Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA BULI-BULI

Untuk memenuhi penugasan kelompok pada mata kuliah Kegawat Daruratan I yang
dibimbing oleh Bapak Fajri Andi R., M.Kep, Ns

DISUSUN OLEH :
ARDHI KHOIRUL HAKIM 2016 02 004
ARFIAN VIONA 2016 02 005
DIAH WASKITO RINI 2016 02 009
FINA METIKA 2016 02 014
NORMA INAYATULLOH 2016 02 028
SISKA ROSITA 2016 02 037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Asuhan Keperawatan Trauma Buli-buli telah diperiksa dan disahkan


oleh dosen pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan diterima sebagai salah satu penugasan kelompok pada mata
kuliah Kegawat darurat I yang disusun oleh :
1) Ardhi Khoirul Hakim 2016 02 004
2) Arfian Viona 2016 02 005
3) Diah Waskito Rini 2016 02 009
4) Fina Metika 2016 02 014
5) Norma Inayatulloh 2016 02 028
6) Siska Rosita 2016 02 037

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

( Ns. Fajri Andi R, M.Kep )


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Rahmat dan
Ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Trauma Buli-buli. Serta kami ucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas ini guna meningkatkan pengetahuan kami tentang pembuatan
makalah.
Penulis mengkaji makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Trauma Buli-
buli karena penulis sendiri menyadari bahwasanya masalah ini sangat penting untuk
diketahui oleh pembaca agar benar-benar mengetahui tentang Asuhan Keperawatan
Trauma Buli-buli.
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap para pembaca lebih tahu tentang
Asuhan Keperawatan Trauma Buli-buli. Dengan demikian penulis selaku penyusun
berharap mampu memberikan informasi kepada pembaca.
Terima kasih.

Banyuwangi, 9 Oktober 2019


Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keaadaan

darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi

dapat menimbulkan komplikasi seperti pendarahan hebat, peritonitis dan sepsis.

Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindungi oleh tulang

pelvis sehingga jarang mengalami cedera.Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-

buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambahnya usia, tempatnya

turun dan terlindung di dalam kavum pelvis, sehingga kemungkinm mendapatkan

trauma dari luar jarang terjadi.

Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi

kurang lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem urogenitalia. Trauma buli-buli

terjadi paling banyak pada trauma ekternal dan kebanyakan berhubungan dengan

fraktur pelvis (sekitar 15% dari fraktur pelvis berhubungan dengan kejadian

trauma buli-buli atau uretra). Ruptur pada buli merupakan kasus yang jarang

terjadi, hanya terdapat 1,6% kasus dari keseluruhan trauma tumpul abdomen

dengan angka kematian tinggi (10-34%). Penelitian yang dilakukan Kinzie tahun

2013 di Texas menemukan insiden ruptur buli sebesar 0,36% kasus dalam 10

tahun. Trauma introgenik kemungkinan dihasilkan dari kasus ginekologi dan

prosedur ekstensif pelvis lainnya yang berasal dari perbaikan hernia dan operasi
transuletral. Penyebab trauma kandung kemih paling sering adalah kecelakaan

kendaraan bermotor di mana kedua sabuk penganan mengkompresi.

Trauma sistem perkemihan bisa terjadi karena trauma tumpul dan trauma

tajam. Trauma tumpul sistem perkemihan lebih besar tingkat kejadiannya 80 –

90% dibandingkan dengan trauma tajam yang mencapai 10 – 20%. Biasanya

cedera saluran kemih disertai dengan trauma pada struktur organ lain, kecuali

cedera atrogenik yang umumnya merupakan cedera tunggal.Bila buli-buli yang

penuh dengan urune mengalami trauma, maka akan terjadi peningkatan tekanan

intra vesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli pecah keadaan ini dapat

menyebabkan rutura intraperitonial. Secara anatomik buli-buli atau bledder

terletak didatlam rongga pelvis sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa

kandung kemih karena kecelakaan kerja dapat menyebabkan fragmen patah

tulang pelvis sehingga mencederai buli-buli. Jika faktur tulang panggul dapat

menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih,tetapi hanya terjadi memar

pada diding buli-buli dengan hematura tanpa ekstravasasi urin.Ruda paksa tumpul

juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama bia kandung kemih penuh atau

dapat kelainan patogenik seperti tuber colosis,tumor atau obtruksi sehingga

rudapaksa kecil menyebabkan ruptur.

Kandung kemih Sekitar 60-90 % (rata-rata 80 %) dari pasien ceden

kandung kemih akiba trauma tumpul bisanya disertai dengan fraktur tulang

panggul dan 30% dari pasien dengan fraktur tulang panggul terdapat cedera pada

kandung kemih. temasuk kontusio kandung kemih Sekitar 25% dari ruptur

intraperitoneal kandung kemih terjadi pada pasien tanpa fraktur panggul. Ruptur
intraperitoneal tercatat sekitar sepertiga dari cedera kandung kemih. Sedangkan

untuk ruptur ekstareritoneal tercatat 60 % dari sebagian besar cedera kandung

kemih dan biasanya berhubungan dengan fraktur panggul.

Penanganan yang harus diberikan kepada pasien dengan trauma vesika

urinaria diantaranya atasi syok dan perdarahan, istirahat baring sampai hematuri

hilang. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria

intra peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam uretra

untuk mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan kandung kemih akan

membaik dengan sendirinya. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan

pembedahan untuk menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap

robekan. Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan

menggunakan 2 kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra) dan yang

lainnya terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah

(kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau diangkat

setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna.

Melihat akibat yang ditimbulkan dari trauma urinaria, maka kami dari

kelompok akan menjelaskan konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada

sistem perkemihan yaitu trauma buli/ vesika urinaria sebagai penunjang kegiatan

perkuliahan pada mata kuliah kegawatdaruratan I

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari trauma buli-buli?

1.2.2 Apa etiologi dari trauma buli-buli?


1.2.3 Apa tanda dan gejala dari trauma buli-buli?

1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan trauma buli-buli?

1.3 Tujuan Penulisan

Diharapkan mahasiswa mampu :

1.3.1 Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan pengertian dari

trauma kandung kemih.

1.3.2 Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan etiologi dari

trauma bulu-buli.

1.3.3 Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan danda gejala dari

trauma buli-buli.

1.3.4 Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan asuhan

keperawatan trauma kandung kemih.

1.4 Batasan masalah

Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah tentang

defenisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan dan asuhan

keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat

bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan

segera dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan

sepsis. Secara anatomic buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh

tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. ( R. Sjamsuhidayat, 1998)

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi.

Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih

sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka

daripada saat kosong (Muttaqin, 2008)

2.2 Klasifikasi

a) Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.

Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-

100%). Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh

fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung

berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.

b) Rupture kandung kemih intraperitoneal.

Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya urine

secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera

adalah peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba kekandung


kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu ditahan oleh

kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine

masuk kedalam peritoneum.

c) Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.

Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih

seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk

abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal, ekstraperitoneal,

cidera, atau gabungan kandung kemih.

2.3 Etiologi

Ruptur kandung kemih terutama terjadi sehingga akibat trauma tumpul pada

panggul, tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka

tusuk oleh senjata tajam, dan cedera dari luar, cedera iatrogenik dan patah tulang

panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat

menusuk kandung kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas ialah akibat

trauma tumpul pada panggul atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas

massa urinaria yang terbendung di dalam kandung kemih yang menyebabkan

rupture. Penyebab iatrogenic termasuk pascaintervensi bedah dari ginekologi,

urolodi, dan operasi ortopedi di dekat kandung kemih. Penyebab lain melibatkan

trauma obstetric pada saat melahirkan.

2.4 Patofisiologi

Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan

kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli.

Trauma vesika urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila
kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patelegik sepetrti tuberculosis,

tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria

tajam akibat luka trusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat

melalui daerah suprapubik ataupun transperineal dan penyebablain adalah

instrumentasi urologic. Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau

rupture kandung kemih, pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada

dinding buli-buli dengan hematuria tanpa eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih

dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih

ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada

dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi

urin dari rongga perivesikal.


2.5 Pathway

Kandung Kemih

Kecelakaan Fraktur tulang Trauma Trauma


Tumpul Tajam

Patah Tulang Kontusio / buli- Ruptur Luka tusuk


pelvis buli memar

Trauma Bledder

Obstruksi Jejas hematom Robekan dinding


abdomen bladder

Tekanan kandung
Inkontinensia Anemia
kemih

Gangguan Nyeri tekan supra Syok hipovolemik


eliminasi pubis

Gangguan rasa Cemas


Katerisasi nyaman nyeri

Gangguan perfusi
Resiko infeksi
jaringan

Gangguan
mobilitas fisik
2.6 Tanda Gejala

a) Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat

b) Abdomen bagian tempat jejas/hemato

c) Tidak bisa buang air kecil kadang keluar darah dari uretra.

d) Nyeri suprapubik

e) Ketegangan otot dinding perut bawah

f) Trauma tulang panggul

2.7 Komplikasi

a) Urosepsis.

Keracunan septic dari penahanan dan absorbs substansi urin.

b) Klien lemah akibat anemia.

2.8 Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik

a) Hematokrit menurun.

b) Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pindah atau

tertekan.

c) Pola pemeriksaan BNO:Memperlihatkan suatu daerah yang berwarna abu-abu

di daerah trauma dan memperlihatkan ekstravasase urine

d) Urogram Ekskresi: Memperlihatkan gangguan fungsi/ ekstravasasi urine pada

sisi yang terkena

e) CT-Scan : Memperlihatkan adanya hematoma retropenia dan konfigurasi ginjal

2.9 Penatalaksanaan

a. Atasi syok dan perdarahan.

b. Istirahat baring sampai hematuri hilang.


c. Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra

peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.

d. Robekan kecil (laserasi) bisa diatasi dengan memasukkan kateter ke dalam

uretra untuk mengeluarkan air kemih selama 7-10 hari dan kandung kemih

akan membaik dengan sendirinya.

e. Untuk luka yang lebih berat, biasanya dilakukan pembedahan untuk

menentukan luasnya cedera dan untuk memperbaiki setiap robekan.

Selanjutnya air kemih dibuang dari kandung kemih dengan menggunakan 2

kateter, 1 terpasang melalui uretra (kateter trans-uretra) dan yang lainnya

terpasang langsung ke dalam kandung kemih melalui perut bagian bawah

(kateter suprapubik).Kateter tersebut dipasang selama 7-10 hari atau

diangkat setelah kandung kemih mengalami penyembuhan yang sempurna


BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

a. Primary Survey

1. Identitas

Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan,

pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.

2. Kesadaran

A : Alert/Sadar (klien/korban dapat dikatakan sadar apablila dapat

berorientasi terhadap tempat, waktu dan orang)

V : Verbal/respon terhadap suara (korban/klien dalam keadaan

disorientasi namun masih diajak bicara)

P : Pain/resepon terhadap nyeri (korban/klien hanya berespon terhadap

nyeri)

U :Unresponsive/tidak sadar (tentukan kesadaran korban apakah berada

dalam keadaan Alert, Verbal, Pain, Unresponsive

3. Keluhan utama

Px mengeluh nyeri pada perut bagian bawah

4. Airway

Tidak ada gangguan jalan nafas, tidak ada suara tambahan, tidak ada jejas

didaerah dada.
5. Breathing

Terjadi peningkatan frekuensi nafas, nafas dangkal, distress pernafasan,

menggunakan otot otot pernafasan

6. Circulation

Kegagalan system sirkulasi merupakan ancaman kematian yang sama

dengan kegagalan system pernapasan. Oksigen sel darah merah tanpa

adanya distribusi ke jaringan tidak akan bermanfaat bagi penderita.

Perkiraan status kecukupan output jantung dan kardiovaskular dapat

diperoleh hanya dengan memeriksa denyut nadi, masa pengisian kapiler,

warna kulit dan suhu kulit.

1. Denyut Nadi

Jika denyut nadi arteri radialis tidak teraba, penderita agaknya

telah masuk ke dalam fase syok tak terkompensasi.

2. Kulit

 Masa pengisian kapiler: pemeriksaan singkat perihal masa

pengisian kapiler dilakukan dengan cera menekan bantalan kuku

ini berguna dalam memperkirakan aliran darah melalui bagian

paling distal dari sirkulasi. Waktu pengisian kapiler >2 detik

menandakan bantalan kapiler tidak menerima perfusi yang

adekuat, namun pengisian kapiler juga dapat dipengaruhi oleh

usia tua, suhu rendah, penggunaan vasodilator atau

vasokontriktor atau adanya syok spinal.


 Warna: perfusi yang adekuat menghasilkan warna kulit merah

muda (pada kulit putih), warna kulit gelap mempersulit dalam

penilaian. Warna kebiruan menandakan oksigenasi tidak

sempurna, sedangkan pucat menanakan pergusi yang buruk.

 Suhu: suhu dingin menandakan penurunan perfusi oleh apapun

sebabnya

 Kelembaban: kulit kering menandakan perfusi baik, kulit lembab

dihubungkan dengan keadaan syok dan penurunan perfusi.

 Perdarahan: kontrol cepat terhadap kehilangan darah adalah

tujuan paling penting dalam memberikan pertolongan penderita

trauma.

b. Secondary Survey

D : Disability (kesadaran)

 Tingkat kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).

GCS adalah skala yang penting untuk evaluasi pengelolaan jangka

pendek dan panjang penderita trauma. Pengukuran GCS dilakukan pada

secondery survey, hal ini dapat dilakukan jika petugas memadai.

 Penilaian tanda lateralisasi: pupil (ukuran, simetris dan reaksi terhadap

cahaya, kekuatan tonus otot (motorik). Pemeriksaan pupil berperan

dalam evaluasi fungsi cerebral. Pupil yang normal dapat digambarkan

dengan PEARL (Pupils, Equal, Round Reactive to Light) atau pupil

harus simetris, bundar dan bereaksi normal terhadap cahaya.


E : Exposure

Buka pakaian penderita untuk memeriksa cedera agat tidak

melewatkan memeriksa seluruh bagian tubuh terlebih yang tidak terlihat

secara sepintas. Jika seluruh tubuh telah diperiksa, penderita harus ditutup

untuk mencegah hilangnya panas tubuh. Walaupun penting untuk

membuka pakian penderita trauma untuk melakukan penelaian yang

efektif, namun hipoteria tidak boleh dilupakan dalam pengelolaan penderita

trauma.

F : Folley Catheter

Pemasangan foley cateter adalah untuk evaluasi cairan yang masuk.

Input cairan harus dievaluasi dari hasil output cairan urin. Output urine

normal

 Dewasa: 0.5 cc/kg bb/jam

 Anak: 1 cc /kg bb/jam

 Bayi: 2 cc/kg bb/jam

Namun pemasangan cateter tidak dapat dipasang pada penderita

dengan adanya hematoma skrotum, perdaraha di OUE (Orifisium

Uretra External), dan pada Rektal Touch (RT) posisi prostat

melayang/tidak teraba.

G : Gastric Tube

Pemasangan kateter lambung dimaksudkan untuk mengurangi distensi

lambung dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah sekaligus

mempermudah dalam pemberian obat atau makanan. Kontraindikasi


pemasangan NGT adalah untuk penderita yang mengalami fraktur basis

crania atau diduga parah, jadi pemasangan kateter lambung melalui mulut

atau OGT.

H : Heart Monitor and pulse oksimetri

Dapat dipasang untuk klien yang memiliki riwayat jantung ataupun

pada kejadian klien tersengat arus listrik.

S : Simptomp

Trauma buli buli biasanya didapatkan gejala sulit BAK,

distensi abdomen, nyeri saat BAK,

A : Alergic

Retensi urine biasanya terjadi pada pasien yang mengkonsumsi

obat

M : Medications

Obat-obatan golongan anti histamine, dekongestan, pseudo

evedrin, antikolinergik, anti depresan, dan fenilefrin dapat

menyebabkan ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih secara

keseluruhan.

P : Post Illnes

Riwayat penyakit seperti BPH pada laki-laki dan post partum

pada perempuan.

L : Last meal

Salahsatu makanan yang dapat menyebabkan retensi urine

yaitu jengkol karena apabila terlalu banyak mengkonsumsi jengkol


kandungan asam jengkolat yang menumpuk disaluran kemih. Kristal

asam jengkolat yang mengendap di saluran kemih akan menyebabkan

sumbatan.

E : Event

Riwayat pasien dengan post partum, trauma pelvis, faktor usia

dikarena kan penurunan fungsi organ, dan adanya penyakit penyerta

seperti BPH, batu ginjal.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengankateterisasi

2. Cemas berhubungan dengan syokhipovolemik

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan traumableder.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan

kandung kemih

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan robekan dindingbleder.

3.3 IntervensiKeperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


No
keperawatan (NOC) (NIC)

1. Resiko infeksi NOC: NIC:


berhubungan dengan  Immunestatus  Bersihkan lingkungan
kateterisasi  Knowledge : infection setelah dipakai
Definisi : control pasienlain
mengalami  Risk control  Pertahankan
peningkatan Kriteria hasil : teknikisolasi
resiko terserang  Batasipengunjung
organism  Klien bebas dari tanda dan bilaperlu
patogenik. gejalainfeksi Instrusikanpada
Factor-faktor resiko:  Mendeskripsikanproses pengunjung untuk cuci
 Penyakit tangan dan setelah
kronis penularan penyakit,factor berkunjung meninggalkan
a.Diabetesb. yang memprngaruhi pasien
melitus penularan serta  Monitor tanda dan gejala
 Pengetahua penatalaksanaannya infeksi sistemik danlocal
n yangtidak  Menunjukan kemampuan  Monitor hitung
cukup untuk untuk mencegah timbulnya granulosit,WBC
menghindar infeksi  Monitor kerentanan
i  Jumlah leukosit dalam batas terhadapinfeksi
pemanjanan normal  Ajarkan pasien dan
pathogen Menunjukan perilaku hidup sehat keluarga tanda dan
 Pertahankan tubuh gejala infeksi
primer  Ajarkan cara
yangadekuat menghindari infeksi
 Gangguan
peristalsis
 Kerusakan
integritas kulit
 Perubahan
seksresi pH
Penurunan kerja
siliaris
 Pecah ketuban
dini
 Pecah letuban
lama
 Merokok
 Status cairan
tubua
 Trauma jaringan
 Ketidakadek
uatanpertah
anansekund
er
 Vaksinasi
tidakadekuat
 Pemajanan
terhadap
pathogen
lingkungan
meningkat
 Prosedur
invasive
Malnutri
si
2. Cemas NOC NIC
berhubungan Setelah dilakukan asuhan Penurunan kecemasan
dengan syok selama klien
hipovolemik kecemasan teratasi dgn kriteria  Gunakan pendekatan
Faktor hasil: yang menenangkan
keturunan,  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
Krisissitua mengidentifikasidan harapan terhadap pelaku
sional, mengungkapkan gejala pasien
Stress, cemas  Jelaskan semua prosedur
perubahan  Mengidentifikasi, dan apa yang dirasakan
status kesehatan, mengungkapkan dan selamaprosedur
ancaman menunjukkan tehnik  Temani pasien untuk
untuk mengontol memberikan keamanan
kematian, perubahan cemas dan mengurangitakut
konsep  Vital sign dalam batas  Berikan informasi
Normal faktual mengenai
diri, kurang  Postur tubuh, ekspresi diagnosis, tindakan
pengetahuan dan wajah, bahasatubuh prognosis
hos dan tingkat aktivitas
pita menunjukkan
lisa berkurangnya  Libatkan keluarga
si kecemasan untuk mendampingi
DO klien
/DS  Instruksikanpada
:
- Insomnia

- Kontak matakurang

- Kurangistirahat

- Berfokus pada
dirisendiri

- Iritabilitas

- Takut

- Nyeriperut

- Penurunan TD dan
denyut nadi
- Diare,
mual,kelelahan

- Gangguantidur

Gemetar
3. Gangguan eliminasi NOC: NIC:
urine berhubungan Pengawasan urin Perawatan retensi urin
dengan trauma Kriteria hasil  Mengatakan
bleder.  Mengatakan keinginan keinginan
untukBAK untukBAK
 Menentukan pola BAK  Menentukan
 Mengatakan dapat BAK pola BAK
dengan teratur  Mengatakan dapat
 Waktu yang adekuat antara BAK denganteratur
keinginan BAK dan  Waktu yang
mengeluarkan BAK ke toilet adekuat antara
 Bebas dri kebocoran keingian BAK dan
urinsebelumBAK mengeluarkan BAK
ketoilet
 Bebas dari
kebocoran urin
sebelum denganBAK
 Mampu memulai
dan mengakhir
aliranBAK
 Mengesakan kandung
kemih secara
komplet
3.4 Implementasi

 Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk

mempermudah proseskeperawatan

 Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentangpenyakitnya

 Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakanselanjutnya

 MengobservasiTTV

 Mengkajipasien

3.5 Evaluasi

S : Px mengatakan masih terasa nyeri pada perut bagianbawah

O : TD: 110/90 mmHg, N: 65 x/meit, S: 36.5, RR: 20 x/menit

A : Masalah teratasisebagian

P : Planingselanjutnya.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Trauma buli-bulu atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan

darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak

ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti

perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomic buli-buli

terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga

jarang mengalami cedera. ( R.Sjamsuhidayat, 1998)

Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau

penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi

kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih

mungkin untuk menjadi luka daripada satu kosong (Muttaqin,2008)

5.1 Saran

Semoga dengan makalah para pembaca dapat mengambil ilmu dan

apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah

ini agar kiranya pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang

membangun untuk kebaikan semua.


DAFTAR PUSTAKA

Kinzie, A, & Alan, H.. Blunt Traumatic Bladder Rupture: A 10-year

Perspective.2013, Vol. 79.

Sjamsuhidajat R, de Jong W.1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke dua. Jakarta:EGC

Muttaqin,Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Imunologi.Jakarta:Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:

Salemba Medika.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI

Soeparman.1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius

FKUI, Jakarta.http://id.scribd.com/doc/81798526/Askep-Trauma-Ginjal

http://www.slideshare.net/nufrz/dradam-trauma-urologi-dan-pelvis-as

http://caramengecilkanpaha.com/tips-menurunkan-kolesterol/

http://www.susukolostrum.com/data-penyakit/penyakit-ginjal-dan-saluran-

kemih/trauma-saluran-

kemih.htmlhttp://www.scribd.com/doc/40369056/Asuhan-Kekperawatan-

Klien-Dengban-Trauma-Sistem-Perkemihan

Anda mungkin juga menyukai