Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Sejarah perkembangan jalan raya yang pada mulanya dari berupa bekas jejak berubah menjadi jalan
raya modern. Jalan dibuat karena manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat
ketempat latentang k mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan tersebut berfungsi sebgai
penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan sering berpindah-pindahnya
mereka. Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan
tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang berfungsi sebagai
jalan prasarana sosial dan ekonomi. Dari sejarah perkembangan peradaban manusia dan dari berbagai
penemuan para pakar transportasi tentang sejarah perkembangan jalan dapatlah diketahui bahwa :

1. Jalan pertama yang menggunakan 3500 SM. Penemuan ini perkerasan ditemukan didaerah
Mesopotamia dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan jalan raya.

2. Konstruksi jalan yang terdiri dari tanah asli dilapisi dengan batu kapur dan ditutup dengan batu bata
ditemukan diantara Babilonia hingga Mesir yang diperkirakan dibangun 2500-2568 SM oleh raja Cheope
yang berfungsi untuk mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid.

3. Permukan jalan yang diperkeras dari batu batuan ini ditemukan dipulau Crate (Kereta) Yunani yang
dibuat kurang lebih 1500 SM.

4. Di wilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-lapis yaitu dari lapisan tanah
dasar yang diatasnya disusun lapisan batu-batu besar, batu beronjol dicampur mortar, batu kerikil dan
kemudian ditutup dengan batu Plat. Menuju jalan modern pada masa Kekaisaran Romawi yang
mengalami kejayaan dalam membangun jalan pada tahun 753- 476 SM. Hal tersebut berdasarkan atas
berbagai penemuan antara lain :

Ø Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana dengan bahan temuan
tersebut dapat dipergunakan untuk memperkeras lapisan permukaan jalan.

Ø Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi jalan dari batu pecah pada
periode th 1718-1796.

Ø Metode perinsip desak diperkenalkan oleh orang Scotlandia yaitu pada tahun 1790 yaitu Thomas
Telford, yaitu suatu konstruksi perkerasan jalan yang dibuat menurut jembatan lengkung dari batu belah,
serta menambahkan susunan batu.

Ø Tahun 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau konstruksi
Makadam.Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1860 oleh Lemoine

Klasifikasi Jalan Raya


Klasifikasi jalan atau hirarki jalan adalah pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan, berdasarkan
administrasi pemerintahan dan berdasarkan muatan sumbu yang menyangkut dimensi dan berat
kendaraan. Penentuan klasifikasi jalan terkait dengan besarnya volume lalu lintas yang menggunakan
jalan tersebut, besarnya kapasitas jalan, keekonomian dari jalan tersebut serta pembiayaan
pembangunan dan perawatan jalan. Jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokkan ke
dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi fungsional

seperti ini diangkat dari klasifikasi di Amerika Serikat dan Canada. Di atas arteri masih ada Freeway dan
Highway. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
adalah:

Ø Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna.

Ø Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi
dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Ø Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk
mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan
pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

Ø Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

Ø Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.

Ø Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Ø Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil,
serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Ø Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.

Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu Distribusi beban muatan sumbu ke badan jalan Untuk keperluan
pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yang
didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan
keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan
sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut muatan
sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:

Ø Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di
Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancis telah mencapai
muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.

Ø Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk
angkutan peti kemas.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat kami analisa diantaranya yaitu;

1. Apa yang di maksud dari Jalan Raya?

2. Apa peranan dari Jalan Raya?

3. Apa Manfaat dan fungsi dari Jalan Raya?

1.1 Tujuan

Tujuan dari Makalah ini adalah untuk berikan pengertian serta penjelasan tentang :

v Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Jalan Raya?

v Untuk mengetahui peranan Jalan Raya?


v Untuk mengetahui sistem dan fungsi Jalan Raya?

1.2 Manfaat

· Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang konstruksi Jalan Raya di bidang Teknik
Sipil.

· Memberikan pengetahuan tentang fungsi dan sistem Jalan Raya di bidang Teknik Sipil.

BAB II

PEMBAHASAN

Pada dasarnya pembangunan Jalan Raya adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi
berbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan
terowong, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan penebasan hutan).
Berbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini. Jalan raya ialah jalur-jalur diatas
permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu
sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalulintas orang, hewan dan kendaraan.

Muka bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan. Berikutnya,
jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi
lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut
lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.

Pengaliran air merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam pembangunan jalan raya.
Air yang berkumpul di permukaan jalan raya setelah hujan tidak hanya membahayakan pengguna jalan
raya, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan raya. Karena itu permukaan jalan raya
sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai landaian yang berarah ke selokan di pinggir
jalan. Dengan demikian, air hujan akan mengalir kembali ke selokan.
Setelah itu retroflektor dipasang di tempat-tempat yang berbahaya seperti belokan yang tajam. Di
permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan "mata kucing", yakni sejenis benda bersinar seperti batu
yang "ditanamkan" di permukaan jalan raya. Fungsinya adalah untuk menandakan batas lintasan.

Jalan raya di indonesia pada umumnya menggunakan jalan aspal, bagaimanakah cara membuat jalan
aspal?. Berikut urutan kerja pembuatan jalan aspal beserta alat-alat berat dan kegunaanya.pembersihan
dan perataan lahan :

1. Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah maupun pepohonan kemudian
diratakan.

2. Pembersihan dan perataan lahan, untuk membersihkan lahan dan menggali maupun mengurug
tanah dengan alat excavator

3. Setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah dengan menggunakan alat
bulldozer, untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump truk

4. Penghamparan material pondasi bawah, penghamparan material pondasi bawah berupa batu kali
menggunakan alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan
alat tandem roller. Pekerjaan perataan dengan tandem roller di lakukan lagi pada saat penghamparan
lapis pondasi atas, dan lapir permukaan. Pada saat penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan
pengukuran elevasi urugan dengan alat teodolit dan perlengkapanya.

5. Penghamparan lapis aspal, setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya
adalah penghamparan aspal yang sebelumya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencair. Untuk
menghamparkan aspal digunakan alat asphalt finisher

6.

Asphalt finisher, setelah aspal berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur
menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan buldozer
hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan pekerjaan selanjutnya adalah finishing
pemadatan dan perataan jalan raya dengan alat peneumatic roller

7. Peneumatic roller, jalan raya sudah jadi dengan konstruksi sebagai berikut:

Macam-macam Jalan :

a. Jalan menurut jenis angkutannya

b. Lalulintas air yaitu transportasi yang dilakukan melalui air(sungai, danau dan laut) dengan
menggunakan kendaraan perahu, kapal dsb.

c. Lalulintas darat yaitu transportasi yang dilakukan melalui darat dengan menggunakan jenis
angkutan, gerobak, kendaraan bermotor dsb.
d. Lalulintas udara yaitu transportasi yang dilakukan melalui udara dengan menggunakan pesawat
dsb.

e. Macam jalan darat menurut kepentingannya:

i. Jalan ladang/jalan kuda yaitu hanya untuk lalulintas pejalan kaki dan hewan
penarik

ii. Jalan setapak/jalan kampung yaitu jalur jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut
berbobot ringan, misal gerobak dll

iii. Jalan besar/jalan raya yaitu jalur yang menghubungkan antar kota, antar daerah
dengan menggunakan alat angkutan dengan kepadatan lalulintas ringan, sedang, padat dan sangat
padat.

f. Macam jalan raya menurut konstruksinya

Jalan tanah yaitu jalur yang belum memiliki lapisan perkerasan, lapisan pondasi dan lapisan bidang
permukaan. Dalam pembuatan jalan ini di Indonesia perlu mempertimbangkan penyusutan sebagai
berikut :

Jalan kerikil/jalan batu pecah yaitu jalur jalan yang telah memiliki lapisan perkerasan, yang terdiri dari :

Jalan yang diaspal yaitu jalur jalan batu kerikil yang dilapisi aspal, penimbunan tanah ke arah lebar
diambil penyusutan yang terjadi di kanan dan di kiri masing-masing satu penimbunan ke arah yang
tinggi penyusutan yang terjadi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jalan dibuat karena manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan tersebut berfungsi sebgai penuntun arah
dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan sering berpindah-pindahnya manusia pada
waktu itu. Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan
tukar menukar barang pokok mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang berfungsi sebagai
jalan prasarana sosial dan ekonomi.Jalan merupakan sebuah sarana transportasi menuju sebuah tempat
tujuan,sehingga mempermudah dalam hal sosialisasi dan ekonomi. Dengan perkembangan penemuan-
penemuan dari para peneliti, sehingga di bangunlah jalan raya sampai sekarang, karena strukturnya
keras, kuat dan lebih halus.

3.2 Saran

Saran terhadap makalah ini adalah sekiranya dapat memberikan masukan dan kritik demi kesempurnaan
makalah ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat tentangkonstruksi Jalan Raya
terutama di bidang teknik sipil.

Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. DiEropa Utara yang
repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu dipasang
diatas ranting, lalu diatasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui rintangan
tersebut.

Di kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tidak meluncur turun. Sedangkan
masyarakat di Lembah Sungai Indus, sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan bituna
(bahan aspal) agar tetap kering. Dapat dikatakan, pemakaian bahan aspal sudah dikenal sejak milenium
ke 3 sebelum masehi dikawasan ini, terbukti diMahenjo Daro, Pakistan, terdapat penampung air
berbahan batu bata bertambalkan aspal.
Konstruksi jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa
hamparan pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul
lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu api.
Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut termasuk mutakhir sebelum
muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika
Romawi mulai runtuh.

Seorang Skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834) membuat rancangan jalan raya, di mana batu
besar pipih diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang dikenal dengan pondasi jalan Telford.
Konstruksi ini sangat kuat terutama sebagai pondasi jalan, dan sangat padat karya karena harus disusun
dengan tangan satu per satu. Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford, tetapi tidak
praktis memakan waktu.

Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang
di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat banyak jalan dengan
biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Jalan
Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per satu dan saling mengunci
sebagai satu kesatuan.

Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan aspal
namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di Champ-Elysess,
Paris, Perancis. Jalan aspal yang bersipat lebih plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap
perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih tahan air.

Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Sekarang banyak jalan tol
dengan konstruksi beton (tebal minimum 29 cm) dan tahan hingga lebih dari 50 tahun serta sangat kuat
sekali memikul beban besar.

Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de SmedtNew York. Pada tahun 1872,
ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth
Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue,Washington D.C pada tahun 1877. di Columbia
University,

Pada saat ini sedikitnya 90 % jalan utama di perkotaan selalu menggunakan bahan aspal.

"Banyak jalan menuju Roma" begitulah istilah yang umum dikenal mengenai jalan-jalan Romawi. Istilah
tersebut tidaklah keliru karena bangsa Romawi banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya ,
bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika
Utara, dari pantai Samudera Atlantik di SemenanjungIberia hingga Teluk Persia. Keberadaan jalan
tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta Peutinger.

Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani danTuscany hingga
Laut Baltik.
Di Asia timur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya yang bila
digabung mencapai 3200 km.

Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan raya
yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut berguna untuk
kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut-sebut adalah Jalan
Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini
bertahan dari tahun 3500-300 SM.

PERKERASAN LENTUR

Perkerasan lentur adalah struktur perkerasan yang sangat banyak digunakan dibandingkan dengan
struktur perkerasan kaku. Struktur perkerasan lentur dikonstruksi baik untuk konstruksi jalan, maupun
untuk konstruksi landasan pacu.

Tujuan struktur perkerasan adalah:

* agar di atas struktur perkerasan itu dapat lalui setiap saat. Oleh karena itu lapis permukaan
perkerasan harus kedap air - melindungi lapis tanah dasar sehingga kadar air lapis tanah dasar tidak
mudah berubah.

* mendistribusikan beban terpusat, sehingga tekanan yang terjadi pada lapis tanah dasar menjadi lebih
kecil. Oleh karena itu lapis struktur perkerasan harus dibuat dengan sifat modulus kekakuan (modulus
elastisitas) lapis di atas lebih besar daripada lapis di bawahnya.

* menyediaan kekesatan agar aman. Oleh karena itu permukaan perkerasan harus kasar, sehingga
mempunyai koefisien gesek yang besar antara roda dan permukaan perkerasan.

* menyediaan kerataan agar nyaman. Oleh karena itu permukaan harus rata, sehingga pengguna tidak
terguncang pada saat lewat pada perkerasan.

Semua bahan yang digunakan harus awet (tahan lama), agar struktur perkerasan ini berfungsi untuk
waktu yang lama. Lapis permukaan dari struktur perkerasan lentur ini merupakan campuran agregat
yang bergradasi rapat dan aspal, atau disebut juga campuran beraspal. Kedua bahan ini dicampur dalam
keadaan panas (sehingga dikenal dengan nama hot mix, dihamparkan serta dipadatkan dalam keadaan
panas pula. Lapis permukaan ini harus kedap air, permukaannya rata namun kasar. Lapis struktur di
bawah lapis permukaan adalah lapis pondasi, dan dibuat dari batu pecah. Lapis di bawahnya adalah lapis
pondasi bawah, dan dibuat dari pasir batu (sirtu). Lapis pondasi maupun lapis pondasi bawah ini juga
dapat dibuat dari bahan lain seperti material yang distabilitasi dengan portland semen, kapur, aspal,
maupun bahan pengikat lainnya. Semua lapis ini dikonstruksi dilapis tanah dasar, yaitu tanah yang telah
dipadatkan. Biaya konstruksi struktur perkerasan lentur ini relatif lebih murah dibandingkan dengan
struktur perkerasan kaku. Di Indonesia, lebih banyak tenaga pelaksana yang ahli dalam pembuat
konstruksi perkerasan lentur dibandingkan dengan perkerasan kaku. Agar struktur perkerasan lentur ini
berfungsi dengan baik, maka selain perkerasan harus terpelihara dengan baik, bahu jalan dan saluran
samping juga harus terpelihara.
Struktur perkerasan lentur pada saat ini dikonstruksi dengan menggunakan alat berat. Dahulu, konstruksi
jalan dibuat dengan menggunaan tenaga manusia dan alat pemadat sederhana. Struktur yang cocok
dengan keadaan pada saat itu dikenal dengan konstruksi makadam (berasal dari nama John Loudon
McAdam), maupun telford (berasal dari nama Thomas Telford.

Pada saat ini konstruksi seperti itu tidak layak lagi dibuat pada jalan penting dan mempunyai volume lalu
lintas yang tinggi dan dengan beban yang berat, seperti jalan arteri dan kolektor primer maupun
sekunder. Konstruksi Macadam dan Telford masih dapat dipertimbangkan dikonstruksi untuk jalan
dengan beban lalu lintas yang ringan, seperti jalan lokal

2.1 Sejarah Pembangunan Jalan Raya


Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan terlebih-lebih setelah
menemukan kendaraan beroda diantaranya berupa kereta yang ditarik kuda. Tidak jelas
dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir
semua peradaban tidak terlepas dari keberadaan jalan raya tersebut.

Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM. Jalan tersebut
masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan kendaraan beroda padaknya diduga
antara masa itu. Letaknya diduga antara Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.

2.2 Jalan Raya


Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat
ke tempat lain. Lintasan tersebut menyangkut jalur tanah yang diperkuat (diperkeras) dan jalur
tanah tanpa perkerasan. Sedangkan maksud lalu lintas diatas menyangkut semua benda atau
makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan bermotor, gerobak, hewan ataupun
manusia (Edy Setyawan, 2003). Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:
Digunakan untuk kendaraan bermotor
Digunakan oleh masyarakat umum
Dibiayai oleh perusahaan negara
Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkuta
Oleh karena itu dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometrisnya harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal
kepada lalu lintas dengan fungsinya. Perencanaan jalan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Perencanaan Geometrik, dibedakan berdasarkan :
Sifat gerakan
Sifat pengemudi mengendalikan gerakan kendaraan
Karakteristik Lalu Lintas
Perencanaan Konstruksi Jalan
Perencanaan Bahan
Perencanaan Tebal Perkerasan
2.3 Tujuan Utama Perencanaan Geometrik.
Tujuan Utama Perencanaan Geometrik :
Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan tersebut.
Menjamin suatu perancangan yang ekonomis
Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis medan.
2.4 Standar Perencanaan
Dalam merencanakan sebuah project tentunya ada standar perencanaan yang digunakan,
untuk standar perencanaan jalan raya di Indonesia ada beberapa standar yang digunakan
diantaranya:
Peraturan Geometrik Jalan Raya yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
Bina marga sendiri memiliki beberapa standar perencanaan geometrik jalan raya, terdiri
dari :
Peraturan perencanaan geometrik jalan raya No.13/1970
Standar perencanaan geometrik untuk jalan perkotaan, 1992
Standar geometrik jalan perkotaan, RSNI T – 4 – 2004, BSN, 2004
Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota, 1990
Tata cara perencanaan geometric jalan antar kota No.038/BM/1997, 1997
Peraturan standar geometrik jalan raya selanjutnya yang terdapat di indonesia adalah A
policy on Geometrik Design of Highways and Streets, AASHTO, 2001 dan Design
Manual for Road and Bridges Volume 6: Road Geometry, The Highways Agency,2002
Standar perencanaan jalan tol
2.5 Prosedur Umum Perencanaan Geometrik Jalan Raya
Standar ini memuat ketentuan umum dan ketentuan teknis geometri ruas jalan perkotaan
untuk berbagai klasifikasi fungsi jalan. Geometri yang dimaksud dalam standar ini meliputi
alinyemen vertikal, alinyemen horisontal serta dimensi dan bentuk melintang jalan termasuk
fasilitas jalan yang diperlukan. Standar ini tidak mengatur geometri persimpangan dan jalan
bebas hambatan.

Ketentuan – ketentuan dalam perencanaan teknik jalan yang berlaku di Indonesia harus
mengacu pada ketentuan – ketentuan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga –
Departemen Pekerjaan Umum. Kecuali hal – hal khusus yang belum ada ketentuan dari
Direktorat Jenderal Bina Marga, maka dapat dipakai AASHTO dan lainnya.

2.6 Perencanaan Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik jalan terdiri dari :
Alinyemen Horisontal, merupakan perhitungan perencanaan horizontal jalan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan bentuk tikungan.
Alinyemen Vertikal, merupakan perhitungan vertikal jalan yang digunakan untuk
menentukan jenis turunan dan panjang lintasan turunan.
Penampang melintang jalan
Galian dan timbunan

Anda mungkin juga menyukai