PENDAHULUAN
1
muatan dalam kapal secara berlebihan dan 40% karena kurangnya
kemampuan awak kapal dalam menjalankan serta mengatasi berbagai
pemersalahan yang timbul saat bekerja di atas kapal yang terjadi karena tidak
di aplikasinnya konvensi STCW 1978/ 45 (standart of training, certification
and watch keeping for seaferers) yang berisi tentang persyaratan pendidikan
atau pelatihan yang harus di penuhi oleh awak kapal untuk bekerja sebagai
pelaut.
Oleh sebab itu pelaut di Indonesia harus memahami MFR (medical first
responder) sebagai pertolongan pertama korban di laut untuk mengurangi dan
mencegah jumlah korban.
2. Apa saja hal-hal yang harus di informasikan, untuk meminta bantuan medis
MFR (Medical First Responder) ketika terjadi korban kecelakaan di laut ?
1. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan laporan ini selain untuk memberikan gambaran kepada
pembaca tentang cara pertolongan pertama korban kecelakaan :
a. Tujuan Akademik
Sebagai tugas akhir bagi penyusun untuk menyelesaikan pendidikan
diploma III Jurusan Nautika.
b. Tujuan Ilmiah
Sebagai penerapan disiplin ilmu dan memperdalam ilmu yang telah di
peroleh di bangku kuliah dan dilaksanakan atau diterapkan sesuai
2
dengan kondisi di lingkungan praktek serta memberikan sumbangan
pengetahuan kegiatan search and rescue.
c. Tujuan Umum
Sebagai pertolongan ilmu pengetahuan yang telah ada dan memberikan
pengertian kepada taruna/taruni serta masyarakat umum mengenai
pentingnya prosedur dan mekanisme MFR sebagai sarana pertolongan
pertama pada kecelakaan di atas kapal.
2. Kegunaan Penulisan
a. Bagi Akademi
Hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian untuk lebih meningkatkan
mutu pendidikan dan pelatihan untuk dapat mengahsilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan terampil sehingga dapat bersaing di dunia
kerja baik didalam negeri maupun internasional.
b. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuannya serta mampu mempraktekkan teori-teori yang didapat
selama mengikuti pendidikan, dan juga sebagai persyaratan kelulusan
dari program Diploma III Jurusan Nautika di STIMART"AMNI"
Semarang dengan sebutan ahli madya (Amd). Melatih taruna untuk
menuangkan pemikiran ataupun pendapat dalam bahasa yang dapat
dipertanggung jawabkan.
c. Bagi pembaca
Bagi pembaca untuk menambah wawasan dan gambaran tentang
pengaruh MFR untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
3
BAB 1 Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan dalam sub bab antara lain : Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Kegunaan
Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Yang berisi teori-teori yang ada hubungannya tentang pertolongan
pertama antara lain pelatihan pertolongan pertama, peralatan
pertolongan pertama, dasar hukum pertolongan pertama, persetujuan
pertolongan, penilaian korban, dan cara-cara mengangkat dan
memindahkan korban.
BAB 3 Metode Pengumpulan Data
Terdiri dari gambaran umum objek penelitian, pengumpulan data dan
analisis observasi, saat pelaksanaan praktek darat di perusahaan atau
instansi serta di lengkapi dengan struktur organisasi dan gambaran
kondisi perusahaan atau instansi.
BAB 4 Pembahasan dan Hasil
Dalam bab ini penulis membahas masalah yang sudah teridentifikasi
dalam rumusan masalah, pemecahan masalah ini berdasarkan logika
deduktif (pernyataan yang logis dan benar berdasarkan teori-teori,
aturan-aturan dan lain-lain).
BAB 5 Penutup
Dalam bab ini penulisan memberikan kesimpulan dari masalah yang
telah terpecahkan di bab 4 serta penulis memberikan saran yang di
tujukan untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah yang
muncul.
4
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, korban dan orang orang di sekitar
2. Menjangkau korban
6
3. Dapat mengenali dan membatasi masalah yang mengancam jiwa
4. Meminta bantuan
5. Memberikan pertolongan pertama berdasarkan keadaan korban
6. Membantu pelaku pertolongan lainnya
7. Ikut menjaga kerahasiaan medis korban
8. Berkomunikasi dengan petugas lainnya
9. Mempersiapkan korban untuk di bawa ke tempat medis.
7
2.3. Peralatan Pertolongan Pertama
1. Macam-macam alat pelindung diri
a. Sarung Tangan
b. Lateks
c. Baju pelindung
d. Masker penolong
e. Masker resisutisasi
f. Helm
2. Macam-macam peralatan pertolongan pertama
a. Kasa steril
b. Bantalan kasa
c. Pembalut
d. Pembalut gulung/pita
e. Pembalut segita/mitela
f. Pembalut tabung
g. Pembalut rekat
h. Cairan anti septik
i. Alkohol 70%
j. Iodine
k. Cairan pencuci mata
l. Gunting
8
1. Dalam pasal 531 KUH pidana dinyatakan :
Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya,
lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadannya sedang
pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakan dengan tidak akan
mengkhawatirkan, bahwa dia sendiri atau orang lain akan kena bahaya
dihukum kurungan selama-selamanya tiga bulan, jika orang yang perlu di
bantu itu meninggal diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304S, 478,
525, 566. Pasal 531 KUHP ini berlaku bila pelaku pertolongan pertama
dapat melakukan pertolongan tanpa membahayakan keselamatan dirinya
dan orang lain.
b. Jika kejahatan itu di lakukan yang tertentu, maka perbuatan itu hanya
dapat di tuntut atas pengaduan orang itu.
Pasal 322 KUHP ini mengatur tentang kerahasiaan medis korban yang
ditolong. Dengan adanya kedua landasan hukum di atas, baik yang mengatur
tentang kewajiban melakukan pertolongan dan juga hak korban yang ditolong
maka setiap pelaku hendaknya selalu bertindak sesuai dengan prosedur
penatalaksanaan pertolongan pertama agar si pelaku tidak terjerat hukum.
9
no. 023/Birhub/1972) tentang proses pertolongan pertama. Ada 2 macam izin
yang dikenal dalam proses pertolongan pertama yaitu :
1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan
isyarat.
a. Kasus Trauma adalah kasus yang disebabkan oleh luka yang terlihat
jelas atau teraba contohnya seperti luka terbuka, luka memar, patah
tulang.
10
a. Awas : korban ini sadar dan mengetahui keberadaanya, biasanya
korban tangggap terhadap orang, waktu dan tempat, sedikit
gangguan dapat bermakna, beberapa korban mungkin terkena sadar
penuh tetapi tidak menyadari keadaan lingkungan atau dimana
mereka berada.
b. Suara : Korban hanya bisa menjawab atau bereaksi bila di panggil atau
mendengar suara. Penderita ini dikatakan respon terhadap rangsang
suara. Seorang korban yang tidak bisa menjawab tempat dan waktu
mungkin termasuk golongan ini.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Dapat kita gunakan tiga metode yaitu
penghilatan (inspection), perabaan (palpation), dan pendengaran
(ausculcation). Dalam melakukan pemeriksaan ada beberapa hal yang harus
di perhatikan yaitu adalah perubahan bentuk bandingkan sisi sehat dan sisi
sakit, luka terbuka biasanya terlihat dengan jelas karena mengeluarkan darah,
nyeri daerah cidera lunak bila di tekan, dan bengkak berada di daerah yang
mengalami cidera. . (Aksomo Tri-Academia.Edu).
11
2.7. Cara Mengangkat dan memindahkan Korban
Pada saat keadaan berbahaya kita harus memindahkan korban dengan
cara yang baik dan benar sehingga tidak mengakibatkan cidera tambahan
parah atau mengakibatkan luka tambah serius. Mekanika tubuh penggunaan
tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatkan dan pemindahan
korban untuk mencegah cedara pada pertolongan pertama, cara yang salah
dapat mengakibatkan cedera pada penolong, saat mengangkat ada beberapa
hal yang di perhatikan :
5. Bila dapat kurangin jarak atau ketinggian yang harus di laluin korban
a. Pada saat memindahkan jangaan sampai cedera pada korban bertamba atau
semakin parah
c. Syarat utama dalam mengangkat korban yaitu keadaan fisik yang baik
terlatih dan dijaga dengan baik
12
d. Nyeri pinggang (low hack pain) merupakan hal yang paling sering
dikeluarkan oleh tenaga medis di lapangan
f. Jaga titik berat beban lengan dan tungkai adalah selebar bahu jarak
terlalu dekat atau rapat dapat mengurangi stabilitas dan jarak terlalu
lebar dapat mengurangi tenaga.
13
14
BAB 3
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah yang diperoleh peniliti secara langsung (dari tangan
pertama), sementara data sekunder adalah data yang di peroleh peniliti dari
sumber yang sudah ada.
15
Contoh data primer adalah data yang di peroleh dari responder melalui
kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan narasumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan
berupa absensi, gaji, keuangan, publikasi perusahaan, laporan pemerintah,
data yang diperoleh dari majalah, internet dan lain sebagainya.
16
2. Metode Wawancara (Interviewing)
Dalam penggunaan metode ini saya menggunakan komunikasi langsung
antara penulis dan narasumber. Hal terebut saya lakukan dalam berbagai
kesempatan.
Wawancara ini saya lakukan pada :
a. Para pegawai basarnas
b. Anggota dan kru kapal KN SAR SADEWA 231
c. Kepala bagian bidang Kasie Operasi dan Kasie Potensi
17
18
BAB 4
19
Tahun 1968, pemerintahan membentuk tim SAR lokal Jakarta. Tim
inilah yang menjadi cikal bakal organisasi SAR di Indonesia. Dalam
perkembangannya pemerintah selanjutnya menerbitkan keputusan. Presiden
Nomor 11 Tahun 1978 tentang pembentukan badan SAR Indonesia (Basari)
dengan pusat SAR Nasional sebagai pelaksanaan di lapangan. Tahun 1979,
pusarnas berubah nama menjadi SAR Nasional (Basarnas). Tahun 2007,
Basarnas yang sebelumnnya di bawah Departemen Perhubungan menjadi
LPND (Lembaga Pemerintah Non Departemen) di bawah Presiden RI.
Tahun 2014, basarnas berubah nama lagi menjadi Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan yang ditetapkan UU No 29 tahun 2014 tentang
Pencarian dan Pertolongan.
20
Keterangan :
1. Delapan penjuru mata angin
Warna merah putih mengandung arti dan makna bahwa Badan SAR
Nasional dalam mengemban tugas di bidang kemanusiaan senantiasa
menitikberatkan pada kecepatan serta dilaksanakan dengan penuh
ketulusan (warna putih) dan kebenarian (merah).
2. Awan, gunung dan 5 ombak di laut
Mengandung arti dan makna bahwa dalam menjalankn tugasnya Badan
SAR Nasional melingkupi segala tugas. Awan menggambarkan lingkup
medan dan tugas darat, ombak di laut menggambarkan lingkup medan
tugas di air di landasin dengan kelima sila dalam Pancasila.
3. Pita bertuliskan Indonesia
Mempunyai arti bahwa Badan SAR Nasional merupakan lembaga
pemerintah Indonesia yang dapat melaksanakan tugas pencarian dan
pertolongan.
21
Arti Simbol:
1. Bintang
Jumlah bintang sebanyak 5 buah menggambarkan bahwa pancasila
merupakan falsafah Negara Republik Indonesia dan sebagai pandangan
hidup dari bangsa kita, yang mana pada sila kedua adalah ‘Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab’ merupakan ciri khas SAR Nasional yang selalu
berkaitan dengan keempat sila lainnya.
2. Bulatan dengan dasar warna kuning
Warna kuning dan gugusan peta negara kepulauan dengan warna hijau
adalah warna “pare anom” yang menurut sejarah dan tradisi bangsa
Indonesia merupakan simbol keseburun tanah air kita yang diperuntukan
kesejahteraan rakyat. Wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke
terdiri 13.677 pulau atau kepulauan pada posisi silang antara dua benua
dan dua samudera, dengan meengandung kekayaan bumi dan air.
3. SAR Nasional
Tulisan SAR Nasional dengan warna merah sebagai ketegasan
dalam melaksanakan tugas kemanusiaan yang meliputi seluruh wilayah
dengan tekat para petugasnya untuk bertindak dengan cepat, tepat dan
berani setiap saat dipergunakan.
4. Avignam jagat samagram
Kalimat yang diambil dari khazanah sastra lama kita ini mengandung
makna “Semoga Selamatkan Alam Semesta” merupakan sandaran moral
dan kekuatan setiap anggota SAR yang di jiwain sila pertama dari
pancasila sebagai suatu keyakinan dari setiap petugas SAR bahwa segala
tugas ini diridhoi Tuhan Yang Maha Esa dengan tetap berdoa “Semoga
Selamatkan Alam Semesta”
22
4. Visi dan Misi
1. Visi perusahaan
Berhasilnya pelaksanaan operasi SAR pada setiap waktu dan tempat
dengan cepat, handal, dan aman.
2. Misi perusahaan
Menyelenggarakan kegiatan operasi SAR yang efektif dan efisien
melalui upaya tindakan awal yang maksimal serta pengarahan potensi
SAR yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional
fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang menatap dalam
rangka mewujudkan visi Badan SAR Nasional.
23
Gambar 3. Kantor SAR Semarang
(Sumber: Dokumen BASARNAS Semarang)
24
7. Profil KN. SAR Sadewa 231
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penelitian
dilakukan pada waktu taruna melakukan praktek darat di KN. SAR Sadewa
231. Penulis akan memaparkan fakta-fakta yang didapatkan selama
melakukan penelitian di lapangan mengenai KN. SAR Sadewa 231.
SHIP PARTICULAR
1. Nama kapal : KN.SAR Sadewa 231
2. Bendera : Imdonesia
3. Kontruksi : Fiber
4. Daerah Pelayaran : Lokal
5. Type : Kapal SAR
6. Panjang Kapall : 40 meter
7. Lebar Kapal : 7,80 meter
8. Drraft Kapal : 1,20 meter
9. Tinggi Kapal : 3,50 meter
10. Merek Kapal : MAN
25
11. Main Engine : 3 x 1400 HP
12. Kecepatan Maksimum : 29 Knot
13. Kapasitas BBM : 40.000 liter
14. Kapasitas Air Bersih : 8 ton
15. Jumlah Awak Kapal : 24 orang
16. Dikeluarkan Oleh : Basarnas Indonesia
MASTER
Capt.HARPODO S.T
2ND / E R.O
SALIMA SUSANTO
3 RD / E A/B SEAMAN
OILER
A/B SEAMAN
HERI ANAWAN
ILHAM CHARISTO
OILER
A/B SEAMAN
RANTO ARDIAN
SEPTIYANA ADITYA
WIPER
HASAN MUZHAKI
WIPER
HARYANTO
Ord. SEAMAN
27
Prosedur di atas barus diperhatikan, untuk menjaga pedoman pertolongan
pertama pada korban kecelakaan yaitu :
- Selamatkan nyawa
- Cegah timbulnya cacat
- Cegah tidak bertambahnya cacat pada korban
28
Gambar 9. Penggunaan Kain Pembalut Untuk Menekan Pembuluh Darah
(Sumber : La Bania La Saleh)
29
Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) ada1ah tindakan pertolongan
kombinasi antara pertolongan pengembalian fungsi jantung dan pemafasan
terhadap seseorang dimana :
1. Kedua fungsi tersebut mengalami kegagalan total oleh suatu sebab yang
datangnya tiba-tiba
2. Dengan kondisi tubuh yang memungkinkan untuk hidup normal bila kedua
fungsi tersebut bekerja kembali. Teknik kompresi dada luar dilakukan
dengan membaringkan korban di tempat yang datar, penolong berlutut
disamping dada korban dan tentukan letak titik untuk melakukan tindakan
kompresi pada dada korban.
Teknik RJP dapat dilakukan satu orang maupun oleh dua orang :
30
Patah Tulang
Patah tulang terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Patah tulang terbuka· (fi·acture complicate). Patah tulang terbuka ini
dapat ditandai dari gejalanya ada trauma dan jelas terlihat pcndarahan
tulang mencuat.
Tindakan yang dapat dilakukan pada kejadian patah tulang adalah :
- amankan korban
- usahakan lokasi longgar
- tutup lukanya
- atasi pcndarahan
- observasi vital sign nya
- di bawa ke rumah sakit.
2. patah tulang tetiutup (ji-acture incomplicate)
Patah tulang tertutup dapat diketahui dari gejala sebagai berikut :
- ada riwayat trauma
- pada anggota gerak umumnya daerah 113 distal :
i. ada perubahan bentuk, bengkak
ii. merah kebiru-biruan
iii. tampak kesakitan, nyeri ditekan
iv. fimction less (seperti lumpuh), karena sakit kalau digerakakan
v. nyeri tekan sumbu.
Tindakan yang dapat dilakukan pada kejadian patah tulang adalah :
- amankan korban
- awasi vital sign korban
- pasang bidai senientara
- segera bawa ke rumah sakit
31
Gambar 12. Patah Tulang Terbuka dan Tertutup
(Sumber : Yerika Arum)
2. Apa saja hal-hal yang harus di informasikan, untuk meminta bantuan medis
MFR (Medical First Responder) ketika terjadi korban kecelakaan di laut ?
32
Medevac : Adalah berita urgency yang di lakukan kapal melalui radio
pantai yang ada hubungannya dengan upaya pengevakuasiaan
awak kapal yang mengalami gangguan kesehatan.
Medico : Berita urgency yang biasanya diawali dengan medico yang
dilakukan kapal melalui stasiun radio pantai yang ada
hubungannya dengan fasilitas bantuan kesehatan untuk awak
kapal. Kapal tersebut dapat dihubungkan dengan Dokter/RS
sehingga dapat dilakukan komunikasi advice tentang
penanganan gangguan kesehatan kaitan Medevac dan Medico
dalam prosedur medical emergency di kapal adalah untuk
membantu Kru/Penumpang yang sakit ataupun mengalami
gangguan kesehatan atau kecelakaan.
Orang jatuh kelaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang dapat
membuat situasi menjadi darurat dalam melakukan upaya penyelamatan
pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan
sangat tergantung pada keadaan cuaca pada saat itu serta kemampuan yang
akan memberi pertolongan maupun fasilitas yang tersedia.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan
antara lain :
33
5. Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap
terlihat
6. Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
7. Regu penolong siap di sekoci
8. Nakhoda diberi tahu
9. Kamar mesin diberi tahu
10. Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot
11. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada
perubahan.
34
35
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Karya tulis ini dibuat untuk pengenalan bagaimana cara kita untuk
melakukan pertolongan pertama. Berdasarkan proses penulisan yang telah di
bahas di bab sebelumnnya mengenai optimalisasi MFR (Medical First
Responder) di laut sebagai pertolongan pertama korban kecelakaan, melalui
pengamatan, wawancara dan studi pustaka maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagaai berikut :
1. Masih kurangnnya pemahaman para masyarakat maupun para awak kapal
tentang prosedur pertolongan pertama khususnya MFR di atas kapal,
sehingga mereka bekerja dengan tidak sesuai prosedur, karena saat kita
salah melakukan prosedur MFR akan mengakibatkan cidera pada korban
bertambah, mengakibatkan kesakitan pada korban dan dapat
mengakibatkan korban jiwa.
2. Pengenalan penggunaan dan pengoprasian alat-alat MFR di kapal sangat di
butuhkan agar semua awak kapal mengetahui cara dan penanganan tentang
kecelakaan.
3. Kurang maksimalnya perusahaan pelayaran untuk pembaharuan alat-alat
MFR di atas kapal guna menunjang keamanan di atas kapal.
5.2. Saran
1. Dalam beberapa bulan sekali para crew kapal harus mengadakan pelatihan
tentang pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan. Sehingga saat terjadi
kecelakaan di atas kapal, para crew sudah tau apa yang harus di lakukan
sehingga dapat menolong korban, lalu dapat mengurangi rasa sakit yang di
derita korban dan tidak mengakibatkan cidera baru pada korban. Sambil
36
menunggu bantuan datang untuk menolong korban yang mengalami
kecelakaan di atas kapal.
2. Selalu melakukan pengecekan alat pertolongan pertama di atas kapal
apakah masih layak digunakan apa tidak.
3. Para perwira harus lebih meningkatkan kedisiplinan awak kapal saat kerja
sehingga saat berkerja harus sesuai prosedur yang ada untuk menghindari
kecelakaan.
37