Puji syukur atas rahmat Allah SWT, karena atas rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan judul “Ragam mujizat nabi Muhammad saw dan mujizat para
rasul sebelum belia”ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan
menyelesaikan tugas kelompok kami dari Bpk Basyir Arif, M.A, dalam Mata Kuliah
Ilmu Kalam. Selain itu penyusunan makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk
menambah wawasan kepada pembaca tentang ilmu Kalam.
Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bpk. Basyir Arif, M.A. selaku
dosen pengajar mata kuliah Ijaz Qur‟an. Karena berkat Tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan.
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................II
DAFTAR ISI ................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................IV
A. Latar Belakang.............................................................................................................IV
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................IV
C. Rumusan Masalah........................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Pengertian Khawarij…………………………………..................................................8
B. Ideologi Khawarij …………………………………….…………………………...................9
C. system kepemimpinan Khawarij………..……….…………………………….……..10
D. Persoalan Politik Khawarij……………………………………………………………12
BAB III PENUTUP..........................................................................................................13
KESIMPULAN ...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami Ideologi Khawarij
2. Mengetahui dan memahami sistem kepemimpinan Khawarij
3. Mengetahui dan memahami Persoalan Politik Khawarij
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Ideologi Khawarij?
2. Seperti apakah system kepemimpinan Khawarij?
3. Bagaimanakah Politik Khawarij?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khawarij
Khawarij dalam Bahasa arab berasal dari kata خرجyang artinya keluar,
muncul, timbul atau memberontak, sedangkan secara istilah Khawarij adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima tahkim dalam perang
shiffin pada tahun 37 H/657 SM.
Harun Nasution menyebutkan bahwa nama Khawarij berasal dari kata Kharaja
yang berarti keluar. Nama itu sendiri diberikan kepada mereka karena mereka keluar
dari barisan Ali.5 Tetapi ada pendapat lain mengatakan pemberian nama itu didasarkan
atas ayat Al-Qur‟an surat an-Nisa‟: 100 menyebutkan:
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dan mereka juga sering disebut sebagai Hauriyah dari kata harura, yaitu nama desa
yang terletak dekat kufa, Irak. Ditempat inilah mereka berkumpul setelah memisahkan
diri dari Ali, mereka berjumlah dua belas ribu orang dan memilih Abdullah bin Wahab
al-Rasid sebagai pemimpin mereka.
Asal mulanya kaum Khawarij adalah orang yang mendukung Sayyidina Ali.
Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dua anggota lemah dalam
menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan,
sebagaimana mereka juga membenci Mu‟awiyah karena melawan Sayyidina Ali
Khalifah yang sah.
Dalam peperangan ini tentara Ali di bawah pimpinan Malik al-Asytar hamper
mencapai titik kemenangannya, yaitu tentara Ali dapat mendesak tentara Mu‟awiyah.
Dan, melihat pasukannya terdesak mundur „Amru bin Asy panglima tertinggi pasukan
Mu‟awiyah memerintahkan pasukannya mengangkat tinggi-tinggi al-Qur‟an dengan
ujung
tombak sambil berkata al-Qur‟an yang akan menjadi hakim diantara kita. Marilah kita
bertahkim dengan kitabullah. Kemudian Ali mendapat desakan dari pimpinan-
pimpinan pasukannya agar mau menerima ajakan tersebut sehingga pun tidak bisa
berbuat apa-apa selain mengabulkan permintaannya untuk menerima.
Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan akan keluarnya kelompok ini di tengah-
tengah umatnya. Telah diriwayatkan hadits-hadits secara mutawatir tentangnya.
Sebagiannya disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir, lebih dari tiga puluh hadits dalam
kitabkitab Shahiih, Sunan dan kitab-kitab Musnad. Di antaranya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Sa‟id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Akan memisahkan diri satu kelompok (Khawarij) ketika kaum muslimin berpecah
belah. Kelompok itu akan diperangi oleh salah satu golongan dari dua golongan yang
lebih dekat dengan kebenaran. (H.R Muslim)
Dari Abu Sa‟id Radhiyallahu anhu bahwasanya ketika beliau ditanya tentang al-
Haruriyyah, beliau menjawab, “Aku tidak tahu apa al-Haruriyyah itu? Aku mendengar
Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Akan keluar di dalam umat ini -beliau tidak mengatakan di antaranya- suatu kaum
yang kalian menganggap remeh shalat kalian dibandingkan shalat mereka, mereka
membaca al-Qur-an namun tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari
agama bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya.” [HR. AlBukhari].
B. Ideologi Khawarij
Dari Ibnu Al-Arabi; Khawarij itu ada dua kelompok. Pertama berkeyakinan
bahwa sesungguhnya Utsman, Ali, pasukan perang Jamal dan Siffin serta setiap orang
yang menerima arbitrase adalah kafir. Kedua, berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar
adalah kafir dan kekal di neraka. SepertI contohnya mereka menganggap kafir orang-
orang yang tidak menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran padahal
mereka mampu. Jika mereka tidak mampu, maka dia telah melakukan dosa besar dan
dihukumi kafir.
Najdah kemudian menambah akidah Khawarij bahwa orang yang tidak keluar dan
menyerang umat Islam adalah kafir walaupun seakidah.
Mereka merasa paling dekat dengan Allah seraya menganggap Muslim yang
lain sebagai orang kafir dan pelaku maksiat. Mereka meyakini, bahwa mereka memiliki
hak untuk memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinan versi mereka sehingga
membuat mereka tega membunuh, menebar teror, menjarah kekayaan, dan milik orang
lain, tanpa merasa takut atau bersalah. Sejatinya mereka telah melupakan firman Allah
dalam QS. al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
ِ ِ ِ ِك ِِب ْْلِ ْك م ةِ وا لْ م وعِ ظَة
ْ ا ْْلَ َس نَة ۖ َو َج اد ْْلُ ْم ِِب له ِِت ه َي
ۚ أَح َس ُن َْ َ َ َ ِيل َرب
ِ ِْدعُ إِ ََلٰ َس ب
Yang artinya:
1
Sukring. IDEOLOGI, KEYAKINAN, DOKTRIN DAN BID’AH KHAWARIJ: Kajian Teologi Khawarij Zaman Modern. Jurnal Theologia.
Vol. 27 No. 2 (Desember 2016) Hlm. 419-420
3) Pemikiran ini berasal dari kelompok Najdah salah satu kelompok Khawarij.
Mereka mengatakan bahwa pengangkatan khalifah tidak diperlukan jika
masyarakat dapat menyelesaikan masalah-masalah mereka. Jika masyarakat
berpendapat bahwa masalah mereka tidak dapat diselesaikan dengan tuntas
tanpa seorang imam (khalifah) yang dapat membimbing masyarakat kejalan
yang benar, maka ia boleh diangkat. Jadi, pengangkatan seorang imam bagi
mereka bukanlah suatu kewajiban berdasarkan syara‟, tetapi hanya bersifat
kebolehan. Kalaupun pengangkatan itu menjadi wajib, maka kewajiban itu
berdasarkan kemaslahatan dan kebutuhan.2
Politik merupakan doktrin sentral Khawarij yang timbul sebagai reaksi terhadap
keberadaan Muawiyah yang secara teoritis tidak pantas memimpin negara, karena ia
adalah seorang tulaqa (bekas kaum musyrikin di Mekkah yang dinyatakan bebas pada
hari jatuhnya kota itu kepada kaum Muslimin).
a) Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam.
b) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
Muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat.
c) Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan
kezaliman.
2
Firyanti. 2019. Sejarah Kelompok Khawarij.
d) Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah tahkim, ia dianggap telah menyeleweng.
Muawiyah dan Amr ibn Ash serta Abu Musa al-Asy’ari juga dianggap menyeleweng
dan teleh menjadi kafir.
e) Pasukan perang Jamal yang melewati Ali juga kafir.
Disini ada beberapa pertanyaan, sehingga pertanyaan di bawah ini menjadi titik focus
kajian politik khaawarij.
“Perlukah umat Muslim menganggakat imam? Siapa yang berhak menjadi imam dan
apa syarat-syaratnya? Bagaimana metode pengangkatannya? Dan, bagaimana
menganggap sekte diluar dirinya”?
Kemudian syarat-syarat, selain hal di atas, yang harus dipenuhi oleh kandidat
imam ialah mampu berbuat adil, berilmu, pemberani, saleh, dan mengikuti apa yang
tertera secara harfiah dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah. Jika sang kandidat tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut, maka kesempatannya untuk menjadi imam hilang.
3
Antony Black, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj. Abdullah Ali dan Mariana A., (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2006), 49
4
Sjadzali, Islam …, 217-218
Hal ini pun juga berlaku bagi imam yang telah dibai‟at jika di tengah-tengah
pemerintahannya ia melanggar salah-satu syarat tersebut. Bahkan, Khawarij
menyatakan untuk memerangi dan membunuhnya. Hal ini karena ia dianggap telah
melakukan dosa besar. Dan jika berdosa besar maka ia adalah kafir dan berhak untuk
dibunuh. Namun, jika imam itu telah mempunyai atau melakukan syarat-syarat
tersebut, semua umat muslim harus mematuhinya dan haram menurunkannya.5
5
Ali Abdul Mu‟ti Muhammad, Filsafat Politik antara Barat dan Islami, terj. Rosihon Anwar, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 286
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Aliran khawarij ini pada mulanya pengikut golongan ali, tetapi karena pada saat
itu ali menerima tahkim, maka ada sebagian yang tidak sepakat atau keluar dari barisan
ali, (Khawarij), dan ada juga sebagian yang tetap mengikuti ali (Syiah).
Dan Pemikiran politik Khawarij, karena dipengaruhi oleh beberapa ajaran dan
karakter di atas, adalah (1) semua umat muslim berhak menjadi imam tanpa melihat
jenis kelamin, ras dan sukunya, (2) imam harus adil, saleh, pemberani, dan mengikuti
makna literer nash, (3) Imam diba‟iat oleh umat muslim dan setelah terpilih seorang
khalifah umat muslim harus patuh kepadanya, selagi tidak melenceng dari syari‟at
(dengan penafsiran literer), (4) jika imam melenceng, ia harus tobat atau diturunkan
paksa dan bahkan umat muslim dianjurkan untuk menyerang dan membunuhnya, (5)
wilayah negara dibagi menjadi dua, dar al-harb dan dar al-salam, (6) umat muslim
diluar pemahamannya dan tidak mengikuti hukum Allah ala mereka, mereka adalah
kafir dan karenanya halal dibunuh dan hartanya merupakan harta rampasan perang.
Pemikiran politik Khawarij ini jelas terpengaruh oleh ajaran pokok mereka, yakni
tentang pelaku dosa besar, Jihad, dan pemahaman yang literalistik atas nash-nash
agama.
DAFTAR PUSTAKA
Filsafat Politik antara Barat dan Islami, terj. Rosihon Anwar, (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), 286. Ali Abdul Mu‟ti Muhammad.
Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj. Abdullah Ali dan
Mariana A., (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 49. Antony Black,
IDEOLOGI, KEYAKINAN, DOKTRIN DAN BID’AH KHAWARIJ: Kajian Teologi
Khawarij Zaman Modern. Jurnal Theologia. Vol. 27 No. 2 (Desember 2016) Hlm.
419-420. Sukring.
2019. Sejarah Kelompok Khawarij. Firyanti