Pimpinan Redaksi
Dra. Nila Safina, M.Pd
Dewan Redaksi
Dr. Dra. Liesna Andriany, M.Pd
Drs. Abd. Rahim Harahap, M.M
Editor
Dra. Hj. Rita, M.Pd
Drs. Ali, M.M
Sahri Nova Yoga, S.Pd.,M.Pd.
Alamat Redaksi
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Islam Sumatera Utara
Jalan Sisingamangaraja- Teladan Medan
Telp: 061-7869730
Email: deliani@fkip.ac.id
Jadwal Penerbitan
BAHASTRA (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) diterbitkan dua kali
dalam setahun (Maret dan September) oleh Prodi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP UISU.
Penyerahan Naskah
Jurnal Keguruan menerima naskah yang merupakan hasil penelitian, pemikiran
(rekayasa ide) khusus pada bidang pendidikan Bahasa Indonesia, Sastra Indonesia
dan Linguistik yang belum pernah dipublikasikan/ diterbitkan paling lama 5 (lima)
tahun terakhir. Naskah dapat dikirim melalui email atau diserahkan langsung ke
Redaksi dalam bentuk rekaman Compact Disk (CD) dan print-out 2 eksemplar.
Ditulisdalam MS Word atau dengan program pengolah data yang kompatibel,
gambar, ilustrasi dan foto dimasukkan dalam file naskah.
Penerbitan Naskah
Naskah yang layak terbit ditentukan oleh Dewan Redaksi setelah mendapat
rekomendasi dari Mitra Bestari. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis
dan naskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis jika
disertai perangko secukupnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
Daftar Isi i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP 1-5
KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA BINA
BERSAUDARA MEDAN
Rika Kartika
EFEKTIVITAS MODEL DEBAT TERHADAP KEMAMPUAN 6 - 11
MEMBERIKAN OPINI SISWA KELAS X SMA TAMAN SISWA
Nila Safina
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS 12 – 17
ACHIEVEMENT DIVISION MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO
VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA
KELAS X SMA SETIA BUDI ABADI
Deliani
PENGARUH MODEL CIRCUIT LEARNING TERHADAP HASIL 18 – 24
BELAJAR MENULIS TEKS EKSPLANASI KELAS XI MAS PROYEK
UNIVA
Rita
LAGU PERMAINAN RAKYAT “LAYANG-LAYANG” SEBAGAI 25 - 32
SASTRA LISAN
Megan Asri Humaira
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING 33 – 40
TERHADAP KEMAMPUAN MELAKSANAKAN WAWANCARA
KELAS VIII SMP NEGERI 8 MEDAN
Nurhalimah Sibuea
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN 41 – 48
BERBICARA PADA ANAK BALITA
Asri Yulianda
ANALISIS GANGGUAN BERBICARA ANAK CADEL 49 – 59
(Kajian Pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)
Cica Elida Hanum Matondang
PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK DINAMIKA PADA 60 – 66
MATERI POKOK MENULIS TEKS EKSPLANASI TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ANGKOLA BARAT
Dedi Zulkarnain Pulungan
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN E-LEARNING BERBASIS 67 – 72
EDMODO PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
SMK MULTI KARYA MEDAN
,
HUBUNGAN PEMAHAMAN STRUKTUR DAN CIRI KEBAHASAAN 73 – 77
DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA
KELAS X SMA NEGERI 4 MEDAN
,
PERMASALAHAN PADA OTAK (DISLEKSIA) BERPENGARUH 78 – 84
PADA KEMAMPUAN BERBAHASA
Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
NILAI MORAL DAN KERJA KERAS DALAM DONGENG DANAU 85 – 91
TOBA PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII
TERBITAN PUSAT PERBUKUAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL BAKAU 92 – 96
KEBAIKAN KARYA SITI LESTARI NAINGGOLAN DAN
RELEVANSINYA BAGI DUNIA PENDIDIKAN
Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2
SEMIOTIKA (MAKNA WARNA DALAM UIS KARO) 98 - 101
Lisa Septia Dewi Br.Ginting 1, Rosmilan pulungan 2
i
BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019
ii
BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019
Rika Kartika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
rkartika705@gmail.com
Abstract. This study aims to determine the effect of direct learning models in
improving the ability to write poetry in class X high school students. For the
study data was taken from 36 students from 36 populations. Data retrieval is
done with the assignment instrument namely writing poetry. The method used in
this study is an experimental method with the design of one group pretest post-
test design. With this design, the results of learning to write poetry will be
compared to students who get teaching using direct learning with learning using
example non examples. The hypothesis in this study is that there is a significant
effect on the learning outcomes of students' poetry writing ability using direct
learning teaching. After the value of t count is known, then consulted with the
value of t table at the level of 5% or 1% with dk = 36. In table t with dk = 36
obtained a significant level of 5% = 2.03 and a significant level of 1% = 2.72.
Because t0 obtained is greater than t t which is 2.03 <3.01 <2.72, the hypothesis
is accepted. This shows that there is an influence of student learning outcomes
on students' poetry writing ability using direct learning models.
pada suatu aktivitas yang penuh sekaligus Adapun metode yang digunakan
mengembangkan potensi pikir siswa dalam penelitian ini adalah metode
kearah yang positif. Tetapi pada eksperimen dengan model one group post
kenyataannya, siswa kurang dilibatkan test, yaitu perlakuan yang berbeda antara
pada aktivitas yang dapat dua kelompok. Eksperimen dilakukan
mengembangkan dan mengasah imajinasi dengan maksud untuk melihat akibat dari
mereka. Siswa hanya mendengarkan suatu perlakuan. Metode ini dilaksanakan
penjelasan guru, mencatat dan menghafal dengan memberikan perlakuan pada dua
materi saja sehingga siswa beranggapan kelompok siswa, yakni kelompok pretest
bahwa menulis puisi adalah suatu kegiatan dan posttest. Pretest menggunakan
yang sulit dan membosankan. Dengan pengaruh model pembelajaran langsung
menggunakan model pembelajaran dan post test menggunakan model
langsung diharapkan dapat pembelajaran Examples Non Examples.
mengoptimalkan pembelajaran menulis Penelitian eksperimen ini adalah
puisi. Model pembelajaran langsung ini one group pretest post-test design.
menekankan pada wujud aktivitas siswa Arikunto(2009 : 212) bahwa “ one group
dalam mengekspresikan pikiran, perasaan pretest post-test design yaitu eksperimen
dan imajinasinya dengan menggunakan yang dilaksanakan pada satu kelompok
bahasa tulis. Di sini guru bertindak eksperimen yang dilaksanakan pada satu
sebagai model dengan menawarkan objek kelompok saja tanpa kelompok
pembelajaran langsung. Selanjutnya, pembanding”. Di dalam desain penelitian
siswa dengan daya imajinasinya ini sebelum dimulai perlakuan kelas diberi
mengembangakan kata-kata menjadi baris tes awal ( pre-test) untuk mengukur
puisi, begitulah seterusnya. Secara kondisi awal (O1). Selanjutya pada kelas
sistematis, siswa akan terbiasa eksperimen diberi perlakuan berupa
memadukan kemampuan berimajinasi pengajaran dengan menggunakan model
dengan diksi untuk menghasilkan sebuah pembelajaran langsung .
karya yang berbentuk puisi. Tabel 1. Desain Eksperimenone Group
Rumusan masalah merupakan Pretest Post-Test Design
pertanyaan yang digunakan dalam No. Kelas Pretest Perlakuan Posttest
1. Eksperimen O1 X O2
pembuatan penelitian dengan cara menarik
Keterangan :
kesimpulan dari latar belakang masalah O1 = Pretest ( test awal ) model
yang digunakan dalam pembuatan examples non examples
penelitaian dengan cara menarik X = Perlakuan dengan menggunakan
kesimpulan dari latar belakang masalah. model pembelajaran langsung
Menurut Sugiyono (2013:55), O2 = Post-test
rumusan masalah merupakan suatu Instrumen Penelitian
pertanyaan yang akan dicarikan Instrumen yang digunakan untuk
jawabannya melalui pengumpulan data. mengetahui pengaruh penerapan model
Berdasarkan batasan di atas maka penulis pembelajaran langsung kempuan menulis
merumuskan masalah agar kajian lebih puisi. Hal ini senada dengan pendapat
fokus, jelas dan terperinci. Rumusan Arikunto ( 2006 : 166 ) yang menyatakan
masalah dalam penilitian ini antara lain: bahwa “ Test dapat mengukur inteligensi
(a) Bagaimanakah kemampuan menulis (IQ), minat, kemampuan dasar ( bakat ),
puisi siswa kelas X SMA Bina Bersaudara kepribadian. Dengan demikian, langkah
Medan Tahun Pembelajaran 2014-2015 yang ditempuh untuk memperoleh data
dengan menggunakan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah dengan
langsung? (b) Bagaimanakah kemampuan memberikan tes. Tes tersebut akan
menulis puisi siswa kelas X SMA Bina diberlakukan untuk pretest dan posttest.
Bersaudara Medan Tahun Pembelajaran Pretest digunakan untuk menjaring data
2014-2015 dengan menggunakan kemampuan menulis puisi sebelum
Examples Non Examples? Dan (c) Apakah dilakukan perlakuan, sedangkan post-test
ada pengaruh model pembelajaran digunakan setelah perlakuan yaitu model
langsung terhadap kemampuan menulis pembelajaran langsung.
puisi siswa kelas X SMA Bina Bersaudara Tabel 4. Format atau Rubrik Penilaian
Medan? N Aspek Deskriptor Sk Nil
o or ai
METODE PENELITIAN
Nila Safina
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
nila_safina@gmail.com
Abstract. This study aims to determine whether the debate model is more
effective than the team quiz model in giving opinion. The population of
this study amounted to 44 students consisting of 2 classes. The XIPA1
class is used as the experimental class and the IPA X class is used as the
control class. The sampling technique used was purposive sampling. This
research was conducted using the experimental research method Post-test
only design group (two group). From the results of data analysis obtained
the average post-test value in the experimental class is 71.66 with a
standard deviation of 6.23 and the post-test average value in the control
class is 57.75 with a standard deviation of 5.52. The normality test is
done using the Lilifors formula. The data obtained shows that the
population is normally distributed, that is having equal abilities where
Lhitung ≤ Ltabel (0.1092 ≤ 0.187) for the post-test value of the
experimental class and Lhitung ≤ Ltable (0.1409 ≤ 0.190) for the post-test
value in class control. The homogeneity test is carried out using the
Variance formula. Based on the formula used, the value of Fcount abel
Ftable (1.27 ≤ 2.00) is obtained. This population ability is homogeneous.
Hypothesis testing is done using the formula tcount. Based on the
hypothesis test the value of tcount = 3.46 while the value of tabel = 2.018
so that tcount ≥ t table. Thus, Ha is accepted and it can be concluded that
the debate model is more effective compared to the teamquis model of the
ability to give opinions of class X students of SMA Taman Siswa Medan
diterima, atau diterima Ho jika to< ttabel dan pembelajaran memberikan opinisiswa
Ha ditolak. kelas X SMA Tamansiswa Medan tahun
HASIL PENELITIAN pembelajaran 2014/2015”.
1. Data pretest dan post test Tabel 6. Uji Hipotesis Data
Pada kelas eksperimen digunakan N Kelas Nilai Fhitung Ftabel Hasil
o rata-rata
model debat, sebagaimodel yang akan 1 Eksperime 71,66
diujicobakan dan pada kelas kontrol n 1,27 2,00 Ha
digunakan model team quis sebagai model 2 Kontrol 57,75 diterima
pembanding. Berdasarkan treatment atau Berdasarkan perhitungan uji
perlakuan yang telah diberikan kepada hipotesis pada lampiran VIII diperoleh
kedua kelas, maka diperoleh nilai terendah harga thitung = 3,46 pada taraf signifikansi α
dan tertinggi dari kedua kelas tersebut. = 0,05, dk = 42 (24+20–2) dan harga ttabel
Pada kelas eksperimen, diperoleh nilai = 2,018 (dengan interpolasi). Kemudian
terendah 60, tertinggi 80 dan nilai rata-rata dibandingkan antara thitung dengan ttabel
71,66 dengan standar deviasi 6,23. diperoleh thitung ≥ ttabel atau 3,46 ≥ 2,018
Sedangkan di kelas kontrol diperoleh nilai yang berarti hipotesis diterima.
terendah 45, tertinggi 60dan nilai rata-rata PEMBAHASAN
57,75 dengan standar deviasi 5,52. Berdasarkan rumusan masalah
2. Uji Normalitas Data penelitian, maka hasil penelitian ini adalah
Uji normalitas data dilakukan : (a) Nilai rata-rata hasil belajar siswa
dengan menggunakan uji lilifors.Dari hasil setelah diberikanpost-test dengan
perhitungan pada lampiran VI, maka menggunakan model debat adalah 71,66.
diperoleh harga Lhitung untuk masing- Hal ini berarti kemampuan terhadap
masing kelas, kemudian dikonsultasikan memberikan opini siswa X SMA
dengan Ltabel pada lampiran X di mana Tamansiswa Medan dikategorikan baik;
Lhitung< Ltabel yang berarti sampel kedua (b) Nilai rata-rata hasil belajar siswa
kelas berdistribusi normal. setelah diberikanpost-test dengan
Tabel 4. Uji Normalitas Data menggunakan model team quis terhadap
N Dat Kelas Lhitung Ltabel Hasil memberikan opini adalah 57,75. Hal ini
o a berarti kemampuan terhadap memberikan
1 Post Kontrol -0,1409 0,190 Normal opini X SMA Tamansiswa Medan
-test Normal dikategorikan cukup; dan (c) Hasil belajar
2 Post Eksperim 0,1092 0,187 siswa di kelas eksperimen lebih tinggi
-test en
dibandingkan dengan di kelas kontrol. Hal
3. Uji Homogenitas Data ini berarti penggunaan modeldebat lebih
Untuk mengetahui homogen atau
efektif dibandingkan dengan model team
tidaknya populasi penelitian, dapat
quis dalam kemampuan terhadap
dilakukan dengan menggunakan uji F.
memberikan opini siswa X SMA Taman
Hasil perhitungan uji homogenitas pada
Siswa Medan.
lampiran VII kemudian dikonsultasikan
SIMPULAN
dengan Ftabel pada lampiran XII, maka Berdasarkan hasil analisis yang
dapat disimpulkan bahwa Fhitung< Ftabel
dilakukan dalam penelitian ini, dapat
yang berarti bahwa populasi berdistribusi
ditarik kesimpulan bahwa:
homogen. 1. Kemampuan terhadap memberikan
Tabel 5. Uji Homogenitas Data
opini dengan model debat
N Kelas Varians Fhitung Ftabel Hasil
dikategorikan baik, karena nilai rata-
o
rata hasil belajar siswa setelah
1 Ekspe 6,23 1,27 2,00 Homogen
rimen diberikanpost-test adalah 71,66.
2 Kontr 5,52 2. Kemampuan terhadap memberikan
ol opini dengan menggunakan model
team quis dikategorikan cukup, karena
4. Uji Hipotesis nilai rata-rata hasil belajar siswa
Berdasarkan pada tabel IX dan X setelah post-test adalah
di atas, maka penelitian telah memenuhi 57,75.Berdasarkan analisis yang
persyaratan untuk dilakukan pengujian diperoleh, hasil homogenitas dalam
hipotesis.Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Fhitung ≤
penelitian ini adalah “model debat lebih Ftabel(1,27≤ 2,00), hal ini kemampuan
efektif daripada model team quis dalam populasi bersifat homogen.
Deliani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
Deliani_59@gmail.com
Skor 70 – 84 Baik B
Skor 55 – 69 Cukup C
Skor 0 – 54 Kurang D
Nilai = x 100
Teknik Analisis Data 4. Menentukan skor tertinggi dan skor
Dalam penelitian ini data yang terendah dari hasil post test kelas
diolah data kemampuan menulis puisi kontrol (Y),
pada kelas X MIA SMA Swasta Setia 5. Mencari mean kelas eksperimen (X)
Budi Abadi Perbaungan. Data yang telah dan kelas kontrol (Y) dengan rumus:
dikumpul selanjutnya akan dianalisis. ∑
=
Langkah-langkah analisis tersebut dapat
dilakukan dengan: Keterangan:
1. Mentabulasi skor kelas eksperimen = Rata-rata
∑ = Jumlah frekuensi
(X),
= Jumlah sampel
2. Mentabulasi skor kelas kontrol (Y),
(Sudjono, 2014:85)
3. Menentukan skor tertinggi dan skor
6. Mencari standar deviasi kelas
terendah dari hasil post test kelas
eksperimen (X) dan kelas kontrol (Y)
eksperimen (X),
dengan rumus :
Rita
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
Rita_1962@gmail.com
Abstract. This research was conducted to find out teh influence of teh
learning model called circuit learning on the results of learning to write
explanatory texts, class X1, MAS, Univa Project, Medan. The populations
in this study were the students of class X1, amounting to 129 poeple. The
study sample used an entire populations of 66 people. The research method
applied the experimental method and this study involved experimental class
X1, MIA-2 and control class X1, MIA-1. The experimental class was given
the teaching treatment to write explanatory texts by using the learning
model called circuit learning, whereas the control class was given the
teaching treatment to write explanatory texts by using the learning model
called concept sentence. The result of the tudy showed that the students’s
learning outcomes in writing explanatory texts using the circuit learning
model had an average value of 80.15. The students’s learning outcomes in
writing explanatory texts taught by using circuit learning model called
concept sentence showed an average value of 63.33. The learning outcomes
of the students taught by using circuit learning model were higher
compared to the learning outcomes of the students taught by using he
learning model called concept sentence. This is proven from the results of
testing the hypothesis to determine whether the hypotesis was rejected or
accepted, where from the testing of level = 0,05, it was found that the
tcount> ttable yaitu 23.79 >1,998. This means that the learning model called
circuit learning has a significant effect on the result of learning to write
explanatory texts taught in MAS, Univa Project, Medan.
HASIL PENELITIAN 15
1. Deskripsi kelas eksperimen 10
Berdasarkan hasil analisis, dapat
5
diketahui siswa yang memiliki
kemampuan sangat baik dalam menulis 0
0-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
teks eksplanasi (12,12%) yaitu sebanyak 4
siswa dalam skala skor 91-100, siswa
yang memiliki kemampuan baik (33,33%)
Gambar 2. Persentase Nilai Akhir
yaitu sebanyak 11 siswa dalam skala skor Kelas Kontrol
81-90, siswa yang memiliki kemampuan 3. Uji Persyaratan Analisis
lebih dari cukup (33,33%) yaitu sebanyak Persyaratan dasar bagi berlakunya
11 siswa dalam skala skor 71-80, siswa analisis komprasi, data yang diperoleh
yang memiliki kemampuan cukup harus memenuhi syarat uji normalitas dan
(21,21%) yaitu sebanyak 7 siswa dalam homogenitas. Persyaratan analisis ini
skala skor 61-70, siswa yang memiliki digunakan untuk mengetahui apakah
kemampuan kurang (0%) yaitu sebanyak 0 sampel yang diteliti berasal dari populasi
siswa dalam skala skor 51-60, sedangkan yang berdistribusi normal, dan apakah
siswa yang memiliki kemampuan sangat variansi dari kelompok- kelompok yang
kurang dalam menulis teks eksplanasi membentuk sampel homogen. Setelah
(0%) yaitu sebanyak 0 siswa dalam skala dilakukan uji normalitas dan homogenitas,
skor <50. Untuk lebih jelasnya dapat maka dapat dilakukan uji hipotesis.
digambarkan dalam diagram batang a. Uji Normalitas
sebagai berikut. 1) Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil analisis,
diperoleh harga Lhitung = -0,122dengan
12
10 taraf = 0,05, n = 33, maka didapat Ltabel
8 ,
6 yaitu = = 0,154(pada tabel L untuk uji
4 √
2
0 Lilliefors), karena Lhitung<Ltabel yaitu -
0,122< 0,154 maka kesimpulannya adalah
0-50
91-100
51-60
61-70
71-80
81-90
Abstract. The purpose of this study is to find out the structure, functions, and
meanings contained in the folk songs of Kites. The method used is a descriptive
method of analysis carried out qualitatively. With this method, the purpose of the
research can be obtained as a whole. The pattern of rhythm in the Layang-Layang
folk songs has been agreed upon conventionally by the speakers. The rhythm that
was sung also had an effect on those who said it. In addition, there are two
functions in the narrative, namely as an educational tool and solace. Thus, the
presence of laying songs can affect the activities of the speakers.
teh?” (“siapa yang membukakan pintu melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan
angin itu?”). terhadap objek.
Kata Pa deong pa deong ini Sementara itu, kata lawang angin
berkategori sebagai kata benda (nomina) memiliki fungsi sebagai objek dalam
dan berperan sebagai pelaku. Pelaku disini kalimat tersebut karena dapat menjawab
merupakan pelaku yang memiliki sebuah pertanyaan dari kata tanya “apa”, seperti
pekerjaan yaitu “membukakan sesuatu “naonnu dibuka ku Pa deong teh?” (Apa
(objek)”. yang dibuka oleh Pa deong?). Kata
Kata pangmukakeun merupakan lawang angin ini berkategorikan sebagai
sebuah kata yang memiliki fungsi sebagai kata benda (nomina) dan memiliki peran
predikat dan berkategori sebagai kata sebagai penderita yang merupakan objek
kerja (verba) karena subjeknya melakukan dari perbuatan yang dilakukan si
pekerjaan. Kata pangmukakeun ini pelaku.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
berperan sebagai perbuatan, karena dalam tabel 1.
di deretan kata. Aliterasi adalah asonansi bunyi /a/. Asonansi bunyi /a/
perulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang terdapat pada larik ini berkombinasi
yang berurutan. dengan bunyi /ng/, /m/, /l/, /n/, sehingga
Larik pertama dan larik ketiga, Pa dapat menimbulkan orkestrasi yang merdu
deong pa deong, memiliki asonansi bunyi pada lirik pangmukakeun lawang angin.
/a/, /e/, /o/ dan aliterasi bunyi /p/, yang Pada kedua larik ini juga terdapat huruf
berkombinasi pada bunyi /g/, /d/ dengan kakafoni /k/, namun huruf /k/ dalam larik
bunyi sengau: /m/, /n/, /ng/, serta bunyi pangmukakeun lawang angin ini tidak
liquida /l/, sehingga kombinasi tersebut menimbulkan bunyi yang parau.
dapat menimbulkan orkestrasi yang merdu Bentuk-bentuk bunyi vokal dan
pada lirik Pa deong pa deong. konsonan pada teks lagu permainan anak
Larik kedua dan larik keempat, ini, dapat di analisis seperti pada tabel 2.
pangmukakeun lawang angin, memiliki
islam dan sebagian besar penduduk di begitu, khususnya mereka yang sedang
sekitar rumah penutur pun beragama bermain layang-layang akan merasa yakin
islam. Perkembangan ilmu pengetahuan bahwa layang-layang yang mereka
dan teknologi di daerah tempat tinggal terbangkan akan terbang tinggi, hal
kedua penutur sudah dapat dinikmati oleh tersebut akan menambah semangat
setiap penduduk, bahkan hampir di setiap mereka.
rumah memiliki alat-alat modern. Kedua SIMPULAN
penutur masih duduk di bangku sekolah Pada teks lagu permainan
dasar dan sebagian penduduk di sekitar layang-layang ini terdapat pola irama
rumah penutur pernah merasakan yang telah disepakati secara
bersekolah di tingkat menengah atas. konvensional. Pola irama yang
4) Kondisi sosial ekonomi terdapat dalam lagu permainan anak
Kondisi sosial ekonomi di daerah ini dapat berbeda di tiap-tiap wilayah
tempat tinggal penutur termasuk kategori
tergantung kesepakatan masyarakat
menengah. Hal ini dapat dilihat dari
daerah tersebut. Efek yang muncul dari
kondisi perekonomian yang terjadi di
irama pada lagu permainan layang-
daerah tersebut. Pada umumnya
layang adalah semangat yang luar
masyarakat di daerah tempat tinggal
penutur memiliki mata pencaharian
biasa. Adapun proses penciptaan yang
sebagai wiraswasta, namun ada juga yang dituturkan oleh anak-anak tersebut
bekerja sebagai guru, karyawan, maupun dalam menyanyikan lagu permainan
buruh. layang-layang adalah secara spontan.
4. Fungsi Tidak ada hafalan atau bacaan ketika
Dalam tuturan ini, peneliti hanya mereka menuturkannya. Selain itu,
melihat dua fungsi yaitu sebagai alat terdapat dua fungsi dalam penuturan
pendidikan dan alat pelipur lara atau
lagu permainan layang-layang yaitu
hiburan. Dengan menyanyikan lagu
sebagai alat pendidikan dan alat
permainan Layang-layang ini, mereka
pelipur lara atau hiburan. Maksudnya,
menghibur diri mereka dan penuh harap
adanya lagu ini diharapkan dapat
agar akan datang angin yang akan
membantu mereka untuk menerbangkan menjadi fungsi pembelajaran untuk
Nurhalimah Sibuea
SMP Negeri 3 Medan
spmnegeri3medan@gmail.com
Abstract. This study aims to determine the effect of problem posing learning
models on the ability to carry out interviews with class VIII students of SMP
Negeri 8 Medan. The population of this study was all students of class VIII SMP
which numbered 60 people. Class VIII A was used as the experimental class and
VIII B was used as the control class. The instrument used to know the effect of
problem posing learning models on the ability to carry out interviews is a test by
assigning students to be able to carry out interviews by making interview
questions. From the results of data processing obtained, the average value of the
experimental class is 78.33, while for the control class 72, 33. Thus it can be said
that the value of the experimental class is higher than the average value of the
control class. The results of hypothesis testing obtained tcount is 3.75 and t table
is 0, 86 thus tcount> t table. This proves that Ha is accepted and Ho is rejected,
from the results obtained it can be concluded that the use of the problem posing
learning model is more influential on carrying out interviews, compared with the
contextual model.
Posing oleh siswa kelas VIII SMP Dimyanti dkk.2006 Belajar dan
Negeri 8 Medan berada pada kategori pembelajaran. Cetakan ketiga
baik dengan nilai rata-rata 78,33. belas.Jakarta : PT Rineka.
2. Kemampuan melaksanakan wawancara
dengan Model Pembelajaran Dasar-dasar Cipta 2012. Evaluasi
Kontekstual oleh siswa kelas VIII SMP pendidikan. Edisi kedua.Jakarta : PT
Negeri 8 Medan berada pada kategori Bumi Aksara.
baik dengan nilai rata-rata 72,33.
3. Model pembelajaran Problem Posing
lebih signifikan berpengaruh dengan Danim Sudarwan ,2013 Pengembangan
Profesi Guru Penerbit Kencana
model Kontekstual terhadap
cetakan ke 2,Predana Media Group.
kemampuan melaksanakan wawancara
oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 8
Medan. Gafur abdul 2012 Desain Pembelajaran
SARAN , Lombok Penerbit ombak Dua.
Sebagai kelanjutan dari adanya
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
Hamalik Oemar 2009 Proses Belajar
yang membandingkan dua bentuk model
Mengajar, Jakarta penerbit Bumi
pembelajaran yang berbeda berdasarkan Akasara.
hasil penelitian ini, maka penulis
menyarankan :
1. Kepada guru-guru kelas khususnya Http:mcdougelas.blogspot.com/2009/11/p
guru bidang dtudi Bahasa Indonesia engertian –wawancara .html
agar menggunakan modelpembalajran
Problem Posing sebagai salah satu Ihsan Fuad ,2005 Dasar-Dasar
model pembelajaran dikelas, Kependidikan, Jakarta , PT Rineka
dikarenakan mempunyai keuntungan Cipta.
atau kelebihan yang berbeda dengan
model pembelajaran yang lainnya.
2. Untuk lebih memantapkan hasil Lisnasari Faijiah Sri,2010 Strategi Belajar
Mengajar, Medan Percetakan
penelitian ini, kepada pihak-pihak yang
Unimed.
ingin melakukan penelitian agar
melakukan penelitian dengan judul
yang sama, pada kelompok sampel Mulyasa, 2007 Kurikulum Tingkat
yang sama. Satuan Pendidikan PT Remaja
3. Hasil penelitian ini menjadi sumber Rosdakarya.
informasi bagi para pembaca yang aktif
dalam perkumpulan sebuah organisasi.
Poerwardarminta ,2003 Kamus Umum
4. Sebagaisumber referensi bagi para Bahasa Indonesia, Bandung PN
peneliti lain yang hendak melakukan Balai Pustaka.
penelitian sejenis yang relevan.
5. Sebagai sumber informasi bagi para
pembaca dalam memahami Suryonosubroto.B 2009 Proses Belajar
mengajar di Sekolah . Surabaya
kemampuan melaksanakan wawancara.
Cetakan Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,2010.Prosedur penelitian.Edisi
revisi V1.Cetakan ketiga Simbolon, B. 2009 pendidikan Bahasa
belas.Jakarta : PT Rineka Cipta. dan sastra Indonesia FKIP UISU
Arikunto Suharsimi,2013. Prosedur MEDAN, Skripsi.
Penelitian Cetakan kelima belas,
Jakarta PT Rineka Cipta.
Sutikno Sorby.M 2013. Belajar dan
Pembelajaran.Lombok Penerbit
Bahri Syaiful,Aswan.2006. Strategi Holistica.
Belajar Mengajar .Edisi
Revisi.cetakan ketiga.Jakarta : PT
Rineka Cipta. Setyosari Punaji,2013.Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan
Asri Yulianda
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
Asriyulianda23@gmail.com
Abstract. This study aims to identify cases of children with lisp disorder in their
ability to speak through a study of psychological perspectives and neurological
perspectives. The disorder, which will be proven whether there is a connection
with psychological factors and neurological factors of children. Data collection in
this research is done by observation (observation) and method refer to. The result
of the study was the presence of a 27-year-old (adult) child speaking disorder
concerning imperfect phonemes (sounds). Thus, the disorder experienced by
children is caused by the psychological factors that are influenced by the child's
environment as well as the existence of natural factors (congenital) when being at
the age of 2-3 years. The more dominant phoneme (sound) is R which is
pronounced to be L and the final disappearance of the letter R on the syllable. This
is also caused by the position of the tongue is too short.
primer menjadi masukan (input) untuk (input) dan tingkah laku proses dari
diolah oleh alat pemerolehan bahasa sistem pemerolehan itu.
(LAD), hasil olahan LAD ini adalah Sejak lahir, anak diajarkan
kemampuan berbahasa sebagai olahan untuk berbicara oleh orang tuanya,
(output). Anak memperoleh masukan bahkan ketika ia masih di dalam
(input) berupa tuturan (data linguistik kandungan ibunya. Anak yang
primer) yang didengar dari orang- dibiasakan untuk diajak berkomunikasi
orang disekitarnya. Masukan yang dalam kandungan akan memiliki
berupa data linguistik primer itu respon yang lebih tinggi dibandingkan
berfungsi sebagai pengarah dengan anak yang tidak pernah diajak
perkembangan bahasa anak berkomunikasi oleh orang tuanya.
selanjutnya. Artinya, apabila masukan Respon-respon tersebut yang nantinya
data liguistik primernya bahasa Batak akan memudahkan anak dalam
maka keluarannya adalah kemampuan merangsang untuk cepat dalam
berbahasa Batak; begitu juga apabila berbicara. Berbicara adalah tahapan
masukannya berupa data linguitik perkembangan yang dimulai sejak
primer bahasa Indonesia, maka bayi, hal ini sejalan dengan Brown,
keluarannya pun kemampuan 1980:20 yang ,menjelaskan bahwa
berbahasa Indonesia. setiap anak yang lahir telah memiliki
Alat pemerolehan bahasa alat pemerolehan bahasa yang disebut
(LAD) terdiri dari aspek-aspek dan dengan LAD (Language Acquisition
kaidah bahasa yang universal sifatnya, Device). Pemerolehan bahasa adalah
dalam hubungan proses pemerolehan proses yang berlangsung di dalam otak
di atas, LAD menerima masukan kanak-kanak ketika dia memperoleh
berupa data linguistik primer, bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
kemudian melakukan identifikasi dan Pemerolehan bahasa biasanya
pembeda-bedaan terhadap masukan dibedakan dengan pembelajaran
itu. Identifikasi dan diferensiasi bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan
menghasilkan penggolongan- dengan proses-proses yang terjadi pada
penggolongan terhadap hubungan waktu seorang kanak-kanak
ketatabahasaan yang sangat rumit. mempelajari bahasa kedua setelah dia
Dengan demikian, LAD berfungsi memperoleh bahasa pertamanya.
untuk membentuk gramatika suatu Chaer, 2003:167 mengemukakan
bahasa. Dengan menggunakan input bahwa pemerolehan bahasa berkenaan
kebahasaan yang ada. Hal ini sejalan dengan bahasa pertama, sedangkan
dengan pendapat yang dikemukakan pembelajaran bahasa berkenaan
oleh Rofi’uddin, (1989: 24) dalam dengan bahasa kedua. Krashen (1982:
Syahnan (2010:5) LAD akan bekerja 10) ada dua cara yang berbeda dala
dan membentuk sisitem gramatika mengembangkan atau menguasai
dalam diri membelajar. bahasa kedua bagi orang dewasa, yaitu
Keluaran (output) adalah pemerolehan dan pembelajaran.
berupa perbuatan bahasa (language Pemerolehan adalah proses
performance) yang apabila diamati penguasaan bahasa kedua melalui
berulang-ulang dapat memberikan bawah sadar dengan cara
gambaran tentang kemampuan berkomunikasi langsung dengan
berbahasa (language competence) orang-orang yang menggunakan
anak. Keluarabn (output) dalam sistem bahasa tersebut. Proses ini berlangsung
pemerolehan bahasa sangat dapat secara alamiah dan diinternalisasi
dipengaruhi oleh input dan proses atau melalui bawah sadar, seperti proses
pengolahan yang terjadi. Karena itu, yang dialami oleh anak-anak dalam
karakteristik keluaran (output) dapat menguasai bahasa ibunya.
menggambarkan karakteristik masukan Dardjowidjojo (2000: 39-40)
menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa harus diartikan sebagai suatu dan mental adaah sebagai dasar dalam
penguasaan yang tidak hanya perkembangan bahasa.
menyangkut kemampuan pelafalan, Gangguan Berbicara
tetapi juga mengaitkan antara bentuk Manusia memiliki kemampuan
dan makna. Untuk itu ada dua kriteria berbahasa lisan dan tulisan. Meskipun
yang harus dipertimbangkan dalam kebanyakan orang lebih sering
pemerolehan bahasa. Pertama, anak menggunakan bahasa lisan daripada
tersebut telah dapat memproduksi tulisan. Bahasa lisan dianggap lebih
bentuk yang bunyinya dekat dengan praktis dan dapat secara langsung
bunyi yang dihasilkan oleh orang bertatap muka dengan lawan bicara.
dewasa. Kedua, anak sudah dapat Bahasa lisan dan tulisan merupakan
mengaotkan bentuk dengan maknanya suatu bentuk komunikasi yang
secara konsisten. meskipun demikian, dilakukan oleh seseorang dalam
ada perdebatan antara kaum nativis menyampaikan maksud tertentu.
dan empiris. Mukalel (2003: 18) Berbicara adalah suatu ujaran yaitu
menyatakan kaum nativis (nature) sebagai suatu cara berkomunikasi
yang dipelopori oleh Chomsky mengungkapkan pikiran, pendapat,
berpandangan bahwa pemerolehan gagasan, perasaan dan keinginan
bahasa itu bersifat kodrati dan dengan bantuan lambang-lambang
merupakan suatu proses instingtif yang yang disebut kata-kata (Tarigan,
berlanjut dan berjalan secara konstan 1981). Bahasa dijadikan sebagai
dari waktu ke waktu dengan mengikuti landasan seseorang untuk dapat
jadwal genetik sesuai dengan prinsipel mempelajari sesuatu yang ada di
atau parameter yang terdapat pada tata lingkungannya. Sebelum anak belajar
bahasa universal. Sebaliknya kaum pengetahuan-pengetahuan lain, anak
empiris (nature) yang dipelopori oleh lebih dulu mampu berbahasa, hal ini
Watson menekankan pada peranan dikarenakan agar anak memahami
lingkungan dan tidak percaya peran dengan baik lingkungan sosialnya.
mental dalam pemerolehan Perkembangan bahasa anak seiring
pengetahuan. Sehingga daat bertambahnya usia akan jauh
disimpulkan bahwa pemerolehan berkembang dan kompleks jika
bahasa anak dipengaruhi oleh kedua lingkungan sekitar mendukung anak
faktor yang telah disebutkan diatas, untuk banyak mengeluarkan suara atau
yaitu faktor lingkungan seperti yang berbicara. Namun, kemampuan
dikemukan oleh kaum empiris dan berbicara anak tidak sepenuhnya jelas
faktor bawaan/kodrati yang apa yang dituturkan bahkan tidak jelas
dikemukakan oleh kaun nativis. maksud yang disampaikan. gangguan
Seperti yang diketahui bahwa, bicara merupakan keluhan sebagian
pemerolehan bahasa pertama anak besar orang tua yang pada akhirnya
tentulah dimulai dari unsur bahasa didiagnosis sebagai gangguan
yang paling rendah, yakni fonem atau perkembangan multisistem
bunyi-bunyi huruf. Pemerolehan ini (Multisystem Development Disorders).
akan dilanjutkan pada tataran yang Gangguan ini adalah salah satu bentuk
lebih tinggi, yakni suku kata, kata, kelainan perkembangan yang muncul
kalimat dan makna. Menurut Mukalel dalam bentuk gangguan relasi
(2003: 18), anak dilahirkan dengan (berinteraksi) dan komunikasi yang
dibekali oleh kemampuan dasar untuk akhir-akhir ini terus meingkat.
berbahasa dari organ biologis untuk Kegagalan dalam relasi dan
melakukan ujaran begitu juga dengan komunikasi pada usia 0-3 tahun
kemampuan bawaan yang dianggap sebagai kondisi yang masih
memproduksi dan mengoordinasi dapat berubah dan tumbuh. Hanya
ujaran. Fungsi kemampuan biologis saja, sulit mmeprediksi mana yang bisa
normal perkembangannya dan mana
ynag diakibattkan karena adanya setiap anak berbeda. Jadi wajar meski
disfungsi otak yang menyebabkan usianya sama tapi masih ada anak yang
ketidakmampuan untuk mengubah cadel.Sayangnya, cukup sulit
ide yang ada ke dalam bentuk mendeteksi, apakah kecadelan di usia
perkataan. 3-5 tahun akan berlanjut terus atau
10. Penggunaan dua bahasa atau lebih tidak karena menyangkut sistem saraf
dalam lingkungan rumah. otak yang mengatur fungsi bahasa,
11. Pengaruh sosial, misalnya terkait yakni area broca yang mengatur
dengan kemiskinan, deprivasi koordinasi alat-alat vokal dan area
sosial pada anak (stimulasi yang wernicke untuk pemahaman terhadap
tidak kuat, orang tua tunggal, stres kata-kata.Memang semestinya pada
emosional, dan penelantaran rentang usia pra-sekolah, anak sudah
anak). bisa mengucapkan seluruh konsonan
12. Gangguan bicara karena mutisme dengan baik. Sebab menginjak usia 3-4
elektif yang menyebabkan mereka tahun, otot-otot lidahnya mulai
tidak ingin bicara. matang. Hanya saja, perkembangan
Cadel setiap anak berbeda. Jadi wajar meski
Cadel adalah ketidakmampuan usianya sama tapi masih ada anak yang
mengucapkan satu huruf unik, cadel.
umumnya huruf R, meski ada juga Sayangnya, cukup sulit
sebagian orang yang justru bisa mendeteksi, apakah kecadelan di usia
menyebut huruf R, namun cadel untuk 3-5 tahun akan berlanjut terus atau
huruf lainnya. Orang Jepang misalnya, tidak karena menyangkut sistem saraf
kebanyakan cadel pada huruf L. Ada otak yang mengatur fungsi bahasa,
beragam variasi cadel pada anak. Ada yakni area broca yang mengatur
yang menyebut “R” jadi “L”, “K” jadi koordinasi alat-alat vokal dan area
“T”, “K” jadi “D”, atau “S” dengan wernicke untuk pemahaman terhadap
“T”, sering terbalik-balik. Tetapi tiap kata-kata.Kerusakan pada area broca
anak variasinya berbeda-beda. Jadi disebut motor aphasiam yang membuat
yang dimaksud dengan cadel adalah anak lambat bicara dan pengucapannya
kesalahan dalam pengucapan. Ada dua tak sempurna sehingga sulit
faktor yang menyebabkan anak dimengerti. Sedangkan kerusakan pada
menjadi cadel, yakni; (1) faktor area wernicke disebut sensori aphasia
psikologis, (2) faktor neurologis. di mana anak dapat berkata-kata tapi
Faktor psikologis dikarenakan sulit dipahami orang lain dan dia pun
kehadiran adik misalnya, mak auntuk sulit untuk mengerti kata-kata orang
menarik perhatian orang tua, anak lain.
akan menunjukkan kemunduran Tak hanya itu, kesulitan
kemampuan bicara dengan menirukan mendeteksi juga disebabkan pada
gaya bicara adik bayinya. Untuk rentang usia 3-5 tahun kemampuan
mengatasinya, orang tua harus anak masih berkembang. Artinya dia
mnunjukkan perhaian padanya yang sedang dalam proses belajar berbicara.
tidak akan berkurang karena kehadiran Ia tengah berada pada fase mulai
adik. Selain itu, orang tua harus terus menyesuaikan, mulai menambah
mengajak anak bicara dengan bahasa perbendaharaan kata, meningkatkan
yang benar, jangan malah menirukan pemahaman mengenai bahasa dan
pelafalan yang tidak tepat. perkembangan makna kata. Termasuk
Memang semestinya pada juga penguasaan konsonan.Kendati
rentang usia pra-sekolah, anak sudah demikian, orang tua sebaiknya tidak
bisa mengucapkan seluruh konsonan membiarkan kecadelan anaknya,
dengan baik. Sebab menginjak usia 3-4 karena semakin lama akan semakin
tahun, otot-otot lidahnya mulai sulit diluruskan, sehingga bisa jadi si
matang. Hanya saja, perkembangan anak akan terus berada dalam
(penghilagan huruf konsonan diakhir) anak yang sulit untuk melafalkan huruf R
Pergi Pegi dengan jelas. Dengan demikian untuk
(penghilangan huruf konsonan ditengah) mengatasi hal semacam ini adalah dengan
Telur Telu adanya peran orang tua (ibu) dengan cara
(Perubahan kata (bahasa Jawa) dan melatih anak dengan melafalkan huruf dan
makna) fonem dengan benar. Meskipun anak pada
Telur:benda bercangkang yang usia 2-3 tahun masih tergolong
mengandung zat hidup bakal anak pengucapan seperti bayi, orang tua (ibu)
yang dihasilkan oleh unggas (ayam, untuk tidak ikut-ikutan berbicara yang
itik, burung dan sebagainya) sama dengan anak tersebut.
Telu (bahasa Jawa) : tiga SARAN
PEMBAHASAN Orang tua sangat berperan penting
Hasil analisis dari penelitian yang dalam membentuk karakter anak untuk
dilakukan oleh peneliti terhadap anak usia dapat berbahasa mulai sejak dini.
27 tahun (dewasa) di Desa Bandar Sono, Lingkungan keluarga yang baik akan
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten berpengaruh positif terhadap tumbuh
Batu Bara tentang gangguan berbicara kembang anak. Pola yang baik tentu
cadel dalam kaitannya dengan faktor menghasilkan keterampilan berbahasa
psikologis dan faktor neurologis anak dengan benar. Hal ini tentunya
menunjukkan adanya ketidaksempurnaan menghindari dari berbagai gangguan yang
fonem (bunyi) yang diujarkan. Dari uraian dimiliki anak terutama terhadap gangguan
diatas terdapat beberapa kata yang cadel.
pengucapan huruf R sangat jelas salah DAFTAR PUSTAKA
bila diucapkan. Peneliti hanya Chaer, Abdul, 2009. Psikolingusitik
mengidentifikasi 6 kata yang Kajian Teoritik. Jakarta : Rineka
diucapkannya ketika masih berusia 2-3 Cipta.
tahun yang kemudian ketika dewasa kata-
kata tersebut pun masih sama. Pada kata Arifuddin. 2013. Neuropsikolinguistik.
“barang” menjadi “balang” , artinya Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
adanya suatu pergantian huruf konsonan
“R menjadi L”, kata “jarang” menjadi Daulay, Syahnan. 2011. Pemerolehan dan
“jalang” , artinya adanya suatu pergantian Pembelajaran Bahasa. Medan:
kata dan arti yang berbeda, (jarang = tidak Perdana Mulya Sarana.
rapat), (jalang = tidak dipelihara orang /
binatang), kata “kur (ayam)” menjadi Dardjowidodo,Soenjono. 2000. ECHA:
“ku” , artinya adanya penghilangan huruf Kisah Pemerolehan Bahasa Anak
konsonan diakhir, kata “pergi” menjadi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
“pegi” , artinya adanya penghilangan Tarigan, Henry Guntur. 1986.
huruf konsonan ditengah, dan kata “telur” Psikolinguistik: Suatu Pengantar.
menjadi “telu” , artinya adanya Bandung: Angkasa.
(perubahan kata (bahasa Jawa) dan
makna), (telur = benda bercangkang yang Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik.
mengandung zat hidup bakal anak yang Bandung: Alfabeta.
dihasilkan oleh unggas (ayam, itik, burung
dan sebagainya) dan telu (bahasa Jawa) : Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi
tiga. Penelitian Kualitatif. Bandung:
SIMPULAN Remaja Rosdakarya.
Berdasarkan hasil penelitian di
Desa Bandar Sono, Kecamatan tanjung Mhsun, 2011. Metode Penelitian Bahasa:
Tiram, Kabupaten Batu Bara bahwa Tahan Strategi, Metode, dan
gangguan berbicara cadel anak berusia 27 Tekniknya. Cetakan kelima. Jakarta:
tahun (dewasa) ini disebabkan oleh faktor PT RajaGrafindo Persada.
psikologis yang dibawanya sejak lahir
serta adanya pengaruh terhadap posisi
lidah yang terlalu pendek sehingga fonem
(bunyi) yang dikeluarkan tidak sempurna.
Kebiasaan seperti inilah yang dialami
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode diskusi kelompok Dinamika pada materi pokok menulis teks
eksplanasi terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa hasil
belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dalam kelompok dinamika
tergolong kategori tinggi dengan nilai rata-rata postes (82,25) dan Standar Deviasi
8,72 sedangkan kelas kontrol tergolong kategori sedang dengan nilai rata-rata
(70,17) dan Standart deviasi 7,76. Berdasarkan hasil uji stastik t diperoleh thitung =
8,72 dengan a = 0.05 sehingga diperoleh ttabel = 1,99 ternyata thitung > ttabel (8,72 >
1,99) maka dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa ada pengaruh metode yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode diskusi kelompok dinamika
pada materi pokok menulis teks eksplanasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Angkola
Barat.
Abstract. This study aims to determine student learning outcomes by using the
group discussion method Dynamics on the subject matter of writing explanatory
texts on learning outcomes. The results of the study show that the learning
outcomes of students who use the discussion method in the dynamics group are
classified as high categories with posttest average values (82.25) and Standard
Deviations 8.72 while the control class is classified as a moderate category with
an average value (70.17) and Standard deviation 7.76. Based on the stastic test
results, t is obtained tcount = 8.72 with = 0.05 so that it is obtained t table =
1.99 turns out tcount> t table (8.72> 1.99) then stated Ha is accepted and Ho is
rejected. Thus it can be stated that there is an Effect Method which is significant
towards student learning outcomes taught by using the dynamic group
discussion method in the subject matter of writing explanatory texts in class X of
SMA Negeri 1 Angkola Barat.
,
1. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
2. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
Fitafatria@Gmail.Com
,
1. Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
2. FBS Universitas Negeri Medan
garin_kbr@gmail.com
Kata Kunci : Teks Anekdot, Struktur, Ciri Kebahasaan, dan Kemampuan Menulis
Abstract. This study aims to determine the relationship between the understanding
of structure and linguistic characteristics of the ability to write Anecdote texts in
grade X senior high school students in 4 fields. The population of this study was
all students of class X SMA 4 Medan which consisted of 14 classes with a total of
490 people. The sample taken is 32 people from the number of classes that have
been determined. The method used is the Ex post facto method. Data on
understanding structure, linguistic characteristics, and the ability to write
Anecdote texts of students are captured by using objective tests of 40 test questions
and essays arranged based on the objectives to be achieved. Before testing the
data, the test requirements for the analysis were carried out first, namely the
normality test and linearity test. Based on the results of the analysis obtained that
the data is normally distributed. After calculating the Lhitung normality test
<Ltabel at a significant level. The normality test results for understanding
structure data (0.0968 <0.1568) linguistic characteristics (0.1193 <0.1568) and
Anecdote text writing ability (0.1520 <0.1568). The results of the correlation
between variables indicate that the relationship between structural understanding
of the ability to write Anecdote texts has a determinant of multiple correlation
coefficients of 69.39%, the relationship of understanding linguistic characteristics
to the ability to write Anecdote texts has a determinant of multiple correlation
coefficients of 22.37% and relationship understanding structures, and linguistic
characteristics of the ability to write Anecdote texts have a determinant of multiple
correlation coefficients of 33.99%. So, it can be concluded that there is a positive
and significant relationship between the relationship of understanding structure
and linguistic characteristics to the ability to write Anecdote texts by class X
students of SMA 4 Medan.
Abstrak. Disleksia merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar spesifik yang
tersering diantara kedua bentuk kesulitan belajar spesifik lainnya yaitu disgrafia
dan diskalkulia. Disleksia yang berasal dari bahasa Greek secara harafiah
mengandung makna kesulitan berbahasa (dys = sulit; lexia = bahasa). Disleksia
(seperti halnya diskalkulia dan disgrafia) terjadi pada individu dengan potensi
kecerdasan normal, bahkan banyak diantara mereka yang mempunyai tingkat
kecerdasan jauh di atas rata-rata. Itulah sebabnya maka disleksia disebut sebagai
kesulitan belajar SPESIFIK, karena kesulitan belajar yang dihadapinya hanya
terjadi pada satu atau beberapa area akademis yang spesifik saja, diantaranya area
membaca, menulis dan berhitung. Seringkali disleksia merujuk pada kondisi
dimana kesulitan belajar yang nampak pada individu tersebut sulit dijelaskan
karena demikian ‘berlawanan’ dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
Sebagian besar orang awam memahami disleksia sebagai kondisi dimana anak
sulit belajar baca, malas menulis, jika menulis banyak huruf yang hilang, sulit
menghitung, dan sebagainya, namun sejatinya disleksia sama sekali tidak
sesederhana itu.
Abstract. Dyslexia is one of the most common forms of learning difficulties among
the two other specific forms of learning difficulties, namely dysgraphia and
dyscalculia. Dyslexia originating from Greek literally means language difficulties
(dys = difficult; lexia = language). Dyslexia (like dyscalculia and dysgraphia)
occurs in individuals with normal intelligence potential, even many of them who
have a level of intelligence far above average. That is why dyslexia is referred to
as SPECIFIC learning difficulties, because the learning difficulties it faces only
occur in one or several specific academic areas, including the area of reading,
writing and counting. Often dyslexia refers to a condition where the learning
difficulties that appear to the individual are difficult to explain because of this
'opposite' to the potential intelligence they have. Most lay people understand
dyslexia as a condition where children have difficulty learning to read, are lazy to
write, if they write a lot of missing letters, difficult to count, and so on, but actually
dyslexia is not that simple at all.
NILAI MORAL DAN KERJA KERAS DALAM DONGENG DANAU TOBA PADA
BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN PUSAT
PERBUKUAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Abstrak. Dongeng termasuk dalam cerita rakyat berbentuk lisan. Dongeng adalah
cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita
serta tidak terikat waktu dan tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,
walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral
bahkan sindiran. Setiap mata pelajaran membutuhkan sejumlah buku teks, apalagi
bila mata pelajaran mempunyai sub-sub bagian yang dapat dianggap sebagai
bagian yang berdiri sendiri. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, ada
sub mata pelajaran kesusastraan, kebahasaan, keterampilan dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana nilai moral yang terdapat
dalam dongeng Danau Toba? dan Bagaimana nilai kerja keras dalam dongeng
Danau Toba? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Semi (1984:23) yaitu ”metode yang tidak
menggunakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan
terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris”. Menurut
Sugiyono (2008) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) di mana peneliti adalah instrumen kunci. Teknik pengumpulan
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Data
penelitian ini adalah nilai pendidikan religius yang terdapat dalam dongeng dalam
buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, karya Nila Kuriniati Sapari, terbitan tahun 2008.
Abstract. Tales included in oral folklore. Fairy tales are folktales that are
considered not really happened by those who have stories and are not bound by
time and place. Fairy tales are told mainly for entertainment, although there are
many fairy tales that depict the truth, containing moral teachings and even satire.
Each subject requires a number of textbooks, especially if subjects have sub-
sections which can be considered as stand-alone parts. In Indonesian language
subjects for example, there are sub-subjects of literature, language, skills and
others. Based on the background described earlier, the formulation of the problem
in this study is as follows: How are the moral values contained in the tales of Lake
Toba? and What is the value of hard work in the tales of Lake Toba? The method
used in this research is qualitative method. Qualitative research according to Semi
(1984: 23) is "a method that does not use numbers, but prioritizes the depth of
appreciation of the interactions between concepts that are being studied
empirically". According to Sugiyono (2008) qualitative research methods are
research methods that are used to examine the conditions of natural objects, (as
opposed to experiments) where researchers are key instruments. The technique of
data collection is triangulated (combined), data analysis is inductive and the
results of qualitative research emphasize the meaning rather than generalization.
The data of this study is the value of religious education contained in the fairy tale
in the class VII Indonesian textbook published by the Ministry of National
Education Book Center, by Nila Kuriniati Sapari, published in 2008.
Abstract. The purpose of this study (1) is to describe the value of character
education contained in the novel Bakau Kebaikan by Siti Lestari Nainggolan. (2)
To describe the relevance of character education values in the novel Bakau
Kebaikan by Siti Lestari Nainggolan for education. The object of this research is a
children's novel. Data collection uses repetitive reading and recording techniques.
The data analysis technique is descriptive. Research findings (1) character values
found are creative, love the environment, curiosity, friendliness, discipline, and
love to read. (2) this children's novel is relevant to add insight into upper class
elementary school students, namely classes IV, V, and VI.
.
Keywords: Character Education, Value, Novel
PENDAHULUAN tersebut, pendidikan formal dianggap
Pendidikan adalah kebutuhan memiliki titik sentral dari semua
mutlak bagi kehidupan manusia yang ini.Sebagai wadah resmi yang dianggap
harus dipenuhi sepanjang hayat. mampu membenahi kondisi dengan
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah meningkatkan kualitas pendidikan
proses dengan metode-metode tertentu karakter di sekolah-sekolah.
sehingga orang dapat memperoleh Dalam Undang-undang No. 20
pengetahuan, pemahaman, dan cara tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 tentang sistem
bertingkah laku yang sesuai dengan pendidikan nasional menyatakan bahwa
kebutuhan. (1)Adanya pemahaman tentang “Pendidikan nasional berfungsi
pentingnya pendidikan akan berpengaruh mengembangkan kemampuan dan
terhadap cara pandang dan sikap hidup membentuk watak serta peradaban bangsa
masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang bermartabat dalam rangka
memerlukan manusia-manusia berkarakter mencerdaskan kehidupan bangsa,
untuk membentuk sebuah kehidupan yang bertujuan untuk berkembangnya potensi
harmonis dan seimbang.Hal ini guna peserta didik agar menjadi manusia yang
menghadapi tantangan zaman tentang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
perilaku amoral, asusila, yang terjadi di Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
tengah-tengah masyarakat.Segala macam berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
bentuk kejahatan yang dilakukan menjadi warga negara yang demokratis,
menggerus kepribadian masyarakat serta bertanggung jawab” (2)
Indonesia yang dikenal ramah, santun, dan Hasil-hasil kebudayaan kultural
beradab.Tindak kriminal yang dilakukan yang diperoleh melalui pendidikan dapat
menjadi sebuah fenomena yang tidak dimanifestasikan pada diri peserta didik.
dapat dianggap remeh. Terkhusus remaja, Sehingga, apa yang diperoleh melalui
tentu merekalah yang diharapkan menjadi pendidikan itu menjadi cerminan
cikal-bakal penerus bangsa di masa yang kebudayaan yang seharusnya ada dan
akan datang. Menilik dari persoalan melekat pada diri masyarakat sesuai
Abstrak. Memaknai bahasa dan memahaminya juga bisa dipelajari dari warna.
Warna dapat menyapaikan pesan dan arti-arti khusus dari warna yang berbeda.
Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki ciri-ciri tersendiri, baik makanan yang
berbeda, pakaian yang berbeda, tata cara perayaan yang berbeda pula. Setiap suku
yang ada di Indonesia memiliki keistimewaan yang berbeda-beda pula. Tujuan
penelitian i i untuk mengetahui makna warna dalam uis karo. Penelitian ini
menganalisis makna warna dalam uis karo dengan literatur semiotika. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.
Abstrak. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana teknik
pengumpulan data yaitu: (1) Observasi, (2) tes .Berdasaran hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilaksanakan didalam dua siklus dengan
penggunaan dongeng dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas
I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas 1 SD Negeri 104232
Tanjung Morawa. setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penggunaan
dongeng. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
yang semakin meningkat dalam setiap siklusnya, yaitu nilai rata-rata hasil
pengamatan guru pada siklus I 2,75 dan meningkat menjadi 3,55 pada siklus
II. Dan dilihat dari hasil tes berbicara pada siklus I diketahui 18 dari 30
siswa telah mencapai nilai KKN (60), dan meningkat pada siklus II dimana
29 dari 30 siswa telah berhasil mencapai nilai KKM (60).Berdasarkan hasil
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus tersebut diatas,
ternyata hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya artinya
ternyata langkah pembelajaran melalui dongeng dapat meningkatkan
kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Negeri 104232 Tanjung
Morawa.
Wulandari Anwar
PBSI Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
wulandarianwar30@gmail.com
Abstract. This study aims to explain the influence of the jigsaw type cooperative
learning model and lecture method on the ability to understand exposition texts.
For this study data was taken from 82 samples from 415 populations. Sampling is
done by random class (random sampling) that is to determine the experimental
class and the control class. Data retrieval is done by the assignment instrument
that is determining the structure and characteristics of the exposition text
language. The method used in this research is the experimental method with the
design of the poststest Control Only Design. With this design, the researcher will
compare the learning outcomes of determining the structure and language
characteristics of the exposition text of students guided by the jigsaw cooperative
learning model with learning outcomes determining the structure and language
characteristics of the exposition text of students guided by the lecture method.
Thus, this study shows that the use of the influence of the jigsaw type cooperative
learning model can improve students' abilities
Abstract. This study aims to analyze the theory of the acquisition of the syntax of a
5 year old child based on the MLU theory found by Brown. This descriptive
qualitative research uses three data collection techniques, namely observation,
interviews, and documentation. The data obtained will be reduced, presented
through a description, then concluded. The results of the study show that 5-year-
old children are able to use language according to their functions as proposed by
Halliday. Based on Brown's theory of MLU (Mean Lenght of Utterence), the
subject under study is at the X level which has a value of 4.5+ for the acquisition
of syntax. That is, this study also confirms the truth of the theory.
Keywords: Neuropsycholinguistics, IQ
PENDAHULUAN bersifat memberikan dukungan baik dalam
Prestasi belajar merupakan hasil hal penyediaan fasilitas maupun
pengukuran terhadap peserta didik setelah penciptaan suasana belajar yang kondusif.
mengikuti proses pembelajaran dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
periode tertentu yang dapat diukur (2004: 138), prestasi belajar yang dicapai
menggunakan instrumen yang relevan. seorang individu merupakan hasil
Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi antara berbagai faktor yang
prestasi belajar, ada yang dari dalam diri mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
(internal) dan ada yang dari luar diri yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri
(eksternal). Hasil observasi awal terhadap (internal) dan faktor yang berasal dari luar
prestasi belajar siswa, menunjukkan diri (eksternal). Faktor internal yaitu
bahwa prestasi belajar siswa sebagian faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan meliputi faktor jasmaniah, psikologi, dan
Minimal (KKM), sehingga dapat disebut faktor kematangan fisik maupun psikis.
bahwa prestasi belajar siswa masih Faktor jasmaniah antara lain panca indera
rendah. KKM ditentukan oleh masing- yang tidak berfungsi sebagaimana
masing sekolah sehingga mempunyai mestinya, berfungsinya kelenjar tubuh
standar yang berbeda-beda. Prestasi yang membawa kelainan tingkah laku.
belajar yang menunjukkan tingkat Sedangkan faktor psikologi antara lain
keberhasilan anak dalam belajar di kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan,
sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. minat, kebutuhan, dan motivasi. Faktor
Menurut Conny R semiawan eksternal yang berasal dari luar diri siswa
(1998: 200), peran keluarga lebih banyak berupa faktor sosial, budaya, lingkungan
Intan Novita
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
intannovita323@gmail.com
Key Words : Rhetoric, the means of rhetoric, work around the structure
PENDAHULUAN Abidin (2013:7) retorika adalah
Keterampilan berbicara ialah salah seni berkomunikasi secara lisan, yang
satu keterampilan berbahasa secara lisan dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
yang bersifat produktif.Keterampilan orang secara langsung dengan bertatap
berbicara sangat dibutuhkan ketika muka. Setiap orang tentu memanfaatkan
seseorang sedang berbicara didepan retorika menurut kemampuannya masing-
umum, acara formal maupun masing. Ada berbagai cara memanfaatkan
berkomunikasi.Berbicara merupakan salah retorika ini dalam kehidupan
satu jenis komunikasi, selain komunikasi bermasyarakat. Hal ini sangat ditentukan
tertulis.Dalam komunikasi lisan syarat oleh lingkungan, masalah, profesi, dan
mutlak yang harus ada adalah adanya lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari
komunikator (pembicara) dan komunikan orang memanfaatkan retorika ini secara
(lawan bicara). Antara komunikator dan spontan. Pembicara tidak begitu perlu
komunikan akan terbangun komunikasi memilih materi bahasa, memakai ulasan,
efektif apabila pesan yang disampaikan dan memakai gaya tutur yang terencana.
oleh komunikator bisa dipahami oleh Untuk menunjang keberhasilan berbicara
komunikan sehingga akan terjadi imbal perlunya sarana retorika.
wicara ketika sudah terjadi interaksi Sarana retorika merupakan sarana
komunikasi. Salah satu yang memiliki kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.
ilmu keterampilan berbicara ialah retorika. Dengan muslihat itu para penyair berusaha
menarik perhatian, pikiran, hingga
metode deskriptif kualitatif. Djajasudarma (4) Penyajian data: data-data yang telah
(1993: 8) menjelaskan bahwa penelitian dikelompokkan dan dianalisis
deskriptif bertujuan untuk membuat kemudian disajikan dalam bentuk
menggambarkan, melukiskan, atau deskriptif.
memaparkan secara sistematis, akurat, dan (5) Menarik kesimpulan: semua data yang
faktual mengenai data, sifat serta sudah dianalisis dan dideskriptifkan
berhubungan fenomena yang teliti. kemudian disimpulkan hasilnya.
Melalui penelitian ini, penulis bertujuan HASIL PENELITIAN
menggambarkan secara tepat segala Berdasarkan penelitian yang telah
bentuk yang ada di sarana retorika yang dilakukan, jenis penyiasatan struktur yang
berfokus pada penyiasatan struktur dalam berupa repetisi yang terdapat dalam tiga
stand up comedy yang dibawakan oleh video stand up comedy Raditya Dika
Raditya Dika. Selain itu, metode deskriptif adalah sebanyak seratus lima puluh dua
merupakan gambaran ciri-ciri data secara data.
akurat sesuai dengan sifat alamiah data itu Data (1) Indera penglihatan, lo
sendiri (Djajasudarma, 1993: kalau jomblo jalan ke mall, ada cewek
16).Penelitian ini yang menjadi sumber cantik lewat lo bisa ngeliatin.
data adalah data atau ungkapan dari Sebagaimana disebutkan dalam teori,
tayangan video stand up comedy yang repetisi merupakan gaya bahasa dengan
dibawakan oleh Raditya Dika. Video pengulangan kata-kata yang menampilkan
stand up comedy diperoleh dari sumber pengulangan kata atau kelompok kata
Youtobe kemudian di-download.Teknik yang sama. Pada video 1 terdapat
pengumpulan data dalam penelitian ini sembilan data. Masing-masing data
ialah teknik dokumentasi.Syamsuddin merupakan repetisi karena terdapat salah
(2009: 108) mengemukakan teknik satu kata yang diulang-ulang. Kata yang
dokumentasi digunakan untuk diulang pada tiap-tiap data adalah kata lo.
mengumpulkan data dari sumber Kata lopada setiap data diulang lebih dari
nonmanusia. satu kali. Fungsi pengulangan kata lo pada
Kasiram (2008: 128), ia data tersebut adalah untuk memberi
menjelaskan bahwa tujuan analisis data penekanan dan penegasan. Oleh sebab itu,
adalah untuk merangkum data dalam sembilan data tersebut merupakan data
bentuk yang mudah dipahami dan mudah yang berupa repetisi.
ditafsirkan, sehingga hubungan antara Anafora
masalah penelitian dapat dipelajari dan Berdasarkan penelitian yang telah
diuji. Berkenaan dengan penelitian ini, dilakukan, jenis penyiasatan struktur yang
langkah-langkah yang akan ditempuh berupa anafora yang terdapat dalam tiga
dalam penganalisisan data adalah sebagai video stand up comedy Raditya Dika
berikut: adalah sebanyak Sembilan data. Berikut
(1) Seleksi data: langkah ini dilakukan uraian dan deskripsinya setiap data
untuk memilih data-data kata atau tersebut.
ungkapan yang mengandung sarana Data (1) Dan kadang-kadang, mereka
retorika yang berupa penyiasatan tahu kalau lo gak dengarinseksama, gua
struktur. Data yang telah dikumpulkan, gak tahu, feeling dari mana sih, gua gak
ditulis, dan dibaca berulang-ulang tahu deh. Kadang-kadang kalau
kemudian diseleksi keseluruhannya. cewekgua lagi ngobrol
(2) Pengelompokan data: data yang telah nye..nye..nye..nye… gitukan lagi berdua
terkumpul kemudian dikelompokkan nye…nye..nye masakkan, gua liatin muka
sesuai dengan masalah yang diteliti. dia sambil bernyanyi Indonesia Raya
Data tersebut kemudian disusun dan dikepala gua “Indonesia tanah airku, tanah
dianalisis sehingga diperoleh hasil data muda dan darah ku, hiduplah darahku”.
yang berkaitan dengan sarana retorika. Data (1) merupakan penyiasatan
(3) Analisis data: data yang telah struktur yang berupa anafora. Hal ini
dikelompokkan kemudian dianalisis didasari oleh teori yang menjelaskan
maknanya sesuai dengan sarana bahwa anafora merupakan pengulangan
retorika yang berupa penyiasatan (kata-kata) pada awal beberapa kalimat
struktur pada stand up comedy Raditya yang berurutan, paling tidak dalam dua
Dika. buah kalimat. Merujuk pada teori, data (1)
adalah ciri anafora. Pada data tersebut
terdapat pengulangan kata yaitu, kadang- asidenton.Pada data tersebut tidak didapati
kadang. Kata kadang-kadang muncul konjungsi, tetapi didapati penggunaan
sebnayak dua kali. Keberadaan kata pungtuasi, yaitu tanda koma (,).Adapun
kadang-kadang berfungsi untuk mermberi penggunaan tanda koma (,) tersebut
penekanan. Berdasarkan hal itu, dapat terdapat pada kata setelah mandarin, dan
disimpulkan bahwa data (1) adalah jeruk.Dengan demikian, data (1)
anafora merupakan asidenton.
Polisidenton Antitensis
Berdasarkan penelitian yang telah Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, jenias penyiasatan struktur dilakukan, jenis penyiasatan struktur
yang berupa polisidenton yang terdapat berupa antitensis yang hanya terdapat
dalam tiga video stand up comedy Raditya dalam data video 2 stand up comedy
Dika sebanyak sebelas data. Berikut ini Raditya Dika adalah sebanyak satu data.
uraian dan deskripsi setiap data tersebut. Berikut ini uraian dan deskripsi setiap data
Data (1) Kita (cowok) gak ada yang tersebut.
peduli, gak ada yang peduli, kita cuman Data (1) Dia pakek baju jukensi dan bulu
gak ada yang berani ngomong aja, kita tu keteknya merambat demi Tuhan teman-
gak ada yang peduli “ii sumpah tadi di teman, itu bulu ketekyang terindah yang
kampus, dia tu kesel baget deh, dia tu pernah saya liat, dari kejauhan kayak kipas
masak bajunya sama” bodoh amat, kita hitam tau gak, kalau ketemu angin pasti
gak ada peduli. kelepek-kelepek (sambil mengipas-
Data (1) merupakan penyiasatan struktur gipaskan tangan dibawah ketiak) “turunin
yang berupa polisidenton. Hal ini sesuai saya mas, turunin saya mas”.
dengan teori yang menjelaskan bahwa Data (1) merupakan penyiasatan
polisidenton adalah beberapa kata, atau struktur yang berupa antitesis.Hal tersebut
klausa yang berurutan yang dihubungkan sesuai dengan yang disebutkan dalam teori
satu sama lain dengan kata-kata sambung. bahwa antitesis merupakan gagasan-
Polisidenton juga merupakan pengulangan gagasan yang bertentangan.Merujuk
berupa penggunaan kata tugas. Merujuk kepada teori, data (1) memiliki ciri
kepada teori, data (1) memiliki ciri antitesis.Pada data tersebut terdapat
polisidenton. Pada data tersebut terdapat pengungkapan gagasan yang
kelompok kata yang berurutan yang bertentangan.Gagasan yang bertentangan,
dihubungkan satu sama lain dengan kata- yaitu antara dari kejauhan kayak kipas
kata tugas. Adapun penggunaan kata tugas hitam tau gak, kalau ketemu angin pasti
tersebut terdapat pada kata setelah gak kelepek-kelepek (sambil mengipas-
ada, gak ada, gak ada, dan gak ada. gipaskan tangan dibawah ketiak) “turunin
Dengan demikian, data (1) merupakan saya mas, turunin saya mas”.Gagasan
polisidenton. yang terdapat pada data tersebut
Asidenton mempertentangkan antara Dia pakek baju
Berdasarkan penelitian yang telah jukensi dan bulu keteknya merambat demi
dilakukan, jenis penyiasatan struktur Tuhan teman-teman, itu bulu ketek yang
berupa asidenton yang hanya terdapat terindah yang pernah saya liat, tetapi dari
dalam data video 2 stand up comedy kejauhan kayak kipas hitam tau gak, kalau
Raditya Dika adalah sebanyak dua data. ketemu angin pasti kelepek-kelepek
Berikut ini uraian dan deskripsi setiap data (sambil mengipas-gipaskan tangan
tersebut. dibawah ketia
Data (1) Ada yang dekat sini hantu jeruk k) “turunin saya mas, turunin
perut, mungkin nanti ada hantu jeruk saya mas”.
mandarin, hantu kentayangan jualan jeruk, Klimaks
“bang lima ribulah bang, anak istri belum Berdasarkan penelitian yang telah
makanlah bang” hantu juga manusia. dilakukan, jenis penyiasatan struktur
Data (1) merupakan penyiasatan berupa klimaks yang hanya terdapat
struktur yang berupa asidenton.Hal ini dalam video pertama dan kedua stand up
sesuai dengan teori menjelaskan bahwa comedy Raditya Dika adalah sebanyak
asidenton adalah penghilangan konjungsi enam data. Berikut ini uraian dan
dalam frasa, klausa, atau kalimat, serta deskripsi setiap data tersebut.
pungtuasi yang berupa tanda (,).Merujuk Data (1) Pacar gua ni pernah cobain
pada teori, data (1) memiliki ciri masak ni, ngikutin dari youtobe, di tengah-
tengah masak laptopnya mati, jadi itu perasaan gue, gue siapa yang nyuapin?,
masaknya itu 15 menit, di menit ketiga tidak mempunyai toleransi dalam
laptopnya mati dan dia itu impropisasi. berasmara, kasihan orang kayak gue,
Data (1) merupakan penyiasatan fakir-fakir asmara, fakir asmara tapi
struktur yang berupa klimaks. Hal ini bukan pengemis cinta. Pernyataan-
sesuai dengan yang disebutkan dalam teori pernyataan pada data (1) yang sangat
bahwa klimaks mengungkapkan dan penting yaitu fakir asmara tapi bukan
menekankan gagasan dengan cara pengemis cinta. Berdasarkan hal itu, dapat
menampilkannya secara berurutan disimpulkan bahwa data (1) merupakan
penyampaiannya itu semakin antiklimaks.
meningkatnya kadar pentingnya gagasan Pertanyaan Retoris
itu adalah Pacar gua ni pernah cobain Berdasarkan penelitian yang telah
masak ni, ngikutin dari youtobe, kemudian dilakukan, jenis penyiasatan struktur
di tengah-tengah masak laptopnya mati, berupa klimaks yang terdapat dalam
dan selanjutnya diikuti jadi itu masaknya video stand up comedy Raditya Dika
itu 15 menit, dimenit ketiga laptopnya adalah sebanyak empat belas data. Berikut
mati dan dia itu impropisasi.Rangkaian ini uraian dan deskripsi setiap data
pengungkapan pada data (1) berfungsi tersebut.
membentuk suatu klimaks.Berdasarkan Data (1) Ii teman aku sekarang
hal itu, dapat disimpulkan bahwa data (1) berubah, aduh dosen aku nyeselin”
merupakan klimaks. bodoh!, kuping gua udah panas baget
Antiklimaks tahu gak?.
Berdasarkan penelitian yang telah Data (1) merupakan penyiasatan
dilakukan, jenis penyiasatan struktur struktur yang berupa pertanyaan retoris.
berupa klimaks yang hanya terdapat Hal ini sesuai dengan teori yang
dalam data video 3 stand up comedy menjelaskan bahwa pertanyaan retoris
Raditya Dika adalah sebanyak dua data. adalah pengungkapan dengan
Berikut ini uraian dan deskripsi setiap data menampilkan semacam pertanyaan yang
tersebut. sebenarnya tidak menghendaki pertanyaan
Data (1) Tadi gue di kantin, ada retoris. Hal tersebut dapat dilihat pada
cowok sok-sok suapan sama ceweknya data Ii teman aku sekarang berubah, aduh
“uwek” geli, suapan-suapan sama cewek dosen aku nyeselin” bodoh!, kuping gua
“sayang-sayang ak sayang” cowoknya udah panas baget tahu gak?. Dalam
minta “sayang-sayang aku juga dong” gua sumber data, video stand up comedy
dateng, gua colokin kedalam matanya, lo Raditya Dika, pertanyaan tersebut tidak
udah tau perasaan gue, gue siapa yang menghendaki jawaban. Selain itu, dalam
nyuapin?, tidak mempunyai toleransi sumber data tidak didapati jawaban dari
dalam berasmara, kasihan orang kayak pertanyaan tersebut. Dengan demikian,
gue, fakir-fakir asmara, fakir asmara tapi data (1) merupakan pertanyaan retoris.
bukan pengemis cinta. SIMPULAN
Data (1) merupakan penyiasatan Berdasarkan hasil penelitian dan
struktur yang berupa antiklimaks.Hal pembahasan sebelumnya, dapat
tersebut sesuai dengan yang disebutkan disimpulkan bahwa dalam stand up
dalam teori bahwa antiklimaks merupakan comedy Raditya Dika terdapat sarana
sebagai suatu acuan yang gagasan-gagasan retorika. Merujuk pada rumusan masalah
diurutkan dari yang terpenting berturut- penelitian, bentuk sarana retorika yang
turut ke gagasan yang kurang penting atau dimaksud dalam penelitian ini adalah
semakin mengendur.Merujuk kepada penyiasatan struktur. Bentuk penyiasatan
teori, data (1) memiliki ciri antiklimaks. struktur yang terdapat pada stand up
Pada data tersebut terdapat pengungkapan comedy Raditya Dika ada 8 bentuk
suatu hal, kejadian, atau keadaan yang meliputi, repetisi, anafora, polisidenton,
kurang penting adalah Tadi gue di kantin, asidenton, antitesis, klimaks, antiklimaks,
ada cowok sok-sok suapan sama dan pertanyaan retoris. Data repetisi terdiri
ceweknya “uwek” geli, suapan-suapan dari 152, anafora 9, polisidenton 11,
sama cewek “sayang-sayang ak sayang” asidenton 2, antitesis 1, klimaks 6,
cowoknya minta “sayang-sayang aku juga antiklimaks 2, dan pertanyaan retoris 14
dong”, dan diikuti dengan gua dateng, data. Jadi jumlah data secara keseluruhan
gua colokin kedalam matanya, lo udah tau adalah 197 data. Data tersebut diambil
dari 3 buah tayangan stand up comedy Dean. Greg. 2012. Step By Step To Stand
Raditya Dika. Dengan judul eksploitasi Up Comedy. Jakarta: Redaksi.
hantu-hantu di Indonesia, cewek
menguasai indera, dan di putusin pacar. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode
SARAN Linguistik Ancangan Metode
Berdasarkan hasil penelitian Penelitian dan Kajian. Bandung:
terhadap stand up comedy Raditya Dika, Eresco.
penulis menyarankan beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian yang telah Japandi, Adam. 2015. Public Speaking-
dilakukan, yaitu sebagai berikut. dan-Stand-Up-Comedy.
(1) Stand up comedy merupakan bentuk Http://www Wordpress. Diakses
dari seni komedi atau melawak yang pada tanggal 02 September.
disampaikan secara monolog kepada
penonton. Dalam stand up comedy Kasiram, M. 2008. Metode Penelitian.
terdapat bentuk-bentuk sarana Malang: UIN Malang Press.
retorika. Untuk memahami bentuk-
bentuk sarana retorika yang terdapat Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya
dalam stand up comedy di sarankan Bahasa. Jakarta: Gramedia
kepada tenaga pendidik untuk Pustaka Utama.
mengajarkan peserta didik tentang
sarana retorika dan bagi mahasiswa Moleong, Lexy. 2007. Metodologi
bisa mempelajari retorika dengan Penelitian Kualitatif. Bandung:
baik dan benar. Karena retorika Remaja Rosdakarya.
termasuk kedalam Bahasa dan Sastra
Indonesia Nugiyantoro, Burhan. 2002. Teori
(2) Bagi mahasiswa, stand up comedy Pengkajian Fiksi. Yogjakarta:
juga harus di pelajari, dengan Penerbit Gadjah Mada Universitas
mempunyai kemampuan tersebut. Press.
Mahasiswa bisa menjadi seorang
yang berprofesi comic. Jelas, dengan ……………………… 2014. Teori
menjadi seorang comic maka akan Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:
menghasilkan penghasilan. Gadjah Mada University Press.
(3) Selanjutnya, penulis menyarankan
adanya penelitian serupa yang Papana, Ramon. 2012. Kiat Tahap Awal
mengkaji bentuk-bentuk sarana Belajar Stand Up Comedy
retorika dalam objek lainnya. Dengan Indonesia (KITAB SUCI). Jakarta:
banyaknya penelitian yang meneliti Penerbit mediakita.
analisis sarana retorika, maka akan
mudah referensi yang didapatkan Permendiknas. 2009. EYD Terbaru.
bagi pembaca. Yogyakarta: Pustaka Timur
DAFTAR PUSTAKA Pradopo, Rachmat Djoko. 2005.
Abidin, Yusuf Zainal. 2013. Pengantar Pengkajia Puisi. Yogyakarta:
Retorika. Bandung: Pustaka Setia.
Gadjah Mada University Press
Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Cetakan Purba, Antilan. 2009. Stilistika Sastra
Kedua. Jakarta: Kencana. Indonesia. Medan: USU Press.
Sisi Rosida
FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
sisy.rosida@gmail.com
Abstract. This study aims to describe the author's expression and the
creative process of the author in creating Maryam's short stories. The
method used in this research is descriptive method, namely documentation
and interviews. The technique of analyzing data by repetitively reading,
collecting data from the contents of the story that relates to the author's
expressions, analyzing data and highlighting the contents of the story,
dialogue, and character behavior with regard to the author's expression,
describing the author's expression to the characters, collecting process
data creative (conducting interviews with authors), and drawing
conclusions from the results of research. The results of this study are
descriptions of author expressions in the form of fear, anger, sadness,
anxiety, confusion, annoyance, indifference, patience, and love / affection.
This feeling is experienced by the character when the husband left. The
findings of the creative process in this short story, namely the birth process
of Maryam's short story, were inspired by the author's experience of seeing
women working alone in the middle of PTP III rubber plantations in the
Gunung Malintang Village (New Koto). Then the author wrote Maryam's
short story by adjusting the area of life and cultural customs of the Minang
community.
Setelah membaca cerpen Maryam dan cerpen Maryam karya Afrion. Dapat
melakukan wawancara dengan pengarang, dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini
peneliti menemukan proses kreatif dalam mengenai proses kreatif pengarang pada
Abstract. This study aims to understand: (1) strategies for implementing character
education in schools; and (2) the implementation of student character education.
This research is a qualitative descriptive study. Data collection is done with
observation, interview, and documentation techniques. Checking the validity of the
data is done by triangulation techniques, namely by checking the information on
the results of interviews with rules and observations. The results of the study show
that the strategies for implementing student training can be done through:
integrating values and ethics on subjects, internalizing positive values instilled by
all school members, habituating and training, giving examples and examples,
related to character in school, and culture. The implementation of student
character education is carried out through integration between character building
with learning, school management, and extracurricular activities.
Kursitasari
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
kursitasari95@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kata Kunci: metode eksperimen, bahan ajar interaktif, kearifan lokal Brebes,
semantik.
Abstract. The purpose of this study is to describe and associated semantics with
the use of interactive learning materials based local wisdom of Brebes and test the
effectiveness of interactive learning materials based local wisdom Brebes. This
research method used a method of experimentation. The form of experiments in
this study i.e. one group pretest-postest design. The type of the experiment using a
single class, and there are initial tests before being given the treatment. The
results of this study showed that the initial value (pretest) there are students who
hadn't as much as 22 students and the final value (postest) on students already
finished all. Test result table based on the effectiveness of independent samples test
stating the existence of significant differences result pretest and posttest. Thus it
can be d isimpulkan that interactive learning materials courses semantics based
local wisdom Brebes effectively used in lectures.
Silvia Siburian
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
Silvia_sbr@gmail.com
Abstract. This study aims to determine the ability to write poetry by students
without using the media song and the ability to write poetry students by using
media songs in SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. The sample of this research is the
students of class X MIA 1 SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Random sampling
technique was chosen consisting of 34 people. This research uses experiment
method with song media through quantitative approach. The results of this study
indicate that there is influence of song media on the ability to write poetry by
students of class X MIA SMA Negeri 1 Tanjung Morawa in 2016/2017 academic
year. This is proven by hypothesis testing done through one party's right-side T
test, with test criterion, reject h0 if t '≥ 1.68, since the result t = 5.79 then 5.79 ±
1.68 because that of that Ho rejected and Ha accepted. Therefore, song media
needs to be provided to improve the ability to write poetry students in SMA Negeri
1 Tanjung Morawa to improve learning outcomes, especially the result of the
ability to write poetry by using media songs.
Abstrak. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan berpikir pada lansia
responden dari wanita lanjut usia di Dusun 1 Desa Celawan. Orang lanjut usia
yang dipilih yang mempunyai kriteria berumur di atas 55 tahun. Responden yang
diberikan CDT sebanyak 3 orang, tetapi tidak seluruhnya dapat dianalisis karena
ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya pendidikan, tidak ada hasil
wawancara dan observasi mengenai keseharian responden. Dengan jumlah
responden satu orang.
Riska Damayanti
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
riskadamayanti882@gmail.com
Abstrak. Salah satu gangguan berbicara yang banyak terjadi adalah afasia. Anak
yang mengalami afasia tidak mampu memahami atau mengekspresikan kata-kata.
Pada afasia wernicke anak hanya mampu mengeluarkan isi pikiran, tetapi tidak
mengerti pembicaraan orang lain. Perkembangan bahasa anak afasia wernicke ini
sama dengan anak normal lainnya. Anak lancar berbicara tetapi tanpa ujung dan
intinya, membuat kalimatnya tidak beraturan (berantakan). Anak afasia wernicke
dapat dilihat yakni umur di atas 3-4 tahun.
Abstract. One of the most common talking disorders is aphasia. Children who
experience aphasia are unable to understand or express words. In aphasia
wernicke children are only able to issue the contents of the mind, but do not
understand the talk of others. The development of Wernicke's aphasic language is
the same as that of other normal children. Children speak fluently but without end
and essence, make the sentence irregular (messy). Wernicke's aphasia children
can be seen at ages above 3-4 years.
M. Irwan Syahputra
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
putrairwan645@gmail.com
1. Judul Artikel
Judul artikel diberi catatan kaki yang menunjukkan sumber biaya penelitian dan
pengabdian masyarakat. Nama penulis diikuti nama perguruan tinggi tempat penulis
bekerja, semua nama penulis ditulis tanpa gelar.
2. UrutanMateri
a. Judul artikel dalam bahasa Indonesia (tidak boleh lebih dari 14 kata) dan bahasa
Inggris (tidak boleh lebih dari 10 kata)
b. Nama penulis (ditulis lengkap tanpa singkatan dan gelar)
c. Abstrak (dalam bahasan Indonesia dan bahasa Inggris)
d. Pendahuluan, mencakup: perumusan masalah, tujuan dan manfaat
e. Metode penelitian
f. Hasil dan pembahasan
g. Simpulan dan saran
h. Daftar pustaka
i. Lampiran (jika ada)
3. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad dengan urutan: nama pengarang, judul buku,
lokasi dan sumber/ penerbit.
Contoh: Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
5. Pengetikan
Pengetikan dilakukan dengan jarak 1 spasi, jenis huruf Times New Roman, ukuran huruf
12, diketik di kertas HVS A4. Jumlah tulisan beserta lampirannya maksimum 15 halaman.
6. Syarat Tulisan
Artikel/tulisan yang akan dimuat pada Jurnal Keguruan belum pernah diterbitkan pada
jurnal ilmiah lainnya.
7. Administrasi
Artikel yang diserahkan ke Sekretariat Jurnal Keguruan diberikan dalam bentuk hardcopy
sebanyak 1 (satu) set yang selanjutnya akan dikoreksi oleh Mitra Bestari. Jika artikel
tersebut sudah layak untuk diterbitkan, penulis harus menyerahkan softcopy dari tulisan
tersebut.