adalah Guru Goblok
Dinamis (GGD), kemudian Guru Goblok Statis (GGS), dan ketiga yaitu Guru Goblok Mutlak
(GGM). Agar lebih jelas mari kita bahas ketiga tipe guru goblok tersebut.
1. Guru Goblok Dinamis (GGD)
Guru Goblok Dinamis adalah guru goblok yang beruntung. Dikatakan masih
beruntung karena model goblok yang satu ini masih sadar bahwa dia itu goblok. Dalam
bahasa Arab dikatakan dengan ungkapan “ yadri annahu la yadri”, orang goblok yang
menyadari bahwa dirinya goblok. Ini adalah jenis goblok yang disarankan untuk para guru.
Guru goblok dinamis, syaratnya bahwa guru tersebut masih menyadari bahwa dirinya goblok
dan kemudian mau belajar terus menerus.
Bahkan kata Mas Iman, guru jenis ini harus merasa goblok setiap waktu. Maksudnya
adalah Guru tersebut setiap saat sadar bahwa ada sesuatu yang ingin dia bisa tetapi belum
bisa, yang ingin dia ketahui tapi belum tau, maka kemudian dia tindak lanjuti hingga bisa dan
tau. Begitu bisa dan tau, segera ia temukan apa lagi yang belum bisa dan belum tau.
Kemudian ia temukan satu kegoblokan lagi. Lalu ia pelajari lagi sampai bisa. Begitu bisa,
temukan satu kegoblokan lagi, pelajari sampai bisa, temukan kegoblokan lain lagi, demikian
seterusnya, selalu merasa goblok.
Ketika para siswanya gagal dalam mengerjakan ujian, guru goblok dinamis tidak
buru-buru mengumpat dan menyalahkan siswanya. Dia pertama kali akan mengumpat
dirinya, dia akan bilang “ Sayalah yang salah, kenapa saya tidak mengajarimu dan
mendidikmu dengan lebih baik, dengan pendekatan, metode , dan strategi yang lebih baik
sehingga kalian mampu menyelesaikan soal-soal itu dengan lebih baik, sehingga kalian
lulus.” Itulah GGD. Sebagai pimpinan pembelajar dia tidak pernah mencari kesalahan dan
menyalahkan anah buahnya (para siswanya). Senakal apapun siswa, dia tidak pernah marah.
Dia akan menghadapi siswa dengan sangat cerdas. Diantaranya dengan belajar lagi
bagaimana mengajar dan mendidik yang lebih baik. Dia tidak merasa super, tetapi merasa
ingin selalu memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Maka berbahagialah kepala sekolah
yang memiliki guru jenis ini, anda pasti akan selalu tersenyum, tetapi sayangnya guru jenis
ini tidak begitu banyak di Indonesia. Dia termasuk makhluk yang langka, itulah guru goblok
yang beruntung. Guru goblok yang berada di peringkat terbaik.
2. Guru Goblok Statis (GGS)
Di bawah GGD ini, ada lagi tipe guru goblok yang tidak beruntung. Yaitu guru
goblok yang tidak menyadari bahwa dirinya goblok. Maka, guru goblok jenis ini tidak akan
pernah berkembang, tidak akan pernah maju. Stagnan. Dia adalah tipe Guru Goblok Statis
(GGS). Membiarkan dirinya tetap goblok dalam satu hal untuk selamanya.
Guru goblok statis (GGS) jika menemui kegagalan siswa dalam satu hal yang
berkaitan dengan proses pembelajarannya, dia bersikap masa bodoh. Dia tidak berusaha
untuk mencari tahu kenapa siswa bisa gagal. Dia tidak melihat ke dalam dirinya, ke dalam
proses pembelajaran yang dipimpinnya, apakah ada kekurangan pada proses pembelajaran
yang diampunya atau tidak. Kata orang Jawa “ luweh-luweh”, masa bodoh yang penting
tugas utamanya yaitu mengajar sudah dilaksanakan. Guru jenis ini adalah jenis guru yang
tidak akan maju, dia tidak akan menemukan hal baru , pendekatan baru, metode baru, strategi
baru dalam mengajar, karena dia tidak mau berusaha untuk mencarinya. Saya pastikan,
kepala sekolah tempat dia bernaung akan mengalami “gegar otak” jika tidak memiliki
kesabaran berlipat. Itulah karakter guru goblok statis.
3. Guru Goblok Mutlak (GGM)
Di bawah goblok statis, ada lagi guru goblok mutlak (GGM). Inilah tipe guru paling
buruk di dunia. Yaitu guru goblok yang tidak menyadari kegoblokannya dan celakanya dia
selalu berlagak hebat dan sok pintar sehingga menggoblok-goblokan orang lain. Inilah guru
goblok total, goblok sempurna, goblok absolut, goblok mutlak.
Tipe guru macam ini, ketika ada siswanya yang gagal, serta-merta dia tumpahkan
sumpah serapah. Dia umpat-umpat siswanya, dia goblok-goblokkan siswanya. Bahkan kalau
bisa seisi sekolah dia goblok-goblokkan. Dia pantang menggoblokkan dirinya. Namanya juga
goblok mutlak!!
Ketika dinasehati tentang kegoblokannya , serta merta GGM ini menolak. Merasa
bahwa dirinya lebih pintar dari pada orang yang menasihatinya. Merasa pintar padahal benar-
benar goblok mutlak. Seumur-umur, janganlah Anda menjadi guru goblok jenis ini. Anda
akan celaka dan mencelakakan, sesat dan menyesatkan. Saya pastikan , kepala sekolah anda
tidak hanya akan “gegar otak” , tapi “stroke permanen” dan plus “jantungan”.
Demikian tiga tipe guru goblok berdasarkan tulisan Mas Iman Supriyono yang
berjudul “ Guru Goblok Ketemu Murid Goblok “. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk
menyakiti hati Guru atau merendahkan Martabat guru, tulisan ini semata-mata bentuk refleksi
penulis demi perbaikan-perbaikan kecil lewat media tulisan yang mungkin memberikan
inspirasi dan pencerahan bahwa guru harus merasa goblok, haus dan lapar akan pengetahuan,
metode pembelajaran, teori pendidikan sehingga guru akan senantiasa belajar dan belajar lagi
demi perbaikan yang bermuara pada peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan di masa
yang akan datang, besar harapan penulis guru-guru menjadi orang-orang yang dinamis
dengan terus belajar dan belajar, semoga.....

Anda mungkin juga menyukai