Anda di halaman 1dari 36

WHO IS MILLENNIAL?

MILLENNIAL’S HOME
IndONESIA
IndONESIA Millennials
Millennials JOurney
JOurney
IndONESIA
IndONESIA Millennials
Millennials JOurney
JOurney
#1 the end OF BRAND

The same

14.6%
Millennials are
more loyal 15.2%
customers

70.2% Millennials are less


loyal customers

Sumber: A Bridge.Over Group, 2017.

Teknologi digital telah memungkinkan milenial mendapatkan informasi yang presisi menge-
nai value sebuah produk melalui tools seperti: search, rating dan review (SRR). Ketika pasar
bergeser dari asymmetric information ke symmetric information, maka bran menjadi kurang
relevan lagi.
#1 the end OF BRAND

Saat kita memesan hotel melalui situs pemesanan online, maka pengambilan keputusan
pembelian ditentukan oleh: search, rating, review (SRR). SRR memungkin konsumen
mendapatkan value terbaik dari pilihan produk yang tersedia di pasar, sehingga pengambilan
keputusan bergeser dari “brand consideration” ke “value consideration”.
#1 the end OF BRAND

Sama halnya ketika kita memilih ojek online, Gojek, Uber dan Grab menawarkan fitur dan
layanan yang hampir sama, maka konsumen milenial akan memilih mana yang memberikan harga
paling murah dan benefit yang paling bagus saat itu. Dalam kasus ini, brand menjadi kurang
relevan lagi.
#2 FROM GOODS TO EXPERIENCE

Milenial adalah konsumen yang paling haus akan pengalaman (experience) dibanding generasi-generasi
sebelumnya. Survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih
memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman (experience) ketimbang barang (material goods).
#2 FROM GOODS TO EXPERIENCE

Pertumbuhan Leisure vs Non-Leisure (yoy)

Sejak beberapa tahun belakangan ini,


6.50 pertumbuhan konsumsi leisure (hotel,
restaurant, tempat rekreasi dan kegiatan
kebudayaan) naik pesat dibandingkan 6,3%
6.00 non-leisure (makanan, pakaian, durable goods). LEISURE

5.50

5.00
4,3%
NON-LEISURE
4.50

4.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2014 2015 2016 2017 Sumber: Faisal Basri, 2017.
#3 FrOM OCCASIONAL TO Habitual leisure

Sumber: Deloitte, 2016.

Occasional Habitual

Terjadi fundamental shift dalam perilaku konsumsi leisure di Indonesia, yaitu dari occasional leisure ke habitual leisure.
Dulu nonton film dilakukan sebulan atau dua minggu sekali di bioskop, sekarang bisa tiap hari melalui layanan seperti
Netflix. Begitu juga aktivitas dine out, dulu sebulan sekali, sekarang menurut survei bisa seminggu sekali atau duakali.
#4 The Rise OF UBER Millennials
Median Usia Menikah Pertama Perempuan
yang Pernah Menikah Usia 25-49 Tahun

Uber millennial adalah milenial yang rela menunda berkeluarga, memilih anak, dan memiliki rumah
hanya untuk mempertahankan gaya hidup milenial seperti travelling, nongkrong dan berbagai
kehidupan hedon lainnya. Ini melahirkan era “singlenomic”. Ingat, dengan gaya hidup hedon ini,
pengeluaran konsumtif “single-millennials” cukup tinggi.
20.1
19.8
19.2
18.6
18.1
17.1

1991 1994 1997 2002-2003 2007 2012

Keterangan:
Sumber: Tirto, 2017.
SDKI 2002-2003 kecuali Provinsi Aceh, Maluku, dan Papua
sd
#5 SOCMED is The New Leisure Hub

62%
Di era leisure economy, sebagian besar konsumsi milenial
ke leisure termasuk konsumsi media. Mereka menggunakan
Responden membuka sosial media seperti facebook, instagram, twitter, youtube
Facebook lebih dari atau whatsapp sebagai sarana mencari hiburan. Mereka
2-3x dalam sehari menyikapi viral meme, hoax, gosip, tweetwar, dan vlog
sebagai hiburan di tengah kepenatan dan kejenuhan hidup
sehari-hari.

70%
Responden membuka
Instagram setiap hari.

http://bit.ly/2BPtdoj
N: 1033
A: 16-35
Sumber: Jakpat, 2016.
#5 SOCMED is The New Leisure Hub

Contohnya ketika Setya Novanto pura-pura sakit untuk menghindar dari KPK, netizen
milenial menjadikannya hiburan dengan membuat meme-meme dan memviralkannya.
Begitu juga saat film Dilan sedang buming bertebaran meme-meme lucu di social media.
http://bit.ly/2nCgm3A
#6 SHARING IS THE NEW HAVING

Kini mulai muncul pergeseran gaya hidup di kalangan milenial dari memiliki
barang (owning) ke berbagi (sharing). Mengoleksi CD/DVD sudah tergantikan
oleh koleksi musik atau film seperti Spotify, atau Netflix. Mereka juga mu-
lai memilih layanan Gojek atau Grab ketimbang mempunyai mobil atau motor
sendiri.
#6 DisOwnership Is The New NOrmal

BAGAIMANA PENDAPAT ANDA TENTANG APAKAH PERNAH MEMANFAATKAN LAYANAN


LAYANAN BERBASIS SHARING ECONOMY? BERBISNIS SHARING ECONOMY?

97.3%
38.73%
2.7%

61.27%

Mendukung karena bisa menggerakan ekonomi Ya


masyarakat
Tidak
Tidak mendukung karena bisa mengganggu tatanan
ekonomi dan regulasi yang sudah ada

Gaya hidup sharing yang dimungkinkan oleh teknologi digital (sharing N:1008
economy) menjadi sebuah trend yang meluas dikalangan milenial. Ironisnya, Sumber: DailySocial, 2015.
alasan mengadopsi sharing lifestyle bukan dilandasi oleh faktor efisiensi
sumber daya tetapi karna gaya hidup tersebut dianggap keren.
#7 GO Minimalist
Early Millennials kini
berusia 30tahun keatas
sehingga mereka sudah
mulai berkeluarga dan
punya rumah sendiri.

Karena itu, mereka yang


awalnya ngekost atau
mengontrak rumah di
tengah kota (misal segitiga
emas jakarta) harus mulai
memiliki rumah sendiri di
pinggiran kota (misalnya
debotabek).

Mengingat keterbatasan
dana yang dimiliki dan
kebutuhan yang banyak,
mereka cenderung mener-
apkan gaya hidup minimalist
(dengan rumah yang kecil
dan perlengkapan yang es-
ensial saja).
#8 POlitical COrrect

Dengan Social Media kini milenial cukup aktif


menyuarakan aspirasi politiknya.
Peristiwa-peristiwa politik terkini selalu
menjadi bahan percakapan bahkan tweetwar
di social media. Misalnya fenomena Teman
Ahok dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
yang banyak digerakan oleh para milenial.
Partai-partai lain pun kini getol membidik
milenial sebagai konstituen utama.
#9 Authenticity-Seeker

Mereka mencari produk dan layanan yang


otentik. Misalnya dalam mengonsumsi kopi,
mereka lebih menyukai kedai kopi artisan
yang berkonsep orisinil dan anti mainstream.
http://bit.ly/2BOHn9j Mereka juga menyukai produk-produk yang
dibuat secara limited edition.
#9 appreciate lOCALITY

Generasi ini cenderung lebih menyukai dan mengapresiasi brand-brand lokal yang unik dan
beda. Berbagai event yang mengurasi brand-brand lokal seperti Brightspot Market, Localfest,
hingga Jakcloth selalu ramai dipadati pengunjung.
#9 SEARCHING FOR MEANING

Sebagai generasi yang mengalami krisis identitas, mereka mencari jati diri dengan ingin
berkontribusi dan menjadi bagian dari dunia yang lebih baik. Termasuk dalam hal memilih pro-
duk atau brand, mereka menyukai produk atau brand yang memberikan solusi untuk kemasla-
hatan seperti Google, Body Shop, Filosofi Kopi atau Bumi Langit.
#10 values first, nOt status

Mereka lebih memilih tempat kerja dengan culture yang sesuai dengan values mereka
seperti: kekinian, flexible time, casual, egaliter dan colaborative. Mereka lebih suka
bekerja di perusahaan start-up yang cool, alih-alih di perusahaan besar dan mapan
seperti astra atau telkom; mereka lebih memeilih perusahaan vintage ketimbang bank
konvesional.
#10 THE END OF 8 am and 5 pm

15M Pada 2020 diperkirakan ada 15 juta pekerja


freelance yang bekerja secara penuh waktu.

Millennials Amerika memilih bekerja dengan


68% jarak jauh, dan 90% menginginkan bekerja
secara fleksibel.

50% pendapatan milenial atau lebih


50% dikeluarkan untuk menyewa tempat
tinggal di kota besar

Milenial lebih suka bekerja dengan waktu yang fleksible, tidak terikat harus jam 8-5 seperti
selama ini. Beberapa perusahaan seperti nutrifood atau telkomsel sudah menjalankan pola ini.
seiring dengan berjalannya waktu, trend ini akan diikuti perusahaan lain.

Sumber: Financial Time, 2016.


#10 THE END OF 8 am and 5 pm

69% 68%
Flexible Role
Flexible Time
Employees choosing within
Employees choosing when certain guidelines, what they
they start/finish work. do as part of their job.

67% 64%
Flexible Recruitment Flexible Location
Offering different types of Employees choosing to work
contracts, crowd-sourcing from the office, from home,
talent, etc. or other locations.

Tren di berbagai negara, konsep Flexible Time, Flexible Role, Flexible Recruitment dan
Flexible Location sudah mulai terjadi.

http://bit.ly/2DWVJ9j
#10 FrOM
#10 FROM LOCATION
LOCATION TO
TO ACCESS
ACCESS
#10 wOrk and leisure are blurring

Pada saat bekerja, mereka menginginkan suasana leisure. Itu sebabnya,


kini mulai banyak kantor yang mengadopsi konsep leisure dengan suasana
yang asik, cozy dan menghibur. Kini, juga bertebaran co-working space yang
menggabungkan konsep “work and leisure”. Kini juga makin banyak milenial
yang bekerja dari cafe atau coffee shop.
#11 ESTEEM first

Generasi ini begitu haus akan


pengakuan. Instagram
begitu mempengaruhi
kehidupan mereka, sebagai
sarana untuk pamer dan
mendapatkan pengakuan.
Mau makan, foto dulu untuk
dipamerkan. Saat traveling,
update terus di Instatory.
#12 instant famOUS

Socmed seperti Instagram dan Youtube


memfasilitasi milenial untuk eksis dan narsis.
Dengan membuat konten yang unik dan
menarik, mereka bisa terkenal dan punya peng-
gemar layaknya selebritis secara instan.
Medium seperti Vlog atau video blog menjadi
sarana untuk narsis sekaligus
menjaring uang melalui endorse atau iklan.
#12 instant famOUS:
DON’T LEAVE DIGITAL FOOTPRINTS

Fenomenalnya Snapchat
segera diikuti oleh
Instagram dengan
menghadirkan Instastory,
bahkan socmed lain
seperti Facebook, Path
hingga Whatsapp juga
membuat fitur yang sama.
Hal ini karena milenial
suka sharing konten-
konten yang privat
dimana hanya tampil
selama 24 jam, lalu hilang
jejak digitalnya.

http://bit.ly/2vM0x0P
#13 The Death Of Mainstream Media:
Lambe Turah Effect
(Immediacy, Intimacy, SpOntanity)

Media-media mainstream kini tergantikan oleh media-media personal (ingat, “every person is
a publisher”) yang menawarkan Immediacy, Intimacy, dan Spontanity. Milenial lebih suka
media seperti Lambe Turah, yang menyajikan kehidupan selebritas secara spontan dan intim.
#13 The Death Of Mainstream Media:
LINE TODAY

http://bit.ly/2FFaJch

Media-media mainstream baik yang konvensional seperti cetak atau TV bahkan online tak lagi
menjadi sumber utama informasi bagi generasi ini. Mereka mendapatkan informasi terbaru
melalui newsfeed di Facebook atau agregrator-agregrator news seperti Line Today, Babe,
UC News dan sebagainya.
#13 The Death Of Mainstream Media:
Hipwee PhenOmena

Hadirnya portal-portal media seperti Hipwee, IDN, Brilio, yang menawarkan konten-konten
listikal dengan gaya bahasa yang lebih ekpresif dan dramatik serta judul yang berlebihan
(mengundang clickbait), sangat digemari oleh milenial. Trend tersebut bahkan diikuti oleh
media-media online mainstream.
#14 BAPER GENERATION

Generasi ini mudah baper dan sangat ekspresif terutama di social media. Mereka dengan mudah
akan tersentuh dengan story-story yang menggugah dan viral. Mereka juga sangat ekspresif
mencurahkan isi hatinya saat lagi senang hingga sedih di socmed.

http://bit.ly/2DWNz0K
#15 HYPER-REALITY COMPLEX

Kehidupan di dunia maya kini sudah


menjadi kehidupan “nyata” bagi
milenial mereka terjebak untuk
menampilkan sosoknya yang sempurna
di dunia maya melalui pencitraan diri.
Inilah yang disebut Hyper-Reality
Complex
Creator Development Program (CDP), program coaching/training selama 8 minggu
untuk membentuk karakter wirausaha sejak dini (SMP/SMA). Peserta didorong
untuk menciptakan bisnis riil dengan konsep collaborative learning.

Kelas terdekat 3 Maret 2018


Informasi lebih lanjut dan promo 081384249269
Yuswohady
yuswohady@gmail.com
@yuswohady

Iryan Herdiansyah
iyan.herdiansyah@gmail.com
@iryanah

Farid Fatahilah
faridferre@gmail.com
@faridferre

Inventureid@gmail.com

Designer & Illustration:


Dita Dwi Andini
Fisca Brilian Octaviona

Anda mungkin juga menyukai