Anda di halaman 1dari 2

Dalam kekayaan sastra budaya Jawa, nama Gatotkaca atau Gatutkaca merupakan salah

satu tokoh pewayangan yang cukup populer. Kesaktiannya dikisahkan begitu luar biasa,
antara lain mampu melesat terbang tinggi tanpa sayap. Demikian halnya dengan kisah
ketika ia dilahirkan oleh sang ibu yang dalam sastra Jawa bernama Arimbi atau dalam
Bahasa sansekerta disebut Hidimbi, dikisahkan sempat menggemparkan negeri
Hastinapura tempat kelahirannya.

Kisah kelahiran Gatotkaca yang menggemparkan tersebut menjadi suatu narasi


tersendiri dalam pewayangan Jawa. Alkisah suatu malam, terjadi kegemparan luar biasa
di negeri Hastinapura. Putra pertama Bimasena atau Werkoedara, salah satu keluarga
Pandawa lahir di muka bumi. Namun anehnya tali pusarnya tidak dapat dipotong dengan
senjata tajam manapun. Bergelarlah dia Jabang Tetuka. Jabang Tetuka bukanlah
keturunan manusia biasa. Berdarah keturunan Bimasena, seorang ksatria tangguh,
dengan Arimbi, seorang putri raksasa.

Genap satu tahun sudah, ari-ari dari tali pusar Jabang Tetuka tetap tidak putus. Sang
ayah dan ibunda merasa khawatir lalu meminta bantuan Arjuna untuk menemukan
senjata pusaka. Arjuna lalu bersemedi memohon petunjuk dimana menemukan senjata
mandraguna tersebut. Permohonan Arjuna didengar oleh Batara Narada yang memiliki
keris Kontawijaya, sebuah senjata yang luar biasa kekuatannya. Namun sayang, karena
suatu kesalahpahaman, Arjuna hanya mendapatkan sarung keris Kontawijaya. Meski
demikian sarung tersebut ternyata mampu memutuskan ari-ari Tetuka dan anehnya lalu
masuk ke dalam perutnya dan menjadikan Tetuka bayi yang kebal dan kuat.

Gatotkaca dan Kawah Candradimuka

Sedari kecil, Jabang Tetuka sudah menunjukkan keperkasaannya. Suatu hari, dia
“dipinjam” oleh para dewa untuk mengalahkan pasukan Kala Pracona. Saat itu
khayangan memang digempur habis-habisan oleh Kala Pracona dan ribuan pasukan
tangguhnya karena para dewa tidak menyetujui keinginannya untuk menyunting Dewi
Supraba.

Bayi Tetuka pun “ditempa” kesaktiannya dengan cara diceburkan ke dalam kawah
Candradimuka di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melontarkan berbagai jenis
senjata pusaka ke dalam kawah tersebut. Maka muncullah Tetuka yang telah berubah
menjadi wujud lelaki dewasa lengkap dengan senjata pusaka para dewa, yaitu Caping
Basunanda, Kotanag Antrakusuma dan terompah Padakacarma. Tetuka lalu dikenal
dengan nama Gatotkaca, seorang ksatria Pringgadani yang kuat dan dapat terbang
secepat kilat. Dengan senjata-senjata tersebut, Gatotkaca pun berhasil mengalahkan
Kala Pracona.
Asmara Gatotkaca

Gatotkaca dalam pewayangan maupun legenda sastra Jawa dikenal ‘kuper’ alias kurang
pergaulan dengan para wanita. Tak heran, bila sosok yang identik dengan kostum
berornamen bintang keemasan ukuran besar di dadanya ini relative jarang mengenal
‘jatuh bangun’membina asmara dengan wanita dalam hidupnya, jauh berbeda dengan
sosok sang paman Arjuna yang mudah menaklukkan hati perempuan. Tentu saja, karena
Gatotkaca setiap hari tugasnya berkelana untuk menjaga keamanan istana dan
memperdalam ilmunya.

Dibalik kesaktian Gatotkaca, ternyata ia juga menyimpan sekelumit kisah asmara. Dalam
legenda pewayangan, ada cuplikan narasi menarik yang kerap dinamai ‘Gatotkaca
Gandrung’ yang menggambarkan bagaimana hati Gatotkaca akhirnya tertambat pada
seorang wanita bernama Pregiwa yang kemudian dipersuntingnya. Dalam tradisi
pernikahan Jawa kerap dipertunjukkan tari ‘Gatotkaca Gandrung’ yang diperankan oleh
seorang penari pria dan wanita.

Asmara Gatotkaca berawal dari kisah dalam suatu ‘perjalanan dinas’ ia melihat dua orang
gadis remaja berparas cantik yang berjalan cepat setengah berlari melintasi hutan
sedang digoda dan diusilin seorang berperawakan besar di belakang mereka, yang
bernama Janaloka yang sebetulnya ‘cantrik’ atau abdi dari kedua gadis ini. Dua gadis
bersaudara tersebut adalah Pregiwa dan Pregiwati, yang tak lain adalah putri Arjuna,
sedang menempuh perjalanan ingin bertemu ayahnya di Ksatrian Madukara.

Dalam perjalanan, mereka bertemu rombongan Korowa yang dipimpin oleh Laksmono
yang begitu melihat kecantikan kedua gadis tersebut kemudian berniat ‘memboyong’
keduanya ke istana. Pregiwa dan Pregiwati sendiri lari dan berhasil diselamatkan
Gatotkaca yang mengantarkannya dengan selamat ke Madukara, bertemu sang Ayah
Arjuna. Gatotkaca jatuh cinta pada Pregiwa, demikian pula sebaliknya sehingga
keduanya pun menikah. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang putra bernama
Sasikirana.

Anda mungkin juga menyukai