Anda di halaman 1dari 7

114 Penerapan GMP pada Penanganan...(M.

Choiron)

PENERAPAN GMP PADA PENANGANAN PASCA PANEN KOPI RAKYAT


UNTUK MENURUNKAN OKRATOKSIN PRODUK KOPI (STUDI KASUS DI
SIDOMULYO, JEMBER)

Miftahul Choiron
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Korespodensi : Jl. Kalimantan I Jember, Email :

ABSTRACT

Jember potential to become one of the world's coffee suppliers. The survey
showed that farmers need to add the sorting stage in the processing of coffee to get
good quality coffee beans and uniforms. Stages of the process that needs to be improved
is the stage of drying and storage. At the stage of drying, need to improve standards of
drying up to 12.5% (SNI) as a standard in use today are still high enough to 14%.
Water content is still possible to increase especially during storage and hence,
potentially causing the growth of Aspergillus ochraceus as a ocratoxin producer. At the
storage stage, the coffee must be placed in clean bags and stacked on a wooden base,
and does not stick to the wall. This is done to avoid increasing the water content in the
coffee because of moisture on the floor and walls. From the analysis of water content is
known that an increase in product moisture content of 13.6% to 13.9% during storage.
Keyword : ocratoxin, GMP,coffee
PENDAHULUAN Upaya pengurangan atau
Kopi merupakan salah satu penghilangan senyawa okraoksin pada produk
komoditas ekspor yang potensial bagi kopi rakyat terus dilakukan untuk peningkatan
Indonesia. Perkebunan kopi di Indonesia mutu kopi rakyat namun hal itu menjadi
sebagian besar diusahakan oleh rakyat. kendala bagi para petani karena tingginya
Umumnya jenis kopi yang ditanam adalah biaya untuk melakukan hal tersebut. Untuk
Robusta. Dalam hal produksi, Indonesia mengatasi permasalahan tersebut tindakan
menempati urutan ke tiga dunia setelah Brazil terbaik yang dilakukan adalah mencegah
dan Vietnam untuk kopi jenis Robusta dengan munculnya kapang Aspergillus ochraceus
jumlah produksi 5,82 juta karung pada tahun sebagai mikroorganisme penghasil okratoksin.
2007 dan meningkat menjadi 6,01 juta karung Potensi komoditas kopi rakyat Sidomulyo
pada tahun 2008 (AEKI, 2009). Di Kabupaten memberikan implikasi pada pentingnya
Jember, sebaran luasan areal kopi rakyat penerapan Prosedur Operasi Standart pada
mencapai 5.524,01 ha yang tersebar di 8 pengolahan pasca panen kopi dalam rangka
kecamatan. penurunan okratoksin pada kopi serta dapat
Salah satu aspek standart mutu yang meningkatkan dan menyeragamkan mutu kopi
saat ini mulai dipersyaratkan oleh pasar dunia yang dihasilkan oleh petani kopi.
, terutama uni eropa, adalah tidak adanya
kontaminasi senyawa okratoksin pada biji METODOLOGI PENELITIAN
kopi yang akan diperdagangkan melalui
Kerangka Penelitian
ekspor. Okratoksin merupakan senyawa Penelitian ini akan dilaksanakan
toksin atau racun yang yang dihasilkan oleh dalam beberapa langkah yaitu pertama, survey
Aspergillus ochraceus . Senyawa ini dilakukan ke lapang untuk menentukan
berbahaya bagi kesehatan, oleh karena itu prosedur operasi penanganan pasca panen
keberadaannya pada berbagai komoditas kopi yang dilakukan saat ini. Setelah prosedur
dilarang. operasi ditentukan, selanjutnya dilakukan
analisa okratoksin pada tahapan-tahapan yang
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 115

dicurigai berpotensi munculnya Aspergillus b. Metode Observasi dan wawancara :


ochraceus. Melakukan pengamatan langsung
Langkah ketiga dilakukan terhadap objek penelitian dan tanya
penyebaran kuisioner kepada para ahli untuk jawab dengan para ahli dan petani
menjaring prosedur-prosedur penanganan c. Metode Penjaringan dengan Kuisioner:
pasca panen produk kopi. Selanjutnya Memberikan daftar pertanyaan kepada
ditentukan draft prosedur operasi penanganan para ahli (purposive method)
pasca panen kopi yang kemudian akan d. Dokumentasi: Mengumpulkan data dari
diterapkan dilapang. Analisa okratoksin berbagai sumber yang relevan dengan
dilakukan pada tahapan yang sama seperti penelitian.
pada langkah kedua dan kemudian hasil yang e. Studi Pustaka: Mengumpulkan berbagai
didapat akan dianalisa dan dibandingkan. data dari literatur yang relevan dengan
Selanjutnya ditentukan prosedur operasi penelitian.
standart penanganan pasca panen kopi.
Analisa Okratoksin
Data dan Sumber Data Analisa okratoksin menggunakan
Data yang digunakan pada metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) di
penelitian ini adalah : mana tahap analisa sebagai berikut:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh 1. Optimasi kondisi analistis secara KLT
langsung dari pihak pertama. Data primer 2. Pengujian linearitas
diperoleh dari kuisioner yang diberikan 3. Penentuan batas deteksi dan kuantitas
kepada para ahli yaitu Pusat Penelitian 4. Uji keterulangan
Kopi dan Kakao, Dinas Pertanian 5. Uji perolehan kembali dan Penentuan
maupun Akademisi yang ahli kadar sampel.
dibidangnya
b. Data Sekunder, yaitu yaitu penggunaan HASIL DAN PEMBAHASAN
data yang diperoleh dari pihak ke tiga,
Proses Produksi Kopi
yang digunakan sebagai referensi dan Pengolahan kopi dari buah menjadi
gambaran terutama yang berkenaan biji kopi biasanya dibedakan menjadi 3 cara
dengan penanganan pasca panen kopi. yaitu cara kering, cara semi basah dan cara
Metode Pengumpulan Data basah (fermentasi). Petani kopi rakyat
a. Penentuan lokasi penelitian dilakukan Sidomulyo memproduksi kopi menggunakan
secara sengaja (purposive method) cara kering.

Panen Kopi Robusta


(Merah,kuning, hijau)

Mesin Kniser

Penjemuran/pengeringan (5-9
hari, ketebalan3-5 cm)

Mesin Huller

Penyimpanan ( Kopi Beras) selama + 1-2


bulan dengan KA 14%

Gambar 1. Pengolahan Kopi Cara Kering di Sidomulyo


116 Penerapan GMP pada Penanganan...(M.Choiron)

Tabel 1. Perbedaan Hasil Jemur Gelondong dan Jemur Pecah Kulit


Kriteria Kopi Bubuk Jemur Gelondong Kopi Bubuk Jemur Pecah Kulit
Warna Lebih terang dan kecoklatan Hitam
Rasa Lebih menyegarkan, tidak pahit Terasa pahit
Aroma Harum,dan khas Baunya bercampur

Pemanenan Buah Kopi Identifikasi GMP pada perkebunan kopi


Pemetikan buah kopi dilakukan rakyat di Sidomulyo
secara manual yaitu buah kopi yang berwarna
Peralatan
merah dipetik satu demi satu dari tiap – tiap
dompolannya dengan menggunakan tangan,
Mesin kniser
pemetikan buah kopi di Desa Sidomulyo Mesin kniser ini digunakan untuk
dilakukan 3 kali tahapan. memecah kulit kopi dari hasil panen sehingga
Proses Kniser akan didapatkan kopi dengan kulit gelondong.
Proses kniser adalah bertujuan untuk Perawatan mesin kniser ini dilakukan dengan
memecah kulit luar dari kopi sehingga di pencucian dan pembersihan setiap akan dan
dapatkan kopi gelondong menggunakan alat setelah dipakai, dan untuk pengecekan
yang dinamakan mesin kniser. Proses kniser peralatannya dilakukan saat musim panen.
dilakukan setelah kopi selesai dipanen. Pada Untuk menjamin keamanan pemakaian mesin
pemecahan kulit tanduk ini lebih mudah bila ini perlu dilakukan pembersihan secara
dibanding pemecahan kulit gelondong pada berkala tanpa harus menunggu peralatan akan
proses huller. digunakan.

Proses Penjemuran Mesin huler


Pada penjemuran di Desa Mesin huller difungsikan sebagai
Sidomulyo digunakan jemur gelondong, alat untuk memecah kopi yang masih di lapisi
penjemuran ini dilakukan karena dari hasil kulit gelondong, yang telah dikeringkan
penjemuran akan didapatkan hasil yang lebih selama 5 -9 hari dengan ketebalan 3-5 cm
baik (Tabel 1) untuk di hulling menjadi kopi beras yang
Proses Huller selanjutnya dipasarkan.
Setelah kopi yang berbentuk Tenaga kerja
gelondong mengalami proses pengeringan dan Untuk tenaga kerja dalam proses
memiliki tebal kopi sekitar 3-5 cm maka dapat manufacturing dari kebun rakyat Sidomulyo
dilakukan proses Hulling pada proses ini kopi dalam proses kniser dan hulling para
yang berbentuk kopi gelondong akan diproses kelompok tani hanya berpakaian biasa dan
membentuk menjadi kopi beras. menggunakan pelindung muka (berupa
Kopi Beras kerpus) sehingga terlindungi dari kotoran
Dari proses hulling akan didapatkan yang timbul dari proses hulling dan kniser.
kopi beras. Hasil kopi beras adalah hasil kopi Untuk proses pengudangan pekerja yang
yang siap untuk dipasarkan. Pada kopi rakyat bertugas membawa karung berisi kopi hanya
Sidomulyo tidak terjadi proses sortasi karena memakai pakaian biasa.
penduduk Sidomulyo yang mayoritas Gudang
petaninya berpendidikan rendah, kurang Di perkebunan rakyat Sidomulyo
paham tentang standar kualitas kopi beras terdapat 2 bangunan gudang yang digunakan
yang disortasi. Tetapi sortasi dilakukan pada untuk menyimpan hasil produksi. Pada
saat pemanenan, jadi pada saat panen petani gudang ini diletakkan karung-karung kopi
memilih buah kopi yang merah-merah agar yang telah selesai diolah.
hasil akhir berkualitas baik. Hasil dalam 1 kali
produksi dalam waktu satu tahun sebanyak Proses Produksi
40-45 ton. Total area penanaman kopi rakyat Proses produksi kopi beras yang
sido mulyo adalah seluas 30 hektar. dilakukan di Sidomulyo masih menggunakan
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 117

proses yang sederhana. Pada proses kehitam-hitaman setelah masak penuh


pemanenan tidak dilakukan pemisahan antara terlampaui (over ripe).
biji merah, kuning atau hijau. Semua hasil biji 2) Kematangan buah kopi juga dapat dilihat
kopi langsung dikumpulkan dan diproses pada dari kekerasan dan komponen senyawa
tahap selanjutnya. Proses selanjutnya adalah gula di dalam daging buah. Buah kopi
pengupasan kulit biji menggunakan mesin yang masak mempunyai daging buah
kniser. Untuk mendapatkan hasil biji kopi lunak dan berlendir serta mengandung
beras yang memiliki mutu yang baik dan senyawa gula yang relatif tinggi sehingga
seragam diperlukan satu tahapan proses yang rasanya manis. Sebaliknya daging buah
harus ditambahkan sebelum dilakukan muda sedikit keras, tidak berlendir dan
pengupasan yaitu proses sortasi buah. rasanya tidak manis karena senyawa gula
Proses sortasi merupakan tahapan masih belum terbentuk maksimal.
yang perlu ditambahkan pada pengolahan 3) Tanaman kopi tidak berbunga serentak
kopi beras di Sidomulyo. Sortasi dilakukan dalam setahun, karena itu ada beberapa
pada buah yang dipanen dan sortasi biji cara pemetikan :
kering. Sortasi buah dilakukan untuk a. Pemetikan selektif dilakukan
menyeragamkan mutu kopi yang dihasilkan. terhadap buah masak.
Pengeringan dilakukan b. Pemetikan setengah selektif
menggunakan sinar matahari, hal ini dilakukan terhadap dompolan buah
dilakukan dengan pertimbangan ekonomi. masak.
Kadar air yang diharapkan pada proses c. Secara lelesan dilakukan terhadap
pengeringan sesuai SNI adalah 12,5% buah kopi yang gugur karena
sedangkan kadar air minimal yang ditetapkan terlambat pemetikan.
di Sidomulyo adalah 14%. Penetapan standar d. Secara racutan/rampasan merupakan
kadar air yang terlalu tinggi berpotensi pada pemetikan terhadap semua buah
munculnya kapang Aspergillus ochraceus. kopi yang masih hijau, biasanya
Kapang Aspergillus ochraceus dapat tumbuh pada pemanenan akhir.
dengan baik pada kadar air diatas 14% 4) Sortasi buah dilakukan untuk
(Susila, 2004). Kadar air 14% mungkin masih memisahkan buah yang superior (masak,
bisa ditoleransi, akan tetapi pada bernas, seragam) dari buah inferior
penyimpanan masih dimungkinkan terjadinya (cacat, hitam, pecah, berlubang dan
peningkatan kadar air sehingga sangat terserang hama/penyakit). Kotoran
mungkin inversi Aspergillus ochraceus pada seperti daun, ranting, tanah dan kerikil
produk kopi. harus dibuang, karena dapat merusak
mesin pengupas.
Prosedur Operasi Standar
5) Biji merah (superior) diolah dengan
Untuk dapat menerapkan GMP
metoda pengolahan basah atau semi-
dengan benar semua prosedur harus
basah, agar diperoleh biji kopi kering
didokumentasikan dengan baik. Sistem
dengan tampilan yang bagus. Sedangkan
dokumentasi dapat dituangkan dalam suatu
buah campuran hijau,kuning, merah
Prosedur Operasi Standar. Untuk penanganan
diolah dengan cara pengolahan kering.
pasca panen kopi cara kering, prosedur
6) Hal yang harus dihindari adalah
operasi yang dapat dilakukan adalah :
menyimpan buah kopi di dalam karung
plastik atau sak selama lebih dari 12 jam,
Pemanenan dan Sortasi Buah karena akan menyebabkan pra-fermentasi
1) Pemanenan buah kopi dilakukan secara sehingga aroma dan citarasa biji kopi
manual dengan cara memetik buah yang menjadi kurang baik dan berbau busuk
telah masak. Ukuran kematangan buah (fermented).
ditandai oleh perubahan warna kulit
Pengeringan
buah. Kulit buah berwarna hijau tua
1) Kopi yang sudah di petik dan disortasi
ketika masih muda, berwarna kuning
harus sesegera mungkin dikeringkan
ketika setengah masak dan berwarna
agar tidak mengalami proses kimia
merah saat masak penuh dan menjadi
118 Penerapan GMP pada Penanganan...(M.Choiron)

yang bisa menurunkan mutu. Kopi Pengemasan dan Penggudangan


dikatakan kering apabila waktu diaduk 1) Kemas biji kopi dengan menggunakan
terdengar bunyi gemerisik. karung yang bersih dan baik, serta
2) Beberapa petani mempunyai kebiasaan diberi label sesuai dengan ketentuan
merebus kopi gelondang lalu dikupas SNI 01-2907-1999. Simpan tumpukan
kulitnya, kemudian dikeringkan. kopi dalam gudang yang bersih, bebas
Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dari bau asing dan kontaminasi lainnya
dikupas kulit harus dihindari karena
2) Karung diberi label yang menunjukkan
dapat merusak kandungan zat kimia
jenis mutu dan identitas produsen. Cat
dalam biji kopi sehingga menurunkan
untuk label menggunakan pelarut non
mutu.
minyak.
3) Apabila udara tidak cerah pengeringan
dapat menggunakan alat pengering 3) Gunakan karung yang bersih dan
mekanis. jauhkan dari bau-bau asing.
4) Tuntaskan pengeringan sampai kadar 4) Atur tumpukan karung kopi diatas
air mencapai maksimal 12,5 % landasan kayu dan beri batas dengan
5) Pengeringan memerlukan waktu 2-3 dinding.
minggu dengan cara dijemur
6) Pengeringan dengan mesin pengering 5) Monitor kondisi biji selama disimpan
tidak diharuskan karena membutuhkan terhadap kondisi kadar airnya,
biaya mahal. keamanan terhadap organisme
Pengupasan Kulit ( Hulling) gangguan (tikus, serangga, jamur, dll)
dan faktor-faktor lain yang dapat
1) Hulling pada pengolahan kering merusak kopi.
bertujuan untuk memisahkan biji kopi
dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit 6) Beberapa faktor yang harus
arinya. diperhatikan dalam penggudangan
adalah: kadar air, kelembaban relatif
2) Hulling dilakukan dengan dan kebersihan gudang. Kelembaban
menggunakan mesin pengupas (huller). ruangan gudang sebaiknya 70 %.
Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit
dengan cara menumbuk karena Bangunan
mengakibatkan banyak biji yang pecah. 1) Bangunan harus dibuat berdasarkan
Beberapa tipe huller sederhana yang perencanaan yang memenuhi
sering digunakan adalah huller putar persyaratan teknik dan kesehatan sesuai
tangan (manual), huller dengan dengan jenis produk yang ditangani,
pengerak motor, dan hummermill. sehingga mudah dibersihkan, mudah
dilaksanakan tindak sanitasi dan mudah
Sortasi Kopi Beras dipelihara.
1) Sortasi dilakukan untuk memisahkan 2) Tata letak diatur sesuai dengan urutan
biji kopi dari kotoran-kotoran non kopi proses penanganan, sehingga lebih
seperti serpihan daun, kayu atau kulit efisien.
kopi. 3) Penerangan dalam ruang kerja harus
2) Biji kopi beras juga harus disortasi cukup sesuai dengan keperluan dan
secara fisik atas dasar ukuran dan cacat persyaratan kesehatan serta lampu
biji. Sortasi ukuran dapat dilakukan berpelindung.
dengan ayakan mekanis maupun 4) Tata letak yang aman dari pencurian
dengan manual. Kontrol Hama
3) Pisahkan biji-biji kopi cacat agar Tikus, serangga, dan binatang
diperoleh massa biji dengan nilai cacat peliharaan tidak boleh ada di seluruh daerah
sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907- yang berhubungan dengan makanan. Kontrol
1999 hama dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu: tempat masuk bagi hewan-hewan
AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 2010 119

tersebut harus ditutup, wadah yang kosong melebihi 14% dikhawatirkan akan
harus dibuang sesering mungkin, sampah- menyebabkan tumbuhnya kapang penghasil
sampah dan kotoran harus disimpan dalam okratoksin. Oleh karena itu sebelum disimpan
wadah yang kuat dari logam atau bahan lain hendaknya biji kopi harus benar-benar kering
yang tidak menyerap bau, tidak berkarat dan (kadar air <14%).
mudah dibersihkan, fasilitas toilet harus
Tahap penyimpanan
bersih, lantai dan peralatan harus bersih
Sebelum memasuki tahapan ini
(Jenie, 1978)
perlu dipastikan bahwa biji kopi yang akan
Penerapan GMP disimpan memiliki kadar air dibawah 14%
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan sebisa mungkin dilakukan pengeringan
oleh Rusdianto (2008), terdapat dua titik hingga sesuai dengan SNI yaitu 12,5%.
kritis tahapan yang sangat berpotensi Penerapan GMP pada tahapan ini dilakukan
menyebabkan tumbuhnya kapang Aspergillus dengan mengemas kopi kedalam karung yang
ochraceus yang mampu menghasilkan bersih dan ditumpuk diatas landasan kayu
okratoksin. Tahapan tersebut adalah serta tidak menempel pada dinding untuk
pengeringan dan penyimpanan. menghindari peningkatan kadar air karena
kelembaban lantai dan dinding. Perbaikan
Tahap pengeringan.
cara penyimpanan sesuai GMP masih belum
Penetapan standar kadar air yang
terlaksana dengan optimal karena pada
terlalu tinggi bisa menyebabkan Aspergillus
tumpukan karung masih belum diberi alas dari
ochraceus tumbuh. Tren kadar air selama
kayu dan karung masih menempel pada
penyimpanan dapat dilihat pada grafik
dinding. Hal ini dikarenakan pembuatan alas
berikut:
masih belum terlaksana, tetapi pada tempat
Dari Gambar 2. terlihat bahwa kadar
penyimpanan yang ke dua sudah hampir
air pada pengeringan hari ke lima dan produk
sesuai dengan GMP namun komoditas kopi
jadi masih di bawah 14% , namun ada
masih disimpan bersama komoditas lain.
kecenderungan terjadi peningkatan kadar air
selama penyimpanan. Kenaikan kadar air
35
30 29,4
persen (%)
Kadar Air

25 24,2
20 20,4
17,8
15 15,4 13,8 13,6 13,9
10
5
0
Produk Jadi
Pengeringan 1 hari

Pengeringan 2 hari

Pengeringan 3 hari

Pengeringan 4 hari

Pengeringan 5 hari
Pengeringan awal

Penyimpanan

Gambar 2. Grafik kadar air selama pengeringan dan penyimpanan


Tabel 2. Hasil Pengujian Kontaminan Okratoksin A Sebelum Penerapan GMP
No Sampel Ulangan I (ppb) Ulangan II (ppb)
1 Pengeringan Awal Tidak terdeteksi* Tidak terdeteksi*
2 Pengeringan Terakhir 0,20 0,67
3 Produk Jadi Tidak terdeteksi* Tidak terdeteksi*
4 Penyimpanan Tidak terdeteksi* Tidak terdeteksi*
Catatan : *Tidak terdeteksi <0,01 ppb (Rusdianto, 2008)
120 Penerapan GMP pada Penanganan...(M.Choiron)

Tabel 3. Hasil Pengujian Kontaminan Okratoksin A Setelah Penerapan GMP


No Sampel Ulangan I (ppb) Ulangan II (ppb)
1 Pengeringan Terakhir Tidak terdeteksi* Tidak terdeteksi*
2 Produk Jadi Tidak terdeteksi* Tidak terdeteksi*
3 Penyimpanan Tidak terdeteksi* Tidak terdeteksi*
Catatan : *Tidak terdeteksi <0,01 ppb (data diolah, 2009)
Pengujian kadar air sangat erat Efisiensi Pendidikan Tinggi – IMHERE
kaitannya dengan potensi tumbuhnya jamur (IBRD Loan No 4789-IND & IDA Loan No
penghasil OTA (ocratoxin A), di mana jamur 4077-IND) yang telah mendanai kegiatan
tersebut akan tumbuh jika kondisi media penelitian ini hingga terlaksana dengan baik.
tumbuhnya (kopi) mempunyai kadar air lebih
besar dari 14 %. Negara-negara yang DAFTAR PUSTAKA
tergabung dalam kelompo Uni Eropa AEKI. 2009. Situasi Pemasaran dan
mempunyai standar baru untuk komoditas Pengembangan Ekspor Komoditi Kopi
kopi yang berkaitan dengan tingkat Rakyat. Disampaikan pada Workshop
kontaminasi mikotoksin di mana kadar Temu Bisnis 16 Mei 2009.
maksimum kandungan OTA untuk kopi BPOM. 2008. Kontaminasi Mikotoksin Dalam
sangrai yang diperbolehkan untuk kopi Pangan dan Dampaknya Terhadap
sangrai (roasted coffe) adalah 5 ppb (part per Kesehatan. Media Indonesia, 14 Mei
billion) sedangkan untuk kopi instan (instant 2008. Hal 19
coffe) adalah 10 ppb (Susila, 2004). Hasil Dinas Perkebunan dan Kehutanan. 2009.
analisa menunjukkan bahwa setelah dilakukan Pengembangan Kopi Rakyat Di
penerapan GMP kadar okratoksin pada Kabupaten Jember. Disampaikan pada
produk kopi tidak terdeteksi atau <0,01%. Workshop Temu Bisnis 16 Mei 2009.
Okratoksin yang tidak terdeteksi selama Jenie BSL. 1978. Sanitasi dalam Industri
penyimpanan kemungkinan dikarenakan OTA Pangan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi
yang muncul ada pada lapisan kulit terluar di IPB
mana kulit tersebut akan terkikis selama Rusdianto AS. 2008. Peningkatan Kualitas
proses hulling. Kopi Rakyat Dengan Penerapan
HACCP. Jember
KESIMPULAN DAN SARAN SNI 01-2907-2008 tentang Biji Kopi.
Berdasarkan penelitian yang Susila WR. 2004. Standar OTA Eropa untuk
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kopi: Musuh yang Konstruktif.
penerapan GMP perlu dilakukan oleh petani Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.
Sidomulyo untuk menekan pertumbuhan Bogor.
kapang Aspergillus ochraceus sehingga Yani A. 2008. Infeksi Cendawan Pada Biji
menurunkan okratoksin pada produk kopi dan Kopi Selama Proses Pengolahan Primer
tahapan sortasi perlu dilakukan oleh petani (Studi Kasus di Propinsi Bengkulu.
untuk mendapatkan mutu kopi biji yang baik Jurnal Akta Agrosia Vol 11. No.1 hlm
dan seragam 87-95

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan terima kasih
kepada Proyek Pengembangan Relevansi dan

Anda mungkin juga menyukai