Anda di halaman 1dari 10

BAHAN AJAR

E-LEARNING PEMAHAMAN
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

KONSEP DASAR
LIKUIDITAS

Muhtar Yahya
Widyaiswara Ahli Madya
Pusdiklat Keuangan Umum

2019
Pemahaman Laporan Keuangan Perusahaan
“Konsep Dasar Likuiditas”

Muhtar Yahya – Widyaiswara Pusdiklat KU

Laporan keuangan adalah sangat penting artinya untuk pengambilan keputusan. Proses analisis
yang dilakukan dapat terdiri dari berbagai macam dimensi yang terdiri dari likuiditas, solvabilitas,
profitablitas dan aktivitas. Berikut ini disajikan laporan keuangan sebuah perusahaan untuk tahun buku
2015 yang akan digunakan untuk keperluan pembahasan.

PT ABC
Laporan Posisi Keuangan
Per tanggal 31 Desember 2014

Kas dan bank Rp100.000


Piutang dagang Rp300.000
Persediaan barang dagangan Rp200.000
Total aset lancar Rp600.000
Aset tetap -kotor Rp2.000.000
Akumulasi depresiasi Rp400.000
Total aset Rp2.000.000
Hutang dagang Rp50.000
Hutang bunga Rp40.000
Hutang listrik Rp60.000
Total hutang lancar Rp150.000
Hutang obligasi Rp400.000
Hutang bank Rp600.000
Modal Rp500.000
Laba tahun lalu Rp250.000
Laba tahun berjalan Rp100.000
Total liabilitas dan ekuitas Rp2.000.000

Konsep Dasar Likuiditas 1


PT ABC
Laporan Laba Rugi
Periode tahunan yang berakhir tanggal 31 Desember 2014

Penjualan Rp1.000.000
Harga pokok penjualan Rp600.000
Beban Penjualan Rp150.000
Beban Administrasi Rp100.000
Baban Lain-lain Rp50.000
Laba tahun berjalan Rp100.000

Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan suatu perusahaan memenuhi semua kewajiban


ketika jatuh tempo. Para analis menggunakan istilah ini dalam konteks pemenuhan kewajiban tanpa
mengganggu kemampuan produktif perusahaan (misalnya, dengan menjual aset tetap). Analisis
likuiditas secara khusus mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas lancar dengan
kas yang dihasilkan dari aset lancar.
Likuiditas sesungguhnya berkaitan erat dengan efisiensi atau pemanfaatan aset. Ketidakefisienan
dalam pemanfaatan aset dapat menyebabkan masalah likuiditas. Dalam kaitan ini, ada dua pendekatan
untuk menganalisis likuiditas. Pertama, kita dapat melihat aset perusahaan yang relatif likuid dan
membandingkannya dengan jumlah kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Kedua, kita dapat
melihat seberapa cepat aset likuid perusahaan, misalnya piutang dan persediaan, dapat dicairkan
menjadi kas.
Pendekatan pertama biasanya menggunakan dua rasio pokok yang didasarkan pada data neraca,
yaitu: (1) rasio lancar (current ratio), dan (2) rasio cepat (quick ratio atau acid-test ratio). Pendekatan
kedua menggunakan dua ukuran efisiensi pemanfaatan aset, yaitu (1) perputaran piutang (accounts
receivable turnover), yang sekaligus dapat digunakan untuk menentukan jangka waktu rata-rata untuk
pencairan piutang menjadi kas (average collection period), dan (2) perputaran persediaan (inventory
turnover).

Konsep Dasar Likuiditas 2


A. Rasio Lancar

Rumus yang dipakai adalah:

Rasio Lancar = Aset Lancar


Liabilitas lancar

Para analis biasanya menghitung rasio lancar atau rasio modal kerja ketika menentukan
likuiditas suatu perusahaan. Dalam hal ini, modal kerja (lebih tepatnya modal kerja neto) adalah
jumlah aset lancar dikurangi dengan liabilitas lancar disebut modal kerja. Perusahaan memerlukan
modal kerja dalam jumlah yang cukup untuk melunasi utang lancar, memiliki persediaan yang cukup,
dan memanfaatkan potongan tunai dengan melunasi utang sesegera mungkin. Rasio lancar
menghubungkan aset lancar dengan liabilitas lancar.
Makin tinggi rasio lancar menunjukkan posisi likuiditas yang kuat (sering disebut dengan posisi
likuiditas konservatif), dan perusahaan yang bersangkutan seharusnya mampu memenuhi liabilitas
lancarnya. Rasio lancar yang terlalu tinggi berarti perusahaan mengikatkan terlalu banyak sumber
daya (menginvestasikan) pada aset lancar dibandingkan dengan liabilitas lancarnya. Karena aset
lancar normalnya tidak menghasilkan imbalan investasi yang tinggi, maka investasi dalam aset lancar
bukan merupakan penggunaan dana yang efisien.
Secara umum rasio lancar yang melebihi 100% akan memberikan bukti bahwa perusahaan
akan mampu memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo. Rasio lancar di bawah 100% biasanya
mengindikasikan adanya masalah likuiditas. Akan tetapi, likuiditas juga merupakan fungsi dari (atau
dipengaruhi oleh) faktor-faktor berikut:
• Kondisi industri dan kecenderungan di dalam perusahaan yang bersangkutan;
• Kemampuan perusahaan untuk menjual persediaan dan menagih piutang;
• Tempo atau waktu arus masuk kas dari pencairan aset lancar;
• Tanggal pembayaran liabilitas lancar; dan
• Jumlah aset lancar non-kas, seperti persekot beban.

Konsep Dasar Likuiditas 3


Contoh:
Berikut ini disajikan sebagian dari akun PT ABC untuk akhir tahun 2014:

Kas dan bank Rp100.000


Piutang dagang Rp300.000
Persediaan barang dagangan Rp200.000
Total aset lancar Rp600.000
Hutang dagang Rp50.000
Hutang bunga Rp40.000
Hutang listrik Rp60.000
Total hutang lancar Rp150.000

Maka rasio lancar perusahaan ini adalah,

Rasio Lancar = Aset Lancar = Rp600.000 = 4 kali


Liabilitas lancar Rp150.000

Angka rasio lancar 4 kali tersebut bermakna bahwa kemampuan perusahaan tersebut untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek yang ada adalah 4 kali lipat. Apakah ini bermakna baik atau
tidak maka sangat tergantung kepada faktor yang lainnya termasuk dengan standar, kriteria dan
ukurannya.

Konsep Dasar Likuiditas 4


B. Rasio Cepat

Rumus yang dipakai adalah:

Rasio Cepat = Aset Cepat


Liabilitas lancar

Ukuran yang lebih hati-hati untuk modal kerja adalah rasio cepat. Rasio cepat memfokuskan
pada komposisi aset lancar. Aset cepat adalah kas, investasi jangka pendek, piutang usaha dan
piutang wesel. Aset-aset ini adalah jenis aset lancar paling likuid. Dalam perhitungan rasio ini aset
yang relatif memerlukan langkah lebih panjang untuk menjadi uang dianggap tidak likuid lagi. Oleh
karena itu dikeluarkan dari potensi yang bisa digunakan untuk memenuhi liabilitas jangka pendek.
Makin tinggi rasio cepat menunjukkan posisi likuiditas yang kuat (sering disebut dengan posisi
likuiditas konservatif), dan perusahaan yang bersangkutan seharusnya mampu memenuhi liabilitas
lancarnya. Rasio cepat yang terlalu tinggi berarti perusahaan mengikatkan terlalu banyak sumber
daya (menginvestasikan) pada aset cepat. Karena aset cepat normalnya juga tidak menghasilkan
imbalan investasi yang tinggi, maka investasi dalam aset cepat juga bukan merupakan penggunaan
dana yang tepat secara profitabilitas.

Contoh:
Berikut ini disajikan sebagian dari akun PT ABC untuk akhir tahun 2014:

Kas dan bank Rp100.000


Piutang dagang Rp300.000
Persediaan barang dagangan Rp200.000
Total aset lancar Rp600.000
Hutang dagang Rp50.000
Hutang bunga Rp40.000
Hutang listrik Rp60.000
Total hutang lancar Rp150.000

Maka rasio cepat perusahaan ini adalah,

Rasio Cepat = Aset Cepat = Aset Lancar – Persediaan = Rp400.000 = 2,67


Liabilitas Lancar Liabilitas Lancar Rp150.000 kali

Konsep Dasar Likuiditas 5


Angka rasio cepat 2,67 kali tersebut bermakna bahwa kemampuan perusahaan tersebut
dengan mengabaikan unsur persediaan karena dianggap tidak mudah untuk diubah menjadi uang
kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek adalah 2,67 kali lipat. Sekali lagi, apakah ini bermakna
baik atau tidak maka sangat tergantung kepada faktor yang lainnya termasuk dengan standar,
kriteria dan ukurannya.

Sekali lagi perlu diungkapkan bahwa untuk keperluan evaluasi, rasio-rasio tersebut perlu
diperbandingkan. Untuk rasio lancar, misalnya, analis umumnya menggunakan panduan 2 (atau 2:1)
untuk rasio lancar. Walaupun angka tersebut juga bukan merupakan sebuah keharusan. Untuk rasio-
rasio lainnya pembandingan dapat dilakukan dengan rasio yang sama dari perusahaan pesaing atau
rata-rata industri. Sejalan dengan pengertian likuiditas dan ukuran-ukurannya tersebut, maka agar
dapat menafsirkan rasio lancar secara lebih baik, kita perlu juga menganalisis sedikitnya tiga faktor
berikut:
• jenis usaha,
• komponen aset lancar, dan
• tingkat atau laju perputaran komponen-komponen aset lancar.
Jenis usaha suatu perusahaan mempengaruhi penilaian atas rasio lancar tersebut. Perusahaan-
perusahaan yang tidak memberikan kredit (sebagian besar penjualan tunai) dan tidak memiliki
persediaan, misalnya perusahaan jasa transportasi, mungkin sekali beroperasi dengan rasio lancar
kurang dari 1, jika pendapatannya menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi liabilitas lancarnya
tepat waktu. Sebaliknya, perusahaan yang menjual pakaian atau furnitur berharga tinggi
kemungkinan memerlukan rasio lancar lebih tinggi. Tegasnya, jenis usaha menentukan daur normal
suatu usaha, yakni berapa lama kas yang diinvestasikan ke dalam aset lancar kembali menjadi kas.
Jadi jenis usaha berkaitan dengan jumlah dan tempo masuknya kas, sehingga ukuran untuk menilai
tingkat likuiditas harus sesuai dengan keadaan tersebut.
Komposisi aset lancar penting untuk mengevaluasi likuiditas. Misalnya, kas dan setara kas jelas
jauh lebih likuid daripada persediaan barang dagangan. Kas dapat segera digunakan, sedangkan
piutang dan persediaan umumnya perlu dicairkan lebih dulu menjadi kas sebelum dapat digunakan
untuk melunasi kewajiban. Piutang dan persediaan yang berlebihan dapat memperlemah
kemampuan perusahaan melunasi liabilitas lancar. Dilihat dengan cara ini, ukuran seperti rasio cepat
berguna untuk menguji tingkat likuiditas.

Konsep Dasar Likuiditas 6


C. Rasio Kas

Rumus yang dipakai adalah:

Rasio Kas = Kas


Liabilitas lancar

Para analis biasanya menghitung rasio kas ketika menentukan likuiditas suatu perusahaan.
Rasio lancar menghubungkan aset yang sangat lancar dengan liabilitas lancar. Makin tinggi rasio kas
menunjukkan posisi likuiditas yang kuat (sering disebut dengan posisi likuiditas konservatif), dan
perusahaan yang bersangkutan seharusnya mampu memenuhi liabilitas lancarnya. Rasio kas yang
terlalu tinggi berarti perusahaan kurang berani investasi dalam aset lancar atau berarti penggunaan
dana yang kurang efisien.

Contoh:
Berikut ini disajikan sebagian dari akun PT ABC untuk akhir tahun 2014:

Kas dan bank Rp100.000


Piutang dagang Rp300.000
Persediaan barang dagangan Rp200.000
Total aset lancar Rp600.000
Hutang dagang Rp50.000
Hutang bunga Rp40.000
Hutang listrik Rp60.000
Total hutang lancar Rp150.000

Maka rasio kas perusahaan ini adalah,

Rasio Kas = Kas dan Bank = Rp100.000 = 2/3


Liabilitas lancar Rp150.000 kali

Angka rasio kas 2/3 kali tersebut bermakna bahwa kemampuan kas perusahaan tersebut untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek yang ada adalah 2/3 kali lipat. Apakah ini bermakna baik atau
tidak maka sangat tergantung kepada faktor yang lainnya termasuk dengan standar, kriteria dan
ukurannya.

Konsep Dasar Likuiditas 7


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai