Chandra Lidansyah Hidayat-Fkik PDF
Chandra Lidansyah Hidayat-Fkik PDF
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Far)
NIM : 1110102000060
JAKARTA
2015M/1435H
i
SKRIPSI
NIM : 1110102000060
JAKARTA
2015M/1435H
Tanda Tangan :
Disetujui Oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
ABSTRAK
Gelatin sebagai bahan utama pembuatan kapsul lunak menjadi permasalahan dari
aspek kehalalan karena sebagian besar diperoleh dari sumber non-halal. Sumber
utama penghasil gelatin adalah kolagen dari kulit dan tulang sapi atau babi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil protein gelatin babi dan gelatin
sapi menggunakan metode SDS-PAGE (Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide
Gel Electrophoresis). Tahap awal penelitian gelatin, dilakukan hidrolisis
menggunakan enzim pepsin pada pH 4,5 dengan suhu 60°C. Gelatin hidrolisat
dielektroforesis masing-masing sebanyak 10µl kedalam tiap sumuran gel.
Kemudian dilakukan analisis profil protein gelatin babi standar, gelatin sapi
standar, simulasi cangkang kapsul lunak gelatin babi, simulasi cangkang kapsul
lunak gelatin sapi, cangkang kapsul lunak Pharmaton, cangkang kapsul lunak
Omepros, cangkang kapsul lunak Obipluz dan cangkang kapsul lunak Nature-E.
Profil protein gelatin babi menunjukkan pita spesifik pada berat molekul 27,67 kDa,
20,65 kDa dan 10,35 kDa. Sedangkan untuk sapi 45,92 kDa dan 21,78 kDa.Dengan
membandingkan profil protein sampel dan standar berdasarkan bobot molekul
kolom 6 diduga bersumber dari selain kedua gelatin pembanding, sedangkan kolom
7, 8 dan 9 adalah gelatin sapi.
Kata kunci: Gelatin Sapi, Gelatin Babi, Protein, Bobot Molekul SDS-PAGE, Pita
Spesifik, Cangkang Kapsul Lunak.
ABSTRACT
Key word: Bovine Gelatin, Pork Gelatin, Protein, Molecular Weight, SDS-PAGE,
Bond Specific, Soft Capsule Shell.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Atas segala rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Profil Protein Gelatin Babi
dan Gelatin Sapi Cangkang Kapsul Lunak Menggunakan Metode SDS-PAGE
(Sodium Dodecyl Sulphate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis)”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Secara garis besar skripsi ini berisi tentang profil protein gelatin babi,
gelatin sapi, dan gelatin sampel cangkang kapsul lunak berdasarkan bobot
molekulnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamnya kepada:
1. Bapak Umar Mansur, M.Sc.Apt. dan Ibu Zilhadia, M.Si., Apt. selaku dosen
pembimbing 1 dan 2 yang telah memberi pengarahan, nasehat serta
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua Orang tua, (Alm) Bapak Suharna dan Ibu Rochajatin yang selalu
mendoakan dan mendukung penulis.
3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M. Kes. sebagai dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yardi, Ph.D., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen-dosen program studi Farmasi dan FKIK yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada penulis.
6. Bapak Sandra Hermanto, M.Si., pihak Laboratorium Terpadu UIN Jakarta
serta laboran laboratorium pangan (kakak prita dan kakak pipit) yang telah
membantu dalam teknis penelitian.
7. Tasha Azizah Ulyanisa yang telah memberikan dukungan dan semangat
yang luar biasa besar sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini.
8. Papoy dan Ochim yang selalu menemani dan mendukung terselesainya
penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan Farmasi angkatan 2010 yang sama-sama
berjuang untuk menyelesaikan pendidikan ini.
10. Sahabat penelitian Hafit Mustollah yang bersama-sama berjuang
menyelesaikan pendidikan ini.
11. Pihak-pihak lain yang terlibat langsung maupun tidak dalam penelitian ini
yang namanya tidak dapat disebutkan.
Penulis
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah saya,
dengan judul :
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 28 Oktober 2015
Yang Menyatakan
(Chandra Lidansyah H.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
2.3 Gelatin............................................................................................... 9
2.7 Pepsin................................................................................................ 21
Lampiran 1 .................................................................................................... 51
Lampiran 2 ..................................................................................................... 52
Lampiran 3 ..................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 9. Bobot Molekul Pita Gelatin Babi, Gelatin Sapi, Simulasi Cangkang
Kapsul Gelatin Sapi, Simulasi Cangkang Kapsul Gelatin Babi
dan Sampel ......................................................................................... 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
akrilamid ........................................................................................ 27
BAB Ia
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk
sediaan padat, dimana satu macam bahan obat atau lebih dan bahan inert
lainnya dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya
dibuat dari gelatin yang sesuai (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga
dibuat dari bahan lain yang sesuai. Berdasarkan konsistensinya kapsul dapat
dibagi menjadi kapsul keras dan kapsul lunak. Kapsul gelatin keras terbuat
dari gelatin berkekuatan gel relatif tinggi dibandingkan kapsul gelatin
cangkang lunak. Berbagai jenis gelatin dapat digunakan dalam proses
pembuatan kapsul, tetapi gelatin dari campuran kulit dan tulang sering
digunakan untuk mengoptimalkan kejernihan dan kekerasan cangkang
(Departemen Kesehatan RI, 1995).
Kapsul gelatin cangkang keras yang diisi di pabrik dapat ditutup
secara sempurna dengan cara dilekatkan. Kapsul cangkang keras biasanya
diisi dengan serbuk, butiran atau granul, butiran gula inert dapat dilapisi
dengan komposisi bahan aktif dan penyalut yang dapat memberikan profil
lepas lambat (Departemen Kesehatan RI, 1995). Kebanyakan kapsul–kapsul
yang diedarkan dipasaran adalah jenis kapsul yang dapat ditelan oleh pasien
untuk keuntungan pengobatan (Ansel, 1989).
obat akan diisikan dan dimasukkan diantara kedua pita secara tepat. Ketika
itu dies membentuk kantung–kantung dari pita gelatin. Kemudian kantung–
kantung gelatin yang telah terisi, disegel dengan tekanan dan panas (Ansel,
1989).
Kapsul cangkang lunak dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk
Antara lain, bundar, lonjong, bentuk pipa, membujur, dan lain–lainnya.
Kapsul–kapsul gelatin lunak dapat digunakan untuk mengisi macam–macam
jenis bahan, bentuk cair dan kering. Jenis cairan yang dapat dimasukkan ke
dalam kapsul gelatin lunak termasuk: Cairan yang tidak tersatukkan dengan
air, cairan yang mudah menguap dan tidak menguap, contohnya minyak
nabati, hidrokarbon aromatik dan hidrokarbon alifatik, eter, ester, alkohol,
dan asam organik. Cairan yang tersatukkan dengan air, cairan yang tidak
menguap seperti polietilen glikol dan surfaktan nonionik seperti polisorban
80. Cairan yang tersatukkan dengan air dan kelompok komponen yang tidak
menguap seperti propilen gllikol dan isopropil alkohol (Ansel, 1989).
Cairan yang mudah berpindah ke cangkang kapsul tidak dapat
dimasukkan kedalam kapsul gelatin lunak. Bahan–bahan ini termasuk air
diatas 5%, senyawa organik yang larut air dengan berat molekul rendah dan
senyawa yang mudah menguap seperti alkohol keton, asam amino dan ester–
ester (Ansel, 1989).
selembar gelatin hangat yang tidak berwarna pada permukaan cetakan bagian
bawah, kemudian selembar gelatin lainnya diletakkan diatasnya kemudian
diberi tekanan. Gaya tekan ini bertindak sebagai pembuat kapsul. Pengisian
bahan obat dan pemasangan segelnya dilakukan dalam waktu yang
bersamaan dan serentak, kemudian kapsul yang sudah dicetak dipindahkan
dan dicuci dengan pelarut yang tidak mengganggu dan merusak kapsul
(Ansel, 1989).
2.3 Gelatin
Gelatin adalah produk alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial
kolagen. Kolagen mengandung 14% hydroxyprolin, 16% prolin dan 26%
glisin. Rantai kolagen terdiri dari tiga rangkaian polipeptida dengan urutan
glisin (gly), prolin (pro) dan hidroksiprolin (hyp). Tiga rantai peptida tersebut,
masing–masing mempunyai struktur heliks dan bersama–sama membentuk
tiga untaian heliks. Tiga untaian tersebut membentuk gulungan yang
berikatan dengan atom hidrogen. Satu unit kolagen disebut tropokolagen,
dengan berat molekul ± 30 kda dengan panjang kira–kira 280 nm dan
diameter 1,4–1,5 nm (Jannah, 2008).
Gelatin merupakan sistem koloidal padat (protein) dalam cairan (air)
sehingga pada suhu dan kadar air yang tinggi gelatin mempunyai kemampuan
cairan yang disebut fase sol atau hidrosol, sebaliknya pada suhu dan kadar air
yang rendah gelatin mempunyai kemampuan yang lebih kasar atau lebih
pekat strukturnya, yang disebut fase gel. Pemanasan dan penambahan air akan
mengubah gelatin menjadi fase sol, sebaliknya pendinginan dan pengurangan
air akan mengubah gelatin menjadi fase gel (Jannah, 2008).
2.4 Protein
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama
atau utama. Protein memiliki beberapa fungsi, lima diantaranya sebagai
biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol transfor bahan, struktur dan
protektif (Martoharsono, 2006). Protein adalah polimer dari asam amino yang
dihubungkan dengan asam amino. Komposisi rata–rata unsur kimia dalam
protein adalah karbon 50%, Hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%,
belerang 0-3%, dan fosfor 0-3% (Poedjiadi, 1994).
Protein memiliki berat molekul bervariasi dengan cara hidrolisis
oleh asam atau oleh enzim protein akan menghasilkan asam asam amino. Ada
20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam amino ini
terikat satu sama lain oleh ikatan peptida. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi protein adalah suhu tinggi, pH, dan pelarut organik (Poedjiadi,
1994).
dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut dengan gugus prostetik dan terdiri
atas karbohidrat, lipid, atau asam nukleat (Poedjiadi, 1994).
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk
molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber
mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan
protein globular berbentuk bulat. Protein fiber terdiri atas beberapa rantai
polipeptida yang memanjang dan dihubungkan satu dengan yang lain oleh
beberapa ikatan silang hingga berbentuk serat atau serabut yang stabil. Sifat
umum protein fiber adalah tidak larut dalam air dan sukar diuraikan oleh
enzim (Poedjiadi, 1994).
Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, bentuk fungsi
biologi atau struktur tiga dimensinya. Berdasarkan fungsi biologisnya,
protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim (dehidrogenase kinase). Protein
penyimpanan (ferritin dan myoglobin), protein pengikat–DNA, hormon
peptida, protein struktural (kolagen dan proteoglikan), protein pelindung
(faktor pembekuan darah dan imunoglobin), protein pengangkut (hemoglobin
dan lipoprotein plasma) dan protein kontraktil atau motil (aktin dan tubulin)
(Murray et al., 2006).
Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom
karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik (Poedjiadi, 1994).
Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat dan
amina terlihat pula pada titik leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina.
Kedua sifat fisika ini menunjukkan bahwa asam amino cenderung
mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas tinggi, hal ini
tampak pada sifat asam amino sebagai elektrolit (Poedjiadi, 1994).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan
melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+.
-COOH -COO- + H+
-NH2 + H+ -NH3+
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif (zwitter
ion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.
Apabila larutan asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam
amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH- yang
mampu mengikat ion – ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+ (Poedjiadi,
1994).
2.5.2 Peptida
Beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu dengan yang
lain membentuk suatu senyawa yang disebut peptida. Apabila jumlah asam
amino yang berikatan tidak lebih dari sepuluh molekul disebut oligopeptida.
Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida.
Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida adalah peptida yang terdiri atas tiga
molekul dan empat molekul asam amino. Polipeptida adalah peptida yang
molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino. Protein adalah suatu
polipetida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino (Poedjiadi, 1994).
2.6 Enzim
Enzim merupakan protein biokatalisator. Sejak tahun 1926
pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dengan cepat. Hasil
penelitian para ahli biokimia ternyata banyak enzim mempunyai gugus bukan
protein, dan termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini
(holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein.
Contohnya enzim katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga
enzim yang terdiri atas protein dan logam, misalnya askorbat oksidase adalah
protein yang mengikat tembaga (Poedjiadi, 1994).
Gugus bukan protein ini dinamakan kofaktor ada yang terikat kuat
pada protein, ada pula yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat
kuat pada bagian protein disebut gugus prostetik. Sedangkan yang tidak kuat
ikatannya, jadi yang mudah dipisahkan secara dialisis disebut koenzim. Baik
gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim yang
memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat yang akan diubah
oleh enzim (Poedjiadi, 1994).
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Kekhasan inilah merupakan ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan
katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam
reaksi (Poedjiadi, 1994).
2.7 Pepsin
Pepsin merupakan enzim golongan hidrolase. Pepsin bekerja sebagai
pemutus ikatan peptida dan disebut sebagai peptidase (Poedjiadi, 2002). Ada
dua macam peptidase, yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase
2.8.3 Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada
suhu yang lebih tinggi reaksi kimia berlangsung lebih cepat. Enzim adalah
suatu protein, kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses
denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian
konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun
akan menurun (Poedjiadi, 1994).
Kenaikan suhu, sebelum terjadinya proses denaturasi dapat
menaikkan kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu reaksi diartikan sebagai
kenaikan kecepatan reaksi sebagai akibat kenaika suhu 10ºC. Koefisien suhu
ini diberi simbol Q10. Untuk reaksi yang menggunakan enzim, Q10 ini berkisar
antara 1,1 hingga 3,0 artinya setiap kenaikan suhu 10ºC, kecepatan reaksi
mengalami kenaikan 1,1 hingga 3,0 kali. Namun kenaikan suhu pada saat
mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh
karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik
optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi satu reaksi yang menggunakan
enzim tertentu (Poedjiadi, 1994).
Tiap enzim memiliki suhu optimum tertentu. Pada umumnya enzim
yang terdapat pada hewan memiliki suhu optimum antara 40ºC-50ºC,
sedangkan pada tumbuhan antara 50ºC-60ºC. Sebagian besar enzim
terdenaturasi pada suhu diatas 60ºC (Poedjiadi, 1994).
2.8.4 Pengaruh pH
Struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat
berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion).
Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap
efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat.
Nilai pH tertentu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini
akan menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan mengakibatkan
menurunnya aktivitas enzim.
2.9 SDS-PAGE
Elektroforesis merupakan suatu cara untuk memisahkan fraksi-
fraksi campuran berdasarkan atas pergerakan partikel–partikel koloid yang
bermuatan, dibawah pengaruh medan listrik. Cara elektroforesis banyak
digunakan untuk analisa asam nukleat, virus, enzim, dan protein (Bintang,
2010).
Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga
untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik
yang digunakan. Gel poliakrilamid merupakan matriks penyanga yang
banyak dipakai untuk memisahkan protein (Fatchiyah, 2011).
Dalam larutan, protein enzim akan bermuatan yang tergantung pada
pH larutan dan titik isoelektrik (PI) enzim. Pada titik isoelektriknya, protein
tidak akan bergerak dibawah pengaruh medan listrik. Pada keadaan pH
dibawah PI, protein bergerak sebagai kation dimana kecepatannya naik
bersamaan dengan turunnya pH, kation ini akan bergerak kearah elektroda
negatif. Pada keadaan pH diatas PI, protein akan bergerak sebagai anion dan
kecepatannya akan naik bersamaan dengan meningkatnya pH, anion ini akan
bergerak ke arah elektroda positif. Elektroforesis pada umumnya digunakan
untuk menentukkan berat molekul (BM), mendeteksi kemurnian dan
kerusakan protein atau asam nukleat, menetapkan titik isoelektrik, serta
memisahkan spesies–spesies yang berbeda secara kualitatif dan kuantitatif
(Bintang, 2010).
Sodium Dodecyl Sulfate Poly Acrylamide Gel Electrophoresis
(SDS–PAGE) merupakan elektroforesis gel untuk memisahkan molekul
protein dengan metode two-dimensional gel electroforesis yaitu
menggunakan dua macam gel dengan masing-masing buffer yang berbeda.
Gel yang digunakan pada SDS-PAGE adalah running gel dan stacking gel
(Alberts et al., 2002).
2.9.2 Sampel
Larutan yang dipisahkan mempengaruhi laju migrasi termasuk
muatan, ukuran, dan bentuk molekul terlarut. Muatan total akan meningkat
apabila laju migrasi meningkat, besarnya muatan biasanya tergantung pada
pH. Ukuran molekul yang lebih besar menyebabkan migrasi menurun dan
kekuatan elektrostatika disekitar larutan meningkat, sedangkan bentuk
molekul yang berbeda dengan ukuran yang sama seperti protein globular dan
fibrous dikarakteristik menghambat migrasi, karena perbedaan bentuk
molekul dapat mempengaruhi pergerakan molekul dan kekuatan elektrostatik
(Bintang, 2010).
Protein merupakan molekul amfoter karena mempunyai gugus
amino positif dan karboksil negatif. Dengan demikian, protein dapat
mengion, baik pada pH basa maupun pada pH asam. Pada pH rendah, protein
bersifat sebagai kation (bermuatan positif) yang cenderung bergerak kearah
katoda (elektroda negatif). Pada pH tinggi, protein bersifat sebagai anion
(bermuatan negatif) yang cenderung bergerak kearah anoda (elektroda
positif). Nilai diantara kedua pH tersebut dinamakan titik isoelektrik
(isoelectric point atau pI) yaitu nilai pH dimana protein menjadi tidak
bermuatan. Pada pH tersebut, jumlah muatan negatif yang dihasilkan dari
proteolisis sebanding dengan jumlah muatan positif yang diperoleh dari
penangkapan proton. Protein yang tidak bermuatan tidak dapat bergerak pada
medan listrik (Fatchiyah, 2011).
Hampir semua protein mempunyai pH kurang dari 8,0. Oleh karena
itu, pH buffer elektroforesis yang berkisar 8–9 akan menyebabkan sebagian
besar protein bermuatan negatif yang akan bergerak ke anoda (Fatchiyah,
2011).
2.9.3 Buffer
Sistem buffer digunakan untuk mempertahankan pH didalam
reservoir dan didalam medium penyangga, disamping itu sistem buffer
berfungsi sebagai elektrolit pembawa aliran listrik. Buffer yang digunakan
harus berinteraksi dengan molekul yang dipisahkan dan pH yang digunakan
harus sesuai sehingga campuran molekul dapat dipisahkan satu sama lain
tetapi tidak mengakibatkan denaturasi. pH dipilih berdasarkan jenis campuran
yang akan dipisahkan, umumnya pemisahan maksimal dapat dicapai pada
titik isolistrik (Bintang, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.5. Elektroforesis
Elektroforesis dilakukan berdasarkan metode Laemmli. Gel
poliakrilamid dicetak diantara dua buah lempengan kaca. Kemudian
resolving gel (lampiran 3) yang telah disisapkan dimasukkan kedalam
cetakan gel dengan menggunakan mikropipet sampai tanda batas. Kemudian
ditambahkan aquadest pada permukaan gel agar gel memiliki permukaan
yang rata. Setelah rata aquadest dibuang dengan cara diserap menggunakan
tisu. Gel membeku dalam waktu 60 menit. Setelah gel membeku atau
mengeras, kemudian disiapkan larutan stacking gel (Lampiran 3). Larutan
stacking gel dimasukkan kedalam cetakan dan permukaan gel ditutup
menngunakan sisir dan dibiarkan sampai gel mengeras. Setelah gel mengeras,
cetakan gel dimasukkan kedalam wadah elektroforesis. kemudian
dimasukkan running buffer ke tengah ruang antara 2 plat gel sampai penuh
dari sisi luar (sampai merendam bagian bawah gel). Pada saat penambahan
running buffer dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terbentuknya
gelembung udara. Larutan sampel disiapkan untuk di elektroforesis.
Larutan sampel dan simulasi cangkang kapsul lunak yang telah
dihidrolisis masing-masing dipipet menggunakan mikropipet sebanyak 10µl
dan dimasukkan kedalam tabung effendorf. Kedalam masing-masing tabung
ditambahkan buffer sample sebanyak 10µl, tabung kemudian dipanaskan
dalam waterbath pada suhu 60°C selama 5 menit, kemudian dipipet
menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl dan dimasukkan kedalam sumuran
gel elektroforesis. (Hames, 1998).
Peralatan elektroforesis disambungkan pada power pack. Anoda
(kutub positif) dihubungkan dengan reservoir atas dan katoda (kutub negatif)
dihubungkan dengan reservoir bawah, elektroforesis pada 150 volt dengan
arus 40 mA, Running dilakukan sampai batas gel, 1 cm dari batas bawah
resolving gel. Proses elektroforesis berlangsung selama 60 menit.
Setelah proses elektroforesis selesai, gel dilepaskan dari cetakan,
kemudian dilakukan visualisasi gel menggunakan comassie blue. Gel
diwarnai dengan 0,05% (w/v) comassie blue R-250 dalam methanol 15%
(v/v) dan asam asetat 5% (v/v) pewarnaan dilakukan diatas shaker selama
semalaman, gel kemudian gel kemudian dicuci menggunakan larutan
destaining diatas shaker selama 15 menit (Hames, 1998). Setelah pita terlihat
gel dicuci menggunakan aquadest.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
pita-pita protein untuk ditentukan nilai faktor retensi (Rf) dan berat
molekulnya (BM). Penentuan nilai Rf dari pita marker protein dihitung
dengan cara membagi jarak pita (jarak dari sumuran sampai ke pita) dengan
batas akhir garis elektroforesis. Terbentuk 9 pita marker protein dengan berat
molekul 200 KDa, 116 KDa, 97,4 KDa, 66 KDa, 45 KDa, 31 KDa, 21.5 KDa
dan 14.5 KDa. Berat molekul marker protein yang telah diketahui kemudian
dihitung nilai BM-nya. Perhitungan logaritma BM dan nilai Rf dapat dilihat
pada tabel 7.
Hasil elektroforesis marker protein dan protein sampel dapat dilihat pada
gambar 8.
KDa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
200
116
97.4
66
45
31
21.5
14.5
6.5
1,5 1,16
0,82
1
0,5
0
0,08 0,2 0,29 0,32 0,45 0,54 0,74 0,94 0,98
rf
Tabel 9. Bobot Molekul Pita Gelatin Babi, Gelatin Sapi, Simulasi Cangkang Kapsul Gelatin
Sapi, Simulasi Cangkang Kapsul Gelatin Babi, dan Sampel.
SGS SGB SCKS SCKB P OM OB NE SGSTE BM
NO
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (kDa)
1 20,5 20,5 20,5 20,5 20,5 20,5 20,5 20,5 - 61,52
2 26 - 26 - - - 26 26 45,92
3 31 31 31 31 31 31 31 31 - 35,16
4 - 35,5 - 35,5 - - - - - 27,67
5 40 - 40 - - 40 40 40 - 21,78
4 - 41 - 41 - - - - - 20,65
5 - 54 - 54 - - - - - 10,35
Keterangan : SGS=Standar Gelatin Sapi, SGB=Standar Gelatin Babi, SKCS=Simulasi
Cangkang Kapsul Sapi, SCKB=Simulasi Cangkang Kapsul Babi, P=Pharmaton,
OM=Omepros, OB=Obipluz, NE=Nature E, SGSTE=Simulasi Gelatin Sapi Tanpa Enzim.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil protein gelatin babi
dan gelatin sapi pada sampel yang diuji gelatin babi (technical) dan gelatin
(technical) yang didapatkan dari PT. EMS Indonesia, sampel kapsul lunak
Obipluz, Omeproz dan Nature E yang didapat dari apotek kimia farma, jalan
Ir. H. Juanda No. 111 Situgintung-ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Pemisahan protein SDS-PAGE menunjukkan pola pemisahan yang
baik setelah dilakukan hidrolisis menggunakan enzim pepsin dengan waktu
inkubasi 1 jam pada suhu 60°C. Pemilihan waktu inkubasi hidrolisis enzim
pepsin selama 1 jam pada suhu 60°C berdasarkan penelitian Hermanto et al
(2013) dimana pemisahan sudah dapat diidentifikasi dengan baik setelah
hidrolisis menggunakan enzim pepsin selama 1 jam pada suhu 60°C. Seperti
pada gambar 7.
Pada gambar 7 dapat dilihat pada kolom 10 protein yang tidak
terhidrolisis memiliki bobot molekul yang besar dan bertumpuk diatas 200
kDa. Namun setelah dilakukan hidrolisis selama satu jam menunjukkan
adanya fragmen polipeptida yang berada pada kisaran berat molekul 61,52
kDa dan 10,3 kDa. Hal ini menunjukkan aktivitas enzim pepsin dalam
Pro Ser Gly Asp Lys Gly Asp Thr Gly Gly Pro Pro Gly Pro Gln Gly Leu
Gln Gly Leu Pro Gly Thr Ser Gly Pro Pro Gly Glu Asn Gly Lys Pro Gly
Glu Pro Gly Pro Lys Gly Glu Ala Gly Ala Pro Gly Ile Pro Gly Gly Lys Asp
Ser Gly Ala Pro Gly Glu Arg Pro Pro Gly Ala Gly Gly Pro Pro Gly Pro Arg
Gly Gly Ala Gly Pro Pro Gly Pro Glu Gly Gly Lys Gly Ala Ala Gly Pro
Pro Gly Ser Ala Gly Thr Pro Gly Leu Gln Gli Met Pro Gly Glu Arg Gly
Gly Pro Gly Gly
A . Susunan asam amino kolagen babi
Gly Pro pro Gly Pro Gln Gly Leu Gln Gly Leu Pro Gly Thr Lys Gly Glu
Ala Gly Ala Pro Gly Ile Pro Gly Gly Lys Gly Gly Pro Pro Gly Pro Arg Gly
Ala Gly Ala Gly Pro Pro Gly Pro Ala Gly Thr Pro Gly Leu Gly Gly Met
Pro Gly Glu Arg Gly
B. Susunan asam amino kolagen sapi
Gambar 10. Pemotongan pepsin. Keteranga (A) susunan asam amino rantai alfa 1 kolagen
babi, (B) susunan asam amino rantai alfa 1 kolagen babi (Bell et al, 2004).
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
45,92 45,92
27,67 27,67
21,78 21,78
20,65 20,65
10,35 10,35
Gambar 11. Pita spesifik standar gelatin sapi dan babi. Keterangan gambar: 1 = Marker, 2 =
Standar Gelatin Sapi, 3 = Standar Gelatin Babi, 4 = Simulasi Cangkang Kapsul Gelatin Sapi, 5
Penentuan pita spesifik dari gelatin babi dan gelatin sapi penting
dilakukan karena hal ini menjadi pembanding sumber gelatin sampel. Pita
spesifik ditentukan dengan melihat perbedaan pola pemisahan dari kedua
gelatin. Kemudian dilihat pita yang muncul di salah satu gelatin tetapi tidak
muncul pada pemisahan gelatin lainnya. Pita-pita yang muncul pada kedua
jenis gelatin bukan pita spesifik. Pada penelitian ini diperoleh pita yang hanya
muncul pada gelatin babi pada bobot molekul 27,67 kDa, 20,65 kDa dan
10,35 kDa (gambar 9 kolom 2) dan pita yang timbul pada gelatin sapi pada
bobot molekul 45,92 kDa dan 21,78 kDa. Sedangkan pita yang muncul pada
kedua jenis gelatin 61,5 kDa dan 35,16 kDa.
Analisis terhadap pita pemisahan sampel gelatin cangkang kapsul
lunak dilakukan dengan membandingkan keberadaan pita-pita spesifik pada
masing-masing standar gelatin. Dari hasil perbandingan diperoleh pemisahan
protein gelatin sampel kolom 6 tidak terdapat pita spesifik gelatin babi dan
gelatin sapi. Kolom 7 menunjukkan pita spesifik sapi pada berat molekul
21,78 kDa. Sedangkan kolom 8 dan kolom 9 menunjukkan 2 pita spesifik
gelatin sapi yaitu pada bobot molekul 45,92 kDa dan 21,78 kDa. Dengan hasil
tersebut kolom 7,8 dan 9 memiliki pita spesifik gelatin sapi sehingga dapat
disimpulkan kapsul yang dibuat berasal dari gelatin sapi. Sedangkan kolom 6
tidak memiliki pita spesifik standar gelatin sapi dan gelatin babi.
Kemungkinan menggunakan sumber gelatin dari bahan lain seperti ikan.
Selain itu pada berat molekul 35,5 kDa muncul pita. Hal ini
menunjukkan adanya fragmen dari pepsin dimana pepsin memiliki berat
molekul 34,5 kDa. Perbedaan berat molekul ini dapat terjadi akibat dari tidak
stabilnya voltase arus listrik saat running gel atau konsentrasi gel yang
dipakai.
Dari hasil penelitian ini dapat SDS-PAGE dapat digunakan sebagai
metode untuk membedakan gelatin sapi dan gelatin babi. SDS-PAGE juga
dapat membedakan gelatin yang telah menjadi produk olahan seperti
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. SDS-PAGE dapat membedakan profil protein gelatin sapi dan babi setelah
dihidrolisis menggunakan enzim pepsin.
2. Enzim pepsin memberikan perbedaan karakteristik bobot molekul fragmen
kedua sumber gelatin.
3. Profil protein gelatin babi menunjukkan pita spesifik pada berat molekul
27,67 kDa, 20,65 kDa dan 10,35 kDa. Sedangkan untuk sapi 45,92 kDa dan
21,78 kDa.
4. Dengan membandingkan profil protein sampel dan standar berdasarkan
bobot molekul kolom 6 diduga bersumber dari selain kedua gelatin
pembanding, sedangkan kolom 7, 8 dan 9 adalah gelatin sapi.
5. Hasil ini bukanlah satu-satunya penentu sumber gelatin sampel yang diteliti.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan dan menguatkan
informasi sumber gelatin yang digunakan. Berat molekul yang terbentuk
dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk penelitian produk
gelatin olahan khususnya cangkang kapsul gelatin lunak.
5.2 Saran
Perlu dilakukan analisis lebih lanjut pada pita-pita hasil pemisahan
SDS-PAGE dengan menggunakan LCMS sehingga dapat diketahui urutan
asam amino pada masing-masing pita tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, B., Johnson, J., Lewis, M., Raff, K., Roberts, & Walier P. 2002. Molecular
Biology of The Cell. Gardland science. New York: xxxiv + 1463 hlm.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta: Ditjen POM 404.
Al-Janabi, J., J. A. Hartsuck, et al. 1972. ‘Kinetics and mechanism of pepsinogen
activation.’ J Biol Chem 247:4628-32.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed 4th. UI PRESS:
Jakarta.
Azira, T., Amin. I., and Che Man, Y. B., 2012. Differentiation of bovine and porcine
gelatins in processed products via Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide
Gel Electrophoresis (SDS-PAGE) and principal component analysis (PCA)
techniques. International Food Research Journal 19 (3): 1175-1180 (2012).
Bell et al., 2004. Porchine Collagens and Gelatins. Uniter States Patent
Applicatioon Publication. Pub. No.: US 2004/005663 A1.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga
Bhatt, Bhawna, dan Agrawal, S.S. 2007. Pharmaceutical Technology Capsules.
Delhi Institute of Pharmaceutical Science and Research.
Burden, David W & Whitney, Donald W. 1958. Biotechnology: Protein to PCR: A
Course in Strategies and Lab Techniques. Boston: Birkhauser.
Carr, J. M., K. Sufferling, & J. Poppe. 1995. Hydrocolloids and their use in the
confectionery industry. Journal of Food Techniques. Boston: Birkhauser.
Cole, C. B. 2002. The Occurence of Dark Coloured Gelatin, In Occurence,
Measurement and Origins of Gelatine Colour as Determined by Fluoresence
and Electhrophoresis. South Africa: Thesis University of Petroria.
Departemen Agama RI. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya. Cahaya Qur’an: Depok.
Doi, H., Watanabe, E., Shibata, H., Tanabe, S. A reliable enzyme linked
immunosorbent assay for the determination of bovine and porcine gelatin in
processed foods. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 2009. 57:
1721-6.
Fatchiyah, Laras, Esti Arumningtyas, Widyarti, Sri dan Rahayu, Sri. 2011. Biologi
Molekular Prinsip Dasar Analisis. Erlangga, Jakarta.
FAO. 2009. FAOSTAT statistic database. Rome (available at faosfat.fao.org)
Gadri , A. dan Ega Priani, S. 2012. Stabilitas Kadar dan Laju Disolusi Ketoprofen
Dalam Sediaan Kapsul Gelatin dan HPMC-Karagenan. Prosiding SnaPP
2012, Sains, Teknologo dan Kesehatan.
GMIA, 2012. Gelatin Handbook, USA: Gelatin Manufacturers Institute of
America.
Gorgieva, S., Kokol, V. 2011. Collagen- vs Gelatine-Based Biomaterials and their
Biocompatibility. Review and Perspectives, Biomaterials-Applications forr
Nanomedicine, Prof. Rosario Pignatello (Ed.), ISBN: 978-953-307-661-4.
Grobben A.H., Steele P.J., Somerville R.A., Taylor D.M. 2004. Inactivation of the
ovine-spongiform-encephalopathy (BSE) agent by the acid and alkali
processes used the manufacture of bone gelatin. Biotechnology and Applied
Biochemistry 39:329-338.
Hammes, B.D. 1998. Electhrophoresis of Protein. Oxford University Press. New
York.
Hana, Abu. 2009. Gelatin Halal dan Gelatin Haram. http//republika.co.id/infohalal.
(6 Mei 2014 pukul 01.55).
Hardi, Y. R. 2010. Struktur Molekul Protein. http://sciencebiotech.net/struktur-
molekul-protein/ (6 Mei 2014, pukul 01.51 WIB).
Hashim, D. M., Che Man, Y. B., Norakasha, R., Shuhaimi, M., Salmah, Y. and
Syahariza, Z. A. 2010. Potential use of Fourier transform infrared
spectroscopy for differentiation of bovine and porcine gelatins. Food
Chemistry 118: 856 - 860.
Hardi, Yepi, R. 2010. Struktur Molekul Protein. http://sciencebiotech.net/struktur-
molekul-protein/ (06 Mei 2014, Pukul 04.00 WIB)
Hermanto, S. dan Ode L. S. 2013. Differentiation of Bovine and Prochine Gelatin
Based on Spectroscopic and Electrophoretic Analysis. Journal of Food and
Pharmaceutical Science 1 (2013) 68-73.
Hermanto, S. Dhien, C. K. Mentia. 2009. Perbedaan Profil Protein Produk Olahan
(Sosis) Daging Babi dan Sapi Hasil Analisa SDS-PAGE. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hidaka, S. dan S. Y. Liu. 2003. Effect of Gelatins on Calcium Phosphate
Precipitation: A Possible Application for distinguishing Bovine Bone Gelain,
J. Food Compos. Anal., 16, 477-483.
Jamaludin, M.A., Zaki, N.N.M. Ramli, M.A., Hasim, D.M. dan Ab. Rahman, S.
2011. Istihalah: Analysis on The Utilization of Gelatie in Food Products 2011
2nd International Conference on Humanities, Historical and Social Science
IPEDR vol. 17. Singapore: IACSIT Press.
Jannah, Akhyunul. 2008. Tinjauan Kehalalan dan Alternatif Produksi. UIN Malang
Press, Malang.
Zhang, G., Liu, T., Wang Q., Chen, L., Lei, J., Luo, J., Ma, G., & Su, Z. 2008. Food
Hydrocolloids. Journal homepage: www.elsevier.com/locate/foodhyd (6 Mei
2014 pukul 02.00 WIB).
LAMPIRAN
ALUR PENELITIAN
Lampiran 1
Ekstraksi Gelatin
Lampiran 2
Ekstraksi sampel
Penimbangan cangkang kapsul kosong
Pembuatan gel
Pemanasan sampel sebelum
dieketroforesis
Lampiran 3
Preparasi Reagent SDS-PAGE