Anda di halaman 1dari 26

, d an B a h a

, IP S sa
PA -

II

KT
XI
bahasa

si
05

SP
KELAS

Se

200 6
indonesia
NOVEL, CERPEN, DAN PUISI

Semester 1 ( KTSP 2006, kelas XII SMA/MA Program Studi IPA, IPS, dan Bahasa).

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Membaca
5. Memahami pembacaan novel dan 5.1. Menanggapi bacaan penggalan
mengungkapkan pendapat tentang novel dari segi vokal, intonasi, dan
pembacaan puisi. Memahami wacana penghayatan.
puisi dan cerpen. 5.2. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari
pembacaan penggalan novel.
5.3. Menjelaskan unsur-unsur ekstrinsik
cerpen.
5.4. Menanggapi pembacaan puisi lama,
tentang lafal, intonasi, dan ekspresi.
5.5. Mengomentari pembacaan puisi baru,
tentang lafal, intonasi, dan ekspresi
yang tepat.
5.6. Membacakan puisi karya sendiri
dengan lafal, intonasi, penghayatan,
dan ekspresi yang sesuai.

1
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Pelajaran 05, siswa diharapkan mempunyai kemampuan:
1. Membaca teks sastra (novel dan puisi) dengan menggunakan tekanan, irama dan
intonasi.
2. Menemukan unsur-unsur intrinsik novel.
3. Membacakan puisi karya sendiri dengan memperhatikan, lafal, intonasi, penghayatan,
mimik, gerak, dan ekspresi yang sesuai dan menandai jeda puisi karya sendiri.
4. Menceritakan kembali isi cerpen dan menjelaskan unsur-unsur ekstrinsik cerpen.

A. NOVEL
Dalam Kamus Istilah Sastra, Sudjiman, novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang
menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara
tersusun.

Di dalam novel, kehidupan tokoh utama dilukiskan pada bagian yang terpenting, paling
menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik itulah yang mengakibatkan perubahan
nasib sang tokoh.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan pengertian novel. Novel adalah jenis kesusastraan
prosa baru berisi cerita fiksi panjang yang mengisahkan kehidupan tokoh utama pada
bagian tertentu: paling penting, menarik, dan mengandung konfik yang mengakibatkan
perubahan nasib sang tokoh.

a. Novel dan Novela


Novel dari bahasa Inggris novel, sedangkan novela dari bahasa Italia novella dan bahasa
Perancis nouvelle. Novela adalah prosa fiksi yang lebih panjang dan lebih kompleks
daripada cerpen, tetapi tidak sepanjang novel. Jangkauan novela terbatas pada satu
peristiwa, satu keadaan, dan satu titik tikaian. Istilah lain novelet.

b. Novel dan Roman


Novel dan roman sama-sama mewakili kesusastraan prosa baru. Roman menceritakan
seluruh kehidupan tokoh utama sejak kecil sampai wafat, sedangkan novel menceritakan
kejadian luar biasa yang mengubah nasib pelaku sehingga roman ceritanya lebih panjang
daripada novel. Roman dan novel terdiri atas beberapa alur. Jika roman condong pada
idealisme, novel pada realisme.

2
c. Novel dan Hikayat
Novel merupakan bentuk kesusastraan baru, sedangkan hikayat bentuk kesusastraan lama.
Hikayat merupakan jenis prosa fiksi dalam Sastra Melayu Lama yang menggambarkan
keagungan dan kepahlawanan. Adakalanya dipakai dengan makna cerita sejarahan atau
riwayat hidup. Novel lebih pendek daripada roman, sedangkan hikayat sama dengan
roman. Novel menceritakan kehidupan masyarakat, sedangkan hikayat menceritakan
kehidupan raja-raja atau dewa-dewa. Novel dihiasi ilustrasi kehidupan yang realistis
sedangkan hikayat dihiasi dongengan yang serba indah dan fantastis.

d. Novel dan Cerpen


Novel dan cerpen mewakili kesusastraan prosa baru. Novel merupakan prosa fiksi yang
kisahnya panjang dan memiliki banyak alur, mengalami perubahan nasib tokoh, sedangkan
cerpen merupakan prosa fiksi yang ceritanya pendek, mengisahkan sebagian kecil dari
kehidupan tokoh yang terpenting dan paling menarik, dan tidak terjadi perubahan nasib
sang tokoh.

Contoh novel: Ave Maria (Idrus), Keluarga Gerilya (Pramoedya Ananta Toer), Ziarah (Iwan
Simatupang), Surabaya (Idrus), dan lain-lain.

B. UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL


a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam diri karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel, yaitu:
1. Tema
Tema merupakan pokok penceritaan, yaitu gagasan, ide, ataupun pikiran utama
di dalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema tidak sama dengan pokok
masalah atau topik. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa topik. Tema dalam novel
berkaitan dengan makna kehidupan. Pengarang mengajak pembaca untuk melihat,
merasakan, dan menghayati makna kehidupan tersebut dengan cara memandang
permasalahan sebagaimana ia memandangnya.
2. Tokoh
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Secara sederhana tokoh disebut pelaku
cerita.

3
Jenis-jenis tokoh sebagai berikut:
• Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita: (1) Tokoh utama ialah tokoh
yang berperan paling penting dalam cerita. (2) Tokoh tambahan ialah tokoh
yang tidak selalu diceritakan atau tidak penting, tetapi ada beberapa tokoh
yang mempunyai hubungan dengan tokoh utama.
• Berdasarkan segi-segi watak tokohnya: (1) Tokoh bulat ialah tokoh yang
diperikan dari segi-segi wataknya (baik dan buruknya, kelemahan dan
kekurangannya) sehingga dapat dibedakan dari tokoh-tokoh yang lain. Tokoh
jenis ini dapat mengejutkan pembaca karena kadang terungkap watak yang
tak terduga-duga. (2) Tokoh datar (pipih) adalah tokoh yang diungkapkan satu
segi wataknya. Tokoh semacam ini tidak dikembangkan secara maksimal. Apa
yang dilakukannya tidak menimbulkan kejutan pada pembaca.
• Berdasarkan fungsi penampilan tokoh: (1) Tokoh protagonis ialah tokoh yang
memegang peran pimpinan dalam cerita atau disebut tokoh utama dan disukai
pembaca karena sifat-sifatnya. Protagonis merupakan tokoh yang menjadi
pusat perhatian pembaca. (2) Tokoh antagonis ialah tokoh penentang utama
dari protagonis. Istilah lain tokoh lawan. (3) Tokoh tritagonis ialah tokoh di antara
protagonis dan antagonis yang meleraikan konflik kedua tokoh tersebut. Tokoh
tritagonis disebut tokoh pelerai (orang ketiga).
3. Alur (Plot)
Alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu.
Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan hubungan
kausal (sebab-akibat). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin
dengan saksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan (komplikasi) ke
arah klimaks dan selesaian. Jenis alur ada tiga, yaitu alur maju (linear), alur mundur
(flashback), dan alur campuran.
Struktur alur seperti gambar di bawah ini:

Klimaks
Komplikasi antiklimaks (leraian)
konflik

Eksposisi Penyelesaian

Konflik adalah ketegangan dalam cerita yang merupakan pertentangan antara dua
kekuatan. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh (konflik batin), antara

4
dua tokoh, tokoh dengan lingkungan sosial, tokoh dengan alam, bahkan tokoh
dengan takdir Tuhan.
4. Latar (Setting)
Latar (setting) adalah segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana.
Latar tempat atau ruang adalah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa
yang diceritakan, misalnya, di rumah, di sekolah, di hutan, dan sebagainya. Latar
waktu adalah latar yang mengacu pada kapan terjadinya peristiwa, misalnya, pukul
berapa, hari apa, tanggal, bulan, dan tahun berapa, peristiwa sejarah, bahkan zaman
tertentu.
5. Perwatakan atau penokohan
Perwatakan atau penokohan adalah cara atau teknik-teknik pengarang menampilkan
watak tokoh dalam cerita. Ada dua cara perwatakan: (1) Analitik, yaitu dengan cara
diuraikan langsung oleh pengarang dan (2) Dramatik, yaitu menampilkan watak
tokoh tidak secara langsung dengan dialog antartokoh, jalan pikiran tokoh, dan
lingkungan tempat tinggal tokoh.
6. Gaya bahasa
Gaya bahasa, yaitu cara khas pengarang dalam penyusunan dan penyampaian
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Misalnya gaya bahasa remaja, ilmiah,
lugas, bahasa sehari-hari, dan sebagainya.
7. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang (point of view) adalah cara pengarang menampilkan cerita. Posisi
pencerita dalam membawakan kisah boleh jadi dia tokoh dalam ceritanya (pencerita
akuan), boleh jadi pula berada di luarnya (pencerita diaan).
Jadi, sudut pandang terbagi dua, yaitu:
• Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut pandang ini terbagi dua: orang pertama sebagai pelaku utama, artinya
pengarang itu sendiri yang diceritakan dan menjadi fokus cerita, orang pertama
sebagai pengamat artinya pengarang sebagai pengamat dan masuk dalam
cerita. Ciri sudut pandang pertama tokohnya adalah saya, aku, disebut juga
gaya akuan.
• Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang ini juga terbagai dua: sudut pandang orang ketiga serba tahu
artinya pengarang memberi tahu semua sifat, ciri, dan tindak tanduk pelaku;
orang ketiga terarah artinya perhatian pengarang berpusat pada satu tokoh,
dan orang ketiga pengamat artinya pengarang mengamati beberapa tokoh.
Kata ganti yang dipakai adalah kata dia, ia, mereka, atau nama orang, disebut
gaya diaan.

5
8. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Di
dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat, sedangkan di dalam karya
sastra lama pada umumnya amanat tersurat.

b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di luar karya sastra
yang memengaruhi kelahiran dan keberadaan suatu karya sastra dan mempermudah
memahami karya sastra tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain: biografi pengarang,
agama, dan falsafah yang dianut pengarang, sejarah, dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang melatarbelakangi terciptanya karya sastra.

C. MEMBACA NOVEL DENGAN TEKNIK MEMBACA NYARING


Pada bagian ini akan dipelajari membaca ringkasan novel dengan teknik membaca nyaring
dan mencari unsur-unsur yang membangun novel tersebut. Membaca dengan nyaring
seperti teknik membaca berita dan pidato yang sudah dipelajari pada pembahasan
sebelumnya. Dengan teknik membaca nyaring atau bersuara yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Artikulasi jelas
Bacalah novel dengan artikulasi yang jelas agar informasi yang disampaikan
terdengar pula dengan jelas.
2. Intonasi tepat
Intonasi harus tepat sesuai dengan jenis kalimat yang disampaikan. Misalnya: kalimat
perintah (imperatif ) berintonasi naik pada seluruh bagian kalimat, kalimat tanya
(interogatif ) menggunakan intonasi naik pada akhir kalimat, dan kalimat perintah
diucapkan dengan intonasi menurun di akhir kalimat.
3. Penjedaan teratur
Pembaca novel haruslah mengatur jeda karena jeda tidak bisa dilakukan di sembarang
tempat. Ada bagian tertentu dalam kalimat yang dilarang untuk jeda.
4. Pengucapan jelas
Volume suara dan kecepatan membaca memengaruhi kejelasan isi cerita. Bacalah
dengan nyaring, tidak pelan atau berbisik mulai dari awal sampai akhir dan tidak
pula terlalu cepat atau terlalu lambat (kecepatan membaca sedang).
5. Penekanan (Aksentuasi)
Aksentuasi adalah perbedaan volume dan kecepatan membaca pada bagian yang
penting. Hal itu, dapat membantu pendengar mengenali hal penting dalam cerita.

6
6. Sikap tubuh (Gestur)
Pembaca harus mengambil posisi yang nyaman, bisa duduk atau berdiri, cukup
tegap, tidak membungkuk, tidak juga terlalu menengadah, dan pandangan mata ke
depan.
7. Komunikatif dan ekspresif
Pembaca novel harus selalu menjalin hubungan akrab dengan pendengar karena
pendengar berkedudukan pasif hanya mendapatkan informasi dan tidak bisa
memberikan tanggapan apapun.

Jika membaca sebuah novel utuh, tentulah akan memakan waktu yang banyak. Di bawah
ini disajikan ringkasan novel Harimau-harimau karya Mochtar Lubis. Bacalah dengan
teknik membaca nyaring, lalu pendengar bisa mengomentari vokal, intonasi, menghayati
dan mencari unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel tersebut!

HARIMAU-HARIMAU
Novel ini mengisahkan tujuh orang pendamar di hutan damar dekat danau Bantau,
Sumatera. Mereka adalah: Pak Haji, Buyung, Sanip, Talib, Pak Balam, Sutan, dan Wak
Katok yang merupakan pemimpin rombongan karena ia seorang guru silat dan memiliki
mantera.
Di hutan mereka menginap di gubug Wak hitam, seorang ahli ilmu gaib dan sihir
berusia 70 tahun. Wak Hitam sering tinggal di gubug peristirahatannya itu bersama Siti
Rubinah, istri keempatnya yang muda belia.
Melihat istri Wak hitam, banyak pendamar tergoda oleh kecantikannya. Pada suatu
hari ketika Siti Rubiah sedang mandi di sungai, Wak Katok mengintipnya dan berusaha
menyeretnya ke semak. Buyung yang sudah punya tunangan pun jatuh cinta pada Siti
Rubiah. Siti Rubiah yang menderita hidup dengan Wak Hitam menyambut cinta Buyung.
Mereka menjalin hubungan mesra.
Dalam perburuannya para pendamar mendapat seekor kijang yang sebenarnya
sudah diincar harimau tua. Karena mangsanya diambil, harimau itu marah.
Pada hari berikutnya, harimau itu menerkam Pak Balam hingga luka parah. Merasa
ajal telah dekat, Pak Balam berpendapat bahwa harimau itu adalah utusan Tuhan untuk
membalas dosa yang diperbuat, maka ia pun mengakui dosa karena telah membiarkan
Wak katok merampok, membunuh, dan memperkosa. Pendapat Pak Balam ini
menimbulkan konflik di antara para pendamar. Satu pihak menuntut agar masing-masing
orang mengaku dan bertobat atas dosa-dosanya, pihak lain tidak mau karena dosa adalah
tanggung jawab pribadi masing-masing.

7
Giliran berikutnya Talib diterkam harimau dan meninggal. Maka mereka pun
memutuskan untuk memburu harimau itu. Ketika bertemu dengan harimau buruannya,
Wak Katok yang membawa senjata dan memiliki mantera ternyata tidak dapat berbuat
apa-apa. Dari peristiwa ini terungkap bahwa Wak katok adalah pengecut dan penipu.
Merasa rahasianya telah terbongkar, Wak katok berencana membunuh teman-temannya.
Di antara mereka terjadilah perseteruan memperebutkan senjata. Pak Haji tertembak
dan meninggal, namun Wak Katok dapat dilumpuhkan lalu diikat untuk umpan harimau.
Ketika harimau datang hendak memangsa Wak Katok, Buyung segera menembaknya
tepat di kepala, dan harimau itu pun tersungkur.
Buyung sadar bahwa untuk keselamatan bersama, harimau dalam diri masing-
masing, yakni kezaliman, kemunafikan dan egoisme, harus dibunuh dulu. Buyung merasa
lega karena telah terbebas dari cengkeraman tahyul dan mantra serta jimat palsu. Buyung
dan Sanip segera meninggalkan hutan damar itu dan menyerahkan Wak Katok kepada
polisi karena ia telah membunuh Pak Haji, dan memperbuat kejahatan-kejahatan lain
yang terungkap selama dalam cekaman maut oleh harimau.
(Sumber: Bahasa dan Sastra SMK, Harimau-Harimau, Mochtar Lubis)

Setelah mendengar dan menyimak dapatlah diketahui unsur-unsur intrinsik yang


terdapat dalam novel tersebut, yaitu sebagai berikut: (1) Tema: kemunafikan, kezaliman,
dan ketidakadilan. (2) Tokoh: tokoh-tokohnya, yakni Wak Katok, Buyung, Pak Haji, Sanip,
Talib, Pak Balam, dan Sutan. (3) Latar: tempat kejadian peristiwa di hutan rimba dekat
Danau Bantau, Sumatera. (4) Sudut pandang: sudut pandang yang digunakan adalah
sudut pandang orang ketiga pengamat (pengarang sebagai pengamat). (5) Gaya bahasa:
bahasanya sangat memikat. (6) Amanat: hendaknya setiap orang wajib melawan bentuk
kezaliman di mana pun berada. (7) Alur: jalan ceritanya maju (linear), terdapat konflik batin
dalam diri Wak Katok, yaitu jangan-jangan tokoh lainnya mengetahui bahwa dia pengecut
dan penipu dengan terbongkarnya rahasia, mantra, dan jimat palsu yang dimilikinya tidak
dapat berbuat apa-apa. Adapun unsur ekstrinsik dalam novel tersebut adalah kehidupan
sosial dan agama.

D. CERPEN (CERITA PENDEK)


a. Ciri-Ciri Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan
pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada konflik atau
pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib pelakunya.

8
Ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut:
1. Bentuk tulisan lebih pendek daripada novel dengan jumlah kata kurang dari 10.000
kata. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca tidak lama, habis dibaca dalam sekali
duduk.
2. Ide cerita dapat diambil dari pengalaman diri sendiri atau orang lain.
3. Menceritakan suatu kejadian dan beralur tunggal.
4. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
5. Meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca.

Contoh cerpen: Teman Duduk (Moh. Kosim), Wajah-wajah yang Berubah (Trisno Sumarjo),
Robohnya Surau Kami (A.A. Navis).

b. Menceritakan Kembali Isi Cerpen


Sebelum menceritakan kembali isi cerpen kepada orang lain yang belum membacanya,
terlebih dahulu harus membaca dan memahami isi cerpen. Memahami isi cerpen tidak
akan maksimal jika hanya mendengarkan cerpen yang dibacakan orang lain. Kita harus
membacanya sendiri sampai paham. Membaca sampai paham tentunya tidak cukup satu
kali baca.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat membacakan cerpen kepada orang lain sebagai
berikut:
1. Bahasa
Gunakanlah bahasa yang kita olah sendiri bukan bahasa asli cerpen. Bahasa yang
dipakai adalah bahasa yang mudah dicerna, sederhana, dan jelas. Bahasa cerita yang
menggelitik akan membuat cerita menarik dengan tetap memerhatikan sikap yang
komunikatif.
2. Ekspresi
Ekspresi wajah ketika bercerita harus disesuaikan dengan isi cerita. Ekspresi yang
kelihatan dari raut wajah menentukan menarik atau tidaknya cerita. Ekspresi wajah,
sorot mata, senyuman, dan sebagainya dapat membantu keberhasilan bercerita.
3. Gestur
Gestur atau gerak anggota badan sangat mendukung penyajian lisan agar menjadi
lebih menarik. Jangan seperti patung, kaku, dan dingin yang membuat pendengar
menjadi tidak respek. Gestur disesuaikan dengan isi cerita bisa menunjuk,
menggeleng, goyangkan badan, dan sebagainya.

9
4. Kelancaran Bercerita
Menyampaikan cerita dengan gagap, gugup, dan terbata-bata semestinya dihindari.
Bawakanlah cerita dengan lancar dan semangat.

Di bawah ini dikutip satu cerpen remaja, bacalah sampai paham, lalu ceritakan kembali
kepada kawan-kawanmu!

TAKUT JATUH CINTA


Karya Nur Faida

Pasti kalian sudah bisa nebak jalan cerita inikan! Begini waktu aku kelas 2 SMP aku tak
tahu kenapa dan kebodohanku bisa–bisanya menyukai seorang cowok yang cuek banget
walau begitu dia memiliki wajah tampan dengan kulit yang putih mulus, hidung mancung
dan bibir yang seksi. Dulu diriku mengira dia juga menyukaiku tapi nyatanya tidak. Aku
sangat bodoh sekali karena waktu itu aku yang tak punya malu malah menembaknya,
tolol bangetkan aku. Semenjak itu mataku terbuka lebar bahwa aku tak pentas menyukai
seorang cowok seperti itu ditambah kepopulerannya di sekolah, aku sadar tiada orang
yang menyukaiku karena gimana tidak aku itu orangnya pesek, kulitku hitam ditambah ku
jerawatan lagi tapi itu waktuku masih SMP. Tak pernah lagi ku berharap dan memberikan
hatiku pada seseorang karena takutku, yang hanya ada di otakku sekarang hanya 1
“MEMBANGGAKAN ORANGTUAKU”

O iya, sebelumnya kuperkenalkan diriku dulu yah. Aku bernama Mimi Niamin dengan kulit
putih dan muka yang bersih tanpa jerawat, sekarang ku kelas 2 di suatu sekolah SMA di
Bandung. Aku sebenarnya tinggal di Makassar tetapi aku pindah rumah karena Ayahku
dan Ibuku udah cerai, aku ikut sama Ayahku maka akupun tinggal di Bandung sedangkan
ibuku tinggal di rumah mamanya di Makassar bersama adik laki–lakiku yang sekarang
berumur 12 tahun. Aku pindah bertepatan setelah hal memalukan itu. Pasti semua teman–
temanku mengira aku pindah sekolah karena kejadian itu tetapi itu tidak benar walau
begitu aku sedikit senang bercampur sedih karena disisi lain aku bisa kabur dari kejadian
itu tetapi disisi lainnya keluargaku sudah hancur. Tapi ada hal yang membuatku senang
karena ibu tiriku itu ternyata sangat baik, dia selalu mau mendengar curhatanku walau
begitu aku lebih sayang ibu kandungku dan hari ini aku ingin minta izin sama ibu tiriku
dan ayah bahwa aku ingin tinggal di rumah nenekku. Sebenarnya Ayahku melarangku
karena takut nanti terjadi apa–apa padaku tapi aku bersikeras karena sudah lebih 3 tahun
aku tidak pernah bertemu ibuku jadi ayahku pun mengizikanku tinggal di Makassar walau
hanya 2 minggu.

10
^In Makassar^
“Wahh..! Makassar sudah berubah nih” ujarku yang sudah berada di luar bandara
Hassanudin sambil memegang tas besar.

Kulihat Taksi tidak jauh dari aku, maka akupun melangkahkan kakiku menuju taksi itu dan
tidak butuh 10 langkah aku sudah sampai disana.
“Mau naik taksi dek?”tanyanya padaku maka akupun tersenyum simpul sambil mengangguk
menandakan bahwa aku memang ingin naik taksi, pak sopir pun mengambil tasku dan
menyimpannya di bagasi lalu akupun masuk ke dalam taxi, di dalam taxi pak sopir itu
bertanya padaku “Mau kemana dek?” akupun menjawab sambil tersenyum “Jalan Sunu”
jawabku singkat dan taxi pun meluncur menuju kesana.
Akupun sampai di mana rumah nenekku berada, dimana ibuku dan adikku tinggal tak
lupa aku membayar biaya taxi dulu.
“Ini mas uangnya, kembaliannya di ambil saja” ujarku lalu menuju ke rumah nenekku.

Di depan ruma nenekku aku langsung saja mengetuk pintu sambil mengucapkan salam
dan tak butuh waktu lama pintu itu terbuka.
“Rudi!” ujarku kaget sambil membulatkan mataku karena yang membukakan pintu itu
sosok cowok Cinta pertamaku. Kenapa ini! Kenapa dia berada di rumah nenekku? Astaga,
ini sungguh menyebalkan sekali. Rasanya kepalaku puyeng bener karena saat melihat
Rudi aku jadi teringat kejadian itu, ingin rasanya ku kabur mendapati Rudi berada di rumah
nenekku tetapi ku terlalu kangen sama Ibuku dan Adikku jadi nggak jadi deh.
Rudi juga tak kalah kagetnya melihatku berada di sini “Mimi!”

Hening tak ada yang berbicara tapi itu tak berlangsung lama karena adikku Didi
memecahkan keheningan itu di balik pintu “Kak Rudi, siapa yang....” belum selesai Didi
bicara sambil memegang cemilan dan dia mendapatkan aku berada di depan pintu,
Didipun sontak memelukku karena gimana tidak? 3 tahun we...! Ehrr.. pastilah adikku
kangen denganku.
“Kakak, kenapa kakak baru datang. Aku sungguh sangat kangen sama kakak” ujarnya
kegirangan melihatku berada disini
“Maaf yah Didi” pintaku sambil melihat ke depan dimana berada Rudi yang sedang
memperhatikanku dengan reaksi yang sulit ku tebak.
“Kak, ayo masuk! O iya, kakak masih kenalkan Rudi teman kelas kakak waktu SMP” ujarnya
meyuruhku masuk sambil bertanya padaku.
“Yah” ujarku sangat singkat dan dingin.

11
^Flashback^
Di dalam kelas yang masih ada banyak sisiwa.
“Mimi, lohh pikir ulang dulu deh! Gue takut loh napa–napa” ujar Rini sahabatku khawatir
denganku
“Rin, ku sudah tidak tahan” ujarku sambil menitikkan air mata.
“Tapi Mimi, loh taukan Rudi itu. Ku mohon jangan lakukan itu! jangan gegabah Mi. Aku
takut sekali.” ujarnya menyuruhku mempertimbangkan bahwa aku akan menembak
Rudi.
“Kamu tak perlu khawatir Rin, gue nggak gak apa–apa kok!” ucapku lalu menuju ke Pintu
kelas dimana Rudi berada.
“Rudi, jujur aku sangat menyukaimu!” ujarku saat keluar main dimana Rudi yang baru saja
mau keluar kelas dengan Nino sahabatnya. Sungguh aku tidak tahan sekali menyimpan
perasaanku lebih 2 tahun.
“Hah.. nyadar dongg luu tuhh nggak selevel sama gue! Ngaca dulu dong. Apa gue harus
beliin dulu lohh kaca baru nyadar. Buang–buang tuh perasaan loh. Lebih baik loh kasih
perasaan itu sama tempat sampah ajah” ujar Rudi dengan kalimat pedas padaku sambil
memasang muka jijik. Di dalam kelasku semuanya ribut karena kelakuanku.
Aku tak menyangka apa yang dikatakannya itu, air mataku pecah akupun langsung keluar
dari kelas disusul Rini mengekorku. Ku sekarang berada di belakang Lab Bahasa Indonesia
sambil menangis dan terus menangis dan Rini pun menghampiriku “Mi, gue kan udah
bilang. Ku mohon berhentilah menangis, jangan hanya karena cowok seperti dia kau
jadi seperti ini. Masih banyak kok cowok di dunia ini!” selanya padaku sambil memelukku
menyuruhku menghentikan tangisanku tetapi bukannya tangisanku berhenti tapi aku
lebih menangis lagi.
“Mi, gue mohon jangan menangis!” pintanya padaku yang tak henti–hentinya menangis
“Rin, makasih yah kau selalu membantuku di dalam suka dan duka” ujarku menghentikan
tangisanku dan Rini pun tersenyum mengembang “Itulah gunanya sahabat Mimi”.
***

Aku duduk di ruang tamu, bisa kulihat Rudi meminta izin pada Didi untuk pulang.
“Di, gue pulang dulu yah. Nggak enak nih ada kakak loh” ujar Rudi pada adikku dengan
memegang kaset bola.
“Baiklah kalo gitu, aku mengerti kok maksud kakak” ujarnya.
“Okayy, gue duluan dulu yah.” ujar Rudi permisi sama Didi.

12
Didi menemani Rudi pulang sampai di depan rumah dan tak lama kemudian Didipun
kembali di susul ibuku yang baru pulang dari pasar.
“Ibu...! aku kangen banget sama ibu” ujarku dan langsung berdiri dari tempat dudukku.
“Mimi...!” ujar ibu kegirangan dan langsung menuju ke aku lalu memelukku.
Aku begitu senang sekali bisa bertemu ibuku begitupula dengan adikku. Ku lihat ibu
mengalami perubahan dengan dirinya. Wajah ibu berubah menjadi pucat dan keriput dan
adikku berubah menjadi anak remaja yang gagah dan tampan.

Didi membawakan barangku ke kamar tamu dan aku mengekor mengikutinya. Di dalam
kamar, ku hempaskan diriku di tempat tidur dan adikku duduk di sampingku.
“Di, kenapa Rudi tadi disini?” ujarku bertanya penasaran.
“Tadi aku sama kak Rudi lagi main Playstasion kak. Kenapa kakak nanya–nanya?” jawab
Didi dan bertanya padaku.
“ Tidak apa–apa kok” ujarku takut karena nanti adikku curiga padaku.
Keesokan harinya aku olahraga pagi di taman kota Makassar, sebenarnya adikku mau
menemaniku tapi karena hari ini dia sekolah jadi Didi tidak bisa.

Di taman, ku berlari pagi mengelilingi taman sambil membawa tas ransel berisi Leptop
dan saat asyik–asyiknya aku berlari ada seorang cowok yang menabrakku dari depan
memakai baju putih abu–abu dengan 5 buku tulis dipegangnya terjatuh.
“Maaf, gue nggak nggak sengaja” ujar cowok itu tapi aku tak melihat mukanya dengan
jelas lalu diapun mengambil bukunya yang terjatuh “Aku kok yang salah. Sini aku bantu”
ujarku dan akupun membantunya mengambil bukunya yang terjatuh dan tak sengaja
mataku dengan cowok itu bertemu dan akupun tahu siapa cowok itu.
“Rudi!” ujarku kaget karena aku bertemu lagi dengan Rudi. Mengapa ini terjadi lagi? Bisa
gila aku lama–lama karena bertemu terus dengan Rudi. Semenjak Rudi menolakku aku
jadi trauma untuk menyukai seseorang sampai sekarang dan entah kenapa sekarang
perasaan cintaku pada Rudi kembali lagi. Ini sungguh sangat menyebalkan -__- aku pun
berlari dengan cekatan sambil menitikkan air mata meninggalkan Rudi yang juga kaget
melihatku bertemu denganku lagi.

Ku berlari secepatnya karena ketakutan, setiap kali ku lihat Rudi kalimat itu terbayang–
bayang di otakku “Hah.. nyadar dongg luu tuhh nggak selevel sama gue! Ngaca dulu dong.
Apa gue harus beliin dulu lohh kaca baru nyadar. Lebih baik loh kasih perasaan itu sama
tempat sampah ajah” kalimat pedas yang didengar oleh semua temanku di kelas. Rasanya
sakit banget saat mengingat itu.

13
“Mimi, maafin gue soal dulu! Gue mohon Mi.” teriak Rudi memohon sambil berlari
mengejarku.
Akupun mempercepat lariku dan kebetulan saat itu aku melihat mobil pete–pete, aku
langsung saja masuk dalam mobil itu dan menyuruhnya cepat jalan.
Mobil pete–pete itu berjalan, air mataku berjatuhan terus-menerus membasahi pipiku yang
agak putih. Diriku sekarang memang udah berubah, aku jadi putih dan mukaku sekarang
sudah tidak ada jerawat lagi itu semenjak ibu tiriku selalu membawaku keperawatan kulit
jadi aku menjadi lebih cantik.

Di dalam mobil pete–pete ku baru sadar kalau penumpangnya hanya aku bersama seorang
cowok yang pakaian sekolahnya mirip dengan Rudi.
“Mimi..! Loh Mimikan” ujarnya bertanya padaku.
“Yah..” jawabku dan saat itu ku perhatikan muka cowok itu dan menghentikan tangisanku.
Disitu aku baru sadar bahwa cowok itu adalah Nino sahabat Rudi.
“Hai Nino”ujarku menyapa dan bukannya membalas sapaanku tapi Nino malah bertanya
“Mi, loh napa menangis! Apa karena Rudi. Tadi gue lihat kok kamu sama Rudi berlari–larian”.
Saat dia katakan itu, aku menangis lagi. Jantungku sesak banget, rasanya kepalaku puyeng
benar dan belum sempat ku jawab pertanyaannya aku langsung jatuh pingsan.

^Rumah Nenek^
Mataku terbuka sedikit demi sedikit di atas ranjang tidurku. Kulihat Rudi menitikkan
air mata berada di sampingku dan saat dia melihatku mataku sudah terbuka diapun
tersenyum senang melihatku.
“Mi, loh udah sadar” gumam Rudi padaku.
“Kenapa loh ada disini. Loh keluar sana. Gue benci sama loh” teriak diriku yang kesal sekali.
“Mi, gue minta” belum sempat Rudi selesai aku langsung memberontak dan lebih keras
berteriak “Gue bilang loh keluar!”.
Mamaku dan adikku begitupula dengan nenekku menyuruhku tenang tapi ku lebih
memberontak dan saat Rudi keluar dari kamarku ditemani Didi akupun tenang. Aku
memang orang tidak baik, tapi ku tak bisa melupakan semuanya. Hatiku sakit sekali, sulit
ku maafkan Rudi.

Satu minggu kemudian, aku duduk sendiri di taman memperhatikan mobil maupun motor
berlalu lalang ditemani burung–burung berkicaun dan pohon–pohon yang menari–nari
memberi semangat diriku. Aku yang terlalu fokus memperhatikan keindahan taman tidak
sadar bahwa Rudi sudah berada di sampingku.

14
“Mimi” ujar Rudi yang membuatku kaget mendengar perkataannya, sontak saja ku berdiri
dan bersiap untuk lari tapi tanganku ditahan olehnya dan Rudi langsung memelukku
“Mi, gue mohon maafin gue. Loh tau semenjak kejadian itu gue baru sadar kalo gue itu
mencintai lohh, saat tiada loh, gue tidak bisa menyukai siapapun. Hidup gue rasanya
nggak berarti, Hanya loh yang ada di hati gue. Gue mohon maafin gue Mi, gue memang
udah terlambat tapi bisakah kau mendengarkannya”.
“Loh bohong Rudi, loh pasti suka gue setelah melihatku sekarangkan” ujarku tak percaya
mendengar perkataannya. “Gue nggak bohong, tatap mata gue. Tatap...?” ujarnya
menyuruhku menatap matanya, akupun menatap matanya dan kulihat tiada tanda
kebohongan darinya.
“Mi, maafin gue yah. Gue sayang banget sama loh. Jangan lagi menghindar dari gue, ku
mohon! Dulu dan sekarang tiada bedanya loh. Gue tetap sayang loh gimanapun dirimu.
Gue suka loh dari dalam diriloh bukan diluar loh” ujarnya yang membuatku menitikkan
air mata.
“Yah, gue juga sayang sama loh” ujarku.
Hariku penuh dengan tawa yang indah tiada lagi kesedihan semenjak Rudi berada di
sampingku. Cinta pertamaku itulah menjadi cinta terakhirku. Aku sangat menyayanginya,
perasaanku yang sudah ku pendam 6 tahun tidak sia–sia.
RUDI.. I LOVE YOU:)

c. Menjelaskan Unsur-Unsur Ekstrinsik Cerpen


Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun dan mendukung cerpen dari luar
karya itu sendiri, tetapi memengaruhi bangunan atau sistem organisme cerpen. Unsur
ekstrinsik cerpen, yaitu riwayat hidup pengarang dan latar belakang masyarakat tempat
penulis menciptakan cerpen.
1. Riwayat Hidup Pengarang
Riwayat hidup pengarang adalah berisi tentang kehidupan pengarang: pendidikan,
sikap dan pandangan pengarang, faktor sosial dan ekonomi pengarang, aliran
sastra yang pengarang anut, semuanya sangat berpengaruh pada hasil karya yang
diciptakannya.

Misalnya: (1) Danarto, karya-karya terbarunya lahir setelah beliau mendalami


keagamaan. Danarto menekankan penilaian dari sudut pandang sufi. (2) Hamsad
Rangkuti beraliran realis, mampu menyelipkan humor-humor satire, menggelitik,
dan mengejutkan melalui kesederhanaan bahasanya (Thahar, Hariis Effendy: Kiat
Menulis Cerpen).

15
2. Latar Belakang Masyarakat
Peristiwa yang terjadi pada masyarakat memengaruhi isi cerpen. Karya sastra dalam
bentuk apa pun termasuk cerpen pada prinsipnya merupakan penanda zaman.

Misalnya: (1) Hamsad Rangkuti, cerpen yang ditulis berdasarkan ide tentang
permasalahan kehidupan masyarakat golongan menengah ke bawah yang
dikemas dalam bentuk kritikan halus terhadap keganjilan berupa kekuasan mutlak,
materialisme, dan dekadensi moral. (2) Idrus, cerpen yang ditulis merupakan lukisan
naturalis yang mencerminkan situasi masyarakat yang buruk pada masa itu.
Lihatlah petikan cerpen Idrus “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma” di bawah ini:
“Trem penuh sesak dengan orang, keranjang-keranjang, tong-tong kosong dan
berisi, kambing dan ayam. Hari panas dan orang dan binatang keringatan. Trem
dan bau keringat dan terasi. Ambang jendela penuh dengan air ludah dan air sirih,
kemerah-merahan seperti buah tomat. Dalam trem susah bernafas. Tapi orang
merokok juga….”
(Bahasa Indonesia 3: Sri Sutarmi)

E. PUISI
a. Pengertian Puisi
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima, irama, dan penyusunan larik
dan bait (Sudjiman). Di masa lampau, penciptaan puisi harus memenuhi ketentuan jumlah
baris, ketentuan rima dan persyaratan lain. Itulah sebabnya Sudjiman mendefinisikan
puisi sebagai karangan terikat. Struktur dan ragam puisi sebagai hasil karya kreatif terus-
menerus berubah. Definisi tersebut tentu saja tidak tepat lagi untuk masa sekarang, karena
saat ini penyair sudah lebih bebas dan tidak harus tunduk pada persyaratan-persyaratan
tertentu.

Dengan demikian, puisi dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk karya sastra yang
mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud
dan bahasa yang paling berkesan.

b. Puisi lama
Jenis-jenis puisi lama sebagai berikut:
1. Pantun
Pantun adalah bentuk puisi asli Indonesia yang sangat luas dikenal dalam bahasa-
bahasa nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun (Minangkabau) yang artinya

16
“petuntun”. Pantun, bahasa Jawanya parikan, bahasa Sunda paparikan, dan bahasa
Batak umpasa. Kata pantun bararti laksana, ibarat, umpama. Ciri-cirinya: tiap bait
terdiri atas empat baris/larik, setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata, baris pertama
dan kedua sampiran, baris ketiga dan keempat isi, dan rimanya adalah (a b a b.)
2. Syair
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Persia. Kata syair berasal dari bahasa Arab
Syi’ir atau syu’ur ‘perasaan’. Makna kata syu’ur akhirnya berkembang yang berarti
“puisi”. Isi syair berupa cerita yang mengandung mitos, sejarah, atau ajaran falsafah/
agama. Ciri-cirinya: Tiap bait terdiri atas empat baris, tiap baris biasanya mempunyai
8-14 suku kata, semua baris adalah isi, rimanya adalah a a a a, dan bahasanya
kiasan.
3. Seloka (Pantun Berkait)
Seloka atau pantun berkait merupakan puisi lama yang mempunyai ciri pertalian
antarbait, yakni baris kedua dan keempat bait pertama muncul lagi sebagai baris
pertama dan ketiga bait berikutnya. Istilah lain pantun rantai.
4. Karmina (Pantun Kilat)
Jenis pantun yang cirinya terdiri dari dua baris. Baris pertama sampiran dan baris
keduanya isi serta rimanya adalah a-a.
5. Talibun
Talibun adalah jenis pantun yang berfungsi sebagai alat perhubungan mesra
misalnya, percintaan, berolok-olok, berkelakar, nasihat, dsb. Jumlah barisnya genap,
yaitu 6, 8, 10, 12 baris yang masing-masing separuhnya sampiran dan separuhnya
lagi isi. Misalnya: 6 baris (3 sampiran dan 3 isi).
6. Mantra
Mantra adalah susunan kata berunsur puisi seperti rima, irama yang dianggap
mengandung kekuatan gaib diucapkan oleh ahlinya (pawang). Unsur irama dengan
“permainan bunyi” merupakan ciri yang menonjol pada mantra. Keberadaan mantra
pada mulanya bukanlah sebuah karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan
dengan adat kepercayaan.
7. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India) yang artinya perhiasan
atau bunga. Isinya berupa nasihat, petuah atau filsafat. Pengarang gurindam yang
terkenal adalah Raja Ali Haji dengan karyanya yang berjudul Gurindam Dua Belas.

17
c. Puisi Baru
Puisi baru mempunyai bait dan irama, tetapi tidak seperti puisi lama yang terikat oleh
jumlah bait, baris, suku kata, dan rima. Puisi baru lebih mementingkan isi daripada irama.
Berdasarkan jumlah lariknya, puisi baru dibedakan atas: Distikon; berjumlah 2 larik, Terzina;
berjumlah 3 larik, Kuatrain; berjumlah 4 larik, Sektet; berjumlah 6 larik, Septima; berjumlah
7 larik, Stanza Oktaf; berjumlah 8 larik, dan Soneta berjumlah 14 larik.

d. Puisi Modern
Puisi modern merupakan puisi yang lahir semenjak tahun 1945, dikenal dengan angkatan
45. Tokoh- tokohnya: Chairil Anwar, Idrus, Usmar Ismail, dan Asrul Sani.
Dikenal dengan sastra modern karena bercirikan sebagai berikut:
1. Humanisme universal: terbuka untuk menerima pengaruh dari segala penjuru
dunia.
2. Adanya pengaruh sastra asing pada puisi penyair Indonesia saat itu.
3. Realis dan naturalis: puisi yang dihasilkan sesuai dengan kenyataan yang ada dan
natural.
4. Sikap sastrawan lebih individualis, dinamis, dan kritis.
5. Ungkapan usang tidak digunakan lagi seperti puisi lama dan baru.
6. Sinisme dan sarkasme hadir dalam karya angkatan 45.
7. Menurunnya karya sastra prosa dan beralih ke puisi karena lebih mampu sebagai
media mengungkapkan perasaan.

F. MENGOMENTARI PEMBACAAN PUISI LAMA, BARU, DAN MODERN


a. Pembacaan Puisi Lama: Pantun
Salah satu pembacaan puisi lama yang paling menarik adalah pembacaan pantun. Pantun
lebih tepat dibacakan dalam permainan berbalas pantun untuk berbagai kegiatan karena
alasan berikut: (1) Pantun ada teka-tekinya sehingga menarik dibacakan dengan berbalas
pantun. (2) Pantun mempunyai sampiran dan isi sehingga membuat lawan penasaran.

Dalam pembacaan pantun, penekanan dilakukan saat: (1) perpindahan dua baris
sampiran dan dua baris isi untuk memperjelas pemahaman pembaca pada isi pantun, (2)
penggunaan rima tengah pada setiap baris sebagai jeda dalam pembacaan, dan (3) rima
akhir pada setiap baris diperjelas agar menambah keindahan pembacaan pantun.

18
Bacalah pantun berikut dengan saksama!

Di pinggir kolam makan bubur


Jangan lupa pakai keripik
Dari semalam saya tak tidur
Selalu teringat wajahmu yang cantik

Jalan-jalan ke Tanah Abang


Jangan lupa beli kain biru
Kalau adik cinta sama abang
Tolong katakanlah ay lop yu

Ke Cimanggis membeli kopiah


Kopiah indah abang dapati
Begitu banyak gadis yang singgah
Hanya dinda yang memikat hati

Jika aku seorang pemburu


Anak rusa akan kudapati
Jika dinda merasa cemburu
Tanda cinta masih sejati.

b. Pembacaan Puisi Baru: Soneta


Puisi baru muncul dan disukai pada masa angkatan Pujangga Baru tahun 1930-an.
Perbedaan puisi baru dengan puisi lama terletak pada unsur iramanya. Puisi baru
mempunyai irama lebih dinamis dan menarik sesuai dengan pikiran dan perasaan
penulis.

Jenis puisi baru dinamakan berdasarkan jumlah baris atau lariknya, yaitu: distikon (dua
baris), terzina (tiga baris), kuatrain (empat baris), kuin (lima baris), sektet (enam baris),
septima (tujuh baris), oktaf (delapan baris), dan soneta (empat belas baris: dua kuatrain
dan dua terzina). Puisi baru yang paling disukai adalah soneta karena masih mempunyai
kesamaan dengan pantun.

19
Untuk membacakan soneta yang perlu diperhatikan adalah penggunaan lafal, intonasi,
jeda, ekspresi, dan pengaturan volume yang tepat. Gaya pembacaan soneta hampir sama
dengan pembacaan pantun, yaitu dua patah-patah dengan memberikan lafal pada bunyi
akhir dan tengah.
Bacalah soneta di bawah ini!

Gembala
Perasaan siapa takkan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau

c. Pembacaan Puisi Modern


Seperti sudah diketahui bahwa puisi modern lahir pada masa angkatan 45. Puisi modern
akan terasa kekuatannya ketika dibaca atau dideklamasikan. Puisi modern tidak lagi
mengutamakan keindahan dari segi diksi, rima, penataan baris dan bait, dan pemenggalan
atau jeda. Puisi modern hadir secara ekspresif, menggunakan kata sehari-hari, tidak
memerhatikan ketentuan terikat seperti puisi lama dan baru. Unsur utama yang harus
diperhatikan dalam pembacaan puisi modern adalah lafal intonsi dan ekspresi.

20
Bacalah puisi modern di bawah ini!

CINTAKU JAUH DI PULAU


(Chairil Anwar)

Cintaku jauh di pulau,


gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,


di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya

Di air yang terang, di angin mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata :
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!


Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau


kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri

G. MEMBACAKAN PUISI KARYA SENDIRI


a. Menulis Puisi
Sebelum membacakan puisi karya kita sendiri, tentunya terlebih dahulu kita menulis puisi.
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi, antara lain:
1. Tema
Terlebih dahulu tentukan tema. Tema adalah gagasan pokok yang dikembangkan
bersama kesan dan imajinasi subjektif sehingga terbentuk luapan perasaan penulis.

21
2. Diksi
Pemilihan kata lebih cermat. Kata yang dipilih benar-benar mewakili gagasan yang
ingin disampaikan. Kata harus mengandung simbol yang sesuai, memberi kesan
kepada pembaca berdasarkan makna denotasi dan konotasinya.
3. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang khas dalam puisi berupa ungkapan, peribahasa, atau majas. Penulis
dapat mengungkapan harapan, suasana hati, pengalaman batin, kekecewaan atau
semangat hidupnya secara berkias menggunakan gaya bahasa tersebut. Majas yang
biasa dipakai dalam puisi di antaranya: personifikasi, hiperbola, metafora, simbolik,
pleonasme, repetisi, sarkasme, atau retorik.
4. Persajakan dan Irama
Irama adalah pengulangan bunyi atau persamaan bunyi dalam satu baris, beberapa
baris, atau semua baris puisi terutama pada saat dibacakan. Persajakan yang sering
digunakan penyair meliputi:
• Asonansi adalah persamaan bunyi vokal dalam satu atau beberapa baris puisi.
• Aliterasi adalah persamaan penggunaan konsonan dalam satu baris puisi.
• Rima mutlak adalah persamaan bunyi pada beberapa baris puisi karena adanya
pengulangan pada salah satu atau beberapa kata dalam bait puisi.
5. Pemenggalan/Enjambemen
Merupakan perpindahan atas baris puisi sesuai dengan keinginan penulis.
Pemenggalan mungkin terdiri dari dua kata, beberapa kata, atau bahkan hanya satu
kata. Sangat bermanfaat untuk keindahan puisi.

b. Pembacaan Puisi
1. Teknik Pembacaan Puisi
Pembacaan puisi dapat dilakukan dengan beberapa cara:
• Membaca indah, yaitu membacakan puisi yang menitikberatkan pada ketepatan
pemahaman, keindahan olah vokal, dan ketepatan ekspresi.
• Deklamasi, yaitu membacakan puisi yang menekankan ketepatan pemahaman,
keindahan olah vokal, ketepatan ekspresi, wajah, disertai gerak-gerik anggota
tubuh yang lebih bebas.
• Dramatisasi, yaitu pembacaan puisi disertai peragaan peristiwa dalam bentuk
lakuan. Pemeranan dilakukan untuk puisi jenis balada, puisi yang di dalamnya
terdapat tokoh dan jalan cerita sebagai satu kesatuan peristiwa yang dapat
diperagakan dalam pementasan.

22
• Musikalisasi, yaitu pembacaan puisi disertai iringan musik yang sesuai dengan
suasana puisi atau menyanyikan puisi itu sendiri. Menyanyikan puisi dapat
dilakukan dengan menggubah sebagian atau seluruh bait menjadi syair lagu
untuk dinyanyikan, diiringi alunan musik yang sesuai.
2. Langkah-Langkah Membacakan Sebuah Puisi
Persiapan pembacaan:
• Menemukan tema dan isi puisi serta pesan penulis kepada pembaca.
• Memahami perlambangan dan persajakan dalam setiap baris dan bait puisi.
• Mengetahui peristiwa yang melatarbelakangi penulisan puisi untuk
memperoleh gambaran suasana di dalamnya.
• Menambahkan penanda bacaan berupa penanda intonasi dan penanda
penghematan (jeda) pada setiap baris dan bait puisi, misalnya:
_ : diucapkan biasa
/ : berhenti sebentar
-/ : berhenti agak lama
// : berhenti lama
# : suara perlahan
## : suara keras
### : suara sangat keras
_> : suara meninggi
<_ : suara merendah
v : tekanan pendek
vv : tekanan panjang
vvv : tekanan sangat panjang

Melakukan kegiatan pembacaan puisi:


• Membaca setiap baris puisi dengan penghayatan dan perasaan.
• Menambahkan peragaan yang tepat sesuai dengan isi puisi.
• Menempatkan penghentian atau penjedaan berdasarkan makna kata sebagai
lambang dan frasa-frasanya.
• Melafalkan setiap kata dengan jelas disertai penggunaan intonasi dan
aksentuasi yang tepat dan bervariasi.
• Menampilkan ekspresi melalui roman muka berupa senyuman, kerutan di dahi,
pandangan mata, atau gerakan kepala.

23
LATIHAN SOAL

A. Jawablah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas!


1. Apa pengertian novel, jelaskan perbedaan novel dengan cerpen!
2. Sebutkan unsur-unsur intrinsik novel dan jelaskan dengan singkat!
3. Sebutkan unsur ekstrinsik novel dan cerpen!
4. Sebutkan jenis tokoh berdasarkan penting tidaknya tokoh dalam cerita!
5. Uraikan ciri-ciri cerpen!
6. Sebutkan pengertian puisi!
7. Sebutkan dan uraikan tiga jenis puisi lama!
8. Sebutkan jenis puisi baru berdasarkan jumlah barisnya!
9. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembacaan puisi?
10. Sebutkan macam pembacaan puisi!

B. Pilihlah jawaban yang tepat!


Kutipan novel berikut digunakan untuk soal no 1 s.d 3.
Bacalah dengan cermat!
(1) Belum habis katanya, ia sudah menyimpang mendekati kembang setahun ini. (2)
Sambil menunjuk membelai-belai bunga yang segar-segar itu ia berkata “Bagaimana
engkau tersesat di tengah-tengah rimba ini? Siapakah yang menanammu di sini?” (3) Yusuf
datang mendekat pula, “Tentulah ada orang membawa kembang setahun kemari, terjatuh
atau dibuangkannya di sini setangkai yang sudah tua.” (4) “Bagus benar, bagus benar,” ujar
Maria, tiada memerdulikan kata Yusuf, belum puas rupanya mengucapkan kekagumannya
melihat kembang itu. (5) “Kalau kita ke Jakarta, tentu saya cabut sekaliannya akan ditanam
di rumah.” (6) “Tidak usah engkau cabut, ambil saja kembangnya yang tua. Cukuplah itu
ditanami!” (UN 2014).

1. Watak tokoh Maria dalam kutipan tersebut adalah ....


A. penyayang
B. pemikir
C. penyabar
D. penyantun
E. pemberi

24
2. Pendeskripsian watak tokoh Yusuf sebagai orang yang tidak peduli dalam lingkungan
sesuai dengan kutipan adalah ....
A. Gambaran fisik tokoh
B. Jalan pikiran tokoh
C. Perilaku tokoh
D. Dialog antartokoh
E. Pendapat tokoh lain

3. Pembuktian latar tempat di hutan dalam kutipan tersebut terdapat pada nomor ....
A. (1)
B. (2)
C. (3)
D. (4)
E. (5)

4. Bacalah penggalan pantun berikut!


Ke hulu memotong pagar
Jangan terpotong barang durinya
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian

Maksud isi pantun tersebut adalah .... (UN 2013)


A. Carilah guru di tempat belajar agar tidak menyesal kemudian.
B. Kita harus mencari guru untuk belajar agar tidak menyesal.
C. Carilah guru ke hulu untuk belajar supaya tidak menyesal.
D. Penyesalan tidak terjadi kalau kita tidak belajar di tempat guru.
E. Guru adalah tempat kita belajar untuk mencari ilmu.

5. Bacalah dengan cermat!


Cermin
Cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah
Meraung, tersedan, atau terisak
Meski apa pun terjadi terbalik di dalamnya,

25
Barangkali ia hanya bisa bertanya,
Mengapa kau seperti kehabisan suara
(Sapardi Djoko Damono. “Sihir Hujan”, 1984)

Maksud isi puisi tersebut adalah .... (UN 1984)


A. Kehidupan ini bisa terlihat dalam cermin di hadapan kita.
B. Perjalanan seseorang di dunia yang terbalik.
C. Dalam hati manusia ada sifat baik dan buruk.
D. Setiap orang harus mengintrospeksi diri.
E. Setiap manusia harus mempunyai suara hati nurani.

26

Anda mungkin juga menyukai