FITRI ALFISAH
1106089035
ii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
iii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
iv
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
v
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul “Teknik
Effleurage (Massage) sebagai salah satu Intervensi Keperawatan Untuk Mengatasi
Masalah Gangguan Rasa Nyaman pada Keluarga Bapak P khususnya pada An. A
dengan Dismenore”. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat mencapai gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Profesi Ners, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Karya Ilmiah ini takkan berarti tanpa
bantuan orang-orang hebat di sekeliling penulis, oleh karena penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada;
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. beserta seluruh jajaran sivitas
akademi FIK UI yang telah menjadi support system terbaik yaitu sebagai
tempat menuntun ilmu dan membantu dalam terselesaikannya karya ilmia
akhir ini.
(2) Bapak Dr. Agus Setiawan, S.Kp., M.N selaku coordinator mata ajar dan
dosen Departemen Komunitas
(3) Bapak Sukihananto, Ns.,S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing dan
pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penulisan karya ilmiah akhir ini.
(4) Kepala Puskesmas Tugu beserta jajarannya yang telah membantu selama
praktek di wilayah Puskesmas Tugu
(5) Orang tua, adik serta kakak yang tak henti mendoakan serta memberikan
bantuan dukungan material dan moral
(6) Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga terselesainya penulisan karya imiah akhir ini
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan.
vi
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
vii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
ABSTRAK
Kelompok usia remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang usia 10-19
tahun. Pada usia remaja terjadi perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Salah
satu perubahan fisik tersebut mencakup organ reproduksi yang akan mencapai
kematangan seksual pada saat remaja. Rasa tidak nyaman dan sakit saat
menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan
dismenore. Salah satu gejala dari kasus ginekologi yang paling sering terjadi yaitu
dismenor atau nyeri yang terjadi selama siklus haid berlangsung. Tujuan
penulisan ini yaitu memberikan gambaran asuhan keperawatan keluarga
menggunkan tahapan perkembangan keluarga dengan remaja yang memiliki
masalah kesehatan dismenore. Setelah dilakukan intervensi keperawatan melalui
teknik effleurage skala nyeri menurun secara bertahap. Dalam penyelesaian
masalah kesehatan pada remaja ini membutuhkan dukungan kuat dari keluarga.
Dengan demikian, keluarga mampu membantu remaja dalam proses pengambilan
keputusan untuk melakukan penanganan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan terkait dismenore.
viii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
ABSTRACT
Adolescence is the citizens who were in the age range 10-19 years. In
adolescence there is a change of physical, cognitive and psychosocial. One such
physical changes include reproductive organs that will reach sexual maturity as a
teenager. Discomfort and pain during menstruation that can interfere with daily
activities known as dysmenorrhea. One of the symptoms of gynecological cases
are the most frequent dysmenorrhea, or pain that occurs during the menstrual
cycle progresses. The purpose is giving description of family nursing care about
using family growing methode with teenager who has dysmenorrhea problem.
After doing intervention by effleurage technic, the level of pain will decrease step
by step. Solving healthy problem needs support from family. In the resolution of
health problems in adolescents requires strong family support. Thus, the family
was able to help young people in the decision making process to perform the
handle of health problems related to dysmenorrhea.
ix
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................7
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................7
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................8
1.4.1. Keilmuan ........................................................................................8
1.4.2. Metodologis ....................................................................................8
1.4.3. Aplikatif ..........................................................................................8
x
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
4. PEMBAHASAN ............................................................................ 39
4.1. Profil Lahan Praktik ................................................................... 39
4.2. Analisis Masalah Keperawatan terkait KKMP dan Remaja ...... 41
4.3. Analisis Teknik Effleurage (massage) dengan Konsep terkait . 46
4.4. Analisis Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan ................. 49
5. PENUTUP ..................................................................................... 51
5.1. Kesimpulan................................................................................. 51
5.2. Saran ........................................................................................... 52
5.2.1. Pelayanan Kesehatan ............................................................ 52
5.2.2. Perkembangan Keilmuan Keperawatan Komunitas ............. 53
5.2 3. Penelitian............................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….54
xi
xii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berdasarkan startegi pencapain target dan indicator Sustainable Development Goals
(SDGs) pada tujuan ke-tiga, menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk di segala usia. Strategi yang diajalankan salah satunya yaitu
akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia yang
berkualitas. Pada tahun 2030 dapat menjamin akses kepada pelayanan kesehatan seksual
dan reproduksi, termasuk keluarga berencana (KB), infomasi dan edukasi, serta integrasi
kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program nasional.
Menurut World Health Organization (WHO) (2009), penduduk dengan kelompok usia
remaja saat ini mencapai 1,2 milyar dengan perbandingan 1 : 5 yang artinya satu dari lima
orang di dunia ini merupakan seorang remaja, baik perempuan maupun laki-laki. Di Asia
Tenggara, jumlah remaja mencapai 18% - 25 % dari seluruh populasi di daerah tersebut.
WHO mendefinisikan bahwa tiap-tiap remaja mempunyai perbedaan pada tahap transisi
antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai umur 10 - 19 tahun.
1
Universitas Indonesia
Sedangkan, berdasarkan survey BKKBN (2011) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010
sebanyak 237,6 juta jiwa, dan sebanyak 26,67 persen diantaranya merupakan kelompok
usia remaja (10-24 tahun). Sementara jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat
mencapai 11.358.704 jiwa atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat.
Jumlah penduduk Kota Depok pada Desember 2014, yang berusia 13-24 tahun dalam
kategori remaja sebanyak 15,74% untuk laki-laki dan perempuan 15,58%. (depok.go.id).
Sejak tahun 2009, Kota Depok terbagi atas 11 (sebelas) wilayah kecamatan sebagai hasil
pemekaran dari 6 (enam) kecamatan dan terdiri dari 63 (enam puluh tiga) Kelurahan.
Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya
dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Depok, yaitu 283.025 jiwa.
Tingginya angka kematian pada remaja terjadi sebagai akibat dari pilihan kesehatan yang
buruk dan kurangnya kesadaran risiko kesehatan (Linsley, Kane & Owen, 2011).
Sebagian besar remaja dipandang sebagai periode transisi dari bencana kesehatan yang
terjadi pada anak-anak. Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada remaja kebanyakan
yaitu perilaku-perilaku berisiko yang dapat menyebabkan cedera antara lain merokok,
aktivitas seksual, dan penggunaan obat serta perkembangan yang tidak sehat (Boyce,
Roche & Daves, 2009).
Ditinjau dari pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapat haid pertama
semakin berkurang dari 17.5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria.
Menstruasi adalah perdarahan periodic pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi (Bobak, 2004). Fenomena yang disebut menstruasi sebagian besar merupakan
peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan progesterone terhadap korpus
luteum pada siklus nonkonsepsi. Dismenore atau nyeri haid adalah gangguan menstruasi
yang paling sering dikeluhkan oleh wanita dewasa maupun remaja yang merupakan nyeri
sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul sebagai peningkatan dari
hormon prostaglandin yang menyebabkan kontraksi pada otot uterus (rahim) (Celik et al.,
2009). Nyeri tersebut umumnya dapat dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang,
maupun punggung (Harel, 2002).
Di Amerika Serikat, nyeri haid merupakan penyebab utama ketidakhadiran berulang pada
siswa wanita di suatu institusi atau sekolah. Studi yang dilakukan oleh Klein dan Litt
Universitas Indonesia
menyatakan bahwa prevalensi remaja (12-17 tahun) yang mengalami dismenore mencapai
59,7%. Remaja yang mengeluh nyeri berat sebanyak 12 %, nyeri sedang 37% dan nyeri
ringan 49% (Lestari, 2013). Angka kejadian dismenore atau nyeri haid di dunia
memperoleh jumlah rata – rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami
nyeri haid/dismenore. Angka persentase di Amerika menembus angka 60% dan di Swedia
sebanyak 72%. Sedangkan, di Indonesia jumlah wanita yang mengalami dismenore
sebanyak 55% yang merupakan perempuan usia produktif. Sebanyak 45-95% nyeri
haid/dismenore di alami oleh perempuan usia produktif dan merasa terganggu dengan
nyeri haid yang dirasakan (Proverawati, 2009).
Dismenore atau nyeri menstruasi merupakan nyeri yang dirasakan sebelum atau selama
menstruasi dan terjadi pada hari pertama hingga beberapa hari selama proses menstruasi.
Dismenore adalah satu dari sekian banyak masalah ginekologi yang dapat mempengaruhi
lebih dari 50% wanita dan dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam beraktivitas yang
biasanya dirasakan selama 1-3 hari saat berada dalam periode menstruasi pada wanita.
Sebanyak 25% wanita yang memilih untuk tidak hadir/absen di sekolah akibat dismenore
yang dirasakan (Suhhartatik, 2003).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 siswi SMK di Bantul,
menyatakan bahwa 73,3% diantaranya menjawab tidak tahu penyebab dismenore.
Terdapat 53,33% menjawab bahwa tidak tahu cara mengatasi dismenore, dan 46,67%
siswi menjawab tahu cara menangani dismenore dengan minum jamu kunyit asam (Putri,
2012). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh, Ermawati (2013) pada siswi SMA di
Kota Bengkulu menunjukkan bahwa dari 40 orang siswi yang mengalami dismenore, 10
orang mengatakan minum kiranti untuk mengurangi nyeri, 16 orang mengatakan minum
obat, 9 orang mengatakan minum obat, dan 21 orang mengatakan istirahat atau tidur jika
nyeri haid.
Anak bersosialisasi dalam social dan kultural seperti dalam keluarga. Orang tua
mengajarkan pada anak cara mengekspresikan dan merasakan nyeri, serta cara untuk
mengatasi nyeri. sebagian besar masyarakat Indonesia hanya percaya bahwa memiliki
kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit atau yang dikenal dengan minuman kunyit
asam yang dapat mengurangi keluhan dismenore primer. Namun, masyarakat tidak
mengetahui kandungan dari kunyit tersebut (Wieser et al., 2007). Bentuk penanganan
Universitas Indonesia
dismenore yang secara umum dilakukan oleh sebagian siswi yaitu dengan beristirahat
atau tidur di kamar dan dengan melakukan penekanan pada bagian perut yang sakit dan
mengoleskan minyak kayu putih pada daerah nyeri, selain itu terdapat siswi yang tidak
melakukan upaya apapun dan hanya menahan nyeri tersebut hingga menangis (Marlina,
2012).
Masalah ginekologis yang sering dikeluhkan oleh remaja yaitu nyeri haid/dismenore dan
menjadi penyebab terbesar peningkatan jumlah absensi remaja di sekolah (10% remaja
yang absen akibat nyeri haid pada setiap bulan) dan absensi pada wanita yang bekerja
(sekitar 140 juta jam kerja diabaikan akibat nyeri haid pada setiap bulan yang
diakumulasi ke dalam tahun). Peristiwa ini menjadi meningkat ketika wanita menginjak
usia awal 20-an dan kemudian menurun secara perlahan. Sebanyak 50% wanita masih
mengeluhkan nyeri selama periode menstruasi yang telah dialaminya sejak awal
menstruasi hingga saat ini dan hal ini merupakan penyebab utama ketidakhadiran baik di
sekolah bagi remaja maupun di tempat kerja pada wanita muda (Kowalak, 2010).
Menurut Bobak, et al (2005) ada beberapa cara meredakan dismenore, yaitu kompres
hangat/mandi air hangat, massase, distraksi, latihan fisik, tidur cukup, diet rendah garam,
dan peningkatan pengunaan diuretic alami seperti daun sup, semangka. Sedangkan
menurut Nathan (2005) yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah mandi
air hangat, meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan dan menghindari rokok.
Universitas Indonesia
Menurut Bare & Smeltzer (2002) modifikasi gaya hidup untuk penanganan nyeri secara non
farmakkologis yaitu dengan stimulasi dan massase kutaneus, terapi es dan panas,
transecutaneus elektrikal nerve stimulaton (TENS), distraksi, relaksasi dan imajinasi. Terapi
modalitas lain yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah massage khususnya teknik
effleurage. Effleurage merupakan suatu gerakan manipulasi berupa gosokan ringan dan
lembut dengan seluruh permukaan tangan dengan tujuan untuk rileksasi otot dan
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi pembengkakan, mengurangi rasa sakit dan
ketidaknyamanan (Priatna & Desiman, 2007).
Berdasarkan sebuah penelitian, didapatkan bahwa setelah diberikan terapi massage terhadap
44 responden sebagian besar responden mengalami nyeri haid pada skala 1 – 3 (nyeri ringan)
yaitu sebanyak 26 orang (59.1 %). Selain itu didapatkan ada 7 orang responden (16 %) yang
tidak mengalami penurunan nyeri haid. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gumangsari
(2014) menyatakan bahwa tingkat nyeri dismenore remaja sebelum dilakukan massage
counterpressure pada kelompok intervensi (85,7%) dan kelompok control (92,9%)
mengalami nyeri sedang. Setelah dilakukan massage counterpressure, kelompok intervensi
(64.3%) mengalami nyeri ringan dan kelompok control (85,8)% mengalami nyeri sedang.
Perbedaan tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah dilakukan massage counterpressure
pada kelompok intervensi, sebelum diberikan massage skala nyeri remaja putri sebesar 5.36,
kemudian berkurang menjadi 3.21 setelah diberikan teknik massage counterpressure.
Masalah keperawatan gangguan rasa nyaman yang diakibatkan oleh nyeri saat haid
(dismenore) yang dialami oleh keluarga dengan remaja putri yang berusia 16 tahun dan
merasa mengalami dismenore di hari ke1-2 dimana hal tersebut mengganggu aktivitas dan
konsentrasi remaja putri tersebut. Saat dilakukan anamnesa, remaja putri mengaku bahwa
terjadi pula ketidakstabilan emosi saat dismenore. Saat di sekolah remaja tersebut hanya
duduk dengan merebahkan kepala ke meja dan tidak dapat focus dalam proses pembelajaran
di sekolah. Orangtua remaja A mengajarkan
untuk melakukan kompres hangat dan cukup memberikan efek dalam penurunan nyeri haid
(dismenore) namun tetap timbul kembali rasa nyeri tersebut. Selain kompres hangat, remaja
putri tersebut hanya memperbanyak tidur/istirahat saat dismenore dan sesekali meminum
kunyit asam. Hasil pengkajian juga menunjukan bahwa remaja putri tersebut belum
melakukan kebersihan alat reproduksi secara baik dibuktikan dengan menggunakan sabun
mandi saat membersihkannya dan dengan cara dari depan ke belakang. Berdasarkan data
pengkajian diatas, mahasiswa tertarik untuk membahas bagaimana penatalaksanaan non-
farmakologis asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan rasa nyaman (dismenore) pada
remaja putri di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat berupa
teknik effleurage (massage) dan kompres hangat.
1.2.Rumusan Masalah
Studi yang dilakukan oleh Klein dan Litt menyatakan bahwa prevalensi remaja (12-17 tahun)
yang mengalami dismenore mencapai 59,7%. Remaja yang mengeluh nyeri berat sebanyak
12 %, nyeri sedang 37% dan nyeri ringan 49%. Angka kejadian dismenore atau nyeri haid di
dunia memperoleh jumlah rata – rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami
nyeri haid/dismenore. Angka persentase di Amerika menembus angka 60% dan di Swedia
sebanyak 72%. Sedangkan, di Indonesia jumlah wanita yang mengalami dismenore sebanyak
55% yang merupakan perempuan usia produktif. Sebanyak 45-95% nyeri haid/dismenore di
alami oleh perempuan usia produktif dan merasa terganggu dengan nyeri haid yang
dirasakan.
Berdasarkan survey BKKBN (2011) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6
juta jiwa, dan sebanyak 26,67 persen diantaranya merupakan kelompok usia remaja (10-24
Tahun). Sementara jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.358.704
jiwa atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat. Tingginya angka
kematian pada remaja terjadi sebagai akibat dari pilihan kesehatan yang buruk dan kurangnya
kesadaran risiko kesehatan. Sebagian besar remaja dipandang sebagai periode transisi dari
bencana kesehatan yang terjadi pada anak-anak. Masalah kesehatan yang sering dijumpai
pada remaja kebanyakan yaitu perilaku-perilaku berisiko yang dapat menyebabkan cedera
antara lain merokok, aktivitas seksual, dan penggunaan obat serta perkembangan yang tidak
sehat.
Berdasarkan hasil penelitian Klein dan Litt (1981) multidimensi dari Health-related Quality
of Life (HRQOL), menemukan bahwa 14% dari remaja yang sering bolos sekolah
karenadismenore. Menurut Chaudhuri dan Singh (2012) melaporkan bahwa
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
7
meningkatkan jumlah absensi di sekolah sebesar (25,8%) dengan alasan kram menstruasi,
serta sulit berkonsentrasi dan prestasi sekolah yang buruk. Studi terbaru telah menemukan
remaja dengan dismenore memiliki fungsi fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan
wanita muda dengan masalah menstruasi lainnya dan tingkat signifikan lebih tinggi dari
depresi dan kecemasan dibandingkan dengan kontrol sehat.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dengan gangguan rasa nyaman (dismenore) pada remaja putri di Kelurahan Tugu,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Tujuan Khusus
Penulis mampu memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dengan gangguan rasa nyaman (dismenore) pada remaja putri meliputi :
1.3.1. Identifikasi data-data terkait masalah dismenore pada An A di keluarga Bapak P
1.3.2. Analisis masalah terkait permasalahan yang ada pada keluarga Bapak P
1.3.3. Perencanaan keperawatan dalam mengatasi masalah dismenore An. A
pada keluarga Bapak P dengan memberikan teknik effleurage (massage)
1.3.4. Intervensi keperawatan keluarga melalui pemberian teknik effleurage (massage)
dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman dengan dismenore pada An. A
Universitas Indonesia
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan
keperawatan komunitas khususnya asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
gangguan rasa nyaman (dismenore).
Universitas Indonesia
Tinjauan pustaka ini memaparkan teori dan konsep terkait dengan bahasan dalam karya
ilmiah akhir. Tujuannya sebagai bahan acuan dan pedoman saat menuliskan pembahasan
yang terkait pada masalah remaja yang ditemukan. Hal yang diuraikan meliputi teori dan
konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, konsep remaja yang terdiri dari
dismenore, tumbuh kembang remaja dan remaja sebagai at-risk, konsep dasar asuhan
keperawatan keluarga, serta inovasi intervensi penurunan nyeri non farmakologis dengan
teknik effleurage massage.
Menurut Stanhope & Lancaster (2014) secara garis besar praktik keperawatan komunitas
terdiri dari sepuluh aspek. Pertama, pemberian asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok khusus, perusahaan maupun daerah binaan kesehatan masyarakat
9
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
10
sesuai dengan masalah kesehatan yang muncul. Kedua, pemberian penyuluhan pada
masyarakat setempat. Ketiga, pemberian konseling atau konsultasi dalam penyelesaian
masalah kesehatan. Keempat, memberikan bimbingan dan binaan masalah kesehatan.
Kelima, melaksanakan rujukan terhadap kasus yang perlu dirujuk ke penangan khusus.
Keenam penemuan kasus (case finding) pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Ketujuh, sebagai penghubung antara masyarakat dan unit pelayanan
kesehatan. Kedelapan, melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sesuai dengan konsep asuhan keperawatan yang berlaku. Kesembilan,
melakukan koordinasi terkait program kegiatan komunitas. Kesepuluh, menjalin
kerjasama dengan internal dan external pihak-pihak terkait.
Tujuan keperawatan kesehatan komunitas yaitu dalam upaya promotif and proteksi
kesehatan komunitas, terdapat delapan prinsip yang melekat dalam kesehatan
masyarakat antara lain (Allender, Warner & Lightfoot 2014) ; (1) berfokus pada
komunitas yang merupakan klien dalam suatu populasi, (2) memberikan prioritas pada
komunitas yang membutuhnya yaitu dimana tanggung jawab utama dalam kesehatan
komunitas untuk mencapai kesejahteraan komunitas, (3) bekerja sama atau membentuk
kemitraan, (4) focus pada pencegaha primer sebagai prioritas utama, (5) meningkatkan
lingkungan yang sehat, (6) aktivitas yang bermanfaat untuk mencapai status kesehatan,
(7) pengoptimalan sumber-sumber yang tersedia unuk meningkatan status kesehatan
komunitas, dan (8) kolaborasi dengan komunitas/organisasi atau stakeholder lainnya
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
11
sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (18 sampai 20 tahun). Dalam setiap
periode tersebut memiliki perbedaan dalam perubahan perkembangan fisik,
kognitif dan psikososial yang dialami remaja. Kelompok usia remaja adalah
penduduk yang berada dalam rentang usia 10-19 tahun. Pada sensus penduduk
tahun 2010 diketahui bahwa sebanyak 43,5 juta penduduk yang merupakan
kelompok usia remaja, atau sekitar 18% dari total jumlah penduduk. Sedangkan,
sebanyak 1,3 milyar sekitar 18% dari jumlah penduduk di dunia merupakan
kelompok remaja (WHO, 2014). Pada usia remaja terjadi perubahan psikologis
didalamnya antara lain intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Selain
perubahan psikologis, pada remaja terjadi perubahan fisik yang mencakup organ
seksual yaitu pada alat-aat reproduksi yang ketika remaja sudah mulai atau mampu
mencapai kematangan dan melakukan fungsinya dengan baik (Sarwono, 2006).
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat. Kematangan seksual
dapat terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder
remaja. Masa remaja berpengaruh pada perubahan hormone, yang terjadi adalah
hipotalamus mulai menghasilkan hormone yang akan melepaskan gonadotropin.
Disamping itu, pada remaja kemampuan kognitif mulai mengalami perubahan
yang dimana remaja dapat memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkan suatu
kejadian, dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan dengan
pemeikiran yang logis (Potter & Perry, 2009).
Remaja merupakan tahapan seseorang yang dimana berada diantara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan
emosi (Makhfuldi, 2009). Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki seperti
pertumbuhan rambut di ketiak dan kemaluan, tumbuh kumis dan jaun, suara
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
12
Kelompok remaja dikenal sebagai kelompok yang cukup berisiko dalam perilaku
kesehatan. Remaja dalam usia 12 – 25 tahun memiliki banyak perilaku berisiko,
antara lain penggunaan alcohol, NAPZA, merokok, penyimpangan perilaku
seksual, kenakalan remaja dan perilaku yang disengaja maupun tidak yang
berdampak negative pada kesehatan (Diclemente, Santelli and Crosby, 2009).
Masalah kesehatan remaja dapat bermula dari kebiasaan merokok dan
penyalahgunaan narkoba, kekerasan interpersonal, kecelakaan, serta hubungan
seksual yang tidak aman yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit
menular seksual. Perbedaan jenis kelamin remaja berdampak pada keputusan
dalam menentukan waktu yang tepat dalam mengunjungi pelayanan kesehatan
(Hidayangsih., Tjandrarini., Mubsyiroh dan Supanni, 2011). Menurut Stanhope
dan Lancaster (2004) terdapat empat factor risiko kesehatan yang dikaitkan secara
umum dengan kondisi biologis dan usia, risiko social ekonomi, gaya hidup dan
peristiwa kehidupan.
Usia remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Terdapat
berbagai perubahan yang terjadi pada periode ini perubahan yang terjadi baik
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
13
Menurut Stanhope & Lancaster (2004) menyebutkan bahawa gaya hidup dan
kebiasaan kesehatan seseorang merupakan kontribusi besar terjadinya masalah
kesehatan. Pola hidup seseorang berisiko dalam terjadinya perilaku kesehatan
cenderung berisiko. Remaja memiliki tanggung jawab dalam berbagai hal,
diantaranya pengturan pola tidur, rencana aktifitas atau kegiatan sehari-hari,
pengaturan dan monitoring tentang kesehatan serta risiko perilaku kesehatan.
Masa remaja merupakan masa transisi yang dapat menyebabkan perubahan baru
dan mengganggu perkembangan dan menimbulkan masalah kesehatan tertantu.
Peristiwa-peristiwa kehidupan tersebut meliputi perceraian, kehamilan dan
pertengkaran yang dapat menyebabkan stress emosional (Perry dan Potter, 2005)
Jika remaja dan keluarga mampu mengantisipasi risiko tersebut maka keluarga
akan mampu mencegah terjadinya masalah kesehatan dalam keluarga dengan
tahapan perkembangan remaja.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
14
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
15
Berdasarkan ada tidaknya kelainan anatomis pada sistem reproduksi atau anatomi
genitalis, dibagi menjadi 2 yaitu dismenore primer yang mulaya timbul beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah fase menarke berlangsung. Mekanisme haid
dan nyeri dapat bervariasi pada wanita yang berbeda. Penyebab terjadinya
dismenore primer yaitu akibat spasme uterus dan iskemi uteri serta tanpa disertai
perubahan atau kelainan pada anatomis genitalis. Sedangkan, dismenore sekunder
yang disertai kelainan anatomis genitalis dan keadaan patologis pelvik yang
spesifik yang dapat terjadi setiap saat selama masa reproduksi.
Menurut Calis (2011), nyeri haid dibagi dalam 2 jenis yaitu dismenore spasmodic
dan dismenore kongestif. Dismenore spasmodic merupakan nyeri yang dirasakan
sebelum masa haid dan segera sesaat setelah haid dimulai. Nyeri ini berpusat pada
bagian bawah perut. Sedangkan, dismenore kongesti merupakan nyeri yang
dirasakan berhari-hari sebelum haid dan sebagai peringatan bahwa akan datang
haid. Pada nyeri kongesti ditandai dengan nyeri pada buah dada, perut kembung
tidak menentu, merasa mudah lelah, kehilangan keseimbangan dan gangguan pola
tidur.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
16
Menurut Potter dan Perry (2006) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri seseorang, antara lain; (1) usia, semakin meningkat usia maka
toleransi terhadap nyeri akan semakin meningkat, (2) social dan kultural, budaya
akan mempengaruhi bagaimana anak akan bereaksi dan mengkomunikasikan nyeri
yang dirasakan, (3) ansietas, individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih
mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki
status emosional yang kurang stabil, (4) keletihan, nyeri akan berkurang
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
17
ketika individu berada dalam periode tidur yang lelap, (5) pengalaman
sebelumnya, cara seseorang merespon nyeri berkaitan dengan banyaknya kejadian
nyeri yang dirasakan selama hidupnya, (6) gaya koping, sumber koping individu
dapat mengurangi skala nyeri dengan melakukan koping yang dimiliki, dan (7)
dukungan keluarga dan social, kehadiran orang yang dicintai akan mengurangi rasa
cemas dan ketakutan dalam merespon nyeri yang dirasakan.
(4) Fungsi keluarga, meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan
kesehatan, stress dan koping, serta harapan keluarga.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
18
Penetapan tujuan asuhan keperawatan ini sebagai upaya untuk melibatkan klien dan
keluarga memiliki beberapa manfaat didalamnya. Pertama, klien dan keluarga akan
merasa memiliki tanggung jawab dalam pencapaian tujuan perawatan. Kedua, dapat
terwujud dan terjalin kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga yang
dilandasi oleh rasa saling percaya dan membutuhkan satu sama lain (Asmadi, 2005).
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
19
Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja dimulai sejak anak berusia 13 tahun
hingga 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga yang harus dipenuhi pada tahap ini yaitu
mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika anak remaja menjadi dewasa dan
semakin mandiri mengingat bahwa remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi pada diri sendiri, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, dan
meningkatkan komunikasi atau berkomunikasi secara terbuka antar orang tua dengan
anak-anak (Ali, 2006). Selain itu, keluarga dapat mempersiapkan perubahan sistem peran
dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang remaja.
Menurut Notoatmodjo (2005) Terdapat beberapa tindakan atau perilaku yang muncul dan
dilakukan keluarga saat terdapat anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan
perawatan kesehatan, antara lain ; (1) didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut
diabaikan dan tetep menjalankan kegiatan sehari-hari. Hal ini membuktikan bawah
kesehatan belum menjadi prioritas utama di dalam hidup/kehidupannya sebuah keluarga.
(2) mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self
medication). Untuk masyarakat pedesaan, pengobatan tradiosional masih menjadi pilihan.
dan (3) mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat.
Selain itu, menurut Maulana (2009), perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan
bagian dari respon internal dan eksternal seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
20
penyakit, baik dalam bentuk respon tertutup (sikap dan pengetahuan), maupun dalam
bentuk respon terbuka (tindakan langsung). Perilaku terhadap sakit dan penyakit terdiri
dari beberapa factor, meliputi ; (1) perilaku sehubungan dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior), (2) perilaku pencegahan penyakit
(health prevention behavior), (3) perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan
(health seeking behavior) dan (4) perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan
(health rehabilitation behavior).
Tugas perkembangan keluarga dengan remaja dimulai pada saat anak melewati usia 13
dan berlangsung selama 6-7 tahun berikutnya. Tugas perkembangan pada tahap ini akan
berakhir setelah anak meninggalkan keluarga lebih awal. Tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja (Friedman, 2010) ,antara lain ; pertama, memberikan kebebasan dan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa muda dan semakin mandiri. Orang tua
dituntut untuk mengubah hubungannya dengan remajanya dan membentuk suatu
hubungan secara mandiri. Orang tua harus membuat perubahan sistem yaitu dengan
membentuk peran-peran dan normal-norma serta “membiarkan” remaja hidup dengan
mandiri dan bertanggung jawab. Sering kali terjadi konflik antar orangtua dan remaja
dalam membimbing anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
21
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Djakaria, Zees dan Paramata (2013) pada
siswi kelas X,XI, dan XII dengan rentang usia 16 tahun hingga 19 tahun dapat dilihat
bahwa setelah diberikan terapi massage dari 44 responden sebagian besar responden
mengalami penurunan skala nyeri haid pada skala 1 – 3 (nyeri ringan) yaitu sebanyak 26
orang (59.1 %). Selain itu didapatkan ada 7 orang responden (16 %) yang tidak
mengalami penurunan nyeri haid. Derajat nyeri menstruasi responden sebelum diberikan
terapi massage sebagian besar pada skala nyeri sedang sebanyak 60% sedangkan sesudah
diberikan terapi massage sebagian besar pada skala nyeri rigan yaitu sebanyak 66,66%.
Pada penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi massage
terhadap penurunan skala nyeri menstruasi setelah diberikan terapi massage.
Penelitian lain yang dilakukan Pangastuti (2011) pada 24 remaja wanita menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata nyeri haid antara sebelum diberikan
massage dengan sesudah diberikan massage. Sebelum pemberian massage, responden
yang menyatakan nyeri berat sebanyak 20 orang (83,3%), sedangkan yang berada pada
tingkat nyeri sedang sebanyak 16,7% (4 responden). Setelah diberikan massage terdapat
54,2% (13 responden) berada pada tigkat nyeri ringan (skala 1-3) dan pada tingat sedang
(skala 4-6) terdapat 45,8% (11 responden). Perubahan tingkat nyeri yang dialami
responden menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri haid pada remaja setelah
mendapatkan massage.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
22
Penelitian yang dilakukan Fauziyah (2011) terhadap 47 responden yang berasal dari siswi
SMA, didapatkan hasil bahwa dengan teknik effleurage terdapat hampir setengahnya
mengalami penurunan 3 tingkat skala nyeri yaitu sebanyak 18 siswi (38,3%) dan
sebanyak 17 siswi (36,2%) yang mengalami penurunan 1 tingkat skala nyeri dan sebagian
kecil tidak mengalami penurunan yaitu sebanyak 12 siswi (25,5%). Penurunan dengan
teknik effleurage ini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain usia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari responden atau siswi yaitu berusia 15
tahun.
Massage dapat disebut dengan pijatan yang telah disempurnakan dengan berbagai ilmu-
ilmu kesehatan tentang tubuh manusia dan dengan gerakan-gerakan yang terstruktur
dalam bentuk pegangan atau teknik tertentu (Heny, Nyoman, & Wira, 2013). Massage
atau sering diistilahkan effleurage merupakan teknik yang sejak dahulu digunakan dalam
keperawatan untuk meningkatkan relaksasi dan istirahat. Oleh karena itu, diketahui saat
ini jenis sentuhan pada kulit untuk membuat rileks otot, ligamen, tendon, dan sendi sudah
dikenal dengan terapi non farmakologis, khususnya dalam menurunkan ambang nyeri
(Smith, Duell, & Martin, 2008).
Effleurage dikenal sebagai gerakan mengusap yang ringan dan memberikan efek
menenangkan saat memulai dan mengakhiri gerakan. Gerakan ini bertujuan meratakan
dan menghangatkan otot agar lebih rileks melalui pemberian minyak atau aromaterapi
(Aslani, 2003). Mengurut (Effleurage), gerakan yang lembut dan perlahan mengusap
bagian tubuh tertntu. Pengurutan dapat berupa gerakan pendek atau panjang dengan
seluruh telapak tangan menyentuh bagian yang akan diusap. Pengurutan dapat
meningkatkan relaksasi otot, menenangkan ujung-ujung saraf, dan menghilangkan nyeri
(Alam & Hadibroto, 2007). Tujuan teknik massage (effleurage) antara lain mengurangi
nyeri otot, memberikan kenyamanan dan menurunkan ambang nyeri. Pada sistem
kardiovaskuler gerakan effleurage dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang aliran
darah ke seluruh tubuh, menstimulasi regenerasi sel kuit dan membantu dalam barrier
tubuh, serta mencegah terjadinya perlengketan jaringan dan meningkatkan proses
metabolisme tubuh. Menurut Hayler (2007) massage dengan terlalu kuat menyebabkan
risiko bahaya dan gangguan pada kulit.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
23
Manfaat effleurage yaitu dapat mengurangi nyeri dengan menutup mekanisme pertahanan
pada sistem saraf pusat atau kontrol desenden atayang dikenal sebagai istilah „teori gate
control’. Teori gate control menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Teori ini bergantung
pada aktivitas serat seraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel
saraf di substania gelatinosa. Pada aktivitas serat yang berdiameter besar dapat
menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang
berdiameter kecil dapat mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka” (Asmadi,
2008). Menurut Monsdragon (2004) teori gate control dapat dipakai untuk menilai
efektivitas effleurage. Ilustrasi yang diberikan pada teori ini bahwa serabut nyeri
membawa stimulasi nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari
pada serabut sentuhan yang luas. Ketika adanya sentuhan dan nyeri yang dirasangsang
secara bersamaan, sensasi tersebut berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam
otak untuk melakukan pembatasan respon nyeri yang dirasakan dalam otak.
Pelaksanaan teknik effleurage yaitu melalui ujung jari tangan dan dengan frekuensi
tetap/konstan (tidak terputus-putus). Effleurage berfungsi sebagai teknik distraksi dan
dapat menurunkan transmisi stimulus sensorik dari dinding perut dan membantu
mengurangi ambang nyeri atau ketidaknyamanan lokal (Pillateri, 2013). Langkah-
langkah yang digunakan dalam melaukan massage/effleurage yaitu ;
a. Punggung
- Posisikan klien untuk tidur telungkup
- Tuangkan minyak atau lotion pada telapak tangan
- Ratakan lotion pada area punggung
- Pijat punggung bagian bawah dengan gerakan berawal dari tengah area
lumbar pada titik terendah menuju area perut. Pertahankan irama konstan pada
setiap usapan
b. Abdomen
- Posisikan klien untuk tidur dengan posisi supinasi
- Tuangkan minyak pada telapak tangan dan ratakan
- Pijat abdomen klen dengan gerakan berawal dari sisi bokong bagian atas
melengkung ke bawah dan berakhir paa akhir midline di atas pubis
- Gunakan tangan kanan untuk melakukan gerakan melingkar mengelilingi
umbilicus
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
24
- Pijat dilakukan pada daerah diatas simfisis puis dan dengan posisi
telentang/supine atau dalam posisi bantal ditempatkan di bawah lutut
dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama dilakukan massage
effleurage.
- Pijatan effleurage ini dilakukan selama 15 menit.
(Sumber : Rizk (2013) dalam Journal of America)
III. Evaluasi
- Perasaan klien sebelum dan setelah dilakukan teknik effleurage/massage
- Kaji skala nyeri sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan
Pada penilitian yang dilakukan oleh Rizk, (2013) menjelaskan bahwa dalam melakukan
massage effeurage dengan aromaterapi dan/atau minyak jahe, menurut Ozgoli et al
(2009) menyatakan bahwa jahe dapat menghambat siklooksigenase dan lipooxygenase
jalur di prostaglandin yang mengarah ke pengurangan leukotriene dan prostaglandin dan
berdampak pada persepsi nyeri yang dirasakan. Selain itu, menurut Tate (1997)
menyebutkan bahawa arometarapi yang mngandung mentol dan metil salisilat memiliki
efek antispasmodic sehingga dapat menenangkan otot rahim. Minyak jahe dan
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
25
aromaterapi dapat berperan sebagai analgesic yang dimediasi sebagian melalui aktivitas
reseptor kappa-opioid yang dapat membantu transmisi sinyal pada blok nyeri. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pernyataan Herz (2009) bahwa penggunaan aromaterapi
adalah terapi komplementer yang banyak digunakan dan berguna untuk meringankan
masalah kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup secara umum.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
26
2.5.5. Collaborator
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
27
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Pada bagian ini menyajikan paparan laporan kasus selama kunjungan keluarga di komunitas.
Laporan terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan keluarga. Paparan laporan kasus ini dijelaskan dalam subbab secara
terperinci.
Tahap perkembangan keluarga Bapak P saat ini yaitu keluarga dengan remaja dengan
anak pertama/tunggal berusia 16 tahun. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit serius. Bapak P sempat addict dalam merokok namun kini sudah
berhenti. Sedangkan Ibu He dalam kondisi sehat. Dilihat dari tahap tumbuh kembang
keluarga, saat ini tahap tumbuh kembang keluarga yang belum terpenuhi yaitu
menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab saat menjadi dewasa yang mandiri.
Terlihat dari An. A yang cukup sering kumpul dengan teman, menjalin hubungan dengan
lawan jenis dan banyak aktivitas di luar rumah.
27
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
28
Keluarga Bapak P tinggal dirumah kontrakan yang cukup dengan luas rumah yang
2
sekitar 60 m untuk ditempati oleh keluarga Bapak P yang hanya 3 anggota keluarga.
Kondisi lingkungan komunitas tergolong cukup bersih dengan kondisi perumahan yang
padat. Banyak rumah yang dibangun digang-gang kecil. Terdapat banyak rumah
kontrakan dan warung di halaman rumah. Keluarga sudah tinggal di wilayah RW 03
yaitu lebih kurang 10 tahun. Rumah ini merupakan rumah yang ditempati keluarga
Bapak P sejak pertama bertransmigrasi ke Depok. Jarak menuju sarana transportasi
rumah tersebut cukup jauh, keluarga biasa mengakses angkutan umum untuk berpergian
dan harus berjalan kaki untuk menuju angkutan umum. Keluarga Bapak P khususnya Ibu
He merupakan kader di lingkungan RT 08 dan cukup aktif mengikuti kegiatan
masyarakat, seperti pengajian, arisan, dan lain sebagainya.
Frekuensi komunikasi antara anak dan orangtua terjadi setiap hari, terutama malam hari
ketika Bapak P pulang kerja. Komunikasi dua arah terjadi lebih sering antara An. A
dengan Ibu He karena An. A merasa lebih dekat dan nyaman bercerita dengan ibunya.
Sementara Ibu He selanjutnya menceritakan kembali kepada Bapak P terkait masalah
An. A, sehingga informasi terkait remaja selalu sampai kepada Bapak P. Sehari-hari
keputusan berada di tangan Bapak P, namun ketika saat mendesak keputusan diambil
alih oleh Ibu He. Nilai dan norma yang diterapkan keluarga yang berkaitan dengan
kesehatan adalah bila ada keluarga yang sakit hanya dirawat di rumah dan diberi obat
warung atau mengguanakan tradisional seperti jamu tanpa di bawa ke pelayanan
kesehatan. Namun, ketika sakitnya berkepanjangan maka akan dibawa ke pelayanan
kesehatan. Keluarga memiliki aturan atau norma yang selalu diterapkan termasuk
mendidik anaknya, contoh aturan jam malam yaitu pukul 22.00 WIB.
Keluarga saling menghargai ketika ada anggotanya yang mengalami kesibukan tertentu.
Saat Bapak Sa pulang kerja dan merasa letih, keluarga selalu memaklumi dan tidak
menambahkan masalah. Masing-masing anggota keluarga memberikan dukungan dan
saling menghargai, menghormati, dan salin menyayangi satu sama lainnya dengan
caranya masing-masing. Anggota keluarga selalu terbuka dalam mengungkapkan
perasaannya masing-masing. Kehangatan dan perlindungan dalam keluarga terlihat
ketika menghadapi masalah saling merangkul dan sembari menaggapi dengan tawa
canda namun menghasilkan solusi.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
29
Stressor yang dialami keluarga saat ini terletak pada cara merespon nyeri haid yang
dialami oleh An. A. Saat dilakukan pengkajian seputar nyeri haid, An. A mengatakan
selalu nyeri sebelum dan saat haid. An. A mengeluhkan bahwa nyeri yang dirasakannya
skala 5 (sedang) dan seperti ditusuk-tusuk serta menjalar dari perut, pinggang hingga
kaki bagian atas. Nyeri semakin menjadi saat tubuh diposisikan istirahat atau tidak dalam
berkegiatan dan berada di skala 7. An. A menyatakan bahwa tidak mengetahui apakah ini
normal atau tidak. An. A bercerita bahwa saat nyeri muncul yang dilakukan hanya
berbaring saja, namun Ibu He sempat menganjurkan untuk melakukan kompres hangat
dan mengkonsumsi kunyit dan An. A masih menganggap belum dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri secara keseluruhan dan nyeri dapat muncul kembali. Nyeri haid
yang dirasakan cukup mengganggu kenyamanan, aktivitas dan konsentrasi An. A saat
menerima pelajaran di sekolah dan berkomunikasi dengan orang lain, karena nyeri yang
dirasakan dapat mengganggu tingkat emosi An. A.
Hal yang sudah dilakukan oleh keluarga yaitu menganjurkan anak untuk melakukan
kompres hangat dan mengurangi aktivitas saat nyeri muncul. Lima tugas kesehatan
keluarga yang telah dilakukan keluarga Bapak P, yaitu telah mengenal masalah gangguan
rasa nyaman dalam merespon nyeri yang dirasakan, ditandai dengan keluarga
mengetahui penyebab nyeri, dan tanda gejala nyeri haid/dismenore. Kedua, telah
mengetahui dampak apabila nyeri haid yang dirasakan menjadi berkepanjangan dan
semakin memuncak sehingga memutuskan untuk melakukan penanganan. Ketiga,
keluarga sudah mengetahui cara merawat remaja dengan kompres hangat, namun
diperlukan pemahaman tentang cara penanganan nyeri non farmakologi lainnya yang
secara subjektif dapat mengurangi/menghilangkan skala nyeri yang dirasakan An. A saat
haid. Keempat, keluarga belum mengetahui cara melakukan modifikasi untuk merespon
nyeri haid. Kelima, kurangnya pemahaman tentang adanya konseling di beberapa
pelayanan kesehatan tertentu khusus untuk tumbuh kembang remaja dan masalah
kesehatan reproduksi pada remaja.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
30
rasa nyaman ; fisik, terkait dismeore dengan skor 4 2/3. Dilanjutkan dengan skoring
diagnose kedua yaitu perilaku cenderung berisiko dengan skor 3 2/3. Ini berarti diagnosis
utama pada keluarga Bapak P yaitu gangguan rasa nyaman ; fisik terkait dismenore,
khususnya pada An. A. Diagnose tersebut didapatkan dari hasil analisa data dan skoring
masalah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan yang dapat mengatasi masalah
gangguan rasa nyaman pada An. A pada saat merespon nyeri haid yang dirasakannya.
Intervensi inovasi yang akan dilakukan terkait dengan upaya mengatasi gangguan rasa
nyaman terkait disemnore dan penanganan non farmakoogi untuk mengatasi dismenore.
Tujuan khusus pertama yang diberikan pada keluarga Bapak P khususnya An. A
mengacu pada nursing outcome classification (NOC) yaitu keluarga mampu mengenal
masalah ditandai dengan kemampuan keluarga untuk memahami tumbuh kembang
remaja, perubahan yang terjadi pada remaja baik fisik maupun psikologis dan memahami
permasalahan-permasalahan yang biasa dikeluhkan oleh remaja wanita serta respon
adaptif dan maladaptive yang dilakukan untuk menyelesaikan stressor/permasalahan
tersebut. Berdasarkan outcomes yang ingin dicapai berdasarkan nursing outcomes
classification (NOC) yaitu Knowledge : Disease Prosses. Salah satu permasalahan yang
sering dikeluhkan An. A yaitu dismenore/nyeri haid, dalam hal ini keluarga diharapkan
mampu memahami pengertian dismenore, tanda dan gejala dismenore, factor risiko
dismenore, pola menstruasi normal dan cara-cara penanganan nyeri haid/dismenore serta
penerapannya saat terjadi dismenore. Intervensi yang diberikan untuk tujuan khusus ini
yaitu pemberian edukasi/health education pada keluarga Bapak P khususnya An. A
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
31
dengan mengaitkan tumbuh kembang remaja dengan permasalahan remaja wanita yang
salah satunya yaitu nyeri haid/dismenore. Penekanan intervensi yang diberikan yaitu
penjelasan terkait macam-macam cara penanganan nyeri haid non-farmakologi yang
dapat dilakukan secara mandiri.
Pada tujuan khusus kedua yaitu keluarga Bapak P khususnya An. A diharapkan mampu
mengambil keputusan dalam menghadai masalah yang terjadi pada diri An. A yaitu
dismenore/nyeri haid. Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC), outcomes
yang dicapai dalam tujuan kedua ini yaitu Personal Autonomy. Pengambilan keputusan
ini berkaitan dengan dampak dari nyeri haid yang berkepanjangan dan keluarga
diharapkan mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah dismenore ini
dengan berbagai alternative atau cara penanganan yang akan dilakukan. Sementara
intervensi yang dilakukan yaitu sesuai dengan nursing intervention classification (NIC)
dengan domain perilaku dan kelas koping yaitu dengan intervensi pembuatan keputusan
dan berikan reinforcement positif atas usaha keluarga dalam mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga.
Tujuan khusus ketiga yaitu keluarga diharapkan mampu memberikan perawatan yang
tepat pada remaja dengan masalah gangguan rasa nyaman fisik terkait dismenore.
Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC), outcomes yang dicapai dalam
tujuan ketiga ini yaitu Symptom Control. Indicator yang harus dicapai dalam tujuan ini
yaitu keluarga diharapkan dapat menggambarkan perilaku keluarga untuk
mempromosikan atau memulihkan kesehatan terkait penanganan dismenore yang
ditunjukkan dengan keluarga mampu menjalankan perawatan kesehatan saat terjadi
tanda-tanda dismenore pada An. A, mampu menjalankan langkah-langkah pencegahan
dismenore dan mampu menggunakan langkah-langkah untuk mengurangi gejala saat
terjadi dismenore. Domain pada tujuan khusus ini yaitu pengetahuan dan perilaku
kesehatan dengan kelas perilaku kesahatan, sehingga diharapkan An. A dapat melakukan
kembali cara-cara penanganan nyeri haid non farmakologi dengan yang pada awalnya
tidak pernah melakukan kini menjadi jarang atau kadang-kadang melakukan.
Sementara intervensi yang diberikan yaitu dengan domain fisiologis dan kelas
kenyamanan fisik. Terdapat beberapa intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri
haid pada An. A. Untuk meningkatkan kenyamanan fisik pada saat dismenore yang juga
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
32
merupakan management nyeri atau penanganan nyeri non farmakologi antara lain, teknik
relaksasi (nafas dalam, inhalasi lavender dan terapi music), perubahan posisi/positioning,
terapi massage/pijatan, kompres hangat dan latihan fisik (senam dan yoga dismenore).
Keluarga khususnya An. A dapat menyebutkan pengertian, manfaat dan hal-hal yang
harus diperhatikan pada saat melakukan cara-cara tersebut. An. A juga diharapkan dapat
melakukan kembali cara penanganan nyeri non farmakologi yang sudah diajarkan dan
mengidentifikasi cara-cara penanganan nyeri haid/dismenore yang dapat dilakukan
dirumah serta di luar rumah (sekolah). Keluarga diharapkan dapat memotivasi dan
mendukung An. A dalam menyelesaikan masalah ketidaknyamanan fisik saat dismenore.
Pada tujuan khusus keempat keluarga diharapkan mampu memodifikasi lingkungan yang
sesuai dengan masalah ketidaknyamanan fisik saat dismenore pada An. A. Nursing
outcome classification (NOC) pada tujuan ini yaitu Comfort Status : Environment,
meningkatkan status kenyamanan lingungan dengan indicator lingkungan yang kondusif,
bersih dan nyaman. Sedangkan Nursing Intervention Classification (NIC) yang di
terapkan sesuai dengan domain kenyamanan, kelas manajeen risiko dengan intervensi
manajemen lingkungan (kenyamanan) yang diantaranya yaitu kemampuan keluarga
dalam menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kenyamanan, pemberian posisi
yang nyaman, pemberian suhu lingkungan yang sesuai dengan kondisi An. A dan
meningkatkan kebersihan saat terjadi dismenore.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
33
terjadinya dismenore, akbat dismenore, pola menstruasi normal dan cara-cara mengatasi
dismenore. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan
dismenore. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang
mengalami dismenore. Mendiskusikan bersama keluarga cara-cara mengatasi dismenore
dengan melakukan senam dan yoga dismenore, inhalasi lavender, teknik relaksasi tarik
nafas dalam, terapi music, kompres hangat dan teknik effleurage/massage.
Mendiskusikan dengan keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan
keluarga untuk mengatasi dismenore pada remaja. Mendiskusikan dengan keluarga
terkait manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta
memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat secara rutin.
(mengetuk), dan vibration (menggetarkan). Teknik massage yang diberikan yaitu jenis
teknik effelurage yang artinya menekan dengan lembut, memijat atau melulut dengan
tangan ke arah distal atau kearah bawah. Mahasiswa menjelaskan bahwa tujuan teknik
effelurageyang akan diberikan ini dapat mengurangi nyeri menstruasi, melonggarkan
ketegangan otot, dan memberikan efek menenangkan.
Pada gerakan effeluragetelapak tangan atau jari harus melekat dan menyesuaikan dengan
bagian yang sedang diurut sambil menekan perlahan-lahan pada setiap bagian yang di
urut, dan tidak boleh dilepaskan dari kulit yang sedang di urut sebelum keseluruhan
bagian tersebut selesai. Pengusapan ini diperlancar dengan menggunakan krim atau
minyak. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa arometarapi yang
mngandung mentol dan metil salisilat memiliki efek antispasmodic sehingga dapat
menenangkan otot Rahim. Sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan berdasarkan
Journal of America bahwa mengaplikasikan teknik massage dengan cara meneteskan 3-4
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
34
tetes aromaterapi atau minyak jahe dan melakukan pijatan dengan gerakan memutar
searah jarum jam. Pijat dilakukan pada daerah diatas simfisis pubis dan dengan posisi
telentang/supine atau dalam posisi bantal ditempatkan di bawah lutut siswi tersebut
dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama dilakukan massage effleurage.
Pijatan effelurageini dilakukan selama 15 menit.
Pijatan diberikan pada lokasi nyeri yaitu di abdomen bagian bawah atau di pinggang
(sesuai keluhan). Pada pijatan yang diberikan ini berfungsi untuk membuktikan
kebenaran teori gate control yang menyatakan bahwa serabut nyeri membawa stimulasi
nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat daripada serabut
sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan
berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri yang
dirasakan dalam otak. Dengan melakukan teknik massage ini, rencana implementasi
untuk tujuan khusus ketiga sudah terlaksana. Kontrak selanjutnya, melanjutkan tujuan
khusus ke-empat dan ke-lima.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
35
Teknik pijatan effelurage yang menjadi focus utama dikarekanakan berdasarkan teori
gate control dinyatakan bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih
kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat daripada serabut sentuhan yang luas. Ketika
sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan ke otak dan
menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri yang dirasakan dalam otak.
Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena terjadinya relaksasi otot.
Disamping itu, teknik massage yang aman, mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan
alat yang banyak dan tidak memiliki efek samping serta dapat dilakukan secara mandiri.
3.6.Evaluasi Keperawatan
3.6.1. Evaluasi Sumatif
Hasil evaluasi sumatif yang dilakukan pada An. A dan Ibu He, didapatkan hasil
bahwa An. A dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda gejala, factor
risiko dan cara-cara penanganan non farmakologi nyeri haid. An.And mampu
mengulang kembali lagkah-langkah teknik relaksasi (Nafas dalam, inhalasi lavender
dan terapi music), senam dan yoga dismenore, kompres hangat dan massage
effelurageyang telah diajarkan. Selain itu, An. A berkomitmen akan melakukan apa
yang sudah diajarkan, ketika mengalami nyeri haid di bulan-bulan berikutnya. Respon
keluarga dalam pemberian dan pemahaman materi tentang dismenore mendapatkan
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
36
hasil baik, yang artinya mampu menyebutkan ulang dan mempraktikannya kembali
tanpa modifikasi intervensi.
Pencapaian pada tujuan khusus tiga yaitu dengan outcomes Symptom Control.
Berdasarkan intervensi tentang Pain Management bahwa secara umum An. A dapat
melakukan semua langkah-langkah sesuai dengan gambar pada leaflet dan An. A
mengatakan bahwa lebih memilih senam dismenore daripada yoga karena gerakan
dari senam dismenore yang cukup mudah untuk dilakukan. Selama melakukan aspek
psikomotor, An. A cukup kooperatif dan mudah di arahkan. Untuk intervensi
Relaxation Therapy, An. A mampu menyebutkan kembali manfaat, pengertian, jenis-
jenis relaksasi dan mendemosntrasikan ulang langkah-langkah teknik relaksasi dengan
baik. Ibu He menyatakan bahwa baru mengetahui bahwa ada cara seperti ini untuk
mengurangi nyeri haid/dismenore pada anak remaja. Pada intervensi Hot/Cold
Compress, An. A sudah mampu menerapkan langkah-langkah kompres dengan baik.
An. A mengatakan bahwa sebelumnya sempat melakukan kompres hangat dengan
menggunakan waslap yang dibasahi dengan air hangat dan diletakkan pada daerah
nyeri, namun tidak memberikan efek yang berarti dan An. A mengatakan nyeri yang
dirasakan sempat berkurang namun tidak lama kemudian nyeri tersebut timbul
kembali. Terkait intervensi massage, An. A mampu mengulang kembali penjelasan
yang diberikan terkait teknik massage. An. A mengatakan bahwa gerakan pijatan
yang diajarkan mudah diikuti dan dapat dilakukan secara mandiri pada saat nyeri haid.
An. A mengatakan bahwa posisi nyaman saat melakukan pijatan yaitu pada
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
37
Pada pencapaian tujuan umum khusus keempat yaitu Comfort Status dengan
intervensi Environment Management : Comfort. An. A mengatakan akan mengurangi
aktivitas saat sedang nyeri haid, An. A mengatakan akan memperhatikan kebersihan
diri saat haid dan akan mengunjungi fasilitas kesehatan jika nyeri berkepanjangan dan
semakin meningkat.
Selain itu, An. A telah mampu melakukan teknik effelurage dengan benar dan
berkomitmen akan melakukannya secara periodic selama nyeri haid masih dirasakan
setiap bulannya. Hasil kognitif atau psikomotor yang dilakukan An. A didukung oleh
pernyataan Ibu He bahwa An. A telah melakukan teknik effelurage dan keluhan nyeri
menjadi berkurang. Dengan ini remaja telah melakukan tugas perkembangan remaja
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
38
dalam hal mengambil keputusan dalam hidup nya yaitu dalam merespon nyeri haid.
Sedangkan keluarga, sudah mampu melakukan tugas kesehatan keluarga terkait
mengambil keputusan dan memberikan perawatan yang tepat pada anggota keluarga
yang memiliki masalah kesehatan. Rentang penurunan skala nyeri sebelum, sesaat
dan sesudah dilakukan teknik effleurage digambarkan dalam grafik 3.1.
0
Sebelum Sesaat Sesudah/Posisi Nyaman
Skala Nyeri
Pada grafik 3.1. menjelaskan bahwa, ketika nyeri haid muncul dan tanpa dilakukan
tindakan apapun, skala nyeri bernilai 5. Kemudian, An. A melakukan teknik
effleurage sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan dan saat An. A mulai
melakukan usapan, nyeri haid berkurang dan berskala 3. Setelah dilakukan teknik
effleurage selama 3 menit lalu dilanjutkan dengan istirahat/tidur sesuai dengan posisi
yang dianggap nyaman oleh An. A. Ketika An. A terbangun, nyeri haid hilang dan
menjadi skala 0.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
39
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 4
PEMBAHASAN
Bagian ini mendeskripsikan analisa kasus kelolaan dengan menyesuaikan teori keperawatan
komunitas. Bahasan yang diuraikan dalam bab analisis situasi ini meliputi profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan pendekatan konsep KKMP dan remaja, analisis
intervensi yang diunggulkan dengan konsep dan penelitian terkait, serta alternatif penyelesaian
masalah yang dapat dilakukan sebagai rekomendasi.
Wilayah Kota Depok memiliki 11 (sebelas) wilayah kecamatan sebagai hasil pemekaran
yang sesuai dengan Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 yang dimana dari 6 (enam)
kecamatan dan terdiri dari 63 (enam puluh tiga) Kelurahan. Kecamatan Cimanggis
merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan
lainnya di Kota Depok, yaitu 283.025 jiwa. Kecamatan Cimanggis memiliki salah satu
kelurahan yang mayoritas jumlah penduduk terbanyak dari setiap golongan umur, dengan
total jumah penduduk sebanyak 103.413 jiwa, yaitu pada Kelurahan Tugu.
39
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
40
Fasilitas pelayanan yang kesehatan yag terdapat di Kelurahan Tugu yaiu Puskesmas dan
praktik dokter serta bidan. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten dan kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan peraturan Kemenkes RI,
(2013) standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamata, namun apabila di satu
keamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas dan tetap mempertahankan keutuhan konsep wilayah, seperti
dea/kelurahan atau RW setempat. Puskesmas Tugu merupakan salah satu puskesmas
pelaksana yang ada di Kecamatan Cimanggis. Berdiri sejak tahun 1992 dengan alamat
jalan Akses UI Palsi Gunung RT 05 RW 03, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis,
Depok. Batas-batas wilayah Puskesmas Tugu yaitu sebelah Utara berbatasan langsung
dengan jalan raya, sebelah Selatan berbatasan dengan makam, sebelah Timur berbatasan
dengan sekolah Lentera Insan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Pura Korps Brimob.
2
Luas wilayah Puskesmas Tugu adalah 322 m dengan satu bangunan bertingkat 2.
Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) yang dihadiri oleh 29 orang terdiri dari
12 remaja perempuan, 8 remaja laki-laki dan 9 perwakilan orang tua (kader dan orangtua
remaja). Berdasarkan hasil FGD didapatkan data masalah kesehatan utama remaja
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
41
perempuan adalah kesehatan reproduksi yaitu dismenor dan keputihan. 5 dari 7 remaja
perempuan yang sudah menstruasi mengalami dismenore sehingga mengalami penurunan
konsentrasi dan penurunan aktivitas fisik. Koping yang dilakukan ketika mengalami
dismenor yaitu menangis, tidur, dan tidak melakukan hal apa-apa. Data yang didapatkan
dari 8 peserta remaja laki-laki adalah hanya terdapat satu peserta merokok sebanyak 3
batang dalam sehari. Data lain yang diperoleh yaitu 8 peserta aktif dalam game online
melalui HP, rata-rata bermain game online sekitar 5 kali dalam sehari dengan durasi main
sekitar 10 menit. Berdasarkan pengkajian dari Ibu kader dan orang tua remaja didapatkan
data bahwa masalah kesehatan umum yang dirasakan oleh orangtua dan ibu kader terkait
remaja yaitu game online dan merokok. Penyuluhan mengenai rokok dan KTR (Kawasan
Tanpa Rokok) sudah dilakukan kurang lebih satu tahun yang lalu, namun remaja kurang
dilibatkan dalam acara tersebut. Selain itu, orang tua remaja mengatakan bahwa
mayoritas remaja laki-laki merokok
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
42
Masalah yang sering terjadi pada remaja di perkotaan yaitu kesulitan belajar,
penyalahgunaan NAPZA, seks tidak aman, dan pertengkaran sesama remaja, dan lain
sebagainya (Kristina, 2014). Factor penyebab terjadinya kenakalan remaja dapat berupa
faktr internal dan eksternal. Factor internal artinya bahwa berasal dari dalam diri remaja
karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri untuk melakukan kenakalan.
Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri remaja tersebut, seperti factor
lingkungan, pengaruh teman sepermainan dan ketersediaan waktu orang tua dalam
memberikan pendidikan pada anaknya (Shanty, 2013).
Pendapat lain menyebutkan bahwa factor terjadinya kenakalan remaja disebabkan karena
adanya tekanan-tekanan dalam kehidupan remaja, tekanan tersebut berasal dari 4 hal
antara lain (1) perorangan, berkaitan dengan kepribadian, keinginan, kepercayaan serta
harapan dan cita-cita remaja, (2) keluarga, pola pergaulan dan pendidikan yang diberikan
pada keluarga. Faktor eksternal penyebab terjadinya masalah pada remaja yang terdekat yaitu
keluarga. Kepala keluarga bekerja keras untuk bertanggung jawab pada keluarganya. Gaya hidup
keluarga seperti ini merupakan karakteristik khas populasi perkotaan yang bertujuan untuk
bertahan hidup menuntut populasi urban untuk bekerja keras (McEwen, Nies & Mary, 2007).
Perilaku keluarga urban dapat meningkatkan faktor predisposisi masalah perilaku kesehatan
remaja yang cenderung berisiko. (3) media, jenis dan karakter media yang menonjolkan
gambaran gaya hidup sisi negative, dan (4) kelompok sebaya, pikiran dan perilaku yang
diterima dan berlaku di kelompok remaja. Kepribadian yang buruk dan didorong dengan
factor penyebab kenakalan serta tekanan yang menjrus pada perilaku menyimpang maka
berisiko meningkatnya kenakalan remaja (Martono dan Joewana, 2006).
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
43
An. A mengatakan mulai menstruasi pada usai 14 tahun dan memiliki lama menstruasi
selama 7 hari. Pola menstruasi An. A yaitu dengan pola 38 hari namun pola tersebut
masih tidak stabil. An. A mengatakan belum mengetahui apakah pola tersebut normal
atau tidak. Pada sebuah penelitian menjelaskan bahawa usia wanita merupakan salah satu
factor yang dapat mempengaruhi tingkat nyeri haid/dismenore seseorang. Usia wanita
yang dimana kejadian dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita. Rasa sakit yang
dirasakan dalam beberapa hari sebelum menstruasi dan saat menstruasi itu berlangsung
biasanya karena terjadi peningkatan sekresi hormon prostaglandin. Semakin tua umur
seseorang, semakin sering ia mengalami menstruasi dan semakin lebar leher rahim maka
sekresi hormon prostaglandin akan semakin berkurang dan sensasi nyeri yang dirasakan
akan berkurang ataupun menurun bahkan tidak merasakan nyeri sedikitpun. Usia
menarke yang lebih awal dapat menjadi factor risiko terjadi dismenore. Menarche terjadi
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
44
pada usia yang lebih awal dari normal, di mana alat reproduksi belum siap untuk
mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan
timbul rasa sakit ketika menstruasi dan skala nyeri yang dirasakan akan meningkat.
An. A sudah melakukan beberapa cara untuk mengurangi nyeri haid berupa kompres
hangat dan mengkonsumsi kunyit, yang merupakan saran dari Ibu He. Namun cara
tersebut tidak dapat menghilangkan nyeri secara seratus persen, nyeri berkurang dan
dalam beberapa menit nyeri muncul kembali. Keyakinan dan nilai budaya seseorang
menjadi suatu aturan-aturan atau menjadi sebuah prinsip yang diterapkan oleh sebuah
keluarga. Prinsip tersebut dapat mempengaruhi cara individu dalam merespon sehat sakit
yang dirasakannya, dalam hal ini yaitu merespon nyeri haid. Latar belakang budaya,
etnik dan agama sering mencerminkan keyakinan pada setiap individu. Upaya yang
dilakukan An. A dalam mengurangi nyeri haid seperti mengkonsumsi kunyit asam
menjadi suatu keyakinan yang mendasar dan menjadi suatu standar untuk tindakan
selanjutnya. Keluarga Bapak P khususnya An. A mempunyai larangan khusus pada saat
haid seperti memotong kuku yang dimana menurut An. A jika memotong kuku pada saat
haid segera dikumpulkan dan di tanam.
Ketika nyeri haid muncul dan berpusat pada bagian bawah perut serta pinggang, An. A
hanya beristirahat dan dalam kondisi yang lemas. Saat beristirahat An. A merasa bahwa
nyeri yang dirasakannya semakin hebat dan semakin meningkatkan skala nyeri. pada
prinsipnya kondisi tubuh dalam keadaan istirahat dapat memunculkan hormone adrenalin
yang berfungsi untuk menurunkan produksi dari hormone prostaglandin sehingga akan
menurunkan persepsi nyeri seseorang. Kondisi yang dirasakan An. A sebaliknya, jika
melakukan istirahat maka nyeri menjadi semakin meningkat dan menjadi. Hal ini
disebabkan karena factor aktivitas dari An. A yang berlebihan sehingga hormone
adrenalin tidak dapat berfungsi dengan baik dan progesterone yang diproduksi terus
bertambah sehingga tidak terjadi penurunan persepsi nyeri pada An. A. Menurut An. A
akan merasa lebih aman jika pada saat dismenore saat Ibu He berada disampingnya.
Remaja wanita cenderung lebih dekat dan terbuka dengan orangtua yaitu Ibu. Dukungan
keluarga dan social sangat berpengaruh dalam peningkatan status kesehatan seseorang,
sama hal nya dengan An. A. Ketika mendapat perhatian dan dukungan dari Ibu He, An.
A menjadi merasa tidak sendiri dalam upaya penurunan rasa nyeri akibat
dismenore/nyeri haid.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
45
Dampak yang dirasakan An. A saat nyeri haid muncul yaitu menjadi tidak focus
belajar/bersekolah, emosi yang tidak stabil, dan menggaggu kegiatan/aktivitas lain
karena kondisi tubuh yang lemas. Menurut Kumbhar, Suresh.K. et all. (2011)
menyebutkan bahwa dismenorea mengganggu kegiatan aktivitas keseharian dan
akademis remaja. Remaja yang mengalami dismenorea di India menyebabkan
meningkatnya jumlah absen remaja untuk bersekolah ataupun berkuliah dengan
prevalensi 28-48 % dan menyebabkan penurunan kualitas hidup. Pendapat lain, menurut
Al- Jefout, Moamar., Abu-Fraijeh Seham. et all. (2014) dysmenorrhea berdampak pada
penurunan kualitas hidup terutama pada aktivitas akademis yang mengganggu kehadiran
ke tempat pendidikan dan berpengaruh terhadap aktivitas harian dan kegiatan sosial
remaja.
Menurut Novia dan Puspitasari (2008) salah satu factor predisposisi terjadinya dismenore
pada remaja yaitu usia wanita. Kejadian dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita.
Rasa nyeri yang dirasakan beberapa hari sebelum dan sesaat setelah menstruasi
berlangsug merupakan peranan dari hormone prostaglandin yang secara fisiologis akan
terjadi peningkatan produksi hormone. Semakin tua umur seseorang, semakin sering
mengallami mesntruasi dan semakin terjadi pelebaran pada leher rahim maka hal tersebut
akan menurunkan sekresi hormone prostaglandin. Salah satu factor risiko terjadinya
disemnore yaitu usia menarke yang lebih awal. Menarche terjadi pada usia yang lebih
awal di mana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi
penyempitan pada leher rahim, maka akan menimbulkan rasa sakit ketika menstruasi.
Ditinjau dari segi pengalaman nyeri, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri seseorang diantaranya, usia, social dan kultural, kecemasan, keletihan,
pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga (Potter & Perry, 2006).
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk untuk mengatasi kecemasan pada
remaja dalam merespon masa pubertas yang telah dialami. Dukungan yang diberikan
berupa rasa empati, dukungan penghargaan melalui dorongan maju, dukungan
instrumental melalui pemberian materi dan dukungan informative melalui pemberian
saran-saran atau petunjuk (Stuart, 2006). Saat An. A mengalami dismenore Ibu H selalu
memberikan dukungan informative berupa saran-saran yang dapat dilakukan dalam
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
46
merespon dan mengatasi nyeri haid yang dirasakan. Dengan adanya dukungan ini dapat
membantu remaja dalam menerima penyesuaian diri terhadap perubahan yang dialami.
Dalam keperawatan masyarakat perkotaan memiliki cakupan ruang lingkup yang berupa
upaya promotif dan preventif. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengatasi
masalah dismenore pada remaja yaitu dengan melakkan teknik-teknik penanganan nyeri
secara non-farmakologis yaitu teknik effleurage/massage. Teknik ini bertujuan untuk
mengatasi nyeri dan menekan nyeri agar tidak berkepanjangan serta berdampak pada
masalah kesehatan yang cukup serius. Keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam
mengatasi masalah dismenore pada remaja sehingga dapat meningkatkan status
kenyamanan pada remaja yang mengalami dismenore.
4.3. Analisis Teknik Effeurage / massage dengan Konsep dan Penelitian terkait
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah (2012) menyatakan bahwa terjadi
perubahan tingkat/skala nyeri pada siswi SMA setelah diberikan teknik effleurage.
Menurut Nisofa (2012) bahwa pengaruh mekanis dari effleurage adalah membantu kerja
pembuluh darah balik (vena) dan menyebabkan timbulnya panas tbuh sehingga
manipulasi effleurage dapat berfungsi sebagai pemanasan (warming up). Pengaruh
fisiologis yang diberikan melalui teknik effleurage menjelaskan bahwa gosokan yang
kuat dapat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang paling dalam hingga
mencapai otot. Teknik massage ini merupakan teknik yang aman, tidak perlu banyak alat
dan biaya serta dapat dilakukan secara mandiri.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
47
yang banyak digunakan dan berguna untuk meringankan masalah kesehatan serta
meningkatkan kualitas hidup secara umum.
Masalah kesehatan utama pada keluarga Bapak P khususnya An. A yaitu terletak pada
perlakuan dalam merespon nyeri haid (dismenore primer). Perawat komunitas dan
keluarga menjadi pihak yang bertanggung jawab pada kasus ini. Mahasiswa yang
berperan sebagai perawat komunitas mengunggulkan intervensi penanganan nyeri haid
non farmakologis berupa teknik effleurage / massage dalam mengurangi skala nyeri haid
pada An. A.
Pelaksanaan intervensi ini di awali dengan mengkaji ulang tingkat nyeri yang dirasakan
berdasarkan indicator pain, quality, region, severe dan time (PQRST). Selain itu,
mahasiswa mengidentifikasi hal-hal yang sudah dilakukan keluarga dalam merespon
nyeri haid pada An. A. Selanjutnya mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan
sebelumnya dalam merespon nyeri dan dampak yang ditimbulkan akibat nyeri haid.
Kemudian mahasiswa melakukan mengkaji pengetahuan yang keluarga sudah miliki dan
terpapar terkait nyeri haid pada remaja. Setelah mendapatkan hasil dari pengkajian nyeri
tersebut, berikutnya mahasiswa memberikan edukasi kesehatan pada keluarga terkait
nyeri haid (dismenore) meliputi defisini, jenis, tanda dan gejala, factor risiko, penyebab
dan akibat nyeri hiad. Selain itu, mahasiswa dan keluarga berkomitmen untuk melakukan
atau menerapkan teknik effleurage massage sebagai penanganan nyeri non farmakologis.
Penerapan teknik efflurage didahului oleh pengertian, tujuan, manfaat dan masuk pada
langkah-langkah dalam melakukan effleurage. Pertama, mahasiswa menjelaskan
langkah-langkah pemberian teknik effleurage yaitu pemberian posisi yang nyaman.
Kedua, mahasiswa menganjurkan dalam penggunaan aromaterapi sebanyak 3 tetes dan
melakukan teknik effeurage yang berpusat pada daerah nyeri yaitu di bawah umbilicus
atau di atas simfisis pubis dengan pola melingkar searah jarum jam, konsisten, dan
berirama. Pelaksanaan teknik effleurage yaitu melalui ujung jarinya dan dengan
frekuensi tetap/konstan. Effleurage berfungsi sebagai teknik distraksi dan menurunkan
transmisi stimulus sensorik dari dinding perut dan membantu mengurangi batas
ketidaknyamanan lokal (Pillateri, 2013). Abdominal effleurage ini dilakukan selama 15
menit agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penurunan tingkat nyeri. Salah satu
factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian massage yaitu durasi, lamanya
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
48
massage yang diberikan sekitar 5-15 menit untuk mendapatkan hasil yang optimal
(Prince, 1999).
Teori gate control yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Teori ini berkaitan
dengan aktivitas serat seraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi
sel saraf di substania gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat
transmisi nyeri yang dikirimkan yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang
berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka”. Gambaran lain
yang diberikan pada teori ini bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih
kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Hal
tersebut dapat terjadi ketika adanya sentuhan dan nyeri yang dirangsang secara
bersamaan, sensasi tersebut berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak
untuk melakukan pembatasan respon nyeri yang dirasakan dalam otak. Sehingga akan
mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan dan berdampak pada pengurangan skala nyeri.
Implementasi yang diberikan pada An. A didukung oleh penelitian Pangastuti (2011)
pada 24 remaja wanita menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata
nyeri haid antara sebelum diberikan massage dengan sesudah diberikan massage.
Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah (2011) terhadap 47 responden yang berasal dari
siswi SMA, membenarkan bahwa didapatkan hasil terdapat hampir setengahnya
mengalami penurunan 3 tingkat skala nyeri yaitu sebanyak 18 siswi (38,3%) dan
sebanyak 17 siswi (36,2%) yang mengalami penurunan 1 tingkat skala nyeri dan sebagian
kecil tidak mengalami penurunan yaitu sebanyak 12 siswi (25,5%). Penurunan dengan
teknik effleurage ini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain usia. Hasil penelitian ini
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
49
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari responden atau siswi yaitu berusia 15
tahun.
Peran dan tugas perkembangan keluarga dengan remaja yang sesuai dengan kasus ini
yaitu pada tugas pertama, memberikan kebebasan pada remaja untuk bertanggung jawab
dan mandiri terhadap diri sendiri. Mahasiswa mendiskusikan pada keluarga untuk
memberikan dukungan dan perhatian pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan karena keluarga merupakan support system terdekat bagi tiap anggota keluarga
tersebut. Keluarga dilibatkan dalam memberikan motivasi untuk An. A agar tetap
melakukan teknik effleurage saat mengalami nyeri haid baik dirumah maupun di sekolah.
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
50
Kompres panas adalah suatu tindakan untuk mengurangi rasa sakit dengan memberikan
energi panas melalui proses konduksi, dimana panas yang dihasilkan dapat menyebabkan
vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga dapat meningkatkan asupan oksigen,
pasokan nutrisi dan meningkatkan leukosit darah yang menuju ke jaringan tubuh.
Beberapa dampak positif akibat pemberian kompres hangat yaitu dapat mengurangi
peradangan, mengurangi kekakuan otot dan nyeri (Sriwahyuni & Yuswanto, 2014).
Dalam menstruasi atau nyeri selama menstruasi, kompres panas dapat meredakan
iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus sehingga dapat memperlancar pembuluh
darah dan dapat mengurangi nyeri akibat otot uterus yang semakin relaksasi dan
meningkatkan perasaan nyaman dan meredakan vasokongesti pelvis (Bonde, Lintong &
Moningka, 2013).
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 5
PENUTUP
Bahasan ini merupakan bagian akhir dalam penulisan karya ilmiah ini yang menguraikan
tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan hasil intervensi selama tujuh minggu praktik
lapangan serta saran yang membangun untuk pihak pelayanan kesehatan, perkembambangan
bagi keilmuan keperawatan komunitas, serta penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang cukup serius yang diakibatkan oleh
meningkatnya populasi masyarakat urban dibandingkan rural. Perilaku dan gaya hidup
serta perubahan yang terjadi pada masyarakat perkotaan menjadi factor utama terjadinya
risiko-risiko perilaku kesehatan. Perubahan perkembangan bagi remaja dapat
berkontribusi besar dalam terjadinya perilaku kesehatan berisiko pada remaja, salah
satunya adalah dismenore pada remaja wanita. Perubahan fisik yang mencakup organ
seksual yaitu ketika remaja alat reproduksi akan mencapai kematangan seksual dan
melakukan fungsinya dengan baik.
51
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
52
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada keluarga Bapak P selama lebih
kurang 7 minggu. Evaluasi diilakukan melalui pengukuran skala nyeri sebelum dan
sesudah melakukan teknik effleurage/massage saat terjadinya dismenore pada An. A.
terjadi penurunan skala nyeri secara bertahap yaitu dengan skala 5 sebelum melakukan
tekik effleurage/massage, dan menjadi skala 3 setelah dilakukannya teknik
effleurage/massage selama 3 menit. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan tidur,
skala nyeri menjadi hilang. Tingkat kemandrian keluarga Bapak P saat ini berada pada
tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak P melaporkan bahwa telah melakukan upaya
dalam mengatasi dismenore pada anak.
5.2 Saran
5.2.1. Pelayanan Kesehatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pelayanan kesehatan dalam hal
ini adalah puskesmas dan perawat komunitas yang berperan dalam pemberian
promosi kesehatan untuk mengadakan training khusus atau pelatihan konselor
sebaya terkait cara-cara penanganan nyeri haid non farmakologis khususnya dalam
teknik effleurage/massage bagi remaja putri. Dengan pelatihan ini menerapkan
prinsip-prinsip khusus dalam teknik effleurage yaitu dengan gerakan melingkar,
konstan dan berirama serta dilakukan selama 5-15 menit agar dapat menghasilkan
penurunan tingkat skala nyeri yang signifikan bagi remaja yang mengalami nyeri
haid. Kerjasama dalam pelatihan ini dapat meningkatkan tugas perkemangan remaja
yaitu memberikan kebebasan remaja untuk bertanggung jawab dan mandiri terhadap
dirinya sendiri. Dalam upaya promosi kesehatan peran perawat komunitas yang
didukung dengan masyarakat, terutama kader diharapkan dapat meningkatkan dalam
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
53
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J. A., Rector, C., & Warner (2010). Community Health Nursing : Promoting &
Protecting The Public’s Health. Seventh edition. Philadelphia : Lippincott Willian &
Wilkins.
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S. (2005). Family health Nursing: The Process. Philiphines:
UP College on Nursing Diliman
Boonde, F.., Lintong, F., Moningka., M. (2013). Pengaruh Kompres Panas Terhadap
Penurunan Derajat Nyeri Haid Pada Siswi SMA dan SMK Yadika Kopandakan II.
Sumatara Utara : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Boyce, Roche and Daves, (2009). Adolescent Health: Policy, Science, and Human
Rights. Montreal Kingston : London
54
Universitas Indonesia
Kowalak, J. P. (2010). Buku Saku Tanda dan Gejala:Pemeriksaan Fisik & Anamnesis,
Penyebab, Tip Klinis,Ed.2. Jakarta: EGC
Kumbhar, Suresh.K. et all. (2011). Prevalence of dysmenorrhea among adolescent girl (14-19
yrs) of Kadapa district and its impact on quality of life : a cross sectional study.
Department of Community Medicine,RIMS Medical College, Kadapa, Andhra
Pradesh, 2(2), 265-268.
Lestari, N. M. (2013). Pengaruh Dismenore Pada Remaja. Seminar NAsional FMIPA
UNDIKSHA III Tahun 2013.
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download/2725/2305 Di
unduh pada 19 Juni 2016
Linsley, P. Kane, R., & Owe, S. (2011). Nursing For Public Health, Promotion,
Principles, and Practice. New York : Oxford University Press.
Lundy, K. S & Janes, S. (2010). Community Health Nursing : Caring Fo The Public’s Health
– 2end ed. Uniited States of America : Courier Kendallville
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
57
Suhartatik. 2003. Hubungan Gejala Saat Menstruasi Dengan Produktivitas Kerja Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. UGM. Yogyakarta. Skripsi
tidak dipublikasikan
Taber, B. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Tate S. (1997). Peppermint oil: a treatment for postoperative nausea. Journal
Adv Nurs. 26(3):543–549.
Wong, D. L [et.al]. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus
Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara
Yudha….[et al.]. Edisi 6. Jakarta : EGC
World Health Organization (WHO). (2015). Adolescent nutrition: a review of the situation
in selected South-East Asian Country. Diperoleh dari
www.searo.who.int/entity/child_adolescent/documents/sea_nut_163/en
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Keluarga (KK) : Bpk. P
b. Alamat dan No. Telp : RT 08 RW 03 Kel. Tugu Kec. Cimanggis
c. Pendidikan KK : D3
d. Komposisi Keluarga :
No Nama Gender Hubungan TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK
1. Bpk. P Laki-laki Suami/KK Madiun, D3 Karyawan
18-08-1969
(47 tahun)
2. Ny. H Perempuan Istri Lumajang, SMA IRT
8-08-1967
(49 tahun)
3. Remaja A Perempuan Anak Jakarta, SMA Pelajar
2 – 12 – 1999
(17 tahun)
Remaja A
Ayah dari remaja A berasal dari ngawi, madiun jawa timur. Sedangkan Ibu,
berasal dari lumajang, jawa tengah. Secara tidak langsung, keluarga remaja A
bersuku jawa. Bahasa dominan yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia. Menurut keluarga, tidak ada aturan atau adat yang khusus terkait
pola makan, berprilaku, cara berpakaian, maupun perepsi terhadap keseatan
yang diajalani oleh keluarga. Terkait nyeri haid (dismenore), keluarga
memiliki kepercayaan khusus dimana pada saat haid, kuku yang telah
terpotong diharuskan untuk dikumpulkan/ditanam.
g. Agama
Seluruh anggota keluarga beragama Islam. Ibu dan remaja A sering mengikuti
kegiatan keagamaan berupa pengajian maupun majelis yang diadakan di
lingkungan rumah.
h. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga
Keluarga Bapak P dengan remaja A ini merupakan keluarga yang sederhana
dengan kondisi ekonomi menengah cukup. Bapak P bekerja sebagai karyawan
swasta yang bekerja mulai pkl. 08.00-17.00 WIB. Sedangkan, Ibu He adalah
ibu rumah tangga dan juga menjadi kader di lingkungan setempat. Bapak P
dan Ibu He hanya memiliki satu anak yaitu remaja A yang kini sedang
menempuh pendidikan SMA kelas 1. Penghasilan Bapak P sebagai karyawan
swasta sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. BAPAK P
dan Ibu He juga mampu memenuhi kebutuhan anak nya yaitu remaja A yang
kini beranjak remaja yang memiliki berbagai macam keinginan seperti gadget,
boneka, tas, baju dll.
i. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bapak P cukup sering menghabiskan waktu dirumah. Remaja A
mengaku bahwa terkadang saat libur/weekend pernah berkunjung/menginap
dirumah nenek. Remaja A juga menghabiskan waktu kosongnya dengan
berkegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah yaitu dengan taekwondo 2-
3x/minggu. Selain itu, remaja A juga cukup sering menghabiskan waktu
dengan teman sebayanya yaitu jalan-jalan, makan bareng dll.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah keluarga Bapak P tinggal dirumah kontrakan dengan luas ruma yang
cukup ± 60 m2. Rumah tersebut terdiri dari 3 ruangan besar. 1 ruangan yang
merupakan ruang tamu dan ruang tv, 1 ruangan untuk kamar, 1 ruangan untuk
dapur dan kamar mandi. Keadaan rumah cukup terang, dilengkapi dengan 2
jendela di depan dan 2 ventilasi kecil yang ada di kamar / dapur. Walaupun
demikian sinar matahari yang menyinari rumah tersebut hanya sedikit, karena
terhalangi oleh dinding rumah lainnya/tetangga depan rumah. Berikut dena
rumah Bapak P dengan Remaja A ;
Keterangan ;
3a 3b 1 Ruang tamu dan rang TV
2 Kamar tidur
3a Kamar mandi
3b Dapur
2
Pintu
1 Jendela
Ventilasi kecil
berpergian dan harus berjalan kaki untuk menuju angkutan umum. Bapak P
mempunyai satu buah motor yang digunakan untuk bekerja.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Ibu He tidak pernah membuat jadwal khusus untuk family time.
Keluarga mengatakan bahwa kegiatan bersama dilaksanakan dengan
mengobrol bersalam diruang tengah rumah pada malam hari, karena anggota
keluarga berkumpul lengkap saat malam hari. Keluarga khususnya Ibu He
merupakan kader di lingkungan RT 08 dan cukup aktif mengikuti kegiatan
masyarakat, seperti pengajian, arisan, dan lain sebagainya.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu berkomunikasi secara terbuka dan
tidak ada hal-hal yang ditutupi. Semua anggota keluarga saling menceritakan
masalah-masalah yang telah dihadapi. Remaja A mengatakan bahwa segala
yang telah terjadi selalu diceritakan kepada mama (Ibu He) seperti kegiatan
disekolah, kejadian di luar rumah, kondisi kesehatan dll. Dalam keluarga ini,
pengambilan keputusan berada di bawah kuasa kepala keluarga yaitu Bapak P.
Remaja A mengatakan bahwa setiap anggota keluarga selalu berkomunikasi
secara baik dan biasa keluarga berkumpul serta saling berbincang-bincang
pada malam hari ketika Bapak P pulang kerja.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Struktur kekuatan keluarga ini berada pada Bapak P sebagai kepala keluarga,
yaitu ketika mendapatkan permasalahan yang cukup besar maka akan
diputuskan oleh kepala keluarga setelah adanya musyawarah dengan anggota
keluarga lainnya. Ibu He juga mempunyai peran dalam mengambil keputusan
keluarga sbagai contoh yaitu terkait waktu bermain remaja A dengan teman-
temannya dan aktivitas remaja A lainnya. Keputusan-keputusan kecil biasanya
diselesaikan sendiri oleh Ibu He, namun jika terlalu pelik maka akan
didiskusikan dengan Bapak P dan diputuskan secara bersama.
c. Struktur Peran
Secara sktruktur peran dalam keluarga Bapak P, setiap anggota keluarga telah
menjalankan perannya dengan baik. Bapak P sebagai kepala keluarga
berkolaborasi dengan Ibu He terkait biaya-biaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Ibu He sebagai Ibu rumah tangga juga telah melakukan tugas
merawat keluarga dengan cukup baik. Ibu He mempunyai tanggung jawab
dalam mengurusi segala kebutuhan rumah tangga. Disamping itu, Ibu He
berperan sebagai kader dilingkungan setempat, namun Ibu He masih dapat
membagi waktu antara mengurus rumah tangga dan kegiatan kader sehingga
kedua peran yang diperoleh oleh Ibu He dapat berjalan beriringan dan tidak
menggaggu peran yang lainnya.
d. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga Bapak P disesuaikan dengan nilai
agama yang dianut dan norma yang berlaku dilingkungannya, namun tidak ada
pengaruh yang signifikan dari budaya atau agama yang berfek sangat
menonjol. Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada
keluarga yang sakit hanya dirawat di rumah dan diberi obat warung atau
mengguanakan tradisional seperti jamu tanpa di bawa ke pelayanan kesehatan.
Namun, ketika sakitnya berkepanjangan maka akan dibawa ke peayanan
kesehatan
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif dalam keluarga ini berjalan dengan dinamis. Masing-masing
anggota keluarga memberikan dukungan dan saling menghargai,
menghormati, dan salin menyayangi satu sama lainnya dengan caranya
masing-masing. Anggota keluarga selalu terbuka dalam mengungkapkan
perasaannya masing-masing. Setiap anggota keluarga memiliki hubungan
yang dekat satu sama yang lain. Keluarga Bapak P selalu mempunyai rasa
toleransi yang tinggi apabila salah satu keinginan anggota keluarga ada yang
tidak terpenuhi, terlebih bawah remaja A merupakan anak satu-satunya
(tunggal).
b. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bapak P dan Ibu He hanya memiliki 1 anak yaitu remaja A. usia
Bapak P dan Ibu He terlampau sudah memasuki tahap dewasa akhir yaitu usia
Bapak P 47 tahun dan Ibu He 49 yang tidak memungkinkan untuk Ibu He
mengandung kembali. Saat ini Ibu He menggunakan program KB suntik.
c. Fungsi Sosialisasi
7. Harapan
Keluarga berharap mendapat pengetahuan mengenai cara perawatan nyeri haid
dan perawatan kesehatan/kebersihan organ reproduksi.
18. Integritas Kulit Tidak ada lesi, tidak ada Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, tidak
jaringan parut tidak ada jaringan ada jaringan parut
parut
19. Ekstrimitas CRT < 2 detik, tidak ada CRT 3 detik, pucat, CRT 3 detik, pucat,
edema, tidak ada sianosis, tidak ada edema, tidak ada edema,
tidak ada clubbing finger tidak ada sianosis, tidak ada sianosis,
tidak ada clubbing tidak ada clubbing
finger finger
20. Lain-lain - - -
Data Objektif
Remaja A berusia 16 tahun
2. Data Subjektif Perilaku Kesehatan
Remaja A mengatakan jika membersihkan Cenderung Berisiko
daerah kewanitaan hanya menggunakan sabun (00188)
mandi
Remaja A mengatakan mudah timbul jerawat
saat mendapatkan stressor
Remaja A mengatakan masih sering keputihan
namun tidak berbau
Remaja A mengatakan jarang ke pelayanan
kesehatan
Data Objektif :
Terdapat beberapa jerawat baru maupun bekas
jerawat di wajah Remaja A
Domain 1 : Fisiologis
Kelas C : Manajemen Imobilisasi
0840. Perubahan Posisi
Gunakan tempat/alas yang nyaman dan sesuai
seperti matrass/kasur
Dorong klien untuk meningkatkan perubahan
posisi yang sesuai
Instruksikan kepada klien bagaimana
Domain 3 : Perilaku
Kelas T : Kenyamanan Psikologis
6040. Terapi Relaksasi
Jelaskan rasional teknik relaksasi meliputi
manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia seperti menggunakan music, meditasi,
oto progresif dll
Tingkatkan penggunaan intervensi relaksasi
Menjelaskan terkait intervensi teknik relaksasi
Menyaraknkan klien untuk menggunakan
Domain 1 : Fisiologis
Kelas E : Kenyamanan Fisik
1380. Kompres hangat / dingin
- Jelaskan indikasi kompres hangat dan dingin
- Pilih cara yang akan digunakan dengan
menggunakan waslap atau botol atau buli-buli
- Cek suhu air yang akan digunakan
- Tentukan durasi kompres yang akan dilakukan
- Gunakan pakaian yang lembab untuk
peingkatkan sensasi dingin atau panas
- Tingkatkan kenyamanan saat melakukan
kompre hangat atau dingin
- Evaluasi kondisi umum, keamanan dan
kenyamanan selama melakukan kompres
- Evaluasi dan dokumentasi respon setelah
Level 3
Outcomes : Status Kenyamanan :
Lingkungan (2009)
Indikator :
200903 Lingkungan yang kondusif
200906 Lingkungan bersih/nyaman
200915 Lingkungan nyaman
5. Keluarga mampu menggunakan Domain 5 : Keluarga
fasilitas pelayanan kesehatan Kelas X : Perawatan
7140. Kepuasan Keluarga
Level 1: - Berikan informasi tentang sumber-sumber di
Domain V: Kesehatan yang dirasakan komunitas yang akan membantu remaja dan
Indikator:
300004-Ketersediaan mendatangi
pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan untuk perawatan
kesehatan
300007-Koordinasi dengan akses
pelayanan kesehatan
Level 3 :
Outcome. Pemenuhan Perilaku (1601)
Indicator :
160102 – Diskusikan treatment kesehatan
yang dianjurkan
160103 – Melakukan treatment kesehatan
yang dianjurkan
160112 – Monitor respon treatment
Indikator :
190219 – Informasi tentang risiko
kesehatan
190220 – Identifikasi factor risiko
190201 – Mengetahui adanya factor risiko
190221 – Menyatakan kemampuan untuk
merubah perilaku
190204 – Meningkatkan strategi efektif
untuk mengontrol risiko
190208 – Modifikasi gaya hidup untuk
mengurangi risiko
190217 – Monitor perubahan status
Kesehatan
5. Keluarga mampu menggunakan Domain 5 : Keluarga
fasilitas pelayanan kesehatan Kelas X : Perawatan
7140. Kepuasan Keluarga
Level 1:
- Berikan informasi tentang sumber-sumber di
Domain V: Kesehatan yang dirasakan
komunitas yang akan membantu remajadan
Hasil yang menggambarkan pengaruh
keluarga untuk melanjutkan dengan mengatasi
kesehatan keluarga dan perawatan
dismenore yang dialaminya
kesehatan.
- Diskusikan bersama keluarga mengenai
manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar
Level 2:
tempat tinggal
Kelas EE: Kepuasan keluarga: Perawatan
Indikator:
300004-Ketersediaan mendatangi
pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan untuk perawatan
kesehatan
300007-Koordinasi dengan akses
pelayanan kesehatan
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan TUK 3 : Psikomotor
Lathan Fisik Senam dan Yoga Dismenore
Jumat, Manajemen Nyeri dan Perubahan Subjektif :
Posisi
13 Mei - Remaja A mengatakan tubuh terasa sedikit
- Kaji tingkat ketidaknyamanan klien
sakit karena kurang streatching/pemanasan
2016 - Kaji lokasi nyeri karakteristik durasi, sebelumnya
frekuensi, skala (flacc scale), - Remaja A mengatakan bagian tubuh yaitu
intensitas dan factor pencetus pinggang terasa tertarik dan lebih rileks
- Ajarkan prinsip manajemen nyeri - Remaja A mengatakan lebih memiih senam
- Ajarkan orangtua menggunakan daripada yoga
teknik nonfarmakologi saat nyeri
Objektif :
klien timbul (seperti tarik napas
- Senam dismenore dilakukan selama 10-15
dalam, terapi musik, kompress menit dengan langkah-langkah sesuai dengan
panas/dingin, masase, distraksi) : leaflet
teknik yang diajarkan yaitu latihan - Yoga dismenore dilakukan selama 15-20 menit
fisik ; Senam dan Yoga Dismenore dengan langkah-langkah sesuai dengan leaflet
- Gunakan tempat/alas yang nyaman - Remaja kooperatif dan mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan latihan fisik
dan sesuai seperti matrass/kasur
- Remaja dapat mengulangi kembali seluruh
- Dorong klien untuk meningkatkan gerakan dengan baik
perubahan posisi yang sesuai
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan TUK 3 ; Psikomotor
Teknik relaksasi Nafas dalam dan inhalasi
lavender
Jumat, Teknik Relaksasi ; Inhalasi lavender Subjektif :
dan nafas dalam - Remaja A mengatakan senang setelah
20 Mei
- Jelaskan rasional teknik relaksasi mengetahui teknik relaksasi nafas dalam dan
2016 meliputi manfaat, batasan dan jenis inhalasi lavender
relaksasi yang tersedia ; inhalasi - Remaja A mengatakan lebih rileks setelah
lavender dan nafas dalam melakukan nafas dalam
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
Planning :
Lanjutkan TUK 3 ; Psikomotor
Kompres hangat
Senin, 23 Kompres Hangat Subjektif :
- Menjelaskan indikasi kompres - Remaja A mengatakan sudah mengetahui dan
Mei
hangat dan dingin pernah melakukan kompre hangat saat nyeri
2016 - Bantu klien untuk memiilih cara haid
yang akan digunakan dengan - Remaja A mengatakan menggunakan kompres
menggunakan waslap atau botol atau hangat dapat menurunkan nyeri saat dismenore
buli-buli - Remaja A mengatakan lebih menyukai
- Cek suhu air yang akan digunakan kompres dengan menggunakan botol daripada
- menentukan durasi kompres yang waslap
akan dilakukan - Remaja A mengatakan lebih nyaman dengan
- menganjurkan untuk menggunakan posisi tidur saat dilakukan kompres
pakaian yang lembab untuk
peingkatkan sensasi dingin atau Objektif :
panas - Remaja antusias dan kooperatif selama
- Tingkatkan kenyamanan saat interaksi
melakukan kompre hangat atau - Remaja dapat melakukan psikomotor sesuai
dingin dengan instruksi yang diberikan
- Evaluasi kondisi umum, keamanan - Remaja menggunakan botol dan tidak
dan kenyamanan selama melakukan mempunyai buli-buli
Planning :
Lanjutkan TUK 3 ; Psikomotor
Terapi music dan teknik effleurage
Selasa, Teknik Pijitan/Massage Subjektif :
- Kaji kondisi klien yang memerlukan - Remaja mngatakan pilihan music klasik
24 Mei
massage membuat ngantuk
2016 - Tetapkan periode/penjadwalan - Remaja mengatakan pernah melakukan terapi
music saat nyeri aid di malam hari namun
massage sesuai dengan respon yang
music pop
diinginkan - Remaja mengatakan tidak terlalu tertarik
- Memilih area tubuh yang akan di dengan terapi music
massage - Remaja mengatakan bahwa pijatan yang
- Menganjurkan untuk mencuci diajarkan mudah dan dapat digunakan saat
tangan dengan air hangat nyeri haid
- Menyiapkan air/minyak hangat, - Remaja mengatakan gerakan mudah di hafal
dan dapat digunakan saat menonton
posisi yang nyaman, lingkungan
tv/bersantai dirumah
yang private dan tanpa ada gangguan - Remaja mengatakan tertarik untuk mencoba
- Berada dalam tempat yang nyaman teknik mengusap
- Menutupi area lain yang tidak - Remaja mengatakan akan terasa lebih nyaman
dimassage jika dipijat dalam posisi tidur/setengah tidur
- Gunakan lotion, minyak untuk
mengurangi gesekan saat di massage Objektif :
- Remaja antusias dan melakukan sesuai
- Gunakan teknik dan tekanan yang
instruksi yang diberikan
nyaman bagi klien yang sesuai - Remaja mampu mengulang kembali manfaat,
dengan tujuan massage tujuan dan langkah langkah terapi music dan
- Dorong klien untuk menarik nafas massage
panjang dan rileks selama massage - Remaja mampu mengikuti gerakan teknik
- Evaluasi dan dokumentasi massage effleurage dengan mengusap secara melingkar,
penekanan halus dan berirama
yang dilakukan
- Remaja aktif dan memberikan beberapa
pertanyaan seputar terapi yang dilakukan
- Remaja dapat memahami teori gate control
pada teknik effleurage(massage)
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian
Planning :
Lanjut TUK 4 dan 5
Analisa :
Masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
teratasi
Planning :
TUK 1,2,3,4,5 tercapai
Evaluasi saat nyeri haid Subjektif :
Remaja A mengalami menstruasi/haid pada tgl 28
Mei 2016 (Sabtu Sore). Sehari sebelumnya remaja
A mengalami nyeri ber-skala 5 di bagian bawah
perut dan pinggang. Kualitas nyeri seperti ditusuk
tusuk dan nyerinya menetap hingga setengah hari.
Remaja A melakukan perubahan posisi dan
mencari posisi yang nyaman yaitu semi fowler,
kemudian mulai mengoleskan minyak ke bagian
bawah perut dan mulai mengusap dengan teknik
effleurage selama 3 menit dan nyri berkurang
menjadi skala 3. Setelah itu remaja A tertidur dan
saat bangun tidur skala nya menjadi 0 (hilang).
Objektif :
Remaja A melakukan teknik effleurage sesuai
dengan yang telah diajarkan yaitu dengan usapan
halus, melingkar dan berirama. Usapan yang
diberikan hanya 3 menit.
Planning :
Terapkan penanganan nyeri non farmakologi
lainnya.
Selasa, 7 - Mengevaluasi semua materi yang Subjektif :
Juni telah disampaikan dan melakukan - Remaja A mengatakan pengetahuan tentang
2016 terminasi nyeri haid menjadi bertambah
- Remaja A mengatakan akan mencoba
- Evaluasi Sumatif dan Tingkat
mencatat setiap tanggal haidnya
Kemandirian - Remaja A mengatakan bahwa nyeri haid yang
dirasakan muncul saat sebelum atau hari
pertama haid dan diperberat jika dalam posisi
istirahat dan tanpa melakukan apapun
- Remaja A mengatakan mengalami nyeri haid
dengan tanda tanda yaitu nyeri dan lemas
- Remaja A mengatakan bahwa baru
memahami adanya cara cara untuk
mengurangi nyeri haid
- Remaja A mengatakan akan melakukan
penanganan non farmakologi dengan
peneglompokan ;
Senam/yoga, tarik nafas dalam dan terapi
music akan dilakukan jika di luar rumah.
Sedangkan, kompres hangat, pijatan dan
inhalasi lavender akan dilakukan saat
dirumah.
- Remaja A mengatakan dan berkomitmen
akan melakukan strategi-strategi untuk
mengurangi nyeri haid yang dirasakan
- Remaja A mengatakan bahwa teknik massage
(effleurage) sangat berpengaruh dalam
mengurangi nyeri haid yang dirasakannya
- Remaja A mengatakan akan melakukan
teknik-teknik lainnya yang sudah diajarkan
Objektif :
- Remaja A dapat menyebutkan kembali
pengertian, penyebab, tanda gejala, factor
risiko dan cara-cara penanganan non
farmakologi nyeri haid
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman ; dismenore
teratasi
Planning :
-
Diagnosa 1: