Anda di halaman 1dari 6

# ANALISIS TEMBANG PANGKUR DALAM SERAT WEDHATAM

1.Mingkar mingkuring angkara,

Akarana karenan Mardi siwi,

Sinawung resmining kidung.

Sinuba sinukarta,

Mrih ketarta pakartining ngelmu luhung

Kang tumrap ing tanah Jawa,

Agama ageming aji.

2. Jinejer neng Wedatama,

Mrih tan kemba kembenganing pambudi

Mangka nadyan tuwa pikun.

Yen tan mikani rasa,

Yekti sepi asepa lir sepah,

Samun,

Samangsane pasamuan gonyak ganguk nglilingsemi.

3. Nggugu karsane priyangga,

Nora nganggo peparah lamun angling,

Lumuh ingaran balilu,

Uger guru aleman,

Nanging janma inkang wus,

Waspadeng semu,

Sinamun ing samudana,

Sesadon ingadu manis.


4. Si pengung nora nglegawa,

Sangsayarda denira cacariwis,

Ngandhar-andhar angendhukur, Kandhane nora kaprah,

Saya elok alangka longkanganipun,

Si wasis waskitha ngalah,

Ngalingi marang si pingging.

5. Mangkono ngelmu kang nyata,

Sanyatane mung weh reseping ati,

Bungah inganaran cubluk,

Sukeng tyas yen denina,

Nora kaya si punggung anggung gumrunggung,

Ugungan sadina dina

Aja mangkono wong urip.

6. Uripe sepisan rusak,

Nora mulur nalare ting saluwir,

Kadi ta guwa kang sirung,

Sinerang ing maruta,

Gumarenggeng anggereng anggung gumrunggung,

Pindha padhane si mudha,

Prandene paksa kumaki.

7. Kikisane mung sapala,


Palayune ngendelek yayah wibi,

Bangkit tur bangsaning luhur,

Lha iya ingkang rama,

Balik sira sarawungan bae durung,

Mring atining tata krama,

Nggon anggon agama suci.

8. Sucining jiwangganira,

Jer ketara lamun pocapan pasthi,

Lumuh asor kudu unggul,

Semengah sesongaran,

Yen mengkono kena ingaran katungkul,

Karem ing reh kaprawiran,

Nora enak itu kaki.

9. Kekerane ngelmu karang,

Kekarangan saking bangsanipun gaib,

Iku boreh paminipun,

Tan rumusuk ing jasad,

Amung aneng sajabaning daging kulup,

Yen kapengkok pancabaya,

Ubayane mbalenjani.

10. Marma ing sabisa bisa,

Bebasane muriha tyas basuki,


Puruita kang patut,

Lan traping angganira,

Ana uga angger ugering kaprabun,

Abon aboning panembah,

Kang kambah ing siyang ratri.

11. Iku kaki takokena,

Marang para sarjana kang martapi mring tapaking tepa tulus,

Kawawa nahen hawa,

Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu,

Tan mesthi neng janma wredha,

Tuwin mudha sudra kaki.

12. Sapantuk wahyuning Allah,

Gya dumiah mangulah ngelmu bangkit,

Bangkit mikat reh mangukut,

Kukutaning jiwangga,

Yen mengkono kena sinebut wong sepuh,

Lire sepuh sepi hawa,

Awas roroning atunggil.

13. Tan samar pamoring sukma,

Sinuksmaya Winahya ing ngassepi,

Sinimpen telenging kalbu,

Pambukaning warana,
Tarlen saking liyep layaping aluyup,

Pindha pesating sumpena,

Sumusuping rasa jati.

14. Sejatine kang mangkana,

Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi,

Bali alaming ngasuwung,

Tan karem karameyan,

Ingkang sipat wisesa winisesa wus,

Mulih mula mulanira,

Mulane wong anom sami.

 TERJEMAHAN TEMBANG PANGKUR

1. Menjauhkan diri dari nafsu angkara, karena berkenan mendidik putra dalam bentuk
syair dan lagu, dihias penuh variasi, biar menjiwai ilmu luhur yang dituju, di Tanah
Jawa (Indonesia) ini yang hakiki itu adalah agama sebagai pegangan yang baik.
2. Disajikan di Wedatama, agar jangan kekurangan pengertian. Bahwa sebenarnya walau
telah tua bangka, jika tak punya perasaan, sebenarnya tanpa guna, bagai sepah
buangan. Bila dalam pertemuan, sering bertindak salah dan memalukan.
3. Hanya mengikuti kehendak diri sendoro, bila berkata tanpa perhitungan, tidak mau
dianggap bodoh, hanya tahu gelagat (pandai), justru selalu merndah diri, menanggapi
semuanya dengan baik.
4. Si Dungu tidak menyadari. Bualanyya semakin menjadi-jadi, melantur tidak karuan,
bicaranya yang hebat-hebat, makin aneh dan tak masuk akal. Si Pandai maklum dan
mengalah, menutupi ulah si Bodoh.
5. Demikianlah ilmu yang sejati. Sebenarnya hanya nmenyenangkan hati. Suka dianggap
bodoh. Gembira apabila dihina. Tidak seperti si Dungu yang selalu sombong, ingin
dipuji setiap hari. Jangan demikianlah hidup dalam pergaulan.
6. Hidup hanya seklai di dunia berantakan, tidak berkembang, pikirannya tercabik-cabik,
ibarat goa gelap menyeramkan, terlanda angin. Suaranya berkumandang keras sekali,
demikianlah anak muda jika picik pengetahuannya, namun demikian sombongnya
minta ampun.
7. Tekadnya remeh sekali, bila menghadapi kesulitan berlindung di balik orang tuanya,
yang terpandang dan bangsawan. Itu kan ayahmu. Sedangkan kamu belum kenal inti
sari sopan santun (tata krama), yang merupakan ajaran agama/peraturan yang utama.
8. Sifat-sifat pribadimu, nampak apabila bertutur kata. Tidak mau kalah, maunya
menang sendiri, sombong dan meremehkan orang. Yang demikian dapat disebut
tergila-gila akan tingkah laku kesombongan. Itu tidak terpuji nak.
9. Di dalam ilmu sihir, rekaan dari hal-hal gaib, itu ibarat bedak, tidak meresap ke dalam
jiwa, hanya ada di luar daging saja nak. Apabila terbentur mara bahaya, tak dapat
diandalkan (Yang disanggupkan itu tak ditepati).
10. Oleh karena itu sedapat-dapatnya, setidak-tidaknya berusahalah berhati yang baik.
Berguru yang benar, yang sepadan dengan dirimu. Ada juga aturan dan pedoman
negara; perlengkapan berbakti, yang dipakai siang dan malam.
11. Oleh karena itu sedapat mungkin, berusahalah mencapai kebahagiaan, bergurulah
kepada orang yang pandai, sesuai dengan diri pribadimu. Di samping itu ada aturan
dan pedoman negara, tata cara berbakti, yang dipakai siang dan malam.
12. Siapapun yang menerima wahyu Illahi, lalu dapat mencerna dan menguasai ilmu.
Mampu menguasai ilmu kasampurnan, kesempurnaan diri pribadi. Orang yang
demikian itu pantas disebut “orang tua”, orang yang tidak dikuasai nafsu. Dapat
memahami dwi tunggal (titah dan yang menitahkan, baik dan buruk dan lain-lain).
13. Tidak ragu-ragu terhadap citra Sukma (Tuhan), diresapi dan dibuktikan di kala sepi
(hening), diendapkan di lubuk hati. Pembuka tirai itu tidak lain dari keadaan antara
sadar dan tiada (Kusuk). Serasa mimpi, hadirnya rasa yang sejati.
14. Sebenarnya yang demikian itu, sudah mendapat anugerah Tuhan, kembali ke alam
kosong, tidak mabuk keduniawian, yang bersifat kuasa menguassai. Kembali ke asal
mula. Oleh karena itu hai anak muda sekalian.

Anda mungkin juga menyukai