Anda di halaman 1dari 108

UNIVERSITAS INDONESIA

TEKNIK EFFLEURAGE (MASSAGE) SEBAGAI SALAH


SATU INTERVENSI KEPERAWATAN UNTUK MENGATASI
MASALAH GANGGUAN RASA NYAMAN PADA AN. A DI
KELUARGA BAPAK P DENGAN DISMENORE

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FITRI ALFISAH
1106089035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

TEKNIK EFFLEURAGE (MASSAGE) SEBAGAI SALAH


SATU INTERVENSI KEPERAWATAN UNTUK MENGATASI
MASALAH GANGGUAN RASA NYAMAN PADA AN. A DI
KELUARGA BAPAK P DENGAN DISMENORE

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

FITRI ALFISAH, S.Kep


1106089035

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2016

ii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
iii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
iv
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
v
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul “Teknik
Effleurage (Massage) sebagai salah satu Intervensi Keperawatan Untuk Mengatasi
Masalah Gangguan Rasa Nyaman pada Keluarga Bapak P khususnya pada An. A
dengan Dismenore”. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat mencapai gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Profesi Ners, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Karya Ilmiah ini takkan berarti tanpa
bantuan orang-orang hebat di sekeliling penulis, oleh karena penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada;

(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. beserta seluruh jajaran sivitas
akademi FIK UI yang telah menjadi support system terbaik yaitu sebagai
tempat menuntun ilmu dan membantu dalam terselesaikannya karya ilmia
akhir ini.
(2) Bapak Dr. Agus Setiawan, S.Kp., M.N selaku coordinator mata ajar dan
dosen Departemen Komunitas
(3) Bapak Sukihananto, Ns.,S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing dan
pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penulisan karya ilmiah akhir ini.
(4) Kepala Puskesmas Tugu beserta jajarannya yang telah membantu selama
praktek di wilayah Puskesmas Tugu
(5) Orang tua, adik serta kakak yang tak henti mendoakan serta memberikan
bantuan dukungan material dan moral
(6) Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga terselesainya penulisan karya imiah akhir ini

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan.

vi
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
vii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
ABSTRAK

Nama : Fitri Alfisah


Program Studi : Ners
Judul Riset : Teknik Effleurage (Massage) sebagai Salah Satu Intervensi
Keperawatan Untuk Mengatasi Masalah Gangguan Rasa Nyaman
pada An. A di Keluarga Bapak P dengan Dismenore

Kelompok usia remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang usia 10-19
tahun. Pada usia remaja terjadi perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Salah
satu perubahan fisik tersebut mencakup organ reproduksi yang akan mencapai
kematangan seksual pada saat remaja. Rasa tidak nyaman dan sakit saat
menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan
dismenore. Salah satu gejala dari kasus ginekologi yang paling sering terjadi yaitu
dismenor atau nyeri yang terjadi selama siklus haid berlangsung. Tujuan
penulisan ini yaitu memberikan gambaran asuhan keperawatan keluarga
menggunkan tahapan perkembangan keluarga dengan remaja yang memiliki
masalah kesehatan dismenore. Setelah dilakukan intervensi keperawatan melalui
teknik effleurage skala nyeri menurun secara bertahap. Dalam penyelesaian
masalah kesehatan pada remaja ini membutuhkan dukungan kuat dari keluarga.
Dengan demikian, keluarga mampu membantu remaja dalam proses pengambilan
keputusan untuk melakukan penanganan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan terkait dismenore.

Kata kunci : dismenore, keluarga, remaja, nyeri

viii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
ABSTRACT

Name : Fitri Alfisah


Study Program: Ners
Title : Effleurage (massage) as a Nursing Intervention for Comfortable
Disorders in Adolescent with dysmenorrhea

Adolescence is the citizens who were in the age range 10-19 years. In
adolescence there is a change of physical, cognitive and psychosocial. One such
physical changes include reproductive organs that will reach sexual maturity as a
teenager. Discomfort and pain during menstruation that can interfere with daily
activities known as dysmenorrhea. One of the symptoms of gynecological cases
are the most frequent dysmenorrhea, or pain that occurs during the menstrual
cycle progresses. The purpose is giving description of family nursing care about
using family growing methode with teenager who has dysmenorrhea problem.
After doing intervention by effleurage technic, the level of pain will decrease step
by step. Solving healthy problem needs support from family. In the resolution of
health problems in adolescents requires strong family support. Thus, the family
was able to help young people in the decision making process to perform the
handle of health problems related to dysmenorrhea.

Keywords : adolescence, dysmenorrhea, pain, management, effleurage

ix
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................ix

1. PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................7
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................7
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................8
1.4.1. Keilmuan ........................................................................................8
1.4.2. Metodologis ....................................................................................8
1.4.3. Aplikatif ..........................................................................................8

2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................9


2.1. Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan.........................9
2.2. Kelompok Remaja sebagai At-Risk ........................................................10
2.2.1. Definisi Remaja ............................................................................10
2.2.2. Remaja sebagai At-Risk ...............................................................11
2.2.2.Tugas Perkembangan Remaja .......................................................13
2.2.3. Dismenore Pada Remaja ..............................................................14
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga ..................................................17
2.4. Teknik Effelurage (Massage) ..................................................................20
2.3. Peran Perawat ..........................................................................................24
3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .............................................27
3.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga ..........................................................27
3.2. Diagnosis Keperawatan Keluarga ...........................................................29
3.3. Perencanaan Keperawatan Keluarga .......................................................30
3.4. Implementasi Keperawatan Keluarga ......................................................32
3.5. Intervensi Inovasi : Teknik Effleurage ....................................................34
3.6. Evaluasi Keperawatan .............................................................................35

x
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
4. PEMBAHASAN ............................................................................ 39
4.1. Profil Lahan Praktik ................................................................... 39
4.2. Analisis Masalah Keperawatan terkait KKMP dan Remaja ...... 41
4.3. Analisis Teknik Effleurage (massage) dengan Konsep terkait . 46
4.4. Analisis Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan ................. 49

5. PENUTUP ..................................................................................... 51
5.1. Kesimpulan................................................................................. 51
5.2. Saran ........................................................................................... 52
5.2.1. Pelayanan Kesehatan ............................................................ 52
5.2.2. Perkembangan Keilmuan Keperawatan Komunitas ............. 53
5.2 3. Penelitian............................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….54

xi

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


DAFTAR GRAFIK

3.1. Grafik Tren Penurunan Skala Nyeri ........................................... 38

xii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengkajian Keluarga

Lampiran 2. Analisa Data dan Skoring Masalah

Lampiran 3. Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 4. Catatan Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 Format Evaluasi Sumatif

Lampiran 6. Format Tingkat Kemandirian

xiii
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berdasarkan startegi pencapain target dan indicator Sustainable Development Goals
(SDGs) pada tujuan ke-tiga, menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk di segala usia. Strategi yang diajalankan salah satunya yaitu
akselerasi pemenuhan akses pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja dan lanjut usia yang
berkualitas. Pada tahun 2030 dapat menjamin akses kepada pelayanan kesehatan seksual
dan reproduksi, termasuk keluarga berencana (KB), infomasi dan edukasi, serta integrasi
kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan program nasional.

Menurut United States Conference of Mayors (2006), menyebutkan bahwa jumlah


masyarakat perkotaan tidak kurang dari 50.000 orang yang tinggal dalam satu wilayah.
Masyarakat merupakan kumpulan dari individu-individu baik dalam kelompok kecil
maupun besar yang memiliki pengaruh satu sama lain. Dalam masyarakat modern, sering
dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan
(urban community). Menurut Soekanto (1998), perbedaan tersebut sebenarnya tidak
mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana, karena dalam
masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa memiliki pengaruh-pengaruh dari
kota. Sebagai masyarakat perkotaan memiliki banyak stressor setelah berpindah dari desa
ke kota, meskipun beberapa masalah yang sama ada di daerah pedesaan. Namun
kesehatan dan sosial di daerah perkotaan biasanya lebih sering terjadi. Perkotaan
memiliki banyak masalah kesehatan yang berkembang dan umumnya disebabkan oleh
kepadatan penduduk diantaranya yaitu penyakit menular, sanitasi lingkungan buruk,
kekerasan dan kejahatan, gizi buruk dan lain-lain (Lundy & Janes, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) (2009), penduduk dengan kelompok usia
remaja saat ini mencapai 1,2 milyar dengan perbandingan 1 : 5 yang artinya satu dari lima
orang di dunia ini merupakan seorang remaja, baik perempuan maupun laki-laki. Di Asia
Tenggara, jumlah remaja mencapai 18% - 25 % dari seluruh populasi di daerah tersebut.
WHO mendefinisikan bahwa tiap-tiap remaja mempunyai perbedaan pada tahap transisi
antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai umur 10 - 19 tahun.

1
Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


2

Sedangkan, berdasarkan survey BKKBN (2011) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010
sebanyak 237,6 juta jiwa, dan sebanyak 26,67 persen diantaranya merupakan kelompok
usia remaja (10-24 tahun). Sementara jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat
mencapai 11.358.704 jiwa atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat.

Jumlah penduduk Kota Depok pada Desember 2014, yang berusia 13-24 tahun dalam
kategori remaja sebanyak 15,74% untuk laki-laki dan perempuan 15,58%. (depok.go.id).
Sejak tahun 2009, Kota Depok terbagi atas 11 (sebelas) wilayah kecamatan sebagai hasil
pemekaran dari 6 (enam) kecamatan dan terdiri dari 63 (enam puluh tiga) Kelurahan.
Kecamatan Cimanggis merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya
dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Depok, yaitu 283.025 jiwa.

Tingginya angka kematian pada remaja terjadi sebagai akibat dari pilihan kesehatan yang
buruk dan kurangnya kesadaran risiko kesehatan (Linsley, Kane & Owen, 2011).
Sebagian besar remaja dipandang sebagai periode transisi dari bencana kesehatan yang
terjadi pada anak-anak. Masalah kesehatan yang sering dijumpai pada remaja kebanyakan
yaitu perilaku-perilaku berisiko yang dapat menyebabkan cedera antara lain merokok,
aktivitas seksual, dan penggunaan obat serta perkembangan yang tidak sehat (Boyce,
Roche & Daves, 2009).

Ditinjau dari pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapat haid pertama
semakin berkurang dari 17.5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria.
Menstruasi adalah perdarahan periodic pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi (Bobak, 2004). Fenomena yang disebut menstruasi sebagian besar merupakan
peristiwa endometrial yang dipicu oleh hilangnya dukungan progesterone terhadap korpus
luteum pada siklus nonkonsepsi. Dismenore atau nyeri haid adalah gangguan menstruasi
yang paling sering dikeluhkan oleh wanita dewasa maupun remaja yang merupakan nyeri
sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul sebagai peningkatan dari
hormon prostaglandin yang menyebabkan kontraksi pada otot uterus (rahim) (Celik et al.,
2009). Nyeri tersebut umumnya dapat dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang,
maupun punggung (Harel, 2002).

Di Amerika Serikat, nyeri haid merupakan penyebab utama ketidakhadiran berulang pada
siswa wanita di suatu institusi atau sekolah. Studi yang dilakukan oleh Klein dan Litt

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


3

menyatakan bahwa prevalensi remaja (12-17 tahun) yang mengalami dismenore mencapai
59,7%. Remaja yang mengeluh nyeri berat sebanyak 12 %, nyeri sedang 37% dan nyeri
ringan 49% (Lestari, 2013). Angka kejadian dismenore atau nyeri haid di dunia
memperoleh jumlah rata – rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami
nyeri haid/dismenore. Angka persentase di Amerika menembus angka 60% dan di Swedia
sebanyak 72%. Sedangkan, di Indonesia jumlah wanita yang mengalami dismenore
sebanyak 55% yang merupakan perempuan usia produktif. Sebanyak 45-95% nyeri
haid/dismenore di alami oleh perempuan usia produktif dan merasa terganggu dengan
nyeri haid yang dirasakan (Proverawati, 2009).

Dismenore atau nyeri menstruasi merupakan nyeri yang dirasakan sebelum atau selama
menstruasi dan terjadi pada hari pertama hingga beberapa hari selama proses menstruasi.
Dismenore adalah satu dari sekian banyak masalah ginekologi yang dapat mempengaruhi
lebih dari 50% wanita dan dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam beraktivitas yang
biasanya dirasakan selama 1-3 hari saat berada dalam periode menstruasi pada wanita.
Sebanyak 25% wanita yang memilih untuk tidak hadir/absen di sekolah akibat dismenore
yang dirasakan (Suhhartatik, 2003).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 siswi SMK di Bantul,
menyatakan bahwa 73,3% diantaranya menjawab tidak tahu penyebab dismenore.
Terdapat 53,33% menjawab bahwa tidak tahu cara mengatasi dismenore, dan 46,67%
siswi menjawab tahu cara menangani dismenore dengan minum jamu kunyit asam (Putri,
2012). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh, Ermawati (2013) pada siswi SMA di
Kota Bengkulu menunjukkan bahwa dari 40 orang siswi yang mengalami dismenore, 10
orang mengatakan minum kiranti untuk mengurangi nyeri, 16 orang mengatakan minum
obat, 9 orang mengatakan minum obat, dan 21 orang mengatakan istirahat atau tidur jika
nyeri haid.

Anak bersosialisasi dalam social dan kultural seperti dalam keluarga. Orang tua
mengajarkan pada anak cara mengekspresikan dan merasakan nyeri, serta cara untuk
mengatasi nyeri. sebagian besar masyarakat Indonesia hanya percaya bahwa memiliki
kebiasaan mengkonsumsi minuman kunyit atau yang dikenal dengan minuman kunyit
asam yang dapat mengurangi keluhan dismenore primer. Namun, masyarakat tidak
mengetahui kandungan dari kunyit tersebut (Wieser et al., 2007). Bentuk penanganan

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


4

dismenore yang secara umum dilakukan oleh sebagian siswi yaitu dengan beristirahat
atau tidur di kamar dan dengan melakukan penekanan pada bagian perut yang sakit dan
mengoleskan minyak kayu putih pada daerah nyeri, selain itu terdapat siswi yang tidak
melakukan upaya apapun dan hanya menahan nyeri tersebut hingga menangis (Marlina,
2012).

Gangguan menstruasi pada perempuan memerlukan penanganan secara khusus karena


dapat berdampak pada kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari apabila nyeri menstruasi
tidak ditangani dengan baik (Sianipar et al, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Klein dan
Litt (1981) multidimensi dari Health-related Quality of Life (HRQOL), menemukan
bahwa 14% dari remaja yang sering bolos sekolah karena dismenore. Menurut Chaudhuri
dan Singh (2012) melaporkan bahwa meningkatkan jumlah absensi di sekolah sebesar
(25,8%) dengan alasan kram menstruasi, serta sulit berkonsentrasi dan prestasi sekolah
yang buruk. Studi terbaru telah menemukan remaja dengan dismenore memiliki fungsi
fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita muda dengan masalah menstruasi
lainnya (Nur Azurah et al., 2013), dan tingkat signifikan lebih tinggi dari depresi dan
kecemasan dibandingkan dengan kontrol sehat (Gagua, Tkeshelashvili, Gagua &
McHedlishvili, 2013).

Masalah ginekologis yang sering dikeluhkan oleh remaja yaitu nyeri haid/dismenore dan
menjadi penyebab terbesar peningkatan jumlah absensi remaja di sekolah (10% remaja
yang absen akibat nyeri haid pada setiap bulan) dan absensi pada wanita yang bekerja
(sekitar 140 juta jam kerja diabaikan akibat nyeri haid pada setiap bulan yang
diakumulasi ke dalam tahun). Peristiwa ini menjadi meningkat ketika wanita menginjak
usia awal 20-an dan kemudian menurun secara perlahan. Sebanyak 50% wanita masih
mengeluhkan nyeri selama periode menstruasi yang telah dialaminya sejak awal
menstruasi hingga saat ini dan hal ini merupakan penyebab utama ketidakhadiran baik di
sekolah bagi remaja maupun di tempat kerja pada wanita muda (Kowalak, 2010).

Menurut Bobak, et al (2005) ada beberapa cara meredakan dismenore, yaitu kompres
hangat/mandi air hangat, massase, distraksi, latihan fisik, tidur cukup, diet rendah garam,
dan peningkatan pengunaan diuretic alami seperti daun sup, semangka. Sedangkan
menurut Nathan (2005) yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah mandi
air hangat, meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan dan menghindari rokok.

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


5

Menurut Bare & Smeltzer (2002) modifikasi gaya hidup untuk penanganan nyeri secara non
farmakkologis yaitu dengan stimulasi dan massase kutaneus, terapi es dan panas,
transecutaneus elektrikal nerve stimulaton (TENS), distraksi, relaksasi dan imajinasi. Terapi
modalitas lain yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah massage khususnya teknik
effleurage. Effleurage merupakan suatu gerakan manipulasi berupa gosokan ringan dan
lembut dengan seluruh permukaan tangan dengan tujuan untuk rileksasi otot dan
memperlancar sirkulasi darah, mengurangi pembengkakan, mengurangi rasa sakit dan
ketidaknyamanan (Priatna & Desiman, 2007).

Berdasarkan sebuah penelitian, didapatkan bahwa setelah diberikan terapi massage terhadap
44 responden sebagian besar responden mengalami nyeri haid pada skala 1 – 3 (nyeri ringan)
yaitu sebanyak 26 orang (59.1 %). Selain itu didapatkan ada 7 orang responden (16 %) yang
tidak mengalami penurunan nyeri haid. Penelitian lain yang dilakukan oleh Gumangsari
(2014) menyatakan bahwa tingkat nyeri dismenore remaja sebelum dilakukan massage
counterpressure pada kelompok intervensi (85,7%) dan kelompok control (92,9%)
mengalami nyeri sedang. Setelah dilakukan massage counterpressure, kelompok intervensi
(64.3%) mengalami nyeri ringan dan kelompok control (85,8)% mengalami nyeri sedang.
Perbedaan tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah dilakukan massage counterpressure
pada kelompok intervensi, sebelum diberikan massage skala nyeri remaja putri sebesar 5.36,
kemudian berkurang menjadi 3.21 setelah diberikan teknik massage counterpressure.

Perawat komunitas diharapkan mampu dalam mengidentifiksi dan menyelesaikan masalah


keperawatan yang ada di keluarga tersebut. Menurut Allender, Rector, dan Warner (2010)
peran perawat komunitas yaitu sebagai advokat yang artinya perawat harus mampu
memfasilitasi remaja yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Selain itu, perawat
diharapkan dapat menjadi pemberi asuhan keperawatan pada remaja maupun di kelompok.
Sebagai pendidik yaitu perawat komunitas diharapkan mampu mendidik remaja sehingga
terhindar dari perilaku-perilaku berisiko.

Masalah keperawatan gangguan rasa nyaman yang diakibatkan oleh nyeri saat haid
(dismenore) yang dialami oleh keluarga dengan remaja putri yang berusia 16 tahun dan
merasa mengalami dismenore di hari ke1-2 dimana hal tersebut mengganggu aktivitas dan
konsentrasi remaja putri tersebut. Saat dilakukan anamnesa, remaja putri mengaku bahwa
terjadi pula ketidakstabilan emosi saat dismenore. Saat di sekolah remaja tersebut hanya
duduk dengan merebahkan kepala ke meja dan tidak dapat focus dalam proses pembelajaran
di sekolah. Orangtua remaja A mengajarkan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


6

untuk melakukan kompres hangat dan cukup memberikan efek dalam penurunan nyeri haid
(dismenore) namun tetap timbul kembali rasa nyeri tersebut. Selain kompres hangat, remaja
putri tersebut hanya memperbanyak tidur/istirahat saat dismenore dan sesekali meminum
kunyit asam. Hasil pengkajian juga menunjukan bahwa remaja putri tersebut belum
melakukan kebersihan alat reproduksi secara baik dibuktikan dengan menggunakan sabun
mandi saat membersihkannya dan dengan cara dari depan ke belakang. Berdasarkan data
pengkajian diatas, mahasiswa tertarik untuk membahas bagaimana penatalaksanaan non-
farmakologis asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan rasa nyaman (dismenore) pada
remaja putri di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat berupa
teknik effleurage (massage) dan kompres hangat.

1.2.Rumusan Masalah
Studi yang dilakukan oleh Klein dan Litt menyatakan bahwa prevalensi remaja (12-17 tahun)
yang mengalami dismenore mencapai 59,7%. Remaja yang mengeluh nyeri berat sebanyak
12 %, nyeri sedang 37% dan nyeri ringan 49%. Angka kejadian dismenore atau nyeri haid di
dunia memperoleh jumlah rata – rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami
nyeri haid/dismenore. Angka persentase di Amerika menembus angka 60% dan di Swedia
sebanyak 72%. Sedangkan, di Indonesia jumlah wanita yang mengalami dismenore sebanyak
55% yang merupakan perempuan usia produktif. Sebanyak 45-95% nyeri haid/dismenore di
alami oleh perempuan usia produktif dan merasa terganggu dengan nyeri haid yang
dirasakan.
Berdasarkan survey BKKBN (2011) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6
juta jiwa, dan sebanyak 26,67 persen diantaranya merupakan kelompok usia remaja (10-24
Tahun). Sementara jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.358.704
jiwa atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat. Tingginya angka
kematian pada remaja terjadi sebagai akibat dari pilihan kesehatan yang buruk dan kurangnya
kesadaran risiko kesehatan. Sebagian besar remaja dipandang sebagai periode transisi dari
bencana kesehatan yang terjadi pada anak-anak. Masalah kesehatan yang sering dijumpai
pada remaja kebanyakan yaitu perilaku-perilaku berisiko yang dapat menyebabkan cedera
antara lain merokok, aktivitas seksual, dan penggunaan obat serta perkembangan yang tidak
sehat.
Berdasarkan hasil penelitian Klein dan Litt (1981) multidimensi dari Health-related Quality
of Life (HRQOL), menemukan bahwa 14% dari remaja yang sering bolos sekolah
karenadismenore. Menurut Chaudhuri dan Singh (2012) melaporkan bahwa

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
7

meningkatkan jumlah absensi di sekolah sebesar (25,8%) dengan alasan kram menstruasi,
serta sulit berkonsentrasi dan prestasi sekolah yang buruk. Studi terbaru telah menemukan
remaja dengan dismenore memiliki fungsi fisik yang lebih rendah dibandingkan dengan
wanita muda dengan masalah menstruasi lainnya dan tingkat signifikan lebih tinggi dari
depresi dan kecemasan dibandingkan dengan kontrol sehat.

Berdasarkan penelitian, menyatakan bahwa responden lebih memilih membiarkan saja


rasa nyeri tersebut hilang dengan sendirinya (41,2%), atau dihilangkan dengan cara
tradisional yaitu dengan minum air hangat atau kompres hangat pada bagian yang sakit
(40,2%). Responden yang lain (13,1%) memilih menggunakan analgetik, seperti
parasetamol atau obat-obatan yang dapat menghilangkan rasa nyeri haid, dan hanya
sedikit (5,5%) yang berobat ke dokter. Berdasarkan data diatas, mahasiswa tertarik untuk
membahas bagaimana teknik effleurage (massage) sebagai salah satu intervensi
keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman berupa teknik effleurage
(massage).

1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dengan gangguan rasa nyaman (dismenore) pada remaja putri di Kelurahan Tugu,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.

Tujuan Khusus
Penulis mampu memberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dengan gangguan rasa nyaman (dismenore) pada remaja putri meliputi :
1.3.1. Identifikasi data-data terkait masalah dismenore pada An A di keluarga Bapak P
1.3.2. Analisis masalah terkait permasalahan yang ada pada keluarga Bapak P
1.3.3. Perencanaan keperawatan dalam mengatasi masalah dismenore An. A
pada keluarga Bapak P dengan memberikan teknik effleurage (massage)
1.3.4. Intervensi keperawatan keluarga melalui pemberian teknik effleurage (massage)
dalam mengatasi masalah gangguan rasa nyaman dengan dismenore pada An. A

1.3.5. Evaluasi setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan masalah


gangguan rasa nyaman pada An. A di keluarga Bapak P

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


8

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan
keperawatan komunitas khususnya asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
gangguan rasa nyaman (dismenore).

1.4.2. Manfaat Aplikatif


1.4.2.1. Bagi Puskesmas Tugu
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi terait gambaran
pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan rasa nyaman dan
menjadi acuan untuk meningkatkan program pelayanan promosi kesehatan
dalam bentuk konseling terkait tumbuh kembang remaja terkait perubahan
atau masalah reproduksi.
1.4.2.2. Bagi Keluarga
Penulisan ini diharapkan membuat keluarga mampu melaksanakan lima tugas
kesehatan keluarga dan memberikan perawatan sederhana saat terjadi
dismenore pada anak melalui teknik effleurage (massage).
1.4.2.3. Manfaat Metodologi
Hasil penulisan ini dapat menjadi materi rujukan dalam pengembangan
edukasi kesehatan yang dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan bagi
individu, keluarga dan komunitas terkait tumbuh kembang remaja. Selain itu
hasil penelitian dapat menjadi dasar penelitian lanjutan di bidang keperawatan
khususnya terkait tumbuh kembang remaja terkait dismenore dan reproduksi.

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini memaparkan teori dan konsep terkait dengan bahasan dalam karya
ilmiah akhir. Tujuannya sebagai bahan acuan dan pedoman saat menuliskan pembahasan
yang terkait pada masalah remaja yang ditemukan. Hal yang diuraikan meliputi teori dan
konsep keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan, konsep remaja yang terdiri dari
dismenore, tumbuh kembang remaja dan remaja sebagai at-risk, konsep dasar asuhan
keperawatan keluarga, serta inovasi intervensi penurunan nyeri non farmakologis dengan
teknik effleurage massage.

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Perawatan kesehatan masyarakat dahulunya dikenal dengan PHN (Public Health
Nursing) namun sekarang ini lebih tepat disebut dengan CHN (Community Health
Nursing). Keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan bentuk pelayanan
keperawatan professional yang didalamnya terdapat konsep kesehatan masyarakat dan
konsep keperawatan yang dipadukan serta ditujukan pada masyarakat dengan
memberikan penekanan pada kelompok yang berisiko tinggi. Optimalnya derajat
kesehatan dapat dicapai melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
suatu penyakit (preventif) yang dapat dilakukan di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention) dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Disamping itu dengan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam berbagai program
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayananan keperawatan (Kemenkes, 2006).

Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian


masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal.
Ruang lingkup perkesmas berkaitan dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Cakupan perkesmas dibentuk untuk mempromosikan, mencegah,
memelihara kesehatan, sampai pemulihan kesehatan agar masyarakat dapat meningkat
derajat kesehatannya.

Menurut Stanhope & Lancaster (2014) secara garis besar praktik keperawatan komunitas
terdiri dari sepuluh aspek. Pertama, pemberian asuhan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok khusus, perusahaan maupun daerah binaan kesehatan masyarakat

9
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
10

sesuai dengan masalah kesehatan yang muncul. Kedua, pemberian penyuluhan pada
masyarakat setempat. Ketiga, pemberian konseling atau konsultasi dalam penyelesaian
masalah kesehatan. Keempat, memberikan bimbingan dan binaan masalah kesehatan.
Kelima, melaksanakan rujukan terhadap kasus yang perlu dirujuk ke penangan khusus.
Keenam penemuan kasus (case finding) pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Ketujuh, sebagai penghubung antara masyarakat dan unit pelayanan
kesehatan. Kedelapan, melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sesuai dengan konsep asuhan keperawatan yang berlaku. Kesembilan,
melakukan koordinasi terkait program kegiatan komunitas. Kesepuluh, menjalin
kerjasama dengan internal dan external pihak-pihak terkait.

Tujuan keperawatan kesehatan komunitas yaitu dalam upaya promotif and proteksi
kesehatan komunitas, terdapat delapan prinsip yang melekat dalam kesehatan
masyarakat antara lain (Allender, Warner & Lightfoot 2014) ; (1) berfokus pada
komunitas yang merupakan klien dalam suatu populasi, (2) memberikan prioritas pada
komunitas yang membutuhnya yaitu dimana tanggung jawab utama dalam kesehatan
komunitas untuk mencapai kesejahteraan komunitas, (3) bekerja sama atau membentuk
kemitraan, (4) focus pada pencegaha primer sebagai prioritas utama, (5) meningkatkan
lingkungan yang sehat, (6) aktivitas yang bermanfaat untuk mencapai status kesehatan,
(7) pengoptimalan sumber-sumber yang tersedia unuk meningkatan status kesehatan
komunitas, dan (8) kolaborasi dengan komunitas/organisasi atau stakeholder lainnya

Dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat perawat bekerja


sama dengan petugas kesehatan lain serta masyarakat. Sebagai pelaksana keperawatan
kesehatan masyarakat di Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan
fungsi, yaitu (1) sebagai penemu kasus (case finder); (2) sebagai pemberi pelayanan
(care giver); (3) sebagai pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater); (4)
sebagai koordinator dan kolaborator; (5) pemberi nasehat (counseling); (6) sebagai
panutan (role model) (Kemenkes, 2006).

2.2 Kelompok Remaja Sebagai At-Risk


2.2.1. Definisi Remaja
Menurut Potter dan Perry , (2009), masa remaja terdiri atas tiga periode yang
terdiri dari “masa remaja awal (11 sampai 14 tahun), remaja pertengahan (15

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
11

sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (18 sampai 20 tahun). Dalam setiap
periode tersebut memiliki perbedaan dalam perubahan perkembangan fisik,
kognitif dan psikososial yang dialami remaja. Kelompok usia remaja adalah
penduduk yang berada dalam rentang usia 10-19 tahun. Pada sensus penduduk
tahun 2010 diketahui bahwa sebanyak 43,5 juta penduduk yang merupakan
kelompok usia remaja, atau sekitar 18% dari total jumlah penduduk. Sedangkan,
sebanyak 1,3 milyar sekitar 18% dari jumlah penduduk di dunia merupakan
kelompok remaja (WHO, 2014). Pada usia remaja terjadi perubahan psikologis
didalamnya antara lain intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Selain
perubahan psikologis, pada remaja terjadi perubahan fisik yang mencakup organ
seksual yaitu pada alat-aat reproduksi yang ketika remaja sudah mulai atau mampu
mencapai kematangan dan melakukan fungsinya dengan baik (Sarwono, 2006).

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat. Kematangan seksual
dapat terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder
remaja. Masa remaja berpengaruh pada perubahan hormone, yang terjadi adalah
hipotalamus mulai menghasilkan hormone yang akan melepaskan gonadotropin.
Disamping itu, pada remaja kemampuan kognitif mulai mengalami perubahan
yang dimana remaja dapat memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkan suatu
kejadian, dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan dengan
pemeikiran yang logis (Potter & Perry, 2009).

2.2.2. Remaja sebagai At-Risk


Remaja merupakan periode transformasi atau perubahan dalam fisik, piskologis,
sosiokultural dan pengembangan kognitif. Perubahan terkait fisik yaitu ditandai
dengan pubertas, meliputi pertumbuhan dan kematangan sistem organ antara lain
organ reproduksi dan otak sebagai fondasi biologis selama proses perubahan pada
remaja (Diclemente, Santelli & Crosby, 2009). Menurut WHO (2007) remaja
adalah usia 12 sampai 24 tahun.

Remaja merupakan tahapan seseorang yang dimana berada diantara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan
emosi (Makhfuldi, 2009). Perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki seperti
pertumbuhan rambut di ketiak dan kemaluan, tumbuh kumis dan jaun, suara

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
12

membesar, dada bertambah bidang, ejakulasi pertama, pertambahan ukuran penis


dan testis. Sedangkan perubahan fisik yang terjadi pada perempuan seperti
payudara dan pinggul membesar, tubuh bertambah tinggi, tumbuh rambut di ketiak
dan kemaluan, serta menstruasi (Santrock, 2003).

Kelompok merupakan bagian dari masyarakat yang membentuk sekumpulan


individu yang saling berinteraksi pada suatu lingkungan tertentu dan mempunyai
karakteristik tertentu yang merupakan bagian dari masyarakat (Stanhope, 2004).
Risk atau dalam istilah epidemiologi merupakan kemungkinan sebuah kejadian,
hasil, penyakit atau kondisi yang akan berkembang pada suatu periode tertentu
(Hitchock, 1999). Kelompok risiko merupakan kumpulan beberapa orang yang
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk terkena penyakit daripada yang lain
(Stanhope & Lancaster, 2004). Sedangkan menurut Allender (2010)
mendefinisikan bahwa populasi berisiko merupakan sekumpulan orang yang
memiliki peluang terjadinya dan meningkatnya masalah kesehatan karena beberapa
faktor yang mempengaruhi populasi tersebut.

Kelompok remaja dikenal sebagai kelompok yang cukup berisiko dalam perilaku
kesehatan. Remaja dalam usia 12 – 25 tahun memiliki banyak perilaku berisiko,
antara lain penggunaan alcohol, NAPZA, merokok, penyimpangan perilaku
seksual, kenakalan remaja dan perilaku yang disengaja maupun tidak yang
berdampak negative pada kesehatan (Diclemente, Santelli and Crosby, 2009).
Masalah kesehatan remaja dapat bermula dari kebiasaan merokok dan
penyalahgunaan narkoba, kekerasan interpersonal, kecelakaan, serta hubungan
seksual yang tidak aman yang dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit
menular seksual. Perbedaan jenis kelamin remaja berdampak pada keputusan
dalam menentukan waktu yang tepat dalam mengunjungi pelayanan kesehatan
(Hidayangsih., Tjandrarini., Mubsyiroh dan Supanni, 2011). Menurut Stanhope
dan Lancaster (2004) terdapat empat factor risiko kesehatan yang dikaitkan secara
umum dengan kondisi biologis dan usia, risiko social ekonomi, gaya hidup dan
peristiwa kehidupan.

Usia remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Terdapat
berbagai perubahan yang terjadi pada periode ini perubahan yang terjadi baik

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
13

perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun social. Perubahan fisik yang


menonjol yaiu mulainya perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu
tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan social antara remaja dengan
lingkungan sekitarnya. Sedangkan fungsi fertilitas remaja diatur oleh tahapan-
tahapan tertentu sehingga memperoleh maturasi seksual yang optimal (Batubara,
2010).

Risiko social pada remaja meliputi ketidakharmonisan dengan orangtua,


kriminalitas, kurang rekrasi dan tingginya tingkat stress lingkungan yang
berkontribusi besar dalam terjadinya masalah kesehatan. Sedangkan, risiko
ekonomi yang dominan yaitu kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan seseorang
tidak mampu dalam menyeimbangkan kebutuhan dengan penghasilan sehingga
kebutuhan terhadap remaja harus berorientasi pada masa depan dan berpengaruh
dalam pengambilan keputusan pada remaja tersebut (Stanhope & Lancaster, 2004).

Menurut Stanhope & Lancaster (2004) menyebutkan bahawa gaya hidup dan
kebiasaan kesehatan seseorang merupakan kontribusi besar terjadinya masalah
kesehatan. Pola hidup seseorang berisiko dalam terjadinya perilaku kesehatan
cenderung berisiko. Remaja memiliki tanggung jawab dalam berbagai hal,
diantaranya pengturan pola tidur, rencana aktifitas atau kegiatan sehari-hari,
pengaturan dan monitoring tentang kesehatan serta risiko perilaku kesehatan.

Masa remaja merupakan masa transisi yang dapat menyebabkan perubahan baru
dan mengganggu perkembangan dan menimbulkan masalah kesehatan tertantu.
Peristiwa-peristiwa kehidupan tersebut meliputi perceraian, kehamilan dan
pertengkaran yang dapat menyebabkan stress emosional (Perry dan Potter, 2005)
Jika remaja dan keluarga mampu mengantisipasi risiko tersebut maka keluarga
akan mampu mencegah terjadinya masalah kesehatan dalam keluarga dengan
tahapan perkembangan remaja.

2.2.3. Tugas Perkembangan Remaja


Menurut Gunarsa (2001) menyatakan bahwa masa remaja merupakan kelompk
yang pada rentang usia 11-21 tahun dan kelompek remaja ini adalah masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan dengan disertai oleh

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
14

perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya, antara lain perubahan fisik,


kepribadian, kognitif, psikososial yang perubahan tersebut bertujuan untuk
pembentukan identitas diri. Menurut Wong (2008) terdapat delapan tugas
perkembangan pada masa remaja, antara lain (1) Menerima hubungan baru yang
lebih matang dengan teman sebaya dari pria maupun wanita. Pada tugas ini remaja
dituntut melakukan perubahan besar dalam menentukan sikap dan perilaku. (2)
Menerima peran jenis kelamin masing-masing baik pria ataupun wanita.
Perkembangan masa remaja akan memberikan perubahan-perubahan dan masalah-
masalah yang timbul akibat perubahan tersebut. (3) Menerima kondisi fisiknya dan
memanfaatkan tubuhnya secara efektif. Remaja dituntut untuk mempelajari cara-
cara dalam memperbaiki penampilan diri. (4) Mencapai tingkah laku social yang
bertanggung jawab. Dalam tugas ini remaja diharapkan dapat melakukan perannya
dalam kehidupan bermasyarakat. (5) Mencapai kemandirian emosional dan
melepaskan diri dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Banyak remaja yang
ingin mandiri dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan
emosi pada orangtua dan orang dewasa lainnya. (6) Mempersiapkan karir ekonomi.
Kemandirian ekonomi dapat dicapai pada remaja setelah mendapatkan pekerjaan.

(7) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, dan (8) Memperoleh


sistem nilai dan etika sebagai pedoman untuk berperilaku. Sekolah dan pendidikan
tinggi dapat membentuk nilai-nilai yang sesuai yang berperan dalam
perkembangan remaja. Selain itu, tercapai atau tidaknya tugas-tugas perkembangan
remaja tersebut ditentukan oleh tiga factor, yaitu factor kematangan fisik, factor
desakan dari masyarakat dan factor motivasi dari individu yang bersangkutan.

2.2.4. Dismenore pada Remaja


Secara biologis tanda keremajaan pada remaja wanita dimulai dengan saat remaja
tersebut mengalami menstruasi, hal ini dimulai antara rentang usia 10-16 tahun.
Pada remaja perempuan, menstruasi merupakan hal yang bersifat fisiologis.
Meskipun demikian, tidak sedikit perempuan yang mempunyai masalah ketika
menstruasi, salah satunya yaitu nyeri haid/dismeore (Lestari, 2013). Dismenore
adalah sakit saat menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
(Manuaba, 2005). Salah satu gejala dari kasus ginekologi yang paling sering terjadi
yaitu dismenor atau nyeri yang terjadi selama siklus haid berlangsung.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
15

Wanita yang mengalami dismenore cenderung akan mengalami nyeri secara


periodic, dengan episode nyeri yang dirasakan dapat hilang dengan pengobatan
tertentu (Taber, 1994).

Berdasarkan ada tidaknya kelainan anatomis pada sistem reproduksi atau anatomi
genitalis, dibagi menjadi 2 yaitu dismenore primer yang mulaya timbul beberapa
bulan sampai beberapa tahun setelah fase menarke berlangsung. Mekanisme haid
dan nyeri dapat bervariasi pada wanita yang berbeda. Penyebab terjadinya
dismenore primer yaitu akibat spasme uterus dan iskemi uteri serta tanpa disertai
perubahan atau kelainan pada anatomis genitalis. Sedangkan, dismenore sekunder
yang disertai kelainan anatomis genitalis dan keadaan patologis pelvik yang
spesifik yang dapat terjadi setiap saat selama masa reproduksi.

Menurut Calis (2011), nyeri haid dibagi dalam 2 jenis yaitu dismenore spasmodic
dan dismenore kongestif. Dismenore spasmodic merupakan nyeri yang dirasakan
sebelum masa haid dan segera sesaat setelah haid dimulai. Nyeri ini berpusat pada
bagian bawah perut. Sedangkan, dismenore kongesti merupakan nyeri yang
dirasakan berhari-hari sebelum haid dan sebagai peringatan bahwa akan datang
haid. Pada nyeri kongesti ditandai dengan nyeri pada buah dada, perut kembung
tidak menentu, merasa mudah lelah, kehilangan keseimbangan dan gangguan pola
tidur.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan dismenore antara lain menstruasi ovulator,


factor psikologis, factor hormone steroid, factor vasopressin, factor saraf
simpatikus dan parasimpatikus dan berdasarkan teori prostaglandin (Manuaba,
2001). Menurut Bare dan Smeltzer (2002) factor risiko terjadinya dismenore
primer yaitu menarche pada usia lebih awal, belum pernah hamil maupun
melahirkan, dan lama mestruasi lebih dari tujuh hari. Dampak yang terjadi akibat
dismenore yaitu dapat mengganggu aktivitas secara normal dan menjadi
ketergantungan dengan obat untuk mengurangi rasa sakit / nyeri yang dirasakan.
Keadaan tersebut dapat berpengaruh pada kualitas hidup wanita, sebagai contoh
siswi yang mengalami dismenore primer menjadi tidak focus dalam belajar dan
menurunkan motivasi belajar akibat dari nyeri yang dirasakan. Menurut Sharma et
al. (2008) didapatkan data bahwa 35% remaja menyatakan lebih memilih

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
16

absen/tidak hadir disekolah selama periode dismenore dan 5% remaja memilih


untuk tetap hadir disekolah namun hanya tidur dikelas. Kejadian dismenore pada
wanita menjadi penyebab utama ketidakhadiran di sekolah maupun di tempat kerja,
dan sebanyak 50% perempuan masih merasakan nyeri saat haid (Kowalak, 2010).

Berdasarkan beberapa penilitian menyebutnya terdapat factor-faktor yang


mempengaruhi pengalaman nyeri. Pada penelitian Novia dan Puspitasari (2008)
terdapat beberapa factor yang mempengaruhi nyeri/dismenore antara lain, usia
wanita yang dimana kejadian dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita. Rasa
nyeri yang dirasakan beberapa hari sebelum dan sesaat setelah menstruasi
berlangsug merupakan peranan dari hormone prostaglandin yang secara fisiologis
akan terjadi peningkatan produksi hormone. Semakin tua umur seseorang, semakin
sering mengallami mesntruasi dan semakin terjadi pelebaran pada leher rahim
maka hal tersebut akan menurunkan sekresi hormone prostaglandin. Salah satu
factor risiko terjadinya disemnore yaitu usia menarke yang lebih awal. Menarche
terjadi pada usia yang lebih awal di mana alat reproduksi belum siap untuk
mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan
menimbulkan rasa sakit ketika menstruasi.

Selain itu, lamanya menstruasi berkaitan dengan produksi prostaglandin yang


dihasilkan. Menurut Shanon (2006) semakin lama menstruasi terjadi, maka
semakin sering uterus berkontraksi maka semakin tinggi jumlah hormone
prostaglandin yang dikeluarkan. Semakin tinggi produksi prostaglandin yang
dihasilkan, maka akan menimbulkan rasa nyeri. Kontraksi uterus yang terjadi
secara terus menerus juga menyebabkan aliran darah ke uterus terhambat dan
berkurang sehingga terjadilah dismenore primer.

Menurut Potter dan Perry (2006) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri seseorang, antara lain; (1) usia, semakin meningkat usia maka
toleransi terhadap nyeri akan semakin meningkat, (2) social dan kultural, budaya
akan mempengaruhi bagaimana anak akan bereaksi dan mengkomunikasikan nyeri
yang dirasakan, (3) ansietas, individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih
mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki
status emosional yang kurang stabil, (4) keletihan, nyeri akan berkurang

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
17

ketika individu berada dalam periode tidur yang lelap, (5) pengalaman
sebelumnya, cara seseorang merespon nyeri berkaitan dengan banyaknya kejadian
nyeri yang dirasakan selama hidupnya, (6) gaya koping, sumber koping individu
dapat mengurangi skala nyeri dengan melakukan koping yang dimiliki, dan (7)
dukungan keluarga dan social, kehadiran orang yang dicintai akan mengurangi rasa
cemas dan ketakutan dalam merespon nyeri yang dirasakan.

Penanganan nyeri secara non-farmakologis terdiri dari stimulasi dan massase


kutaneus, terapi es dan panas, transcutaneous elektrikal nerve stimulation (TENS),
distraksi, relaksasi dan imajinasi terbimbing (Bare & Smeltzer, 2002). Menurut
Bobak, et al (2005) terdapat beberapa cara untuk menurunkan nyeri
haid/dismenore antara lain dengan kompres hangat, massase, teknik distraksi,
latihan fisik/exercise, istirahat dan tidur yang cukup, dan pengaturan diet rendah
garam. Sedangkan menurut Nathan (2005) dalam Ningsih (2011) dismenore dapat
diredakan dengan mandi air hangat, meletakkan botol hangat di perut, latihan atau
exercise dan menghindari konsumsi rokok.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena
masalah kesehatan yang saling berkaitan antar sesama anggota keluarga dan masyarakat
(Hernilawati, 2013). Menurut Friedman, (2010) keluarga berperan aktif dalam proses
keperawatan keluarga. Proses tersebut dimulai dengan mengidentifikasi dan merumuskan
masalah, menentukan diagnosis serta menggali tindakan yang dapat dilakukan. Terdapat
beberapa kompponen dasar yang dikaji dalam Model Keperawatan Keluarga, Family
Centre Nursing (FCN) menurut Friedman, sebagai berikut ; (1) Data inti keluarga,
meliputi data umum, komposisi keluarga, tipe bentuk keluarga, latar belakang
kebudayaan, nilai dan keyakinan serta status social ekonomi keluarga. (2) Data
lingkungan, meliputi krakteristik rumah, karakteristik lingkungan (komunitas), mobilitas
geografis keluarga dan bentuk sosialisasi keluarga dengan komunitas. (3) Struktur
keluarga, meliputi pola komunikasi, struktur kekuasaan, struktur peran dan nilai keluarga.

(4) Fungsi keluarga, meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan
kesehatan, stress dan koping, serta harapan keluarga.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
18

Penetapan tujuan asuhan keperawatan ini sebagai upaya untuk melibatkan klien dan
keluarga memiliki beberapa manfaat didalamnya. Pertama, klien dan keluarga akan
merasa memiliki tanggung jawab dalam pencapaian tujuan perawatan. Kedua, dapat
terwujud dan terjalin kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga yang
dilandasi oleh rasa saling percaya dan membutuhkan satu sama lain (Asmadi, 2005).

Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga yaitu tercapainya peningkatan


kemampuan keluarga dan anggota keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada
di keluarga. Sedangkan tujuan khusus yang dicapai pada keluarga terpapar dalam lima
tugas kesehatan keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (2005) terdapat uraian tugas
kesehatan keluarga sebagai berikut;
2.3.1. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Masing-masing anggota keluarga perlu
mengetahui keadaan kesehatan dan perubahan yang terjadi pada anggota keluarga
lainnya. Hal tersebut dapat membuktikan sejauh mana keluarga mengetahui dan
mengenal masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan gejala faktor penyebab
dan yang memengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga tersebut.
2.3.2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Dalam tugas ini keluarga diharapkan dapat membuat keputusan yang tepat
mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Pengambilan
keputusan oleh keluarga dilandasi dari pengetahuan keluarga terkait dengan
masalah kesehatan yang terjadi di keluarga tersebut dengan menilai alternative
penyelesaian masalah yang ditemukan serta tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
2.3.3. Merawat anggota keluarga
Dalam pemberian perawatan artinya memberikan kepercayaan pada keluarga
selama merawat anggota keluarga yang sakit yaitu dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan sederhana, menggunakan alat dan fasilitas
kesehatan yang tersedia dirumah, mengawasi keluarga dalam melakukan
perawatan, identifikasi terjadinya penyebaran penyakit, identifikasi tanda-tanda
komplikasi, prognosis dan perawatannya. Selain itu, sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
19

2.3.4. Memodifikasi lingkungan


Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
maka keluarga diharapkan mengetahui pentingnya higiene/kebersihan, upaya
dalam pencegahan penyakit, keuntungan atau manfaat pemeliharahan lingkungan
yang bersih.
2.3.5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Kesembuhan penyakit yang dialami oleh anggota keluarga yang sakit berkaitan
dengan ketercapaian dalam penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Ketika
merujuk anggota keluarga yang sakit ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, keluarga diharuskan untuk mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang terdapat disekitar lingkungan serta keuntungan dan kerugian yang
dapat keluarga peroleh dalam menggunakan fasilitas tersebut.

Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja dimulai sejak anak berusia 13 tahun
hingga 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga yang harus dipenuhi pada tahap ini yaitu
mengembangkan kebebasan bertanggung jawab ketika anak remaja menjadi dewasa dan
semakin mandiri mengingat bahwa remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi pada diri sendiri, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, dan
meningkatkan komunikasi atau berkomunikasi secara terbuka antar orang tua dengan
anak-anak (Ali, 2006). Selain itu, keluarga dapat mempersiapkan perubahan sistem peran
dan peraturan (anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang remaja.

Menurut Notoatmodjo (2005) Terdapat beberapa tindakan atau perilaku yang muncul dan
dilakukan keluarga saat terdapat anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan
perawatan kesehatan, antara lain ; (1) didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut
diabaikan dan tetep menjalankan kegiatan sehari-hari. Hal ini membuktikan bawah
kesehatan belum menjadi prioritas utama di dalam hidup/kehidupannya sebuah keluarga.
(2) mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self
medication). Untuk masyarakat pedesaan, pengobatan tradiosional masih menjadi pilihan.
dan (3) mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat.

Selain itu, menurut Maulana (2009), perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan
bagian dari respon internal dan eksternal seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
20

penyakit, baik dalam bentuk respon tertutup (sikap dan pengetahuan), maupun dalam
bentuk respon terbuka (tindakan langsung). Perilaku terhadap sakit dan penyakit terdiri
dari beberapa factor, meliputi ; (1) perilaku sehubungan dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior), (2) perilaku pencegahan penyakit
(health prevention behavior), (3) perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan
(health seeking behavior) dan (4) perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan
(health rehabilitation behavior).

Tugas perkembangan keluarga dengan remaja dimulai pada saat anak melewati usia 13
dan berlangsung selama 6-7 tahun berikutnya. Tugas perkembangan pada tahap ini akan
berakhir setelah anak meninggalkan keluarga lebih awal. Tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja (Friedman, 2010) ,antara lain ; pertama, memberikan kebebasan dan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa muda dan semakin mandiri. Orang tua
dituntut untuk mengubah hubungannya dengan remajanya dan membentuk suatu
hubungan secara mandiri. Orang tua harus membuat perubahan sistem yaitu dengan
membentuk peran-peran dan normal-norma serta “membiarkan” remaja hidup dengan
mandiri dan bertanggung jawab. Sering kali terjadi konflik antar orangtua dan remaja
dalam membimbing anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Tugas kedua yaitu mempertahakan dan memfokuskan hubungan suami-istri (hubungan


perkawinan), suami mempunyai tugas untuk bekerja sedangkan istri dapat meneruskan
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orangtua. Keluarga dapat
meningkatkan hubungan pernikahan dengan saling komunikasi dan menghabiskan waktu
luang bersama anak. Dengan hal ini keluarga dapat membangun fondasi untuk tahap siklus
kehidupan keluarga selanjutnya.

Tugas perkembangan keluarga ketiga yaitu meningkatkan komunikasi secara terbuka


antara orangtua dan anak remaja. Tidak sedikit peristiwa saling tolak-menolak antara
orang tua dengan anak remaja yang menyangkut nilai dan gaya hidup. Keluarga dengan
anak remaja sering kali menghasilkan suatu perdebatan, kecurigaan dan perselisihan akibat
kurang terjalinnya komunikasi terbuka antar orangtua dan anak remaja. Tugas terakhir
yaitu etika dan standar moral keluarga. Remaja sangat sensitif dengan ketidaksesuaian
antara apa yang dikatakan dengan apa yang dipraktikkan. Etika dan standar moral keluarga
perlu dipertahankan oleh orangtua sehingga membentuk nilai prinsip suatu keluarga.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
21

2.4 Teknik Effleurage (Massage)


Terapi massage/pijatan merupakan manipulasi langsung yang pada jaringan tubuh dengan
tujuan untuk memelihara kesehatan. Pelaksanaan terapi massage yaitu dengan cara
metode melingkari bagian tubuh yang di massage untuk memenuhi tujuan terapeutik yang
akan dicapai (Salvo, 2012). Menurut Smeltzer & Bare (2001) massage (pijat) adalah
stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada bawah dan punggung.
Massage tidak secara spesifik menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor nyeri
tetapi dapat berdampak melalui sistem kontrol desenden yang memberikan rangsang ke
otak. Massage dapat membuat klien lebih nyaman karena massage membuat otot menjadi
rileks.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Djakaria, Zees dan Paramata (2013) pada
siswi kelas X,XI, dan XII dengan rentang usia 16 tahun hingga 19 tahun dapat dilihat
bahwa setelah diberikan terapi massage dari 44 responden sebagian besar responden
mengalami penurunan skala nyeri haid pada skala 1 – 3 (nyeri ringan) yaitu sebanyak 26
orang (59.1 %). Selain itu didapatkan ada 7 orang responden (16 %) yang tidak
mengalami penurunan nyeri haid. Derajat nyeri menstruasi responden sebelum diberikan
terapi massage sebagian besar pada skala nyeri sedang sebanyak 60% sedangkan sesudah
diberikan terapi massage sebagian besar pada skala nyeri rigan yaitu sebanyak 66,66%.
Pada penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi massage
terhadap penurunan skala nyeri menstruasi setelah diberikan terapi massage.

Penelitian lain yang dilakukan Pangastuti (2011) pada 24 remaja wanita menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata nyeri haid antara sebelum diberikan
massage dengan sesudah diberikan massage. Sebelum pemberian massage, responden
yang menyatakan nyeri berat sebanyak 20 orang (83,3%), sedangkan yang berada pada
tingkat nyeri sedang sebanyak 16,7% (4 responden). Setelah diberikan massage terdapat
54,2% (13 responden) berada pada tigkat nyeri ringan (skala 1-3) dan pada tingat sedang
(skala 4-6) terdapat 45,8% (11 responden). Perubahan tingkat nyeri yang dialami
responden menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri haid pada remaja setelah
mendapatkan massage.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
22

Penelitian yang dilakukan Fauziyah (2011) terhadap 47 responden yang berasal dari siswi
SMA, didapatkan hasil bahwa dengan teknik effleurage terdapat hampir setengahnya
mengalami penurunan 3 tingkat skala nyeri yaitu sebanyak 18 siswi (38,3%) dan
sebanyak 17 siswi (36,2%) yang mengalami penurunan 1 tingkat skala nyeri dan sebagian
kecil tidak mengalami penurunan yaitu sebanyak 12 siswi (25,5%). Penurunan dengan
teknik effleurage ini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain usia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari responden atau siswi yaitu berusia 15
tahun.

Massage dapat disebut dengan pijatan yang telah disempurnakan dengan berbagai ilmu-
ilmu kesehatan tentang tubuh manusia dan dengan gerakan-gerakan yang terstruktur
dalam bentuk pegangan atau teknik tertentu (Heny, Nyoman, & Wira, 2013). Massage
atau sering diistilahkan effleurage merupakan teknik yang sejak dahulu digunakan dalam
keperawatan untuk meningkatkan relaksasi dan istirahat. Oleh karena itu, diketahui saat
ini jenis sentuhan pada kulit untuk membuat rileks otot, ligamen, tendon, dan sendi sudah
dikenal dengan terapi non farmakologis, khususnya dalam menurunkan ambang nyeri
(Smith, Duell, & Martin, 2008).

Effleurage dikenal sebagai gerakan mengusap yang ringan dan memberikan efek
menenangkan saat memulai dan mengakhiri gerakan. Gerakan ini bertujuan meratakan
dan menghangatkan otot agar lebih rileks melalui pemberian minyak atau aromaterapi
(Aslani, 2003). Mengurut (Effleurage), gerakan yang lembut dan perlahan mengusap
bagian tubuh tertntu. Pengurutan dapat berupa gerakan pendek atau panjang dengan
seluruh telapak tangan menyentuh bagian yang akan diusap. Pengurutan dapat
meningkatkan relaksasi otot, menenangkan ujung-ujung saraf, dan menghilangkan nyeri
(Alam & Hadibroto, 2007). Tujuan teknik massage (effleurage) antara lain mengurangi
nyeri otot, memberikan kenyamanan dan menurunkan ambang nyeri. Pada sistem
kardiovaskuler gerakan effleurage dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang aliran
darah ke seluruh tubuh, menstimulasi regenerasi sel kuit dan membantu dalam barrier
tubuh, serta mencegah terjadinya perlengketan jaringan dan meningkatkan proses
metabolisme tubuh. Menurut Hayler (2007) massage dengan terlalu kuat menyebabkan
risiko bahaya dan gangguan pada kulit.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
23

Manfaat effleurage yaitu dapat mengurangi nyeri dengan menutup mekanisme pertahanan
pada sistem saraf pusat atau kontrol desenden atayang dikenal sebagai istilah „teori gate
control’. Teori gate control menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Teori ini bergantung
pada aktivitas serat seraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel
saraf di substania gelatinosa. Pada aktivitas serat yang berdiameter besar dapat
menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang
berdiameter kecil dapat mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka” (Asmadi,
2008). Menurut Monsdragon (2004) teori gate control dapat dipakai untuk menilai
efektivitas effleurage. Ilustrasi yang diberikan pada teori ini bahwa serabut nyeri
membawa stimulasi nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari
pada serabut sentuhan yang luas. Ketika adanya sentuhan dan nyeri yang dirasangsang
secara bersamaan, sensasi tersebut berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam
otak untuk melakukan pembatasan respon nyeri yang dirasakan dalam otak.

Pelaksanaan teknik effleurage yaitu melalui ujung jari tangan dan dengan frekuensi
tetap/konstan (tidak terputus-putus). Effleurage berfungsi sebagai teknik distraksi dan
dapat menurunkan transmisi stimulus sensorik dari dinding perut dan membantu
mengurangi ambang nyeri atau ketidaknyamanan lokal (Pillateri, 2013). Langkah-
langkah yang digunakan dalam melaukan massage/effleurage yaitu ;
a. Punggung
- Posisikan klien untuk tidur telungkup
- Tuangkan minyak atau lotion pada telapak tangan
- Ratakan lotion pada area punggung

- Pijat punggung bagian bawah dengan gerakan berawal dari tengah area
lumbar pada titik terendah menuju area perut. Pertahankan irama konstan pada
setiap usapan
b. Abdomen
- Posisikan klien untuk tidur dengan posisi supinasi
- Tuangkan minyak pada telapak tangan dan ratakan

- Pijat abdomen klen dengan gerakan berawal dari sisi bokong bagian atas
melengkung ke bawah dan berakhir paa akhir midline di atas pubis
- Gunakan tangan kanan untuk melakukan gerakan melingkar mengelilingi
umbilicus

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
24

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melakukan tindakan keperawatan teknik


effleurage/massage, sebagai berikut ;
I. Persiapan
Persiapan Klien :

- Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan


dilakukan Persiapan Alat :
- Minyak/lotion,
- aromaterapi,
- bantal
Persiapan Lingkungan :
- Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
- Pertahankan privasi dari area yang akan dilakukan massage
II. Proses
- Teteskan 3-4 tetes aromaterapi atau minyak jahe
- Lakukan pijatan dengan gerakan memutar searah jarum jam

- Pijat dilakukan pada daerah diatas simfisis puis dan dengan posisi
telentang/supine atau dalam posisi bantal ditempatkan di bawah lutut
dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama dilakukan massage
effleurage.
- Pijatan effleurage ini dilakukan selama 15 menit.
(Sumber : Rizk (2013) dalam Journal of America)

III. Evaluasi
- Perasaan klien sebelum dan setelah dilakukan teknik effleurage/massage
- Kaji skala nyeri sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan

Pada penilitian yang dilakukan oleh Rizk, (2013) menjelaskan bahwa dalam melakukan
massage effeurage dengan aromaterapi dan/atau minyak jahe, menurut Ozgoli et al
(2009) menyatakan bahwa jahe dapat menghambat siklooksigenase dan lipooxygenase
jalur di prostaglandin yang mengarah ke pengurangan leukotriene dan prostaglandin dan
berdampak pada persepsi nyeri yang dirasakan. Selain itu, menurut Tate (1997)
menyebutkan bahawa arometarapi yang mngandung mentol dan metil salisilat memiliki
efek antispasmodic sehingga dapat menenangkan otot rahim. Minyak jahe dan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
25

aromaterapi dapat berperan sebagai analgesic yang dimediasi sebagian melalui aktivitas
reseptor kappa-opioid yang dapat membantu transmisi sinyal pada blok nyeri. Hasil
penelitian ini sejalan dengan pernyataan Herz (2009) bahwa penggunaan aromaterapi
adalah terapi komplementer yang banyak digunakan dan berguna untuk meringankan
masalah kesehatan serta meningkatkan kualitas hidup secara umum.

Menurut Prince (2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan


pemberian massage anatara lain ; (1) tekanan, tekanan selalu berpusat dibagian telapak
tangan, (2) kecepatan, bergantung pada organ yang di pijat dan biasanya tidak lebih dari
15 kali pijatan dalam semenit, (3) irama, massage diberikan dalam irama yang konstan
dan tidak terputus-putus, (4) durasi, lamanya massage yang diberikan sekitar 5-15 menit,
(5) privasi, hanya membuka area yang di massage.

2.5 Peran Perawat dalam mengatasi Dismenore pada remaja


Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, perawat diharuskan memahami
beberapa strategi intevensi. Strategi intervesi dilakukan agar sasaran intervensi dapat
tercapai dengan maksimal. Strategi intervensi yang dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan komunitas adalah direct care, pendidikan kesehatan, proses kelompok,
pemberdayaan, kemitraan, dan kolaborasi (Allender & Spradley, 2004). Pendidikan
kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan,
menyempurnakan sikap, meningkatkan keterampilan, dan memberikan perubahan di
dalam sikap dan perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender,
Murdaugh, & Parsons, 2010). Tujuan pendidikan kesehatan diharapkan terjadi perubahan
sikap dan tingkah laku baik individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dlam
membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2008). Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk patuh dalam mengikuti program yang
diberikan, pendidikan kesehatan kepada individu dan keluarga untuk mencegah penyakit
terulang dan melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).

Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk menurunkan risiko dan


komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: pencegahan primer,
pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap
pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
26

masalah kesehatan tertentu. Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder


bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan
penatalaksanaan gejala yang muncul. Sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat
dapat memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan
untuk mencegah komplikasi beulang dan memelihara stabilitas kesehatan. Peran perawat
komunitas yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dismenore pada remaja
wanita, antara lain;
2.5.1. Educator
Perawat komunitas mempunyai peranan dalam memberikan edukasi pada remaja
perempuan terkait gejala dan gangguan yang dirasakan selama periode menstruasi,
selain itu dapat mengevaluasi dan secara efektif menangani keluhan-keluhan
remaja yang mengalami dismenore (Harel, 2002). Disamping itu, perawat
komunitas dapat membatu remaja untuk mengantisipasi dan mempersiapkan diri
remaja dalam menghadapi dan mengatasi nyeri juga membantu dalam mengatasi
gangguan rasa percaya diri remaja (Reeder, Leonide & Koniak, 1997 dalam
Hasanah, 2010).
2.5.2. Conselor
Perawat harus mampu menghilangkan dan menurunkan atau engurangi penyebab
stress remaja. Dengan berkurangnya stress dan kecemasan dapat membantu
menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan.
2.5.3. Care Provider
Perawat dapat memberikan intervensi langsung untuk mengatasi keluhan remaja
terkait dismenore. Perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan mengatasi permasalahan dismenore pada remaja yang mengalaminya.
2.5.4. Advocat
Dalam peranan sebagai advokat, perawat dapat menjadi penghubung antara remaja
dengan tim kesehatan lainnya seperti puskesmas di dalam poli PKPR sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan remaja selama proses pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Peran sebagai advokat mengharuskan perawat untuk
bertindak sebagai narasumber remaja untuk memilih keputusan yang tepat untuk
menyelesaikan masalah kesehatannya.

2.5.5. Collaborator

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
27

Perawat melakukan kolaborasi denga tim kesehatan lainnya untuk memberikan


pelayanan kesehatan yang terstruktur sesuai dengan masalah yang dialami oleh
remaja.
2.5.6. Coordinator
Perawat melakukan kordinasi kepada semua pelayanan kesehatan yang diterima
oleh remaja dan bekerja sama dengan remaja dan keluarga untu merencanakan
pemberian pelayanan keperawatan yang optimal sesuai dengan masalah kesehatan
yang ingin diatasi oleh remaja tersebut, dalam hal ini adalah dismenore.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Pada bagian ini menyajikan paparan laporan kasus selama kunjungan keluarga di komunitas.
Laporan terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan keluarga. Paparan laporan kasus ini dijelaskan dalam subbab secara
terperinci.

3.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Keluarga Bp. Y merupakan tipe keluarga inti (nuclear family). Anggota keluarga Bapak
P terdiri dari Bapak P (47 tahun) sebagai kepala keluarga, Ibu He (49 tahun) sebagai istri
yang mengurus dan mengatur kebutuhan keluarga dan An. A (17 tahun) sebagai seorang
pelajar kelas X SMA. Pekerjaan Bapak P adalah karyawan swasta yang selalu berangkat
kerja pada pkl. 08.00 WIB dan tiba dirumah pkl. 18.00 WIB. Selain menjadi ibu rumah
tangga, Ibu He kesehariannya menjadi seorang kader di lingkungan RT 08 RW 03
kelurahan tugu dan Ibu He merupakan salah satu kader yang aktif dilungkungan RT 08.
Sementara An. A berstatus pelajar di SMA negeri di Depok kelas X. Penghasilan Bapak
P sebagai karyawan swasta sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Keluarga Bapak P cukup sering menghabiskan waktu dirumah. Aktivitas rekreasi yang
biasa dilakukan oleh keluarga yaitu menonton TV bersama saat Bapak P pulang kerja
malam. Pada hari libur keluarga Bapak P cukup sering mengunjungi rumah orang tua dan
menginap di rumah orang tua Bapak P yang masih berada di sekitar depok.

Tahap perkembangan keluarga Bapak P saat ini yaitu keluarga dengan remaja dengan
anak pertama/tunggal berusia 16 tahun. Riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit serius. Bapak P sempat addict dalam merokok namun kini sudah
berhenti. Sedangkan Ibu He dalam kondisi sehat. Dilihat dari tahap tumbuh kembang
keluarga, saat ini tahap tumbuh kembang keluarga yang belum terpenuhi yaitu
menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab saat menjadi dewasa yang mandiri.
Terlihat dari An. A yang cukup sering kumpul dengan teman, menjalin hubungan dengan
lawan jenis dan banyak aktivitas di luar rumah.

27
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
28

Keluarga Bapak P tinggal dirumah kontrakan yang cukup dengan luas rumah yang
2
sekitar 60 m untuk ditempati oleh keluarga Bapak P yang hanya 3 anggota keluarga.
Kondisi lingkungan komunitas tergolong cukup bersih dengan kondisi perumahan yang
padat. Banyak rumah yang dibangun digang-gang kecil. Terdapat banyak rumah
kontrakan dan warung di halaman rumah. Keluarga sudah tinggal di wilayah RW 03
yaitu lebih kurang 10 tahun. Rumah ini merupakan rumah yang ditempati keluarga
Bapak P sejak pertama bertransmigrasi ke Depok. Jarak menuju sarana transportasi
rumah tersebut cukup jauh, keluarga biasa mengakses angkutan umum untuk berpergian
dan harus berjalan kaki untuk menuju angkutan umum. Keluarga Bapak P khususnya Ibu
He merupakan kader di lingkungan RT 08 dan cukup aktif mengikuti kegiatan
masyarakat, seperti pengajian, arisan, dan lain sebagainya.

Frekuensi komunikasi antara anak dan orangtua terjadi setiap hari, terutama malam hari
ketika Bapak P pulang kerja. Komunikasi dua arah terjadi lebih sering antara An. A
dengan Ibu He karena An. A merasa lebih dekat dan nyaman bercerita dengan ibunya.
Sementara Ibu He selanjutnya menceritakan kembali kepada Bapak P terkait masalah
An. A, sehingga informasi terkait remaja selalu sampai kepada Bapak P. Sehari-hari
keputusan berada di tangan Bapak P, namun ketika saat mendesak keputusan diambil
alih oleh Ibu He. Nilai dan norma yang diterapkan keluarga yang berkaitan dengan
kesehatan adalah bila ada keluarga yang sakit hanya dirawat di rumah dan diberi obat
warung atau mengguanakan tradisional seperti jamu tanpa di bawa ke pelayanan
kesehatan. Namun, ketika sakitnya berkepanjangan maka akan dibawa ke pelayanan
kesehatan. Keluarga memiliki aturan atau norma yang selalu diterapkan termasuk
mendidik anaknya, contoh aturan jam malam yaitu pukul 22.00 WIB.

Keluarga saling menghargai ketika ada anggotanya yang mengalami kesibukan tertentu.
Saat Bapak Sa pulang kerja dan merasa letih, keluarga selalu memaklumi dan tidak
menambahkan masalah. Masing-masing anggota keluarga memberikan dukungan dan
saling menghargai, menghormati, dan salin menyayangi satu sama lainnya dengan
caranya masing-masing. Anggota keluarga selalu terbuka dalam mengungkapkan
perasaannya masing-masing. Kehangatan dan perlindungan dalam keluarga terlihat
ketika menghadapi masalah saling merangkul dan sembari menaggapi dengan tawa
canda namun menghasilkan solusi.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
29

Stressor yang dialami keluarga saat ini terletak pada cara merespon nyeri haid yang
dialami oleh An. A. Saat dilakukan pengkajian seputar nyeri haid, An. A mengatakan
selalu nyeri sebelum dan saat haid. An. A mengeluhkan bahwa nyeri yang dirasakannya
skala 5 (sedang) dan seperti ditusuk-tusuk serta menjalar dari perut, pinggang hingga
kaki bagian atas. Nyeri semakin menjadi saat tubuh diposisikan istirahat atau tidak dalam
berkegiatan dan berada di skala 7. An. A menyatakan bahwa tidak mengetahui apakah ini
normal atau tidak. An. A bercerita bahwa saat nyeri muncul yang dilakukan hanya
berbaring saja, namun Ibu He sempat menganjurkan untuk melakukan kompres hangat
dan mengkonsumsi kunyit dan An. A masih menganggap belum dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri secara keseluruhan dan nyeri dapat muncul kembali. Nyeri haid
yang dirasakan cukup mengganggu kenyamanan, aktivitas dan konsentrasi An. A saat
menerima pelajaran di sekolah dan berkomunikasi dengan orang lain, karena nyeri yang
dirasakan dapat mengganggu tingkat emosi An. A.

Hal yang sudah dilakukan oleh keluarga yaitu menganjurkan anak untuk melakukan
kompres hangat dan mengurangi aktivitas saat nyeri muncul. Lima tugas kesehatan
keluarga yang telah dilakukan keluarga Bapak P, yaitu telah mengenal masalah gangguan
rasa nyaman dalam merespon nyeri yang dirasakan, ditandai dengan keluarga
mengetahui penyebab nyeri, dan tanda gejala nyeri haid/dismenore. Kedua, telah
mengetahui dampak apabila nyeri haid yang dirasakan menjadi berkepanjangan dan
semakin memuncak sehingga memutuskan untuk melakukan penanganan. Ketiga,
keluarga sudah mengetahui cara merawat remaja dengan kompres hangat, namun
diperlukan pemahaman tentang cara penanganan nyeri non farmakologi lainnya yang
secara subjektif dapat mengurangi/menghilangkan skala nyeri yang dirasakan An. A saat
haid. Keempat, keluarga belum mengetahui cara melakukan modifikasi untuk merespon
nyeri haid. Kelima, kurangnya pemahaman tentang adanya konseling di beberapa
pelayanan kesehatan tertentu khusus untuk tumbuh kembang remaja dan masalah
kesehatan reproduksi pada remaja.

3.2. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Terdapat dua diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga bapak P. Diagnose
keperawatan yang dapat ditegakkan berpedoman pada NANDA (2015) yaitu gangguan
rasa nyaman : Fisik, terkait dismenore (00214) dan perilaku kesehatan cenderung
berisiko (00188). Hasil skoring keluarga mendapatkan diagnose prioritas yaitu gangguan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
30

rasa nyaman ; fisik, terkait dismeore dengan skor 4 2/3. Dilanjutkan dengan skoring
diagnose kedua yaitu perilaku cenderung berisiko dengan skor 3 2/3. Ini berarti diagnosis
utama pada keluarga Bapak P yaitu gangguan rasa nyaman ; fisik terkait dismenore,
khususnya pada An. A. Diagnose tersebut didapatkan dari hasil analisa data dan skoring
masalah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan yang dapat mengatasi masalah
gangguan rasa nyaman pada An. A pada saat merespon nyeri haid yang dirasakannya.
Intervensi inovasi yang akan dilakukan terkait dengan upaya mengatasi gangguan rasa
nyaman terkait disemnore dan penanganan non farmakoogi untuk mengatasi dismenore.

3.3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga yang akan diberikan pada keluarga Bapak P dengan
masalah keperawatan gangguan rasa nyaman fisik terkait dismenore pada An. A antara
lain memiliki tujuan umum berupa setelah dilakukan 10-12 kali kunjungan 1x50 menit
diharapkan keluarga Bapak P, mampu menunjukkan kemampuan dalam meningkatkan
kenyamanan fisik. Tujuan khusus dalam inervensi ini diberikan dalam lima tugas
kesehatan keluarga yang diantaranya keluarga mampu mengenal masalah dismenore,
mampu memutuskan untuk segera menangani masalah dismenore, mampu melakukan
perawatan yang tepat, mampu memodifikai lingkungan sesuai dengan kenyamanan dan
mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan serta pilihan cara penanganan nyeri
non farmakologi yang sesuai dengan kondisi An. A.

Tujuan khusus pertama yang diberikan pada keluarga Bapak P khususnya An. A
mengacu pada nursing outcome classification (NOC) yaitu keluarga mampu mengenal
masalah ditandai dengan kemampuan keluarga untuk memahami tumbuh kembang
remaja, perubahan yang terjadi pada remaja baik fisik maupun psikologis dan memahami
permasalahan-permasalahan yang biasa dikeluhkan oleh remaja wanita serta respon
adaptif dan maladaptive yang dilakukan untuk menyelesaikan stressor/permasalahan
tersebut. Berdasarkan outcomes yang ingin dicapai berdasarkan nursing outcomes
classification (NOC) yaitu Knowledge : Disease Prosses. Salah satu permasalahan yang
sering dikeluhkan An. A yaitu dismenore/nyeri haid, dalam hal ini keluarga diharapkan
mampu memahami pengertian dismenore, tanda dan gejala dismenore, factor risiko
dismenore, pola menstruasi normal dan cara-cara penanganan nyeri haid/dismenore serta
penerapannya saat terjadi dismenore. Intervensi yang diberikan untuk tujuan khusus ini
yaitu pemberian edukasi/health education pada keluarga Bapak P khususnya An. A

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
31

dengan mengaitkan tumbuh kembang remaja dengan permasalahan remaja wanita yang
salah satunya yaitu nyeri haid/dismenore. Penekanan intervensi yang diberikan yaitu
penjelasan terkait macam-macam cara penanganan nyeri haid non-farmakologi yang
dapat dilakukan secara mandiri.

Pada tujuan khusus kedua yaitu keluarga Bapak P khususnya An. A diharapkan mampu
mengambil keputusan dalam menghadai masalah yang terjadi pada diri An. A yaitu
dismenore/nyeri haid. Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC), outcomes
yang dicapai dalam tujuan kedua ini yaitu Personal Autonomy. Pengambilan keputusan
ini berkaitan dengan dampak dari nyeri haid yang berkepanjangan dan keluarga
diharapkan mampu membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah dismenore ini
dengan berbagai alternative atau cara penanganan yang akan dilakukan. Sementara
intervensi yang dilakukan yaitu sesuai dengan nursing intervention classification (NIC)
dengan domain perilaku dan kelas koping yaitu dengan intervensi pembuatan keputusan
dan berikan reinforcement positif atas usaha keluarga dalam mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga.

Tujuan khusus ketiga yaitu keluarga diharapkan mampu memberikan perawatan yang
tepat pada remaja dengan masalah gangguan rasa nyaman fisik terkait dismenore.
Berdasarkan Nursing Outcomes Classification (NOC), outcomes yang dicapai dalam
tujuan ketiga ini yaitu Symptom Control. Indicator yang harus dicapai dalam tujuan ini
yaitu keluarga diharapkan dapat menggambarkan perilaku keluarga untuk
mempromosikan atau memulihkan kesehatan terkait penanganan dismenore yang
ditunjukkan dengan keluarga mampu menjalankan perawatan kesehatan saat terjadi
tanda-tanda dismenore pada An. A, mampu menjalankan langkah-langkah pencegahan
dismenore dan mampu menggunakan langkah-langkah untuk mengurangi gejala saat
terjadi dismenore. Domain pada tujuan khusus ini yaitu pengetahuan dan perilaku
kesehatan dengan kelas perilaku kesahatan, sehingga diharapkan An. A dapat melakukan
kembali cara-cara penanganan nyeri haid non farmakologi dengan yang pada awalnya
tidak pernah melakukan kini menjadi jarang atau kadang-kadang melakukan.

Sementara intervensi yang diberikan yaitu dengan domain fisiologis dan kelas
kenyamanan fisik. Terdapat beberapa intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri
haid pada An. A. Untuk meningkatkan kenyamanan fisik pada saat dismenore yang juga

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
32

merupakan management nyeri atau penanganan nyeri non farmakologi antara lain, teknik
relaksasi (nafas dalam, inhalasi lavender dan terapi music), perubahan posisi/positioning,
terapi massage/pijatan, kompres hangat dan latihan fisik (senam dan yoga dismenore).
Keluarga khususnya An. A dapat menyebutkan pengertian, manfaat dan hal-hal yang
harus diperhatikan pada saat melakukan cara-cara tersebut. An. A juga diharapkan dapat
melakukan kembali cara penanganan nyeri non farmakologi yang sudah diajarkan dan
mengidentifikasi cara-cara penanganan nyeri haid/dismenore yang dapat dilakukan
dirumah serta di luar rumah (sekolah). Keluarga diharapkan dapat memotivasi dan
mendukung An. A dalam menyelesaikan masalah ketidaknyamanan fisik saat dismenore.

Pada tujuan khusus keempat keluarga diharapkan mampu memodifikasi lingkungan yang
sesuai dengan masalah ketidaknyamanan fisik saat dismenore pada An. A. Nursing
outcome classification (NOC) pada tujuan ini yaitu Comfort Status : Environment,
meningkatkan status kenyamanan lingungan dengan indicator lingkungan yang kondusif,
bersih dan nyaman. Sedangkan Nursing Intervention Classification (NIC) yang di
terapkan sesuai dengan domain kenyamanan, kelas manajeen risiko dengan intervensi
manajemen lingkungan (kenyamanan) yang diantaranya yaitu kemampuan keluarga
dalam menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kenyamanan, pemberian posisi
yang nyaman, pemberian suhu lingkungan yang sesuai dengan kondisi An. A dan
meningkatkan kebersihan saat terjadi dismenore.

Tujuan khusus kelima yaitu kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas


pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Berdasarkan nursing outcome
classification (NOC) yaitu Family Satisfaction. pada tujuan ini yaitu berkaitan dengan
ketersediaan keluarga dalam mendatangi pelayanan kesehatan dan kemampuan keluarga
dalam berkoordinasi dengan akses pelayanan kesehatan. Intervensi yang diberikan yaitu
menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia, manfaat pelayanan
kesehatan, dan dukungan dalam penggunaan pelayanan kesehatan serta berikan
reinforcement positif atas usahan keluarga.

3.4. Implementasi Keperawatan Keluarga


Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan
rasa nyaman terkait dismenore yaitu terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai
pengertian dismenore, tanda dan gejala dismenore, penyebab dismenore, factor risiko

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
33

terjadinya dismenore, akbat dismenore, pola menstruasi normal dan cara-cara mengatasi
dismenore. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan
dismenore. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang
mengalami dismenore. Mendiskusikan bersama keluarga cara-cara mengatasi dismenore
dengan melakukan senam dan yoga dismenore, inhalasi lavender, teknik relaksasi tarik
nafas dalam, terapi music, kompres hangat dan teknik effleurage/massage.
Mendiskusikan dengan keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan
keluarga untuk mengatasi dismenore pada remaja. Mendiskusikan dengan keluarga
terkait manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta
memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat secara rutin.

Implementasi yang menjadi ntervensi unggulan adalah teknik effleurage/massage pada


remaja dengan dismenore. Pada hari Selasa, 24 Mei 2016 pkl. 16.30 WIB mahasiswa
melakukan kunjungan ke-delapan dan masih dalam upaya pencapaian tujuan khusus
ketiga yaitu keluarga mampu memberikan perawatan yang tepat. Intervensi yang
diberikan yaitu terkait teknik massage/pijitan sesuai dengan Nursing Intervention
Classfication (NIC) yaitu pada intervensi Massage. Mahasiswa menjelaskan pengertian,
tujuan, manfaat, jenis-jenis massage, langkah-langkah massage dan teori gate kontrol.
Mahasiswa menjelaskan bahwa macam-macam teknik pijitan yaitu
effelurage(mengusap), friction (menggosok,-gosok), petrisage (meremas), tapotage

(mengetuk), dan vibration (menggetarkan). Teknik massage yang diberikan yaitu jenis
teknik effelurage yang artinya menekan dengan lembut, memijat atau melulut dengan
tangan ke arah distal atau kearah bawah. Mahasiswa menjelaskan bahwa tujuan teknik
effelurageyang akan diberikan ini dapat mengurangi nyeri menstruasi, melonggarkan
ketegangan otot, dan memberikan efek menenangkan.

Pada gerakan effeluragetelapak tangan atau jari harus melekat dan menyesuaikan dengan
bagian yang sedang diurut sambil menekan perlahan-lahan pada setiap bagian yang di
urut, dan tidak boleh dilepaskan dari kulit yang sedang di urut sebelum keseluruhan
bagian tersebut selesai. Pengusapan ini diperlancar dengan menggunakan krim atau
minyak. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa arometarapi yang
mngandung mentol dan metil salisilat memiliki efek antispasmodic sehingga dapat
menenangkan otot Rahim. Sesuai dengan langkah-langkah yang diberikan berdasarkan
Journal of America bahwa mengaplikasikan teknik massage dengan cara meneteskan 3-4

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
34

tetes aromaterapi atau minyak jahe dan melakukan pijatan dengan gerakan memutar
searah jarum jam. Pijat dilakukan pada daerah diatas simfisis pubis dan dengan posisi
telentang/supine atau dalam posisi bantal ditempatkan di bawah lutut siswi tersebut
dengan tujuan menjaga perut agar tetap rileks selama dilakukan massage effleurage.
Pijatan effelurageini dilakukan selama 15 menit.

Pijatan diberikan pada lokasi nyeri yaitu di abdomen bagian bawah atau di pinggang
(sesuai keluhan). Pada pijatan yang diberikan ini berfungsi untuk membuktikan
kebenaran teori gate control yang menyatakan bahwa serabut nyeri membawa stimulasi
nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat daripada serabut
sentuhan yang luas. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan
berjalan keotak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri yang
dirasakan dalam otak. Dengan melakukan teknik massage ini, rencana implementasi
untuk tujuan khusus ketiga sudah terlaksana. Kontrak selanjutnya, melanjutkan tujuan
khusus ke-empat dan ke-lima.

3.5. Intervensi Inovasi Penanganan Nyeri Non-Farmakologi : Teknik


Effelurage(massage)
Intervensi inovasi yang diberikan mahasiswa kepada keluarga Bapak P khususnya An. A
dengan masalah gangguan rasa nyaman terkait dismenore yaitu penanganan nyeri non-
farmakologi dengan teknik effelurage(massage). Tujuan dari implementasi intervensi
inovasi ini yaitu terciptanya kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan
kesehatan saat terjadi tanda-tanda dismenore. Teknik massage/pijitan ini diharapkan
dapat membantu dalam mengurangi skala nyeri haid yang dirasakan sehingga tidak
terjadi dampak-dampak yang tidak diinginkan. Implementasi dari intervensi inovasi yang
dilakukan pada keluarga Bapak P khususnya An. A dengan masalah gangguan rasa
nyaman terkait dismenore yaitu dengan demonstrasi dalam melakukan peanganan nyeri
non farmakologi berupa teknik massage/pijitan.

Sebelumnya, mahasiswa menjelaskan pengertian dan macam-macam teknik pijitan.


Kemudian menjelaskan tujuan pijitan effelurage dan pola pijitan yang dapat diberikan.
Kemudian, mahasiswa mempraktekkan terlebih dahulu langkah-langkah pijatan
effelurage dan dilanjutkan dengan An. A mendemonstrasikan kembali gerakan tersebut.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
35

Gerakan atau langkah-langkah yang dilakukan selama mengarjarkan teknik effleurage/


massage kepada An. A adalah sebagai berikut ;
a. Posisikan tubuh pada posisi yang nyaman menurut klien, atau dengan posisi
telentang/supine atau dalam posisi bantal ditempatkan di bawah lutut. Posisi ini
dapat menurunkan ketegangan otot abdomen
b. Meneteskan 3-4 tetes aromaterapi atau minyak untuk memberikan efek hangat
atau nyaman dan aromaterapi diakui dapat menurunkan ketegangan otot yang
sedang berkontraksi, dalam hal ini adalah otot rahim
c. Mulai dengan gerakan effelurage yang melingkar atau memutar searah dengan
jarum jam, berirama dan konstan seama 5-15 menit agar memberikan efek yang
signifikan dalam penurunan tingkat skala nyeri haid yang dirasakan
d. Gerakan effelurage ini di fokuskan pada bagian yang nyeri disekitar abdomen
bawah dan diatas simfisis pubis yang mengarah pada fundus uteri serta samping
perut

Teknik pijatan effelurage yang menjadi focus utama dikarekanakan berdasarkan teori
gate control dinyatakan bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih
kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat daripada serabut sentuhan yang luas. Ketika
sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan ke otak dan
menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri yang dirasakan dalam otak.
Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena terjadinya relaksasi otot.
Disamping itu, teknik massage yang aman, mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan
alat yang banyak dan tidak memiliki efek samping serta dapat dilakukan secara mandiri.

3.6.Evaluasi Keperawatan
3.6.1. Evaluasi Sumatif
Hasil evaluasi sumatif yang dilakukan pada An. A dan Ibu He, didapatkan hasil
bahwa An. A dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda gejala, factor
risiko dan cara-cara penanganan non farmakologi nyeri haid. An.And mampu
mengulang kembali lagkah-langkah teknik relaksasi (Nafas dalam, inhalasi lavender
dan terapi music), senam dan yoga dismenore, kompres hangat dan massage
effelurageyang telah diajarkan. Selain itu, An. A berkomitmen akan melakukan apa
yang sudah diajarkan, ketika mengalami nyeri haid di bulan-bulan berikutnya. Respon
keluarga dalam pemberian dan pemahaman materi tentang dismenore mendapatkan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
36

hasil baik, yang artinya mampu menyebutkan ulang dan mempraktikannya kembali
tanpa modifikasi intervensi.

3.6.2. Evaluasi Formatif


Dalam pencapaian tujuan umum satu dengan outcome Knowledge : Disease Prosses,
Saat diberikan edukasi kesehatan tentang dismenore, An. A cukup kooperatif dan
mampu mengulang kembali hal-hal yang sudah diajarkan terkait dismenore, An. A
juga sesekali memberikan pertanyaan seputar nyari haid yang dialaminya. Untuk
outcomes Personal Autonomy, An.And dan Ibu He berkomitemen akan melakukan
strategi-strategi untuk pengurangan nyeri secara non farmakologis saat terjadi
dismenore. An, And mengatakan bahwa senam dan yoga dismenore, tarik nafas dalam
dan terapi music akan dilakukan dirumah, sedangkan kompre hangat, pijatan dan
inhalasi lavender akan dilakukan saat berada di rumah.

Pencapaian pada tujuan khusus tiga yaitu dengan outcomes Symptom Control.
Berdasarkan intervensi tentang Pain Management bahwa secara umum An. A dapat
melakukan semua langkah-langkah sesuai dengan gambar pada leaflet dan An. A
mengatakan bahwa lebih memilih senam dismenore daripada yoga karena gerakan
dari senam dismenore yang cukup mudah untuk dilakukan. Selama melakukan aspek
psikomotor, An. A cukup kooperatif dan mudah di arahkan. Untuk intervensi
Relaxation Therapy, An. A mampu menyebutkan kembali manfaat, pengertian, jenis-
jenis relaksasi dan mendemosntrasikan ulang langkah-langkah teknik relaksasi dengan
baik. Ibu He menyatakan bahwa baru mengetahui bahwa ada cara seperti ini untuk
mengurangi nyeri haid/dismenore pada anak remaja. Pada intervensi Hot/Cold
Compress, An. A sudah mampu menerapkan langkah-langkah kompres dengan baik.
An. A mengatakan bahwa sebelumnya sempat melakukan kompres hangat dengan
menggunakan waslap yang dibasahi dengan air hangat dan diletakkan pada daerah
nyeri, namun tidak memberikan efek yang berarti dan An. A mengatakan nyeri yang
dirasakan sempat berkurang namun tidak lama kemudian nyeri tersebut timbul
kembali. Terkait intervensi massage, An. A mampu mengulang kembali penjelasan
yang diberikan terkait teknik massage. An. A mengatakan bahwa gerakan pijatan
yang diajarkan mudah diikuti dan dapat dilakukan secara mandiri pada saat nyeri haid.
An. A mengatakan bahwa posisi nyaman saat melakukan pijatan yaitu pada

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
37

posisi tidur/supine. Secara keseluruhan An. A mampu memahami gerakan massage


yang diajakan yaitu dengan usapan halus, berirama, melingkar serta konstan.

Pada pencapaian tujuan umum khusus keempat yaitu Comfort Status dengan
intervensi Environment Management : Comfort. An. A mengatakan akan mengurangi
aktivitas saat sedang nyeri haid, An. A mengatakan akan memperhatikan kebersihan
diri saat haid dan akan mengunjungi fasilitas kesehatan jika nyeri berkepanjangan dan
semakin meningkat.

Kriteria keberhasilan intervensi unggulan/inovasi terkait teknik effeluragesebagai


salah satu penanganan nyeri non farmakologis pada An.And yaitu dilihat dari
perlakuan An and dalam merespon nyeri haid yang terjadi pada bulan Mei, tepat pada
tanggal 28 Mei 2016 An. A mengalami nyeri haid dan segera mengaplikasikan teknik
effleurage. Didapatkan hasil bahwa ketika An. A mengalami dismenore skala nyeri
yang dirasakan yaitu pada skala 5, kemudian mulai dengan mengubah posisi yang
nyaman untuk melakukan massage effleurage. Posisi nyaman yang dianggap oleh An.
A yaitu dengan posisi high fowler. Dilanjutkan dengan mengusap-usap secara halus
pada bagian yang nyeri. Setelah An. A mengusap bagian bawah perut dengan cara
melingkar dan konstan dengan menggunakan minyak selama 3 menit, maka skala
nyeri berkurang menjadi skala 3. Setelah dilakukan massage effleurage, An, And
sempat tertidur selama 30 menit dan setelah bangun tidur nyeri haid yang
dirasakannya hilang menjadi skala 0 (hilang). Hasil ini didukung dengan teori gate
control yang dapat dipakai untuk menilai efektivitas effleurage. Ilustrasi yang
diberikan pada teori ini bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih
kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas.
Ketika adanya sentuhan dan nyeri yang dirasangsang secara bersamaan, sensasi
tersebut berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak untuk melakukan
pembatasan respon nyeri yang dirasakan dalam otak.

Selain itu, An. A telah mampu melakukan teknik effelurage dengan benar dan
berkomitmen akan melakukannya secara periodic selama nyeri haid masih dirasakan
setiap bulannya. Hasil kognitif atau psikomotor yang dilakukan An. A didukung oleh
pernyataan Ibu He bahwa An. A telah melakukan teknik effelurage dan keluhan nyeri
menjadi berkurang. Dengan ini remaja telah melakukan tugas perkembangan remaja

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
38

dalam hal mengambil keputusan dalam hidup nya yaitu dalam merespon nyeri haid.
Sedangkan keluarga, sudah mampu melakukan tugas kesehatan keluarga terkait
mengambil keputusan dan memberikan perawatan yang tepat pada anggota keluarga
yang memiliki masalah kesehatan. Rentang penurunan skala nyeri sebelum, sesaat
dan sesudah dilakukan teknik effleurage digambarkan dalam grafik 3.1.

Rentang Penurunan Skala Nyeri


6

0
Sebelum Sesaat Sesudah/Posisi Nyaman

Skala Nyeri

Grafik 3.1. Tren Penurunan Skala Nyeri Pada An. A

Pada grafik 3.1. menjelaskan bahwa, ketika nyeri haid muncul dan tanpa dilakukan
tindakan apapun, skala nyeri bernilai 5. Kemudian, An. A melakukan teknik
effleurage sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan dan saat An. A mulai
melakukan usapan, nyeri haid berkurang dan berskala 3. Setelah dilakukan teknik
effleurage selama 3 menit lalu dilanjutkan dengan istirahat/tidur sesuai dengan posisi
yang dianggap nyaman oleh An. A. Ketika An. A terbangun, nyeri haid hilang dan
menjadi skala 0.

3.6.3. Tingkat Kemandirian Keluarga


Selama dilakukan kunjungan selama 9 kali, keluarga sangat kooperatif dan dengan
senang hati menerima kunjungan mahasiswa sealama kurang lebih enam
minggu.keluarga sangat menduung selama pemberian intervensi untuk membantu
mengatasi masalah kesehatan An. A karena Ibu He mengakui bahwa ini menjadi suatu
masalah jika terjadi dismenore pada An. A. Selama enam minggu mahasiswa
melakukan kunjungan untuk keberhasilan diagnose utama telah terjadi peningkatan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
39

kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian yang dicapai yaitu peningkatan tingkat


kemandirian berada dalam tingkat III yang artinya keluarga menerima tenaga
kesehatan dalam hal ini adalah mahasiswa, keluarga menyadari masalah kesehatan
yang ada dalam keluarga dan memutuskan untuk merawat, menyatakan masalah
kesehatan dan melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
mahasiswa yaitu penanganan nyeri haid secara non farmakologis berupa teknik
effelurage/massage.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 4
PEMBAHASAN

Bagian ini mendeskripsikan analisa kasus kelolaan dengan menyesuaikan teori keperawatan
komunitas. Bahasan yang diuraikan dalam bab analisis situasi ini meliputi profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan pendekatan konsep KKMP dan remaja, analisis
intervensi yang diunggulkan dengan konsep dan penelitian terkait, serta alternatif penyelesaian
masalah yang dapat dilakukan sebagai rekomendasi.

4.1 Profil Lahan Praktik


Kota Depok merupakan salah satu kota di wilayah Jawa Barat dengan luas wilayah
2
200,29 km . Wilayah Depok berbatasan langsung dengan kota Jakarta, Kota Bogor, dan
Kota TAngerang atauberada dalam lingkungan wilayah Jabodetabek. Jumlah populasi
penduduk yang tinggal di kota depok sebanyak 1.610.000 jiwa, hal ini di dukung dengan
peranan kota depok sebagai penyangga Kota Jakarta sehingga terjadi lonjakan penduduk yang
cukup tinggi akibat meningkatkan jumlah awasan pemukiman, tuntutan penddikan dan
perdagangan barang dan jasa. Jumlah populasi anak remaja usia SMP/SMU didapatka
sebanyak 45.622 dengan tingkat pendapatan penduduk yang tergolong “padat” (Portal
Berita Resmi Pemkot Depok, 2010).

Wilayah Kota Depok memiliki 11 (sebelas) wilayah kecamatan sebagai hasil pemekaran
yang sesuai dengan Perda Kota Depok Nomor 08 Tahun 2007 yang dimana dari 6 (enam)
kecamatan dan terdiri dari 63 (enam puluh tiga) Kelurahan. Kecamatan Cimanggis
merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan kecamatan
lainnya di Kota Depok, yaitu 283.025 jiwa. Kecamatan Cimanggis memiliki salah satu
kelurahan yang mayoritas jumlah penduduk terbanyak dari setiap golongan umur, dengan
total jumah penduduk sebanyak 103.413 jiwa, yaitu pada Kelurahan Tugu.

Kelurahan Tugu merupakan kelurahan di bawah naungan Kecamatan Cimanggis, Kota


2
Depok. Kelurahan Tugu memiliki luas wilayah sebesar 504 km . Kelurahan Tugu terdiri
dari 19 Rukun Warga (RW) dengan jumlah populasi perempuan sebanyak 58.306 jiwa
dan laki-laki sebanyak 45.107 jiwa (BPS, 2015). Kelurahan Tugu memiliki 4 organisasi
yang cukup ajtif diantaranya LPM, PKK, Karang Taruna, dan KIM Kelurahan.

39
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
40

Fasilitas pelayanan yang kesehatan yag terdapat di Kelurahan Tugu yaiu Puskesmas dan
praktik dokter serta bidan. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten dan kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan peraturan Kemenkes RI,
(2013) standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamata, namun apabila di satu
keamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi
antar Puskesmas dan tetap mempertahankan keutuhan konsep wilayah, seperti
dea/kelurahan atau RW setempat. Puskesmas Tugu merupakan salah satu puskesmas
pelaksana yang ada di Kecamatan Cimanggis. Berdiri sejak tahun 1992 dengan alamat
jalan Akses UI Palsi Gunung RT 05 RW 03, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis,
Depok. Batas-batas wilayah Puskesmas Tugu yaitu sebelah Utara berbatasan langsung
dengan jalan raya, sebelah Selatan berbatasan dengan makam, sebelah Timur berbatasan
dengan sekolah Lentera Insan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Pura Korps Brimob.
2
Luas wilayah Puskesmas Tugu adalah 322 m dengan satu bangunan bertingkat 2.

Wilayah RW 03 Kelurahan Tugu memiliki cukup banyak penduduk dari berbagai


golongan usia. Lingkungan di RW 03 Kelurahan Tugu merupakan wilayah padat rumah
penduduk. Rata-rata perumahan penduduk terbuat dari beton dengan tipe permanen. Rata-
rata rumah penduduk antara rumah satu dengan rumah lain berdekatan, jarak antara jalan
umum dengan rumah rata-rata 2 meter, pada posisi belakang rumah tidak ada lahan
kosong yang bisa digunakan untuk menanam tanaman. RW 03 Kelurahan Tugu terdiri
dari 12 RT dan 6,67% nya adalah remaja. Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan
Jalan Akses UI, sebelah selatan berbatasan dengan RW 02, sebelah Timur berbatasan
dengan Jalan Raya Bogor, dan sebelah Barat berbatasan dengan Bukit Cengkeh. Di RW
03 terdapat 635 KK dengan 590 jiwa yang terdiri dari 124 remaja yang didominasi oleh
remaja laki-laki sebesar 53,22%. Masyarakat di RW 03 mengalami asimilasi budaya
dimana sebagian besar warga pendatang yang sebelumnya memiliki kebudayaan Jawa
membaur dengan kebudayaan Betawi yang merupakan suku asli dari warga RW 03
Kelurahan Tugu. Mayoritas masyarakat menganut agama Islam.

Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) yang dihadiri oleh 29 orang terdiri dari
12 remaja perempuan, 8 remaja laki-laki dan 9 perwakilan orang tua (kader dan orangtua
remaja). Berdasarkan hasil FGD didapatkan data masalah kesehatan utama remaja

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
41

perempuan adalah kesehatan reproduksi yaitu dismenor dan keputihan. 5 dari 7 remaja
perempuan yang sudah menstruasi mengalami dismenore sehingga mengalami penurunan
konsentrasi dan penurunan aktivitas fisik. Koping yang dilakukan ketika mengalami
dismenor yaitu menangis, tidur, dan tidak melakukan hal apa-apa. Data yang didapatkan
dari 8 peserta remaja laki-laki adalah hanya terdapat satu peserta merokok sebanyak 3
batang dalam sehari. Data lain yang diperoleh yaitu 8 peserta aktif dalam game online
melalui HP, rata-rata bermain game online sekitar 5 kali dalam sehari dengan durasi main
sekitar 10 menit. Berdasarkan pengkajian dari Ibu kader dan orang tua remaja didapatkan
data bahwa masalah kesehatan umum yang dirasakan oleh orangtua dan ibu kader terkait
remaja yaitu game online dan merokok. Penyuluhan mengenai rokok dan KTR (Kawasan
Tanpa Rokok) sudah dilakukan kurang lebih satu tahun yang lalu, namun remaja kurang
dilibatkan dalam acara tersebut. Selain itu, orang tua remaja mengatakan bahwa
mayoritas remaja laki-laki merokok

4.2 Analisis Masalah Keperawatan terkait Konsep KKMP dan Remaja


Pada tahun 2007, terjadi peningkatan penduduk perkotaan per tahun di Negara-negara
berkembang yang diperikirakan sekitar 2,27% dan pada Negara maju sebesar 0,49%.
Tingkat urbanisasi yang terjadi diIndonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2010,
sekitar setengah penduduk Indonesia tinggal atau menetap dikawasan perkotaan. Dalam
sensus penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dinyatakan bahwa dari
237.641.326 jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79%) adalah
penduduk yang berada di wilayah perkotaan sebagai perbandingan, pada tahun 2000,
proporsi penduduk perkotaan di Indonesia berada pada angka 42%. Pada tahun 2009,
lebih dari 43% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan menurut prediksi
pada tahun 2025 lebih dari 60% populasi yang akan tinggal di pusat kota (Depkes, 2016).

Pertumbuhan dan peningkatan jumlah penduduk menyebabkan ledakan penduduk, dan


hal ini mempengaruhi kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu
wilayah tertentu. Banyaknya tuntutan pendudukan menyebabkan rendahnya pendapatan
dan banyaknya pengangguran dan menyebabkan pemerintah kota tidak mampu daplam
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Penambahan jumlah masyarakat perkotaan yang
terhjadi secara terus menerus dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan
yang dapat terjadi antara ain kebutuhan pangan, ketersediaan lahan, kebutuhan air dan

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
42

udara bersih (oksigen), pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, dan kesehatan


masyarakat (Saktiyono, 2006).

Meningkatnya jumlah penduduk di kota berkaitan dengan status kesehatan masyarakat di


kota tersebut. Terdapat tiga factor yang bertanggung jawab untuk kesehatan masyarakat
perkotaan yaitu lingkungan fisik, lingkungan social dan akses ke pelayanan kesehatan
dan pelayanan social. Kesehatan masyarakat perkotaan dapat ditandai dengan dukungan
social yang negative seperti NAPZA dan kelompok-kelompok sepermainan. Selain itu,
tingginya tingkat kemiskinan dapat mengarah pada peningkatan tingkat stress dan
kekerasan serta isolasi social pada masyarakat di kota (Allender & Spradley, 2010).

Masalah yang sering terjadi pada remaja di perkotaan yaitu kesulitan belajar,
penyalahgunaan NAPZA, seks tidak aman, dan pertengkaran sesama remaja, dan lain
sebagainya (Kristina, 2014). Factor penyebab terjadinya kenakalan remaja dapat berupa
faktr internal dan eksternal. Factor internal artinya bahwa berasal dari dalam diri remaja
karena pilihan, motivasi atau kemauannya sendiri untuk melakukan kenakalan.
Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri remaja tersebut, seperti factor
lingkungan, pengaruh teman sepermainan dan ketersediaan waktu orang tua dalam
memberikan pendidikan pada anaknya (Shanty, 2013).

Pendapat lain menyebutkan bahwa factor terjadinya kenakalan remaja disebabkan karena
adanya tekanan-tekanan dalam kehidupan remaja, tekanan tersebut berasal dari 4 hal
antara lain (1) perorangan, berkaitan dengan kepribadian, keinginan, kepercayaan serta
harapan dan cita-cita remaja, (2) keluarga, pola pergaulan dan pendidikan yang diberikan
pada keluarga. Faktor eksternal penyebab terjadinya masalah pada remaja yang terdekat yaitu
keluarga. Kepala keluarga bekerja keras untuk bertanggung jawab pada keluarganya. Gaya hidup
keluarga seperti ini merupakan karakteristik khas populasi perkotaan yang bertujuan untuk
bertahan hidup menuntut populasi urban untuk bekerja keras (McEwen, Nies & Mary, 2007).
Perilaku keluarga urban dapat meningkatkan faktor predisposisi masalah perilaku kesehatan
remaja yang cenderung berisiko. (3) media, jenis dan karakter media yang menonjolkan
gambaran gaya hidup sisi negative, dan (4) kelompok sebaya, pikiran dan perilaku yang
diterima dan berlaku di kelompok remaja. Kepribadian yang buruk dan didorong dengan
factor penyebab kenakalan serta tekanan yang menjrus pada perilaku menyimpang maka
berisiko meningkatnya kenakalan remaja (Martono dan Joewana, 2006).

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
43

Permasalahan terkait nyeri haid/diemnore yang dialami remaja di RW 03 berkaitan


dengan tugas perkembangan remaja dalam hal keterampilan mengambil keputusan.
Tugas perkebangan pada fase remaja terdiri dari menerima citra tubuh dan identitas
seksual; mengembangkan sistem nilai personal, keterampilan mengambil keputusan, dan
identitas seorang yang dewasa; memperoleh nilai hidup, citra diri yang realistis, falsafah
hidup, dan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya; serta membuat
persiapan untuk hidup mandiri (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004; Lubis & Pieter,
2010).

Dalam Santrock, (2003) menyatakan bahwa pengambilan keputusan memegang peranan


penting pada masa remaja jarena akan mempengaruhi kehidupan remaja tersebut.
Remaja sering memandang pengambilan keputusan disertai dengan kebingungan,
ketidakpastian dan berkelanjutan menjadi stress. Hal serupa dialami oleh An. A, salah
satu remaja berusia 16 tahun yang merupakan penduduk di wilayah RT 08 RW 03
Kelurahan Tugu, Cimangis, Depok. An. A memiliki ketidaktahuan dalam merespon nyeri
haid yang dirasakannya. Ketidaknyamanan akibat nyeri haid yang tidak teratasi akan
mempengaruhi aspek fisik dan psikis An. A. Secara fisik dapat menggaggu aktivitas
sehingga tidak dapat berkonsentrasi dalam kegiatan yang dijalankannya. Sedangkan
secara psikis akan mengakibatkan gangguan emosional yang tidak stabil akibat lonjakan
hormone pada saat haid.

An. A mengatakan mulai menstruasi pada usai 14 tahun dan memiliki lama menstruasi
selama 7 hari. Pola menstruasi An. A yaitu dengan pola 38 hari namun pola tersebut
masih tidak stabil. An. A mengatakan belum mengetahui apakah pola tersebut normal
atau tidak. Pada sebuah penelitian menjelaskan bahawa usia wanita merupakan salah satu
factor yang dapat mempengaruhi tingkat nyeri haid/dismenore seseorang. Usia wanita
yang dimana kejadian dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita. Rasa sakit yang
dirasakan dalam beberapa hari sebelum menstruasi dan saat menstruasi itu berlangsung
biasanya karena terjadi peningkatan sekresi hormon prostaglandin. Semakin tua umur
seseorang, semakin sering ia mengalami menstruasi dan semakin lebar leher rahim maka
sekresi hormon prostaglandin akan semakin berkurang dan sensasi nyeri yang dirasakan
akan berkurang ataupun menurun bahkan tidak merasakan nyeri sedikitpun. Usia
menarke yang lebih awal dapat menjadi factor risiko terjadi dismenore. Menarche terjadi

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
44

pada usia yang lebih awal dari normal, di mana alat reproduksi belum siap untuk
mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan
timbul rasa sakit ketika menstruasi dan skala nyeri yang dirasakan akan meningkat.

An. A sudah melakukan beberapa cara untuk mengurangi nyeri haid berupa kompres
hangat dan mengkonsumsi kunyit, yang merupakan saran dari Ibu He. Namun cara
tersebut tidak dapat menghilangkan nyeri secara seratus persen, nyeri berkurang dan
dalam beberapa menit nyeri muncul kembali. Keyakinan dan nilai budaya seseorang
menjadi suatu aturan-aturan atau menjadi sebuah prinsip yang diterapkan oleh sebuah
keluarga. Prinsip tersebut dapat mempengaruhi cara individu dalam merespon sehat sakit
yang dirasakannya, dalam hal ini yaitu merespon nyeri haid. Latar belakang budaya,
etnik dan agama sering mencerminkan keyakinan pada setiap individu. Upaya yang
dilakukan An. A dalam mengurangi nyeri haid seperti mengkonsumsi kunyit asam
menjadi suatu keyakinan yang mendasar dan menjadi suatu standar untuk tindakan
selanjutnya. Keluarga Bapak P khususnya An. A mempunyai larangan khusus pada saat
haid seperti memotong kuku yang dimana menurut An. A jika memotong kuku pada saat
haid segera dikumpulkan dan di tanam.

Ketika nyeri haid muncul dan berpusat pada bagian bawah perut serta pinggang, An. A
hanya beristirahat dan dalam kondisi yang lemas. Saat beristirahat An. A merasa bahwa
nyeri yang dirasakannya semakin hebat dan semakin meningkatkan skala nyeri. pada
prinsipnya kondisi tubuh dalam keadaan istirahat dapat memunculkan hormone adrenalin
yang berfungsi untuk menurunkan produksi dari hormone prostaglandin sehingga akan
menurunkan persepsi nyeri seseorang. Kondisi yang dirasakan An. A sebaliknya, jika
melakukan istirahat maka nyeri menjadi semakin meningkat dan menjadi. Hal ini
disebabkan karena factor aktivitas dari An. A yang berlebihan sehingga hormone
adrenalin tidak dapat berfungsi dengan baik dan progesterone yang diproduksi terus
bertambah sehingga tidak terjadi penurunan persepsi nyeri pada An. A. Menurut An. A
akan merasa lebih aman jika pada saat dismenore saat Ibu He berada disampingnya.
Remaja wanita cenderung lebih dekat dan terbuka dengan orangtua yaitu Ibu. Dukungan
keluarga dan social sangat berpengaruh dalam peningkatan status kesehatan seseorang,
sama hal nya dengan An. A. Ketika mendapat perhatian dan dukungan dari Ibu He, An.
A menjadi merasa tidak sendiri dalam upaya penurunan rasa nyeri akibat
dismenore/nyeri haid.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
45

Dampak yang dirasakan An. A saat nyeri haid muncul yaitu menjadi tidak focus
belajar/bersekolah, emosi yang tidak stabil, dan menggaggu kegiatan/aktivitas lain
karena kondisi tubuh yang lemas. Menurut Kumbhar, Suresh.K. et all. (2011)
menyebutkan bahwa dismenorea mengganggu kegiatan aktivitas keseharian dan
akademis remaja. Remaja yang mengalami dismenorea di India menyebabkan
meningkatnya jumlah absen remaja untuk bersekolah ataupun berkuliah dengan
prevalensi 28-48 % dan menyebabkan penurunan kualitas hidup. Pendapat lain, menurut
Al- Jefout, Moamar., Abu-Fraijeh Seham. et all. (2014) dysmenorrhea berdampak pada
penurunan kualitas hidup terutama pada aktivitas akademis yang mengganggu kehadiran
ke tempat pendidikan dan berpengaruh terhadap aktivitas harian dan kegiatan sosial
remaja.

Menurut Novia dan Puspitasari (2008) salah satu factor predisposisi terjadinya dismenore
pada remaja yaitu usia wanita. Kejadian dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita.
Rasa nyeri yang dirasakan beberapa hari sebelum dan sesaat setelah menstruasi
berlangsug merupakan peranan dari hormone prostaglandin yang secara fisiologis akan
terjadi peningkatan produksi hormone. Semakin tua umur seseorang, semakin sering
mengallami mesntruasi dan semakin terjadi pelebaran pada leher rahim maka hal tersebut
akan menurunkan sekresi hormone prostaglandin. Salah satu factor risiko terjadinya
disemnore yaitu usia menarke yang lebih awal. Menarche terjadi pada usia yang lebih
awal di mana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi
penyempitan pada leher rahim, maka akan menimbulkan rasa sakit ketika menstruasi.

Ditinjau dari segi pengalaman nyeri, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi
pengalaman nyeri seseorang diantaranya, usia, social dan kultural, kecemasan, keletihan,
pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga (Potter & Perry, 2006).
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk untuk mengatasi kecemasan pada
remaja dalam merespon masa pubertas yang telah dialami. Dukungan yang diberikan
berupa rasa empati, dukungan penghargaan melalui dorongan maju, dukungan
instrumental melalui pemberian materi dan dukungan informative melalui pemberian
saran-saran atau petunjuk (Stuart, 2006). Saat An. A mengalami dismenore Ibu H selalu
memberikan dukungan informative berupa saran-saran yang dapat dilakukan dalam

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
46

merespon dan mengatasi nyeri haid yang dirasakan. Dengan adanya dukungan ini dapat
membantu remaja dalam menerima penyesuaian diri terhadap perubahan yang dialami.
Dalam keperawatan masyarakat perkotaan memiliki cakupan ruang lingkup yang berupa
upaya promotif dan preventif. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam mengatasi
masalah dismenore pada remaja yaitu dengan melakkan teknik-teknik penanganan nyeri
secara non-farmakologis yaitu teknik effleurage/massage. Teknik ini bertujuan untuk
mengatasi nyeri dan menekan nyeri agar tidak berkepanjangan serta berdampak pada
masalah kesehatan yang cukup serius. Keluarga memiliki kontribusi yang besar dalam
mengatasi masalah dismenore pada remaja sehingga dapat meningkatkan status
kenyamanan pada remaja yang mengalami dismenore.

4.3. Analisis Teknik Effeurage / massage dengan Konsep dan Penelitian terkait
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah (2012) menyatakan bahwa terjadi
perubahan tingkat/skala nyeri pada siswi SMA setelah diberikan teknik effleurage.
Menurut Nisofa (2012) bahwa pengaruh mekanis dari effleurage adalah membantu kerja
pembuluh darah balik (vena) dan menyebabkan timbulnya panas tbuh sehingga
manipulasi effleurage dapat berfungsi sebagai pemanasan (warming up). Pengaruh
fisiologis yang diberikan melalui teknik effleurage menjelaskan bahwa gosokan yang
kuat dapat mempengaruhi sirkulasi darah pada jaringan yang paling dalam hingga
mencapai otot. Teknik massage ini merupakan teknik yang aman, tidak perlu banyak alat
dan biaya serta dapat dilakukan secara mandiri.

Dalam mengaplikaikan teknik effleurage/massage yang memfokuskan pada abdominal


effleurage kepada siswi yaitu sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang
sudah dijelaskan. Pijatan effleurage ini dilakukan selama 15 menit. Pada pelaksanaannya
melakukan massage effeurage dengan aromaterapi dan/atau minyak jahe merupakan hal
yang dianjurkan, karena kandungan dalam jahe dapat menghambat siklooksigenase dan
lipooxygenase jalur di prostaglandin yang mengarah ke pengurangan leukotriene dan
prostaglandin dan berdampak pada persepsi nyeri yang dirasakan. Sedangkan untuk
aromaterapi mengandung mentol dan metil salisilat memiliki efek antispasmodic
sehingga dapat menenangkan dan merelaksasikan otot rahim serta mengurangi rasa nyeri
akibat menstruasi. Minyak jahe dan aromaterapi dapat berperan sebagai analgesic yang
dimediasi sebagian melalui aktivitas reseptor kappa-opioid yang dapat membantu
transmisi sinyal pada blok nyeri. Penggunaan aromaterapi adalah terapi komplementer

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
47

yang banyak digunakan dan berguna untuk meringankan masalah kesehatan serta
meningkatkan kualitas hidup secara umum.

Masalah kesehatan utama pada keluarga Bapak P khususnya An. A yaitu terletak pada
perlakuan dalam merespon nyeri haid (dismenore primer). Perawat komunitas dan
keluarga menjadi pihak yang bertanggung jawab pada kasus ini. Mahasiswa yang
berperan sebagai perawat komunitas mengunggulkan intervensi penanganan nyeri haid
non farmakologis berupa teknik effleurage / massage dalam mengurangi skala nyeri haid
pada An. A.

Pelaksanaan intervensi ini di awali dengan mengkaji ulang tingkat nyeri yang dirasakan
berdasarkan indicator pain, quality, region, severe dan time (PQRST). Selain itu,
mahasiswa mengidentifikasi hal-hal yang sudah dilakukan keluarga dalam merespon
nyeri haid pada An. A. Selanjutnya mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan
sebelumnya dalam merespon nyeri dan dampak yang ditimbulkan akibat nyeri haid.
Kemudian mahasiswa melakukan mengkaji pengetahuan yang keluarga sudah miliki dan
terpapar terkait nyeri haid pada remaja. Setelah mendapatkan hasil dari pengkajian nyeri
tersebut, berikutnya mahasiswa memberikan edukasi kesehatan pada keluarga terkait
nyeri haid (dismenore) meliputi defisini, jenis, tanda dan gejala, factor risiko, penyebab
dan akibat nyeri hiad. Selain itu, mahasiswa dan keluarga berkomitmen untuk melakukan
atau menerapkan teknik effleurage massage sebagai penanganan nyeri non farmakologis.

Penerapan teknik efflurage didahului oleh pengertian, tujuan, manfaat dan masuk pada
langkah-langkah dalam melakukan effleurage. Pertama, mahasiswa menjelaskan
langkah-langkah pemberian teknik effleurage yaitu pemberian posisi yang nyaman.
Kedua, mahasiswa menganjurkan dalam penggunaan aromaterapi sebanyak 3 tetes dan
melakukan teknik effeurage yang berpusat pada daerah nyeri yaitu di bawah umbilicus
atau di atas simfisis pubis dengan pola melingkar searah jarum jam, konsisten, dan
berirama. Pelaksanaan teknik effleurage yaitu melalui ujung jarinya dan dengan
frekuensi tetap/konstan. Effleurage berfungsi sebagai teknik distraksi dan menurunkan
transmisi stimulus sensorik dari dinding perut dan membantu mengurangi batas
ketidaknyamanan lokal (Pillateri, 2013). Abdominal effleurage ini dilakukan selama 15
menit agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam penurunan tingkat nyeri. Salah satu
factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian massage yaitu durasi, lamanya

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
48

massage yang diberikan sekitar 5-15 menit untuk mendapatkan hasil yang optimal
(Prince, 1999).

Setelah melakukan teknik effleurage/massage pada bagian bawah perut An. A,


dinyatakan secara verbal bahwa terjadi penurunan skala nyeri yang dimana sebelum
dilakukan teknik effleurage nyeri berskala 5 kemudian An. A mulai dengan perubahan
posisi yang dianggap nyaman dan dilanjutkan dengan mengolesi bagian yang nyeri
dengan aromaterapi serta melakukan teknik effleurage dengan cara melingkar, kontran
dan berirama selama 3 menit sehingga skala nyeri menjadi 3 (berkurang) dan dilanjutkan
dengan tidur dan setelah An. A terbangun skala nyeri menajadi 0 (hilang). Hal ini
membuktikan bahwa adanya peranan dari teori gate kontrol dalam mengirimkan sinyal
keotak untuk menurunkan persepsi nyeri.

Teori gate control yang menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Teori ini berkaitan
dengan aktivitas serat seraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi
sel saraf di substania gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar menghambat
transmisi nyeri yang dikirimkan yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat saraf yang
berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka”. Gambaran lain
yang diberikan pada teori ini bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih
kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Hal
tersebut dapat terjadi ketika adanya sentuhan dan nyeri yang dirangsang secara
bersamaan, sensasi tersebut berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak
untuk melakukan pembatasan respon nyeri yang dirasakan dalam otak. Sehingga akan
mengurangi persepsi nyeri yang dirasakan dan berdampak pada pengurangan skala nyeri.

Implementasi yang diberikan pada An. A didukung oleh penelitian Pangastuti (2011)
pada 24 remaja wanita menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rerata
nyeri haid antara sebelum diberikan massage dengan sesudah diberikan massage.
Penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah (2011) terhadap 47 responden yang berasal dari
siswi SMA, membenarkan bahwa didapatkan hasil terdapat hampir setengahnya
mengalami penurunan 3 tingkat skala nyeri yaitu sebanyak 18 siswi (38,3%) dan
sebanyak 17 siswi (36,2%) yang mengalami penurunan 1 tingkat skala nyeri dan sebagian
kecil tidak mengalami penurunan yaitu sebanyak 12 siswi (25,5%). Penurunan dengan
teknik effleurage ini dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain usia. Hasil penelitian ini

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
49

menunjukkan bahwa hampir sebagian besar dari responden atau siswi yaitu berusia 15
tahun.

Peran dan tugas perkembangan keluarga dengan remaja yang sesuai dengan kasus ini
yaitu pada tugas pertama, memberikan kebebasan pada remaja untuk bertanggung jawab
dan mandiri terhadap diri sendiri. Mahasiswa mendiskusikan pada keluarga untuk
memberikan dukungan dan perhatian pada anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan karena keluarga merupakan support system terdekat bagi tiap anggota keluarga
tersebut. Keluarga dilibatkan dalam memberikan motivasi untuk An. A agar tetap
melakukan teknik effleurage saat mengalami nyeri haid baik dirumah maupun di sekolah.

4.4. Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat dilakukan


Setelah dilakukan inovasi intervensi berupa teknik effleurage/massage, terdapat
perubahan yang cukup signifikan antara sebelum dan sesuai pemberian teknik
effleurage/massage tersebut. Perubahan tersebut antara lain terjadi penurunan skala nyeri
secara bertahap saat An. A mengalami dismenore dan melakukuan teknik
effleurage/massage. Hambatan yang dirasakan selama memberikan intervensi
keperawatan keapada keluarga Bapak P yaitu ketepatan dalam proses pijatan yang
diberikan dan posisi tangan saat melakukan gerakan dalam pijatan effleurage yang tidak
mudah tersebut dapat mempengaruhi hasil dalam menurunkan skala nyeri. Oleh karena
itu, untuk lebih memaksimalkan hasil yang diarapkan, maka diperlukan alternative
pemecahan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dismenore pada remaja
yaitu antara lain teknik relaksasi (Relaxation Therapy) berupa tarik nafas dalam, music,
dan inhalasi lavender. Selain itu aktivitas fisik (Exercise) melalui senam dan yoga
dismenore serta kompres hangat/panas.

Menurut Marlinda, Rosalina dan Purwaningsing (2013) latihan-latihan olahraga yang


ringin dapat membantu mengurangi dismenore dan latihan fisik tersebut sangat
dianjurkan untuk dilakukan. Olahraga/senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang
berfungsi untuk mengurangi nyeri karena sesaat setelah melakukan senam maka otak dan
susunan saraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin yang berfungsi sebagai
penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman. Pelaksanaan senam dilakukan sebelum
menjelang haid dan efektif sebagai cara pencegahan nyeri haid/dismenore.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
50

Kompres panas adalah suatu tindakan untuk mengurangi rasa sakit dengan memberikan
energi panas melalui proses konduksi, dimana panas yang dihasilkan dapat menyebabkan
vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga dapat meningkatkan asupan oksigen,
pasokan nutrisi dan meningkatkan leukosit darah yang menuju ke jaringan tubuh.
Beberapa dampak positif akibat pemberian kompres hangat yaitu dapat mengurangi
peradangan, mengurangi kekakuan otot dan nyeri (Sriwahyuni & Yuswanto, 2014).
Dalam menstruasi atau nyeri selama menstruasi, kompres panas dapat meredakan
iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus sehingga dapat memperlancar pembuluh
darah dan dapat mengurangi nyeri akibat otot uterus yang semakin relaksasi dan
meningkatkan perasaan nyaman dan meredakan vasokongesti pelvis (Bonde, Lintong &
Moningka, 2013).

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
BAB 5
PENUTUP

Bahasan ini merupakan bagian akhir dalam penulisan karya ilmiah ini yang menguraikan
tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan hasil intervensi selama tujuh minggu praktik
lapangan serta saran yang membangun untuk pihak pelayanan kesehatan, perkembambangan
bagi keilmuan keperawatan komunitas, serta penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan
Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang cukup serius yang diakibatkan oleh
meningkatnya populasi masyarakat urban dibandingkan rural. Perilaku dan gaya hidup
serta perubahan yang terjadi pada masyarakat perkotaan menjadi factor utama terjadinya
risiko-risiko perilaku kesehatan. Perubahan perkembangan bagi remaja dapat
berkontribusi besar dalam terjadinya perilaku kesehatan berisiko pada remaja, salah
satunya adalah dismenore pada remaja wanita. Perubahan fisik yang mencakup organ
seksual yaitu ketika remaja alat reproduksi akan mencapai kematangan seksual dan
melakukan fungsinya dengan baik.

Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Tugu, khususnya di RW 03, bertujuan


untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki
anak remaja wanita dengan masalah dismenore. Berdasarkan hasil pengkajian pada awal
praktik didapatkan data bahwa 71,4% remaja wanita mengalami dismenore (n = 11).

Asuhan keperawatan keluarga dengan melakkan pembinaan pada keluarga dengan


bertujuan untuk melaukan intervensi yang dapat dipraktikan oleh keluarga dengan
masalah gangguan raa nyaman terkait dismenore pada remaja wanita. Asuhan
keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga Bapak P,
khususnya An. A. Tanda-tandk ketidaknyamanan akan dimenore yang terdapat pada An.
A antara lain, mengatakan tidak nyaman dan terganggu saat dismenore, merasa tidak
senang dengan nyeri yang dirasakannya serta membuat konsentrasi dan aktivitas remaja
tersebut terganggu. Dari data-data tersebut dapat ditegakkan diagnose keperawatan yaitu
gangguan rasa nyaman : dimensi fisik terkait dismenore pada An. A.

51
Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
52

Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan


menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan terkait dismenore
pada remaja wanita yaitu dengan teknik effleurage/massage saat terjadi dismenore atau
saat nyeri haid yang dirasakan muncul. Pemilihan intervensi ini dilakukan agar remaja
dapat melakukannya secara mandiri dan mampu membuat keputusan dalam
menyelesaikan masalah perubahan fisik yang dialaminya terkait dismenore. Keluarga
diharapkan dapat memotivasi anak dan menyadari bahwa teknik effleurage/massage ini
sebagai salah satu upaya dalam menyelesaikan masalah kesehatan pada remaja dengan
dismenore.

Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada keluarga Bapak P selama lebih
kurang 7 minggu. Evaluasi diilakukan melalui pengukuran skala nyeri sebelum dan
sesudah melakukan teknik effleurage/massage saat terjadinya dismenore pada An. A.
terjadi penurunan skala nyeri secara bertahap yaitu dengan skala 5 sebelum melakukan
tekik effleurage/massage, dan menjadi skala 3 setelah dilakukannya teknik
effleurage/massage selama 3 menit. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan tidur,
skala nyeri menjadi hilang. Tingkat kemandrian keluarga Bapak P saat ini berada pada
tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak P melaporkan bahwa telah melakukan upaya
dalam mengatasi dismenore pada anak.

5.2 Saran
5.2.1. Pelayanan Kesehatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pelayanan kesehatan dalam hal
ini adalah puskesmas dan perawat komunitas yang berperan dalam pemberian
promosi kesehatan untuk mengadakan training khusus atau pelatihan konselor
sebaya terkait cara-cara penanganan nyeri haid non farmakologis khususnya dalam
teknik effleurage/massage bagi remaja putri. Dengan pelatihan ini menerapkan
prinsip-prinsip khusus dalam teknik effleurage yaitu dengan gerakan melingkar,
konstan dan berirama serta dilakukan selama 5-15 menit agar dapat menghasilkan
penurunan tingkat skala nyeri yang signifikan bagi remaja yang mengalami nyeri
haid. Kerjasama dalam pelatihan ini dapat meningkatkan tugas perkemangan remaja
yaitu memberikan kebebasan remaja untuk bertanggung jawab dan mandiri terhadap
dirinya sendiri. Dalam upaya promosi kesehatan peran perawat komunitas yang
didukung dengan masyarakat, terutama kader diharapkan dapat meningkatkan dalam

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
53

pemberian penyuluhan kesehatan terkait permasalahan yang sering dikeluhkan oleh


remaja wanita. Kader diharapkan dapat menjalin trust pada remaja melalui media
social yang kini sedang erat kaitannya dengan remaja, yang bertujuan agar terjalin
komunikasi yang terbuka antara kader dan remaja. Keluarga perlu meningkatkan
pengetahuan tentang perubahan fisik yang terjadi pada remaja wanita melalui
bertanya atauberkonsultasi pada petugas keseharran dan memanfaatkan sarana
media cetak serta elektronik sebagai media informasi dan edukasi. Keluarga
diharapkan dapat terus meningkatkan dukungan pada remaja wanita dengan
memotivasi untuk melakukan teknik effleurage/massage saat terjadi dismenore.
Keluarga juga diharapkan dapat meningkatkan kemandirian remaja untuk mengatasi
masalah dismenorenya secara mandiri dengan teknik effleurage/massage.
5.2.2. Perkembangan Keilmuan Keperawatan Komunitas
Karya ilmiah ini dapat menjadi dasar dalam mengembangan ilmu keperawatan
komunitas untuk memberikan penjelasan khusus terkait metode untk meningkatkan
kenyamanan pada anak usia remaja dalam menghadapi proses tumbuh kembang
remaja. Adanya karya ilmiah ini dapat memberikan metode-metode baru yang dapat
diterapkan dalam kurikulum pembelajaran remaja disekolah. Dengan menampilkan
perawatan-perawatan khusus selama dismenore pada remaja dan yang dapat
dilakukan remaja secara mandiri.
5.2.3. Penelitian
Intervensi yang diberikan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
upaya memenuhi tugas kesehatan keluarga dalam hal pemberian perawatan
kesehatan. Teknik effleurage/massage ini merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kenyamanan dan menurunkan skala nyeri pada remaja yang
mengalami dismenore. Perlu dilakukannya penelitian terkait hubungan teknik
effleurage/massage dengan usia menarche remaja yang mengalami dismenore.
Selain itu, cara penanganan nyeri non farmakologis lainnya dapat dilakukan dan
dijadikan penelitian selanjutnya antara lain teknik relaksasi, kompres hangat, dan
latihan fisik dengan kelompok remaja yang berbeda.

Universitas Indonesia
Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Rector, C., & Warner (2010). Community Health Nursing : Promoting &

Protecting The Public’s Health. Seventh edition. Philadelphia : Lippincott Willian &
Wilkins.

Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Aslani, M. (2003). Teknik Pijat untuk Pemula. Jakarta: Erlangga

Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S. (2005). Family health Nursing: The Process. Philiphines:
UP College on Nursing Diliman

Batubara, J. RL. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri,


12 (1), 9-21.

Bobak, L. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Boonde, F.., Lintong, F., Moningka., M. (2013). Pengaruh Kompres Panas Terhadap
Penurunan Derajat Nyeri Haid Pada Siswi SMA dan SMK Yadika Kopandakan II.
Sumatara Utara : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Boyce, Roche and Daves, (2009). Adolescent Health: Policy, Science, and Human
Rights. Montreal Kingston : London

BKKBN. (2010). Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 Tahun). Di unduh


pada www.bkkbn.go.id

Calis. 2011. Dysmenorrhea. Tersedia di http:// emedicine.medscape.com. diunduh pada


Tanggal 18 Juni 2016
Celik, Husnu, et al. 2009. Severity of Pain and Circadian Changes in Uterine Artery Blood
Flow in Primary Dysmenorrhea. Archives of Ginecology & Obstectrics, 280, 589 –
592
Diclemente, Santelli and Crosby, (2009). Adolescent Health. Jossey-Bass Book : San
Fransisco
Djakaria, N.S. Zees, R.F. Paramata, N. R. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi
Massage Terhadap Penurunan Nyeri Haid ada Siswi di Madrasah Aliyah
Cokroaminoto Kecamatan Teglega Jaya. Universitas Negeri Gorontalo :
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan
Fauziyah, I. Z (2011). Efektivitas Teknik Effleurage dan Kompres Hangat Terhadap

54
Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


55

Penurunan Tingkat Dismenore Pada Siswi SMA N 1 Gresik. Universitas Gresik


: Fakultas Kesehatan
Friedman, M. M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta : EGC
Gagua, T., Tkeshelashvili, B., Gagua, D., & Mchedlishvili, N. (2013). Assessment of anxiety
and depression in adolescents with primary dysmenorrhea: A case-control study.
Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology.
Gunarsa, S. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Harel, Z.(2002). A Contemporary Approach to Dysmenorrhea in Adolescent Girl.

Pediatri Drugs, 4(12), 797 – 805.

Harel Z. (2008). Dysmenorrhea in adolescents. Ann N Y AcadSci. 113(5):185-95.

Hernilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan :


Pustaka As-Salam
Herz R. (2009). “Aromatherapy facts and fictions: a scientific analysis of olfactory effects on
mood, physiology and behavior,” International Journal of Neuroscience 119(2): 263
9.
Hidayaningsih, P.S. Tjandarini, D.H. Rofingatul, M. Supanni. (2011). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Remaja Berisiko di Kota Makkasar Tahun 2009.

Buletin Penelit Kesehatan, 39 (2), 88-98.

Kowalak, J. P. (2010). Buku Saku Tanda dan Gejala:Pemeriksaan Fisik & Anamnesis,
Penyebab, Tip Klinis,Ed.2. Jakarta: EGC
Kumbhar, Suresh.K. et all. (2011). Prevalence of dysmenorrhea among adolescent girl (14-19
yrs) of Kadapa district and its impact on quality of life : a cross sectional study.
Department of Community Medicine,RIMS Medical College, Kadapa, Andhra
Pradesh, 2(2), 265-268.
Lestari, N. M. (2013). Pengaruh Dismenore Pada Remaja. Seminar NAsional FMIPA
UNDIKSHA III Tahun 2013.
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download/2725/2305 Di
unduh pada 19 Juni 2016
Linsley, P. Kane, R., & Owe, S. (2011). Nursing For Public Health, Promotion,
Principles, and Practice. New York : Oxford University Press.
Lundy, K. S & Janes, S. (2010). Community Health Nursing : Caring Fo The Public’s Health
– 2end ed. Uniited States of America : Courier Kendallville

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


56

Manuaba, I. B. G. (2005). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta. EGC
Marlina, E. (2012). Pengaruh Minum Kunyit Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore Primer
Pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam (Skripsi).
Sumatera Barat : Universitas Andalas
Marlina, R., Rosalina., Purwaningsih, P. (2013). Pengaruh Senam Dismenore Terhadap
Penurunan Dismenore Pada Remaja PUtri Di Desa Sidoharjo Kecamatan Pati.
Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(2), 118-123.
Martono, L., & Joewana, S. (2006). Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba
Berbasis Masyarakat. Jakarta: Balai Pustaka
Maulana H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC Monsdragon.
(2004). Pregnancy Information (Effleurage dan massage).
http://www.monsdragon.org/pregnancy effleurage.html. di unduh pada tanggal
20 Juni 2016
Nies, M. A., and Melanie M. (2007). Community/public health nursing: promoting the
health of populations. St. Louis, MO: Elsevier Saunders
Nur Azurah, A. G., Sanci, L., Moore, E., & Grover, S. (2013). The quality of life of
adolescents with menstrual problems. Journal of Pediatric and Adolescent
Gynecology, 26(2), 102-108
Ozgoli G. Goli,M, Moattar, F. Comparison of effects of ginger, mefenamic acid,
and ibuprofen on pain in women with primary dysmenorrhea. J Alternative
and Complementary Med 2009; 15(2):129-132.
Pangastusi, A. K. (2011). Pengaruh Massage Terhadap Nyeri Haid pada Remaja di Pndok
Pesantren Putri Al-Munnawir Komplek Nurussalam Krapya Yogyakarta (Skripsi).

Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyyah (Naskah Publikasi)


Pilliteri Adele. (2013). Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing
Family. Fourth Edition . Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Potter, P. A. dan Perry, A., G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta:
Salemba Medika.
Priatna, H & Desiman, T. (2007). Perbedaan Pengaruh Penambah Teknik Effleurage Pada
Intervensi Short Wafe Dhiatermy – Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation Dan
Latihan Stabilisasi Terhadap Pengurangan Nyeri Pinggang Bawah Akibat Akut
Sprung Back. Jurnal Fisioterapi Indonusa, 7 (1).
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi, edisi 6. Jakarta: EGC
Proverawati, A. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
57

Putri, R. R. (2012). Efektivitas Metode Peer Education Daam Meningkatkan Pengetahuan


Tentang Dismenore Pada Siswi Kelas X SMK N 1 Bantul Yogyakarta Tahun 2012.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Rizk, S.A. (2013). Effect of Aromatherapy Abdominal Massage Using Peppermint Versus
GIger oils on Primary Dysmenorrhea among Adolescent Girls. Journal of
American Science 9(11) 597-605.
Sarwono, S. W. (2006). Pendidikan Seksual Pada Remaja. Di unduh dari
www.bkkbn.go.id Shanty, I. N., Sutahmo,., Sumarto, S. (2013). Faktor Penyebab
Kenakalan Remaja Pada
Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum Di Kudus. Semarang : Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang
Sianipar O, Bunawan NC, Almazini P, Calista N, Wulandari P, Rovenska N, Djuanda RE,
Irene, Seno A, Suarthana E.(2009). Prevalensi gangguan menstruasi dan faktor-
faktor yang berhubungan pada siswi SMU di Kecamatan Pulo Gadung Jakarta
Timur. Majalah kedokteran Indonesia. Juli; 59(7).
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC
Sriwahyuni, N., YUswanto, T. (2014) The Effectiveness of Hot Compress toward Pain
Reduction Due To Phlebitis Caused By Intravenous Line Set Up In Malang and
Ponorogo, East Java-Indonesia. Journal Nursing and Health Science, 3 (4), 28-31.
Stanhope & Lancaster (2004).Community Helath Nursing Promoting Health of
Aggregates, Families, and Individuals. St. Louis: Mosby
Stuart. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Suhartatik. 2003. Hubungan Gejala Saat Menstruasi Dengan Produktivitas Kerja Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. UGM. Yogyakarta. Skripsi
tidak dipublikasikan
Taber, B. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Tate S. (1997). Peppermint oil: a treatment for postoperative nausea. Journal
Adv Nurs. 26(3):543–549.
Wong, D. L [et.al]. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus
Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara
Yudha….[et al.]. Edisi 6. Jakarta : EGC

World Health Organization (WHO). (2015). Adolescent nutrition: a review of the situation
in selected South-East Asian Country. Diperoleh dari
www.searo.who.int/entity/child_adolescent/documents/sea_nut_163/en

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


58

Evolution of medical treatment for endometriosis: back to the roots?. Human


Reproduction Update-Oxford Journals. 13 (5): 487-99.

Universitas Indonesia

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

Pengkajian

1. Data Umum
a. Nama Keluarga (KK) : Bpk. P
b. Alamat dan No. Telp : RT 08 RW 03 Kel. Tugu Kec. Cimanggis
c. Pendidikan KK : D3
d. Komposisi Keluarga :
No Nama Gender Hubungan TTL/Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK
1. Bpk. P Laki-laki Suami/KK Madiun, D3 Karyawan
18-08-1969
(47 tahun)
2. Ny. H Perempuan Istri Lumajang, SMA IRT
8-08-1967
(49 tahun)
3. Remaja A Perempuan Anak Jakarta, SMA Pelajar
2 – 12 – 1999
(17 tahun)

Remaja A

e. Tipe Keluarga : Keluarga Inti


f. Suku

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

Ayah dari remaja A berasal dari ngawi, madiun jawa timur. Sedangkan Ibu,
berasal dari lumajang, jawa tengah. Secara tidak langsung, keluarga remaja A
bersuku jawa. Bahasa dominan yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia. Menurut keluarga, tidak ada aturan atau adat yang khusus terkait
pola makan, berprilaku, cara berpakaian, maupun perepsi terhadap keseatan
yang diajalani oleh keluarga. Terkait nyeri haid (dismenore), keluarga
memiliki kepercayaan khusus dimana pada saat haid, kuku yang telah
terpotong diharuskan untuk dikumpulkan/ditanam.
g. Agama
Seluruh anggota keluarga beragama Islam. Ibu dan remaja A sering mengikuti
kegiatan keagamaan berupa pengajian maupun majelis yang diadakan di
lingkungan rumah.
h. Status Sosial dan Ekonomi Keluarga
Keluarga Bapak P dengan remaja A ini merupakan keluarga yang sederhana
dengan kondisi ekonomi menengah cukup. Bapak P bekerja sebagai karyawan
swasta yang bekerja mulai pkl. 08.00-17.00 WIB. Sedangkan, Ibu He adalah
ibu rumah tangga dan juga menjadi kader di lingkungan setempat. Bapak P
dan Ibu He hanya memiliki satu anak yaitu remaja A yang kini sedang
menempuh pendidikan SMA kelas 1. Penghasilan Bapak P sebagai karyawan
swasta sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. BAPAK P
dan Ibu He juga mampu memenuhi kebutuhan anak nya yaitu remaja A yang
kini beranjak remaja yang memiliki berbagai macam keinginan seperti gadget,
boneka, tas, baju dll.
i. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bapak P cukup sering menghabiskan waktu dirumah. Remaja A
mengaku bahwa terkadang saat libur/weekend pernah berkunjung/menginap
dirumah nenek. Remaja A juga menghabiskan waktu kosongnya dengan
berkegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah yaitu dengan taekwondo 2-
3x/minggu. Selain itu, remaja A juga cukup sering menghabiskan waktu
dengan teman sebayanya yaitu jalan-jalan, makan bareng dll.

2. Riwayat dan Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

Tahap perkembangan keluarga Bapak P saat ini adalah tahapan keluarga


dengan anak remaja (12-20 tahun). Menurut Ibu He, anaknya sedang berada
di dalam masa-masa yang emosional atau perubahan emosi mendadak,
terkadang egois, menjalin hubungan dengan banyak orang, memiliki rasa jatuh
cinta yang ditunjukkan dengan remaja A sudah memiliki pacar/teman dekat
lawan jenis, namun konflik besar terkait kemandirian dan batasan
menggantungkan diri ke orang tua hal ini dibuktikan dengan keterbukaan
antara remaja A dengan Ibu He dalam hal apapun baik hal pribadi maupun non
pribadi (teman/sekolah). Remaja A juga menyatakan bahwa dirinya lebih
dekat dengan mama (Ibu He). Terkait kesehatan reproduksi, remaja A
membersihkan daerah kewanitaan dengan menggunakan sabun mandi. Remaja
A juga mengaku bahwa saat haid, Ibu sering menyarankan untuk
menggunakan kunyit asam dan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri
haid.
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Saat dilakukan pengkajian, Ibu Hedan Remaja A mengatakan bahwa masih
belum mengetahui terkait hal-hal yang harus diperhatikan saat nyeri haid
muncul. Ibu He juga belum paham apakah pada saat nyeri haid muncul remaja
A masih diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan taekwondo. Menurut Ibu He
dan remaja A, berharap agar kebutuhan terkait kesehatan reproduksi dapat
terpenuhi terutama pada saat nyeri haid muncul.
c. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Riwayat keluarga dari remaja A tidak ada yang memiliki penyakit serius.
Bapak P sempat addict dalam merokok namun kini sudah berhenti. Sedangkan
Ibu He dalam kondisi sehat. Sesekali keluarga Bapak P mengalami ispa ringan
dan setelah berobat kembali menjadi sehat.

3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah keluarga Bapak P tinggal dirumah kontrakan dengan luas ruma yang
cukup ± 60 m2. Rumah tersebut terdiri dari 3 ruangan besar. 1 ruangan yang
merupakan ruang tamu dan ruang tv, 1 ruangan untuk kamar, 1 ruangan untuk
dapur dan kamar mandi. Keadaan rumah cukup terang, dilengkapi dengan 2
jendela di depan dan 2 ventilasi kecil yang ada di kamar / dapur. Walaupun

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

demikian sinar matahari yang menyinari rumah tersebut hanya sedikit, karena
terhalangi oleh dinding rumah lainnya/tetangga depan rumah. Berikut dena
rumah Bapak P dengan Remaja A ;
Keterangan ;
3a 3b 1  Ruang tamu dan rang TV
2  Kamar tidur
3a  Kamar mandi
3b  Dapur
2

 Pintu
1  Jendela
 Ventilasi kecil

Setiap harinya Ibu He selalu merapikan dan membersihkan rumah. Kondisi


rumah selalu bersih dan nyaman terlihat dari beberapa perabot rumah tangga
tersusun rapi sesuai tempatnya. Lantai rumah juga bersih dan tidak berdebu.
Walaupun status rumah tersebut adalah rumah kontrakan namun
teras/halamandepan rumah selalu bersih dan Ibu He cukup rajin dalam
membersihkan rumah.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Karakteristik masyarakat mayoritas ekonomi menengah (cukup) di RT 08,
sedangkan di RT 01,02,03,04 menengah ke atas dan untuk RT 09, 10, 11
menengah ke bawah. Untuk RT 08, mayoritas banyak penduduk remaja
perempuan dan perempuan dewasa. Masyarakat sekitar kebanyakan berasal
dari suku Jawa dan Betawi. Kondisi lingkungan komunitas tergolong cukup
bersih dengan kondisi perumahan yang padat. Banyak rumah yang dibangun
digang-gang kecil. Terdapat banyak rumah kontrakan dan warung di halaman
rumah. Mayoritas para penduduk laki-laki bekerja dan penduduk perempuan
di rumah menjadi ibu rumah tangga atau membuka usaha warung.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga tersebut sudah tinggal di wilayah RW 03 yaitu ± x tahun. Rumah ini
merupakan rumah yang ditempati keluarga Bapak P dan Ibu He sejak pertama
bertransmigrasi ke Depok, Jawa Barat. Jarak menuju sarana transportasi
rumah tersebut cukup jauh, keluarga biasa mengakses angkutan umum untuk

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

berpergian dan harus berjalan kaki untuk menuju angkutan umum. Bapak P
mempunyai satu buah motor yang digunakan untuk bekerja.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Ibu He tidak pernah membuat jadwal khusus untuk family time.
Keluarga mengatakan bahwa kegiatan bersama dilaksanakan dengan
mengobrol bersalam diruang tengah rumah pada malam hari, karena anggota
keluarga berkumpul lengkap saat malam hari. Keluarga khususnya Ibu He
merupakan kader di lingkungan RT 08 dan cukup aktif mengikuti kegiatan
masyarakat, seperti pengajian, arisan, dan lain sebagainya.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa mereka selalu berkomunikasi secara terbuka dan
tidak ada hal-hal yang ditutupi. Semua anggota keluarga saling menceritakan
masalah-masalah yang telah dihadapi. Remaja A mengatakan bahwa segala
yang telah terjadi selalu diceritakan kepada mama (Ibu He) seperti kegiatan
disekolah, kejadian di luar rumah, kondisi kesehatan dll. Dalam keluarga ini,
pengambilan keputusan berada di bawah kuasa kepala keluarga yaitu Bapak P.
Remaja A mengatakan bahwa setiap anggota keluarga selalu berkomunikasi
secara baik dan biasa keluarga berkumpul serta saling berbincang-bincang
pada malam hari ketika Bapak P pulang kerja.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Struktur kekuatan keluarga ini berada pada Bapak P sebagai kepala keluarga,
yaitu ketika mendapatkan permasalahan yang cukup besar maka akan
diputuskan oleh kepala keluarga setelah adanya musyawarah dengan anggota
keluarga lainnya. Ibu He juga mempunyai peran dalam mengambil keputusan
keluarga sbagai contoh yaitu terkait waktu bermain remaja A dengan teman-
temannya dan aktivitas remaja A lainnya. Keputusan-keputusan kecil biasanya
diselesaikan sendiri oleh Ibu He, namun jika terlalu pelik maka akan
didiskusikan dengan Bapak P dan diputuskan secara bersama.
c. Struktur Peran
Secara sktruktur peran dalam keluarga Bapak P, setiap anggota keluarga telah
menjalankan perannya dengan baik. Bapak P sebagai kepala keluarga
berkolaborasi dengan Ibu He terkait biaya-biaya untuk memenuhi kebutuhan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

sehari-hari. Ibu He sebagai Ibu rumah tangga juga telah melakukan tugas
merawat keluarga dengan cukup baik. Ibu He mempunyai tanggung jawab
dalam mengurusi segala kebutuhan rumah tangga. Disamping itu, Ibu He
berperan sebagai kader dilingkungan setempat, namun Ibu He masih dapat
membagi waktu antara mengurus rumah tangga dan kegiatan kader sehingga
kedua peran yang diperoleh oleh Ibu He dapat berjalan beriringan dan tidak
menggaggu peran yang lainnya.
d. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga Bapak P disesuaikan dengan nilai
agama yang dianut dan norma yang berlaku dilingkungannya, namun tidak ada
pengaruh yang signifikan dari budaya atau agama yang berfek sangat
menonjol. Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada
keluarga yang sakit hanya dirawat di rumah dan diberi obat warung atau
mengguanakan tradisional seperti jamu tanpa di bawa ke pelayanan kesehatan.
Namun, ketika sakitnya berkepanjangan maka akan dibawa ke peayanan
kesehatan

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif dalam keluarga ini berjalan dengan dinamis. Masing-masing
anggota keluarga memberikan dukungan dan saling menghargai,
menghormati, dan salin menyayangi satu sama lainnya dengan caranya
masing-masing. Anggota keluarga selalu terbuka dalam mengungkapkan
perasaannya masing-masing. Setiap anggota keluarga memiliki hubungan
yang dekat satu sama yang lain. Keluarga Bapak P selalu mempunyai rasa
toleransi yang tinggi apabila salah satu keinginan anggota keluarga ada yang
tidak terpenuhi, terlebih bawah remaja A merupakan anak satu-satunya
(tunggal).
b. Fungsi Reproduksi
Keluarga Bapak P dan Ibu He hanya memiliki 1 anak yaitu remaja A. usia
Bapak P dan Ibu He terlampau sudah memasuki tahap dewasa akhir yaitu usia
Bapak P 47 tahun dan Ibu He 49 yang tidak memungkinkan untuk Ibu He
mengandung kembali. Saat ini Ibu He menggunakan program KB suntik.
c. Fungsi Sosialisasi

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

Fungsi sosialisasi keluarga Bapak P berjalan dengan baik. Tn X terlihat jarang


berkomunikasi dengan warga/tetangga karena aktifitas Bapak P yang cukup
padat yaitu pergi pagi dan pulang malam untuk bekerja, sehingga jika ada
waktu libur akan dimanfaatka Bapak P untuk istirahat dirumah dan berkumpul
dengan keluarga. Ibu He merupakan kader di lingkungan RT 08/RW 03
sehingga Ibu He banyak kenal dengan warga-warga di RT 08. Ibu He salah
satu kader yang aktif dalam mengikuti kegiatan apapun yang dilakukan di
lingkungan RT 08. Selain Ibu He, remaja A juga aktif bergaul di lingkungan
rumahnya. Jumlah remaja di lingkungan RT 8 cukup banyak dan didominasi
oleh remaja perempuan. Ibu He tidak melarang remaja A untuk bermain atau
berkumpul dengan teman sebayanya namun hal tersebut hanya boleh
dilakukan saat hari libur. Di sekolah, remaja A banyak memiliki teman baik
teman perepuan maupun laki-laki. Selain itu, remaja A juga mengikuti
ekstrakulikuler yaitu taekwondo yang memiliki jadwal latihan 2-3x dalam
seminggu dan tidak jarang remaja A ini mengikuti perlombaan taekwondo
yang diadakan di sekolah-sekolah.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Riwayat kesehatan remaja A yaitu masalah pada pencernaan. Remaja A
memiliki riwayat gastritis yang mudah terjadi bila telat makan. Namun hal
tersebut sudah dapat diantisipasi oleh remaja A yaitu dengan makan tepat
waktu dan mengatur pola istirahat. Selain itu,remaja A menyatakan bahwa
memiliki riwayat BAB berdarah. Hal itu terjadi hanya sekali ketika sedang
BAB seperti biasa kemudian ada darah yang keluar. Ibu H segera membawa
reamaja A untuk berobat ke klinik dan diberi obat yang diminum selama
kurang lebih 3 hari lalu hilang dan tidak ada lagi BAB berdarah.

Remaja A menyatakan bahwa mulai mengalami pubertas (menstruasi) pada


usia 14 tahun. Saat menstruasi remaja A mengeluhkan nyeri dibagian bawah
perut dan menjalar hingga pinggang dan kaki pada 1-2 hari pertama dan ber-
skala 5. Nyeri haid ini mengganggu remaja A saat beraktivitas dan membuat
tubuh menjadi lemas. Remaja A mengatakan bahwa ketika haid maka aan
timbul 1-2 jerawat di wajah.

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

Remaja A mengaku bahwa sempat menggunakan kompres hangat ketika nyeri


dan nyeri menjadi berkurang kemudian timbul kembali. Sesekali remaja A
sempat menggunakan kunyit asam yang dipercaya oleh remaja A dapat
mengurangi aroma tidak sedap saat haid. Remaja A hanya mengetahui
kompres hangat dan kunyit asam untuk mengurangi nyeri haid dan belum
mengetahui cara lainnya serta belum paham apakah ini normal atau tidak.

Remaja A membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun mandi. Saat


kecapean atau aktivitas berlebih remaja A mudah mengalami keputihan.
Terkait pelayanan kesehatan, remaja A jarang mengunjungi pelayanan
kesehatan. Saat sakit remaja A hanya menggunakan obat yang didapat di
apotek dan kemudian membaik dengan sendirinya.

6. Stresor dan Koping Keluarga


a. Stresor Jangka Pendek
Remaja A cukup terganggu dengan nyeri haid yang dialaminya, terlebih jika
nyeri haid muncul saat dirinya akan melakukan latihan taekwondo.
b. Stresor Jangka Panjang
Tidak ada stressor jangka panjang yang dirasakan oleh remaja A
c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Jika remaja A memiliki masalah akan segera diceritakan kepada Ibu He dan
meminta pendapat atau saran Ibu He terhadap masalah yang dihadapinya.
d. Strategi Koping yang Digunakan
Menonton tv dan mendengarkan lagu
e. Strategi Adaptasi Disfungsional
Diam

7. Harapan
Keluarga berharap mendapat pengetahuan mengenai cara perawatan nyeri haid
dan perawatan kesehatan/kebersihan organ reproduksi.

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

8. Hasil Pemeriksaan Fisik


No. Pemeriksaan Remaja A Ibu H Bapak P
Fisik
1. Tekanan Darah 100/60 mmHg 110/70 mmHg 120/70 mmHg
(mmHg)
2. Berat Badan (kg) 48 kg 61 kg 65 kg
3. Tinggi Badan 155 cm 162 cm 167 cm
(cm)
4. IMT / z score 20 (normal) 23,38 (normal) 23,30 (normal)
5. Keadaan Umum Compos mentis Compos mentis Compos mentis
6. Kesadaran Tidak berminyak, bersih, Tidak berminyak, Tidak berminyak,
tidak ada kutu atau tidak bersih, tidak ada bersih, tidak ada kutu
ada kotoran, rambut warna kutu atau tidak ada atau tidak ada
hitam dan sedikit putih kotoran, rambut kotoran, rambut
(uban) berwarna hitam dan berwarna hitam dan
sedikit putih (uban) sedikit putih (uban)
7. Rambut Konjungtiva tidak anemis, Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
sklera tidak ikterik, reflek anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak
cahaya +/+, pupil isokor ikterik, reflek ikterik, reflek cahaya
cahaya +/+, pupil +/+, pupil isokor
isokor
8. Mata Bersih, tidak ada sekret Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
atau tidak ada sumbatan sekret atau tidak sekret atau tidak ada
ada sumbatan sumbatan
9. Hidung Bersih Bersih Bersih
10. Telinga Bersih, tidak ada halitosis, Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
tidak ada perdarahan gusi, halitosis, tidak ada halitosis, tidak ada
tidak ada lesi pada perdarahan gusi, perdarahan gusi, tidak
membran mukosa, tidak ada lesi pada ada lesi pada
membran mukosa lembab, membran mukosa, membran mukosa,
tidak ada sianosis membran mukosa membran mukosa
lembab, tidak ada lembab, tidak ada
sianosis sianosis
11. Mulut dan Gigi Bersih, tidak ada sekret Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
atau tidak ada sumbatan sekret atau tidak sekret atau tidak ada
ada sumbatan sumbatan
12. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada Tidak ada
kelenjar getah bening, pembesaran pembesaran kelenjar
tidak ada pembesaran JVP kelenjar getah getah bening, tidak
bening, tidak ada ada pembesaran JVP
pembesaran JVP
13. Dada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu penggunaan otot penggunaan otot
napas bantu napas bantu napas
14. Paru Vesikuler +/+, Wheezing Vesikuler +/+, Vesikuler +/+,
(-), Crackles (-) Wheezing (-), Wheezing (-),
Crackles (-) Crackles (-)
15. Jantung S1 (+), S2 (+), Murmur (- S1 (+), S2 (+), S1 (+), S2 (+),
), Gallop (-) Murmur (-), Gallop Murmur (-), Gallop (-

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 1

No. Pemeriksaan Remaja A Ibu H Bapak P


Fisik
(-) )
16. Abdomen Datar, tidak teraba massa, Datar, tidak teraba Datar, tidak teraba
bising usus 9 kali/ menit, massa, bising usus massa, bising usus 9
tidak ada nyeri tekan 9 kali/ menit, tidak kali/ menit, tidak ada
ada nyeri tekan nyeri tekan
17. Muskuloskeletal Tonus otot teraba, postur Tonus otot teraba, Tonus otot teraba,
tubuh tegap, deformitas (- postur tubuh tegap, postur tubuh tegap,
), kekuatan otot: deformitas (-), deformitas (-),
5555
kekuatan otot: kekuatan otot:
5555
5555 5555 5555 5555
5555 5555
5555 5555 5555 5555

18. Integritas Kulit Tidak ada lesi, tidak ada Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, tidak
jaringan parut tidak ada jaringan ada jaringan parut
parut
19. Ekstrimitas CRT < 2 detik, tidak ada CRT 3 detik, pucat, CRT 3 detik, pucat,
edema, tidak ada sianosis, tidak ada edema, tidak ada edema,
tidak ada clubbing finger tidak ada sianosis, tidak ada sianosis,
tidak ada clubbing tidak ada clubbing
finger finger
20. Lain-lain - - -

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 2

Analisa Data dan Skoring Masalah

No. Analisa Data Masalah Keperawatan


1. Data Subjektif : Gangguan Rasa Nyaman
 Remaja A mengatakan nyeri saat haid : Dismenore pada
 Remaja A mengeluh nyeri skala 5, namun saat Remaja A (00214)
posisi istirahat skala nyeri menjadi 7
 Remaja A mengatakan nyeri menjalar dari perut,
pinggang hingga kaki
 Remaja A menyatakan bahwa tidak mengetahui
nyeri ini normal atau tidak
 Remaja A mengatakan jika nyeri muncul hal
yang dilakukan hanya berbaring saja
 Remaja A mengatakan sempat menggunakan
kompres hangat, nyeri berkurang namun timbul
kembali

Data Objektif
 Remaja A berusia 16 tahun
2. Data Subjektif Perilaku Kesehatan
 Remaja A mengatakan jika membersihkan Cenderung Berisiko
daerah kewanitaan hanya menggunakan sabun (00188)
mandi
 Remaja A mengatakan mudah timbul jerawat
saat mendapatkan stressor
 Remaja A mengatakan masih sering keputihan
namun tidak berbau
 Remaja A mengatakan jarang ke pelayanan
kesehatan

Data Objektif :
 Terdapat beberapa jerawat baru maupun bekas
jerawat di wajah Remaja A

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 2

Gangguan Rasa Nyaman : Perilaku Kesehatan


Dismenore cenderung Berisiko
Sifat Masalah 3/3 x 1 = 1 3/3 x 1 = 1
Aktual (3)
Risiko (2)
Potensial (1)
Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 ½ x 2= 1
diubah
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Potensial masalah 2/3 x 1 = 2/3 2/3 x 1 = 2/3
untuk dicegah
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 2/2 x 1 = 1
Segera (2)
Tidak perlu (1)
Tidak dirasakan (0)
Total 4 2/3 3 2/3

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Rencana Asuhan Keperawatan

(Dengan menggunakan NANDA 2015-2017 dan NIC-NOC 2013)

Data Diagnosa NOC NIC


Data Subjektif Domain 12 : Kenyamanan 1. Keluarga Mampu Mengenal Masalah Domain 3 : Perilaku
 Remaja A mengatakan Level 1 Kelas S : Edukasi Pasien
nyeri saat haid Kelas 1 : Kesehatan Fisik Domain IV : Pengetahuan dan Perilaku 5510. Pendidikan Kesehatan
 Remaja A mengeluh Kesehatan - Identifikasi faktor internal maupun eksternal
nyeri skala 5, namun saat Diagnosa : Gangguan Hasil yang menggambarkan sikap, yang dapat meningkatkan skala nyeri haid yang
posisi istirahat skala Rasa Nyaman (00214) pemahaman, dan perilaku yang dirasakan
nyeri menjadi 7 menghargai sehat maupun sakit. - Identifikasi pengetahuan mengenai kesehatan
dan gaya hidup remaja saat ini
 Remaja A mengatakan Definisi :
Merasa kurang senang, Level 2 - Bantu untuk menilai status kesehatan
nyeri menjalar dari perut,
lega dan sempurna dalam Kelas S : Pengetahuan Kesehatan - Identifikasi karakteristik dari remaja untuk
pinggang hingga kaki
menentukan strategi edukasi terkait nyeri haid
 Remaja A menyatakan dimensi fisik, Hasil yang menggambarkan pemahaman
psikospiritual, lingkungan keluarga dalam pemanfaatan informasi - Identifikasi sumber daya
bahwa tidak mengetahui
dan social untuk meningkatkan, mempertahankan, - Buat prioritas pembelajaran yang dibutuhkan
nyeri ini normal atau
dan perbaikan kesehatan. oleh remaja berdasarkan kesepakatan dengan
tidak
remaja, kemampuan perawat, sumber daya yang
 Remaja A mengatakan
Level 3 tersedia, dan pencapaian tujuan
jika nyeri muncul hal
yang dilakukan hanya Outcomes : Pengetahuan : Proses Penyakit - Rumuskan tujuan dari program edukasi terkait
(1803) nyeri haid/dismenore
berbaring saja
Indikator : - Ajarkan strategi untuk mencegah perilaku tidak
 Remaja A mengatakan
180302 Karakteristik penyakit (dismenore) sehat atau berisiko daripada memberi nasihat
sempat menggunakan
kompres hangat, nyeri 180303 Penyebab
berkurang namun timbul 180305 Dampak
kembali 180306 Tanda dan Gejala
180308 Strategi untuk mengurangi

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


perkembangan penyakit

Sebelum Intervensi : Level 1 (Pengetahuan


yang kurang)
Sesudah Intervensi : Level 3 (Pengetahuan
yang cukup)

2. Keluarga mampu membuat Domain 2 : Kesehatan Fisiologis


keputusan berpartisipasi dalam Kelas J : Neurokogitif
perawatan kesehatan
Level 1 5150. Pembuatan Keputusan
Domain IV : Pengetahuan dan Perilaku  Informasikan klien terkait solusi alternative
Kesehatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
Hasil yang menggambarkan sikap,  Bantu klien untuk mengidentifikasi keuntungan
pemahaman, dan perilaku yang dan kerugian setiap solusi alternative yang
menghargai sehat maupun sakit. diperoleh
 Fasilitasi dalam kolaborasi pembuatan
Level 2 keputusan
Kelas Q : Perilaku Kesehatan  Meningatkan komunikasi dengan klien terkait
Hasil yang menggambarkan perilaku keputusan
keluarga untuk mempromosikan atau
 Bantu klien menjelaskan terkait keputusan
memulihkan kesehatan.
dipilih kepada orang lain
Level 3  Bersedia dalam pemberian informasi yang
Outcomes : Otonomi Personal (1614) dibutuhkan klien
Indikator :  Sertakan inform consent ketika keputusan sudah
161401 Pembuatan Keputusan ditentukan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


161402 Melibatkan pandangan orang lain
dalam menentukan pilihan 
161404 Membat keputusan bebas tanda
tekanan
161411 Berpartisipasi/Ikut serta dalam
perawatan kesehatan

Sebelum Intervensi : Level 2 (jarang


melakukann)
Setelah Intervensi : Level 4 (Sering
melakukan)
3. Keluarga mampu merawat anggota Domain 1 : Fisiologis
keluarga Kelas E : Kenyamanan Fisik
Level 1 1400. Manajemen Nyeri
Domain IV : Pengetahuan dan Perilaku - Kaji tingkat ketidaknyamanan klien
Kesehatan - Kaji lokasi nyeri karakteristik durasi,
Hasil yang menggambarkan sikap, frekuensi, skala (flacc scale), intensitas dan
pemahaman, dan perilaku yang factor pencetus
menghargai sehat maupun sakit. - Observasi tanda nonverbal ketidaknyamanan
klien
Level 2 - Gunakan strategi komunikasi terapeutik kepada
Kelas Q : Perilaku Kesehatan
orangtua untuk mengkaji nyeri klien
Hasil yang menggambarkan perilaku
- Eksplore pengetahuan orangtua klien dan
keluarga untuk mempromosikan atau
memulihkan kesehatan. kepercayaan mengenai nyeri haid yang
dirasakan
Level 3 - Berikan informasi mengenai nyeri seperti
Outcomes : Kontrol Gejala (1608) penyebab nyeri, berapa lama akan hilang, dan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


Indikator : antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
160813 Mampu menjalankan perawata - Kontrol faktor lingkungan yang dapat
kesehatan saat terjadi tanda tanda mempengaruhi respon ketidaknyamanan pasien
Dismenore, (sepertisuhu ruangan, pencahayaan, bau)
Sebelum : Level 1 (tidak pernah - Ajarkan prinsip manajemen nyeri
melakukan - Ajarkan orangtua menggunakan teknik
Sesudah Level 3 (mampu dan kadang- nonfarmakologi saat nyeri klien timbul (seperti
kadang melakukan) tarik napas dalam, terapimusik, kompress
panas/dingin, masase, distraksi)
160806 Mampu menjalankan langkah-
langkah pencegahan Domain 1 : Fisiologis
Sebelum : Level 2 ( Jarang melakukan) Kelas E : Kenyamanan Fisik
Setelah : Level 3 ( mampu melakuan) 1480. Pijitan/Massage
- Kaji kondisi klien yang memerlukan massage
160807 Mampu menggunakan langkah- - Tetapkan periode/penjadwalan massage sesuai
langah mengurangi gejala dengan respon yang diinginkan
dismenore - Pilih area tubuh yang akan di massage
Sebelum : Level 1 (tidak pernah - Cuci tangan dengan air hangat
melakukan) - Siapkan air/minyak hangat, posisi yang
Setelah : Level 2 (Jarang melakukan) nyaman, lingkungan yang private dan tanpa
ada gangguan
- Berada dalam tempat yang nyaman
- Tutupi area lain yang tidak dimassage
- Gunakan lotion, minyak untuk mengurangi
gesekan saat di massage
- Gunakan teknik dan tekanan yang nyaman bagi
klien yang sesuai dengan tujuan massage

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


- Dorong klien untuk menarik nafas panjang dan
rileks selama massage
- Evaluasi dan dokumentasi massage yang
dilakukan

Domain 1 : Fisiologis
Kelas C : Manajemen Imobilisasi
0840. Perubahan Posisi
 Gunakan tempat/alas yang nyaman dan sesuai
seperti matrass/kasur
 Dorong klien untuk meningkatkan perubahan
posisi yang sesuai
 Instruksikan kepada klien bagaimana

Domain 3 : Perilaku
Kelas T : Kenyamanan Psikologis
6040. Terapi Relaksasi
 Jelaskan rasional teknik relaksasi meliputi
manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang
tersedia seperti menggunakan music, meditasi,
oto progresif dll
 Tingkatkan penggunaan intervensi relaksasi
 Menjelaskan terkait intervensi teknik relaksasi
 Menyaraknkan klien untuk menggunakan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


posisi yang nyaman, pakaian yang tidak ketat
dan mata tertutup saat melakukan intervensi
teknik relaksasi
 Gunakan strategi relaksasi tambahan
 Ajak klien untuk rileks dan merasakan sensasi
relaksasi yang sesungguhnya
 Gunakan volume suara yang rendah, halus, dan
perlahan-lahan saat memebrikan instruksi
 Demonstrasikan teknik relaksasi bersama
dengan klien
 Evaluasi dan dokumentasi respon setelah
teknik relaksasi berlangsung

Domain 1 : Fisiologis
Kelas E : Kenyamanan Fisik
1380. Kompres hangat / dingin
- Jelaskan indikasi kompres hangat dan dingin
- Pilih cara yang akan digunakan dengan
menggunakan waslap atau botol atau buli-buli
- Cek suhu air yang akan digunakan
- Tentukan durasi kompres yang akan dilakukan
- Gunakan pakaian yang lembab untuk
peingkatkan sensasi dingin atau panas
- Tingkatkan kenyamanan saat melakukan
kompre hangat atau dingin
- Evaluasi kondisi umum, keamanan dan
kenyamanan selama melakukan kompres
- Evaluasi dan dokumentasi respon setelah

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


melakukan kompres hangat/dingin
4. Keluarga mampu memodifikasi Domain 4 : Kenyamanan
lingkungan Kelas 5 : Manejemen Risiko
Level 1 6480. Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
Domain V : Kesehatan yang dirasakan - Menentukan tujuan pasien dan keluarga untuk
Hasil yang menggambarkan pengaruh meningkatkan kenyamanan
kesehatan keluarga dan perawatan - Melakukan penyesuaian suhu lingkungan
kesehatan. sesuai indikasi
- Fasilitasi keberhasilan untuk meningkatkan
Level 2 kenyamanan
Kelas U : Kualitas hidup dan sehat - Posisikan pasien sesuai indikasi
Hasil yang menggambarkan penerimaan - Monitor kondisi kulit untuk identifikasi adanya
individu terhadap status kesehatan tekanan atau iritasi
- Tingkatkan kebersihan dan kenyamanan

Level 3
Outcomes : Status Kenyamanan :
Lingkungan (2009)
Indikator :
200903 Lingkungan yang kondusif
200906 Lingkungan bersih/nyaman
200915 Lingkungan nyaman
5. Keluarga mampu menggunakan Domain 5 : Keluarga
fasilitas pelayanan kesehatan Kelas X : Perawatan
7140. Kepuasan Keluarga
Level 1: - Berikan informasi tentang sumber-sumber di
Domain V: Kesehatan yang dirasakan komunitas yang akan membantu remaja dan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


Hasil yang menggambarkan pengaruh keluarga untuk melanjutkan dengan mengatasi
kesehatan keluarga dan perawatan masalah yang dialaminya
kesehatan. - Diskusikan bersama keluarga mengenai
manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar
Level 2: tempat tinggal
Kelas EE: Kepuasan keluarga: Perawatan - Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
Peningkatan persepsi positif pada asuhan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
keperawatan yang dilakukan untuk dikunjungi
keluarga. - Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga
Level 3
Outcomes : 3000 Kepuasan keluarga:
akses menuju sumber pelayanan
Menunjukkan persepsi positif untuk
menghubungi perawat, penyedia, atau
peralatan kebutuhan perawatan.

Indikator:
300004-Ketersediaan mendatangi
pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan untuk perawatan
kesehatan
300007-Koordinasi dengan akses
pelayanan kesehatan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


Data Sujektif : Domain I : 1. Keluarga Mampu Mengenal Masalah Domain 3 : Perilaku
 Remaja A mengatakan Promosi Kesehatan Level 1 Kelas S : Edukasi Pasien
jika membersihkan Domain IV : Pengetahuan dan Perilaku 5510. Pendidikan Kesehatan
daerah kewanitaan hanya Kelas 2 : Kesehatan - Identifikasi pengetahuan dan gaya hidup remaja
Management Kesehatan Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan - Bantu untuk menilai status kesehatan
menggunakan sabun
mandi Hasil yang menggambarkan sikap, - Memberikan informasi kesehatan tentang
Diagnosa : Perilaku pemahaman, dan perilaku yang pertumbuhan dan perkembangan normal pada
 Remaja A mengatakan Kesehatan Berisiko menghargai sehat maupun sakit remaja
mudah timbul jerawat (00188) - Menjelaskan karakteristik/ciri-ciri tumbuh
saat mendapatkan Level 2 kembang remaja
stressor Definisi : Kelas R. Kepercayaan Kesehatan - Menjelaskan dampak atau akibat dari tumbuh
Ketidakmampuan untuk kembang
 Remaja A mengatakan
memodifikasi gaya Level 3 - Menjelaskan strategi yang dapat digunakan
masih sering keputihan hidup/perilaku untuk untuk meningkatkan pertumbuhan dan
Outcomes : Orientasi Kesehatan (1705)
namun tidak berbau meningkatkan status perkembangan
Indikator :
 Remaja A mengatakan kesehatan 170514 – Fokus dalam perilaku kesehatan
jarang ke pelayanan 170505 – Fokus dalam penyesuaian situasi
kesehatan saat ini
(remaja)
Data Objektif : 170502 – Fokus dalam pencegahan
penyakit
Terdapat beberapa jerawat
170503 – Fokus dalam memelihara
baru maupun bekas jerawat
penampilan peran sebagai Remaja
di wajah Remaja A
2. Keluarga mampu membuat Domain 3 : Perilaku
keputusan yang tepat Kelas R : Koping
Level 1 5150. Pembuatan Keputusan
Domain IV : Pengetahuan dan Perilaku  Informasikan klien terkait solusi alternative
Kesehatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
Hasil yang menggambarkan sikap,  Bantu klien untuk mengidentifikasi keuntungan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


pemahaman, dan perilaku yang dan kerugian setiap solusi alternative yang
menghargai sehat maupun sakit. diperoleh
 Fasilitasi dalam kolaborasi pembuatan
Level 2 keputusan
Kelas Q : Perilaku Kesehatan  Meningatkan komunikasi dengan klien terkait
Hasil yang menggambarkan perilaku keputusan
keluarga untuk mempromosikan atau  Bantu klien menjelaskan terkait keputusan
memulihkan kesehatan.
dipilih kepada orang lain
 Bersedia dalam pemberian informasi yang
Level 3
dibutuhkan klien
Outcomes : Otonomi Personal (1614)
Indikator :  Sertakan inform consent ketika keputusan sudah
161401 – Pembuatan Keputusan ditentukan
161402 – Melibatkan pandangan orang lain
dalam menentukan pilihan
161404 – Membat keputusan bebas tanda
tekanan
161411 – Berpartisipasi/Ikut serta dalam
perawatan kesehatan
3. Keluarga mampu merawat anggota Domain 4 : Kenyamanan
keluarga Kelas V : Manejemen Risiko
6610. Identifikasi Risiko
Level 1 : - Identifikasi sumber factor risiko
Domain IV. Pengetahuan dan Perilaku - Identifkasi strategi koping yang digunakan
Kesehatan remaja
Hasil yang menggambarkan sikap, - Tentukan pemenuhan medikasi dan nursing
pemahaman, dan perilaku yang treatment
menghargai sehat maupun sakit. - Menjelaskan factor risiko dan cara mengurangi
factor risiko

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


Level 2 : - Diskusikan rencana untuk mengurangi factor
Kelas Q. Perilaku Kesehatan risiko dengan aktivitas/latihan
Hasil yang menggambarkan perilaku - Rencanakan untuk monitoring status kesehatan
keluarga untuk mempromosikan atau
memulihkan kesehatan.

Level 3 :
Outcome. Pemenuhan Perilaku (1601)
Indicator :
160102 – Diskusikan treatment kesehatan
yang dianjurkan
160103 – Melakukan treatment kesehatan
yang dianjurkan
160112 – Monitor respon treatment

Sebelum Intervensi : Level 1 (tidak pernah


melakukann)
Setelah Intervensi : Level 3 (kadang-
kadang melakukan)

4. Keluarga mampu memodifikasi


lingkungan Domain 3 : Perilaku
Kelas O : Terapi Perilaku
Level 1 : 4360. Modifikasi Perilaku
Domain IV. Pengetahuan dan Perilaku - Bantu untuk meningkatkan motivasi remaja
Kesehatan untuk perubahan untuk mengurangi risiko
Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan - Bantu remaja untuk mengidentifikasi
Hasil yang menggambarkan sikap, kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan
pemahaman, dan perilaku yang status kesehatan
menghargai sehat maupun sakit - Bantu remaja untuk memilih perubahan
perilaku yang diinginkan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


Level 2 : - Diskusikan perubahan-perubahan perilaku
Kelas T. Kontrol Risiko dan Kenyamanan yang sesuai dengan tumbuh kembang remaja
- Monitor program perubahan perilaku yang
Level 3 : diinginkan
Oucomes. Kontrol Risiko (1902)

Indikator :
190219 – Informasi tentang risiko
kesehatan
190220 – Identifikasi factor risiko
190201 – Mengetahui adanya factor risiko
190221 – Menyatakan kemampuan untuk
merubah perilaku
190204 – Meningkatkan strategi efektif
untuk mengontrol risiko
190208 – Modifikasi gaya hidup untuk
mengurangi risiko
190217 – Monitor perubahan status
Kesehatan
5. Keluarga mampu menggunakan Domain 5 : Keluarga
fasilitas pelayanan kesehatan Kelas X : Perawatan
7140. Kepuasan Keluarga
Level 1:
- Berikan informasi tentang sumber-sumber di
Domain V: Kesehatan yang dirasakan
komunitas yang akan membantu remajadan
Hasil yang menggambarkan pengaruh
keluarga untuk melanjutkan dengan mengatasi
kesehatan keluarga dan perawatan
dismenore yang dialaminya
kesehatan.
- Diskusikan bersama keluarga mengenai
manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar
Level 2:
tempat tinggal
Kelas EE: Kepuasan keluarga: Perawatan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 3

Data Diagnosa NOC NIC


Peningkatan persepsi positif pada asuhan - Motivasi keluarga untuk menyebut ulang
keperawatan yang dilakukan untuk manfaat fasilitas kesehatan yang dapat
keluarga. dikunjungi
- Berikan reinforcement positif atas usaha
Level 3 keluarga
Hasil: 3000 Kepuasan keluarga: akses
menuju sumber pelayanan
Menunjukkan persepsi positif untuk
menghubungi perawat, penyedia, atau
peralatan kebutuhan perawatan.

Indikator:
300004-Ketersediaan mendatangi
pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan untuk perawatan
kesehatan
300007-Koordinasi dengan akses
pelayanan kesehatan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa : Gangguan Rasa Nyaman ; Dismenore

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
Kamis, - Mengidentifikasi faktor internal Subjektif :
12 Mei maupun eksternal yang dapat - Remaja A mengatakan pengetahuan tentang
meningkatkan skala nyeri haid yang nyeri haid menjadi bertambah
2016
dirasakan - Remaja A mengatakan akan mencoba
- Menjelaskan pengertian, penyebab, mencatat setiap tanggal haidnya
dampak, pola menstruasi dan cara - Remaja A mengatakan bahwa nyeri haid yang
mengurangi nyeri haid/dismenore dirasakan muncul saat sebelum atau hari
- Mengidentifikasi pengetahuan pertama haid dan diperberat jika dalam posisi
mengenai kesehatan dan gaya hidup istirahat dan tanpa melakukan apapun
remaja saat ini - Remaja A mengatakan mengalami nyeri haid
- Membantu untuk menilai status dengan tanda tanda yaitu nyeri dan lemas
kesehatan - Remaja A mengatakan bahwa baru
- Mengidentifikasi karakteristik dari memahami adanya cara cara untuk
remaja untuk menentukan strategi mengurangi nyeri haid
edukasi terkait nyeri haid - Remaja A mengatakan akan melakukan
- Membatu remaja untuk membuat penanganan non farmakologi dengan
prioritas pembelajaran yang peneglompokan ;
dibutuhkan oleh remaja berdasarkan Senam/yoga, tarik nafas dalam dan terapi
kesepakatan dengan remaja, music akan dilakukan jika di luar rumah.
kemampuan perawat, sumber daya Sedangkan, kompres hangat, pijatan dan
yang tersedia, dan pencapaian tujuan inhalasi lavender akan dilakukan saat
- Merumuskan tujuan dari program dirumah.
edukasi terkait nyeri haid/dismenore - Remaja A mengatakan dan berkomitmen
- Mengajarkan strategi untuk akan melakukan strategi-strategi untuk
mencegah perilaku tidak sehat atau mengurangi nyeri haid yang dirasakan
berisiko daripada memberi nasihat
- Membantu remaja untuk Objektif :
mengidentifikasi keuntungan dan - Teridentifikasi remaja A memahami materi
kerugian setiap solusi alternative yang yang diajarkan tentang pengertian, tanda
gejala, penyebab, factor risiko, pola
diperoleh
menstruasi dan cara penanganan nyeri non
farmakologi
- Teridentifikasi remaja A dapat menilai status
kesehatannya
- Teridentifikasi bahwa remaja mampu
mengulangi seluruh materi yang diajarkan
- Memberikan reinforcement positif saat
remaja mampu mengulangi materi yang
sudah diajarkan
- Remaja mampu memutuskan terkait cara-cara

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
yang akan dilakukan pada saat nyeri haid
muncul yaitu nafas dalam dan senam (sesuai
pilihan remaja)guna untuk mengurangi nyeri
haid yang dirasakannya
- Teridentifikai bahwa remaja memahami
bahwa saat ini pola menstruasinya normal (38
hari )

Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian

Planning :
Lanjutkan TUK 3 : Psikomotor
Lathan Fisik Senam dan Yoga Dismenore
Jumat, Manajemen Nyeri dan Perubahan Subjektif :
Posisi
13 Mei - Remaja A mengatakan tubuh terasa sedikit
- Kaji tingkat ketidaknyamanan klien
sakit karena kurang streatching/pemanasan
2016 - Kaji lokasi nyeri karakteristik durasi, sebelumnya
frekuensi, skala (flacc scale), - Remaja A mengatakan bagian tubuh yaitu
intensitas dan factor pencetus pinggang terasa tertarik dan lebih rileks
- Ajarkan prinsip manajemen nyeri - Remaja A mengatakan lebih memiih senam
- Ajarkan orangtua menggunakan daripada yoga
teknik nonfarmakologi saat nyeri
Objektif :
klien timbul (seperti tarik napas
- Senam dismenore dilakukan selama 10-15
dalam, terapi musik, kompress menit dengan langkah-langkah sesuai dengan
panas/dingin, masase, distraksi) : leaflet
teknik yang diajarkan yaitu latihan - Yoga dismenore dilakukan selama 15-20 menit
fisik ; Senam dan Yoga Dismenore dengan langkah-langkah sesuai dengan leaflet
- Gunakan tempat/alas yang nyaman - Remaja kooperatif dan mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan latihan fisik
dan sesuai seperti matrass/kasur
- Remaja dapat mengulangi kembali seluruh
- Dorong klien untuk meningkatkan gerakan dengan baik
perubahan posisi yang sesuai
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian

Planning :
Lanjutkan TUK 3 ; Psikomotor
Teknik relaksasi Nafas dalam dan inhalasi
lavender
Jumat, Teknik Relaksasi ; Inhalasi lavender Subjektif :
dan nafas dalam - Remaja A mengatakan senang setelah
20 Mei
- Jelaskan rasional teknik relaksasi mengetahui teknik relaksasi nafas dalam dan
2016 meliputi manfaat, batasan dan jenis inhalasi lavender
relaksasi yang tersedia ; inhalasi - Remaja A mengatakan lebih rileks setelah
lavender dan nafas dalam melakukan nafas dalam

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
- Tingkatkan penggunaan intervensi - Remaja A mengatakan pungung menjadi lebih
relaksasi rileks
- Menjelaskan terkait intervensi teknik - Remaja mengatakan rongga dada penuh dan
relaksasi tidak berdebar-debar setelah melakukan nafas
- Menyarankan klien untuk dalam
menggunakan posisi yang nyaman, - Remaja mengatakan setelah melakukan
pakaian yang tidak ketat dan mata inhalasi lavender nafas lebih bebas dan tidak
tertutup saat melakukan intervensi ada sumbatan lagi karena saat ini sedang flu
teknik relaksasi - Remaja mengatakan kepala menjadi rileks dan
- Ajak klien untuk rileks dan lebih tenang setelah melakukan inhalasi
merasakan sensasi relaksasi yang lavender
sesungguhnya
- Demonstrasikan teknik relaksasi Objektif :
bersama dengan klien - Remaja kooperatif dan melakukan langkah-
langkah teknik relaksasi sesuai dengan yang
diajarkan
- Remaja mampu menyebutkan kembali semua
manfaat, tujuan, langkah-langkah dan evaluasi
diri sesuai dengan tindakan yang dilakukan
- Remaja dan keluarga mampu melakukan
perawatan kesehatan tekat dismenore ; teknik
relaksasi

Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian

Planning :
Lanjutkan TUK 3 ; Psikomotor
Kompres hangat
Senin, 23 Kompres Hangat Subjektif :
- Menjelaskan indikasi kompres - Remaja A mengatakan sudah mengetahui dan
Mei
hangat dan dingin pernah melakukan kompre hangat saat nyeri
2016 - Bantu klien untuk memiilih cara haid
yang akan digunakan dengan - Remaja A mengatakan menggunakan kompres
menggunakan waslap atau botol atau hangat dapat menurunkan nyeri saat dismenore
buli-buli - Remaja A mengatakan lebih menyukai
- Cek suhu air yang akan digunakan kompres dengan menggunakan botol daripada
- menentukan durasi kompres yang waslap
akan dilakukan - Remaja A mengatakan lebih nyaman dengan
- menganjurkan untuk menggunakan posisi tidur saat dilakukan kompres
pakaian yang lembab untuk
peingkatkan sensasi dingin atau Objektif :
panas - Remaja antusias dan kooperatif selama
- Tingkatkan kenyamanan saat interaksi
melakukan kompre hangat atau - Remaja dapat melakukan psikomotor sesuai
dingin dengan instruksi yang diberikan
- Evaluasi kondisi umum, keamanan - Remaja menggunakan botol dan tidak
dan kenyamanan selama melakukan mempunyai buli-buli

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
kompres - Teridentifikasi bahwa remaja melakukan
- Evaluasi dan dokumentasi respon kompres selama 5-10 menit
setelah melakukan kompres
hangat/dingin Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian

Planning :
Lanjutkan TUK 3 ; Psikomotor
Terapi music dan teknik effleurage
Selasa, Teknik Pijitan/Massage Subjektif :
- Kaji kondisi klien yang memerlukan - Remaja mngatakan pilihan music klasik
24 Mei
massage membuat ngantuk
2016 - Tetapkan periode/penjadwalan - Remaja mengatakan pernah melakukan terapi
music saat nyeri aid di malam hari namun
massage sesuai dengan respon yang
music pop
diinginkan - Remaja mengatakan tidak terlalu tertarik
- Memilih area tubuh yang akan di dengan terapi music
massage - Remaja mengatakan bahwa pijatan yang
- Menganjurkan untuk mencuci diajarkan mudah dan dapat digunakan saat
tangan dengan air hangat nyeri haid
- Menyiapkan air/minyak hangat, - Remaja mengatakan gerakan mudah di hafal
dan dapat digunakan saat menonton
posisi yang nyaman, lingkungan
tv/bersantai dirumah
yang private dan tanpa ada gangguan - Remaja mengatakan tertarik untuk mencoba
- Berada dalam tempat yang nyaman teknik mengusap
- Menutupi area lain yang tidak - Remaja mengatakan akan terasa lebih nyaman
dimassage jika dipijat dalam posisi tidur/setengah tidur
- Gunakan lotion, minyak untuk
mengurangi gesekan saat di massage Objektif :
- Remaja antusias dan melakukan sesuai
- Gunakan teknik dan tekanan yang
instruksi yang diberikan
nyaman bagi klien yang sesuai - Remaja mampu mengulang kembali manfaat,
dengan tujuan massage tujuan dan langkah langkah terapi music dan
- Dorong klien untuk menarik nafas massage
panjang dan rileks selama massage - Remaja mampu mengikuti gerakan teknik
- Evaluasi dan dokumentasi massage effleurage dengan mengusap secara melingkar,
penekanan halus dan berirama
yang dilakukan
- Remaja aktif dan memberikan beberapa
pertanyaan seputar terapi yang dilakukan
- Remaja dapat memahami teori gate control
pada teknik effleurage(massage)

Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman teratasi sebagian

Planning :
Lanjut TUK 4 dan 5

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
Senin, 30 - Mendorong remaja untuk mengikuti Subjektif :
strategi mengurangi nyeri haid sesuai - Remaja A mengatakan akan mencoba teknik
Mei
yang telah diajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
2016 - Meyakinkan remaja untuk modifikasi nyeri saat haid
gaya hidup
- Remaja A mengatakan akan mengurangi
- Mendorong remaja untuk
memposisikan pasien sesuai indikasi aktivitas saat nyeri haid
- Memotivasi remaja untuk - Remaja A mengatakan akan ebih
meningkatkan kebersihan dan memperhatikan kebersihan diri saat haid
kenyaman - Remaja A mengatakan akan mengunjungi
- Menjelaskan manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan jika nyeri berkepanjangan
fasilitas pelayanan kesehatan
- Menjelaskan waktu yang diperlukan Objektif :
untuk mengunjungi fasilitas - Remaja A dapat merespopn setiap anjuran
pelayanan kesehatan yang diberikan
- Remaja kooperatif dan mampu melakukan
setiap kegiatan yang telah dipraktikan
sebelumnya
- Remaja antusias dan memberikan pertanyaan
selama latihan berlangsung

Analisa :
Masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
teratasi

Planning :
TUK 1,2,3,4,5 tercapai
Evaluasi saat nyeri haid Subjektif :
Remaja A mengalami menstruasi/haid pada tgl 28
Mei 2016 (Sabtu Sore). Sehari sebelumnya remaja
A mengalami nyeri ber-skala 5 di bagian bawah
perut dan pinggang. Kualitas nyeri seperti ditusuk
tusuk dan nyerinya menetap hingga setengah hari.
Remaja A melakukan perubahan posisi dan
mencari posisi yang nyaman yaitu semi fowler,
kemudian mulai mengoleskan minyak ke bagian
bawah perut dan mulai mengusap dengan teknik
effleurage selama 3 menit dan nyri berkurang
menjadi skala 3. Setelah itu remaja A tertidur dan
saat bangun tidur skala nya menjadi 0 (hilang).

Objektif :
Remaja A melakukan teknik effleurage sesuai
dengan yang telah diajarkan yaitu dengan usapan
halus, melingkar dan berirama. Usapan yang
diberikan hanya 3 menit.

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman ; dismenore
teratasi

Planning :
Terapkan penanganan nyeri non farmakologi
lainnya.
Selasa, 7 - Mengevaluasi semua materi yang Subjektif :
Juni telah disampaikan dan melakukan - Remaja A mengatakan pengetahuan tentang
2016 terminasi nyeri haid menjadi bertambah
- Remaja A mengatakan akan mencoba
- Evaluasi Sumatif dan Tingkat
mencatat setiap tanggal haidnya
Kemandirian - Remaja A mengatakan bahwa nyeri haid yang
dirasakan muncul saat sebelum atau hari
pertama haid dan diperberat jika dalam posisi
istirahat dan tanpa melakukan apapun
- Remaja A mengatakan mengalami nyeri haid
dengan tanda tanda yaitu nyeri dan lemas
- Remaja A mengatakan bahwa baru
memahami adanya cara cara untuk
mengurangi nyeri haid
- Remaja A mengatakan akan melakukan
penanganan non farmakologi dengan
peneglompokan ;
Senam/yoga, tarik nafas dalam dan terapi
music akan dilakukan jika di luar rumah.
Sedangkan, kompres hangat, pijatan dan
inhalasi lavender akan dilakukan saat
dirumah.
- Remaja A mengatakan dan berkomitmen
akan melakukan strategi-strategi untuk
mengurangi nyeri haid yang dirasakan
- Remaja A mengatakan bahwa teknik massage
(effleurage) sangat berpengaruh dalam
mengurangi nyeri haid yang dirasakannya
- Remaja A mengatakan akan melakukan
teknik-teknik lainnya yang sudah diajarkan

Objektif :
- Remaja A dapat menyebutkan kembali
pengertian, penyebab, tanda gejala, factor
risiko dan cara-cara penanganan non
farmakologi nyeri haid

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 4

Hari, Implementasi Evaluasi


Tanggal
- Remaja A dapat mengulang kembali lagkah-
langkah teknik relaksasi, senam dan yoga,
kompres dan massage yang telah diajarkan
- Remaja A berkomitmen akan melakukan apa
yang sudah diajarkan, ketika mengalami nyeri
haid di bulan-bulan berikutnya

Analisa :
Masalah gangguan rasa nyaman ; dismenore
teratasi

Planning :
-

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 5

FORMAT EVALUASI SUMATIF KELUARGA REMAJA A

Diagnosa 1:

Gangguan rasa nyaman ; Dismenore pada Remaja A

No. Respon Keluarga Hasil Modifikasi


Ya Tidak Intervensi
1. Keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian 
dismenore (nyeri haid) yaitu nyeri perut yang
disebabkan karena adanya keram Rahim
2. Keluarga mampu menyebutkan 2 jenis dismenore 
yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder
3. Keluarga mampu menyebutkan penyebab 
dismenore yaitu adanya perubahan hormone
(progesterone meningkat)
4. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 tanda gejala 
dismenore (nyeri, mual, sering buang air kecil, dan
sakit kepala)
5. Keluarga mampu menyebutkan factor risiko 
terjadinya dismenore yaitu 2-3 tahun sejak
menstruasi pertama
6. Keluarga mampu menyebutkan pola menstrusi 
normal yaitu dengan batas normal sekitar 22-35 hari
(nilai tengah 28 hari)
7. Keluarga mampu menyebutkan jumlah darah dalam 
1x menstruasi yaitu sekitar 30-40 cc
8. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 6 cara untuk 
mengatasi nyeri haid yaitu nafas dalam, inhalasi
lavender, music, kompres hangat, massage,
senam/yoga
9. Keluarga mampu mendemosntrasikan terapi 
massage untuk mengurangi dismenore/nyeri haid
10. Keluarga mampu menunjukkan perubahan perilaku 
telah mencoba teknik effleurage/massage untuk
mengurangi nyeri haid/dimenore
11. Keluarga mengatakan akan memanfaatkan 
pelayanan kesehatan terdekat untuk memeriksakan
kesehatan
12. Keluarga mengatakan waktu untuk mengunjungi 
fasilitas kesehatan ketika keluhan yang dirasakan
tidak dapat ditoleransi
13. Anggota keluarga mampu memberikan dukungan 
untuk perubahan perilaku yang telah ditunjukkan

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 6

KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA REMAJA A

KRITERIA YA TIDAK PEMBENARAN


1 Keluarga menerima Keluarga Remaja D menerima kedatangan
petugas kesehatan mahasiswa dengan terbuka dan ramah.
√ Selain itu juga setiap kunjungan mahasiswa
keluarga menunjukkan antusias dan aktif
bertanya maupun menjawab
2 Keluarga menerima Keluarga menyadari masalah kesehatan yang
pelayanan kesehatan ada dalam keluarganya dan memutuskan

sesuai rencana untuk mau merawat anggota keluarga seperti
yang ditawarkan oleh mahasiswa
3 Keluarga menyatakan Selama dilakukan pengkajian keluarga selalu
masalah kesehatan terbuka dan mengatakan semua masalah
secara benar kesehatan yang dirasakannya. Keluarga
√ mampu menentukan penyebab paling
mempengaruhi masalah kesehatannya
berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh
mahasiswa
4 Keluarga Keluarga termotivasi dan tersadarkan
memanfaatkan fasilitas pentingnya berkunjung ke pelayanan
kesehatan sesuai √ kesehatan dan dengan sendirinya
anjuran memeriksakan kesehatan ke pelayana
kesehatan
5 Keluarga Keluarga sudah mampu melakukan cara-cara
melaksanakan penanganan nyeri haid non-farmakologi ;

perawatan sederhana teknik relaksasi
sesuai anjuran
6 Keluarga Keluarga sudah mempu melakukan tindakan
melaksanakan tindakan √ penanganan secara aktif
pencegahan secara aktif
7 Keluarga Tindakan yang keluarga lakukan
melaksanakan tindakan berdasarkan anjuran mahasiswa dan belum

promotif secara aktif melakukan tindakan kesehatan inisiatif yang
mempromosikan kesehatannya lebih baik
Kesimpulan Kriteria kemandirian: III

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016


Lampiran 6

Teknik effleurage ..., Fitri Alfisah, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai