Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISU POLITIK KE TEOLOGI;( KHAWARIJ)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Basyir Arif, M.A.

Disusun Oleh: Kelompok III

- Imroatul Afiyah ( 11210340000060 )


- Urwah Hayati Hisiyah ( 11210340000206)
- Bardan Muzaki (11210340000234 )

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الرحْ َم ِن‬ ِ ‫ِبس ِْم ه‬
َّ ‫ّللا‬

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, karena atas rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan judul “Ragam mujizat nabi Muhammad saw dan mujizat para
rasul sebelum belia”ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan
menyelesaikan tugas kelompok kami dari Bpk Basyir Arif, M.A, dalam Mata Kuliah
Ilmu Kalam. Selain itu penyusunan makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk
menambah wawasan kepada pembaca tentang ilmu Kalam.

Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bpk. Basyir Arif, M.A. selaku
dosen pengajar mata kuliah Ijaz Qur‟an. Karena berkat Tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih terhadap pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan dan penulisan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran atas
kekurangan yang ada dalam makalah ini

Jakarta, 04 Oktober 2022

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................II
DAFTAR ISI ................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................IV
A. Latar Belakang.............................................................................................................IV
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................IV
C. Rumusan Masalah........................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. Pengertian Khawarij…………………………………..................................................8
B. Ideologi Khawarij …………………………………….…………………………...................9
C. system kepemimpinan Khawarij………..……….…………………………….……..10
D. Persoalan Politik Khawarij……………………………………………………………12
BAB III PENUTUP..........................................................................................................13
KESIMPULAN ...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama Nabi Muhammad Saw. menahkodai kedaulatan negara tauhid di


Madinah, keadaan akidah kaum muslimin tetap berada pada kesucian yang bersumber
dari wahyu ilahi. Dasar utama yang digunakan adalah al-Qur‟an dan al-Hadits. Setelah
Rasul wafat, pertikaian di kalangan kaum muslimin tak dapat dielakkan.
Di antara sebab yang muncul, permasalahan politik merupakan hal yang sangat
pelik. Atas latar belakang pertikaian dan perpecahan kaum muslimin yang disebabkan
oleh politik, muncullah banyak firqah (kelompok) yang kemudian dari persoalan politik
mengarah ke permasalahan keyakinan/ akidah. Di antara kelompoK yang muncul
karena berlatar belakang politik adalah aliran Khawarij.
Khawarij adalah kelompok yang keluar dari barisan kaum muslimin dan
menganggap tidak sah apapun bentuk kepemimpinan yang tidak berhukum dengan
hukum Allah. Mereka kemudian mengkafirkan siapa saja yang melakukan perbuatan
dosa besar serta menganggap kekal di dalam neraka.
Dalam makalah ini penulis akan membahas perkembangan Pngertian Khawarij,
mulai dari arti, asal-usul, ideologi Khawarij, Pemerintahan Menurut Kelompok
Khawarij, dan politik-politik khawaraij. Semoga bisa menambah wawasan dan
semangat untuk menkaji sejarah Islam.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami Ideologi Khawarij
2. Mengetahui dan memahami sistem kepemimpinan Khawarij
3. Mengetahui dan memahami Persoalan Politik Khawarij

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Ideologi Khawarij?
2. Seperti apakah system kepemimpinan Khawarij?
3. Bagaimanakah Politik Khawarij?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khawarij

Khawarij dalam Bahasa arab berasal dari kata ‫خرج‬yang artinya keluar,
muncul, timbul atau memberontak, sedangkan secara istilah Khawarij adalah suatu
sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan
karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima tahkim dalam perang
shiffin pada tahun 37 H/657 SM.

Harun Nasution menyebutkan bahwa nama Khawarij berasal dari kata Kharaja
yang berarti keluar. Nama itu sendiri diberikan kepada mereka karena mereka keluar
dari barisan Ali.5 Tetapi ada pendapat lain mengatakan pemberian nama itu didasarkan
atas ayat Al-Qur‟an surat an-Nisa‟: 100 menyebutkan:

ِ ‫اَّللِ ََيِ ْد ِِف ْاْل َْر‬


‫ض مُ َرا غَ ًم ا َك ثِريًا َو َس عَ ةً ۚ َومَ ْن‬ ‫يل ه‬ ِ ‫وم ن ي ه‬
ِ ِ‫اج ْر ِِف َس ب‬ َُ ْ ََ
ِِ ِ
ِ‫اج را إِ ََل ه‬ ِِ ِ
‫أَج ُرهُ عَ لَى‬ ُ ‫اَّلل َو َر ُس ول ه ُثُه يُ ْد ِرْك هُ ا لْ َم ْو‬
ْ َ‫ت فَ قَ ْد َوقَع‬ ً ‫ََيْ ُر ْج م ْن بَ يْ ت ه مُ َه‬
‫يم ا‬ ِ
ً ‫ورا َرح‬ ‫اَّللِ ۗ َو َك ا َن ه‬
ً ُ‫اَّللُ غَ ف‬ ‫ه‬

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang meninggalkan


rumah dan kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kaum khawarij kadang-kadang juga menamakan golongan mereka kaum Syurah,
artinya kaum yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhoan Allah.
Sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 207:

ِ‫ف ِِب لْعِب اد‬ ‫اَّللِ ۗ َو ه‬ ِ ‫هاس م ن ي ْش رِي نَ ْف س ه اب تِغَاء م رض‬ ِ


َ ٌ ‫اَّللُ َرءُو‬ ‫ات ه‬ َ َْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ِ ‫َوم َن ال ن‬
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Dan mereka juga sering disebut sebagai Hauriyah dari kata harura, yaitu nama desa
yang terletak dekat kufa, Irak. Ditempat inilah mereka berkumpul setelah memisahkan
diri dari Ali, mereka berjumlah dua belas ribu orang dan memilih Abdullah bin Wahab
al-Rasid sebagai pemimpin mereka.

- Adapun Asal Usul Khawarij.

Asal mulanya kaum Khawarij adalah orang yang mendukung Sayyidina Ali.
Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dua anggota lemah dalam
menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan,
sebagaimana mereka juga membenci Mu‟awiyah karena melawan Sayyidina Ali
Khalifah yang sah.

Munculnya golongan Khawarij terjadi setelah peristiwa tahkim. Peperangan


kedua pihak itu terjadi disebabkan Mu‟awiyah pada akhir 37 H, menolak mengakui
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Karena setelah Ali bin Abi Thalib memindahkan ibu
kotanya ke Kufah. Setelah adanya penolakan tersebut Mu‟awiyah segera menghimpun
pasukannya untuk menghadapi kekuatan Ali sehingga pecahlah peperangan Siffin pada
tahun 37 H/ 658 M.

Dalam peperangan ini tentara Ali di bawah pimpinan Malik al-Asytar hamper
mencapai titik kemenangannya, yaitu tentara Ali dapat mendesak tentara Mu‟awiyah.
Dan, melihat pasukannya terdesak mundur „Amru bin Asy panglima tertinggi pasukan
Mu‟awiyah memerintahkan pasukannya mengangkat tinggi-tinggi al-Qur‟an dengan
ujung
tombak sambil berkata al-Qur‟an yang akan menjadi hakim diantara kita. Marilah kita
bertahkim dengan kitabullah. Kemudian Ali mendapat desakan dari pimpinan-
pimpinan pasukannya agar mau menerima ajakan tersebut sehingga pun tidak bisa
berbuat apa-apa selain mengabulkan permintaannya untuk menerima.

Sebagai realisasi dari diterimanya perjanjian tersebut dalam Encyclopedie of Islam


yang isinya sebagai berikut: “suatu perjanjian telah direncanakan di Siffin pada Safar
37 H/ 657 M. dan telah ditunjukkan dan dijelaskan dalam tahkim itu dua orang sebagai
perantara yaitu Abu Musa al-Asy‟ari dan Ali dan Amr Ibnu alAsy untuk Mu‟awiyah
yang akan mengumumkan keputusan mereka pada tempat yang mereka telah tentukan
yaitu di tengah antara Syiria dan Iraq”. Tetapi sebagaian di antara pasukan Sayyidina
Ali ada yang tidak suka menerima ajakan tahkim itu, karena mereka menganggap
bahwa orang yang mau berdamai ketika pertempuran adalah orang yang ragu akan
pendiriannya dalam kebenaran peperangan yang ditegakkannya. Hukum Allah sudah
nyata kata mereka. Siapa yang melawan Khalifah yang sah harus diperangi. “kita
berperang guna menegakkan kebenaran demi keyakinan kepada agama kita. Kenapa
kita mau berhenti perang sebelum mereka kalah”, kata mereka. Akhirnya kaum ini
membenci Ali r.a. karena dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran, sebagaimana
mereka membenci Mu‟awiyah karena melawan Khalifah yang sah. Kaum inilah yang
dinamakan Khawarij, kaum yang keuar dan memisahkan diri dari Ali.

Berdasarkan keterangan di atas dapat difahami bahwa timbulnya Khawarij


adalah persoalan politik yang berubah kemudian menjadi soal kepercayaan atau
dogmatis teologi. Mereka menuduh Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih percaya pada
putusan musuh dan mengenyampingkan putusan Allah yaitu menerima tahkim yang
menjadi sebab perpecahan dan perbedaan pendapat sampai tingkat dogmatis teologi.
Dan setelah keluar dari golongan Ali, lahirlah golongan Khawarij, yaitu orang-orang
yang keluar dari golongan Ali.

Nabi Muhammad SAW telah mengabarkan akan keluarnya kelompok ini di tengah-
tengah umatnya. Telah diriwayatkan hadits-hadits secara mutawatir tentangnya.
Sebagiannya disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir, lebih dari tiga puluh hadits dalam
kitabkitab Shahiih, Sunan dan kitab-kitab Musnad. Di antaranya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Sa‟id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

“Akan memisahkan diri satu kelompok (Khawarij) ketika kaum muslimin berpecah
belah. Kelompok itu akan diperangi oleh salah satu golongan dari dua golongan yang
lebih dekat dengan kebenaran. (H.R Muslim)

Dari Abu Sa‟id Radhiyallahu anhu bahwasanya ketika beliau ditanya tentang al-
Haruriyyah, beliau menjawab, “Aku tidak tahu apa al-Haruriyyah itu? Aku mendengar
Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

“Akan keluar di dalam umat ini -beliau tidak mengatakan di antaranya- suatu kaum
yang kalian menganggap remeh shalat kalian dibandingkan shalat mereka, mereka
membaca al-Qur-an namun tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari
agama bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya.” [HR. AlBukhari].

B. Ideologi Khawarij
Dari Ibnu Al-Arabi; Khawarij itu ada dua kelompok. Pertama berkeyakinan
bahwa sesungguhnya Utsman, Ali, pasukan perang Jamal dan Siffin serta setiap orang
yang menerima arbitrase adalah kafir. Kedua, berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar
adalah kafir dan kekal di neraka. SepertI contohnya mereka menganggap kafir orang-
orang yang tidak menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran padahal
mereka mampu. Jika mereka tidak mampu, maka dia telah melakukan dosa besar dan
dihukumi kafir.
Najdah kemudian menambah akidah Khawarij bahwa orang yang tidak keluar dan
menyerang umat Islam adalah kafir walaupun seakidah.
Mereka merasa paling dekat dengan Allah seraya menganggap Muslim yang
lain sebagai orang kafir dan pelaku maksiat. Mereka meyakini, bahwa mereka memiliki
hak untuk memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinan versi mereka sehingga
membuat mereka tega membunuh, menebar teror, menjarah kekayaan, dan milik orang
lain, tanpa merasa takut atau bersalah. Sejatinya mereka telah melupakan firman Allah
dalam QS. al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
ِ ِ ِ ِ‫ك ِِب ْْلِ ْك م ةِ وا لْ م وعِ ظَة‬
ْ ‫ا ْْلَ َس نَة ۖ َو َج اد ْْلُ ْم ِِب له ِِت ه َي‬
ۚ ‫أَح َس ُن‬ َْ َ َ َ ِ‫يل َرب‬
ِ ِ‫ْدعُ إِ ََلٰ َس ب‬

ِ ۖ ِ‫ك ُه َو أَعْ لَمُ ِِبَ ْن ضَ له عَ ْن َس بِيلِه‬


‫ين‬ ِ
َ ‫َو ُه َو أَعْ لَمُ ِب لْ ُم ْه تَد‬ َ ‫إِ هن َربه‬

Yang artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran


yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.1

C. Pemerintahan Menurut Kelompok Khawarij

Kelompok khawarij memiliki pemikiran-pemikiran tersendiri terkait


pemerintahan yang dikelompokkan sebagai berikut:
1) Pemilihan khalifah tidak berlaku kecuali dengan pemilihan yang bebas dan
benar yang diikui oleh seluruh umat Islam dan tidak hanya dipilih oleh satu
golongan saja. Seorang khalifah masih terus berlangsung menjadi khalifah
selama dia menjalankan syariat, menjauhi dari segala kesalahan dan
penyimpangan. Tetapi apabila melangar, maka dia wajib dipecat atau dibunuh.
2) Jabatan khalifah bukan hak khusus keluarga Arab tertentu, bukan monopoli
suku Quraisy sebagaimana dianut golonan lain, bukan pula khusus untuk orang
Arab dengan menafikan bangsa lain, melainkan semua bangsa mempunyai hak
yang sama. Khawarij bahkan mengutamakan non Quraisy untuk memegang
jabatan khalifah. Alasannya, apabila seorang khalifah melakukan
penyelewengan dan melanggar syariat akan mudah untuk dijatuhkan tanpa
ada fanatisme yang akan mempertahankanya atau keturunan keluarga yang
akan mewarisinya. Berdasarkan prinsip ini mereka memilih Abdullah bin
Wahhab al-Rasyibi, seorang non Quraisy untuk menjadi khalifah.

1
Sukring. IDEOLOGI, KEYAKINAN, DOKTRIN DAN BID’AH KHAWARIJ: Kajian Teologi Khawarij Zaman Modern. Jurnal Theologia.
Vol. 27 No. 2 (Desember 2016) Hlm. 419-420
3) Pemikiran ini berasal dari kelompok Najdah salah satu kelompok Khawarij.
Mereka mengatakan bahwa pengangkatan khalifah tidak diperlukan jika
masyarakat dapat menyelesaikan masalah-masalah mereka. Jika masyarakat
berpendapat bahwa masalah mereka tidak dapat diselesaikan dengan tuntas
tanpa seorang imam (khalifah) yang dapat membimbing masyarakat kejalan
yang benar, maka ia boleh diangkat. Jadi, pengangkatan seorang imam bagi
mereka bukanlah suatu kewajiban berdasarkan syara‟, tetapi hanya bersifat
kebolehan. Kalaupun pengangkatan itu menjadi wajib, maka kewajiban itu
berdasarkan kemaslahatan dan kebutuhan.2

D. Persoalan-Persoalan Politik Khawarij

Politik merupakan doktrin sentral Khawarij yang timbul sebagai reaksi terhadap
keberadaan Muawiyah yang secara teoritis tidak pantas memimpin negara, karena ia
adalah seorang tulaqa (bekas kaum musyrikin di Mekkah yang dinyatakan bebas pada
hari jatuhnya kota itu kepada kaum Muslimin).

Kebencian itu bertambah dengan kenyataan bahwa keislaman Muawiyah belum


lama. Mereka menolak untuk dipimpin orang yang dianggap tidak pantas. Jalan pintas
yang ditempuhnya adalah membunuhnya, termasuk orang yang mengusahakannya
menjadi Khalifah. Dikumandangkanlah sikap bergerilya untuk membunuh mereka.

- Doktrin-doktrin politik yang menjadi sentral kaum Khawarij adalah:

a) Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam.
b) Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang
Muslim berhak menjadi khalifah apabila sudah memenuhi syarat.
c) Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan
menjalankan syariat islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh kalau melakukan
kezaliman.

2
Firyanti. 2019. Sejarah Kelompok Khawarij.
d) Khalifah Ali adalah sah tetapi setelah tahkim, ia dianggap telah menyeleweng.
Muawiyah dan Amr ibn Ash serta Abu Musa al-Asy’ari juga dianggap menyeleweng
dan teleh menjadi kafir.
e) Pasukan perang Jamal yang melewati Ali juga kafir.

- Adapun Pokok Persoalan Politik nya adalah;

Disini ada beberapa pertanyaan, sehingga pertanyaan di bawah ini menjadi titik focus
kajian politik khaawarij.
“Perlukah umat Muslim menganggakat imam? Siapa yang berhak menjadi imam dan
apa syarat-syaratnya? Bagaimana metode pengangkatannya? Dan, bagaimana
menganggap sekte diluar dirinya”?

Terkait pertanyaan pertama, Khawarij berpendapat bahwa umat muslim wajib


mengangkat seorang imam, kecuali jika semua umat muslim sudah adil, bekerja sama
dan saling menolong dalam kebaikan. Dalam arti jika umat muslim sudah bisa adil
semua, mereka bisa tidak mengangkat seorang imam atau mendirikan sebuah
pemerintahan. Pendapat yang terakhir ini muncul pada abad ke-7 dan dinyatakan oleh
Khawarij sekte Najdiyah.3

setiap laki-laki muslim yang telah memenuhi „syarat‟, berkebangsaan Arab,


dan merdeka. Mereka juga berpendapat bahwa keimaman tidak boleh dimonopoli oleh
suatu suku atau keluarga tertentu. Kemudian, setelah banyak umat muslim non-Arab
dan budak masuk ke dalam Khawarij, pendapat tersebut berubah, yakni setiap laki-laki
muslim yang telah memenuhi „syarat‟ dengan tanpa memandang sebagai orang Arab
maupun budak.4

Kemudian syarat-syarat, selain hal di atas, yang harus dipenuhi oleh kandidat
imam ialah mampu berbuat adil, berilmu, pemberani, saleh, dan mengikuti apa yang
tertera secara harfiah dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah. Jika sang kandidat tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut, maka kesempatannya untuk menjadi imam hilang.

3
Antony Black, Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj. Abdullah Ali dan Mariana A., (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2006), 49

4
Sjadzali, Islam …, 217-218
Hal ini pun juga berlaku bagi imam yang telah dibai‟at jika di tengah-tengah
pemerintahannya ia melanggar salah-satu syarat tersebut. Bahkan, Khawarij
menyatakan untuk memerangi dan membunuhnya. Hal ini karena ia dianggap telah
melakukan dosa besar. Dan jika berdosa besar maka ia adalah kafir dan berhak untuk
dibunuh. Namun, jika imam itu telah mempunyai atau melakukan syarat-syarat
tersebut, semua umat muslim harus mematuhinya dan haram menurunkannya.5

5
Ali Abdul Mu‟ti Muhammad, Filsafat Politik antara Barat dan Islami, terj. Rosihon Anwar, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 286
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Aliran khawarij ini pada mulanya pengikut golongan ali, tetapi karena pada saat
itu ali menerima tahkim, maka ada sebagian yang tidak sepakat atau keluar dari barisan
ali, (Khawarij), dan ada juga sebagian yang tetap mengikuti ali (Syiah).

Secara historis Khawarij mempunyai karakter literalis, suka mengkafirkan,dan


kekerasan, bahkan tidak segan-segan menghalalkan darah kepada kelompok [muslim]
di luar fahamnya.

Secara komprehensif dapat digambarkan paham ideologi, keyakinan, dan bid’ah


kaum Khawarij, yaitu; mereka adalah kaum muda yang berpikiran dangkal, mereka
memakai kain (celana) yang menggantung di atas mata kakinya. Iman mereka hanya
sebatas kerongkongan (keimanan mereka sangat dangkal dan kualitas iman mereka
tidak sesuai dengan tampilan lahiriyahnya. Mereka sangat berlebihan dan kaku dalam
urusan agama. Orang mu’min akan merasa rendah diri jika membandingkan shalat dan
shaumnya dengan shalat dan shaum mereka orang-orang Khawarij. Bacaan al-Qur’an
mereka hanya sebatas kerongkongan. Mereka akan berkata dengan perkataan manusia
yang paling baik (artinya mereka akan menggunakan slogan agama dan perintah-
perintah agama). Seluruh pemerintahan Islam dianggap kafir dan tersesat. Mereka akan
muncul ketika manusia berada dalam konplik

Dan Pemikiran politik Khawarij, karena dipengaruhi oleh beberapa ajaran dan
karakter di atas, adalah (1) semua umat muslim berhak menjadi imam tanpa melihat
jenis kelamin, ras dan sukunya, (2) imam harus adil, saleh, pemberani, dan mengikuti
makna literer nash, (3) Imam diba‟iat oleh umat muslim dan setelah terpilih seorang
khalifah umat muslim harus patuh kepadanya, selagi tidak melenceng dari syari‟at
(dengan penafsiran literer), (4) jika imam melenceng, ia harus tobat atau diturunkan
paksa dan bahkan umat muslim dianjurkan untuk menyerang dan membunuhnya, (5)
wilayah negara dibagi menjadi dua, dar al-harb dan dar al-salam, (6) umat muslim
diluar pemahamannya dan tidak mengikuti hukum Allah ala mereka, mereka adalah
kafir dan karenanya halal dibunuh dan hartanya merupakan harta rampasan perang.
Pemikiran politik Khawarij ini jelas terpengaruh oleh ajaran pokok mereka, yakni
tentang pelaku dosa besar, Jihad, dan pemahaman yang literalistik atas nash-nash
agama.
DAFTAR PUSTAKA

Filsafat Politik antara Barat dan Islami, terj. Rosihon Anwar, (Bandung: Pustaka
Setia, 2010), 286. Ali Abdul Mu‟ti Muhammad.
Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj. Abdullah Ali dan
Mariana A., (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 49. Antony Black,
IDEOLOGI, KEYAKINAN, DOKTRIN DAN BID’AH KHAWARIJ: Kajian Teologi
Khawarij Zaman Modern. Jurnal Theologia. Vol. 27 No. 2 (Desember 2016) Hlm.
419-420. Sukring.
2019. Sejarah Kelompok Khawarij. Firyanti

sejarah dan perkembangannya oleh saleh. Jurnal Khawarij

Anda mungkin juga menyukai