Tugas Sejarah
Tugas Sejarah
Dalam hal ini, untuk membahas dan menjelaskan kondisi perekonomian masa
pemerintahan Demokrasi Terpimpin saya membagi menjadi dua bagian. Bagian pertama saya
mengenai ekonomi pada masa itu. Karena dari pemikiran-pemikiran Soekarno inilah yang
nantinya akan sangat mempengaruhi hal-hal yang akan dibahas pada bagian kedua seperti
perekonomian masa Demokrasi Terpimpin. Selanjutnya, pada bagian kedua saya akan
1. Pemikiran-pemikiran Soekarno
melihat pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang pada masa itu. Ini dikarenakan
pemikiran ekonomi para tokoh secara otomatis akan sangat mempengaruhi konsep serta
implementasi kebijakan ekonomi yang nantinya di diambil dan dijalankan pada masa
tersebut. Dalam kesempatan kali ini kami akan mengkaji kondisi ekonomi pada masa
demokrasi terpimpin, menurut pemikiran yang berkembang dari tokoh terkait yaitu Presiden
menjadi tokoh yang paling berpengaruh pada masa pemerintahan Demokrasi Terpimpin.
Pemikiran-pemikiran Soekarno mengenai ekonomi pada masa itu, tertuang dalam teks pidato-
pidatonya yang kami rangkum dan akan kami uraikan sebagai berikut :
Soekarno menyatakan bahwa tujuan jangka pendek yang ingin ditempuh pada masa
Demokrasi Terpimpin ialah: program Kabinet Kerja yang dinilai amat sederhana, meliputi
sedang berjalan dalam pergolakan dunia menuju kepada satu kekuatan baru.
Dan tujuan jangka panjang, ialah: menciptakan masyarakat yang adil dan makmur,
yang kekal dan abadi. Maka untuk menanggulangi segala masalah-masalah berhubungan
dengan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang tersebut, Soekarno menyatakan kita
tidak dapat mempergunakan sistem yang sudah-sudah dan alat-alat (tools) yang sudah-sudah.
Sistem liberalisme harus dibuang jauh-jauh, demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin
harus ditempatkan sebagai gantinya. Susunan peralatan yang dulu ternyata tak efisien, harus
dibongkar, dan diganti dengan susunan peralatan yang baru. Ordening baru dan herordening
baru harus diadakan, agar demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin dapat berjalan.
Menurut pemikiran Soekarno, inilah yang disebut retooling for the future. Dalam hal
retooling di bidang ekonomi, perlu diadakan retooling alat-alat produksi dan alat-alat
distribusi.
Alat-alat produksi dan alat-alat distribusi semuanya harus di-retool dan semuanya
badan yang diserahi oleh negara untuk mengurus dan mengembangkan beberapa bidang
produksi dan distribusi, tetapi bukan produksi dan distribusi itu menjadi teratur-beres dan
kan isi kantungnya sendiri, orang-orang yang menjadi kaya-raya, orang yang menjadi
milyuner!
Daar moet een eind aan komen! Soekarno berpendapat keadaan yang demikian itu
harus diubah! Dan bukan saja badan-badan itu harus di-retool, tetapi juga semua alat-alat
vital dalam produksi dan semua alat-alat vital dalam distribusi harus dikuasai atau sedikitnya
diawasi oleh pemerintah. Tidak boleh lagi terjadi, alat-alat vital tidak dikuasai atau tidak
diawasi Pemerintah, yang menyebabkan beberapa gelintir spekulan atau beberapa gelintir
kebutuhan Rakyat.
dengan semangat perjuangan revolusi yang anti imperialisme dan disertai retooling alat
produksi dan alat distribusi agar pemerintah leluasa untuk menguasai dan mengawasi seluruh
Dalam pidato yang berjudul “Bangsa yang Dihormati dan Dikagumi” (1962).
Soekarno menyatakan, dengan selesainya soal keamanan, dan dengan selesainya soal
Irian Barat, maka modal pemerintah untuk memecahkan ekonomi akan sangat bertambah.
Dulu pernah Soekarno mengatakan, bahwa untuk menyelesaikan tugas keamanan saja, 50
persen dari seluruh kegiatan nasional dicurahkan kepada itu, dan kemudian, ditambah dengan
tugas TRIKORA, jumlah ini menjadi lebih besar lagi! Hampir-hampir tiga peremat dari
Trikora itu. Jelasnya lebih dari 70 persen dari Kegiatan Nasional negara, ditumplekkan ke
arah itu! Lebih dari 70 persen!. Soekarno mencoba meyakinkan, bahwa inilah salah satu
penyebab terbesar yang membawa kesulitan dalam kehidupan ekonomi. Dalam hal ini
Soekarno memberi penjelasan sekaligus meminta pengertian dari para hadirin pada saat itu,
menyebabkan program “Sandang-Pangan” belum sama sekali terlaksana dengan cara yang
memuaskan.
Menurut Soekarno, duduk perkaranya, keamanan dan Irian Barat tidak bisa tunggu
satu hari lebih lama lagi, sedangkan soal Sandang Pangan bisa kita pecahkan sambil berjalan,
dan kedepannya akan lebih mudah, karena modal yang tadinya kita pergunakan untuk
memulihkan keamanan dan mengembalikan Irian Barat itu, dapat dipergunakan untuk
toh masih boleh dikatakan lumayan, mengingat bahwa kita melemparkan hampir tiga
perempat dari Kegiatan Nasional ke arah Keamanan dan Irian Barat itu?, mengingat bahwa
pembangunan vital yang menelan ongkos milyar-milyar berjalan terus?, mengingat bahwa
kita tahun yang lalu dihamuk oleh kemarau yang maha hebat, ditambah dengan hama baru
yang bernama ganjur? Adakah orang Indonesia yang mati kelaparan? Adakah orang
Menurut kami, disini secara tersirat Soekarno berpandangan untuk lebih memilih
Dengan semangat yang menggelora Soekarno berbicara dihadapan hadirin yang ada.
hendaknya diamati: untuk kesejahteraan umum, ya atau tidak? Pro bono publico, inilah
semboyan kita, artinya pro bono publico, untuk kesejahteraan umum! Sekalipun ada yang
secara pribadi dirugikan, sekalipun ada yang laba perusahaannya berkurang, tapi asal pro
bono publico, maka ia harus diterima. Sebaliknya, walaupun ada yang ditambah mobil,
tambah bungalow, tambah koelkast, tambah air conditioner, walaupun ada yang
menyekolahkan anaknya ke Eropa atau ke jabalkat sekalipun, tapi tidak pro bono publico,
maka ia harus ditolak. Kecuali – kecuali, kataku – jika orang sudah menjadi orang asing di
tanah air sendiri, atau sudah menjadi orang pribumi di negeri asing! Ya, kecuali jika orang
Selanjutnya, Soekarno berargumen kita perlu melihat kepada kaum buruh dan kaum
tani, karena mereka dapat dianggap sebagai sokoguru-sokoguru revolusi kita. Mereka
memang pantas, pantas, tepat disebut sokoguru revolusi. Mereka bekerja, mereka
menghasilkan, mereka berproduksi, tanpa mengeluh dan tanpa banyak cincong. Mereka
biasanya masuk akal. Kalau kaum buruh ingin supaya upahnya bisa naik sedikit untuk
pembeli buku sekolah untuk anaknya, apakah itu tidak masuk akal? Kalau kaum tani
menghasratkan tanah, tanah “senyari bumi”, apakah itu tidak masuk akal? Soekarno teringat
kepada seniman-seniman ludruk Marhaen yang mengatakan “Ia kalau punya pacul tapi ndak
punya tanah, ke mana pacul itu mesti dipaculkan!” Tetapi ada di antara kita yang ndoro-
ndoroan, yang main tuan besar, yang mengira dirinya eigenaar revolusi, mengira dirinya
“presdir” republik, lalu maunya bukan dia berkurban buat republik, tapi republik berkurban
profitor macam ini ada baiknya kita promovir menjadi penghuni bui Nusakambangan.
perjuangan nasional. Dan Soekarno merasa gembira bahwa jeritannya itu dipahami oleh
sebagian besar rakyat. Di sisi lain, Soekarno juga memperingatkan, kalau koruptor-koruptor
antirepublik dan antirakyat itu, maka jangan kaget jika pada satu waktu perjuangan
antargolongan berkobar dan membakari kemewahan hidup kaum koruptor dan pencoleng itu.
Sekadar tambahan :
Menurut Herbert Feith dan Lance Castles dalam buku Pemikiran politik Indonesia
membebaskan Irian Barat pada bulan Agustus 1962, maka timbulah tekanan dari berbagai
kelompok, di luar maupun di dalam negeri, agar pemerintah memusatkan perhatiannya pada
masalah ekonomi yang sudah menjadi demikian peliknya. Akan tetapi kebijakan ekonomi
yang mana yang akan dipilih? Pemilihan kebijakan inilah yang membawa pemerintah pada
semacam persimpangan jalan. Pada bulan Mei 1963 Menteri Pertama, Djuanda,
pemerintah. Ini perlu dilihat dalam konteks terjadinya perundingan International Monetary
Fund (IMF) dan beberapa negara Barat yang menjanjikan memberikan pinjaman pada
ekonomi yang berhaluan kanan dan pro-Barat mendapat angin. Namun tantangan terhadap
peraturan Mei itu pun sangat gencar, dan Presiden Sukarno sendiri tidak pernah merestuinya
secara penuh.
Dalam waktu empat bulan sesudahnya, konflik kanan-kiri menjadi panas sekali.
Pertentangan mengenai peraturan Mei ini jalin menjalin dengan perbedaan sikap mengenai
Presiden Sukarno pernah menyatakan sikap konfrontasi terhadap proyek yang diprakarsai
Inggris ini, yang bertujuan mempersatukan Malaya, Singapura, Serawak, Sabah dan Brunei.
Namun demikian tampaknya ia tertarik oleh sebuah gagasan Filipina yang didukung pulah
oleh Amerika Serikat, yakni MA-PHIL-INDO, suatu aliansi tiga Negara Malaysia, Filipina
dan Indonesia, di mana Indonesia akan menerima keberadaan negara baru Malayasia.
Seandainya gagas itu diterima, maka hal itu akan merupakan kemenangan kekuatan kanan di
Indonesia, dan kekuatan itu mungkin sekali akan memperoleh jalan pula bagi
Namun sekali lagi, seperti halnya pada tanggal 17 Oktober 1952, Presiden Sukarno
September pemerintah memutuskan bahwa ia akan “menahan diri” dalam hal pengakuan
terhadap Malaysia apabila kelahirannnya diumumkan pada esok hari. Pada tanggal 18
September kedutaan Inggris di Jakarta dibakar oleh sekolompok pemuda, dan banyak rumah-
rumah orang Inggris di Jakarta dirampok dan dibakar. Pada tanggal 21 September pemerintah
mengambil keputusan untuk memutuskan semua hubungan dengan Malaya dan Singapura.
Beberapa hari kemudian IMF menegaskan bahwa paket pinjaman yang direncanakan, tidak
akan diberikan kepada Indonesia.
Pada akhir September 1963 transisi dari Demokrasi Terpimpin Awal ke Demokrasi
Terpimpin Akhir telah selesai. Selama dua tahun berikutnya proses kemerosotan ekonomi
semakin lama semakin cepat. Agitasi anti-imperialis semakin lama semakin tinggi nadanya.
Yang terpokok, masyarakat Indonesia semakin lama semakin dikuasai polarisasi kanan-kiri
Sampai saat ditetapkannya Dekrit Presiden, dapat dikatakan bahwa keadaan ekonomi
Indonesia pada saat itu sangat suram, hal tersebut disebabkan oleh kekacauan politik pada
masa demokrasi liberal sehingga masalah ekonomi tidak ditangani secara serius, ditambah
lagi tindakan ekonomi salah urus terhadap perusahaan-perusahaan asing, sehingga menambah
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-
galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada
kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik, dan ekonomi (Mazhab
Sosialisme). Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat. Langkah yang ditempuh
1) Devaluasi.
penuruan nilai uang (devaluasi), yaitu pendevaluasian mata uang Rp 1.000,00 dan Rp
500,00 menjadi Rp 100,00 dan Rp 50,00. Mata uang pecahan Rp 100,00 ke bawah tidak
didevaluasi. Tujuan dilakukan Devaluasi yaitu guna membendung inflasi yang tetap tinggi,
dan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, serta agar dapat
melebihi jumlah Rp 25.000,00. Namun, tindakan itu tidak dapat mengatasi kemunduran
ekonomi, sehingga pada tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno menyampaikan “Deklarasi
Ekonomi” yang ternyata tidak berhasil juga. Pembentukan Deklarasi Ekonomi
(Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
Devaluasi juga dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000
menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama,
tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan
pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front
Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan
cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk
dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Tugas front nasional adalah sebagai berikut :
Barat.
Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet Kerja. Sebagai wakil presiden
diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet Kerja mengalami tiga kali perombakan
(reshuffle). Program kabinet ini adalah sebagai berikut, mencukupi kebutuhan sandang
dibentuklah Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada tanggal 15 Agustus 1959 dipimpin
oleh Moh. Yamin dengan anggota berjumlah 50 orang. Tugas Depernas : Mempersiapkan
rancangan Undang-undang Pembangunan Nasional yang berencana dan Menilai
Penyelenggaraan Pembangunan. Hasil yang dicapai, dalam waktu 1 tahun Depernas berhasil
proyek besar dalam bidang industri dan prasarana tidak dapat berjalan dengan lancar sesuai
harapan. 1963 Dewan Perancang Nasional (Depernas) diganti dengan nama Badan Perancang
Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Sukarno. Tugas Bappenas
adalah menyusun rencana jangka panjang dan rencana tahunan, baik nasional maupun daerah,
mengawasi dan menilai pelaksanaan pembangunan, menyiapkan serta menilai hasil kerja
misalnya Sistem Bukti Ekspor (SBE). Sulitnya memperoleh bantuan modal dan tenaga dari
luar negeri sehingga pembangunan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup rakyat
tidak dapat terlaksana dengan baik. Sehingga pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan
landasan baru guna perbaikan ekonomi secara menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi
Dekon dinyatakan sebagai strategi dasar ekonomi Terpimpin Indonesia yang menjadi
bagian dari strategi umum revolusi Indonesia. Strategi Dekon adalah mensukseskan
Pembangunan Sementara Berencana 8 tahun yang polanya telah diserahkan oleh Bappenas
Indonesia adalah Berdikari yaitu berdiri diatas kaki sendiri. Tujuan utama dibentuk Dekon
adalah untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-
sisa imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
ekonomi dan masalah inflasi, Dekon mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia,
barang mencapai 400 % pada tahun 1961-1962, mengakibatkan beban hidup rakyat semakin
berat.
Kegagalan Peraturan Pemerintah disebabkan karena tidak terwujudnya pinjaman dari
International Monetary Fund (IMF) sebesar US$ 400 juta, adanya masalah ekonomi yang
muncul karena pemutusan hubungan dengan Singapura dan Malaysia dalam rangka Dwikora,
politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara barat semakin memperparah kemerosotan
ekonomi Indonesia.
Latar Belakang meningkatnya laju inflasi yaitu penghasilan negara berupa devisa dan
kemerosotan, anggaran belanja mengalami defisit yang semakin besar, pinjaman luar negeri
tidak mampu mengatasi masalah yang ada, upaya likuidasi semua sektor pemerintah maupun
swasta guna penghematan dan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran belanja tidak
kemauan politik untuk menahan diri dalam melakukan pengeluaran, diperparah dengan
(Games of the New Emerging Forces ) dan CONEFO (Conference of the New Emerging
Forces) yang memaksa pemerintah untuk memperbesar pengeluarannya pada setiap tahunnya.
semakin bertambah tinggi, kehidupan masyarakat semakin terjepit, Indonesia pada tahun
1961 secara terus menerus harus membiayai kekurangan neraca pembayaran dari cadangan
emas dan devisa, ekspor semakin buruk dan pembatasan Impor karena lemahnya devisa, pada
tahun 1965 cadangan emas dan devisa telah habis bahkan menunjukkan saldo negatif sebesar
US$ 3 juta sebagai dampak politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat.
Kebijakan pemerintah dalam keadaan defisit negara yang semakin meningkat ini
diakhiri pemerintah dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan matang. Sehingga
menambah berat angka inflasi. Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut, uang rupiah
baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan tetapi di masyarakat
uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi dari uang rupiah baru, dan
Pemerintah membangkitkan ekonomi agraris atau pertanian, sebab kurang lebih 80%
penduduk Indonesia hidup dari bidang pertanian. Hasil pertanian tersebut diekspor untuk
memperoleh devisa yang selanjutnya digunakan untuk mengimpor berbagai bahan baku/
Jika Indonesia tidak mampu memperoleh keuntungan maka akan mencari bantuan
berupa kredit luar negeri guna memenuhi biaya import dan memenuhi kebutuhan masyarakat
di dalam negeri. Sehingga Indonesia mampu memeprbesar komoditi ekspor, dari eksport
tersebut maka akan digunakan untuk membayar utang luar negeri dan untuk kepentingan
dalam negeri. Dengan bantuan kredit tersebut membuka jalan bagi perdagangan dari negara
(KESOP)
Operasi Ekonomi (KOTOE) dan Kesatuan Operasi (KESOP) dalam usaha perdagangan.
semua bank negara ke dalam satu bank sentral sehingga didirikan Bank Tunggal Milik
Negara berdasarkan Penpres No. 7 tahun 1965. Tugas bank tersebut adalah sebagai bank
sirkulasi, bank sentral, dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka dilakukan
peleburan bank-bank negara seperti Bank Koperasi dan Nelayan (BKTN), Bank Umum
Negara, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam Bank Indonesia.
Dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan tugas dan
kegiatan ekonomi terpusat sehingga kegitan ekonomi mengalami penurunan yang disertai
dengan infasi, masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi
yang lainnya. Tidak ada ukuran yang objektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu
usaha. Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus. Kebangkrutan tidak dapat
yang meningkat.
sebagai berikut :
A) Tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB, diumumkan pembatalan
melarang terbitan-terbitan dan film berbahasa Belanda, dan melarang penerbangan kapal-