Anda di halaman 1dari 27

Bab 13

PERENCANAAN DAN PENDANAAN MODAL KERJA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat : (1)
menyebutkan definisi modal kerja, (2) menjelaskan siklus modal kerja,
(3) menentukan jumlah kebutuhan modal kerja, (4) menjelaskan
kebijakan modal kerja.

Setiap perusahaan pasti membutuhkan modal kerja untuk menjalankan kegiatan operasinya.
Modal kerja (working capital) ini akan digunakan untuk membayar tagihan-tagihan bahan
pada suplier, upah tenaga kerja, gaji pegawai, pajak dll. Jumlah uang yang ditanamkan dalam
modal kerja diharapkan masuk kembali ke dalam perusahaan setelah produk yang dihasilkan
perusahaan menghasilkan dijual dan menghasilkan uang kas. Setelah itu, perusahaan akan
menginvestasikan kembali uang tersebut untuk membiayai kegiatan operasi lanjutan, dan
seterusnya. Modal kerja ini akan terus berputar selama perusahaan menjalankan kegiatan
operasinya.

Konsep modal kerja muncul dari para pedagang keliling Amerika yang mengisi gerobaknya
dengan barang dagangan dan kemudian menjajakannya. Barang dagangan yang dijajakan
mereka merupakan modal kerja yang mereka putar untuk dapat memperoleh laba. Umumnya
mereka membeli barang dagangannya dengan pinjaman atau kredit modal kerja dan harus
dibayar setelah mereka selesai melakukan satu trip perjalanan untuk menjaga kredibilitas
mereka ke bank. Jika mereka mampu membayar kembali pinjamannya, maka bank akan
bersedia memberikan pinjaman kembali.

339
A. Modal Kerja Kotor dan Modal Kerja Bersih

Modal kerja merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam manajemen keuangan. Modal
kerja adalah investasi yang dilakukan perusahaan pada aktiva lancar. Sering juga disebut
dengan modal kerja kotor (gross working capital). Jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kebutuhan modal kerjanya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak dapat memelihara dan
mengendalikan likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan tidak mampu untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban lancarnya (tunai) yang sudah jatuh tempo dan jika ini berlanjut terus ada
kalanya perusahaan tersebut akan bangkrut. Oleh karena itu, aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan harus cukup untuk memenuhi kewajiban lancarnya sehingga perusahaan
memperoleh tingkat yang aman. Manager keuangan harus dapat melakukan perencanaan dan
pengendalian masing-masing pos aktiva lancar dan hutang lancar sehingga perusahaan
memperoleh tingkat yang aman. Pos-pos perkiraan yang terdapat dalam aktiva lancar adalah
kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Setiap pos ini harus dikelola dengan baik
sehingga dapat mempertahankan likuiditas perusahaan dan jumlahnya tidak terlalu besar. Pos-
pos perkiraan yang terdapat passiva lancar adalah hutang dagang dan accruals (biaya-biaya
yang masih harus dibayar). Pos-pos perkiraan ini harus dikelola dengan baik sehingga
sumber-sumber modal yang sifatnya jangka pendek dapat diperoleh dan dipergunakan dengan
sebaik mungkin.

Modal kerja bersih (net working capital) merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang
lancar. Pada saat jumlah aktiva lancar lebih besar dari jumlah hutang lancar, berarti
perusahaan mempunyai net working capital tertentu. Perusahaan-perusahaan yang dapat
memprediksi arus kasnya dengan akurat dapat bekerja dengan net working capital yang
minimal, dan sebaliknya.

Hutang lancar yang dimaksudkan dalam menghitung net working capital tidak termasuk pos
aktiva lancar yang merupakan bagian dari hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo. Hal
ini dikarenakan pos perkiraan ini sudah dipertimbangkan sebelumnya dalam mengambil
keputusan investasi jangka panjang. Demikian juga dengan hutang jangka pendek yang akan
dikonversi dengan hutang jangka panjang setelah proses investasi selesai. Hutang-hutang ini
akan dibukukan secara terpisah dari kewajiban lancar yang terkait dengan pengelolaan modal
kerja.

340
Contoh 1.
Tabel 1.
PT. ABC
Neraca
Per 31 Des. 2006

Aktiva : Passiva :
Kas dan Sekuritas Rp 4,000.000.- Hutang Usaha Rp 6.000.000.-
Piutang Usaha 16.000.000.- Hutang Upah 3.000.000.-
Persediaan 10.000.000.- Hutang Pajak 3.000.000.-
Hutang lancar lainnya 10.000.000.-
Aktiva Lancar Rp 40.000.000.- Bgn htng jangka panjang 8.000.000.-
Aktiva Tetap Rp 50.000.000.-
Hutang Lancar Rp 30.000.000.-
Hutang jangka panjang 20.000.000.-
Ekuitas pemegang saham 40.000.000.-

Total Aktiva Rp 90.000.000.- Total hutang & Modal Rp 90.000.000.-

Dari neraca PT. ABC di atas dapat dilihat bahwa jumlah aktiva lancar sebesar Rp
40.000.000.- dan jumlah hutang lancar sebesar Rp 30.000.000.-. Net Working Capital bukan
sebesar Rp 40.000.000.- dikurang Rp 30.000.000.- = Rp 10.000.000.-, tetapi Rp 40.000.000.-
dikurang Rp 22.000.000.- = Rp 18.000.000.- karena ada pos perkiraan hutang jangka pendek
yang merupakan bagian dari hutang jangka panjang sebesar Rp 8.000.000.-

Rasio yang terpenting dalam manajemen modal kerja adalah rasio lancar, rasio cepat, dan
days liquidity on hand ratio. Rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dengan kewajiban lancar. Rasio ini dapat memberikan informasi mengenai likuiditas
perusahaan, yaitu : kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa likuiditas
perusahaan buruk. Sebaliknya, jika current ratio relatif tinggi, maka likuiditas perusahaan
relatif baik. Namun, tidak semua kasus rasio lancar yang tinggi sudah tentu dapat menjamin
bahwa perusahaan mempunyai kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo. Bisa saja perusahaan mempunyai rasio lancar yang tinggi karena
piutang usaha yang tinggi dan juga tingkat persediaan yang tinggi pula. Jika keadaan seperti
ini terjadi, maka perusahaan juga akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban
lancarnya karena belum tentu bisa dijamin bahwa perusahaan dapat menagih semua
piutangnya tepat waktu dan belum tentu perusahaan dapat menjual persediaannya dengan
segera.

Rasio cepat juga merupakan rasio likuiditas. Rasio ini merupakan perbandingan antara aktiva
lancar sesudah dikurangkan persediaan kemudian dibagi dengan kewajiban lancar. Dengan
rasio ini dapat dilihat kemampuan likuiditas yang lebih cepat dibanding rasio lancar karena
persediaan yang merupakan aktiva yang paling tidak lancar dari seluruh aktiva lancar.

341
Rasio lancar dan rasio cepat di atas belum memberikan gambaran yang lengkap mengenai
likuiditas. Gambaran likuiditas yang lengkap dapat terlihat jika dipertimbangkan arus kas dari
hasil operasi. Bisa saja suatu perusahaan mempunyai rasio lancar dan rasio cepat yang kecil
sanggup untuk memenuhi kewajiban lancarnya pasa saat jatuh tempo jika memang perusahaan
tersebut mempunyai arus kas dari kegiatan operasi yang memadai sehingga likuiditas
perusahaan cukup bagus. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan likuiditas yang efektif,
kita perlu memperhatikan rasio lancar , rasio cepat, dan posisi arus kasnya. Rasio yang dapat
digunakan untuk mengetahui ini adalah days liquidity on hand ratio dan days cash on hand
ratio.

Days liquidity on hand ratio merupakan aktiva lancar dibagi dengan biaya operasional tunai
harian (days cash operating expenses). Dengan rasio ini dapat diukur jumlah hari dimana
perusahaan dapat beroperasi dengan semata-mata mengandalkan aktiva lancarnya.Biaya
operasi tunai diketahui dari proyeksi kas (cash budget) atau dari harga pokok produksi
ditambah biaya administrasi penjualan serta biaya tunai lainnya dibagi jumlah hari dalam satu
tahun (360 hari atau 365 hari). Days on hand ratio merupakan kas ditambah sekuritas dibagi
dengan biaya operasi tunai harian. Perbedaannya dengan days liquidity on hand ratio, rasio ini
hanya memperhitungkan aktiva lancar yang paling likuid, yaitu: kas dan sekuritas.

B. Pentingnya pengelolaan modal kerja

Alasan-alasan yang menyebabkan bahwa pengelolaan modal kerja merupakan topik yang
penting adalah :
a. Manager keuangan menggunakan sebagian besar waktunya untuk operasi internal
perusahaan dan ini merupakan bagian dari pengelolaan modal kerja

b. Aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Aktiva lancar berobah sesuai dengan perobahan penjualan dan penjualan
mengalami perobahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, pengelolaan aktiva lancar
merupakan proses yang dinamis dan mengharuskan manager keuangan perlu untuk
mencermati penjualan terus menerus sehingga dapat dipastikan bahwa aktiva yang dimiliki
perusahaan dapat memenuhi target penjualan dan produksi.

c. Pengelolaan modal kerja khususnya penting bagi perusahaan kecil, namun walaupun
perusahaan kecil dapat menghindari investasi dalam aktiva tetapnya tetapi tidak dapat
menghindarkan investasi dalam bentuk kas, piutang, dan persediaan. Selain itu, karena
sukarnya perusahaan kecil memperoleh dana dari pasar modal, maka perusahaan kecil amat
sangat tergantung pada hutang dagang dan kredit jangka pendek. Hutang dagang dan kredit

342
jangka pendek ini mempengaruhi modal kerja karena perobahan jumlah keduanya akan
mempengaruhi kewajiban lancar.

d. Pertumbuhan penjualan sangat berhubungan dengan investasi dalam aktiva lancar. Jika
penjualan bertumbuh, maka keadaan ini akan menaikkan kas, piutang dan persediaan.
Semua kebutuhan ini harus dibiayai karena setiap kenaikan pada perkiraan disisi kiri neraca
harus diimbangi dengan kenaikan pada sisi kanan neraca.

C. Siklus arus kas modal kerja

Siklus arus kas modal kerja ini bertitik tolak pada jangka waktu yang dibutuhkan sejak
perusahaan menggunakan uang kas untuk membayarkan bahan baku yang dibeli hingga
pengumpulan piutang usaha yang terjadi akibat penjualan secara kredit tertagih. Oleh karena
itu, sering juga disebut dengan Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle). Untuk
menjelaskan konsep ini perlu dijelaskan hal-hal berikut ini :

a. Periode Konversi Persediaan (Inventory Conversion Period, ICP)


Konsep ini merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku
menjadi barang jadi dan menjualnya.

360
ICP =
Penjualan/Persediaan

Jika penjualan PT. ABC sebesar Rp 12.000.000.- dan persediaan rata-rata sebesar Rp Rp
2.500.000.-, maka rasio perputaran persediaan adalah Rp 12.000.000.- dibagi dengan Rp
2.500.000.- = 4,8 X sehingga periode konversi persediaan 360 dibagi 4,8 = 75 hari. Hal ini
berarti bahwa 75 hari lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku dibeli sampai
barang yang dihasilkan terjual.

b. Periode Konversi Piutang (Receivable Conversion Period, RCP)


Konsep ini merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversi piutang menjadi
uang tunai, atau jangka waktu sejak penjualan secara kredit terjadi hingga realisasi piutang
tersebut tertagih. Konsep ini sama dengan Day Sales Outstanding (jangka waktu penagihan)
yang akan dibahas dalam Bab Mengevaluasi Kinerja Keuangan.

Piutang Piutang
RCP = atau
Penjualan/360 Penjualan per hari

343
Jika piutang usaha PT. ABC sebesar Rp 2 juta dan penjualan sebesar Rp 12 juta, maka :

Rp 2 juta
RCP =
Rp 12 juta / 360
= 60 hari

Jadi Secara rata-rata PT. ABC membutuhkan waktu 60 hari untuk menerima uang tunai hasil
penjualan dari sejak terjadinya penjualan secara kredit.

c. Periode Penangguhan Hutang Usaha (Payables Deferral Period, PDF)


Konsep ini merupakan jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan sejak bahan baku dan
tenaga kerja dipekerjakan hingga terlaksananya pembayaran bahan baku dan tenaga kerja
tersebut. Bisa saja perusahaan membayar bahan baku dan tenaga kerja 30 hari ke depan.

Account Payable
PDF =
Cost of Goods Sold / 360

a. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)


Konsep ini merupakan penggabungan ketiga konsep di atas, yaitu jangka waktu yang
dibutuhkan perusahaan sejak dilakukannya pengeluaran tunai untuk bahan dan tenaga kerja
hingga terealisasinya penagihan piutang yang terjadi karena perusahaan melakukan penjualan
produk secara kredit. Atau seberapa lama dana yang dimiliki perusahaan tertanam sebagai
modal kerja.
Siklus Konversi Kas = Inventory Conversion Period + Receivables Conversion Period – Payables Deferral Period

Gambar 1: Cash Conversion Cycle

ICP = 75 hari RCP = 60 hari

PDF = 30 hari 75 hr + 60 hr – 30 hr = 105 hr

Hari
Pembelian Bahan Pembayaran Menjual produk Pengumpulan
Baku Bahan Baku secara kredit Piutang

344
Perusahaan harus dapat melakukan usaha untuk memperpendek siklus konversi kasnya agar
pembiayaan modal kerjanya dapat diperkecil. Namun usaha-usaha yang dilakukan selama
tidak menaikkan biaya, tidak mengurangi kredibilitas perusahaan kepada pemasok, dan tidak
mengganggu penjualan.

Misalkan PT. ABC di atas harus membelanjakan Rp 400.000.- untuk bahan dan tenaga kerja
untuk menghasilkan satu produknya dan direncanakan akan dihasilkan 6 produk per harinya.
Jadi harus diinvestasikan Rp 2.400.000.- untuk bahan dan tenaga kerja. Investasi ini akan
dibiayai selama 85 hari, sehingga kebutuhan modal kerja sebesar 85 X Rp 2.400.000.- = Rp
204. 400.000.-. Jika PT. ABC dapat memperpendek siklus arus kasnya, misalnya 75 hari,
maka pembiayaan modal kerjanya akan menjadi 75 X Rp 2.400.000.- = Rp 180.000.000.- atau
berkurang sebesar Rp 24.000.000.-

Usaha-usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperpendek siklus konversi kas
adalah :
a. Mempersingkat periode konversi persediaan dengan cara mempercepat proses produksi dan
penjualan barang
b. Mempersingkat periode pengumpulan piutang usaha dengan cara mempercepat penagihan
piutang
c. Memperpanjang periode penangguhan hutang usaha dengan cara memperlambat
pembayaran terhadap pemasok dan tenaga kerja

Cara-cara tersebut di atas harus dilakukan selama tidak menaikkan biaya, tidak mengurangi
kredibilitas perusahaan kepada pemasok, dan tidak mengganggu penjualan.

Dari gambar 1. di atas dapat diketahui bahwa :


a. Pada hari ke nol perusahaan membeli bahan-bahan mentah yang digunakan untuk
menghasilkan produk sehingga dan dimasukkan sebagai persediaan bahan mentah. Bahan-
bahan mentah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam proses produksi dan seterusnya
dihasilkan barang jadi dan dimasukkan sebagai persediaan barang jadi yang siap untuk
dijual. Dibutuhkan waktu 75 hari sejak mulai bahan baku dibeli sampai produk jadi yang
siap untuk dijual.

b. PT. ABC membeli bahan baku secara kredit dengan jangka waktu 30 hari, yang berarti ada
pos perkiraan hutang dagang dalam pembukuan perusahaan selama 30 hari. Transaksi
pelunasan hutang dagang pada hari ke-30 akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas
(cash outflow).

345
c. Perusahaan baru dapat melakukan penjualan pada hari ke-75 dan dijual secara kredit
dengan jangka waktu 60 hari, yang berarti ada pos perkiraan piutang pada pembukuan
perusahaan selama 60 hari.

d. Hari ke-60 sesudah transaksi penjualan terjadi baru dapat dikumpul piutang atau baru
terjadi kas masuk (cash inflow) setelah 60 hari penjualan dilakukan.

e. Cash cycle dihitung dari sejak terjadinya arus kas keluar (cash outflow) untuk pembayaran
hutang dagang sampai dengan terjadinya aliran kas masuk pada perusahaan, yaitu 85 hari.

D. Cara menghitung kebutuhan modal kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah :


1. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover).
Jangka waktu modal kerja dimulai sejak uang kas ditanamkan dalam komponen-
komponen modal kerja sampai dana tersebut kembali menjadi uang kas. Semakin lama
perputaran modal kerja akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang
dibutuhkan perusahaan. Perputaran modal kerja ini meliputi :
- Jangka waktu kredit pembelian bahan baku
- Lamanya bahan mentah tersimpan dalam gudang
- Lamanya proses produksi
- Lamanya barang jadi disimpan dalam gudang
- Jangka waktu penerimaan piutang (jika penjualan secara kredit)

2. Rata-rata besarnya kas yang dibutuhkan per hari. Semakin banyak rata-rata kas yang
dibutuhkan perusahaan menjalankan operasinya setiap hari, maka semakin besar jumlah
modal kerja yang dibutuhkan. Perusahaan membutuhkan kas setiap harinya untuk :
- Pembelian bahan baku dan bahan pembantu
- Pembayaran upah buruh, gaji pimpinan, biaya administrasi, dan lain-lain

Contoh 2.
Suatu perusahaan memproduksi produk X sebanyak 30 unit setiap harinya. Dalam satu bulan
perusahaan melakukan kegiatan proses produksinya selama 25 hari. Biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan setiap unit produk adalah sebagai berikut :
a. Bahan mentah A @ Rp 5.000.-
b. Bahan mentah B @ Rp 4.000.-
c. Tenaga kerja langsung @ Rp 25.000.-
d. Biaya administrasi Rp 7.500.000.- per bulan
e. Gaji pimpinan Rp 5.000.000.- per bulan

346
- Untuk membeli bahan mentah A, perusahaan memberikan uang muka kepada pemasok
bahan mentah rata-rata 6 hari sebelum bahan mentah diterima
- Waktu yang diperlukan untuk melakukan proses produksi adalah 4 hari dan atas
pertimbangan kualitas barang harus disimpan dalam gudang selama 3 hari
- Penjualan produk dilakukan secara kredit dengan syarat pembayaran 6 hari sesudah
produk diterima
- Untuk menghadapi pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga, pimpinan perusahaan
menetapkan adanya persediaan kas minimal sebesar Rp 1.000.000.-

Dari data tersebut di atas, berapa jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk
menjaga kontinuitas usahanya ?

Jawab :
a. Periode perputaran modal kerja

Bahan Proses Barang Piutang Jumlah


Mentah Produksi Jadi Hari

Bahan Mentah A 6 hari 4 hari 3 hari 6 hari 19 hari


Bahan Mentah B 4 hari 3 hari 6 hari 13 hari
Tenaga Kerja Lgs 4 hari 3 hari 6 hari 13 hari
Biaya Administrasi 4 hari 3 hari 6hari 13 hari
Gaji Pimpinan 4 hari 3 hari 6 hari 13 hari

b. Besarnya kas rata-rata per hari yang diinvestasikan dalam bentuk modal kerja:

Per Hari Total

Bahan Mentah A = 30 X Rp 5.000.- = Rp 150.000.- 19 X Rp 150.000.- = Rp 2.850.000.-


Bahan Mentah B = 30 X Rp 4.000.- = Rp 120.000.- 13 X Rp 120.000.- = Rp 1.560.000.-
Tenaga Kerja Lgs = 30 X Rp 25.000.- = Rp 750.000.- 13 X Rp 750.000.- = Rp 9.750.000.-
Biaya Administrasi = Rp 7.500.000.-/25 = Rp 300.000.- 13 X Rp 300.000.- = Rp 3.900.000.-
Gaji pimpinan = Rp 5.000.000.-/25 = Rp 200.000.- 13 X Rp 200.000.- = Rp 3.600.000.-

Total Biaya Rp 21.660.000.-


Kas Minimum Rp 1.000.000.-

Jumlah Modal Kerja yang dibutuhkan Rp 22.660.000.-

347
E. Kebijakan modal kerja.

Kebijakan modal kerja menyangkut :


a. Berapa jumlah aktiva lancar yang sebenarnya, jumlah total maupun jumlah setiap pos
perkiraan aktiva lancar
b. Bagaimana pembiayaan untuk aktiva lancar

Alternatif Kebijakan Aktiva Lancar


Ada 3 (tiga) kebijakan sehubungan dengan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,
yaitu :
a. Kebijakan investasi aktiva lancar yang longgar (fat cat). Perusahaan memiliki jumlah
aktiva lancar yang cukup besar dan oleh karenanya perusahaan menggalakkan
penjualan dengan menggunakan kebijakan kredit sehingga mempermudah pembiayaan
pelanggan. Kebijakan ini akan mengakibatkan jumlah piutangyang tinggi.
b. Kebijakan investasi aktiva lancar yang ketat (lean mean). Perusahaan berusaha
meminimumkan jumlah aktiva lancar yang dimilikinya. Aktiva lancar lebih sering
diputar sehingga setiap rupiah aktiva lancar dipaksa bekerja keras.
c. Kebijakan investasi aktiva lancar yang moderat (moderate current assets investment
policy). Kebijakan ini merupakan kebijakan yang berada diantara kebijakan investasi
aktiva lancar yang ketat dengan yang longgar.

Untuk membandingkan ketiga kebijakan di atas, dapat dilihat table dibawah ini.

Tabel 2.

Kebijakan Aktiva lancar untuk Perputaran


Penjualan Rp 100.- Aktiva lancar

Longgar Rp40.- 2,5 X


Moderat Rp 30.- 3,3 X
Ketat Rp 20.- 5X

Alternatif Pembiayaan Modal Kerja


Pada dasarnya perusahaan mengalami fluktuasi yang bersifat musiman dan atau siklis. Pada
saat kondisi ekonomi baik, perusahaan harus mempersiapkan aktiva lancar, tetapi dalam
kondisi ekonomi yang lesu perusahaan berusaha untuk mengurangi persediaan dan piutang
usahanya. Hal ini bukan berarti ada saat saat perusahaan mempunyai aktiva lancar nol. Dalam
kondisi ekonomi yang sangat lesupun perusahaan masih mempunyai sejumlah aktiva lancar,
inilah yang disebut dengan aktiva lancar permanen (permanent current assets). Aktiva lancar

348
permanen adalah jumlah aktiva lancar yang tetap dimiliki perusahaan dalam setiap siklis
usaha.

Dengan meningkatnya kondisi ekonomi, perusahaan harus menambah aktiva lancarnya, dan
tambahan aktiva lancar ini disebut dengan aktiva lancar kontemporer (temporary current
assets). Aktiva lancar kontemporer adalah aktiva lancar yang berfluktuasi sesuai dengan
variasi penjualan musiman atau siklis.

a. Pendekatan Maturity Matching atau Self Liquidating


Pendekatan ini merupakan kebijakan pembiayaan yang menyamakan saat jatuh tempo aktiva
dengan hutang, inilah yang disebut dengan pembiayaan aktiva lancar yang moderat.
Perusahaan harus dapat mencoba setepat mungkin menyamakan struktur jatuh tempo dari
aktiva dan kewajibannya.

Jika perusahaan melakukan kesalahan dalam menetapkan struktur jatuh tempo dari aktiva dan
kewajibannya, maka perusahaan akan mengalami masalah dalam menyelesaikan
kewajibannya. Contoh : PT. ABC melakukan meminjam sejumlah rupiah tertentu untuk masa
satu tahun dan pinjaman tersebut digunakan untuk aktiva jangka panjang, misalnya
membangun pabrik dan akan disusutkan selama 15 tahun. Sudah tentu arus kas masuk dari
operasi pabrik dan penyusutan tidak akan dapat menutupi kewajibannya setelah satu tahun.
Jika pemberi pinjaman tidak menginginkan untuk memperpanjang masa pinjaman, maka akan
timbul masalah pada perusahaan. Jika perusahaan menggunakan pinjaman jangka panjang
untuk membiayai aktiva jangka panjang, maka masalah di atas tidak akan timbul. Seharusnya
perusahaan melakukan pinjaman jangka panjang selama 15 tahun untuk membiayai
pembangunan pabriknya. Setiap pembiayaan aktiva yang dilunasi dari arus kas masuk yang
dihasilkannya (dilunasi dari arus kas masuk yang dihasilkan dari pinjaman) disebut dengan
self liquidating.

Dalam kenyataannya ada ketidak pastian umur aktiva akan dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dari pelaksanaan kewajiban pembayaran pinjaman. Sebagai contoh, perusahaan
membiayai persediaannya dengan kredit berjangka waktu 25 hari dengan harapan dapat
menjual persediaannya dalam 25 hari dan akan menggunakan uang hasil penjualan
persediaannya untuk membayar kreditnya. Namun bisa saja terjadi penjualan tidak sesuai
dengan yang diharapkan sehingga aliran kas masuk juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi ini bisa menimbulkan masalah bagi perusahaan sehubungan dengan pembayaran
kreditnya

349
Gambar 2. Pendekatan Maturity Matching

Rp
Pembiayaan Dgn
Aktiva Lancar Temporer Htg Jk Pendek

Aktiva Lancar
Temporer
Tingkat Aktiva Lancar Permanen Htg Jk Panjang
Plus Modal Ekuitas
Plus Kewajiban
Total Aktiva Lancar Spontan
Permanen
Aktiva Tetap

Periode

b. Pendekatan yang secara relatif agressif (Relatively Aggressive Approach)


Perusahaan membiayai seluruh aktiva jangka panjangnya dengan kredit jangka panjang dan
sebagian dari aktiva lancar permanennya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Istilah relatif
dalam hal ini berarti perusahaan bisa mempunyai tingkat agressif yang berbeda-beda. dari
gambar 5. Di bawah dapat dilihat bahwa keagressifan perusahaan ditunjukkan dengan garis
terputus-putus yang berada dibawah garis aktiva tetap, yang berarti sebagian aktiva lancar
permanen dibiayai dengan aktiva jangka panjang dan sebagian lagi dengan hutang jangka
pendek. Bisa saja perusahaan membiayai seluruh aktiva permanen dan sebagian aktiva tetap
dibiayai dengan kredit jangka pendek. Jika demikian halnya, perusahaan berada dalam posisi
yang sangat agressif, sangat nonkonservatif, dan perusahaan mungkin akan menghadapi
masalah karena kenaikan suku bunga serta masalah pemabaharuan/perpanjangan pinjaman.

350
Gambar 3.: Pendekatan yang secara agressif (Relatively Aggressive Approach)

Rp
Pembiayaan
Aktiva Lancar Temporer Dgn Hutang
Jk Pendek
Nonspontan

Tingkat Aktiva Lancar Permanen Hutang Jk


Panjang plus
Modal Ekuitas
Plus Kewajiban
Lancar Spontan

Aktiva Tetap

Periode

c. Pendekatan Konservatif (Conservative Approach)


Modal jangka panjang digunakan untuk membiayai semua kebutuhan aktiva lancar permanen
serta untuk membiayai dan sebagian atau semua aktiva lancar musiman. Garis terputus-putus
pada gambar 6. dibawah dapat dilihat bahwa perusahaan membiayai semua aktiva lancar
permanen dan sebagian aktiva lancar musiman dengan hutang jangka panjang. Dalam situasi
ini perusahaan menggunakan sejumlah kecil kredit jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan
pada masa sibuk, namun juga memenuhi sebagian dari aktiva lancar musimannya dengan
mengumpulkan likuiditas dalam bentuk sekuritas yang mudah dipasarkan.

351
Gambar 4. Pendekatan Konservatif (Conservative Approach)

Rp Sekuritas Kebutuhan Pembiayaan


Pasar Jangka Pendek

Tingkat Aktiva Lancar Permanen Hutang Jangka


Panjang Plus
Kewajiban Lancar
Spontan

Aktiva Tetap

Periode

F. Kebaikan dan kelemahan menggunakan hutang jangka pendek

Ketiga kebijakan pembiayaan modal kerja di atas sangat berbeda satu sama lain dalam hal
jumlah hutang jangka pendek yang digunakan. Kebijakan yang agressif menggunakan hutang
jangka pendek yang paling banyak, kebijakan yang konservatif menggunakan sedikit hutang
jangka pendek, dan kebijakan maturity matching atau self liquidating berada diantara
kebijakan yang agressif dan konservatif dalam hal penggunaan hutang jangka pendek.
Kebaikan dan kelemahan penggunaan hutang jangka pendek adalah:

Kebaikan penggunaan hutang jangka pendek


Proses permohonan kredit jangka pendek jauh lebih cepat dibanding dengan proses
permohonan kredit jangka panjang. Untuk pinjaman jangka panjang, kreditor akan melakukan
analisis yang lebih mendalam atas keuangan calon peminjam, Selain itu, penyusunan
perjanjian pinjaman harus dibuat sangat terinci karena banyak hal yang dapat terjadi selama
masa pinjaman. Jika perusahaan membutuhkan pinjaman dengan cepat, perusahaan sebaiknya
mencari pinjaman jangka pendek.

352
a. Kredit jangka panjang mempunyai flotation cost yang lebih besar dibanding kredit jangka
pendek, kredit jangka pendek lebih fleksibel pelunasannya dibanding kredit jangka
panjang, dan perjanjian kredit jangka pendek lebih longgar dari perjanjian kredit jangka
panjang.
b. Biaya hutang kredit jangka pendek umumnya lebih rendah dari biaya hutang kredit jangka
panjang.

Kelemahan penggunaan kredit jangka pendek


Walaupun kredit jangka pendek lebih murah dari kredit jangka panjang, namun pembiayaan
kredit jangka pendek lebih beresiko dibanding kredit jangka panjang karena :
a. Pada saat-saat tertentu, biaya bunga kredit jangka pendek lebih berfluktuasi dan sangat
tinggi dibanding kredit jangka panjang (resiko suku bunga).
b. Jika perusahaan menggunakan kredit jangka pendek yang cukup besar, bisa saja tidak
dapat dilunasi sesuai dengan jadwal. Jika kreditor tidak bersedia memperpanjang masa
kredit, maka keadaan ini akan menimbulkan masalah pada perusahaan (resiko jatuh
tempo).

Untuk menjelaskan ke-dua resiko kredit jangka pendek tersebut, dibuat contoh 3. pada tabel 3.
dan 4. dibawah ini. Dalam contoh ini diassumsikan bahwa :
a. Mempunyai aktiva sebesar Rp 20.000.-
b. Aktiva terdiri dari 50% aktiva lancar dan 50% aktiva tetap
c. EBIT 15% dari total aktiva
d. Hutang : Aktiva = 50%
e. Biaya hutang jangka pendek 8% per tahun
f. Biaya hutang jangka panjang 10% per tahun

353
Tabel 3.
Jika Suku Bunga Normal

Konservatif Moderat Agressif

Aktiva Lancar Rp 10.000.- Rp 10.000.- Rp 10.000.-


Aktiva Tetap 10.000.- 10.000.- 10.000.-

Total Aktiva Rp 20.000.- Rp 20.000.- Rp 20.000.-

Kredit Jk Pendek (8%) - Rp 5.000.- Rp 10.000.-


Kredit Jk Panjang (10%) 10.000.- 5.000.- -

Total Hutang (Htg/Akt=50%) Rp 10.000.- Rp 10.000.- Rp 10.000.-


Ekuitas 10.000.- 10.000.- 10.000.-

Total Kewajiban & Ekuitas Rp 20.000.- Rp 20.000.- Rp 20.000.-

EBIT Rp 3.000.- Rp 3.000.- Rp 3.000.-


Bunga 1.000.- 900.- 800.-

EBT Rp 2.000.- Rp 2.100.- Rp 2.200.-


Pajak (40%) 800.- 840.- 960.-

Laba Atas Saham Biasa Rp 1.200.- Rp 1.260.- Rp 1.440.-

Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas 12% 12,60% 14,40%


Rasio Lancar ≈ 2:1 1:1
Rasio Kemampuan Membayar Bunga 3 3,33 3,75

354
Tabel 4.
Jika Suku Bunga Naik menjadi 20%

Konservatif Moderat Agressif

Aktiva Lancar Rp 10.000.- Rp 10.000.- Rp 10.000.-


Aktiva Tetap 10.000.- 10.000.- 10.000.-

Total Aktiva Rp 20.000.- Rp 20.000.- Rp 20.000.-

Kredit Jk Pendek (20%) - Rp 5.000.- Rp 10.000.-


Kredit Jk Panjang (8%) Rp 10.000.- 5.000.- -

Total Hutang (Htg/Akt=50%) Rp 10.000.- Rp 10.000.- Rp 10.000.-


Ekuitas 10.000.- 10.000.- 10.000.-

Total Kewajiban & Ekuitas Rp 20.000.- Rp 20.000.- Rp 20.000.-

EBIT Rp 3.000.- Rp 3.000.- Rp 3.000.-


Bunga 1.000.- 1.500.- 2.000.-

EBT Rp 2.000.- Rp 1.500.- Rp 1.000.-


Pajak (40%) 800.- 600.- 400.-

Laba Atas Saham Biasa Rp 1.200.- Rp 900.- Rp 600.-

Tkt Pengembalian Atas Ekuitas 12% 11,00% 6%


Rasio Lancar ≈ 2:1 1:1
Rasio Kemampuan Membayar Bunga 3 2 1,5

Resiko Suku Bunga


Dari table 3. Di atas dapat dilihat bahwa kebijakan pembiayaan modal kerja yang konservatif
menggunakan 100% hutang jangka panjang, kebijakan pembiayaan modal kerja yang moderat
menggunakan 50% hutang jangka pendek dan 50% hutang jangka panjang, dan kebijakan
pembiayaan modal kerja yang agressif menggunakan 100% hutang jangka pendek. Laba
bersih dan tingkat pengembalian atas ekuitas akan lebih tinggi jika perusahaan menggunakan
kredit jangka pendek karena biaya kredit jangka pendek lebih murah dari biaya kredit jangka
panjang. Disamping itu, jika perusahaan menggunakan kredit jangka pendek, maka
perusahaan dihadapkan pada resiko fluktuasi suku bunga.

355
Dari tabel 4. Di atas dapat dilihat bahwa suku bunga kredit jangka pendek meningkat dari 8%
per tahun menjadi 20% per tahun. Pengaruh kenaikan suku bunga ini bisa saja mempengaruhi
suku bunga kredit jangka panjang, namun tidak ada pengaruhnya bagi perusahaan yang sudah
sempat memperoleh kredit jangka panjang dengan suku bunga 10% per tahun. Perusahaan
yang menggunakan kebijakan yang konservatif dan moderat pembayaran bunga untuk kredit
jangka panjangnya akan tetap atau konstan, sedangkan perusahaan yang menggunakan
kebijakan yang moderat dan agressif pembayaran untuk bunga kredit jangka pendeknya akan
menanggung resiko kenaikan tingkat bunga sehingga bunga yang dibayarkan akan semakin
tinggi.

Pada saat suku bunga kredit jangka pendek 8% per tahun, maka tingkat pengembalian atas
ekuitas yang diperoleh perusahaan jika menggunakan kebijakan pembiayaan modal kerja
secara konservatif sebesar 12%, tingkat pengembalian atas ekuitas yang diperoleh perusahaan
jika menggunakan kebijakan pembiayaan modal kerja secara moderat sebesar 12,60%, dan
tingkat pengembalian atas ekuitas jika perusahaan menggunakan kebijakan pembiayaan modal
kerja secara agressif sebesar 14,40%.

Pada saat suku bunga kredit jangka pendek meningkat menjadi 20% per tahun, maka tingkat
pengembalian atas ekuitas yang diperoleh perusahaan jika menggunakan kebijakan
pembiayaan modal kerja secara konservatif tidak berobah, yaitu sebesar 12%, tingkat
pengembalian atas ekuitas yang diperoleh perusahaan jika menggunakan kebijakan
pembiayaan modal kerja secara moderat akan mengalami penurunan dari 12,60% menjadi
11%, dan tingkat pengembalian atas ekuitas jika perusahaan menggunakan kebijakan
pembiayaan modal kerja secara agressif juga akan mengalami penurunan dari 14,40% menjadi
6%.

Resiko Jatuh Tempo


Dari tabel 3. Diatas dapat dilihat bahwa perusahaan yang menggunakan kebijakan pembiayaan
yang moderat menggunakan 50% kredit jangka pendek dan kebijakan pembiayaan yang
konservatif menggunakan 100% kredit jangka pendek. Lesunya perekonomian, persaingan
bisnis yang cukup ketat, dll. bisa mengakibatkan kurangnya permintaan akan produk
perusahaan sehingga arus kas masuk yang diharapkan perusahaan tidak dapat terpenuhi.
Kurangnya arus kas masuk ini akan mengakibatkan tidak sanggupnya perusahaan menutupi
kredit jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Dalam kondisi seperti ini, bisa saja kreditor
tidak bersedia untuk memperpanjang jangka waktu kredit jangka pendek yang disalurkan, dan
jika ini terjadi bisa membuat perusahaan bangkrut atau pailit.

G. Sumber-sumber pembiayaan jangka pendek


Banyak sumber dana untuk pembiayaan jangka pendek, yang utama adalah:
a. Pos-pos akrual (accruals)

356
b. Hutang usaha (hutang dagang
c. Kredit bank jangka pendek
d. Warkat komersil (commercial paper)
Pos-pos akrual
Pos-pos akrual merupakan kewajiban jangka pendek yang timbul secara terus menerus,
khususnya upah dan pajak yang terhutang. Pada umumnya perusahaan membayar upah
karyawannya secara mingguan, dua mingguan atau bulanan. sehingga dalam neraca biasanya
dicantumkan sejumlah upah/gaji terhutang (accrued wages). Demikian pula dengan dengan
pajak penghasilan karyawan yang disetorkan secara bulanan atau triwulanan ke kas Negara
akan menimbulkan pajak terhutang (accrued taxes) dalam neraca. Pos-pos akrual ini naik
dengan sendirinya atau secara spontan sejalan dengan meluasnya operasi perusahaan.
Selanjutnya, sumber pembiayaan ini dapat dikatakan gratis atau tidak dinekanan beban biaya
secara eksplisit atas dana yang diperoleh dari pos-pos akrual. Biasanya perusahaan hampir
tidak bisa mengendalikan pos-pos akrualnya, waktu pembayaran upah ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan ekonomi dan kelaziman industry dan tanggal pembayaran pajak ditentukan
oleh undang-undang.

Hutang dagang
Pembelian barang yang dilakukan perusahaan dari perusahaan lain biasanya dilakukan secara
kredit dan hutang yang timbul akibat pembelian tersebut dicatat sebagai hutang dagang
(hutang usaha). Hutang ini merupakan bagian hutang terbesar dari hutang jangka pendek.
Perusahaan yang bukan lembaga keuangan biasanya mempunyai hutang dagang berkisar 40%
dari hutang lancarnya. Untuk perusahaan dengan skala kecil persentasenya lebih besar lagi
karena perusahaan ini kesulitan untuk mendapatkan sumber pembiayaan dari lembaga
keuangan sehingga mengandalkan hutang dagang. Jika PT. X melakukan pembelian senilai
Rp 200.000.- setiap hari dengan syarat pembayaran 30 hari, maka secara rata-rata hutang
perusahaan kepada supplier akan berjumlah 30 X Rp 200.000.-=Rp 6.000.000.-. Pada saat
penjualan PT. X meningkat 2 (dua) kali, maka hutang usahanya akan meningkat menjadi Rp
12.000.000.-. Jika jangka waktu pembayaran berobah dari 30 hari menjadi 40 hari, maka
hutang usaha PT. X akan berobah menjadi 40 X Rp 200.000.- = Rp 8.000.000.-. Jadi,
pertumbuhan penjualan perusahaan dan perobahan syarat pembayaran menjadi lebih longgar
akan mengakibatkan pertumbuhan hutang usaha.

Hutang bank
Hutang jangka pendek dari bank biasanya dicatat dalam neraca sebagai hutang wesel (notes
payable). Hutang ini merupakan sumber pembiayaan jangka pendek terpenting sesudah
hutang dagang. Saat perusahaan membutuhkan pembiayaan jangka pendek, maka bank
merupakan sumber pembiayaan yang dapat diandalkan. Jika permintaan jangka pendek
perusahaan pada bank ditolak, maka perusahaan akan kehilangkan kesempatan investasi yang
diinginkan. Kredit jangka pendek dari bank mempunyai jangka waktu jatuh tempo maksimal

357
satu tahun dan perusahaan bisa melakukan permohonan perpanjangan kredit tersebut. Jika
bank menolak untuk memperpanjang kredit jangka pendek, maka perusahaan bisa mengalami
kesulitan likuiditas.

Warkat komersil
Warkat komersil (comercial paper) merupakan surat hutang jangka pendek yang diterbitkan
suatu perusahaan yang biasanya dibeli oleh perusahaan lain, lembaga pension, lembaga
keuangan, perusahaan asuransi, dll. Surat ini biasanya tanpa jaminan sehingga hanya dapat
diterbitkan oleh perusahaan besar, kuat dan bonafid.

H. Biaya kredit dagang


Perusahaan yang menjual secara kredit mempunyai kebijakan penjualan kredit yang
mencakup syarat kredit tertentu, miaslnya: 2/10 n 30 berarti potongan (discount) sebesar 2%
diberikan jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu 10 hari sejak tanggal faktur dan
tidak ada potongan jika pembayaran dilakukan 30 hari setelah tanggal faktur. Jika harga
produk PT. X sebesar Rp 1.000.- per unit dan syarat penjualan 2/10 n 30, maka harga netto
PT. X sebesar Rp 980.- per unit karena setiap pelanggan mempunyai potongan 2% jika
membayar 10 hari dari tanggal faktur. Jika PT. A membeli produk PT. X dan ingin tambahan
20 hari dari periode potongan 10 hari, maka PT. A harus mengeluarkan beban keuangan
sebesar Rp 20.- per unit.

Untuk memilih memanfaatkan potongan atau tidak, kita harus menghitung biaya tidak
memanfaatkan potongan. Biaya ini kemudian dibandingkan dengan biaya pendanaan untuk
memperoleh potongan. Biaya tidak memanfaatkan potongan dapat dihitung dengan
menggunakan formula dibawah ini.

[% potongan/(100% - % potongan] X [360 hari/(hari kredit – periode potongan)]

Contoh 4.
PT. X membeli bahan baku dari PT. A (supliernya) rata-rata Rp 150 juta per tahun dengan
syarat pembayaran 2/10 n 30. Seandainya PT. X memanfaatkan potongan 2% dan akan
melakukan pembayaran sepuluh hari setelah tanggal faktur, maka rata-rata bahan baku yang
dibeli per hari sebesar (Rp 150 juta X 0,98)/360 = Rp 408.333,33. Pada akhir hari kesepuluh,
hutang dagang PT. X menjadi Rp 408.333,33 X 10 = Rp 4.083.333,33. Pada hari kesebelas
hutang dagang bertambah Rp 408.333,333, namun pada hari itu PT. X telah melunasi hutang
dagang dengan jumlah yang sama sehingga hutang dagang rata-rata tetap sebesar Rp
4.083.333,33.

Seandainya PT. X tidak memanfaatkan potongan 2% dan akan melakukan pembayaran pada
hari ketiga puluh, maka hutang dagang rata-rata akan sebesar Rp 408.333,33 X 30 = Rp

358
12.249.999,99. Selisih rata-rata hutang dagang memanfaatkan potongan dengan tidak
memanfaatkan potongan sebesar Rp 12,249.999,99 – Rp 4.083.333,33.- = Rp 8.166.666,57.
Perbedaan ini berarti bahwa PT. A memberi kredit lebih banyak ke PT. X, yaitu sebesar Rp
8.166.666,57. Dengan adanya penundaan pembayaran ini, PT. X dapat memanfaatkan dana
yang ada untuk hal lain, seperti mendanai piutang, investasi, membayar hutang bank, dll.
Tambahan hutang dagang PT. X sebesar Rp 8.166.666,57 tentu ada biayanya, namun
mempunyai pengorbanan sebesar 2% X Rp 150 juta = Rp 3.000.000.-. Oleh karena itu, biaya
kredit dagang PT. X adalah (Rp 3.000.0000.-/Rp 8.166.666,57) X 100% = 36,7% atau [Rp
2%/(100% - 2%)] X [360/(30 – 10)] = 36,7%. Jadi, jika PT. X dapat memperoleh hutang
jangka pendek dengan biaya yang lebih murah dari 36,7% guna mendanai pembayaran hutang
dagang lebih awal, maka seharusnya perusahaan memanfaatkan potongan tersebut.

Formula biaya kredit dagang di atas mengasumsikan bahwa bunga kredit dibayar tahunan.
Untuk lebih tepatnya, bunga dibayar setiap 20 hari, yaitu: 30 hari dikurang 10 hari atau
360/20=18 kali dalam satu tahun. Karena bunga kredit dagang bukan tahunan, namun 18 kali
dalam satu tahun, dapat dipastikan bahwa bunga kredit dagang yang dibayar PT. X lebih besar
dari 36,7%. Untuk mengetahuinya, dapat digunakan formula bunga efektif (effective annual
rate, EAR), yaitu:

EAR = [1 + % potongan/(100 - % potongan]m - 1


= [1 + 0,02/0,98)]18 – 1
= 43,8% per tahun

Biaya tidak memanfaatkan potongan tergantung pada besarnya potongan dan lamanya waktu
pembayaran. Jika syarat pembayaran yang diberikan PT. A ke PT. X menjadi 2/10 n 60,
maka biaya tidak memanfaatkan potongan akan sebesar [2/98] X [360/60-10) = 0,02 X 7,2 =
14,7%. Dengan syarat pembayaran tersebut, maka bunga dibayar setiap 50 hari atau 360/50 =
7,2 kali dalam satu tahun sehinnga dan bunga efektif akan sebesar 15,7%

EAR = [1 + % potongan/(100 - % potongan]m - 1


= [(1 + (0,02/0,98)] 7,2 – 1
= 15,7%

Dibawah ini dapat dilihat tabel beberapa hasil perhitungan biaya kredit dagang jika potongan
tidak dimanfaatkan.
Syarat Kredit Perkiraan Bunga Bunga Efektif
1/10 n 20 36% 44%
1/10 n 30 18% 20%
2/10 n 20 73% 107%
2/10 n 30 36,7% 43,8%

359
2/10 n 60 14,7% 15,7%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan potongan tertentu, semakin lama jangka waktu
pembayaran tanpa memanfaatkan potongan, maka biaya tidak memanfaatkan potongan akan
semakin turun. Sebaliknya, semakin besar potongan yang diberikan, biaya tidak
memanfaatkan potongan akan semakin besar.

360
Soal latihan

1. Mengapa pengelolaan modal kerja merupakan pokok bahasan yang penting ?

2. Apa yang dimaksud dengan siklus konversi kas ? Bagaimana cara yang dapat digunakan
untuk memperpendek siklus konversi kas ?

3. Ada 3 (tiga) alternatif kebijakan pembiayaan modal kerja, yaitu : moderat, konservatif,
dan agressif. Jelaskan dengan ringkas perbedaan diantara ke-tiga kebijakan tersebut.

4. PT. X menjalankan proses produksi sebanyak 8 kali dalam satu tahun. Rata-rata
pengumpulan piutang 15 hari dan rata-rata pembayaran kepada pemasok dilakukan dalam
35 hari. Operating cycle investment per tahun sebesar Rp 3.600.000.- (1 tahun=360 hari).
a. Hitunglah lamanya cash conversion cycle, pengeluaran kas per hari dan jumlah dana
yang dibutuhkan untuk membiayai modal kerja selama cash conversion cycle
b. Hitunglah cah conversion cycle dan modal kerja yang dibutuhkan jika terjadi
perubahan dibawah ini:
- lamanya proses produksi dipercepat 5 hari
- mempercepat pengumpulan piutang 5 hari
- memperpanjang waktu pembayaran kepada pemasok 10 hari
c. Jika tingkat bunga yang dibayarkan untuk pinjaman modal kerja sebesar 20%,
berapakah peningkatan keuntungan yang dapat dicapai perusahaan dengan adanya
perubahan-perubahan pada pertanyaan b.

5. PT. ABC mempunyai penjualan sebesar Rp 360 juta pada tahun 2006. Profit margin yang
diperoleh sebesar 5%. Perusahaan menjual produknya secara kredit dengan jangka waktu
40 hari. Perputaran persediaan sebanyak 6 kali dalam satu tahun. Total aktiva yang
dimiliki perusahaan sebesar Rp 80 juta. Jangka waktu pembelian bahan baku sampai
dengan pembayarannya adalah 45 hari (1 tahun = 360 hari).
a. Berapa lama siklus konversi kas ?
b. Jika dalam 2 hari biaya yang ditanggung sama dengan harga pokok penjualan per hari,
berapakah modal kerja yang dibutuhkan ?
c. Jika perputaran persediaan dapat ditingkatkan menjadi 8 kali dalam 1 tahun, berapa
lamakah siklus konversi kas ?

6. PT. XYZ memperkirakan bahwa tahun depan penjualan akan meningkat sebesar Rp
2.000 juta dan ingin mempertahankan debt ratio sebesar 50%. Nilai aktiva yang
dimiliki perusahaan sebesar Rp 500 juta. Perusahaan akan menghasilkan laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) sebesar 15% dari penjualan. Suku bunga kredit jangka pendek
sebesar 10% per tahun dan suku bunga kredit jangka panjang sebesar 14% per tahun.

361
Tingkat pajak sebesar 40%. Berikan komentar jika perusahaan menggunakan 100%
hutang jangka panjang dalam kebijakan pembiayaan modal kerja konservatif, 100%
hutang jangka pendek dalam pembiayaan modal kerja yang agressif, dan masing-
masing 50% hutang jangka panjang/pendek dalam pembiayaan modal kerja yang
moderat.

7. PT. ABC dan PT. XYZ mempunyai neraca per 31 Desember 2006 sebagai berikut :

PT. ABC PT. XYZ

Aktiva Lancar Rp 200.000.- Rp 160.000.-


Aktiva Tetap Bersih 200.000.- 240.000.-

Total Aktiva Rp 400.000.- Rp 400.000.-

Kewajiban Lancar Rp 40.000.- Rp 160.000.-


Htg Jangka Panjang 160.000.- 40.000.-
Saham Biasa 100.000.- 100.000.-
Laba Ditahan 100.000.- 100.000.-

Total Kewajiban dan Ekuitas Rp 400.000.- Rp 400.000.-

Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) untuk ke-dua perusahaan adalah sebesar Rp 60
juta dan tariff pajak sebesar 40%.
a. Berapa tingkat pengembalian atas ekuitas untuk PT. ABC dan PT. XYZ jika suku
bunga hutang jangka pendek sebesar 10% dan suku bunga hutang jangka panjang
sebesar 14%.
b. Misalkan suku bunga jangka pendek naik menjadi 20%, suku bunga hutang jangka
panjang yang baru naik menjadi 17%, dan suku bunga hutang jangka panjang lama
tidak mengalami perobahan, berapa tingkat pengembalian atas ekuitas pada PT.
ABC dan PT. XYZ ?
c. Posisi perusahaan mana yang lebih riskan ? Mengapa ?

8. PT. Keuangan sedang mempertimbangkan kebijakan aktiva lancar yang akan


digunakan. Aktiva tetap yang dimiliki saat ini sebesar Rp 600.000.000.- dan
perusahaan ingin mempertahankan rasio hutang terhadap aktiva sebesar 50%. Atas
seluruh hutang terkena suku bunga sebesar 10%. Ada tiga alternatif kebijakan aktiva
lancar yang sedang dipertimbangkan : 40%,50%, dan 60% dari proyeksi penjualan.
Perusahaan mengharapkan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) sebesar 15% atas
penjualan sebesar Rp 300 juta. Tarif pajak 40%. Berapa tingkat pengembalian atas
ekuitas (ROE) yang diharapkan dari setiap alternatif ?

362
9. PT. ABC adalah perusahaan yang memproduksi televisi. Dalam satu hari perusahaan
dapat menghasilkan 6 unit televisi dengan biaya per hari sebesar Rp 2 juta per unit
televisi untuk biaya bahan dan tenaga kerja. Bahan baku yang digunakan dibeli secara
kredit dengan tenggang waktu pembayaran 25 hari. Untuk mengobah bahan menjadi
televisi dibutuhkan waktu 25 hari. Manajemen perusahaan melakukan penjualan
secara kredit dengan jangka waktu pembayaran 45 hari.
a. Berapa lama siklus konversi kas ?
b. Pada tingkat produksi normal, berapakah besarnya modal kerja yang dibutuhkan
perusahaan agar kontinuitas produksi terjamin ?
c. Berapa besar penurunan modal kerja jika pemasok memperpanjang jangka waktu
pembayaran menjadi 35 hari ?
d. Manajemen perusahaan akan menerapkan proses produksi baru yang dapat
mengobah material menjadi televisi menjadi 15 hari, dan jumlah produksi menjadi
8 unit televisi per hari, tetapi biaya bahan baku dan tenaga kerja akan meningkat
menjadi 3 juta per hari. Perusahaan mempertahankan jangka waktu kredit
konsumen dan jangka waktu pembayaran bahan kepada pemasok tetap 25 hari.
Berapakah siklus konversi kas dan modal kerja yang dibutuhkan atas usulan
tersebut ?

10. PT. Keuangan mempunyai data sebagai berikut :


a. Jumlah modal usaha sebesar Rp 40.000.000.- dan dari jumlah ini 50% merupakan
modal sendiri dan sisanya modal asing. Jika seluruh modal asinnya dikembalikan,
maka perusahan akan mengalami kesulitan modal kerja.
b. Dari seluruh modal sendiri yang dimiliki, hanya Rp 4.000.000.- tersedia untuk
modal kerja (1 juli 2007) yang terdiri atas :
Kas Rp 1.000.000.-
Piutang 1.500.000.-
Persediaan 1.500.000.-

c. Data pembiayaan perusahaan adalah sebagai berikut :


- Produksi per hari 100 unit, harga jual Rp 10.000.- dan dalam satu bulan
perusahaan bekerja selama 25 hari

- Kebutuhan biaya setiap harinya untuk setiap unit produk yang dihasilkan
adalah :
Material A Rp 4.000.-
Material B Rp 2.000.-
Tenaga Kerja Rp 4.000.-
Administrasi Rp 500.000.- per bulan

363
Gaji pimpinan Rp 1.000.000.- per bulan

- Jangka waktu terikatnya modal kerja :


Uang muka pembelian bahan baku A 7 hari
Uang muka pembelian bahan baku B 5 hari
Proses produksi 3 hari
Bahan baku disimpan di gudang 3 hari
Penjualan kredit barang jadi 7 hari

d. Persediaan kas minimal Rp 500.000.-

Diminta :
a. Besarnya kebutuhan modal kerja kotor sesuai dengan kapasitas produksi
b. Besarnya pinjaman yang harus diperoleh untuk menutupi kekurangan modal kerja
sebelum pinjaman jangka panjang diperoleh
c. Neraca akhir juli 2007 apabila pinjaman tersebut diperoleh pada bulan Juli 2007.

11. PT. X sedang berupaya menetapkan kebijakan aktiva lancarnya. Aktiva tetap
berjumlah sebesar Rp 60.000.000.- dan perusahaan berencana untuk mempertahankan
rasio hutang pada aktiva sebesar 50%. Tingkat suku bunga untuk semua hutang adalah
10%. Ada tiga alternatif kebijakan aktiva lancar yang sedang dipertimbangkan, yaitu:
40%, 50%, dan 60% dari proyeksi penjualan. Perusahaan mengharapkan laba sebelum
bunga dan pajak sebesar 15% setahun dari penjualan sebesar Rp 300.000.000.-. Tarif
pajak efektif PT. X adalah 40%. Berapa tingkat pengembalian ekuitas yang diharapkan
untuk setiap alternatif?

364
365

Anda mungkin juga menyukai