BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Ketergantungan disiplin kepada kontrol luar saja dan bukan karena niat
sendiri secara ikhlas.
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
A. Definisi Kemandirian
C. Jenis-jenis Kemandirian
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kemandirian
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke
dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata
benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai
kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan
diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self,
karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Kalau menelusuri berbagai
literature, sesungguhnya banyak sekali istilah yang berkaitan dengan diri.
Namun jika dikaji lebih dalam, ternyata istilah atau konsep yang berkenaan
dengan diri tidak selalu merujuk pada kemandirian. Konsep yang seringkali
digunakan atau yang berdekatan dengan kemandirian adalah yang sering
disebut dengan istilah autonomy.
Atas dasar kelemahan yang melekat pada pandangan yang berpusat pada
masyarakat maka kemandirian perlu dipahami dengan menggunakan
perspektif lain yang bersifat aktif-progresif. Dalam konteks ini, Sunaryo
Kartadinata mengajukan konsep bahwa proses perkembangan manusia harus
dipandang sebagai proses interaksional dinamis. Dalam perspektif ini,
kemandirian berpusat pada ego atau diri sebagai dimensi pemersatu organisasi
kepribadian. Interaksional mengandung makna bahwa kemandirian
berkembang melalui proses keragaman manusia dalam kesamaan dan
kebersamaan, bukan dalam kevakuman.
lebih penting dan harus dicapai oleh manusia dalam proses perkembangannya
adalah yang disebut dengan being process (proses menjadi).
1. Kedirian
2. Komunikasi
3. Keterarahan
4. Dinamika
kemampuan dan kemauan sendiri untuk berbuat dan bereaksi, dan tidak
menjadi objek yang dipolakan atau digerakan oleh orang lain.
5. Sistem nilai
pada akhirnya akan mampu bertindak dan berpikir sendiri. Untuk dapat
mandiri, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan disekitarnya,
agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran orangtua dan respon dari
lingkungan sangat diperlukan bagi anak sebagai “penguat” bagi setiap
perilakunya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Rober (dalam
Santrock) bahwa kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana
seseorang relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat, dan kenyakinan
orang lain. Dengan otonomi tersebut seorang remaja diharapkan akan lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan akan
semakin berkambang menuju kesempurnaan. Latihan kemandirian yang
diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan usia anak. Contoh: untuk
usia anak 3-4 tahun, latihan kemandirian berupa membiarkan anak memasang
kaos kaki dan sepatu sendiri, membereskan mainan setiap kali selesai bermain,
dll. Sementara untuk anak remaja berikan kebebasan misalnya dalam memilih
jurusan atau bidang studi yang diminatinya, atau memberikan kesempatan
pada remaja untuk memutuskan sendiri jam berapa ia pulang ke rumah jika
remaja tersebut keluar malam bersama temannya (tentu saja orangtua perlu
mendengarkan argumentasi yang disampaikan anak remaja tersebut
sehubungan dengan keputusannya). Dengan memberikan latihan-latihan
tersebut (tentu saja dengan unsur pengawasan dari orangtua untuk memastikan
bahwa latihan tersebut banar-benar efektif), berfikir secara objektif, tidak
mudah dipengaruhi, berani mengambil keputusan sendiri, tumbuh rasa percaya
diri, tidak tergantung pada orang lain dan dengan demikian kemandirian akan
berkembang dengan baik.
C. Jenis-jenis Kemandirian
3. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
1. Faktor Internal, faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri
yang meliputi :
b. Intelegensi
c. Usia
d. Jenis kelamin
2. Faktor Eksternal, faktor yang berasal dari luar diri individu yang meliputi :
a. Kebudayaan
Ciri merupakan tanda khas yang membedakan sesuatu hal dari hal yang
lainnya. Orang yang mandiri pun memiliki ciri tertentu yang membedakan
dirinya dengan orang yang tidak mandiri.
2. Adanya tendensi untuk percaya diri dan tidak tergantung pada orang lain.
3. Adanya sikap original (keaslian) yang bukan sekedar menerima orang lain.
2. Memiliki inisiatif.
1. Bebas
3. Inisiatif
5. Kemantapan diri.
1. Memiliki inisiatif
2. Pola asuh orangtua. Pola asuh orangtua yang permissive akan membuat
anak tidak dapat mandiri, karena mereka mempunyai penghayatan bahwa
anaknya adalah manusia muda yang tidak tahu apa-apa dan kurang
berpengalaman sehingga mereka risau dan tidak ingin anaknya
mempunyai masalah dalam kehidupan ini. Apapun kebutuhan anak selalu
dipenuhi tanpa melatih dan memberi kesempatananak untuk mandiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kemandirian adalah salah satu hal yang dituju dalam perkembangan hidup
manusia. Kemandirian didefinisikan sebagai keinginan untuk merasa
bebas, berbuat sesuatu atas dorongan sendiri, merasa yakin akan
kemampuannya, mampu mengatasi masalah, memutuskan atau
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
2. Sikap mandiri ini dapat terbentuk dari pola interaksi anak dengan orang
tua dan keluarganya, sebagai pondasi awal.
3. Jenis-jenis Kemandirian :
1) Kemandirian emosi
2) Kemandirian ekonomi
3) Kemandirian intelektual
4) Kemandirian social
4. Tingkatan kemandirian :
a. Faktor Internal, faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri
yang meliputi :
2) Intelegensi
3) Usia
4) Jenis kelamin
b. Faktor Eksternal, faktor yang berasal dari luar diri individu yang
meliputi :
1) Kebudayaan
a. Memiliki inisiatif
b. Penciptaan keterbukaan
B. Saran