Bejo adalah seorang petugas kebersihan yang sangat rajin. Tugas Bejo ajalah
menyapu pinggiran jalan trotoar. Bejo harus memastikan jika tidak ada sampah yang
berserakan di sekitar jalanan. Hari itu, Bejo sedang menyapu trotoar seperti biasanya,
namun tiba-tiba ada seseorang yang melemparkan sampah dari dalam mobil ke
jalanan. Sampah tersebut tepat mengenai muka Bejo.
Kesal karena merasa pekerjaannya dihina, Bejo mengejar mobil tersebut. Bejo
akhirnya berhasil membuat mobil tersebut berhenti dan pengendaranya turun dari
mobil. Pengendara tersebut merasa kaget ketika melihat Bejo. Bejo langsung marah-
marah pada pengendara mobil tersebut. Kemarahan Bejo semakin menjadi-jadi, ia
mengatakan jika membuang sampah harus pada tempatnya tidak boleh sembarangan.
Pengendara mobil itupun akhirnya menjelaskan pada Bejo, kalau sebenarnya ia sudah
berusaha membuang sampah pada tempatnya. Tadi, sang pengendara juga berusaha
membuang sampah pada tong sampah. Begitu melihat ada tong sampah, sang
pengendara langsung membuang sampah tersebut. Akan tetapi, sayang sekali sang
pengendara salah kira, ia mengira bahwa Bejo adalah tong sampah.
Tidak terima dibilang mirip tong sampah, akhirnya kemarahan Bejo memuncak. Ia
memukuli sang pengendara mobil dengan sapunya. Sang pengendara pun tidak bisa
mengelak dan hanya bisa pasrah. Kali ini, ia benar-benar jera membuang sampah
sembarangan….
Kursi yang Membuat Lupa
Di suatu siang, ada dua bocah yang tengah bercanda di bawah pohon rindang.
Bagus: “Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?”
Anton: “Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur.
Saat tidur, orang kan lupa.”
Bagus: “Iya, Bu, kalau tidak menyontek, kita tidak akan bisa apa-apa.
Contohnya, membuat pesawat dari kertas. Tanpa menyontek caranya,
kita tidak akan bisa membuat pesawat. Betul, kan, Bu?”
Bagus: “Yes! Ini berarti kita boleh menyontek, teman-teman, agar kita
jadi pintar! Terima kasih, Bu!”
Michael: “Mengapa?”
Kini kamu telah mengetahui dari beberapa contoh teks anekdot. Kamu
bisa melihat bahwa tak semua teks tersebut berupa kelakar saja,
melainkan perlu mengandung kritik dan menyindir topik atau subjek
tertentu. Terima kasih sudah membaca. Semoga artikel ini bermanfaat
untuk kamu.
Sekolah Bertaraf Internasional
Bu Guru memasuki kelas satu demi-persatu saat lonceng sekolah di Kota A mulai bergema. Bu
Guru tersebut berdiri di depan kelas sambil menenteng lembaran pengumuman.
“Anak-anak, Ibu punya pengumuman penting dan gemabira untuk kalian. Mulai bulan depan,
sekolah kita akan berubah status sebagai sekolah bertaraf internasional. Nah, bagaimana? Apa
yang akan kalian lakukan untuk menyambutnya?” Bu Guru mengoper lembaran pengumuman
untuk dibagikan.
Jono mengangkat tangan. “Saya mau les bahasa inggris buat mendukung belajar dengan taraf
internasional, Bu!”
“Bagus, Jono.” Bu Guru senang mendengarnya, dia melirik ke arah Ical. “Kalau kamu Ical?”
“Saya? Saya mau meminta orangtua saya untuk menyiapkan biaya sekolah lebih banyak lagi.”
“Lho? Kenapa?.”
“Soalnya dengan bergantinya status sekolah ini menjadi bertaraf internasional maka biaya
sekolahnya pun pasti lebih mahal. Iurannya akan lebih tinggi, belum bayar ini itu,” jawab Ical.
Bu Guru mengkerutkan kening. “Kok jawaban kamu sinis sekali? Gini, kalau sekolah kita jadi
bertaaraf internasional kan jadinya sama kayak sekolah-sekolah luar negeri. Lebih berkualitas.”
“Tapi, Bu, menurut saya sekolah bertaraf internasional itu sebenarnya punya arti sekolah
bertarih internasional,” jelas Ical
Bebas Dari Kemiskinan
Waktunya berdoa untuk membuat negara lebih berkembang dan maju.
Allan: Kenapa kamu nerobos lampu merah? Kalau ada polisi gimana?
Allan: Kok bisa? Bukannya yang membuat undang-undang itu pemerintah bersama DPR?
Abdul: Mau menjawab pertanyaan kamu. Nih, ini jawabannya! Dengan ini kita bisa membuat undang-
undang sendiri. *menunjukan dompet
Allan: Oh…!!