Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN

TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK


DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan

Oleh:

RINA MURDYANINGSIH
NIM. ST 13061

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
2

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi


Keperawatan yang berjudul:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN CUCI TANGAN


TERHADAP KEPATUHAN MAHASISWA PRAKTEK
DI RUANG ICU RSUD Dr. MOEWARDI

Oleh :
Rina Murdyaningsih
NIM. ST 13061

Telah diuji pada tanggal 18 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

(bc. Yeti Nurhayati, M.Kes) (Ari Setiyajati, S.Kep., Ns., M.Kes)


NIK: 201378115 NIK: 19660121 199603 1 002

Penguji,

(Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep)


NIK. 200679022

Surakarta, 18 Agustus 2015


Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

(Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns., M.Kep)


NIK. 201279102
3

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Rina Murdyaningsih
NIM : ST 13061

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.

Surakarta, Agustus 2015


Yang membuat pernyataan

(Rina Murdyaningsih)
NIM. ST 13061
4

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan terhadap

Kepatuhan Mahasiswa Praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi”. Tersusun dan

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, maka pada

kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing Utama yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.

4. Ari Setiyajati, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang juga

telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama

penyusunan skripsi.

5. Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku penguji memberikan masukan

dan arahan selama penyusunan skripsi.

6. Seluruh dosen dan staf akademik program studi S1 Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

iv
5

7. Direktur dan staf DIKLIT RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin dan

arahan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

8. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktu dalam membantu

kelancaran penelitian ini.

9. Orang tua tercinta, yang telah memberikan dukungan dan do’anya.

10. Suamiku tercinta, dan anakku yang telah memberikan semangat, motivasi, do’a

dan kasih sayangnya.

11. Teman-teman mahasiswa angkatan 1 program Transfer S1 Keperawatan STIKes

Kusuma Husada, yang saling mendukung dan membantu dalam proses

penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal yang akan mendapat balasan

yang lebih baik oleh Allah SWT. Selanjutnya penulis mengharapkan masukan,

saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk

pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.

Surakarta, Agustus 2015

Peneliti

Rina Murdyaningsih

v
6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xii

ABSTRAK .................................................................................................. xiii

ABSTRACT .................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3

a. Tujuan Umum.................................................................. 3

b. Tujuan Khusus ................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 3

a. Bagi Rumah Sakit ............................................................ 3

b. Bagi Institusi Pendidikan................................................. 3

vi
7

c. Bagi Petugas Kesehatan .................................................. 4

d. Bagi Mahasiswa Praktek ................................................. 4

e. Bagi Peneliti Lain ............................................................ 4

f. Bagi Peneliti .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka...................................................................... 5

2.1.1 Mahasiswa Praktek ................................................... 5

2.1.2 Kebersihan Tangan ................................................... 5

2.1.3 Konsep Dasar Penyakit Infeksi ................................ 11

2.1.4 Kepatuhan................................................................. 16

2.1.5 Pendidikan Kesehatan .............................................. 20

2.2 Keaslian Penelitian .............................................................. 23

2.3 Kerangka Teori .................................................................... 25

2.4 Kerangka Konsep ................................................................. 25

2.5 Hipotesis Penelitian.............................................................. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 27

3.3 Populasi dan Sampel............................................................... 28

3.4 Definisi Operasional ............................................................... 30

3.5 Instrumen Penelitian ............................................................... 31

3.6 Cara Pengumpulan Data ......................................................... 31

3.7 Teknik Pengolahan ................................................................ 33

vii
8

3.8 Analisa Data .......................................................................... 34

3.9 Etika dalam Penelitian ............................................................ 35

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat ................................................................... 37

4.2 Analisis bivariat ..................................................................... 39

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik sampel ............................................................... 41

5.2 Kepatuhan mahasiswa praktek dalam 5 moment sebelum

pendidikan kesehatan.............................................................. 43

5.3 Kepatuhan mahasiswa praktek dalam 5 moment sesudah

pendidikan kesehatan.............................................................. 44

5.4 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan

mahasiswa praktek dalam 5 moment cuci tangan ................... 45

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ................................................................................. 47

6.2 Saran ....................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
9

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Halaman

2.1. Keaslian penelitian .................................................................... 23

3.1 Definisi Operasional ................................................................... 30

4.1 Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan umur


mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ........................ 37

4.2 Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan jenis


kelamin mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi .......... 38

4.3 Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan tingkat


pendidikan mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ..... 38

4.4 Kepatuan cuci tangan dalam 5 moment sebelum pendidikan


kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi .......................... 38

4.5 Kepatuan cuci tangan mahasiswa dalam 5 moment setelah


pendidikan kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi ...... 39

4.6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci


tangan dalam 5 moment pada sempel di Ruang ICU RSUD
Dr. Moewardi .............................................................................. 40

ix
10

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Halaman


2.1. Ambil cairan hand rub ....................................................................... 8

2.2. Gosok telapak tangan dengan gerakan memutar ................................ 8

2.3. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan ........................ 8

2.4. Menggosok telapak sampai sela-sela jari ........................................... 9

2.5. Jari-jari saling menggosok dan tangan saling mengunci .................... 9

2.6. Menggosok jari dengan memutar ujung jari-jari dengan tangan


kanan .................................................................................................. 9

2.7. Menggosok telapak tangan dengan ujung jari- jari ............................ 10

2.8. Mengeringkan tangan ......................................................................... 10

2.9. Kerangka teori .................................................................................... 25

2.10. Kerangka konsep ................................................................................ 25

3.1 Rancangan penelitian ......................................................................... 27

x
11

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. F.01 Usulan Topik Penelitian

2. F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi

3. F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

5. F.07 Pengajuan Ijin Penelitian

6. Surat Balasan Ijin Penelitian

7. Lembar Permintaan Menjadi Responden

8. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

9. Karakteristik Responden

10. Lembar Penilaian Cuci Tangan Dalam 5 Moment Mahasiswa Praktek

11. Satuan Acara Penyuluhan

12. Data Karakteristik Responden

13. Hasil uji statistik penelitian

14. Jadwal penelitian

15. Leaflet cuci tangan

16. Gambar foto responden penelitian

17. Lembar Konsultasi

18. F.08 Tanda Bukti Pengumpulan Laporan Skripsi Tahun Akademik 2014/2015

xi
12

DAFTAR SINGKATAN

ICU : Intensive Care Unit

RSUD : Rumah sakit umum daerah

PCMX : Para kloro metaksilenol

SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome

PEP : Post Exposure Prophylaxis

xii
13

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015

Rina Murdyaningsih

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan


Terhadap Kepatuhan Mahasiswa Praktek
Di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi

ABSTRAK

Cuci tangan sebelum melakukan perawatan pada pasien merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan termasuk pada mahasiswa yang sedang
melakukan praktik klinik. Dengan melakukan cuci tangan dapat mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Namun berdasarkan hasil studi pendahuluan, masih banyak
mahasiswa praktek belum patuh dalam 5 moment cuci tangan. Untuk meningkatkan
kepatuhan cuci tangan, maka salah satu cara adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
cuci tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di ruang ICU RSUD Dr.
Moewardi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode pre
eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua mahasiswa praktek di Ruang ICU pada jadwal sift pagi
hari, baik berpendidikan DIII, S-1 keperawatan maupun mahasiswa S-1 Ners
sebanyak 90 orang. Dengan teknik sampling Consecutive sampling diperoleh sampel
sebanyak 48 responden. Instrumen penelitian menggunakan checklist 5 moment cuci
tangan, analisis data menggunakan uji Mc Nemar.
Hasil penelitian diketahui Mahasiswa praktik klinik di ruang ICU banyak yang
berusia 19-21 tahun (62,5%), berjenis kelamin perempuan(68,8%) dan
berpendidikan DIII (45,8%). Sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang cuci
tangan diketahui sebagian besar sampel tidak patuh dalam 5 moment sebesar 58,3%.
Sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui sebagian besar
sampel patuh dalam mencuci tangan dalam 5 moment sebesar 70,8%. Terdapat
pengaruh kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan antara sebelum dan
sesudah diberi pendidikan kesehatan cuci tangan dalam 5 moment dengan p =
0,007.

Kata kunci: Pendidikan kesehatan, kepatuhan, cuci tangan, 5 moment, mahasiswa


Daftar pustaka : 29 (2000-2013).

xiii
14

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE


KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015

Rina Murdyaningsih

Effect of Hand Washing Health Education on Practicum Students’


Obedience at the ICU of Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta

ABSTRACT

Hand washing prior to administering the care to patients is mandatory for each
health worker including practicum students at clinics. Hand washing can prevent the
incidence of nosocomial infections. Based on the premilinary research, there were
still many practicum students who did nor follow or obey the five moments of hand
washing. In order to improve the hand washing obedience, one of the ways is
administering the hand washing health education. The objective of this research is to
investigate the effect of the health education of the five moments of hand washing on
the practicum students’ obedience at the ICU of DR. Moewardi General Hospital of
Surakarta.
This research used the pre-experimental method with the one group pretest –
posttest design. The population of research was all of the practicum student as many
as 90 at the ICU with morning shift. They majored in Diploma III in Nursing
Science, Bachelor Program in Nursing Science, and Bachelor Degree Program in
Nursing Profession. The sample of research consisted of 48 students and were taken
by using the consecutive sampling technique. The data of research were collected
through checklist of the five moments of hand washing. They were analyzed by
using the Mc Nemar’s Test.
The result of research shows that 62.5% of the respondents were aged 19-21
years old; 68.6% of the respondents were females; 45.8% of the respondents majored
in Diploma III in Nursing Science. Prior to the health education of the five moments
of hand washing, 58.3% of the respondents did not obey the five moments.
Following the health education, 70.8% of the respondents obeyed the five moments.
Thus, there was an effect of the health education of the five moments of hand
washing on the practicum students’ obedience as indicated by the p-value = 0.007.

Keywords: Health education, obedience, five moments, students


Reference: 29 (2000-2013)

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka

kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi

nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh

dunia (WHO, 2005). Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai

infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008).

Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit

dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang dekat. Infeksi nosokomial dapat

terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang ke

rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan

atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus

karier atau karena kodisi rumah sakit (Darmadi, 2008). Kerugian yang

ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya akan

membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila tidak terkena

infeksi nosokomial. (Edhie, 2010).

Presentase infeksi nosokomial di rumah sakit dunia mencapai 9% atau

lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia mendapatkan infeksi

nosokomial. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa

sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur

Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan

1
2

untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0% (WHO, 2012). Data tahun 2013

menyebutkan RSUD Dr. Moewardi dalam menangani infeksi nosokomial

mencapai 3%.

Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan

menjalankan universal precautian yang salah satunya adalah dengan mencuci

tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Sebuah penelitian

mengungkapkan bahwa dengan mencuci tangan dapat menurunkan 20% - 40%

kejadian infeksi nosokomial. Namun pelaksanaan cuci tangan itu sendiri belum

mendapat respon yang maksimal. Bagi petugas kesehatan yang setiap harinya

melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien, melakukan cuci tangan

merupakan suatu hal yang wajib dilakukan, namun pada sisi lain perilaku cuci

tangan bagi anggota mahasiswa praktek masih jarang dilakukan. Kontak secara

langsung dari anggota mahasiswa praktek yang tidak cuci tangan dapat

membahayakan kesehatan bagi pasien yang bersangkutan (Hart, T dan Shears,

2006).

Berdasarkan hasil studi awal penelitian di Ruang ICU kepada mahasiswa

praktek diketahui jarang melakukan cuci tangan dalam 5 moment meskipun

sudah terdapat hand rub yang disediakan di depan pintu masuk ruang dan di

dalam kamar perawatan pasien, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap

kepatuhan mahasiswa praktek di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah pada

penelitian ini apakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan terhadap

Kepatuhan Mahasiswa Praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap

kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden.

2. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan sebelum

diberi pendidikan kesehatan.

3. Mengetahui kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci tangan sesudah

diberi pendidikan kesehatan.

4. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap

kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai konstribusi dalam pelayanan kepada pasien secara maksimal

di rumah sakit.
4

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pustaka dalam hal

kepatuhan cuci tangan yang baik dan benar pada 5 moment dan dapat

diaplikasikan kepada mahasiswa pada khususnya serta masyarakat pada

umumnya.

c. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai acuan dalam meningkatkan profesionalisme perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasien, keluarga serta dan mahasiswa praktek

untuk selalu patuh melakukan cuci tangan dengan baik dalam 5 moment.

d. Bagi Mahasiswa Praktek

Sebagai acuan dalam melakukan praktik keperawatan di rumah sakit

untuk senantiasa melakukan cuci tangan dalam 5 moment pada saat

memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan

penelitian lebih lanjut seperti pada tema yang sama.

f. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan manfaat dari

cuci tangan dan mencegah penularan infeksi.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Kajian Pustaka

a. Mahasiswa praktek

Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah

peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu.

Mahasiswa menurut Suwono (2008) adalah merupakan insan-insan calon

sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi yang makin

menyatu dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-calon

intelektual.

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional

melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan

lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan

wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2005). Menurut CHS (2013)

praktek keperawatan sebagai tindakan keperawatan profesional menggunakan

pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai ilmu dasar

(biologi, fisika, biomedik, perilaku dan sosial) dan ilmu keperawatan dasar,

klinik dan komunitas sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan.

b. Kebersihan Tangan

Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar

dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran

mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah

diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce

5
6

dan Pittet, 2002). Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi,

praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang ditularkan

melalui tangan.

Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan semua kotoran

dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit.

Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan

lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan

terdalam permukaan kulit yaitu staphylococcus epidermidis. Selain

memahami panduan dan rekomendasi untuk kebersihan tangan, para petugas

kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan

terutama keterbatasan, pemakaian sarung tangan (Indro, 2004).

1. Pengertian

a) Mencuci tangan: Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan

debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.

b) Air bersih: Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan

disaring sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian

lainnya (misalnya mencuci tangan dan membersihkan instrumen

medis) karena memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan.

Pada keadaan minimal, air bersih harus bebas dari mikroorganisme

dan memiliki turbiditas rendah (jernih, tidak berkabut).

c) Sabun: Produk-produk pembersih (batang, cair, lembar atau bubuk)

yang menurunkan tegangan permukaan sehingga mernbantu

melepaskan kotoran, debris.


7

d) Mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan. Sabun biasa

memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik,

sementara sabun antiseptik (antimikroba) selain melepas juga

membunuh atau menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian

besar mikroorganisme.

e) Agen antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan bergantian):

Bahan kimia yang diaplikasikan di atas kulit atau jaringan hidup lain

untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik yang

sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga

mengurangi jumlah hitung bakteri total. Contohnya adalah: Alkohol

60- 90% (etil dan isopropil atau metil aikohol), Kloroksilenol 0,5-4%

(Para kloro metaksilenol atau PCMX) berbagai konsentrasi (Dettol),

Triklosan 0,2-2% Emollient : Cairan organik, seperti gliserol, propilen

glikol atau sorbitol yang ditambahkan pada handrub dan losion.

Kegunaan emollient untuk melunakkan kulit dan membantu

mencegah kerusakan kulit (keretakan, kekeringan, iritasi, dan

dermatitis) akibat pencucian tangan dengan sabun yang sering

(dengan atau tanpa antiseptik) dan air (Depkes. 2010).

a) Cara mencuci tangan dengan menggunakan hand rub

Persiapan alat : Cairan hand rub

Pelaksanaan

1) Ambil cairan hand rub satu kali tekan dan tampung pada telapak

tangan.
8

Gambar 2.1 Ambil cairan hand rub

2) Usapkan hand rub secara merata dan seluruh permukaan tangan

hingga pergelangan tangan, gosokkan kedua telapak tangan

secara bergantian dengan arah memutar.

Gambar 2.2 Gosok telapak tangan dengan gerakan memutar

3) Gosok punggung dan sela-sela tangan kanan dengan tangan kiri

dan sebaliknya.

Gambar 2.3. Telapak tangan kanan menggosok punggung tangan


9

4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

Gambar 2.4. Menggosok telapak sampai sela-sela jari

5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.

Gambar 2.5. Jari-jari saling menggosok dan tangan saling


mengunci

6) Gosokkan ibu jari kiri dan berputar dalam gengaman tangan

kanan dan sebaliknya.

Gambar 2.6. Menggosok jari dengan memutar ujung jari-jari


dengan tangan kanan
10

7) Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan

sebaliknya.

Gambar 2.7. Menggosok telapak tangan dengan ujung jari- jari

8) Saat tangan sudah benar-benar kering, maka tangan kita telah

aman

Gambar 2.8. Mengeringkan tangan

Metode ini dilakukan 20-30 detik.

2. Tindakan cuci tangan

Tindakan cuci tangan yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktek

di Ruang ICU adalah sebelum menyentuh pasien, sebelum tindakan

septik ataupun antisepstik, sesudah terpapar cairan tubuh, sesudah

menyentuh pasien dan sesudah memegang benda di sekitar pasien (Tim

PPI RSUD Dr. Moewardi, 2013).


11

c. Konsep Dasar Penyakit Infeksi

1. Pengertian

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di

dunia, termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi

dapat berasal dari komunitas (Community acquired / infection) atau

berasal dari lingkungan rumah sakit (Hospital acquired infection)

yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial (Indro,

2004). Berkembangnya sistem "pelayanan kesehatan khususnya dalam

bidang perawatan pasien, sekarang perawatan tidak hanya di rumah sakit

saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan

perawatan di rumah (home care) (Depkes RI, 2007).

Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila

dilakukan tidak sesuai prosedur berpotensi untuk menularkan penyakit

infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas kesehatan

itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal

infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired

infection) diganti dengan istilah baru yaitu "Healthcare-

associatedinfections" (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak

hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada

petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan

pasien. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit,
12

selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah sakit (The Joint Commission,

2009).

Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi

khususnya infeksi rumah sakit, perlu memiliki pengetahuan mengenai

konsep dasar penyakit infeksi. Pada bab ini akan dibahas mengenai

beberapa pengertian tentang infeksi dan kolonisasi, inflamasi, rantai

penularan penyakit, faktor risiko terjadinya infeksi (HAIs), serta strategi

pencegahan dan pengendalian infeksi (Sonnenwirth, 2003).

2. Beberapa Batasan / Definisi

a. Kolonisasi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen

infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang

biak, tetapi tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada

kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam keadaan suseptibel. Pasien atau

petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan kuman patogen

tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman tersebut ke

orang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat bertindak

sebagai "Carrier" (Syahrurahman, 2004).

b. Infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen

infeksi (organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai

gejala klinik.

c. Penyakit infeksi: merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya

agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala

klinik.
13

d. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu

yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

e. Inflamasi (radang atau perdangan lokal) : merupakan bentuk respon

tubuh terhadap suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma,

pembedahan atau luka bakar), yang ditandai dengan adanya

sakit/nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan

(tumor) dan gangguan fungsi.

f. "Systemic Inflammatory Response Syndrome" (SIRS) : sekumpulan

gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon

tubuh (inflamasi) yang bersifat sistemik. Kriteria SIRS bila ditemukan

2 atau lebih dari keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermi atau

suhu tubuh yang tidak stabil, (2) takikardi (sesuai usia), (3) takipnoe

(sesuai usia), serta (4) leukositosis atau leukopenia (sesuai usia) atau

pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%.

SIRS dapat disebabkan karena infeksi atau non-infeksi seperti trauma,

pembedahan, luka bakar, pankreatitis atau gangguan metabolik. SIRS

yang disebabkan infeksi disebut "Sepsis".

3. Rantai Penularan

Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi

perlu mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan

atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen

yang diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah:


14

a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat

menyebabkan infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa

bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen

penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas,

virulensi dan jumlah (dosis, atau "load") (Tennant, 2005).

b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,

berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang

paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air

dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit,

selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan

reservoir yang umum.

c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi

meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan,

pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa,

transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.

d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport

agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada

beberapa cara penularan yaitu kontak langsung dan tidak langsung,

droplet, airborne, melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah)

dan melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).

e. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi

memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui


15

saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput

lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).

f. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya

tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah

terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat

mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit

kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan

dengan imunosuresan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah

jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,

pekerjaan dan herediter (Jawetz dkk, 2005).

4. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi

a. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat

dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau

pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara

umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan

tubuh.

b. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat

dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metodefisik

adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak

makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air,

disinfeksi.

c. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling

mudah untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya


16

sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan

prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah

disusun dalam suatu "Isolation Precautions" (Kewaspadaan (solasi)

yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu "Standard Precautions"

(Kewaspadaan standar) dan "Transmission-based Precautions"

(Kewaspadaan berdasarkan cara penularan). Prinsip dan komponen

apa saja dari kewaspadaan standar akan dibahas pada bab berikutnya.

d. Tindakan pencegahan paska pajanan ("Post Exposure Prophylaxis"/

PEP) terhadap petugas kesehatan. Hal ini terutama berkaitan dengan

pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan

tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai

atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah

hepatitis B, Hepatitis C dan HIV (Inglis, 2003).

d. Kepatuhan

1. Pengertian

Secara umum dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002) yang

dimaksud dengan kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam

menjalankan perintah atau sebuah aturan. Sarwono (2006) menambahi

bahwa kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan perintah agar sesuai

dengan peraturan. Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan.
17

Setiap perilaku yang dikerjakan seseorang dengan prosedur tentu

akan menghasilkan hasil akhir yang optimal. Sedangkan dalam

melaksanakan tata cara tersebut kadang kala ada waktu jenuh. Waktu

dimana enggan untuk mengikuti aturan yang berlaku dan ingin mengikuti

keinginan sendiri. Apalagi bila suatu aturan yang dikerjakan tersebut

tidak secara langsung kelihatan hasilnya, dan merupakan tuntutan dari

orang lain, maka sangat besar kemungkinan perilaku itu tidak

berlangsung lama untuk terwujudnya perilaku tersebut diperlukan

kepatuhan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien

terhadap program pengobatan menurut Sukanto (2007) yaitu:

a) Faktor internal meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan

pendidikan.

b) Faktor eksternal meliputi: pengalaman, lingkungan, dan fasilitas

kesehatan.

Niven (2002) ada faktor-faktor yang mendukung kepatuhan

seseorang atau pasien, jika faktor ini lebih besar daripada hambatannya,

kepatuhan harus mengikuti. Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti

penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.


18

Dictionary of education menyebutkan bahwa pendidikan adalah

proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia

hidup, proses sosial dimana orang diharapkan pada pengaruh

lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga ia dapat memperoleh

perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang

optimal. Jenjang pendidikan formal adalah SD, STP, SLTA dan

Perguruan Tinggi (Machfoedz, 2005).

Pendidikan merupakan proses menumbuh-kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam

pengajaran itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan

seseorang) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat

pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru

(Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola berpikir seseorang

dalam pengambilan keputusan mengenai kesehatan dirinya. Orang

yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerima penjelasan-

penjelasan dari petugas kesehatan. Tingkat pendidikan merupakan

unsur yang penting bagi sumber pengetahuan seseorang, maka makin

besar pula tingkat kepatuhannya dalam melakukan program

pengobatan terhadap penyakitnya. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari


19

orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi yang

masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang

kesehatan (Hasbullah, 2006).

b) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.

c) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Fitriani

(2009) selain tingkat pengetahuan penderita, tingkat ekonomi, sikap

pasien, usia, dukungan keluarga, nilai dan keyakinan tentang

kesehatan, faktor keterlibatan tenaga kesehatan.

3. Penilaian kepatuhan

Penilain kepatuhan dapat mengacu pada model pengukuran sentral

tendensi suatu data. Data yang berdistrusi normal, maka yang menjadi

menjadi acuan adalah nilai rata-rata (mean), sehingga jika suatu nilai

lebih dari nilai rata-rata kelas maka dapat dimasukkan dalam nilai lebih/

tinggi dan sebaliknya apabila nilai yang bersangkutan lebih rendah, maka

dimasukkan dalam nilai kurang/ rendah (Murti, 2006). Penilaian

kepatuhan cuci tangan adalah

a. Patuh > rata-rata skor nilai cuci tangan

b. Tidak patuh ” rata-rata nilai cuci tangan


20

4. Kriteria mahasiswa praktek

Mahasiswa praktek keperawatan di ruang ICU dapat dikatakan patuh

apabila melakukan cuci tangan saat sebelum menyentuh pasien, sebelum

tindakan septik ataupun antisepstik, sesudah terpapar cairan tubuh,

sesudah menyentuh pasien dan sesudah memegang benda di sekitar

pasien. Apabila dari 5 moment telah dilakukan dengan baik, maka

mahasiswa praktek dapat dinyatakan patuh.

e. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan (Notoatmojo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah

suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masayarakat yang

kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar

masyarakat mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan,

menghindari dan mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka

dan orang lain. Pendidikan kesehatan adalah suatu pendidikan yang

dilakukan dengan cara menyebarkan pesan menanamkan keyakinan

sehingga adar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau serta bisa melakukan

suatu tindakan yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 2005).

2. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan menurut Mubarak (2006) ada 3

kelompok sasaran pendidikan kesehatan:


21

a) Sasaran Primer

Masayarakat pada umumnya bisa kepala keluarga, ibu-ibu

hamil, anak-anak sekolah, remaja, lansia, dan sebagainya.

b) Sasaran Sekunder

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya.

Diharapkan kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan

dimasyarakat sekitar.

c) Sasaran tersier

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik tingkat

pusat maupun tingkat daerah.

3. Materi atau pesan

Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat

hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan

individu, kelompok, masyarakat. Materi atau pesan yang hendak

disampikan hendaknya dengan menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti, materi yang tidak terlalu sulit dalam penyampaian materi

sebaiknya menggunakan alat peraga materi merupakan kebutuhan

sasaran.

4. Alat bantu pendidikan kesehatan

Alat bantu atau media pendidikan secara garis besar ada 3 macam

alat bantu pendidikan:

a) Alat bantu visual yang berguna dalam membantu menstimulasi

indra mata ( penglihatan ) pada waktu proses pendidikan, seperti

slide, film, flim stripe.


22

b) Alat-alat bantu dengan Audio yaitu alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengaran pada waktu penyampaian bahan

pendidikan seperti radio.

c) Media Papan

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi

dengan pesan-pesan.

Peneliti dalam melakukan penelitian menggunakan media leaflet

dan demonstrasi. Leaflet sebagai media pendidikan kesehatan digunakan

dengan alasan praktis, karena mengurangi kebutuhan mencatat pada

responden. Responden cepat melihat isinya. Dari biaya pembuatan sangat

ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota

kelompok sasaran, dapat dengan mudah didiskusikan, dapat memberikan

informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah

dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan

responden.

Penggunaan demonstrasi cuci tangan juga dilakukan. Demontrasi

adalah memperlihatkan secara singkat kepada responden bagaimana

melakukan suatu perilaku kesehatan cuci tangan dalam 5 moment.

Tujuannya adalah untuk meyakinkan responden bahwa sesuatu perilaku

kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali

dalam tindakan keperawatan. Keuntungan metode demonstrasi yang

dilakukan adalah cara mengajar ketrampilan yang efekif dan dapat


23

merangsang peningkatan kepatuhan responden dalam cuci tangan, dan

menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.

2.7 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian penelitian

Peneliti Judul Metode penelitian Hasil penelitian

Nur Alam Fajar Hubungan Metode penelitian Tidak ada


(2011) Pengetahuan dan observasional hubungan antara
Sikap pendekatan cross pengetahuan
Terhadap Perilaku sectional. masyarakat
Cuci Tangan Pakai Sampel berjumlah terhadap perilaku
Sabun 93 masyarakat cuci tangan pakai
Pada Masyarakat di Desa Senuro Timur sabun dengan
Desa Senuro Timur Kecamatan nilai p- value =
Batu Kabupaten Tanjung 0,615,
Ogan Ilir Batu Kabupaten Ada hubungan
Ogan Ilir antara sikap
menggunakan cara masyarakat
purposive terhadap perilaku
sampling. CTPS dengan nilai
Instrumen p-value =0,001.
penelitian
menggunakan
kuesioner. Analisis
data menggunakan
uji korelasi Chi
Square

Neila Fauzia Kepatuhan Standar Rancangan Rata-rata tingkat


(2014) Prosedur deskriptif kepatuhan
Operasional Hand kuantitatif. Sampel responden sebesar
Hygiene pada yang diambil 62%-65%
Perawat di Ruang sebanyak 43
Rawat Inap perawat dari 5
Rumah Sakit ruang yang diteliti
Instrumen
metode observasi
langsung untuk
menilai perilaku
perawat dalam
melaksanakan hand
24

hygiene
berdasarkan
Standar Prosedur
Operasionl (SPO)
yang berlaku.
Analisis data
menggunakan nilai
persentase
Rachel Davis (2014) Predictors of Rancangan Sebanyak 88%
healthcare penelitian tenaga kesehatan
professionals’ menggunakan memberikan
attitudes towards crossectional. pendidikan cuci
family involvement Responden adalah tangan kepada
in safety-relevant 73 dokter dan 87 anggota
behaviours: perawat. Isntrumen keluarganya,
a cross-sectional menggukan namun hanya 41%
factorial survey kuesioner. Analisis yang mampu
study data menggunakan merubah sikap
persentase anggota keluarga
untuk rajin cuci
tangan
25

2.8 Kerangka Teori

Mahasiswa Pendidikan Perilaku kepatuhan cuci


praktek kesehatan tangan
cuci tangan

Cuci tangan pada 5 Faktor kepatuhan


moment 1) Umur,
2) Jenis kelamin,
3) Pekerjaan,
4) Pendidikan.
5) Pengalaman,
6) Lingkungan,
7) Fasilitas kesehatan.

Gambar 2.9. Kerangka teori


Sumber: Notoatmojo, 2007, Sukanto (2007) Niven (2002), Mubarok (2006)

2.9 Kerangka Konsep

Pre test Pendidikan kesehatan Post test


Kepatuhan cuci tangan dengan kepatuhan
cuci tangan metode demonstrasi cuci tangan
dan media leaflet

Gambar 2.10. Kerangka konsep


26

2.10 Hipotesis Penelitian

Ha = Ada pengaruh pendidikan kesehatan cuci tangan terhadap kepatuhan

mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.


27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian metode pre

eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttest. Ciri dari tipe

penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum

dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,

2005). Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Subjek Pre test Perlakuan Post test


K O I OI
Waktu I Waktu 2 Waktu 3

Gambar 3.1 Rancangan penelitian


Keterangan:

(O1) : Observasi pertama kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment mahasiswa

yang praktek di ruang ICU

I : Pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet dan demonstrasi.

(OI) : Observasi kedua kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment mahasiswa

yang praktek di ruang ICU

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi pada bulan

Februari- Juni 2015.

27
28

3.3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 2006).

Sedangkan menurut Sugiyono (2009), populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian semua mahasiswa

praktek di Ruang ICU pada jadwal sift pagi hari, baik berpendidikan DIII, S-

1 Keperawatan maupun mahasiswa S-1 Ners. Jumlah populasi sebanyak 90

orang

b. Sampel

Sampel merupakan suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009). Menurut Arikunto (2006) sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

1. Besar sampel

Jumlah sampel diperoleh dengan rumus menurut Notoatmodjo

(2007) sebagai berikut

N
n
1  N (d ) 2

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kesalahan 10% (0,10)


29

90
n
1  90(0,1) 2

90
1,9

= 48 responden.

2. Teknik sampling

Pengambilan sampel menggunakan Teknik sampling dalam

penelitian ini adalah Consecutive sampling. Consecutive sampling yaitu

pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2005). Penentu

kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil

penelitian, khususnya jika terdapat variabel-variabel (kontrol atau

perancu) yang ternyata mempunyai pengaruh variabel yang diteliti.

3. Kriteria sampel

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan

eksklusi (Nursalam, 2003).

a) Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan

kriteria inklusi (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi meliputi :

1) Mahasisiwa praktek di Ruang ICU

2) Bersedia menjadi responden penelitian


30

b) Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.

Kriteria eksklusi adalah

1) Mahasiswa praktek pada sift siang dan malam

3.4. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Skala


ukur ukur
Variabel bebas
1 Pendidikan Suatu atau Observasi - - -
kesehatan penyampaian SOP cuci
tentang cuci informasi tentang tangan
tangan tindakan cuci tangan
secara baik dan benar
kepada mahasiswa
praktek berdasarkan
SOP cuci tangan hand
rub RS Dr. Moewardi
dengan metode
demonstrasi dan
leaflet.
Variabel terikat
2 Kepatuhan Tindakan mahasiswa Lembar Peneliti Hasil observasi Nominal
cuci tangan praktek di ruang ICU cheklist 5 melakukan kemudian
dalam melakukan moment observasi dilakukan
cuci tangan dengan dalam cuci langsung penilaian
hand rub, sesuai SOP tangan: terhadap dengan nilai
yang dilakukan saat : Observasi mahasiswa total skor.
Sebelum menyentuh dilakukan praktek Penilaian
pasien, nilai 1, tidak dalam 5 kepatuhan
Sebelum tindakan dilakukan moment sebagai berikut
septik ataupun nilai 0 melakukan Patuh > rata-
antisepstik, cuci tangan rata nilai cuci
Sesudah terpapar tangan
cairan tubuh, Tidak patuh ”
Sesudah menyentuh rata-rata nilai
pasien cuci tangan
Sesudah memegang (Murti, 2006)
benda di sekitar
pasien
31

Variabel perancu

3 Mahasiswa Adalah mahasiswa - - -


praktek jurusan keperawatan
baik program DIII, S-
1 keperawatan mapun
S-1 keperawatan dan
Ners yang melakukan
praktek di ruang ICU
pada waktu sift pagi

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data-data. Penelitian ini menggunakan lembar observasi berisi penilaian cara-

cara cuci tangan yang benar dalam 5 moment cuci tangan. Penilaian 5 moment

cuci tangan adalah:

1. Patuh > rata-rata nilai cuci tangan

2. Tidak patuh ” rata-rata nilai cuci tangan(Murti, 2006)

3.6. Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data bersumber pada

a. Data primer

Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden

penelitian (Riwidikdo, 2010). Data primer dalam penelitian ini diperoleh

dari hasil checklist cuci tangan responden dalam 5 moment

b. Data sekunder
32

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain

dan tidak dipesiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi dapat digunakan

untuk tujuan penelitian. Data sekunder adalah data mahasiswa yang praktik

di ruang ICU.

Prosedur pengumpulan data

a. Tahap orientasi

Tahap orientasi meliputi pengajuan surat studi pendahuluan ke

bagian Stikes Kusuma Husada Surakarta. Tahap pertama, peneliti

mempersiapkan beberapa konsep yang akan diteliti dengan membaca

atau mencari beberapa literatur, misalnya jurnal maupun buku. Peneliti

melanjutkan melakukan observasi awal kepada mahasiswa praktik di

ruang ICU tentang perilaku tindakan cuci tangan dalam 5 moment. Hasil

dan observasi tersebut kemudian dibuat proposal dan dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing berdasarkan judul yang telah disetujui

sebelumnya.

Tahap kedua adalah melakukan revisi proposal kepada

pembimbing I dan pembimbing II. Tahap ketiga adalah peneliti

mengajukan permohonan ijin dengan surat studi pendahuluan dan

kampus dan diserahkan kepada RSUD Dr. Moewardi.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pertama, peneliti menentukan objek penelitian yaitu

mengambil populasi dari seluruh mahasiswa praktik di Ruang ICU


33

sebanyak 90 orang. Tahap kedua, peneliti mengambil sampel sebanyak

48 orang.

Tahap ketiga, peneliti menilai semua mahasiswa praktik dalam cuci

tangan dalam 5 moment, peneliti kemudian memberikan lembar informed

consent kepada mahasiswa praktik jika menyetujui menjadi responden

dan ditandatangani responden. Peneliti membuat kesepakatan untuk

melakukan pendidikan kesehatan tentang 5 dan langkah-langkah cuci

tangan. Tahap keempat. Peneliti yang telah memberikan pendidikan

kesehatan, kemudian peneliti dilain hari menilai kembali kepatuhan

mahasiswa dalam cuci tangan dalam 5 moment, proses penelitian dari pre

test dan pos test dilakukan selama 1 bulan, dengan tiap minggu rata-rata

sebanyak 12-13 responden.

c. Tahap akhir

Hasil dari penelitian kemudian dibuat laporan skripsi dan

dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II. Setelah

mendapat persetujuan, peneliti melakukan seminar skripsi. Hasil dari

skripsi kemudian dikumpulkan di STIKES Kusuma Husada Surakarta.

3.7. Teknik Pengolahan

Proses pengolahan data merupakan proses yang sangat penting. Oleh karena

itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam proses pengolahan

data yaitu:
34

a. Editing untuk meneliti kelengkapan data dengan cara mengoreksi data yang

telah diperoleh, sehingga dapat dilakukan perbaikan data yang kurang.

b. Coding untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses selanjutnya

melalui tindakan mengklasifikasikan data.

c. Tabulating yaitu penyusunan data yang merupakan pengorganisasian data

sedemikian rupa agar data dapat dengan mudah dijumlah, disusun dan didata

untuk disajikan dan dianalisis.

3.8. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan

pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentasi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2005). Analisis univariat pada

penelitian ini adalah kepatuhan cuci tangan sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan.

b. Analisis Bivariat

Analisis data ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Penelitian ini menggunakan uji statistik comparative

Test yaitu uji Mc. Nemar. Uji Mc. Nemar adalah uji yang digunakan untuk

menguji hipotesis komparatif 2 sampel jika populasi terdiri atas 2 kelompok

klas misalnya sebelum dan sesudah dan datanya Nominal/Deskrit (Arikunto,

2006).Cara perhitungan dalam uji Mc. Nemar dapat digambarkan sebagai

berikut:
35

Sesudah
Sebelum - +
+ A B
- C D
1) Hipotesis

Ho : T1 =T2

H1 : T1 T2

2) Uji Satistik :

F2
A  D 2
AD

Dinama :

A = frekuensi yang berubah dalam sel A

D = frekuensi yang berubah dalam sel D

3) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika : F 2 hitung > F 2 tabel atau p< 0,05

Ho diterima jika : F 2 hitung ” F 2 tabel atau p> 0,05

3.9. Etika dalam Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari institusi RSUD

Dr. Moewardi untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, barulah

melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden

yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul

penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti


36

maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak

memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

b. Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar

pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode tertentu,

demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.

c. Kerahasiaan(Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan cuci

tangan terhadap kepatuhan mahasiswa praktek di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret- Mei 2015 dengan jumlah sampel 48

mahasiswa praktek klinik. Intervensi dilakukan selama 1 bulan dengan melakukan

pre test dan post test kemudian hasilnya dibandingkan. Pengumpulan data dan

pelaksanaan penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti. Data yang memenuhi syarat

dianalisis dan disajikan berdasarkan analisis univariat dan analisis bivariat.

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik sampel

a. Umur

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan umur
mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)
Umur Frekuensi Persentase (%)
19-21 tahun 30 62.5
22-24 tahun 18 37.5
Total 48 100.0

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui 30 sampel berumur antara 19-21

tahun (62,5%), dan 18 sampel berumur 22-24 tahun (37,5%).

37
38

b. Jenis kelamin

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin
mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 15 31.2
Perempuan 33 68.8
Total 48 100.0
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui 33 sampel adalah perempuan

(68,8%), dan 15 responden adalah laki-laki (31,2%).

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi Karakteristik sampel berdasarkan tingkat pendidikan
mahasiswa di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase (%)
DIII keperawatan 22 45.8
DIV Keperawatan 7 14.6
S1Keperawatan 14 29.2
S1+Ners 5 10.4
Total 48 100.0

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui 22 sampel berpendidikan DIII

keperawatan (45,8%), 7 sampel berpendidikan DIV keperawatan

(14,6%), 14 sampel berpendidikan S1 keperawatan (29,2%) dan 5

sampel berpendidikan S1 + Ners (10,4%).

d. Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment

Tabel 4.4
Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment sebelum pendidikan kesehatan
di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)
Pre test
5 moment cuci tangan Tidak patuh Patuh
Sebelum menyentuh pasien 36 12
Sebelum tindakan septik ataupun antiseptik 30 18
Sesudah terpapar cairan tubuh 26 22
Sesudah menyentuh pasien 18 30
Sesudah memegang benda di sekitar pasien 28 20
39

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui pre test dalam 5 moment

responden yang patuh sebelum menyentuh pasien sebanyak 12

responden, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik sebanyak 18

responden, sesudah terpapar cairan tubuh sebanyak 22 responden,

sesudah menyentuh pasien sebanyak 30 responden, dan sesudah

memegang benda di sekitar pasien sebanyak 20 responden.

Tabel 4.5
Kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment sesudah pendidikan
kesehatan di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi (n = 48)
Post test
5 moment cuci tangan Tidak patuh Patuh
Sebelum menyentuh pasien 26 22
Sebelum tindakan septik ataupun antiseptik 21 27
Sesudah terpapar cairan tubuh 13 35
Sesudah menyentuh pasien 17 31
Sesudah memegang benda di sekitar pasien 19 29

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui post test dalam 5 moment

banyak yang patuh yaitu sebelum menyentuh pasien sebanyak 22

responden, sebelum tindakan septik ataupun antisepstik sebanyak 27

responden, sesudah terpapar cairan tubuh sebanyak 35 responden,

sesudah menyentuh pasien sebanyak 31 responden, dan Sesudah

memegang benda di sekitar pasien sebanyak 29 responden.

4.2 Analisis bivariat

Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5

moment pada sempel di Ruang ICU RSUD Dr. Moewardi.


40

Tabel 4.6
Tabel 4.6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan cuci
tangan dalam 5 moment pada sempel di Ruang ICU
RSUD Dr. Moewardi (n = 48)
Kepatuhan cuci tangan
sesudah pendidikan Total
kesehatan p

Tidak Patuh Patuh


Kepatuhan Tidak 9 19 28
cuci tangan Patuh
sebelum patuh 5 15 20
0.007
pendidikan
kesehatan
jumlah 14 34 48
Hasil tabel 4.6 dapat diketahui bahwa rata-rata kepatuhan cuci tangan

dalam 5 moment sampel sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah

tidak patuh, sedangkan rata-rata setelah dilakukan pendidikan kesehatan

adalah patuh Hasil uji statistik menggunakan uji Mc Nemar didapatkan

p=0,007 (p<0,05) yang terdapat pengaruh kepatuhan cuci tangan pada

mahasiswa dalam 5 moment sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan.
41

BAB V

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam penelitian berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas teori yang mendukung serta

perbandingan dengan penelitian terdahulu.

5.1 Karakteristik sampel

a. Usia

Berdasarkan hasil penelitian dikatahui 62,5% usia sampel berusia 19-21

tahun berjumlah 30 orang. Notoatmodjo (2010) Usia seseorang akan

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi

yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir

seseorang semakin berkembang

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011). Hasil

penelitian Saragih (2010 ) menjelaskan bahwa perawat yang berusia semakin

dewasa mempunyai perilaku cuci tangan yang baik, hal ini disebabkan

adanya kesadaran pentingnya kesehatan cuci tangan untuk menghindari

terjadinya infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil penelitian ini, menurut

peneliti bahwa dengan usia yang semakin dewasa, maka responden dapat

menerima informasi pengetahuan melalui pendidikan kesehatan dan semakin

patuh tentang cuci tangan.

41
42

b. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 68,8 % sampel adalah

perempuan berjumlah 33 orang. Sularyo (2007) menyatakan dunia

keperawatan identik dengan ibu atau perempuan yang lebih dikenal dengan

mother instinct, sehingga sangat wajar jika tenaga kesehatan yang dimulai

dari dunia pendidikan akan lebih banyak perempuan. Ditambah lagi output

perawat yang dihasilkan dari perguruan tinggi, jumlah perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan laki-laki.

Penelitian Cahyati (2010) menjelaskan hasil penelitian menunjukkan

adanya perbedaaan yang bermakna antara mahasiswa laki-laki dan

perempuan dalam nilai tahap cuci tangan di laboratorium Mikrobilogi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Namun

berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin

tidak berbeda mengenai tingkat kepatuhan cuci tangan. Sampel baik laki-laki

maupun perempuan mengalami peningkatan kepatuhan cuci tangan dengan

baik.

c. Pendidikan

Hasil penelitian diketahui bahwa 45,8% sampel adalah berpendidikan

DIII Keperawatan berjumlah 22 orang. (Notoatmodjo 2005) Pendidikan

seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan. Hal tersebut

dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka daya tangkap terhadap informasi semakin tinggi,

sehingga akan semakin mudah umtuk menerima informasi.


43

Hasil penelitian Fahmi (2012) menjelaskan dari 64 responden perawat

di Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi, 55 responden berpendidikan

DIII kesehatan. Lebih dari 60% perawat telah melaksanakan kewaspadaan

Standart termasuk melakukan cuci tangan baik dengan air mengalir maupun

handrub. Berdasarkan hasil penelitan ini, peneliti berpendapat bahwa sampai

saat ini masih banyak rumah sakit dengan tenaga kehatan masih banyak yang

berpendidikan DIII kesehatan, termasuk di RSUD Dr. Moewardi.

5.2 Kepatuhan mahasiswa praktik dalam 5 moment sebelum pendidikan

kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 36 sampel masih tidak patuh

dalam melakukan cuci tangan di moment sebelum menyentuh pasien,30 sampel

sebelum tindakan septik ataupun antiseptic,26 sampel sesudah memegang benda

di sekitar pasien. Kamus besar bahasa Indonesia (2002) menjelaskan bahwa

kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan perintah atau

sebuah aturan. Kepatuhan dalam menjalankan cuci tangan dalam 5 moment.

Penelitian Anggrahitha, (2009) menjelaskan sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan tentang cuci tangan, 32 responden (73%) masih kurang dalam

responden melakukan cuci tangan pada anak SDN Cisalak 1 Depok.

Berdasarkan penelitian, peneliti menyatakan bahwa sampel yang belum

menerima pendidikan kesehatan masih kurang memahami pentingnya cuci

tangan dalam 5 moment dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

Mahasiswa masih tidak selalu cuci tangan kembali setelah melakukan asuhan

keperawatan pada pasien satu dan berpindah kepada pasien lain.


44

5.3 Kepatuhan mahasiswa praktik dalam 5 moment sesudah pendidikan

kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 26 sampel masih tidak patuh

dalam melakukan cuci tangan, di moment sebelum menyentuh pasien. 21 sampel

sebelum melakukan tindakan septik ataupun antiseptik. 19 sampel sesudah

memegang benda disekitar pasien. Menurut peneliti hal ini dikarenakan

kurangnya kontrol atau pengawasan dari perawat ruang ICU, atau dari

pembimbing lapangan pada saat praktek klinik keperawatan. Keterbatasan jumlah

perawat ruangan dan waktu menjadi kendala dalam hal pengawasan ini.

Kurangnya kesadaran mahasiswa praktek untuk selalu melakukan cuci tangan

dalam 5 moment juga menjadi faktor kurangnya kepatuhan mahasiswa praktek

dalam melakukan universal caution. Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh

mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan. Penelitian Mulyani (2013) menjelaskan bahwa perawat sudah patuh

dalam melaksanan cuci tangan dalam 5 moment di RSUI Kendal.

Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan

lingkungan. Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalam

permukaan kulit yaitu staphylococcus epidermidis. Selain memahami panduan

dan rekomendasi untuk Tujuan kebersihan tangan adalah untuk menghilangkan

semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme

pada kulit. kebersihan tangan, para petugas kesehatan perlu memahami indikasi

dan keuntungan dari kebersihan tangan terutama keterbatasan, pemakaian sarung

tangan (Indro, 2004).


45

Hasil penelitian Zulpahiyana (2013) menjelaskan adanya peningkatan

handover keperawatan dalam meningkatkan kepatuhan hand hygiene perawat di

RS PKU Muhammadiyah Bantul. Berdasarkan penelitian bahwa setelah

mendapatkan pendidikan kesehatan, pengetahuan sampel meningkat dan lebih

patuh dalam melakukan cuci tangan dalam 5 moment. Mahasiswa sudah banyak

mengalami perubahan dalam kepatuhan cuci tangan, dimana dimulai masuk

ruang ICU melakukan cuci tangan hingga selesainya tugas keperawatan pada

pasien dan juga melakukan cuci tangan.

5.4 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan mahasiswa dalam 5

Moment cuci tangan

Berdasarkan hasil penelitian dari uji Mc. Nemar diperoleh nilai

signifikansi p= 0,007 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap kepatuhan cuci tangan dalam 5 moment pada mahasiswa

praktik di ruang ICU. Suliha (2007) menyatakan bahwa pengetahuan dapat

diubah dengan strategi persuasi yaitu memberikan informasi kepada orang lain

dengan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan berbagai metode salah

satunya metode demonstrasi. Penelitian Desianto (2013) menjelaskan adanya

efektivitas mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan antiseptik

(hand sanitizer)terhadap jumlah angka kuman di Balai Laboratorium Kesehatan

Yogyakarta. Menurut peneliti peningkatan kepatuhan dapat disebabkan adanya

peningkatan pengetahuan dari adanya pendidikan kesehatan yang diberikan oleh

peneliti.
46

Hasil observasi peneliti selama proses pendidikan kesehatan

berlangsung, sampel terlihat mengikuti kegiatan dengan baik dan menyerap

semua informasi yang diberikan dari petugas kesehatan. Hasil dari post test

menunjukkan bahwa nilai rata-rata kepatuhan yang diperoleh menjadi naik.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang diterima, sampel

kemudian mencerna dari informasi yang diberikan. Adanya perubahan

pengetahuan dan sikap perilaku dalam bertindak dalam melakukan cuci

tangan menjadikan sampel mau dan lebih peduli terhadap kesehatan

khususnya mencegah infeksi nosokomial.

Peningkatan jumlah kepatuhan mahasiswa praktik adalah adanya

pendidikan kesehatan dengan menggunakan media leaflet yang digunakan

sebagai bahan materi peningkatan pengetahuan, sehingga dengan adanya

media tersebut dapat menjadi panduan bagaimana mahasiswa melakukan cuci

tangan dengan baik dan benar dalam 5 moment. Menurut peneliti bahwa

sangat penting melakukan cuci tangan dalam 5 moment agar tujuan

pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik dan

mempercepat kesembuhan pasien.


47

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

6.1.1 Simpulan

a. Mahasiswa praktik klinik di ruang ICU banyak yang berusia 19-21 tahun

(62,5%) , berjenis kelamin perempuan(68,8%) dan berpendidikan DIII

(45,8%).

b. Sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui

sebagian besar sampel tidak patuh dalam 5 moment sebesar 58,3%.

c. Sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang cuci tangan diketahui

sebagian besar sampel patuh dalam mencuci tangan dalam 5 moment

sebesar 70,8%.

d. Terdapat perbedaan tingkat kepatuhan mahasiswa praktek dalam cuci

tangan antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan cuci

tangan 5 moment, p = 0,007.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian, peneliti

memberikan saran kepada:

6.2.1 Bagi Mahasiswa praktek

Diharapkan saat memberikan asuhan keperawatan, untuk terus

meningkatkan kepatuhan cuci tangan pada setiap 5 moment cuci tangan. Baik

47
48

menggunakan cara cuci tangan dengan air mengalir maupun handrub.

6.2.2 Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk melakukan

pendidikan kesehatan secara lebih ICU dan terjadwal baik kepada mahasiswa

praktik, maupun kepada anggota keluarga yang menunggu pasien.

6.2.3 Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut,

dengan mencari variabel lain yang berkaitan dengan kepatuhan cuci tangan

seperti menggunakan kelompok kontrol.

6.2.4 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keyakinan

peneliti bahwa cuci tangan dalam 5 moment merupakan hal yang wajib

dipatuhi dan bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai seorang perawat, serta

membantu secara tidak langsung dalam penurunan infeksi nosokomial serta

meningkatkan proses penyembuhan pasien dengan lebih cepat.


49

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahitha, R. (2009) Studi Intervensi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Dan


Sehat Bagi Anak SDN Cisalak I Depok. Skripsi. Tidak diterbitkan. Program
studi Ilmu kesehatan Masyarakat Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktik). Jakarta:


Rieneka Cipta.

Azwar, S. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogjakarta: Pustaka


Pelajar Jogja Offset.

Boyce, J. M. dan Pittet (2002). Morbidity and Mortality Weekly Report. Guideline
for Hand Hygiene in Health-Care Settings: Recommendations of the Health
Care Infection Control Practices Advisory Committee and the
HICPAC/SHEA/APIC/IDSA Hand Hygiene Task Force. CDC Morbidityand
Mortality.

Brooks, G. F., J. S. Butel and S. A. Morse, Jawetz, Melnick And Adelberg’s.(2005).


Mikrobiologi Kedokteran 2 (Edisi I). Diterjemahkan oleh N. Widorini. Jakarta :
Salemba Medika.

Cahyati, C. (2010) Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tahap Cuci Tangan


Mahasiswa Saat Praktikum di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Darmadi, (2008). Infeksi Nosokomial Problematika danPengendaliannya, Jakarta :


Salemba Medika.

Depkes RI (2007). Pedoman Manajerial Pencegahan Dan Pengendalian InfeksiDi


Rumah Sakit Dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Jakarta.

Depkes. (2010). Buku Panduan Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia, Ketiga.
Jakarta.

Desianto (2013) Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih


Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman Kesmas,
Vol.7, No.2, September 2013, ISSN: 1978-0575

Hart, T dan Shears, P. (2006). Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:


Hipokrates.

Hasbullah T. (2006). Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.


50

Indro H. (2004). Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Airlangga


University Press.

Inglis, TJJ., (2003). Microbiology and Infection, Churchill Livingstone, Philadelphia.

Machfoedz, (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan


Masyarakat. Edisi 2, Yogyakarta : Fitramaya

Mulyani Dwi Ari (2013) Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam
Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

Murti, B. 2006. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press

Niven, N. (2002). Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan professional


kesehatan lain. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S (2007). Metodologi Penlitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.2

Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2005). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Saragih, R. 2010. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan


Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.
Jurnal kesehatan. Universitas Darma Agung Medan

Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Radja Grafindo


Persada.

Sonnenwirth, A. C. (2003). Data on Eterobacteriaceae from “Differentiation of


Enterobacteriaceae by Biochemical Tests”. Atlanta: USPHS Center for Disease
Control

Sugiyono. (2009).Statistik Untuk Peneiitian, Bandung : CV. Alfabeta.

Sularyo T.S, (2007). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi 1.
Jakarta: Sagung Seto.
51

Susilaningsih (2013) Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perilaku Mencuci


Tangan Siswa Sekolah Dasar . Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa
Tengah 2013.

Syahrurahman A, (2004). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Penerbit


Jakarta : Binarupa Aksara.
Tennant, I., Harding, H. (2005). Microbial Isolates from Patients in An Intensive
Care Unit, and Associated Risk Factors. West Indian Medical Journal. Vol. 54,
No. 4.

The Joint Commission. (2009). Measuring Hand Hygiene Adherence: Overcoming


The Challenges.

Wawan & Dewi, (2011) Wawan A., Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Zulpahiyana (2013) Efektivitas Simulasi Hand Hygiene Pada Handover


Keperawatan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


Anda mungkin juga menyukai