Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

DISUSUN OLEH:

ARI ASTUTI 1911040036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
A. Definisi Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin


(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb


sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah
gejala dari kondisi yang medasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen
tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkat oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabkannya. (Marilyn E, Doenges,
Jakarta, 2002).

B. Klasifikasi anemia

Anemia dibagi menjadi 2 tipe umum:

a. Anemia Hipropropilatif

1) Anemia aplastik

Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa


pada sel induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam
jumlah yang tidak mencukupi.

2) Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi


tubuh total turun dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan
penyebab utama anemia didunia, dan terutama sering dijumpai pada
wanita usia subur, disebabkan oleh kekurangan darah sewaktu
menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan.

3) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan


asam volat menunjukkan perubahan yang sama antara sumsum tulang
dan drah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA
normal.

b. Anemia Hemolitik

1) Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik eritrosit memiliki rentang usia yang


mendadak. Untuk mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang
memproduksi sel darah merah baru 3x/lebih dibanding kecepatan normal.
Pada pemeriksaan anemia hemolitik ditemukan jumlah retikulosis
meningkat, fraksi bilirubin indirect meningkat dan haptokglobin
biasanya rendah.

2) Anemia hemolitika turun

a) Sferositosis turunan

Merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah


merah kecil berbentuk feris dan pembesaran limfa (spenomegali)
merupakan kelainan yang jarang diturunkan secara dominant.
Kelainan ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak, namun dapat
terlewat sampai dewasa karena gejalanya sangat sedikit.
Penanganannya berupa pengambilan limpa secara bedah.

b) Anemia sel sabit

Anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul


hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit ini
merupakan gangguan genetika resesif auto somal yaitu individu
memperoleh Hb sabit (Hb s) dari kedua orang tua. Pasien dengan
anemia sel sabit biasanya terdiagnosa pada kanak-kanak karena
mereka nampak anemis ketika bayi dan mulai mengalami krisis sel
sabit pada usia 1-2 tahun.
C. Etiologi

a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

b. Perdarahan

c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

d. Defisiensi nutrient (nutrional anemia) meliputi defisiensi besi, folic acid,


piridoksin, vitamin C dan copper.

e. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,


asam folat, vitamin c, dan unsur-usur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.

f. Darah menstruasi yang berlebihan.

g. Kehamilan, wanita yang hamil rawan teekena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

h. Penyakit tertentu yang menyebabkan perdarahan terus-menerus disaluran


pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.

i. Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti


inflamasi, dll). Obat lainnnya yang menyebabkan masalah dalam penyerapan
zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).

j. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi).

k. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,


masalah pada kelenjar tiroid.

l. Pada anak-anak anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai


sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik
(syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus
kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering
pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak
mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala


terasa melayang. Jika anemia bertambah berat bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.

E. Tanda dan Gejaka Anemia

a. Lemah, letih, lesu dan lelah

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokonstriksi.

d. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) angina


(sakit dada)

e. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)

f. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)

F. Penatalaksanaan

Tindakan umum: penatalaksanaan anemia ditunjukkan untuk mencari


penyebab dan mengganti darah yang hilang.

a. Transplantasi sel darah merah.

b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang


membutuhkan oksigen.
e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

g. Anemia defisiensi besi: mengatur makanan yang diberikan seperti ikan,


daging, telur dan sayur.

h. Anemia pernisiosa: pemberian vitamin B12

i. Anemia karena perdarahan: mengatasi perdarahan dan syok dengan


pemberian cairan dan tranfusi darah.

G. Pemeriksaan Penunjang

a. MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular


rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan.

b. Jumlah retikulosit: menurun, meningkat (respons susmsum tulang terhadap


kehilangan darah/hemolisis).

c. LED: peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal peningkatan


kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi.

d. Tes kerapuhan eritrosit

e. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

f. Analisa gester: penurunan sekresi dengan pengingkatan pH da tak adanya


asam hidroklorik bebas.

g. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik: memeriksa sisi perdarahan.

H. Patofisiologi

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi (pada


kelainan hemplitik). makan hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin(hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar: hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemogloninemia.
I. Pathways Keperawatan
- agen neoplastik

- radiasi

- obat-obatan

- infeksi

- Gangguan
bahan kimia
hemapoetik

Leukopenia Eritropetik Trombositopenia

Depresi sistem imun Anemia Hb turun

Pertahanan sekuder Aliran darah perifer Oksihemoglobin turun


terganggu menurun

Penurunan transport O2 Perfusi jaringan tidak


Resiko infeksi
ke jaringan efektif

Hipoksia, pucat
Gangguan
Kompensasi jantung
Metabolisme aerob turun, pertukaran
Intoleransi aktivitas
anaerob naik gas

Resiko Respirasi
Defisit
jatuh/resiko Kelemahan/keletihan meningkat, nadi Pola nafas
perawatan diri
cedera meningkat tidak efektif

cardiomegali Gagal jantung


J. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala: keletihan, kelemahan, malaise umum.

Kehilangan produktivitas: penurunan sengat untuk bekerja. Toleransi


terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dn istirahat lebih banyak.

Tanda: takikardia/takipnae, dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Apatis,


lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan dan penurunan
kekuatan.

b. Sirkulasi

Gejala: riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,


menstruasi berat, angina, CHF(akibat kerja jantung berlebihan).

Tanda: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural.

Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva,


mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan).

c. Integritas ego

Gejala: keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan


misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda: depresi

d. Eliminasi

Gejala: gagaj ginjal, feses dengan darah segar, melena, diare atau konstipasi.

Tanda: distensi abdomen.

e. Makanan/cairan

Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani


rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, anoreksia, adanya penurunan
berat badan.

Tanda: lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin
B12), membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit: buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas.

f. Neurosensori

Gejala: sakit kepala, berdenyut, vertigo, ketidakkemampuan berkonsentrasi.


Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata.

Tanda: peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur,

g. Nyeri/keamanan

Gejala: nyeri kepala

h. Pernapasan

Gejala: riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda: takipnea dan dispnea

i. Keamanan

Gejala: riwayat pekerjaan terpajan bahan kimia, riwayat terpajan radiasi baik
terhadap pengobatan atau kecelakaan.

Tanda: demam rendah, mengigil, berkeringat malam.

j. Seksualitas

Gejala: perubahan aliran menstruasi misalnya menoragia.

Tanda: serviks dan dinding vagina pucat.

K. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.

b. Defisit perawatan diri b.d kelemahan.


c. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb).

d. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

e. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi.

f. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan.

g. Keletihan b.d anemia.

L. Intervensi

a. Perfusi jaringan tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang

1) Tujuan dan Kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa jam perfusi


jaringan klien adekuat dengan kriteria hasil:

- membran mukosa merah

- konjungtiva tidak anemis

- akral hangat

- tanda-tanda vital dalam rentang normal

2) Intervensi

- monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap


panas/dingin/tajam/tumpul.

- monitor adanya paretese.

- instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau


laserasi.

- gunakan sarung tangan untuk proteksi.

- batasi gerak pada leher, kepala dan punggung.

- monitor kemampuan BAB.


b. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik

1) Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa jam kebutuhan


mandiri klien terpenuhi dengan kriteria hasil:

- klien terbebas dari bau badan.

- menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan


ADLs.

2) Intervensi

- monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

- sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan


self-care.

- dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang abnormal


sesuai kemampuan yang dimiliki.

c. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat

1) Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan status imun klien meningkat dengan kriteria hasil:

- klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.

- menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

- menunjukkan perilaku hidup sehat.

2) Intervensi

- bebaskan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

- batasi pengunjung bila perlu

- instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan


setelah berkunjung.
- monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

- monitor kerentanan terhadap infeksi.

d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

1) Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan klien dapat beraktivitas dengan kriteria hasil:

- berpartisipasi dalam aktivitas fisik dengan TD, HR, RR yang sesuai

- warna kulit normal

- peningkatan toleransi aktivitas

2) Intervensi

- observasi adanya pembatasan klien dalam beraktivitas.

- kaji kesesuaian aktivitas dan istirahat klien sehari-hari.

- pastikan klien mengubah posisi secara bertahap

- bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dilakukan.

e. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi

1) Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan status respirasi pertukaran gas membaik


dengan kriteria hasil:

- mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih( mampu


mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah).

2) Intervensi

- pertahankan posisi pasien

- observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi


f. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan

1) Tujuan dan kriteria

Setelah dilakukan tindakan keletihan klien teratasi dengan kriteria hasil:

- menunjukkan jalan nafas yang paten.

- tanda-tanda vital dalam rentang normal.

2) Intervensi

- posisikan pasien untuk memanimalkan ventilasi.

- auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.

- atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

g. Keletihan b.d anemia

1) Tujuan dan kriteria

Setelah dilakukan klien teratasi dengan kriteria hasil:

- kemampuan aktivitas adekuat.

- mempertahankan nutrisi adekuat.

- keseimbangan aktivitas dan istirahat.

2) Intervensi

- monitor respon klien terhadap aktivitas takikardi.

- monitor dan catat jumlah tidur klien.

- monitor ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak dan aktivitas.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Carpenito, J,.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakartas: EGC

Anda mungkin juga menyukai