Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN APLIKASI HIPNOTIS DALAM MENGATASI KECEMASAN

Oleh :

1. Ririn indahwati 1150019063

2. Eky nur wulandari 1150019005

3. Ristin Hidayati solikhah 1150019033

4. Fadhilah Putri Ayu A 1150019047

5. Awaliyatul Nur Ababil 1150019019

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan “makalah keperawatan aplikasi hipnosis dalam
mengatasi kecemasan” dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
perkuliahan bidang mata ajar hypnonursing

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam pembuatan asuhan keperawatan ini.

Dengan penulisan asuhan keperawatan ini penulis berharap dapat memberikan informasi
yang berguna bagi para pembacanya. Penulis menyadari dalam pembuatan dapat
memperbaikinya.

Sidoarjo, 24 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kecemasan atau anxiety.........................................................................................8
2.2 Hipnoterapi.............................................................................................................12
2.3 Hipnosis lima jari...................................................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecemasan atau anxiety merupakan kekhawatiran atau perasaan tidak nyaman yang
samar disertai dengan respon autonom yaitu perasaaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Perasaan tersebut merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan mengharuskan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman. Kecemasan dalam praktek dokter gigi merupakan hambatanyang sering
mempengaruhi perilaku pasien dalam perawatan gigi. Diketahui bahwa banyak pasien yang
menjadi cemas sebelum dan sesudah perawatan gigi (Prasetyo, 2012).
Pengalaman traumatik semasa kecil dapat mempengaruhi perasaan dan tingkah laku
seseorang dimasa yang akan datang. Anak – anak yang datang ke dokter gigi biasanya pernah
mengalami pengalaman yang menyakitkan saat dilakukan tindakan perawatan gigi.
Pengalaman tersebut seringkali menimbulkan rasa takut sehingga membuatnya menghindari
dokter gigi dan ketakutan anak akan dirasakan sampai dewasa kelak meskipun dokter gigi
hanya melakukan tindakan yang menyebabkan rasa sakit yang sedikit (Pike, 2006). Penyebab
rasa takut anak pergi ke dokter gigi berhubungan dengan suntikan, ekstraksi gigi, preparasi
(pengeboran) pada gigi, restorasi gigi, dan melihat dental instrument (Al Shareed, 2011).
Menurut Karso dkk., cit. Syamsu (2011) dalam buku psikologi perkembangan anak dan
remaja, menuturkan bahwa kecemasan pada anak merupakan perasaan takut yang bersifat
khayalan yang tidak ada objeknya, kecemasan tersebut muncul mungkin dari situasi yang
dikhayalkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari perlakuan orang tua, buku bacaan,
dan film. Takut pada anak sendiri merupakan perasaan terancam akan suatu objek yang
dianggap membahayakan. Jenis kelamin mempengaruhi tingkat kecemasan pada anak-anak.
Anak yang berjenis kelamian perempuan terlihat lebih cemas dan takut daripada pasien anak
yang berjenis kelamin laki-laki ketika operator akan menyiapkan alat-alat kedokteran gigi.
Faktor umur juga mempengaruhi rasa cemas pada anak-anak (Wuisang, dkk., 2015).
Salah satu cara mengatasi kekhawatiran anak pada saat dilakukan treatment atau perawatan
adalah dengan cara mendengarkan musik. Mendengarkan musik menyebabkan suara alat –
alat kedokteran gigi yang dianggapnya mengerikan tidak terdengar dan pasien (anak) dapat

4
menutup mata menikmati alunan musik, sehingga pasien tidak melihat alat – alat di dokter
gigi tersebut yang dianggapnya mengerikan (Yamini dkk., 2010).
Terdapat cara manajemen tingkah laku anak, yaitu : tell-show-do dan modeling, cara tersebut
tepat untuk menurunkan detak jantung anak pada saat menjalani perawatan di dokter gigi.
Metode tell-show-do, menyebabkan anak akan bertanaya dan mengerti tentang apa kegunaan
alat – alat yang berada di sekitarnya tersebut, sedangkan dengan parent modeling, mereka
akan melihat bagaimana cara alat bekerja. Melalui cara diatas, pasien sudah merasa siap
terhadap apa saja yang akan dilakukan dokter gigi terhadapnya saat perawatan dilakukan
(Farhat dkk., 2009).
Modelling adalah prinsip dari psikologi, yaitu belajar dan mengetahui dari pengamatan suatu
model. Anak diajak mengamati anak lain yang berperilaku kooperatif, yang usianya sebaya
dengan anak yang sedang dirawat giginya, baik secara langsung melalui media video
demonstrasi atau film tentang perawatan suatu gigi. Pengamatan terhadap model yang sedang
diamati dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku anak (Chadwik dkk., 2003).
Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana fungsi analitis logis pikiran
seseorang direduksi sehingga memungkinkan masuknya sugesti – sugesti ke dalam pikiran
bawah sadar (sub-conscious atau unconciounsmind) yang sangat berpengaruh terhadap
mindset seseorang dalam memandang atau menyikapi suatu hal atau permasalahan,
mengingatkan dalam pikiran bawah sadar manusia tersimpan potensi internal yang dapat
dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup (Arsyita, 2015). Hipnosis yaitu
bagian atau spesialisasi dari ilmu jiwa yang mengkhususkan pada pengembangan aplikasi
sugesti dan efek psikosomatiknya. Hipnoterapi merupakan terapi atau proses perawatan
dengan hipnosis namun terapi ini pasien dalam keadaan terhipnotis (Yubliana, 2010).
Hipnosis dapat diartikan sebagai sebuah kondisi rileks, fokus atau konsentrasi. Hipnosis itu
sendiri sedikit sulit untuk di definisikan, sampai saat ini hipnosis diasumsikan sebagai sebuah
kondisi mirip tidur atau keadaan saat pikiran dalam keadaan bawah sadar. Terdapat kondisi
khusus dimana otak manusia dapat dengan mudah menerima saran atau masukan berupa
sugesti. Kondisi khusus ini ditemukan setelah dilakukan penelitian terhadap kondisi otak
selama hipnosis, yaitu adanya kondisi pikiran yang “tidak biasa” ketika pasien dalam kondisi
trance atau hipnosis. Sebagian orang mungkin hanya merasakan sebuah kondisi relaksasi
biasa, namun ada sebuah perubahan aktivitas otak. Kondisi tersebut hampir sama dengan

5
kondisi pada saat menjelang tidur (Setio, 2014). Hipnosis digunakan oleh tenaga medis
seperti dokter, dokter gigi, perawat dalam perawatan pada pasien ialah andyne awareness
atau mental anestesi. Aplikasi hipnosis ini digunakan oleh tenaga medis untuk membuat
pasien menjadi rileks dengan sangat cepat dan dapat menganestesi mental pasien, sehingga
mengurangi efek rasa sakit pada saat perawatan atau terapi oleh tenaga medis (Gracia, 2015).
Hipnodonsi ialah seni atau ilmu yang digunakan untuk menginduksikan kenyamanan dan
membebaskan nyeri pada saat kunjungan di dokter gigi. Hipnosis digunakan untuk
mengurangi stress dan memberikan efek anestesia sehingga mengurangi pemakaian obat
anestesi (Art, 2010).
Teknik hipnodontik dapat digunakan untuk mengelola berbagai masalah yang terkait
kedokteran gigi seperti kecemasan pada saat dilakukan treatment pada gigi, seperti kontrol
nyeri pada saat ekstraksi, meningkatkan toleransi untuk perawatan ortodontik, sebagai
tambahan untuk inhalasi sedasi, atau sebagai bagian dari induksi dari general anestesi dan
modifikasi dari kebiasaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk yang tidak atau tanpa
disadari seperti seperti mengisap jempol, bruxim, tersedak, merokok (Simons, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi antara anak laki-laki dan
perempuan usia 2 – 4 tahun terhadap tingkat kecemasan dan jejaringngnya.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan metode pre-
induksi hipnodonsi antara anak laki-laki dan perempuan usia 2 – 4 tahun terhadap tingkat
kecemasan dan jejaringnya.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pasien
Setelah dilakukan penelitian ini, peneliti berharap pasien anak tidak merasa takut dan cemas
ketika berkunjung ke dokter gigi.

b. Bagi Orang Tua Pasien


Orang tua pasien tidak perlu bingung dan ragu lagi menghadapi anak yang tidak mau atau
sulit dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan, selain itu orang tua pasien merasa
tenang jika anaknya sedang diperiksa dan dirawat oleh dokter gigi.

6
c. Bagi RSGM UMY
Untuk mengetahui perbedaan keefektivitasan metode pre-induksi hipnodonsi pada anak laki
laki dan perempuan usia 2 – 4 tahun, sehingga dapat membantu mengevaluasi keberhasilan
perawatan dengan metode pre induksi hipnodonsi pada anak laki laki dan perempuan usia 2 –
4 tahun.

d. Bagi Ilmu Pengetahuan


Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang hipnodonsi, khususnya
pada anak-anak, sehingga rasa kekhawatiran anak saat dilakukannya perawatan menjadi lebih
rendah.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KECEMASAN ATAU ANXIETY

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai
dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan yang was was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya
bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah dalam menghadapinya.
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan takut dari seseorang sebagai respon
terhadap ancaman yang bersifat samar dan tidak spesifik. Kecemasan juga dapat menggangu
dalam proses pre anestesi maupun intra anestesi, respon fisiologis yang berlebihan cenderung
menyulitkan dan mempengaruhi tindakan anestesi, respon respon tersebut dapat mempengaruhi
sistem tubuh seperti kardiovaskuler yang dapat menyebabkan palpitasi, jantung berdebar,
tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun
(Herdman, 2010).

2. Rentang Respon Ansietas

a. Respon Adaptif
Hal yang posistif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur
kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk
menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk mendapatkan penghargaan yang
tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara
lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan
teknik relaksasi (Nursalam, 2011).
b. Respon Maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping yang
disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptive
mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak
makan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang (Stuart, 2012).

3. Kasifikasi Kecemasan

8
Menurut Stuart (2012), kecemasan dibagi menjadi empat tingkat, yaitu:

a. Ansietas Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya. Ansietas
ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan kreatifitas. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang presepsi meningkat, kesadaran
tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
b. Ansietas Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang memiliki rentang yang lebih
selektif namun masih dapat melakukan sesuatu lebih terarah. Manifestasi yang terjadi
pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat frekuensi jantung dan pernafasan meningkat,
ketegangan otot meningkat, bicara cepat dan volume tinggi, lahan presepsi menyempit,
mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah, dan menangis.
c. Ansietas Berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lapang presepsi individu/seseorang. Seseorang
cenderung berfokus pada suatu yang terperinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Panik
Tingkatan panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal
yang terinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik
mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, presepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan dan kematian.

4. Gejala Anxiety

9
a. Gejala Fisik
1. Ketegangan motorik, seperti gemetar, gugup, nyeri otot, dan mudah lelah
2. Nafas pendek atau perasaan tercekik
3. Tangan dingin dan keringat
4. Mulut kering dan pusing
5. Mual, diare atau tidak nyaman abdomen
6. Sering berkemih
7. Tiba-tiba panas atau tiba-yiba menggigil
8. Tekanan darah meningkat.
b. Gejala Psikologis
1. Kegelisahan yang berlebihan
2. Waspada yang berlebihan
3. Sulit berkonsentrasi
4. Respon kaget berlebihan
5. Sulit tidur
6. Mudah tersinggung
7. Hipersensitif

5. Tipe Gangguan Kecemasan

Menurut Ratna (2017), berikut ini tipe gangguan kecemasan:

a. Gangguan Fobia
Yaitu ketakutan yang intens dan tidak rasional terhadap obyek dan situasi tertentu.
b. Gangguan Panik
Tanda tanda gangguan panik ini misalkan sesak nafas, detak jantung keras, sakit didada,
merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan terror, ketakutan
aka nada hukuman.
c. Gangguan Obsesif Kompulsif
Obsesi merupakan pikiran yang berkali kali mengganggu dan tampak rasional dan tidak
dapat dikontrol, sehingga mengganggu hidup.

6. Penanganan Gangguan Anxiety

10
a. Pendekatan Psikoanalisis
Pendekatan Psikoanalisis memandang bahwa gangguan kecemasan menyeluruh berakar
dari konflik-konflik yang ditekan, sehingga penting untuk membantu pasien menghadapi
sumber-sumber konflik yang sebenarnya. penanganannya hampir sama dengan penangan
fobia. Suatu studi tanpa kontrol menggunakan intervensi psikodinamika yang
memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa lalu dan masa kini
pasien dan mendorong cara lebih adaptif untuk berhubungan dengan orang lain. Pada saat
ini, sama dengan para terapi kognitif behavioral mendorong penyelesaian masalah sosial.
Hasil-hasil intervensi ini cukup mengembirakan dan pantas untuk diteliti lebih dalam
dengan kontrol eksperimental yang lebih baik, seperti kelompok kontrol tanpa
penanganan dan kelompok kontrol pembanding (Crits-Christoph dkk dalam Davison,
dkk, 2004).
b. Pendekatan Behavioral
Para ahli klinis behavioral menangani kecemasan menyeluruh dengan berbagai cara. Jika
terapi menganggap kecemasan sebagai serangkaian respon terhadap berbagai situasi yang
dapat dindentifikasi, apa yang tampak sebagai kecemasan yang bebas mengalir dapat
diformulasi ulang pada satu fobia lebih atau kecemasan bersyarat. Kesulitannya yaitu
menemukan penyebab spesifik kecemasan yang diderita pasien semacam itu. Kesulitan
ini memicu para ahli klinis behavioral untuk memberikan penanganan yang lebih umum,
seperti training relaksasi intensif, dengan harapan bahwa belajar untuk rileks ketika
merasa tegang seiring mereka menjalani hidup akan mencegah kecemasan berkembang
tanpa kendali (Barlov dkk., 1084; Borkovec & Mathews, 1988;OSt, 1987 dalam Davison,
dkk, 2004).
c. Pendekatan Kognitif
Jika suatu perasaan tidak berdaya tampakanya mendasari kecemasan pervasif, terapis
berorientasi akan membantu klien menguasai keterampilan yang dapat menumbuhkan
perasaan kompoten, keterampilan tersebut, termasuk asertivitas, dapat diajarkan melalui
instruksi verbal, modeling, atau pembentukan operant dan sangat mungkin kombinasi
secara hati-hati dan ketiganya (Goldfried & Davison dalam Davison, dkk, 2004).
Bukan suatu hal yang mengejutkan, teknik-teknik kognitif juga digunakan dalam
penanganan kekhawatiran kronis, komponen utama GAD (Generalized Anxiety

11
Disorder). Kekhawatiran merupakan kejadian kognitif yang memikirkan tentang berbagai
kemungkinan yang menakutkan. Pendekatan Borkovec (a.l Borkovec & Costello dalam
Davison, dkk, 2004) mengombinasikan berbagai elemen Wolpe Dan Beck, yaitu ia
mendorong pemaparan bertingkat terhadap berbagai situasi yang menyebabkan
kekhawatiran seiring pasien mencoba menerapkan keterampilan relaksasi dan analisis
logis terhadap berbagai hal. Secara Kontras, Barlow dan rekan-rekannya lebih menyukai
pemaparan dalam waktu lama dan berlebihan terhadap sumber masalah kecemasan
berlebihan (Brown, O’Leary & Barlow dalam Davison, dkk, 2004).
d. Pendekatan Biologis
Menggunakan obat-obatan kimia untuk mengurangi kecemasan tersebut. Anxiolytic, jenis
obat yang disebutkan untuk menangani fobia dan gangguan panik, mungkin merupakan
penanganan yang paling banyak digunakan untuk gangguan kecemasan menyeluruh.
Obat-obatan, terutama benzodiazepine, seperti Valium, Xanas, dan buspirone (BuSpar),
sering kali digunakan karena pervasivitas gangguan. Setelah diminum, obat-obatan
tersebut akan bekerja selama beberapa jam dalam berbagai situasi yang dihadapi
Sejumlah studi double blind menegaskan bahwa obat-obatan tersebut memberi lebih
banyak manfaat bagi pasien GAD dibanding placebo (Apter & Allendalam Davison, dkk,
2004).
e. Aplikasi Hipnoterapi
Yaitu terapi dengan menggunakan hipnosis dalam penanganannya.

2.2 HIPNOTERAPI

1. Definisi Hipnosis

Dalam Bahasa Inggris, terdapat istilah hypno, hypnosis, hypnotist, hypnotic, hypnotism, dan
mono idealism. Hypno adalah nama dari Dewa tidur dalam tradisi Yunani, Hypnosis adalah kata
kerja (verb) yang berarti melakukan tindakan Hypnotic. Hypnotist adalah subyek pelaku
Hypnosis. Hypnotic adalah kata sifat (adjective), kondisi saat ter-hypnosis. Hypnotism dan mono
idealism adalah kata benda (noun) berarti paham atau ilmu tentang hypnosis. Sedangkan dalam
bahasa Indonesia, artinya menjadi lain atau saling bertukar antara beberapa istilah tersebut.
Misalnya hypnosis dialihbahasakan menjadi hipnotis. Hypnotic dialihbahasakan menjadi

12
hipnosis. Istilah yang agak tepat dan sesuai dengan maknanya ketika dialihbahasakan ke Bahasa
Indonesia adalah hypnotism dan mono idealism, dialihbahasakan menjadi hipnotism.

2. Aplikasi Hipnosis

Ada beberapa aplikasi hipnosis dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

a. Hypnoterapi/hipnoterapi
b. Selling (penjualan)
c. Teaching (pengajaran)
d. Parenting (mendidik anak)
e. Coaching

3. Teknik-Teknik Hipnoterapi

Ada berbagai macam teknik hipnoterapi dalam penangan gangguan psikis seperti stress, depresi,
trauma psikis, kebiasaan buruk, kecemasan berlebih, fobia, demotivasi, emosi, dan psikosomatik,
yaitu:

a. Direct suggestion
b. Guide Imagery Schale
c. Story telling
d. Pray schale therapy
e. Peace pain therapy
f. Resorches therapy
g. Intriject therapy
h. Inner child therapy
i. NLP future pacing
j. Forgiveness therapy
k. Systematic desensitization
l. Submodalities intervention/editing modality
m. Accept utilize scale
n. Emotion release scale therapy
o. Refremming therapy
p. Part therapy

13
4. Mekanisme Kerja Hipnosis

Didalam buku Ratna (2017), mekanisme kerja hypnosis yaitu melibatkan pemberian sugesti
kepada pikiran bawah sadar manusia. Peneliti akan menggunakan metode hipnosis modern.
Metode hipnosis modern mempunyai orientasi agar subjek lebih banyak berperan untuk
membuka kesadarannya dalam mengetahui masalah utamanya. Subjek menjadi lebih merasa
nyaman dengan kondisinya dan dapat menerima kondisinya. Maka dengan membangun sugesti
yang posistif atas masalah utama yang dihadapi akan membuat subjek lebih segar dan rileks
kemudian diikuti beberapa regresi selama beberapa detik untuk membawa subjek ke keadaan
normal kembali. Saat proses hipnosis yang terjadi adalah pengaktifan system syaraf parasimpatik
sehingga subjek menjadi sangat rileks dan nyaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan
terapi karena subjek akan tetap rileks, meskipun fobia atau trauma sedang ditangani.

2.3 HIPNOSIS LIMA JARI

1. Pengertian Hipnosis Lima Jari

Dalam penelitian Widyanti (2013), hipnotis lima jari adalah suatu teknik distraksi pemikiran diri
dengan menghipnotis diri sendiri. Menurut Mu’afiro, Adin, & Emilia hipnotis lima jari mampu
menurunkan kecemasan seseorang. Penggunaan hipnosis lima jari adalah seni komunikasi verbal
yang bertujuan membawa gelombang pikiran klien menuju trance (gelombang alpha/theta).
Dikenal juga dengan menghipnotis diri yang bertujuan untuk pemograman diri, menghilangkan
kecemasan dengan melibatkan saraf parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja
jantung, pernafasan, tekanan darah, kelenjar keringat dll (Barbara 2010).

Di dalam penelitian Jenita (2008), sebenarnya hipnosis lima jari sendiri adalah salah bentuk self
hipnosis yang dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi sehingga akan mengurangi
ketegangan dan stress, kecemasan dari pikiran seseorang. Pada dasarnya hipnosis lima jari ini
mirip dengan hipnosis pada umumnya yaitu dengan menidurkan klien (tidur hipnotik) tetapi
teknik lebih efektif untuk relaksasi diri sendiri dan waktu yang dilakukan bisa kurang dari 10
menit.

2. Manfaat

14
Dalam penelitian Widyanti (2013), teknik ini bermanfaat dalam penanganan kecemasan pada
pasien karena dalam imajinasi terbimbing maka akan membentuk bayangan yang akan diterima
sebagai rangsangan oleh berbagai indra maka dengan membayangkan sesuatu yang indah
perasaan akan merasa tenang. Ketegangan otot dan ketidaknyamanan akan dikeluarkan sehingga
membuat tubuh menjadi rikeks dan nyaman.

3. Aplikasi Hipnosis dalam Mengatasi Kecemasan

Di dalam penelitian Astuti, dkk (2017), dalam pelaksanaan hipnotis lima jari, ada tiga langkah
yang harus dilakukan, yaitu:

a. Tahap Orientasi
1) Salam
2) Validasi keadaan/kecemasan
3) Penjelasan tentang cara hipnotis lima jari
4) Kontrak waktu
b. Tahap Kerja
Tahap kerja meliputi tujuh langkah. Ketujuh langkah tersebut yaitu:
1) Memposisikan responden
2) Menganjurkan untuk menutup mata dan rileks dan menarik napas 3 kali.
3) Langkah ketiga
Menganjurkan responden untuk menyentuhkan ibu jari dengan jari telunjuk dan
bayangkan pada saat keadaan diri senang dan sehat.
4) Langkah keempat
Menganjurkan responden untuk memindahkan ibu jari dan menyentuhkan ibu jari
dengan jari tengah dan bayangkan pada saat klien mengalami jatuh cinta pertama
kali.
5) Langkah kelima
Menganjurkan responden untuk memindahkan ibu jari tangannya dan
menyentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan saat pertama kali
mendapatkan pujian.
6) Langkah keenam

15
Menganjurkan responden untuk memindahkan ibu jari tangannya dan
menyentuhkan ibu jari dengan jari kelingking dan bayangkan saat pertama kali
berada ditempat yang menyenangkan.
7) Langkah ketujuh
Menarik napas 3 kali rileks dan menganjurkan responden untuk membuka mata.
c. Tahap Terminasi
Tahap terakhir adalah tahap terminasi. Pada tahap ini, dilakukan validasi perasaan
responden setelah melakukan hipnotis lima jari

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kecemasan merupakan suatu sensasi aprehensif atau takut yang menyeluruh yang bersifat
normal pada berbagai kondisi, namun dapat menjadi abnormal jika berlebihan dan tidak
sesuai dengan proporsi ancamannya. Pola-pola tingkah laku terganggu dimana kecemasan
menjadi ciri yang paling menonjol diberi label gangguan kecemasan. Ada beberapa jenis
gangguan kecemasan yaitu gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif
kompulsif, gangguan fobia dan stres akut serta stres pasca trauma. Berbagai perspektif
teoritis menjelaskan mengenai terjadinya gangguan kecemasan ini, seperti perspektif
psikoanalisa, behavioral, kognitif, dan biologis. Perbedaan perspektif tersebut juga
berdampak pada perbedaan bentuk penanganan yang diberikan untuk mengatasi gangguan
kecemasan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fahmawati.2018.HipnosisatauHypnoterapy. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3685/5/4%2520Chapter2.pdf&ved=2ahUKEwiE4M7rg
uLzAhVfuksFHWPEAZIQFnoECAoQAQ&usg=AOvVaw2RAeAxJp0i0n6-D0--rFb9. Diakses pada 24 Oktober 2021
pukul 08.00.

https://docplayer.info/62737486-Bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang-masalah-kecemasan-adalah-suatu-sinyal-
yang-menyadarkan-kecemasan.html

17

Anda mungkin juga menyukai