Anda di halaman 1dari 6

Tanaman obat keluarga

Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang
berkhasiat sebagai obat.[1] Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di
halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang
berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan.[1] Kebun
tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya
obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.[1] Budidaya tanaman obat untuk keluarga (TOGA) dapat
memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara
individual.[1] Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara mandiri dan
memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga.[1]

Daftar isi

 1Sejarah
o 1.1Mesir Kuno
o 1.2Yunani kuno
o 1.3Cina
o 1.4Inggris
o 1.5Indonesia
 2Pemanfaatan Tanaman Obat (TOGA)
o 2.1Daun
o 2.2Batang
o 2.3Buah
o 2.4Biji
o 2.5Akar
o 2.6Umbi atau rimpang
 3Faktor peningkatan penggunaan tanaman obat
 4Perawatan tanaman obat
 5Referensi

Sejarah

Tanaman obat dari Cina.

Mesir Kuno
Pada zaman Mesir kuno (Tahun 2500 Sebelum Masehi), para budak diberi ransum bawang untuk
membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum terjadi pada masa
itu.[2] Sejak itulah catatan pertama tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah
dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno.[2] Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman
untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya tercantum
dalam Papyrus Ebers.[3] Pada saat itu, para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan
mempraktikkan pengobatan herbal.[2]
Yunani kuno
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan tanaman obat
yaitu Hyppocrates (Tahun 466 Sebelum Masehi), Theophrastus (Tahun 372 Sebelum
Masehi) dan Pedanios Dioscorides (Tahun 100 Sebelum Masehi) membuat himpunan keterangan
terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica.[3] Orang-orang Yunani kuno juga
telah melakukan pengobatan herbal.[2] Mereka menemukan berbagai tanaman obat baru,
seperti rosemary dan lavender pada saat mengadakan perjalanan ke berbagai daratan lain.[2]
Cina
Tanaman obat di Cina berlangsung sekitar 3.000 tahun yang lalu, ketika muncul penyembuhan
kerapuhan tulang oleh dukun Wu.[4] Pada waktu itu, penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan
jahat, sehingga menurut dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir kekuatan jahat
itu.[4] Bahkan, bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di China, di mana makam
seorang bangsawan Han ditemukan untuk menyimpan data medis yang ditulis pada
gulungan sutra.[4] Gulungan sutra berisi daftar 247 tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan yang
digunakan dalam menyembuhkan penyakit.[4]
Inggris
Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan didirikannya biara-biara di
seluruh negeri.[2] Setiap biara memiliki tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat
para pendeta maupun para penduduk setempat.[2] Pada beberapa daerah,
khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik menggunakan
obat-obatan dalam perayaan agama dan ritual mereka.[2] Pengetahuan tanaman obat semakin
berkembang dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15, sehingga penulisan
mengenai Tanaman-Tanaman Obat dapat dilakukan.[2]
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis mengenai tanaman obat dari berbagai
tanaman.[2] Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu The
Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649.[2] Pada tahun
1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman obat dan
berdagang lintah.[2] Sejak saat itu banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang
tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika,
sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug
and Preparatians, yang sampai saat inipun masih diterbitkan.[2] Tahun 1864, National Association of
Medical Herbalists didirikan dengan tujuan mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan secara
tradisional, serta mempertahankan standar-standar praktik pengobatan.[2]
Indonesia
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung ribuan tahun yang
lalu.[3] Pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus bernama Jacobus Rontius (1592 –
1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya De Indiae Untriusquere Naturali et
Medica.[3] Meskipun hanya 60 jenis tumbuh-tumbuhan yang diteliti, tetapi buku ini merupakan dasar
dari penelitian tumbuh-tumbuhan obat oleh N.A. van Rheede tot Draakestein (1637 – 1691) dalam
bukunya Hortus Indicus Malabaricus.[3] Pada tahun 1888 didirikan Chemis Pharmacologisch
Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor dengan tujuan menyelidiki bahan-bahan atau
zat-zat yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat-
obatan.[3] Selanjutnya penelitian dan publikasi mengenai khasiat tanaman obat-obatan semakin
berkembang.[3] ref name="Rizhosu"/> Setiap biara memiliki tamanan obat masing-masing yang
digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk setempat.

Pemanfaatan Tanaman Obat (TOGA)


Pada bagian tanaman seperti yang tercantum di bawah ini dapat dimanfaatkan sebagai obat. Bagian
tanaman terdiri dari bagian daun, kulit batang, buah, biji, bahkan pada bagian akarnya.[5]
Daun
No. Nama Tanaman Khasiat dan Manfaat
Daun dewa
1. Mengobati muntah darah dan payudara bengkak
(Gynura Segetum)
Seledri
2. Mengobati tekanan darah tinggi
(Apium graveolens L.)
3. Belimbing Mengobati tekanan darah tinggi
4. Kelor Mengobati panas dalam dan demam
5. Daun bayam duri Mengobati kurang darah
Kangkung
6. Mengobati insomnia
(Ipomoea aquatica)
Saga
7. Mengobati batuk dan sariawan
(Abrus precatorius)
Pacar cina
8. Mengobati penyakit gonorrhoe (penyakit kelamin)
(Aglaiae ordorota Lour)
Landep
9. Mengobati rematik
(Barleriae prionitis L.)
Miana
10. Mengobati wasir
(Coleus atropurpureus Bentham)
Pepaya
11. Mengobati demam dan disentri
(Carica papaya L.)
Jintan
(Trachyspermum
12. Mengobati batuk, mules, dan sariawan
roxburghianum syn. Carum
roxburghianum)
Pegagan Mengobati sariawan dan bersifat astringensia (mampu
13.
(Cantella asiatica Urban) membasmi bakteri)
Blustru
14. Bersifat diuretik (peluruh air seni)
(Luffa cylindrice Roem)
Kemuning
15. Mengobati penyakit gonorrhoe
(Murrayae paniculata Jack)
Murbei
16. Bersifat diuretik
(Morus indica Rumph)
Kumis kucing
17. Bersifat diuretik
(Orthosiphon stamineus Benth)
Mengobati batuk, antiseptika (membunuh mikroorganisme
18. Sirih (Chavica betle L.)
berbahaya), dan obat kumur
19. Randu (Ceiba pentandra Gaerth) Sebagai obat mencret dan kumur
20. Salam (Eugenia polyantha Wight) Bersifat astringensia
21. Jambu biji (Psidium guajava L.) Mengobati mencret
Mengobati ginjal, jantung, liver, sakit gigi,pencernaan,
22. Sukun (Arthocarpus communis)
menurunkan kolesterol, asam urat[butuh rujukan]
Batang
No. Nama Tanaman Khasiat dan Manfaat
Mengobati penyakit batuk dan sesak napas,
Kayu manis (Cinnamomum
1. nyeri lambung, perut kembung, diare, rematik, dan menghangatkan
burmanii)
lambung
Dadap ayam (Erythrina varigata
2. Mengobati asma
Linn.Var.orientalis)
3. Pulasari (Alyxia stellata Roem) Obat perut kembung
Brotawali (Tonospora rumphii
4. Mengobati demam, sakit kuning, obat cacingan, kudis, dan diabetes
Boerl)
5. Kemukus (Piper cubeba L.) Obat radang selaput lendir saluran kemih
6. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai antiseptik, sehingga dapat dipakai sebagai obat kumur
7. Delima (Punice granatum L.) Sebagai anti cacing pita (obat antelmentika)
Buah
No. Nama Tanaman Khasiat dan Manfaat
Mengobati penyakit demam, batuk kronis, kurang darah,
1. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) menghentikan kebiasaan merokok, menghilangkan bau badan,
menyegarkan tubuh, dan memperlancar buang air kecil
2. Cabai merah (Capsicum annuum L.) Obat gosok untuk penyakit rematik dan masuk angin
Mengobati penyakit batuk, melegakan napas, dan mencairkan
3. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
dahak
Mengobati penyakit radang usus, susah buang air kecil,
4. Mengkudu (Morinda citrifolia) batuk, amandel, difetri, lever, sariawan, tekanan darah tinggi,
dan sembelit
5. Kemukus (Piper cubeba L.) Obat radang selaput lendir saluran kemih
Kapulaga (Elettaria cardamomum
6. Maton) dan ketumbar (Coriandrum Obat antikembung
sativum L.)
Biji
No. Nama Tanaman Khasiat dan Manfaat
1. Kecubung (Datura metel) Mengobati penyakit asma, bisul, dan anus turun
Kapur barus (Dryobalanops
2. Mengobati gangguan pencernaan
aromatica Gaertn.)
Tepung biji pinang berkhasiat sebagai obat antelmentika, terutama
3. Pinang (Areca catecha L.)
terhadap cacing pita
Kedawung (Parkia biglobosa
4. Sebagai bahan obat sakit perut, mulas, diare, dan bersifat astringensia
Bentham)
Mengatasi perut kembung, sebagai stimulansia setempat terhadap saluran
5. Pala (Myristica) pencernaan, bahan obat pembius, menyebabkan rasa kantuk, dan
memperlambat pernapasan
Jamblang (Eugenia cumini Sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kencing manis
6.
Merr). (diabetes)
Akar
No. Nama Tanaman Khasiat dan Manfaat
1. Pepaya (Carica papaya L.) Obat cacing
2. Aren (Arenga pinnata Merril) Obat diuretik
Pule pandak (Rauwolfia serpentina Obat antihipertensi dan gangguan neuropsikhiatrik, seperti tekanan
3.
Benth) darah tinggi
Umbi atau rimpang
No. Nama Tanaman Khasiat dan Manfaat
Bangle (Zingiber purpureum Mengobati sakit kepala, susah buang air besar, nyeri pada perut, sakit
1.
Roxb.) kuning, perut kembung, dan melangsingkan tubuh
Menghangatkan badan, mengobati sakit pinggang, asma, muntah, dan
2. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
nyeri otot
Kencur (Kaempferia galanga Mengobati sakit kepala, obat batuk, melancarkan keringat, dan
3.
L.) mengeluarkan dahak
Kunyit (Curcuma domestica
4. Mengobati diare, masuk angin, hepatitis, dan kejang-kejang
Val.)
Lempuyang (Zingiber
5. Obat pelangsing, penambah nafsu makan, disentri, dan diare
zerumbet)
Lengkuas (Languas galanga
6. Mengobati panu, serta bersifat antifungi dan anti bakteri
L.Stunzt)
Temu giring (Curcuma
7. Obat anti cacing, sakit perut, dan melangsingkan tubuh
heynaena Val.)
Temulawak (Curcuma Mengatasi sembelit, memperbanyak ASI, dan memperkuat
8.
xanthorrhiza Roxb.) sekresi empedu, asam urat, kolesterol, kadar gula darah, maag, mencret
Temu hitam (Curcuma
9. obat anti cacing, mencegah kelesuan, dan memperlancar peredaran darah
aeroginosa Roxb.)
Alang-alang (Imperata
10. Obat untuk memperlancar air seni (diuretik
cylindrica Beav.)
Gambar Berbagai Jenis Tanaman Obat Tradisional <gallery> Image:Piper betel's leaf.jpg|Daun
sirih Image:Cinnamon-other.jpg|Kayu manis Image:Morinda citrifolia Fruit.jpg|Buah mengkudu
Image:Owoce Orzech arekowy.jpg|Biji pinang Image:Royal Palm Roots.jpg|Akar pohon aren
Image:Turmericroot.jpg|Temulawak Image:Carica papaya11.jpg|Daun pepaya Image:Punica
granatum Tbilisi.jpg|Pohon delima </galler y>

Faktor peningkatan penggunaan tanaman obat


Kecenderungan meningkatnya penggunaan obat tradisional didasari oleh beberapa faktor, yaitu:[6]

1. Pada umumnya, harga obat–obatan buatan pabrik yang sangat mahal,


sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah.
2. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dibandingkan dengan obat
buatan pabrik.[6]
3. Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional sebenarnya menjadi
dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya, pembuatan obat–obatan pabrik
menggunakan rumus kimia yang telah disentetis dari kandungan bahan alami
ramuan tradisional.

Perawatan tanaman obat


Tanaman yang dipelihara di pekarangan rumah tidak memerlukan perawatan khusus, baik sebagai
bumbu dapur atau bahan obat.[7] Perlakuan khusus dalam budi daya tanaman obat dilakukan dalam
skala usaha, dengan tujuan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas hasil yang
optimum.[7] Kegiatan pemupukan dan pengandalian hama penyakit tanaman perlu
dilakukan.[7] Kegiatan ini sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan kimiawi yang
terkandung dalam pupuk atau pestisida.[7] Pemakaian bahan kimiawi dapat mencemari lingkungan,
baik tanah maupun air, dan yang paling berbahaya residu yang dihasilkan akan terakumulasi dalam
produk tanaman yang dihasilkan.[7] Untuk itu, perlu diperkenalkan sistem budi daya yang tidak
tergantung pada bahan-bahan kimia.[7] Sistem ini dikenal dengan istilah pertanian organik.[7] Dalam
budi daya tanaman obat dapat dimanfaatkan pupuk organik untuk menambah unsur hara mineral
yang dibutuhkan tanaman.[7] Pupuk organik yang digunakan di antaranya adalah pupuk
kandang, bokhasi, kompos, humus, sampah dapur, dan serasah daun.[7] Selain itu, sebagai bahan
pengendali hama penyakit tanaman, dapat dimanfaatkan pestisida alami yang terdapat di sekitar
rumah, seperti tanaman babadotan (Ageratum conyzoides), sirsak, lantana, dan daun tembakau.[7]

Anda mungkin juga menyukai