Anda di halaman 1dari 60

PENGETAHUAN

BAHAN
KONSTRUKSI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FATETA-IPB
TITIEK UJIANTI KARUNIA, ST., MT
2017
MATERI
UTS UAS

• Pendahuluan/Sifat • Beton
Mekanika Bahan (definisi/perkenalan)
• Kayu • Air dan Agregat halus
• Bambu • Agregat kasar
• Bahan komposit • Semen dan Zat Aditif
(Laminasi) Beton
• Bata • Mix design
• Logam umum • Mix design
• Logam konstruksi (Besi • Pengujian Beton
dan Baja)
PENDAHULUAN
• Semua materi tersusun atas atom.
• Secara kimia atom terdiri atas
nukleus pusat (neutron) yang tidak
bermuatan listrik (netral). Proton
yang memiliki muatan positif yang
dikelilingi sejumlah elektron
bermuatan listrik negatif.
• Elektron berkecenderungan bergerak
dalam satu lapisan yang mengitari
nukleus.
• Elektron terluar disebut elektron
valensi, yang seringkali berfungsi
sebagai elektron ‘penggabung’ dalam
ikatan kimiawi.
• Atom dapat bergabung membetuk molekul
• Bergabungnya atom membetuk molekul
dengan membentuk suatu susunan elektron
yang stabil (saling melengkapi) pada lapisan
elektron terluar, dengan cara memberi-
menerima atau dipakai bersama.
• Tukar menukar elektron valensi antar atom-
atom dalam bahan mengakibatkan atom
bermuatan listrik  gaya tarik-menarik antar
atom.
• Sifat lain atom  mengkibatkan gaya tolak
menolak antar atom (untuk atom sejenis
karena bermuatan listrik yg sama).
• Dengan adanya gaya tarik menarik (Fta) dan/atau tolak menolak (Fto), antar atom memiliki jarak tertentu
yang stabil, Fta = Fto
• Bila suatu bahan dibebani dengan suatu gaya luar tarik F, maka jarak antar atom berubah sehingga terjadi
ketidak seimbangan. Dalam hal ini gaya tarik menarik antar atom Fta lebih besar dari Fto atau terjadi
keseimbangan baru.
• Persamaan keseimbangan akibat gaya luar F sbb:
F = Fta - Fto
F = Fta – Fto
Dengan:
F = gaya luar (tarik)
Fta = gaya tarik antar atom
Fto = gaya tolak antar atom

Bila L0 jarak keseimbangan awal, maka terjadi L1 atau jarak keseimbangan


baru. L1 > L0.
• Makin besar gaya F (luar), makin besar pula jarak keseimbangan baru L1 yang terjadi.
• Bila F semakin besar sehingga gaya tarik menarik antar atom Fta tidak lagi mampu
mengimbangi F maka pada bahan terjadi putus.
• Namun bila sebelum terjadi putus beban tarik luar F dikurangi dan sedemikian rupa
sehingga jarak L1 berangsur mengecil dan bisa kembali ke L0 ( jarak keseimbangan awal),
maka bahan/atom tersebut bersifat elastis.
• Catatan: Tidak semua bahan bersifat demikian.
• Berlaku juga pada keadaan F luar berupa gaya tekan. Bila F luar berupa tekan, maka L1
lebih kecil dari L0, dan pada kondisi tertentu bila gaya F lebih besar dari gaya Fta dan Fto
maka pada bahan akan terjadi pecah.
• Sebelum terjadi kondisi pecah bila F luar dikurangi, L1 berangsur dapat membesar dan
kembali sebesar L0.
Bahan Teknik
• Logam sebagian besar terdiri atas
Logam unsur-unsur yang disusun dengan
ikatan logam.
• Polimer umumnya tersusun atas unsur
Polimer non logam dan terikat dengan ikatan
Bahan kovalen
• Keramik terdiri atas unsur logam dan
Teknik non logam yang terikat dengan ikatan
Keramik logam dan kovalensi, termasuk dalam
kategori ini batuan/tambang.
• Komposit merupakan bahan yang
Komposit tersusun dari 2 jenis bahan/lebih yang
dikombinasi/disusun dalam lapis lapis.
TERIMA KASIH
TITIEK UJIANTI KARUNIA, ST., MT.
Kayu
• Bahan konstruksi dari alam yang menjadi salah satu material pertama
dalam sejarah konstruksi manusia,
• Kayu berasal dari pohon (trees) yang memang diharapkan manfaat
hasil berupa kayu-nya, disamping buah atau daun (namun sangat
sedikit)
• Di Indonesia kayu dapat digolongkan menjadi 4 (empat golongan)
(Kardiyono, 2005):
1. Pohon berdaun lebar, misal: Jati, Nangka, Mangga
2. Pohon berdaun jarum, misal: Cemara
3. Pohon sebangsa palem, misal: Palem, Kelapa
4. Pohon sebangsa bambu atau rumput-rumputan

TSD © 2014
Kayu
Keuntungan pemilihan kayu sebagai bahan konstruksi:
1. Mudah didapatkan dan dapat dibudidayakan
2. Mudah dikerjakan
3. Kekuatan cukup tinggi
4. Durabilitas (keawetan) yang baik
5. Relatif berharga murah (tergantung kualitas dan distribusi)
6. Ringan (berat jenis di bawah 1,00; beton 2,4; baja 7,8)

TSD © 2014
Kayu
Kelemahan pemilihan kayu sebagai bahan konstruksi:
1. Tidak homogen, dimana sering ditemui mata kayu, arah serat yang
tidak seragam, faktor umur (bagian bawah pohon lebih tua dan
kuat), dsb
2. Mudah terbakar
3. Lendutan cukup besar
4. Potensi muai dan susut yang besar
5. Sifat organiknya membuat bisa lapuk, membusuk, diserang rayap,
dsb

TSD © 2014
Kayu
Bagian-bagian Kayu:
• Kulit Luar
Merupakan bagian kulit yang telah mati dan mengeras. Berfungsi sebagai
pelindung bagian batang yang lebih dalam.
• Kulit Dalam
Bagian kulit yang lunak, basah dan berpori. Merupakan bagian yang menjadi
transpor makanan dari daun ke bawah. Pada bagian ini sering ditemukan
bahan kimia yang berguna seperti getah.
• Kambium
Merupakan bagian dari sel tanaman yang hidup dan berkembang dengan
cepat. Bagian luar semakin tua dan mati membentuk kulit, sedangkan bagian
dalam tumbuh menjadi sel kayu.

TSD © 2014
Kayu
• Gubal
Berfungsi sebagai transpor makanan dari akar ke daun. Merupakan
bagian yang tumbuh menjadi kayu yang keras.
• Hati
Merupakan bagian kayu yang ada di pusat, merupakan bentukan dari
gubal yang tidak berfungsi lagi. Bagian ini mempunyai kekuatan yang
tinggi dan berfungsi membuat pohon tetap tegak berdiri.
• Inti
Merupakan bagian lebih kecil di tengah hati kayu, terkadang sudah
busuk terutama pada kayu yang sangat tua.

TSD © 2014
Kayu
• Lingkaran Tahun
Pada bagian hati yang terlihat berupa garis-garis lingkaran yang
mengelilingi pusat kayu. Perbedaan pertumbuhan pada musim
kemarau dan musim penghujan membuat karakter fisik yang berbeda
pada lingkaran tahun. Pada musim hujan sel-sel yang terbentuk besar-
besar, sedangkan pada musim kemarau kecil-kecil.

(Google, 2014)
TSD © 2014
Kayu
Karakteristik Kayu

Struktur Kayu
Kayu tersusun atas sel-sel yang terbentuk/tersusun dari selulosa. Sel-sel tersebut disatukan
oleh lignin, dimana bentuk dari sel-sel kayu bundar memanjang atau persegi memanjang,
dengan panjang sel jauh lebih besar dari lebarnya. Jika terjadi keretakan sel selalu pada
bagian panjang yang sejajar dengan arah pertumbuhan kayu (tidak melintang).
Perbedaan susunan sel menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis kayu.

TSD © 2014
Kayu
Cacat Kayu
Berbagai ‘cacat’ pada kayu sangat umum terjadi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari permasalahan penggunaan material kayu untuk konstruksi. Cacat dapat berupa
wanvlak, mata kayu, dan lain-lain.

(Google, 2014)

TSD © 2014
Kayu
Kemiringan Serat Kayu
Kemiringan serat kayu juga sering ditemui dimana arah serat tidak sejajar dengan bidang
potong (gergajian) kayu.

(Google, 2014)

TSD © 2014
Kayu
Kadar Air
Kayu bersifat menyerap uap air bila kandungan air di udara cukup banyak.
Ketika uap air di udara lebih rendah, air lepas dari batang kayu (sifat higroskopis).
Pada kayu dikenal 3 tingkat kebasahan yaitu:
1. Kayu basah, yaitu semua kayu yang baru ditebang
2. Kayu kering udara, yaitu kayu yang kandungan airnya sudah tetap sesuai dengan udara
di sekitarnya
3. Kayu kering mutlak atau kering tungku (oven), yaitu kayu yang dikeringkan dengan
suhu 105oC sehingga seluruh airnya menguap keluar.

TSD © 2014
Kayu
Kadar Air
Kadar air dihitung dengan:
Kadar air = a–b x 100%
b
Dengan a = berat kayu yang dihitung kadar airnya
b = berat kayu setelah kering tungku

Kayu basah kadar air dapat mencapai 200% pada kayu ringan dan 40% pada kayu berat.
Kayu kering udara antara 12 dan 20%.

TSD © 2014
Kayu
Berat Jenis
Adalah hasil bagi antara berat kayu kering mutlak dan volume kayu ketika bj nya akan
dihitung.
Berat jenis = Wk / V b
dengan:
Wk = berat kayu kering mutlak
Vb = volume kayu semula (saat berat jenis ingin dihitung)

Berat jenis kayu berbanding lurus dengan kekuatan, kekerasan, dan kepadatan kayu.

TSD © 2014
Kayu
Bobot Isi
Bobot isi kayu adalah hasil bagi antara berat kayu seluruhnya (termasuk kandungan
airnya) dan volume kayu saat itu.
Bobot isi = Wb / Vb
dengan:
Wb = berat kayu basah (saat bobot isi ingin
dihitung)
Vb = volume kayu semula (saat bobot isi ingin dihitung)

Bobot isi digunakan untuk membedakan dengan berat jenis. Besar nilai bobot isi
tergantung pada zat-zat penyusun kayu tersebut, seperti tebal dinding sel, besar
rongga sel dan rongga antar sel, kadar air, dsb. Bobot isi dinyatakan dalam
gram/cm3.

TSD © 2014
Kayu
Susutan
Pada batang kayu yang baru ditebang maka akan segera terjadi proses keluarnya air dari
batang tersebut secara alami (pengeringan).

Apabila kayu ditreatment lebih lanjut dengan pengeringan, maka bila pengeringan tersebut
masih di atas titik jenuh serat, maka tidak menyebabkan susutan volume kayu, tapi bila
sampai melewati titik jenuh serat makaakan menyebabtkan susutan volume.

TSD © 2014
Kayu
Susutan
Air di dalam kayu sebagian terdapat di dalam rongga sel dan sebagian lagi diantara rongga
sel. Ketika proses pengeringan, air diantara rongga sel terlebih dulu keluar, dan ketika telah
habis maka air di dalam rongga sel mulai keluar. Keadaan ketika air diantara rongga sel
telah habis dan air di dalam rongga sel mulai akan keluar disebut titik jenuh serat.
Keluarnya air diatara rongga sel tidak akan mempengaruhi volume kayu/serat. Namun bila
sampai air di dalam rongga sel telah keluar, maka volume kayu akan menyusut.

TSD © 2014
Kayu
Susutan
Besar susutan kayu tidak sama untuk arah yang berbeda, yaitu:
1. Pada arah serat / aksial, susutan kecil
2. Pada arah radial susutan agak besar
3. Pada arah tangensial susutan paling besar.

(Google, 2014)

TSD © 2014
Kayu
Mutu Kayu
Mutu kayu dibagi atas 2 jenis mutu, yaitu mutu A dan mutu B.

Mutu A
1. Kadar air kurang dari 20%
2. Besar mata kayu < 1/6 lebar balok atau 35mm
3. Kandungan gubal < 1/20 tinggi balok
4. Kemiringan serat < 1/10
5. Retak arah radial < ¼ tebal kayu
6. Retak arah tangensial < 1/5 tebal kayu
7. Kekuatan hanya diijinkan 61% dari kayu tanpa cacat

TSD © 2014
Kayu
Mutu Kayu
Mutu kayu dibagi atas 2 jenis mutu, yaitu mutu A dan mutu B.

Mutu B
1. Kadar air kurang dari 30%
2. Besar mata kayu < ¼ lebar balok atau 50mm
3. Kandungan gubal < 1/10 tinggi balok
4. Kemiringan serat < 1/7
5. Retak arah radial < 1/3 tebal kayu
6. Retak arah tangensial < ¼ tebal kayu
7. Kekuatan hanya diijinkan 46% dari kayu tanpa cacat

TSD © 2014
Kayu
Tegangan Ijin Kayu
Tegangan yang diperkenankan (ijin) untuk kayu mutu A adalah sbb. Untuk kayu mutu B
dikali dengan faktor f = 0,75.

(PKKI, 1971)

TSD © 2014
Kayu
Tegangan Ijin Kayu
Tegangan yang diperkenankan (ijin) untuk kayu mutu A adalah sbb. Untuk kayu mutu B
dikali dengan faktor f = 0,75.

Faktor koreksi lain:


1. Faktor 2/3 untuk konstruksi yang selalu terendam air dan bagian konstruksi yang tidak
terlindungi atau berkecenderungan kadar air selalu tinggi.
2. Faktor 5/6 untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi tetapi kayu itu dapat
mengering dengan cepat.
3. Faktor 5/4 untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap,
tidak tetap, dan angin

TSD © 2014
Kayu
Modulus Elastisitas Kayu
Modulus elastisitas kayu sejajar serat dan modulus geser kayu sejajar serat ditunjukkan
dalam tabel berikut.

(PKKI, 1971)

TSD © 2014
Kayu
Kekuatan Kayu
Kekuatan kayu disandarkan atas kuat batang kayu tersebut menahan lentur dan tekan luar.
Nilai kekuatan ini ditunjukkan dalam tabel berikut.

(PKKI, 1971)
TSD © 2014
Kayu
Kekuatan Kayu
Hubungan kekuatan kayu dengan bj sangat erat dan berbanding lurus. Hubungan ini dapat
dirumuskan dengan g = Bj, sebagi contoh untuk kayu mutu A.
Tegangan Lentur = 170 g
Tegangan Tkn/Trk // serat = 150 g
Tegangan Tkn Tg.Lrs serat = 40 g
Tegangan geser // serat = 20 g

TSD © 2014
Kayu
Pengeringan Kayu
Pengeringan adalah upaya pengurangan kadar air dalam kayu agar didapatkan keuntungan-
keuntungan sbb:
1. Mengurangi berat batang kayu
2. Menambah kekuatan kayu (makin kecil kadar air, makin tinggi kekuatan kayu)
3. Menghindari penyusutan dan menstabilkan bentuk batang
4. Menghindari cendawan dan bubuk, karena umumnya tidak bisa hidup di bawah kadar
air 20%
5. Memungkinkan perekatan lem bila digunakan sambungan lem
6. Memudahkan serapan aditif pengawet ke dalam batang

TSD © 2014
Kayu
Pengeringan Kayu
Kecepatan pengeringan kayu dipengaruhi oleh:
1. Suhu udara. Pada keadaan kelembaban udara yang tetap, makin tinggi suhu makin
cepat proses pengeringan yang diperlukan.
2. Kelembaban udara. Pada suhu yang sama, makin tinggi kelembaban udara makin lama
proses pengeringan.
3. Peredaran udara. Peredaran udara yang baik memungkinkan pengeringan lebih cepat.
4. Jenis kayu. Beberapa kayu mudah dikeringkan dan beberapa yang lain memerlukan
waktu yang lebih lama dalam pengeringan.

TSD © 2014
Kayu
Pengeringan Kayu
Metode pengeringan kayu:
1. Pengeringan udara biasa. Metode pengeringan dengan menempatkan kayu ke dalam
tumpukan menurut susunan tertentu dan dibiarkan di dalam udara terbuka namun
terbebas dari sinar cahaya / matahari langsung.
2. Pengeringan buatan. Metode pengeringan dengan menempatkan kayu ke dalam
ruangan pengering, dengan pengaturan suhu baik dengan lampu/gas/api dll.
Pengaturan juga mencakup sirkulasi udara agar pengeringan berjalan sempurna.

TSD © 2014
Kayu
Pengawetan Kayu
Pengawetan kayu dimaksudkan agar kayu tahan terhadap serangga dan cendawan.
Beberapa jenis kayu telah secara alami memiliki ketahanan terhadap serangga dan
cendawan, namun kebanyakan memerlukan proses pengawetan ini.
Tujuan pengawetan:
1. Agar kayu tidak cepat lapuk oleh serangga/jamur
2. Agar bangunan tahan lama
3. Agar kayu yang relatif kurang awet dapat naik tingkat keawetannya

TSD © 2014
Kayu
Pengawetan Kayu
Pengawetan kayu umumnya menggunaka metode sbb:
1. Direndam di dalam air
2. Dimasuki/direndam aditif pengawet
3. Dicat
4. Diarangkan
5. Ditir

Apabila digunakan pengawetan dengan aditif, maka harus diperhatikan beberapa persyaratannya,
diantaranya beracun tapi tidak berbahaya bagi manusia, mudah dimasukkan ke dalam batang kayu,
permanen (tidak luntur, menguap, hilang), tidak merusak / bereaksi dengan zat kayu, tidak mudah
terbakar, cepat kering dan memungkinkan/tidak menghalangi cat/finishing.

TSD © 2014
Kayu
Anggapan dan Penyederhaan Analisis Kayu
Dalam analisis kayu, dilakukan anggapan dan penyederhanaan permasalahan sebagai
berikut:
1. Homogenitas. Walaupun kayu memiliki sifat yang tidak homogen di sepanjang
bentangnya, namun untuk memudahkan perhitungan, dianggap bahwa kayu tersebut
homogen di sepanjang bentang, seperti halnya baja atau beton, sepanjang kayu telah
memenuhi syarat dalam PPKI atau SII 458.
2. Hukum Hook. Hukum hook berlaku untuk kayu sampai batas proporsional
pembebanan.

TSD © 2014
Kayu
Anggapan dan Penyederhaan Analisis Kayu
3. Azas Bernoulli. Tampang kayu dianggap tetap meskipun bekerja tegangan tarik, tekan,
lentur terhadap tampang.
4. Plastisitas dan Elastisitas. Kayu masih elastis sampai batas proporsionalnya, dan
menjadi plastis ketika terlewat. Semakin tinggi kadar air, semakin plastis. Kekuatan
tarik kayu 2-2,5 kali lebih besar dari kuat tekannya.

TSD © 2014
Kayu

TSD © 2014
Kayu

TSD © 2014
Kayu

TSD © 2014
Bambu
• Bambu material ringan
• Tidak kaku
• Elastis dan tidak mudah pecah
• Mudah di bentuk
• Struktur berongga dan berbuku untuk penahan beban

TSD © 2014
Bambu
Kelebihan

Kekurangan

TSD © 2014
Beberapa contoh Jenis Bambu
Bambusa bambos - (L.) Voss
• Kurang cocok untuk skala luas
• Berguna sebagai pengendali banjir bila ditanam disepanjang sungai dan
pelindung tanaman dari angin kencang
• bambu jawa

Bambusa vulgaris - Schrader ex Wendland


• Mulaidataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau
disepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5-6,5, tumbuh paling
baikpada dataran rendah
• bambu ampel

Dendrocalamus asper - (Schultes f.) Backer ex Heyne


• Mulai dataran rendahhingga ketinggian 1500 m, tumbuh terbaik pada ketinggian
antara 400-500m . Tumbuh di semua jenis tanah tetapi paling baik di tanah yang
berdrainase baik.
• bambu petung
Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees
• Iklim dan jenis tanah memegang kunci dalam keberhasilan penanaman jenis ini
• bambu batu

Gigantochloa pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja


• Di tanah liat berpasir/tanahberpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas
permukaan laut dengancurah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32
derajat C dengantingkat kelembaban relatif sekitar 70%
• bambu andong

Gigantochloa apus (J.A & J.H. Schultes) Kurz


• Dapat tumbuh di dataranrendah, dataran tinggi (atau berbukit-bukit) sampai
dengan 1500 m.Bahkan juga dapat tumbuh di tanah liat berpasir.
• bambu apus

Gigantochloa atroviolacea Widjaja


• Dapat pula tumbuh di tanah kering berbatu atau tanah(vulkanik) merah.
• Bambu hitam
Pemanfaatan
• Bahan konstruksi alternatif dari kayu
• Bahan komponen arsitektural
• Bisa digunakan untuk konstruksi rumah
• Bahan dinding untuk pertimbangan kebutuhan estetika
• Pondasi untuk bangunan semi permanen atau permanen
• Komponen struktural (kolom, balok) untuk bangunan tertentu
PEMAKAIAN BAMBU
• Pemakaian bambu seringkali didasarkan pada pengalaman nenek
moyang saja.
• Perangkaian batang-batang struktur bambu dilakukan secara
konvensional menggunakan tali atau pasak, sehingga rangkaian itu
kurang kokoh. Sebagai akibat penyusutan bahan, ikatan tali/pasak
menjadi kendor, sehingga struktur akan mengalami perubahan
bentuk yang cukup besar dan kekuatannya pun merosot.
• Hal ini memberi kesan bahwa kekuatan bambu sangat rendah. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika pemakaian bambu selama ini
hanya terbatas pada struktur ringan saja.
Sifat Bahan Bambu

• Bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik


untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata,
keras, mudah dibelah,mudah dibentuk dan mudah dikerjakan
serta ringan sehingga mudah diangkut.
• Selain itu tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa.
Rumpun bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi, bahkan
saat Hiroshima dijatuhi bom atom sampai rata dengan tanah, bambu
adalah satu-satunya jenis tanaman yang masih dapat bertahan hidup.
Ditambah lagi sifat bambu elastis sehingga struktur bambu
mempunyai ketahanan yang tinggi baik terhadap angin maupun
gempa
Sifat Fisis Bambu

• Physical Properties atau Sifat fisis adalah sifat yang berhubungan


denganfaktor-faktor dalam yang bekerja pada benda itu sendiri. Sifat
fisis bambu ditentukanoleh faktor dalam yang meliputi :
• 1.Banyaknya zat dinding sel yang ada pada bambu,
• 2.Susunan dan arah mikrofibril dalam sel-sel,
• 3.jaringan-jaringan dan Susunan kimia zat dinding sel,
• 4.Lingkungan pertumbuhan dan asalnya
faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan
bambu
• Kadar Air Bambu • Berat Jenis Bambu
• Bambu termasuk zat higroskopis, • Bambu yang mempunyai berat
artinya bambu mempunyai afinitas jenis besar berarti mempunyai
terhadapair, baik dalam bentuk uap jumlah zat dinding sel persatuan
maupun cairan. Kayu atau bambu volume besar
mempunyaikemampuan
mengabsorpsi atau desorpsi yang
tergantung dari suhu dan
kelembabanudara disekelilingnya.
• Semua nilai sifat-sifat kekuatan
bambu meningkat seiring dengan
menurunnya kadar air dan
berkolerasi positif dengan berat
jenis.
Sifat Mekanis Bambu

• Sifat mekanis adalah sifat yang berhubungan dengan kekuatan bahan


dan merupakan ukuran kemampuan bahan untuk menahan Gaya
luar (Membebani bendatersebut) yang bekerja padanya dan
cenderung untuk merubah bentuk dan ukurannya. Sifat mekanis
meliputi Kuat Tarik, Kuat Tekan, Kuat Geser dan Kuat Lentur.
• kuat tarik rata-rata 172,059 MPa.
• kuat tekan rata-rata 40,5 MPa,
• kuat geser sejajar serat rata-rata 7 .789 MPa,
• kuat lentur rata-rata 134,'767 MPa
Kelebihan bambu Kekurangan bambu
• Bahan Alami yang dapat • Rentan terhadap rayap.
diperbaharui
• Sangat cepat pertumbuhannya • jarak ruas dan diameter yang
(hanya perlu 3 s/d 5 tahun sudah tidak sama dari ujung sampai
siap tebang) pangkalnya.
• Pada berat jenis yang sama, Kuat
tarik bambu lebih tinggi
dibandingkan kuat tarik baja mutu
sedang.
• Ringan.
• Bahan konstruksi yang murah.
Cara Pengawetan Bambu

Pengawetan Tradisional
Yang dimaksud dengan pengawetan tradisional di • Penebangan pada bulan tertentu
sini adalah praktik dan perlakuan terhadap yang (mongso/mangsa) dalam bahasa jawa/sunda,
dilakukan olah masyakat secara turun temurun umumnya pada mongso 9 (bulan maret)
yang bertujuan untuk meningkatkan masa pakai dianggap sebagai waktu yang paling tepat
bambu. Berbagai cara pengawetan tersebut untuk memotong bambu.
diantaranya berupa:
• 1.1 Pengendalian waktu tebang. • penebangan pada jam tertentu, misalnya
penebangan dilakukan pada waktu menjelang
Adalah pengawturan waktu penebangan bambu subuh dipercaya dapat meningkatkan
pada saat-saat tertentu yang menurut kepercayaan ketahanan bambu.
atau kebiasaan masyarakat dapat meningkakan
daya tahan bambu dibandingkan dengan • Penebangan pada waktu tertentu, misalnya
penebangan pada sembarang waktu. Pengendalian penebangan pada waktu bulan purnama
waktu tebang di Indonesia ada banyak versi, dibeberapa daerah dipercaya dapat
diantaranya: mengurangi serangan hama pada bambu.
• 1.2 Perendaman bambu, • 1.3 Pengasapan bambu,
• •
• bambu yang telah ditebang • selain pengendalian waktu
direndam selama berbulan-bulan penebangan dan perendaman,
bahkan tahunan agar bambu secara tradisional bambu juga
tesebut tahan terhadap pelapukan kadangkala diasap untuk
dan serangan hama. Perendaman meingkatkan daya tahannya.
dilakukan baik di kolam, sawah, Secara tradisional bambu
parit, sungai atau di diletakkan di tempat yang
laut.penebangan waktu pada
bulan tertentu (mongso/mangsa) berasap (dapur atau tempat
dalam bahasa jawa/sunda, pembakaran lainnya), secara
umumnya pada mongso 9 (bulan bertahap kelembaban bambu
maret) dianggap sebagai waktu berkurang sehingga kerusakan
yang paling tepat untuk memotong secara biologis dapat dihindari.
bambu. Kelemahan dari sistem ini Saat ini sebenarnya cara
adalah, bambu yang direndam pengasapan sudah mulai
dalam waktu lama, ketika diangkat dimodernisasi, beberapa
akan mengeluarkan lumpur dan produsen bambu di Jepang dan
bau yang tidak sedap, akan butuh Amerika Latin telah
waktu yang cukup lama setelah
perendaman untuk mengeringkan menggunakan sistem
hingga bau berkurang dan dapat pengasapan yang lebih maju
dipakai sebagai bahan bangunan. untuk mengawetkan bambu
dalam skala besar untuk
kebutuhan komersil.
• 1.4 Pencelupan dengan kapur. • 1.5 Pemanggangan/pembakar
• Bambu dalam bentuk belah an.
atau iratan dicelup dalam • Biasanya dilakukan untuk
larutan kapur (CaOH2) yang meluruskan bambu yang
kemudian berubah menjadi bengkok atau sebaliknya. Proses
kalsium karbonat yang dapat ini dapat merusak struktur gla
menghalangi penyerapan air yang ada dalam bambu
hingga bambu terhindar dari membentuk karbon , sehingga
serangan jamur. tidak disenangi oleh kumbang
atau jamur.
Pengawetan Moderen

Yang dimaksud dengan cara pengawetan • Meski poros vertical yang ada memungkinkan
moderen di sini adalah pengawetan yang larutan mudah melewati sel bambu, namun
memanfaatkan input barupa bahan kimia. keberadaan buku-buku diantara ruas bambu
Efisiensi pengawetan kimia terhadap mengisolasi dan memperlambat penyerapan
peningkatan umur bambu dipengaruhi oleh ke bagian lainnya.
struktur anatomi bambu itu sendiri. • Ketika bambu dipotong, cairan bambu beraksi
Pengawetan bambu lebih sulit dilakukan menutupi “luka” yang ada sehingga
dibandingkan dengan pengawetan kayu karena membatasi akses bahan pengawet. Sehingga
kondisi berikut ini: bambu harus segera diawetkan ketika
kondisinya masih basah.
• Tidak ada jalur serapan radial (horizontal • Dalam kondisi kering cairan bambu yang
ketika bambu dalam posisi tegak) sebagaimana mongering di dalam batang bambu
yang dimiliki kayu, sehingga perpindahan menghalangi proses difusi antar sel, sehingga
larutan dari sel ke sel tergantung pada proses memperlambat proses penyerapan pengawet.
difusi secara perlahan.
• Sel batang bambu yang berperan dalam proses
transportasi bahan pengawet hanya 8%
dibandingkan dengan kayu lunak yang
mencapai 70%, karu keras 20% atau rotan
30%, ini menyebabkan proses pengawetan
bambu membutuhkan waktu yang lebih lama.
• Penyerapan radial dari bahan penawet melalui
bagian kulit luar bambu terhalang oleh lapisan
keras kulit bambu (cortex), sedangkan dari
bagian dalam dihalangi oleh struktur lignin
yang tebal.
Metode Pengawetan
• Perendaman Pangkal Bambu.
• Perendaman Difusi.
Perendaman dengan Pemanasan.
Perendaman vertical
Penggantian cairan bambu dengan bahan pengawet.
• Pengawetan Dengan Tangki Bertekanan.

Anda mungkin juga menyukai