Oleh:
Muhammad Dirman Rasyid
80600216003
Dosen Pemandu:
Prof. Dr. H. Moch. Qasim Mathar, M.A.
Dr. H. Mahmuddin, M.Ag.
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah serta perkembangan pemikiran dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari
sejarah panjang umat ini. Keduanya, saling mempengaruhi saling mengingat sehingga
hubungan keduanya begitu erat. Bahkan bisa dikatakan corak pemikiran yang
berkembang pada suatu masa mempengaruhi sejarah pada masa itu.
Pada masa Rasulullah saw, perkembangan pemikiran di antara umat tak terlihat
begitu jelas sebagaimana dewasa ini. Sebab, Rasulullah saw merupakan tokoh sentral
selain sebagai pemimpin agama, beliau juga sebagai pemimpin negara, berwenang
saw tidak lepas dari tuntunan dan petunjuk dari langit (baca: wahyu). Umat pada waktu
itu – para sahabat - berada dalam satu komando serta tunduk dan patuh baik dalam
Akan tetapi, setelah wafatnya Rasulullah saw. benih perpecahan mulai tampak.
Bahkan sebelum Rasulullah saw dimakamkan, perbedaan pendapat dan pemikiran para
sahabat telah terlihat ketika mempersoalkan siapa yang menggantikan Rasulullah saw.
sebagai pemimpin dalam hal ini dikenal dengan istilah khalifah.
terpecah, bahkan pemakaman jenazah Rasulullah saw. pun harus menunggu beberapa
1
“Limaza Ta’akhkhara al-Sahabah (ridwan Allah ‘alaihim) fi Dafn al-Rasul al-A’zam alaihi
al-Salatu wa al-Salam”, Hiz-but-Tahrir Media Office-Palestine. http://www.pal-tahrir.info/articles1/8-
1
2
Kemudian perpecahan umat ini puncaknya terjadi ketika konflik antara ‘Ali> Ibn
Abi> T{alib dengan Mu‘awiyah Ibn Abi> Sufya>n. Konflik kedua kubu inilah dianggap
sebagai starting point terhadap konflik-konflik yang datang belakangan, bahkan lebih
Meskipun, pada dasarnya konflik antara kedua kubu ini tidak bisa dilepaskan dengan
akhirnya terpaksa menerima tawaran itu karena desakan dari pasukannya sendiri.
dari arbitase tersebut cukup merugikan ‘Ali> dan menguntungkan pihak Mu‘awiyah.
Keputusan ‘Ali> dan hasil dari arbitase tersebut nampaknya menimbulkan rasa tidak
puas di pasukan ‘Ali> sendiri. Mereka yang tidak puas inilah memisahkan diri dari
barisan ‘Ali> atau melakukan tindakan apa yang dikenal dalam istilah militer dewasa ini
Khawa>rij.4
Selajutnya, setelah dinasti Bani Umayyah berkuasa ada dua kelompok yang
oposisi – dengan motivasi yang berbeda - yang menentang dan ingin menggulingkan
pemerintahan. Kelompok pertama barisan pendukung fanatik ‘Ali> yaitu Syi‘ah dan
kelompok yang kedua adalah Khawa>rij itu sendiri. Di tengah pertikaian ini bahkan
saling mengkafirkan, muncullah kelompok baru yang lebih lunak – tidak dengan
mudah mengkafirkan - dan menunda (dalam artian biarlah Allah swt. yang
B. Rumusan Masalah
5
Ahmadi Husain, “Polemik Aliran Islam Klasik tentang Iman, Kufur, Akal dan Wahyu”, Al-
Fikr 19, no. 1 (2015): h. 42.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Khawa>rij
Khawa>rij dari segi bahasa berasal dari term kharaja yang berarti keluar,
al- ’Asy‘ari> sebagaimana dikutip Dr. ‘Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab dalam bukunya
dengan nama ini (Khawa>rij) sebab mereka keluar dari barisan ‘Ali> ra.8
yang dimaksud dengan Khawa>rij, semua yang keluar dari atau memberontak kepada
pemimpin yang sah yang telah disepakati mayoritas dinamakan kha>rijiyyan, baik
pemberontakan itu terjadi pada periode sahabat pada masa khulafa>u al-rasyidi>n atau
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa pemberian nama itu dilandasi atas
ayat 100 dari Surat Al- Nisa>’ yang di dalamnya disebutkan kata “keluar”, yaitu;
6
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir; Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), h. 330.
7
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan (Cet. V;
Jakarta: UI-Press, 1986), h. 11.
8
Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa ‘Aqa>’iduhum (Cet.
I; Beirut: Da>r al- Kutub al- ‘Ilmiyah, 2005), h. 7.
9
Al- Syahrista>ni>, Al-Milal wa al-Nih}al (Cet. III; Beirut: Da>r al- Ma‘rifah, 1993), h. 132.
4
5
ٱَّلل ِِۗ ٱَّلل ورسولِِهۦ ُثُه ي ۡد ِۡركه ۡٱلم ۡوت فَ َق ۡد وقَع أ َۡجرهۥ علَى ه
ٱَّلل َوَكا َن ُه ِ ِ ِ ِِ ۡ ۢ ِ ۡ ۡ
َ ُُ َ َ ُ َ ُ ُ ُ َ َ … َوَمن ََي ُرج من بَيتهۦ ُم َهاجًرا إ ََل ه
١٠٠ ورا هرِحي ًما
ً َغ ُف
… barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke
tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah, dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.10
Oleh kaum Khawa>rij, ayat tersebut dipahami bahwa mereka adalah orang yang
keluar dari rumah meninggalkan kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada
Allah swt. dan Rasul-Nya.11 Kaum Khawa>rij juga menyebut diri mereka dengan
“syurah”, berasal dari kata “Yasyri” (menjual), sebagaimana disebutkan dalam QS al-
(menjual) diri untuk Allah swt.13 Ada lagi nama yang lain yang dinisbahkan kepada
sebab di sana tempat mereka diperangi oleh ‘Ali> ra, b) Haru>riyyah, nama ini
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Madinah al- Munawwarah: Khadim
10
al- Haramain al- Syarifain al- Malik Fahad li Thiba’ al- Syarifain al- Malik Fahd li Thiba’ah al- Mushab
al- Syarif, 1412 H), h.137.
11
Lihat, Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h.
11. dan Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 84-85
12
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, h. 50.
13
Lihat, Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik,
Klasik, dan Kontemporer (Cet I; Jakarta: Kencana, 2016), h. 29-30., Harun Nasution, Teologi Islam:
Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h. 11., dan Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah
Pengantar, h. 85.
6
pertama kali berkumpul dan melakukan konsolidasi setelah memisahkan diri dari
barisan ‘Ali> ra, c) Al-Nawa>s{ib, kata tersebut merupakan bentuk plural dari “na>s}ibi>”
(yang memusuhi), nama ini dilekatkan kepada kaum Khawa>rij sebab kebencian mereka
kepada ‘Ali> ra.14 Masih ada lagi nama-nama yang lain untuk kaum Khawa>rij ini.
Namun, dari sekian nama yang dilekatkan pada kelompok ini, nama khawa>rij lah yang
paling populer.
Kemunculan Khawa>rij (sebagai suatu sekte atau kelompok) terjadi pada masa
kekhalifaan ‘Ali> ra, pada tahun 37 H, pada masa konflik antara Ali> ra. dengan
Mu‘awiyah ra. beserta pendukungnya. Konflik inilah kemudian yang menjadi titik
awal dari konfilk-konflik dan perselisihan yang terjadi selanjutnya dalam kehidupan
Arab dan umat Islam. Mereka tidak berhenti pada perselisihan dalam batasan-batasan
Sekte Khawa>rij pada mulanya adalah bagian dari sayap militer Khalifah Ali> ra.
pihak yang menerima arbitrase adalah murtad dan kafir karena melanggar dari haluan
yang telah digariskan Allah. Arbritrasi atau tahkim terjadi antara Ali> ra. dan Mu‘awiyah
ra. yang menyepakati gencatan senjata sebagai solusi damai dalam sebuah peperangan
Lihat, Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa
14
‘Aqa>’iduhum, h. 8-9.
Lihat, Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi> (Cet. II; Kairo: Dar al-Syuruq, 1991),
15
h. 9.
Ahmad Yani Anshori, “Khawarij”, h. 270.
16
7
ra. namun karena desakan beberapa sahabat terutama kaum qurra’, seperti Al-Asy’at
Ibn Qais, Mas‘ud Ibn Fudaki al-Tamimi dan Sa‘id Ibn Husein al-T{ai, dengan hati berat,
‘Ali> Ibn Abi T}alib memilih ‘Abdullah Ibn ‘Abbas sebagai arbitrator, namun
penunjukan ini ditolak oleh kaum Khawa>rij dengan alasan bahwa ‘Abdullah Ibn
‘Abbas adalah keluarga Ali> Ibn Abi T}alib. Kaum Khawa>rij mendorong ‘Ali> Ibn Abi
T}alib agar menunjuk Abu Musa al-Asy‘ari untuk menetapkan keputusan yang sesuai
kaum Khawa>rij), hasil dari tahkim ternyata lebih menguntungkan pihak Mu‘awiyah
dan juga sekaligus melemahkan posisi ‘Ali> sebagai khalifah. Sebab di antara keputusan
arbitrasi tersebut. Sudah tentu sebagai orang yang beriman lagi berpegang teguh pada
janji ‘Ali> menolak permintaan kaum Khawa>rij itu.20 Menurut kaum Khawa>rij, arbitrasi
tidak dapat diterima karena hukum yang dihasilkan adalah produk manusia, sementara
tidak ada hukum selain dari hukum Allah – inilah kemudian yang menjadi semboyan
mereka ()ال حكم إال هلل-, bahkan mereka menghukumi kafir yang terlibat dalam arbitrasi
yaitu ‘Ali>, Mu‘awiyah, ‘Amr Ibn al- ‘As}, Abu Musa al-Asy‘ari, juga menghukumi kafir
17
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 86.
18
Ikrom Shaliadi, “Khawarij: Arti, Asal-Usul, Firqah-Firqah, dan Pendapatnya”, Islamuna 2,
no. 1 (2015): h. 20-21.
19
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 86.
Lihat, Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 13.
20
8
bagi siapa saja yang menerima arbitrasi tersebut. Mereka kemudian melandasi
pemikiran dan klaim mereka terhadap yang terlibat arbitrasi dan yang menerimanya
dengan landasan teologis yang berdasar ayat al-Qur’an. Adapun ayat yang dimaksud
Karena kecewa dengan hasil arbitrasi tersebut dan kecewa juga dengan sikap
sang Khalifah (‘Ali>) karena menerima hasil dari arbitrasi tersebut, akhirnya mereka
memisahkan diri lalu pergi ke Haru>ra, suatu tempat di daerah Kufah. Di sanalah mereka
al- Tamimi sebagai panglima militer, ‘Abdullah Ibn al- Kawwa’ al- Yasyakra sebagai
kepala agama yang mempunyai otoritas menjadi Imam besar dalam shalat dan
ada beberapa pokok ajaran yang sama di antara sekte-sekte tersebut, hal ini kemudian
diistilahkan oleh Muh}ammad ‘Ima>rah “al- Mabadi al- ‘Ammah”24 dalam bukunya
21
Lihat, Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 86.
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, h. 167.
22
“Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>". Adapun pokok ajaran yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
harus dipilih secara merdeka dan bebas oleh umat Islam.26 Paham ini
merupakan anti-mainstream pada waktu itu. Yang mana pada waktu itu
paham yang berkembang adalah yang harus menjadi khalifah adalah Bangsa
Arab dan dari Suku Quraisy saja. Pada persoalan ini, pandangan Khawa>rij
lebih dekat kepada ruh Islam,27 demikian menurut Dr. Muh}ammad ‘Ima>rah.
terhadap pemimpin yang tidak adil, fasiq dan lemah.30 Jika seorang
dibunuh.31
mereka tetap menganggap sah kepemimpinan Abu> Bakar al- S}iddiq ra. dan
25
Lihat, Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 87.
26
Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa ‘Aqa>’iduhum, h.
190.
27
Lihat, Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 17.
28
Revolusi adalah perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang
dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata). Lihat, Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, h. 1302.
29
Khuru>j dalam pemahaman kaum Khawa>rij adalah tidak mengakui atau keluar dari pemimpin
yang dianggap berdosa dan lemah. Lihat, Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 18.
30
Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 18.
31
Lihat, Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h.
12.
10
‘Umar Ibn al-Khat}t}a>b ra. Adapun kepemimpinan ‘Us\ma>n Ibn ‘Affa>n ra.,
Demikian pula pada masa kepemimpinan ‘Ali> Ibn Abi> T{alib ra. sebelum
peristiwa arbitrasi.32
dan kekal di dalam neraka. Kecuali sekte al-Najda>t, yang berpendapat bahwa
pelaku dosa besar itu fa>siq ka>fir maksdunya adalah ia hanya kafir nikmat.33
e. Khalifah ‘Ali> ra., Mu‘awiyah ra, ‘Amr Ibn al- ‘As} dan Abu> Musa al- Asy‘ari
f. Dalam persoalan umat Islam yang di luar golongan mereka, kaum Khawa>rij
g. Kaum Khawa>rij juga berpendapat bahwa ketidakadilan itu tidak berasal dari
takdirnya.35
32
Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 18.
33
Lihat, Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa
‘Aqa>’iduhum, h. 197.
34
Lihat, Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 87.
35
Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 19.
36
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 88.
11
Dengan melihat pokok ajaran yang umum bagi Khawa>rij di atas, maka dapat
Pokok ajaran Khawa>rij ini juga tidak terlepas dari pengaruh psikologi dan
sosial-kebudayaan kaum khawa>rij yang didominasi dari Arab Badawi yang tinggal di
padang pasir yang keras. Pola hidup mereka yang berpindah-pindah (nomaden)
membuat hidup mereka miskin, sederhana, keras, berani sekaligus merdeka. Sikap-
sikap demikian, kata Philip K. Hitti, pada akhirnya membentuk karakter demokrasi ala
masyarakat Badawi.37
Sebagai orang Badawi, mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan. Ajaran-ajaran
Islam, sebagaimana terdapat dalam al- Qur’an dan Hadis, mereka maknai secara
tekstual dan harus dilaksanakan sepenuhnya sebagaimana teksnya. Oleh karena iman
dan paham agama mereka merupakan iman dan paham orang sederhana dalam
pemikiran lagi sempit akal serta fanatik. Iman yang tebal dan semangat Islam yang
membara, tetapi dangkal lagi sempit akan pemahaman agama ditambah lagi dengan
sikap fanatik. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa mentolerir
terpecah ke dalam beberapa sekte. Al- Syahrista>ni>, dalam “al-Milal wa al- Nih}al”
menyebutkan ada 8 sekte yang terbesar, adapun yang lainnya adalah cabang dari
37
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik, Klasik,
dan Kontemporer, h. 32.
38
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h. 13.
12
sekte-sekte tersebut.39 Adapun al- Bagda>di>, menyebutkan bahwa ada 20 sekte dari
Khawa>rij.40
a. Al- Muh}akkimah
Al- Muh}akkimah atau kadang juga disebut al- Muh}akkimah al-U<la, adalah
sekte asli dari Khawa>rij dalam artian yang pertama. Mereka adalah pengikut-pengikut
‘Ali>, yang kemudian memisahkan diri dari pasukan ‘Ali>, lantaran kecewa dengan
kebijakan sang khalifah menerima arbitasi. Mereka inilah yang setelah memisahkan
diri dari barisan ‘Ali>, menuju Haru>ra. Adapun pemimpin-pemimpin mereka adalah;
‘Abdullah Ibn al- Kawa>’, ‘Uta>b Ibn al- A‘war, ‘Abdullah Ibn Wahab al- Ra>si>bi>, dan
delegasi yakni Abu> Musa al- Asy‘ari dan ‘Amr Ibn al- ‘As} telah kafir dan keluar dari
Islam. Selanjutnya, makna kafir di sini mereka interpretasikan lebih luas lagi, yakni
bagi mereka yang melakukan dosa besar dianggap kafir dan telah keluar dari Islam.43
dinyatakan kafir dan telah keluar dari Islam. Demikian juga bagi orang yang
membunuh.
b. Al- Aza>riqah
39
Lihat, Al- Syahrista>ni>, Al-Milal wa al-Nih}al, h. 133.
40
Rujuk, Al- Bagda>di>, Al-Farq baina al-Firaq (Cet. IV; Beirut: Da>r al-Kutub al- ‘Ilmiyyah,
2009), h. 49.
41
Pada makalah ini hanya menyebutkan beberapa dari sekte-sekte khawa>rij yang dianggap
penting dan besar peranan, pengaruh serta pengikutnya.
42
Lihat, Al- Syahrista>ni>, Al-Milal wa al-Nih}al, h. 133.
43
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 88.
13
Al- Aza>riqah, mereka adalah pengikut Nafi‘ Ibn al- Azraq, sekte ini muncul
setelah melemahnya sekte al- Muh}akkimah. Menurut al- Bagda>di>, jumlah pengikut dari
Sekte ini lebih keras dan ekstrem dari pendahulunya, mereka tidak lagi
menggunakan term kafir, tetapi term musyrik atau polytheist. Yang mana kita ketahui,
bahwa dalam agama Islam tidak ada lagi dosa di atas syirik.44
Tidak sampai di sana, sekte ini berpendapat bahwa bukan hanya pelaku dosa
besar telah musyrik, tetapi golongan apa saja atau kaum muslimin yang tidak sepaham
dengan mereka juga musyrik. Demikian pula, kaum muslimin yang tidak tinggal dalam
Sekte ini memandang bahwa hanya merekalah yang muslim, semua yang tidak
sepaham dengan mereka dianggap kaum musyrik yang halal darahnya dan wajib untuk
diperangi. Bahkan menurut sekte ini bukan hanya orang dewasanya tergolong musyrik,
c. Al- Najda>t
Al- Najda>t, adalah sekte pengikut Najdah Ibn ‘Amir al- Hanafi dari Yamamah.
Pada mulanya Najdah ingin menggabungkan diri dengan sekte al- Aza>riqah. Namun,
terjadi perpecahan di dalam tubuh sekte al- Aza>riqah. Mereka menolak pendapat sekte
Aza>riqah yang menyatakan bahwa mereka yang tidak mau berhijrah ke dalam
44
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h. 14.
45
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h 89.
46
Al- Syahrista>ni>, Al-Milal wa al-Nih}al, h. 140.
47
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h. 15-16.
14
Abu Fudaik dengan teman-teman serta pengikutnya memisahkan diri dari Nafi‘
dan pergi ke Yamamah. Di Yamamah mereka bertemu Najdah dan berhasil menarik
Najdah ke pihak mereka dalam pertikaian dengan Nafi‘. Pengikut Abu Fudaik dan
Najdah kemudian bersatu dan memilih Najdah sebagai Imam baru. Nafi‘ tidak
dianggap lagi sebagai Imam. Bahkan Nafi‘ telah dianggap kafir bagi mereka.48
Paham yang dianut sekte ini berbeda dengan kedua sekte yang telah disebutkan
(al- Muh}akkimah dan al- Aza>riqah). Bagi sekte al- Najda>t, orang Islam yang tidak
sepaham dengan mereka adalah kafir dan kekal dalam neraka. Adapun pelaku dosa
besar bagi para pengikutnya hanya akan mendapat siksaan dan tetap akan masuk
syurga. Dosa kecil bisa menjadi dosa besa jika dikerjakan terus-menerus dan pelakunya
Sekte ini juga berpendapat bahwa orang-orang yang tidak berhijrah mereka
meyakini apa yang datang dari sisi Allah swt. adalah hal yang wajib diketahui orang
Islam,50 dalam hal ini orang Islam yang dimaksud adalah sekte al- Najda>t.
d. Al- ‘Aja>ridah
Sekte ini merupakan pengikut ‘Abdul Kari>m Ibn ‘Ajrad, salah satu dari ‘At}iah
Ibn al- Aswad al- H{anafi yang merupakan teman dari Najdah Ibn ‘Amir.51
48
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h 89-90.
49
Taqiah adalah menampakkan seseatu hal yang berbeda dari apa yang diyakini dalam hati.
Lihat, Muh}ammad ‘Ima>rah, Tayya>rat al-Fikri al-Isla>mi>, h. 219.
50
Rujuk, Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa
‘Aqa>’iduhum, h. 228-229.
51
Lihat, Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa
‘Aqa>’iduhum, h. 235.
15
Sekte ini juga berpendapat bahwa surat Yu>suf bukanlah bagian dari al- Qur’an, karena
di dalamnya ada kisah percintaan, yang demikian itu tidak mungkin bagi Kalam Ilahi.
Di samping itu menurut mereka, harta orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka
e. Al- S{ufriyah
Sekte ini dipimpin oleh Ziad Ibn al- Asfar, sehingga sekte ini dikenal juga
dengan nama al- Ziadiyyah. Pemahaman sekte ini tidak jauh berbeda dengan al-
Aza>riqah, Al- S{ufriyah juga diklaim sebagai kelompok garis keras. Namun ada
Adapun dalam persoalan taqiah, maka hanya boleh secara lisan tidak dibenarkan
dengan perbuatan. Daerah golongan Islam yang tidak sepaham dengan mereka tidak
dianggap da>r al-h{arb, hanya camp pemerintah lah yang harus diperangi, anak-anak dan
wanita tidak boleh dijadikan tawanan perang.53 Kemudian menurut sekte ini, kafir ada
(meningkari ketuhanan).54
f. Al- Iba>d{iyyah
Sekte atau golongan al- Iba>d{iyyah, bisa dikatakan sekte paling moderat di
antara sekte-sekte Khawa>rij. Hal tersebut dapat terlihat dari dokrtin ideologi mereka.
52
Lihat, Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h.
18., dan Ahmad ‘Awad} Abu> al- Syabab, Al- Khawa>rij: Ta>ri>khuhum, Firaquhum, wa ‘Aqa>’iduhum, h.
246.
53
Lihat, Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h 93.
54
Al- Syahrista>ni>, Al-Milal wa al-Nih}al, h. 159.
16
Seperti dalam persolan orang-orang Islam yang tidak sepaham dengan sekte ini, maka
kepada golongan yang tidak sepaham dengan mereka. Bahkan mereka menghukumi
haram membunuhnya. Dalam persoalan dosa besar, maka sekte ini memiliki
pandangan bahwa pelaku dosa besar tidaklah kafir millah (mengingkari agama) dan
kafir ni‘mah (mengingkari nikmat). Sehingga, si pelaku tidaklah keluar dari agama.55
Pemahaman dan pemikiran yang cukup moderat inilah yang mungkin menjadi
salah satu faktor mengapa sekte ini masih eksis sampai sekarang. Berbeda dengan
Pada kenyataannya, semua sekte-sekte yang pernah ada pada masa awal
pengikutnya tidak tampak lagi sebagai suatu gerakan atau kelompok yang resmi.
Namun, dewasa ini pengaruhnya tetap ada baik secara pemikiran maupun aksi, disadari
ataupun tidak.
B. Murji‘ah
1. Makna Murji‘ah
Term Murji‘ah berasal dari term bahasa Arab yaitu “al- irja>’”, yang bermakna;
pertama, “al-ta’khi>r” yang artinya pengakhiran atau penundaan56, kedua, “i‘t}a>’ al-
raja>’” yang artinya memberi pengharapan. Penggunaan kata murji‘ah sebagai suatu
kelompok atau sekte sebagaimana ditunjukkan pada makna yang pertama itu benar dan
sesuai. Sebab, dalam paham sekte ini, mengakhirkan amal dari pada niat dan aqidah.
Adapun dengan makna yang kedua juga tepat. Sebab mereka (kaum murji‘ah)
55
Lihat, Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h.
20., dan Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 94.
56
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir; Arab-Indonesia, h. 12.
17
tentang iman dan amal (hubungan iman dan amal), tetapi mereka ada kesamaan dengan
Namun, pada dasarnya hal yang melatar belakangi munculnya Murji‘ah adalah
Krisis politik dimulai dari pada masa-masa akhir pemerintahan ‘Utsma>n dan
‘Ali>. Hal ini kemudian memicu pergolakan di tengah umat Islam baik secara pemikiran
maupun dalam bentuk aksi-aksi. Agama kemudian dijadikan payung pelindung akan
sikap dan tindakan mereka, baik bagi kelompok yang menang maupun yang kalah. Dari
sini dapat dikatakan bahwa aliran Kalam atau teologi Islam lahir dari konflik politik
krisis politik tersebut. Perang Jamal, antara koalisi T{alh}ah, Zubair, dan ‘Aisyah
melawan ‘Ali>, tak terhindarkan yang mengakibatkan terbunuhnya T{alh}ah dan Zubair
59
Lihat, Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 105.
18
lagi, pertentangan ‘Ali> dan Mu‘awiyah yang puncaknya perang Siffin, namun dalam
antara umat Islam bahkan antara para sahabat merembet ke masalah teologi atau akidah
Saling tuding terjadi antara umat Islam, kaum Khawa>rij menuduh semua yang
terlibat arbitrasi dan menerimanya adalah kafir. Syi‘ah berbicara seputar imamah yang
harus berasal dari keturunan ‘Ali>. Dalam hal mengkafirkan Syi‘ah juga ikut bicara,
antara lain sekte Kamiliyah mengkafirkan semua sahabat yang tidak mendukung
pengangkatan ‘Ali>.
Di tengah kemelut politik dan saling mengkafirkan seperti ini, ada segolongan
sahabat yang bersikap netral dan menahan diri untuk membicarakan persoalan tersebut.
Sikap mereka itu didasarkan pada pandangan teologi bahwa penilaian hukum bagi
pelaku dosa besar diserahkan kepada Tuhan. Itulah yang merupakan embrio
kejayaan yang cukup signifikan pada masa Daulah Umayah, namun setelah runtuhnya
Daulah tersebut, golongan Murji‘ah ikut redup dan berangsur-angsur ditelan zaman,
hingga kini aliran tersebut sudah tidak terdengar lagi. Namun demikian, sebagian
60
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 106.
61
Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 107.
19
pahamnya masih ada diikuti oleh sebagian orang, sekalipun bertentangan dengan al-
Secara umum, pokok ajaran dari Murji‘ah dapat dilihat dari beberapa
a. Rukun iman ada dua, yaitu: iman kepada Allah dan iman kepada utusan
Allah.
b. Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman, dan
c. Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apa pun terhadap orang bila telah
beriman.
d. Perbuatan kebajikan tidak berarti apa pun apabila dilakukan di saat kafir. Ini
dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena melakukannya sebelum
masuk Islam.
e. Golongan Murji‘ah tidak mau mengkafirkan orang yang telah masuk Islam,
sekalipun orang tersebut zalim, berbuat maksiat dan lain-lain, sebab mereka
f. Aliran Murji‘ah juga menganggap bahwa orang yang lahirnya terlihat atau
62
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik, Klasik,
dan Kontemporer, h. 72.
20
tidak dapat dihukum kafir, sebab penilaian kafir atau tiaknya seseorang itu
tidak dilihat dari segi lahirnya namun tergantung batinnya. Sebab ketentuan
Hal lain yang juga menjadi pokok ajaran dari sekte ini, dalam persoalan
menghukumi yang terlibat dalam arbitrasi adalah mereka menunda hukum atas orang-
orang yang terlibat arbitrasi tersebut dan menyerahkan keputusannya kepada Allah di
hari kiamat.64
Secara garis besar, ditinjau dari paham-pahamnya yang berkembang kemudian,
Murji‘ah terbagi menjadi kelompok yang moderat dan kelompok yang ekstrim.
(pengikut Jaham Ibn S{afwan), pahamnya berpendapat, bahwa orang Islam yang
percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan tidaklah
Sekte atau Golongan lain yang termasuk dalam Murji‘ah ekstrim adalah al-
S}alih}iyyah, yakni pengikut Abu H{asan al- S{alih{i. Sekte ini memiliki pendapat bahwa
seseorang yang percaya kepada Allah lalu percaya pada trinitas dan meninggal, maka
orang ini tetap dianggap mukmin. Mereka juga berpendapat bahwa iman adalah
63
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik, Klasik,
dan Kontemporer, h. 73-74.
64
Lihat, Nurlaela Abbas, Ilmu Kalam; Sebuah Pengantar, h. 108.
65
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik, Klasik,
dan Kontemporer, h. 74.
21
mengetahui Tuhan dan kafir adalah tidak tahu pada Tuhan.66 Yang dianggap ibadah
Sekte yang lain adalah al- Yunusiyyah, pengikut Yunus Aun al- Namiri.
Menurut sekte ini, iman adalah pengetahuan akan Allah, tunduk pada dan tidak
sombong pada-Nya, serta mencintai Allah dengan hati. Adapun yang lainnya dari
hakikat iman.68
Kemudian, sekte berikutnya yang termasuk dalam golongan yang ekstrim
adalah al- ‘Ubaidiyyah, pengikut ‘Ubaid al- Muktaib. Bagi al- ‘Ubaidiyyah, dosa apa
pun selain syirik akan diampuni Allah. Kemudian sekiranya ada seseorang yang mati
dalam iman, dosa dan perbuatan jahatnya tidak merugikan yang bersangkutan.69
Kelompok lain yang termasuk dalam Murji‘ah ekstrimis adalah al- Gassaniyah,
pengikut Gassan al- Kufi. Menurut mereka, iman adalah mengetahui Allah dan rasul-
Nya, mengikrarkan apa yang diturunkan Allah serta apa yang datang dari Rasulullah
secaara global dan tidak terperinci. Iman itu bertambah dan tidak berkurang.70
berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka. Ia mendapat hukuman
66
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik, Klasik,
dan Kontemporer, h. 74-75.
67
Lihat, Al- Bagda>di>, Al-Farq baina al-Firaq, h. 155.
Al- Syahrista>ni>, Al-Milal wa al-Nih}al, h. 163.
68
dalam neraka sesuai besarnya dosa yang dilakukannya. Kemungkinan Tuhan akan
memiliki kesamaan dengan pendapat ahlu sunnah wal-jama‘ah. Menurut pandangan al-
Asya‘irah (salah satu sekte dalam ahlu wal-jama‘ah) bahwa muslim yang melakukan
dosa besar lalu meninggal dan tidak sempat bertaubat, maka nasibnya berada di tangan
Tuhan. Kemungkinannya adalah Tuhan tidak memberi ampun atas dosa-dosanya dan
akan menyiksanya sesuai dengan dosa-dosa yang dibuatnya. Setelah itu dia
71
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam, Dari Tauhid Menuju Keadilan; Ilmu Kalam Tematik, Klasik,
dan Kontemporer, h. 76.
72
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, h. 28.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
serta pokok ajaran dari kedua sekte tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Munculnya kedua sekte tersebut akibat dari krisis politik yang dialami umat
Islam, pada masa akhir-akhir dari pemerintahan Us\ma>n Ibn ‘Affa>n. Lalu, mencapai
puncaknya pada masa ‘Ali> Ibn Abi> T{alib, khususnya ketika terjadi perseteruan antara
‘Ali> Ibn Abi> T{alib dan Mu‘awiyah Ibn Abi> Sufya>n. Khawa>rij adalah sebuah sekte yang
lahir sebagai reaksi atas penolakan terhadap arbitrasi dalam penyelesaian konflik antara
‘Ali> Ibn Abi> T{alib dan Mu‘awiyah Ibn Abi> Sufya>n. Kemudian, sekte ini melandasi
sikap politik mereka dengan landasan berbau teologis, bahkan lebih jauh mereka masuk
ke dalam wilayah mengkafirkan pelaku dosa besar. Para sahabat yang mulia pun tak
lepas dari tuduhan kafir yang dilontarkan sekte ini. Sekte ini dinamakan Khawa>rij
sebab mereka keluar atau memisahkan diri dari pasukan ‘Ali> Ibn Abi> T{alib.
2. Murji‘ah, sekte yang berlawanan dengan sekte Khawa>rij. Khususnya dalam hal
mengkafirkan, paham sekte ini sangat kontradiksi dengan paham Khawa>rij. Murji‘ah
muncul sebagai suatu reaksi akan situasi pada saat itu yang dengan mudahnya
menghukumi orang Islam menjadi kafir. Sekte ini dinamakan Murji‘ah sebab paham
mereka yang mengakirkan amal dari pada iman serta memberikan pengharapan
khususnya kepada pelaku dosa besar, bahwa selama ia beriman, maka dosa tersebut
23
24
menurut mereka tidak mesti dari Arab dan dari suku Quraisy, wajibnya melakukan
perlawanan kepada pemimpin yang keluar dari ajaran-ajaran Islam, menghukumi kafir
bagi pelaku dosa besar dan kekal di dalam neraka, bahkan menghukumi kafir juga bagi
orang Islam yang tidak termasuk golongannya. Dari sini terlihat ajaran Khawa>rij keras,
radikal dan bersifat eksklusif. Sekte ini adalah cerminan dari iman yang tebal tapi
minim akan pengetahuan dan cara pandang yang sempit sehingga menghukumi seseatu
hanya secara tekstual.
4. Murji‘ah, memiliki pokok ajaran yang sangat longgar seperti rukun iman
menurutnya hanya ada 2 yaitu iman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, iman menurut
kebanyakan dari sekte-sekte Murji‘ah adalah pengetahuan akan Allah dan rasul-Nya,
sedangkan kafir adalah ketidaktahuan pada Allah. Sekte ini memandang bahwa iman
lah yang utama bukan amal sehingga menjadi ciri khas dari sekte ini pernyataan bahwa
kemaksiatan tidak akan berdampak apa-apa (buruk) bagi orang yang beriman dan
kebaikan tidaklah ada manfaatnya bagi orang yang kafir. Murji‘ah adalah cerminan
5. Meskipun, kedua sekte ini baik Khawa>rij dan Murji‘ah sudah tidak ada secara
kelompok dengan menggunakan nama kedua nama tersebut. Sesungguhnya, secara
pemikiran dan aksi masih terus eksis sampai sekarang, namun terkadang tak disadari.
Atau, mungkin telah bertransformasi dengan wajah baru tapi tetap dengan pemikiran
B. Saran
Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami menyarankan kepada pembaca untuk memberikan sumbang saran serta
25
kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan makalah kami untuk yang akan datang.
Wallahu a‘lam.
DAFTAR PUSTAKA
26