Anda di halaman 1dari 11

Analisis Kebijakan Pengembangan Pasar Uang Syariah

di Indonesia
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter
Dosen Pembimbing : Dra. Ec. Nunuk Pudjiastuti, MM

Disusun Oleh :
1. Risna Mega (1612211008)
2. Gesty Aprilia Fariza (1512211035)

Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bhayangkara Surabaya
2017/2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.2.1 Apa Pemahaman Pasar Uang Syariah dan Bijak Moneter?
1.2.2 Apa Landasan Hukumnya?
1.2.3 Bagaimana Pengembangan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing Facilities
1.2.3.1 Apa Perbedaan Jenis, Karakteristik & Penerbit Instrumen Pasar Uang
Konvensional & Syariah
1.2.3.2 Bagaimana Pelaksanaan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing
Facilities
1.2.3.3 Bagaimana Pengembangan Pasar Uang Syariah dikaitkan dengan Bijak
Moneter Syariah
1.2.4 Bagaimana Analisisnya?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemahaman Pasar Uang Syariah dan Bijak Moneter
2.2 Landasan Hukumnya
2.3 Pengembangan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing Facilities
2.3.1 Perbedaan Jenis, Karakteristik & Penerbit Instrumen Pasar Uang
Konvensional & Syariah
2.3.2 Pelaksanaan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing Facilities
2.3.2.1 OPT
2.3.2.2 Standing Facilities
2.3.3 Pengembangan Pasar Uang Syariah dikaitkan dengan Bijak Moneter Syariah
2.3.3.1 OPT
2.3.3.2 Standing Facilities
2.4 Analisis
2.4.1 Pelaksanaan Bijak Moneter Syariah Melalui
2.4.1.1 OPT
Contoh :
Faktor yang mempengaruhi :
Solusi :
2.4.1.2 Standing Facilities
Contoh :
Faktor yang mempengaruhi :
Solusi :
2
2.4.2 Pengembangan Pasar Uang Syariah dikaitkan dengan Bijak Moneter Syariah
2.4.2.1 OPT
Contoh :
Faktor yang mempengaruhi :
Solusi :
2.4.2.2 Standing Facilities
Contoh :
Faktor yang mempengaruhi :
Solusi :

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Permasalahan
1.2.1 Apa Pemahaman Pasar Uang Syariah dan Bijak Moneter?
1.2.2 Apa Landasan Hukumnya?
1.2.3 Bagaimana Pengembangan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing Facilities
1.2.3.1 Apa Perbedaan Jenis, Karakteristik & Penerbit Instrumen Pasar Uang
Konvensional & Syariah
1.2.3.2 Bagaimana Pelaksanaan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing
Facilities
1.2.3.3 Bagaimana Pengembangan Pasar Uang Syariah dikaitkan dengan Bijak
Moneter Syariah
1.2.4 Bagaimana Analisisnya?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman Pasar Uang Syariah dan Bijak Moneter Beserta OJK dan Standing
Facilities
2.1.1 Pengertian Pasar Uang Syariah
Pasar Uang Syariah (PUAS) adalah pasar uang yang dijalankan berdasarkan
prinsip syariah dan dijalankan oleh bank syariah dimana yang diperdagangkan adalah
surat-surat berharga
2.1.2 Pengertian Bijak Moneter Syariah
Bijak Moneter Syariah adalah Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh
otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang beredar yangdilaksanakantanpa
mengutamakansuku bunga
2.1.3 Pengertian Operasi Pasar Terbuka
Operasi Pasar Terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar uang dalam
rangka Operasi Moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Peserta Operasi
Moneter.
2.1.4 Pengertian Standing Facilities
Standing Facilities (SF) adalah kegiatan penyediaan dana rupiah (lending
facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit
facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter.

2.2 Landasan Hukumnya


2.2.1 UU Pasar Uang Syariah :
Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/4/Pbi/2015 Tentang Pasar Uang
Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah
2.2.2 UU Pasar Uang Konvensional :
Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/11/Pbi/2016 Tentang Pasar Uang

2.3 Pengembangan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing Facilities
2.3.1 Perbedaan Jenis, Karakteristik & Penerbit Instrumen Pasar Uang
Konvensional & Syariah

5
Jenis Instrumen OPT

Absorpsi Likuiditas Injeksi Likuiditas


Instrumen dan Penerbitan Term Deposit Reverse Repo Penerbitan Intervensi FX (Spot Intervensi FX
Keterangan SBI SBN SBIS jual USD dan Repo (Spot beli USD
SWAP beli) dan SWAP jual)
Mengurangi Mengurangi Mengurangi Mengurangi Mengurangi Menambah Menambah
Dampak likuiditas
likuiditas likuiditas likuiditas likuiditas likuiditas likuiditas likuiditas
Frekuensi transaksi Berkala Sewaktu-waktu Sewaktu-waktu Berkala Sewaktu-waktu Sewaktu-waktu Sewaktu-waktu
1 bln s.d. 12 1 hari s.d. 12 1 hari s.d. 12 1 hari s.d. 12 Untuk Transaksi 1 hari s.d. 12 Untuk Transaksi
bln bln bln bln SWAP s.d 12 bln bln SWAP s.d 12 bln
Jangka waktu
(dinyatakan (dinyatakan (dinyatakan (dinyatakan (dinyatakan
dalam hari) dlm. hari) dlm. hari) dlm. hari) dlm. hari)
Nominal pengajuan Rp1.000jt Rp1.000jt Rp1.000jt Rp1.000jt Rp1.000jt
minimal
Nominal kelipatan Rp100jt Rp100jt Rp100jt Rp100jt Rp100jt
Lelang VRT Lelang VRT Lelang VRT Lelang (non Lelang VRT
Mekanisme transaksi
dan/ atau FRT kompetitif) dan/ atau FRT
Setelmen s.d. T + 1 s.d. T + 1 s.d. T + 1 T+0 T+2 s.d. T + 1 T+2
Bank Bank Bank Bank Syariah/ Bank Konvensional Bank Bank
Peserta
Konvensional Konvensional Konvensional UUS Konvensional Konvensional

Keterangan :
- VRT (Variable Rate Tender)
- FRT (Fixed Rate Tender)
- FX (foreign exchange)
- SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
- SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)
- SUN (Surat Utang Negara)

Jenis Instrumen Standing Facilities


Instrumen dan Penempatan Dana Penyediaan Dana
Keterangan Deposit Facility FASBIS Lending Facility Repo SBIS/SBSN
Dampak likuiditas Mengurangi likuiditas Mengurangi likuiditas Menambah likuiditas Menambah likuiditas
Frekuensi transaksi Setiap hari kerja Setiap hari kerja Setiap hari kerja Setiap hari kerja
Jangka waktu overnight overnight overnight overnight
Nominal pengajuan minimal Rp1.000jt Rp1.000jt - -
Nominal kelipatan Rp100jt Rp100jt 1 unit surat berharga 1 unit surat berharga
Mekanisme transaksi FRT FRT FRT FRT
Setelmen T+0 T+0 T+0 T+0
Suku bunga BI Rate – 150bps BI Rate – 150bps BI Rate + 100bps BI Rate + 100bps
Peserta Bank Bank Bank Bank

Keterangan : FASBIS (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah)

6
2.3.2 Pelaksanaan Bijak Moneter Syariah Melalui OPT & Standing Facilities
2.3.2.1 OPT
pelaksanaan operasi moneter syariah dengan Operasi Pasar Terbuka
(OPT) dengan instrumen SBIS. Pelaksanaan ini bertujuan untuk
mempengaruhi tingkat imbal hasil Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS).
Yang pada akhirnya mempengaruhi pembiayaan perbankan syariah.
peningkatan pembiayaan ini diasumsikan mempengaruhi sektor riil yang
diharapkan akan mampu mencapai sasaran kebijakan moneter.

2.3.2.2 Standing Facilities

2.3.3 Pengembangan Pasar Uang Syariah dikaitkan dengan Bijak Moneter Syariah
2.3.3.1 OPT
OPT Syariah terdiri dari lelang SBIS tenor 9 bulan secara regular dan
lelang Reverse Repo SBSN tenor 1 bulan secara non regular.

1. SBISSecara umum, posisi rata-rata SBIS mengalami peningkatan baik


secara rata-rata dan posisi akhir tahun. Peningkatan ini mencerminkan minat
bank yang semakin tinggi untuk menyimpan dananya ke tenor yang lebih
panjang.

2. Reverse Repo SBSNDalam rangka meningkatkan penggunaan SBSN


dalam pengelolaan moneter syariah BI, BI melakukan building stock SBSN
sehingga memperbesar jumlah SBSN yang dapat digunakan untuk instrumen
Reverse Repo SBSN.Peningkatan stock SBSN yang dimiliki BI tersebut,
untuk memenuhi kebutuhan jumlah kepemilikan SBSN oleh BI sebagai
underlying RR SBSN serta memenuhi minat BUS/UUS yang semakin besar
untuk menempatkan dananya di BI dalam instrumen RR SBSN. Peningkatan
volume RR SBN ini diharapkan dapat mendorong pendalaman pasar keuangan
dan mulai membiasakan perbankan syariah untuk bertransaksi reverse repo
dengan BI.

7
2.3.3.2 Standing Facilities
Standing Facilities Syariah terdiri dari Deposit Facility
Syariah/FASBIS dan Financing Facility/ Repo dengan BI.
1. Deposit Facility-FASBIS Dana Fasbis tetap memiliki porsi terbesar
dari seluruh OMS yaitu dengan share secara rata-rata sebesar 59,68%.
Meskipun masih menguasai porsi terbesar OMS namun porsi penempatan
dana BUS/UUS pada instrumen Fasbis menurun jauh bila dibandingkan
tahun sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa pola pengelolaan
likuiditas BUS/UUS mulai bergeser ke tenor yang lebih panjang sesuai
yang diinginkan oleh BI. Pengelolaan likuiditas ke arah penempatan
dengan tenor lebih panjang juga mendorong peningkatan volume PUAS
sehingga dapat memperdalam pasar uang syariah. Penempatan dana
BUS/UUS pada instrumen Fasbis meningkat tipis baik secara rata-rata
maupun secara posisi akhir tahun.

2. Financing Facility – Repo dengan BI Meskipun Financing to Deposit


Ratio (FDR) perbankan syariah meningkat tipis. Untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya, BUS dan UUS semakin aktif bertransaksi dalam
PUAS yang tercermin dari meningkatnya volume transaksi pasar uang
antar bank berdasarkan prinsip syariah (PUAS).

2.4 Analisis
Pertama bahwa mekanisme instrumen kebijakan moneter syariah masih
perludikembangkan kembali dengan menggunakan instrumen lainnya. Namunpun demikian,
mekanisme ini memiliki andil dalam menahan inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi
karena dipicu dari ketentuan kegiatan perekonomian pada sektor riil. Adapun pengembangan
instrumennya bisa dikembangkan sebagai jalur alternatif dengan tujuan untuk memberikan
efek stabilitas makro ekonomi yang lebih besar dan mengurangi inflasi.
Kedua, dibandingkan dengan negara Islam lainnya, Indonesia termasuk negara yang
telah menjalankan instrumen kebijakan moneter syariah bersama dengan beberapa negara-
negara lainnya. Namun bila dilihat dari progresnya Indonesia termasuk mengalami
perlambatan dibandingkan negara tetangga. Karena Indonesia masih berkutat dengan ara-cara
kapitalis dalam menyelesaikan kebijakan-kebijakan ekonomi. Bahkan sebagian masyarakat

8
muslim sendiri masih meragukan terhadap metode syariah. sehingga benar-benar
memperpanjang kondisi dan memperparah keadaan ekonomi saat ini.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa Kebijakan Pengembangan Psar Uang Syariah di Indonesia sampai saat ini belum
optimal. Hal ini dipengaruhi oleh antara lain

3.2 Saran
Dari pemaparan diatas dapat kami berikan saran antara lain sebagai berikut :

10
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku :

Sumber dari Internet :


http : bi.go.id diakses pada tanggal 03 November 2017 pukul 10.50

11

Anda mungkin juga menyukai