Anda di halaman 1dari 9

Studi Kasus Anak Hiperaktif dan Kesulitan Belajar

Tugas Individu

Tugas ini di buat untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Dosen Pengampu : Siti Nurhayati, M.Pd., CHCom

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

Nama : Tyasti Sri Mulyanni


NIM : 1886206289
No. Absen : 33
Kelas : 3e Pgsd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Studi Kasus Bullying di Sekolah Dasar ini tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bimbingan dan Knseling. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun dari luar. Namun berkat bimbingan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
Kasih.

Tangerang, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................ vi

Latar Belakang.......................................................................

Studi Kasus Anak Hiperaktif dan Kesulitan Belajar ...........

Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan vital dan diyakini sebagai modal dasar
untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Lingkungan sekolah memberikan banyak
perubahan pada diri anak. Pada masa inilah kontak sosial yang lebih luas
digabungkan dengan perkembangan motor yang cepat, bahasa, dan kemampuan
kognitif, membantu anak yang lebih kecil menemukan tantangan fisik dan akademik
dalam masa kanak-kanak pertengahan (Djiwandono, 2005: 41).

Guru sebagai pemegang peran penting dalam dunia pendidikan guna untuk
membentuk sikap, perilaku dan kepribadian anak maka seorang guru harus
menguasai prinsip - prinsip psikologi anak khususnya bagi anak yang mengalami
penyimpangan perilaku hiperaktif. Sehingga guru dapat memberikan terapi dan
bimbingan belajar dengan baik. Hiperaktif yang juga dikenal dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder merupakan suatu gangguan pemusatan perhatian
dimana penderita mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan bertahan dalam
satu pekerjaan dalam waktu tertentu. Anak - anak yang mengalami hiperaktif
mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi, pikiran mereka mengembara kemana -
mana. Selain tidak dapat berkonsentrasi penderita hiperaktif juga mengalami
kesulitan untuk mengontrol gerak tubuh.

Anak yang mengalami hiperaktif bisa beralih dari suatu pekerjaan ke pekerjaan
lainnya dengan mudah ketika ada sesuatu yang mengusik perhatian mereka. Anak
yang mengalami hiperaktif tampaknya tidak bisa berpikir terlebih dahulu sebelum
bertindak. Seorang anak yang hiperaktif biasanya sering menunjukkan tanda - tanda
kegelisahan yang akut. Bagi seorang guru, perilaku anak seperti ini bisa sangat
mengganggu karena pelajaran sekolah seringkali mengharuskan anak - anak untuk
menyimak pelajaran dan mengerjakan tugasnya dengan tenang.

Penanganan serta layanan pendidikan bagi anak yang mengalami hiperaktif ini
sangat diperlukan dan harus dikembangkan secara maksimal agar anak hiperaktif
yang IQ nya normal bahkan diatas normal bisa seperti anak normal atau berkurang
hiperaktifitasnya serta dapat menjalin hubungan baik dengan lingkungannya.

Dalam proses pembelajaran di kelas diperlukan suasana yang nyaman guna untuk
menunjang kegiatan belajar. Setiap siswa diharuskan untuk belajar dengan sungguh-
sungguh dan melibatkan tingkat konsentrasi tertentu. Sehubungan dengan hal ini
guru harus memiliki kemampuan dalam memancing keingintahuan anak sehingga
perhatian anak dapat terpusat dengan baik. Anak hiperaktif merupakan anak
berkebutuhan khusus yang mempunyai kesulitan dalam memusatkan perhatian
belajar. Guru harus mempunyai kiat - kiat atau usaha untuk memusatkan perhatian
anak khususnya pada anak yang mengalami hiperaktif.

STUDI KASUS BULLYING

Saya melakukan studi kasus dengan mengambil contoh yang ada di sekitar saya. Ia
bernama Maulana Yusuf , ia 3 orang bersaudara , ia mempunyai 2 orang adik
perempuan yang menurut penulis karakter nya itu sama percis seperti Maulana Yusuf
. Ia adalah siswa kelas 6 sekolah dasar namun sikap dan kelakuan nya masih seperti
anak kecil, masih senang bermain dengan anak-anak kecil . Ia bersekolah di Sekolah
Islam Swasta di daerah Kota Bumi yaitu Sekolah Islam Al Akmal .

Dan dimana ia adalah saudara penulis , sehingga penulis sangat mengetahui perilaku
dan kegiatan ia sehari-hari, dimana sepengetahuan penulis ia adalah anak yg sangat
energik dan tidak bisa diam , apa bila ia sedang melakukan suatu kegiatan taklama
kemudian ia mulai bosan sehingga ia melakukan kegiatan lain . ia juga kerap kali
mengusili teman-teman ataupun adik-adiknya . Pernah suatu hari penulis ikut
mengantar Maulana berangkat sekolah dengan tujuan untuk mengobservasi dan
mengamati bagaimana lingkungan sekolah tempat ia belajar dan mengamati siswa
hiperaktif di dalam maupun diluar kelas. Melalui kegiatan observasi pula penulis
dapat melihat secara langsung mengenai usaha – usaha guru dalam memusatkan
perhatian belajar siswa hiperaktif ini.
Pada saat awal masuk terlihat seperti biasa saja ya sebagaimana semestinya
pembelajaran dimulai ia pun masih fokus terhadap guru yg mengajarinya baru ketika
kegiatan belajar di mulai selama beberapa menit ia mulai tidak bisa memusatkan
fokusnya ia sering menggerak-gerakkan tangan dan kaki nya, dan ia mulai
meninggalkan tempat duduknya sehingga ia mengganggu siswa-siswa yang lain
sedang belajar ,tidak hanya itu ia juga kerap kali tidak mengerjakan pr , ia akan
mengerjakan apabila di ingatkan oleh orangtuanya saja , ia tidak mampu mengingat
apa saja yg telah diajarkan tadi , jadwal pelajaran saja ia tidak ingat selalu ibunya yg
bertanya kepada gurunya mata pelajaran apa saja yg akan di ajar kan besok . ia juga
tidak sabar dan usil yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika
bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-
mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-
bu,” . Tak hanya itu, ia pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas.
Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun
tidak ada pemicu yang harus membuat ia melakukan hal seperti itu. Dan penulis pun
menyusun instrument penelitian berupa pedoman wawancara, Pertanyaan yang
disusun untuk wawancara sebanyak 7 pertanyaan. Melalui wawancara mendalam
penulis mendapatkan banyak informasi terkait usaha – usaha guru dalam
memusatkan perhatian belajar Maulana dan juga penulis menemukan beberapa
faktor yang mempengaruhi kondisi Maulana diantaranya:

a. Dari faktor individu gangguan hiperaktif dikarenakan anak mengalami kelainan


pada otak atau neurobiologis.

b. Dari faktor perlakuan orangtua di rumah yakni :

1) Orangtua yang terlalu memanjakan anak secara berlebihan

2) Kurangnya suatu pengendalian yang berupa suatu hukuman untuk anak yang
melakukan kesalahan

3) Orangtua selalu menuruti keinginan anak namun kurangnya suatu larangan-


larangan

4) Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua


5) Rendahnya bimbingan serta pendampingan belajar dari orangtua terhadap anak

Penulis juga melihat ada nya usaha – usaha yang dilakukan guru dalam memusatkan
perhatian belajar Maulana sebagai berikut :

a. Dalam bentuk bimbingan klasikal

Yaitu melalui pemberian hadiah dan pujian , selalu menciptakan suasana belajar
gembira , juga sering melibatkan Maulana dalam proses pembelajaran, Mengemas
pembelajaran kedalam konsep permainan – permainan tak lupa guru
mengembangkan sikap sosial.

b. Dalam bentuk individu atau konseling

Guru memberikan perhatian khusus terhadap Maulana, Menasihati dengan


pelan ,Menempatkan Maulana pada posisi duduk paling depan agar mudah untuk
mendapatkan pengawasan dari guru, Guru juga melakukan terapi perilaku dengan
cara memberikan nasihat dengan lembut dan hati – hati juga membina komunikasi
dan melakukan pendekatan – pendekatan psikologis maupun konseling dengan baik.

- Tindakan guru : Guru sangat memperdulikan anak hiperaktif guru juga

sering melibatkan murid tersebut dalam proses pembelajaran, Mengemas


pembelajaran kedalam konsep permainan – permainan dan tak lupa guru
mengembangkan sikap sosial. Menasihati dengan pelan ,Menempatkan murid
pada posisi duduk paling depan agar mudah untuk mendapatkan
pengawasan dari guru, Guru juga melakukan terapi perilaku dengan cara
memberikan nasihat dengan lembut dan hati – hati juga membina
komunikasi dan melakukan pendekatan – pendekatan psikologis maupun
konseling dengan baik.

- Menurut saya : Dari pendapat penulis selama mengadakan penelitian,

adanya perhatian khusus dari guru terhadap siswa hiperaktif sangat


diperlukan. Mengingat peran guru sangat penting untuk menangani siswa
hiperaktif maka pemahaman mengenai siswa hiperaktif sangat dibutuhkan.
Guru tidak boleh semena – mena memberikan label bahwa anak mengalami
penyimpangan perilaku hiperaktif, tetapi guru harus memahami terlebih
dahulu mengenai siswa hiperaktif secara mendalam agar dapat mengerti
siswa dengan keadaan yang bagaimana yang bisa dikatakan sebagai siswa
hiperaktif. Komunikasi serta pendekatan – pendekatan terhadap siswa
hiperaktif harus senantiasa dikembangkan guna untuk mengenal lebih dalam
terkait dengan siswa hiperaktif yang membutuhkan penanganan. Karena dari
pendekatan – pendekatan dan komunikasi yang baik akan memudahkan guru
dalam menangani penyimpangan tersebut. Melalui komunikasi serta
pendekatan – pendekatan yang baik, guru akan lebih mudah dalam
mengetahui akar masalah siswa yang mengalami hiperaktif. Maka terlebih
dahulu guru harus mengetahui terkait dengan faktor penyebab hiperaktif
anak apakah dari faktor individu, perlakuan orangtua di rumah atau faktor
lingkungan maupun teman sebaya. Penanganan dari guru pun harus
disesuaikan dengan faktor – faktor penyebabnya.
- Karakter Emosi

Maulana Yusuf adalah anak yang sama seperti anak-anak lainnya akan tetapi
ia mempunyai kekurangan tidak bisa fokus terhadap suatu hal dan sulit
menerima pembelajaran , ia juga suka usil terhadap orang-orang disekitarnya ,
emosinya kadang tidak bisa ia kontrol dengan baik contohnya ia tidak bisa
bersabar terhadap suatu hal tapi dibalik kekurangan nya itu ia adalah anak
yang sangat energik , ia juga dapat dikasih tahu tetapi dengan cara yang
pelan-pelan dan tidk menyinggung perasaannya . walaupun ia lemah dalam
akademiknya ia justru unggul dalam hafalan surat-surat yang ada di dalam Al-
Qur’an .
- Karakter Orangtua

Orangtua Maulana Yusuf , ibu nya seorang ibu rumah tangga dan ayahnya
seorang pegawai swasta. Orang tua Maulana adalah orangtua yang sangat
pengertian dan sangat perduli terhadap anak-anaknya, namun ia tidak
berfokus kepada Maulana Yusuf saja ia juga mengurusi 2 orang adiknya
Maulana Yusuf sehingga kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua
juga rendahnya bimbingan serta pendampingan belajar dari orangtua
terhadap Maulana. Orangtua yang terlalu memanjakan anak secara
berlebihan. Kurangnya suatu pengendalian yang berupa suatu hukuman untuk
anak yang melakukan kesalahan. Orangtua selalu menuruti keinginan anak
namun kurangnya suatu larangan-larangan namun orangtuanya selalu saja
menuruti apa yg di inginkan Maulana Yusuf sehingga ia jadi bersifat manja
dan tidak mandiri
- Karakter Religi

Keluarga Maulana merupakan keluarga yang sangat taat terhadap agama,


mereka selalu hidup rukun dan gemar bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai