Anda di halaman 1dari 207

BAHASTRA

JurnalPendidikan Bahasa dan Sastra


Indonesia
Penanggung Jawab
Prof. Dr. Ir. H. M. Asaad, M.Si
Dra. Hj. Hasrita Lubis, M.Pd., Ph.D
Dra. Nurhasnah Manurung, M.Pd

Pimpinan Redaksi
Dra. Nila Safina, M.Pd

Dewan Redaksi
Dr. Dra. Liesna Andriany, M.Pd
Drs. Abd. Rahim Harahap, M.M

Editor
Dra. Hj. Rita, M.Pd
Drs. Ali, M.M
Sahri Nova Yoga, S.Pd.,M.Pd.

Administrasi Umum dan Keuangan


Dra. Hj. Deliani, M.Si

Alamat Redaksi
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Islam Sumatera Utara
Jalan Sisingamangaraja- Teladan Medan
Telp: 061-7869730
Email: deliani@fkip.ac.id
Jadwal Penerbitan
BAHASTRA (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) diterbitkan dua kali
dalam setahun (Maret dan September) oleh Prodi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP UISU.

Penyerahan Naskah
Jurnal Keguruan menerima naskah yang merupakan hasil penelitian, pemikiran
(rekayasa ide) khusus pada bidang pendidikan Bahasa Indonesia, Sastra Indonesia
dan Linguistik yang belum pernah dipublikasikan/ diterbitkan paling lama 5 (lima)
tahun terakhir. Naskah dapat dikirim melalui email atau diserahkan langsung ke
Redaksi dalam bentuk rekaman Compact Disk (CD) dan print-out 2 eksemplar.
Ditulisdalam MS Word atau dengan program pengolah data yang kompatibel,
gambar, ilustrasi dan foto dimasukkan dalam file naskah.

Penerbitan Naskah
Naskah yang layak terbit ditentukan oleh Dewan Redaksi setelah mendapat
rekomendasi dari Mitra Bestari. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis
dan naskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis jika
disertai perangko secukupnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
Daftar Isi i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP 1-5
KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA BINA
BERSAUDARA MEDAN
Rika Kartika
EFEKTIVITAS MODEL DEBAT TERHADAP KEMAMPUAN 6 - 11
MEMBERIKAN OPINI SISWA KELAS X SMA TAMAN SISWA
Nila Safina
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS 12 – 17
ACHIEVEMENT DIVISION MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO
VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA
KELAS X SMA SETIA BUDI ABADI
Deliani
PENGARUH MODEL CIRCUIT LEARNING TERHADAP HASIL 18 – 24
BELAJAR MENULIS TEKS EKSPLANASI KELAS XI MAS PROYEK
UNIVA
Rita
LAGU PERMAINAN RAKYAT “LAYANG-LAYANG” SEBAGAI 25 - 32
SASTRA LISAN
Megan Asri Humaira
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING 33 – 40
TERHADAP KEMAMPUAN MELAKSANAKAN WAWANCARA
KELAS VIII SMP NEGERI 8 MEDAN
Nurhalimah Sibuea
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN 41 – 48
BERBICARA PADA ANAK BALITA
Asri Yulianda
ANALISIS GANGGUAN BERBICARA ANAK CADEL 49 – 59
(Kajian Pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)
Cica Elida Hanum Matondang
PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK DINAMIKA PADA 60 – 66
MATERI POKOK MENULIS TEKS EKSPLANASI TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ANGKOLA BARAT
Dedi Zulkarnain Pulungan
ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN E-LEARNING BERBASIS 67 – 72
EDMODO PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
SMK MULTI KARYA MEDAN
,
HUBUNGAN PEMAHAMAN STRUKTUR DAN CIRI KEBAHASAAN 73 – 77
DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA
KELAS X SMA NEGERI 4 MEDAN
,
PERMASALAHAN PADA OTAK (DISLEKSIA) BERPENGARUH 78 – 84
PADA KEMAMPUAN BERBAHASA
Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
NILAI MORAL DAN KERJA KERAS DALAM DONGENG DANAU 85 – 91
TOBA PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII
TERBITAN PUSAT PERBUKUAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
NASIONAL
Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL BAKAU 92 – 96
KEBAIKAN KARYA SITI LESTARI NAINGGOLAN DAN
RELEVANSINYA BAGI DUNIA PENDIDIKAN
Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2
SEMIOTIKA (MAKNA WARNA DALAM UIS KARO) 98 - 101
Lisa Septia Dewi Br.Ginting 1, Rosmilan pulungan 2

i
BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI DONGENG 102 - 106


DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I
SD NEGERI 104232 TANJUNG MORAWA
Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW 107 – 112
TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI OLEH
SISWA KELAS VII MTS AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH
TEMBUNG
Wulandari Anwar
ANALISIS PEMEROLEHAN SINTAKSIS MENGGUNAKAN TEKNIK 113 - 118
MLU (MEANT LENGHT OF UTTERENCE) PADA ANAK USIA 5
TAHUN
Rini Sartika Nasution
PENGARUH INTELEGENSI PADA MOTIVASI BELAJAR 119 - 125
AKADEMIK SISWA MAS YPI BATANG KUIS
Tetty Ariyani Nasution
ANALISIS SARANA RETORIKA DALAM STAND UP COMEDY 127 - 132
RADITYA DIKA
Intan Novita
ANALISIS CERPEN MARYAM KARYA AFRION DENGAN 133 - 148
PENDEKATAN EKSPRESIF
Sisi Rosida
ANALISIS JENIS-JENIS METAFORA DALAM SURAT KABAR: 149 - 153
KAJIAN SEMANTIK
Sukma Adelina Ray
PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK AUTISME 154 - 159
Risma Martalena Tarigan
STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN 160 – 168
KARAKTER PESERTA DIDIK
Mepri Yanti Pandiangan
NILAI MORAL DALAM LEGENDA LUTUNG KASARUNG YANG 169 - 175
SAKTI DAN KISAH TERBAIK NUSANTARA LAINNYAKARYA
KAK GUN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH
Tanita Liasna
EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL “MERAJUT ASA” DI 176 - 179
TRANS7 TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK
OLEH SISWA KELAS VII MTs NEGERI 3 MEDAN
Kursitasari
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN BAHAN AJAR INTERAKTIF YANG 180 - 186
BERBASIS KEARIFAN LOKAL BREBES DALAM MATA KULIAH
SEMANTIK
Prasetyo Yuli Kurniawan
PENGARUH MEDIA LAGU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS 187 – 192
PUISI PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 1 TANJUNG
MORAWA
Silvia Siburian
GANGGUAN BERPIKIR DIMENSIA (PIKUN) PADA LANSIA 193 - 197
Riky Gunawan Siregar
GANGGUAN BERBICARA PADA AFASIA WERNICKE 198 - 191
Riska Damayanti
MEMORI WANITA DALAM MULTITASKING KAJIAN 192 - 195
NEUROPSIKOLINGUISTIK
M. Irwan Syahputra

ii
BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN


MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA BINA BERSAUDARA MEDAN

Rika Kartika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
rkartika705@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh model


pembelajaran langsung dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi pada
siswa kelas X SMA. Untuk penelitian tersebut data diambil dari 36 siswa yang
berasal dari 36 populasi. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen
penugasan yaitu menulis puisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen dengan desain one group pretest post-test
design. Dengan desain tersebut, akan dibandingkan hasil belajar menulis puisi
siswa yang memperoleh pengajaran menggunakan pembelajaran langsung
dengan pembelajaran menggunakan example non examples. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan pengajaran pembelajaran
langsung. Setelah nilai t hitung diketahui, selanjutnya dikonsultasikan dengan
nilai t tabel pada taraf 5% atau 1% dengan dk = 36. Pada tabel t dengan dk = 36
diperoleh taraf signifikan 5% = 2,03 dan taraf signifikan 1% = 2,72. Karena t0
yang diperoleh lebih besar dari t t yaitu 2,03 < 3,01 < 2,72 maka hipotesis
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh hasil belajar siswa terhadap
kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan model pembelajaran
langsung.

Kata kunci: Pembelajaran Langsung, Menulis, Puisi

Abstract. This study aims to determine the effect of direct learning models in
improving the ability to write poetry in class X high school students. For the
study data was taken from 36 students from 36 populations. Data retrieval is
done with the assignment instrument namely writing poetry. The method used in
this study is an experimental method with the design of one group pretest post-
test design. With this design, the results of learning to write poetry will be
compared to students who get teaching using direct learning with learning using
example non examples. The hypothesis in this study is that there is a significant
effect on the learning outcomes of students' poetry writing ability using direct
learning teaching. After the value of t count is known, then consulted with the
value of t table at the level of 5% or 1% with dk = 36. In table t with dk = 36
obtained a significant level of 5% = 2.03 and a significant level of 1% = 2.72.
Because t0 obtained is greater than t t which is 2.03 <3.01 <2.72, the hypothesis
is accepted. This shows that there is an influence of student learning outcomes
on students' poetry writing ability using direct learning models.

Keywords: Direct Learning, Writing, Poetry


PENDAHULUAN begitu saja tetapi muncul dari kesadaran
Keterampilan menulis adalah penulisnya yang merupakan hasil dari
salah satu keterlampilan berbahasa dan perasaan dan penalaran. Oleh karena itu,
pokok yang paling sulit disampaikan oleh pembelajaran berbahasa dan bersastra
guru dan sulit diterapkan kepada siswa. diarahkan untuk meningkatkan
Persoalan utama siswa dalam menulis kemampuan berfikir dan bernalar siswa
puisi adalah sulit mengembangkan ide dan baik dalam tulisan dan lisan. Pada
gagasan. Dengan memiliki keterampilan pembelajaran menulis puisi, siswa harus
menulis akan memudahkan seseorang mampu menulis puisi dengan
untuk mengkomunikasikan gagasan, ide, menggunakan pemilihan kata yang sesuai
pikiran, dan pengalamannya ke berbagai rima dan menarik dalam mengungkapkan
pihak. Dengan seorang juga dapat berbuat perasaan. Namun kenyataan masih banyak
banyak untuk hal-hal dan tujuan tertentu. siswa yang belum mampu menulis puisi.
Puisi merupakan karya sastra Kenyataan tersebut, penulis temukan pula
yang memiliki nilai-nilai keindahan pada saat PPL ( Program Praktek
dalam setiap kata-katanya dan mampu Lapangan ).
mengungkapkan sesuatu sesuai dengan Dalam proses pembelajaran di
keinginan penulisnya. Puisi tidak lahir kelas, guru seharusnya melibatkan siswa

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 1


Rika Kartika
Pengaruh Model Pembelajaran Langsung terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas
X SMA Bina Bersaudara Medan

pada suatu aktivitas yang penuh sekaligus Adapun metode yang digunakan
mengembangkan potensi pikir siswa dalam penelitian ini adalah metode
kearah yang positif. Tetapi pada eksperimen dengan model one group post
kenyataannya, siswa kurang dilibatkan test, yaitu perlakuan yang berbeda antara
pada aktivitas yang dapat dua kelompok. Eksperimen dilakukan
mengembangkan dan mengasah imajinasi dengan maksud untuk melihat akibat dari
mereka. Siswa hanya mendengarkan suatu perlakuan. Metode ini dilaksanakan
penjelasan guru, mencatat dan menghafal dengan memberikan perlakuan pada dua
materi saja sehingga siswa beranggapan kelompok siswa, yakni kelompok pretest
bahwa menulis puisi adalah suatu kegiatan dan posttest. Pretest menggunakan
yang sulit dan membosankan. Dengan pengaruh model pembelajaran langsung
menggunakan model pembelajaran dan post test menggunakan model
langsung diharapkan dapat pembelajaran Examples Non Examples.
mengoptimalkan pembelajaran menulis Penelitian eksperimen ini adalah
puisi. Model pembelajaran langsung ini one group pretest post-test design.
menekankan pada wujud aktivitas siswa Arikunto(2009 : 212) bahwa “ one group
dalam mengekspresikan pikiran, perasaan pretest post-test design yaitu eksperimen
dan imajinasinya dengan menggunakan yang dilaksanakan pada satu kelompok
bahasa tulis. Di sini guru bertindak eksperimen yang dilaksanakan pada satu
sebagai model dengan menawarkan objek kelompok saja tanpa kelompok
pembelajaran langsung. Selanjutnya, pembanding”. Di dalam desain penelitian
siswa dengan daya imajinasinya ini sebelum dimulai perlakuan kelas diberi
mengembangakan kata-kata menjadi baris tes awal ( pre-test) untuk mengukur
puisi, begitulah seterusnya. Secara kondisi awal (O1). Selanjutya pada kelas
sistematis, siswa akan terbiasa eksperimen diberi perlakuan berupa
memadukan kemampuan berimajinasi pengajaran dengan menggunakan model
dengan diksi untuk menghasilkan sebuah pembelajaran langsung .
karya yang berbentuk puisi. Tabel 1. Desain Eksperimenone Group
Rumusan masalah merupakan Pretest Post-Test Design
pertanyaan yang digunakan dalam No. Kelas Pretest Perlakuan Posttest
1. Eksperimen O1 X O2
pembuatan penelitian dengan cara menarik
Keterangan :
kesimpulan dari latar belakang masalah O1 = Pretest ( test awal ) model
yang digunakan dalam pembuatan examples non examples
penelitaian dengan cara menarik X = Perlakuan dengan menggunakan
kesimpulan dari latar belakang masalah. model pembelajaran langsung
Menurut Sugiyono (2013:55), O2 = Post-test
rumusan masalah merupakan suatu Instrumen Penelitian
pertanyaan yang akan dicarikan Instrumen yang digunakan untuk
jawabannya melalui pengumpulan data. mengetahui pengaruh penerapan model
Berdasarkan batasan di atas maka penulis pembelajaran langsung kempuan menulis
merumuskan masalah agar kajian lebih puisi. Hal ini senada dengan pendapat
fokus, jelas dan terperinci. Rumusan Arikunto ( 2006 : 166 ) yang menyatakan
masalah dalam penilitian ini antara lain: bahwa “ Test dapat mengukur inteligensi
(a) Bagaimanakah kemampuan menulis (IQ), minat, kemampuan dasar ( bakat ),
puisi siswa kelas X SMA Bina Bersaudara kepribadian. Dengan demikian, langkah
Medan Tahun Pembelajaran 2014-2015 yang ditempuh untuk memperoleh data
dengan menggunakan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah dengan
langsung? (b) Bagaimanakah kemampuan memberikan tes. Tes tersebut akan
menulis puisi siswa kelas X SMA Bina diberlakukan untuk pretest dan posttest.
Bersaudara Medan Tahun Pembelajaran Pretest digunakan untuk menjaring data
2014-2015 dengan menggunakan kemampuan menulis puisi sebelum
Examples Non Examples? Dan (c) Apakah dilakukan perlakuan, sedangkan post-test
ada pengaruh model pembelajaran digunakan setelah perlakuan yaitu model
langsung terhadap kemampuan menulis pembelajaran langsung.
puisi siswa kelas X SMA Bina Bersaudara Tabel 4. Format atau Rubrik Penilaian
Medan? N Aspek Deskriptor Sk Nil
o or ai
METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2


Rika Kartika
Pengaruh Model Pembelajaran Langsung terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas
X SMA Bina Bersaudara Medan

1. Bait Bait-bait puisi ada 25 : Mean hasil dari data kelas


dan sesuai dengan eksperimen
25
ciri-ciri puisi baru
Bait-bait puisi ada : Mean hasil dari kelas kontrol
dan kurang sesuai : Standar eror perbedaan kedua
10
dengan ciri-ciri kelompok
puisi
Bait-bait puisi tidak Pembuktian dilakukan dengan
ada dan kurang membandingkan to dan tt dengan patokan:
5
sesuai dengan ciri- jika to>tt maka Haditerima dan Ho ditolak
ciri puisi baru. danjika to < maka Ha ditolak dan HO
2. Pemak Pemilihan 25
aian kata/diksi, diterima.
25 HASIL PENELITIAN
Bahasa ungkapan/majas,
kalimat dalam peng 1. Kemampuan Siswa Menulis Puisi
embangan imajinasi dengan Menggunakan Model
sangat tepat.
Pemilihan Pembelajaran Langsung
kata/diksi, Berdasarkan hasil analisis data,
ungkapan/majas, dapat diketahui bahwa jumlah nilai
kalimat dalam 10 tertinggi untuk kemampuan menulis puisi
pengembangan
imajinasi kurang dengan menggunakan model pembelajaran
tepat. langsung adalah 92 dan nilai terendah
Pemilihan adalah 48, sedangkan untuk jumlah nilai
kata/diksi, tertinggi pada kemampuan menulis puisi
ungkapan/majas,
5 sebesar 2618.
kalimat dalam
pengembangan 2. Kemampuan Siswa Menulis Puisi
imajinasi tidak tepat dengan Model Example Non
3. Isi Gagasan, 25
Example
makna/pesan yang 25
terkandung sangat Berdasarkan hasil analisis data,
baik. dapat diketahui bahwa jumlah nilai
Gagasan, makna/pe tertinggi data pretes untuk kemampuan
10
san yang
menulis puisi dengan menggunakan model
terkandung baik.
Gagasan, makna/ pembelajaran examples non examples
pesan yang dengan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai
5
terkandung kurang terendah adalah 46, sedangkan untuk
baik.
jumlah nilai tertinggi data postest untuk
4 Irama Irama dan rima 25
dan pada puisi sangat 25 kemampuan menulis puisi dengan
Rima selaras menggunakan model pembelajaran
Irama dan rima langsung adalah sebesar 2345.
10
pada puisi selaras
3. Uji Hipotesis
Irama dan rima
pada puisi kurang 5 Setelah t0 diperoleh, selanjutnya
selaras. dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf
Total skor 10 signifikan 5% atau 1% dengan dk = 36.
0 Pada tabel t dengan dk = 36 diperoleh
Teknik Analisis Data
taraf signifikan 5% = 2,03 dan taraf
Data yang telah terkumpul
signifikan 1% = 2,72. Karena t0 yang
selanjutnya akan dianalisis guna mencapai
diperoleh lebih besar dari tt yaitu 2,03 <
hasil yang maksismal. Langkah-langkah
3,01 < 2,72 maka hipotesis diterima. Hal
analisis tersebut dapat dilakukan dengan :
ini menunjukkan bahwa pembelajaran
1. Mentabulasi data skor tes variable
menulis puisi dengan menggunakan model
X dan Variable Y
pembelajaran langsung lebih efektif
2. Menghitung nilai rata-rata dan
dibanding dengan model pembelajaran
standar deviasi data sample
Example Non Examples.
3. Melakukan uji hipotesis dengan
PEMBAHASAN
menggunakan uji “t” dengan
Setelah melaksanakan prosedur
rumus :
penelitian seperti menghitung rata-rata dan
to = standar deviasi serta pengujian hipotesis,
( Sudjono,2010:314) akhirnya dapat ditemukan hasil penelitian.
Keterangan : Pembelajaran menulis puisi yang
To : Nilai t observasi diberikan kepada siswa kelas X SMA Bina

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3


Rika Kartika
Pengaruh Model Pembelajaran Langsung terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas
X SMA Bina Bersaudara Medan

Bersaudara Medan dengan menggunakan 2. Kemampuan siswa menulis puisi


model pembelajaran langsung ternyata dengan model pembelajaran Examples
lebih efektif. Non Examples tidak lebih baik , hal ini
Pembelajaran menulis puisi dengan dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar
menggunakan model pembelajaran siswa yang masih rendah, yaitu sebesar
langsung merupakan pembelajaran yang 65,14.
memungkinkan untuk siswa agar lebih 3. Terdapat perbedaan yang signifikan
leluasa mengenal lingkungan sekitar, lebih antara hasil pembelajaran dengan
merangsang imajinasi serta rasa ingin tahu menggunakan model pembelajaran
siswa, dengan demikian siswa selalu langsung dengan hasil pembelajaran
dituntut untuk lebih aktif dalam proses dengan menggunakan model
pembelajaran, melatih kemampuan pembelajaran Examples Non Examples
siswauntuk berfikir sistematis, dan dalam meningkatkan kemampuan
memberikan kesempatan siswa menulis puisi.
mengembangkan pengetahuannya. Saran
Siswa berhasil menulis puisi dengan Berdasarkan kesimpulan di atas,
mudah dan benar dengan menggunakan maka sebagai tindak lanjut penelitian ini
model pembelajaran langsung, hal ini dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
dikarenakan model pembelajaran langsung 1. Model pembelajaran langsung
dekat sekali dengan alam dan lingkungan sebaiknya digunakan dalam proses
sekitar, dan pada dasarnya siswa sangat belajar mengajar di sekolah untuk
senang dengan kenyataan atau realita mencapai tujuan pembelajaran.
langsung yang dilihat oleh siswa. 2. Guru bidang studi Bahasa Indonesia
Berdasarkan perhitungan yang khususnya pihak sekolah supaya
sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa memperhatikan penggunaan strategi
nilai rata-rata siswa yang mendapat pembelajaran yang dapat
perlakukan dengan model pembelajaran mengoptimalkan hasil dari proses
langsung lebih tinggi dibandingkan belajar siswa atau dengan kata lain
dengan model pembelajaran Example Non menggunakan model pembelajaran
Examples. yang bervariasi.
Dari hasil pembelajaran dengan 3. Guru harus lebih maksimal dalam
model pembelajaran langsung yang mengarahkan siswa untuk mencari
dilakukan bahwa nilai siswa lebih tinggi fakta-fakta dan menghubungkan apa
dibanding dengan model Example Non yang telah dipelajari di dalam kelas.
Examples. Maka secara keseluruhan, Kepada peneliti selanjutnya agar dapat
pengajaran dengan model pembelajaran meneliti pada sekolah-sekolah lain
langsung lebih efektif digunakan dalam dengan pokok bahasan yang berbeda
pembelajaran menulis puisi siswa kelas X agar dapat dijadikan sebagai studi
SMA Bina Bersaudara Medan. perbandingan bagi guru untuk
SIMPULAN meningkatkan kualitas pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang khususnya pada pelajaran bahasa
telah diuraikan pada bab sebelumnya, Indonesia.
maka dapat disimpulkan beberapa paparan DAFTAR PUSTAKA
dibawah ini : Astuti, Wahyuni Wiji. 2011. Skripsi.
1. Kemampuan siswa menulis puisi Universitas Negeri Medan.
dengan menggunakan model
pembelajaran langsung lebih baik Arikunto, Suharmisi. 2002. Prosedur
hasilnya dibandingkan dengan Penelitian Suatu Pendekatan
kemampuan siswa menulis puisi Praktek. Jakarta: Rineka
dengan model pembelajaran Example Cipta.
Non Examples. Hal ini dapat dilihat Sudjino, Anas.2008. Pengantar Statistik
dari rata-rata hasil belajar siswa dengan
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
menggunakan model pembelajaran
Grafindo Persada.
langsung sebesar 72,72 sedangkan rata-
rata hasil belajar siswa dengan Widowati, 2007. Skirpsi. Universitas
menggunakan model pembelajaran Negeri Semarang.
Examples Non Examples sebesar 65,14.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 4


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

EFEKTIVITAS MODEL DEBAT TERHADAP KEMAMPUAN MEMBERIKAN


OPINI SISWA KELAS X SMA TAMAN SISWA

Nila Safina
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
nila_safina@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model debat apakah


lebih efektif dibandingkan dengan model team quis dalam pembelajaran
memberikan opini. Populasi penelitian ini berjumlah 44 siswa yang terdiri
dari 2 kelas. Kelas XIPA1 dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas X
IPA2 dijadikan sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian eksperimen Post-test only desain group
(two group). Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata post-test pada
kelas eksperimen adalah 71,66 dengan standar deviasi 6,23 dan nilai rata-
rata post-test di kelas kontrol adalah 57,75 dengan standar deviasi 5,52.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Lilifors. Data yang
diperoleh menunjukkan populasi berdistribusi normal, yaitu memiliki
kemampuan yang setara di mana Lhitung ≤ Ltabel (0,1092 ≤ 0,187) untuk
nilai post-test kelas eksperimen dan Lhitung ≤ Ltabel (0,1409 ≤ 0,190) untuk
nilai post-test di kelas kontrol. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Varians. Berdasarkan rumus yang digunakan,
diperoleh nilai Fhitung≤ Ftabel(1,27 ≤ 2,00). Hal ini kemampuan populasi
bersifat homogen. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus
thitung. Berdasarkan uji hipotesis nilai thitung= 3,46 sedangkan nilaittabel =
2,018 sehingga thitung ≥ ttabel. Dengan demikian, Ha diterima dan dapat
disimpulkan bahwa model debat lebih efektif dibandingkan dengan model
teamquis terhadap kemampuan memberikan opini siswa kelas X SMA
Taman Siswa Medan

Kata kunci: Pengaruh, Model Debat, Opini

Abstract. This study aims to determine whether the debate model is more
effective than the team quiz model in giving opinion. The population of
this study amounted to 44 students consisting of 2 classes. The XIPA1
class is used as the experimental class and the IPA X class is used as the
control class. The sampling technique used was purposive sampling. This
research was conducted using the experimental research method Post-test
only design group (two group). From the results of data analysis obtained
the average post-test value in the experimental class is 71.66 with a
standard deviation of 6.23 and the post-test average value in the control
class is 57.75 with a standard deviation of 5.52. The normality test is
done using the Lilifors formula. The data obtained shows that the
population is normally distributed, that is having equal abilities where
Lhitung ≤ Ltabel (0.1092 ≤ 0.187) for the post-test value of the
experimental class and Lhitung ≤ Ltable (0.1409 ≤ 0.190) for the post-test
value in class control. The homogeneity test is carried out using the
Variance formula. Based on the formula used, the value of Fcount abel
Ftable (1.27 ≤ 2.00) is obtained. This population ability is homogeneous.
Hypothesis testing is done using the formula tcount. Based on the
hypothesis test the value of tcount = 3.46 while the value of tabel = 2.018
so that tcount ≥ t table. Thus, Ha is accepted and it can be concluded that
the debate model is more effective compared to the teamquis model of the
ability to give opinions of class X students of SMA Taman Siswa Medan

Keywords: Influence, Debate Model, Opinion


PENDAHULUAN mengajar adalah bagian utuh (terpadu,
Keberhasilan sebuah interaksi integral) dari proses pendidikan-
komunikasi dalam pembelajaran maka pengajaran.
dibutuhkan pemanfaatan model Pada persoalan ini, penulis akan
pembelajaran yang sesuai dengan membahas mengenai kemampuan siswa
karakteristik peserta didik. Pemilihan dalam memberikan opini dengan
model pembelajaran yang tepat menggunakan model debat, karena model
menentukan pencapaian tujuan dalam ini menuntut partisipasi yang sungguh-
proses belajar-mengajar. Model belajar- sungguh dari peserta didik. Efektivitas

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 6


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

dari penggunaan model ini sangat Berdasarkan uraian pada latar


dipengaruhi oleh sejauh mana pengalaman belakang, identifikasi masalah, dan
dan pengetahuan peserta didik. pembatasan masalah yang telah
Untuk meningkatkan kemampuan dipaparkan di atas maka perlu dirumuskan
siswa dalam memberikan opini terhadap masalah yang akan diteliti agar penelitian
tulisan, penulis mencoba menggunakan ini terarah, maka permasalahan dalam
model debat yang jarang digunakan oleh penelitian ini akan dirumuskan sebagai
guru dalam mengajar. Model ialah cara berikut: (a) Bagaimana kemampuan
guru menjelaskan suatu pokok bahasan memberikan opini siswa kelas X SMA
(thema, pokok masalah) sebagai bagian Tamansiswa Medan dengan menggunakan
kurikulum (isi, materi pengajaran), dalam model debat? (b) Bagaimana kemampuan
upaya mencapai sasaran dan tujuan memberikan opini siswa kelas X SMA
pengajaran (tujuan institusional, tujuan Tamansiswa Medan dengan menggunakan
pembelajaran umum dan khusus). model TeamQuis? Dan (c) Apakah
Tujuan mempelajari bahasa secara penggunaan model debat lebih efektif
umum pada tingkat menengah dalam dibandingkan dengan modelTeamQuis
Standar Kompetensi Lulusan dan terhadap kemampuan memberikan opini
pengembangan Silabus (Dinas Pendidikan siswa kelas X SMA Tamasiswa Medan?
dan Kebudayaan 2007: 3) adalah METODE PENELITIAN
mengembangkan kemampuan Berdasarkan jenisnya
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, penelitian ini merupakan penelitian
baik secara lisan maupun tulisan yang Post-test only desain group (two
mencakup empat kecakapan kebahasaan, group). Dengan pola sebagai berikut :
yakni menyimak, berbicara, membaca dan Tabel 1. Desain Eksperimen
menulis. Kelompok Perlakuan Post-
Model pembelajaran tidak hanya test
memberikan pengalaman-pengalaman X IPA1 X T
konkrit tetapi juga membantu peserta X IPA2 Y T
Keterangan :
didik berinteraksi secara benar. Di duga
O2 : Pemberian Post test
untuk mencapai kecakapan berbahasa X : Perlakuan dengan metode
tersebut khususnya dalam meningkatkan pembelajaran model debat
kemampuan berargumen dalam Y : Perlakuan dengan metode
pembelajaran model team quis
pembelajaran keterampilan berbicara E : Kelas Eksperimen
maka siswa tepat di ajar dengan K : Kelas Kontrol
menggunakan model pembelajaran debat.
Melalui debat siswa dilatih dan dituntut Instrumen Penelitian
untuk mampu berargumen dan Data penelitian tersebut adalah
mempertahankan argumen agar pendapat- data kemampuan siswa menulis
pendapat yang disampaikan dapat diterima memberikan opini. perlakuan Data ini
oleh audiens. diperoleh sebelum dan sesudah sampel
Dari pernyataan di atas, dapat menerima perlakuan yaitu
diketahui bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan model debat.
memberikan opini masih tergolong
Secara operasional, kemampuan
rendah, sehingga perlu dikaji lagi dengan
memberikan opini adalah skor atau
mencari faktor-faktor utama
nilai yang diperoleh siswa atas
penyebabnya, kurangnya
pengetahuansiswa tentang membuat opini kemampuannya dalam
disebabkan karena penggunaan teknik mengungkapkan opini yang bersifat
yang digunakan guru sewaktu mengajar argumentatif yaitu disertai alasan yang
materi ini kurang tepat. kuat, organisasi opini (berupa kohesi
Berdasarkan kenyataan di atas, dan koherensi), ekspresi saat
maka diharapkan model debat dapat memberikan opini secara lisan, bahasa
berpengaruh positif terhadap kemampuan opini yang jelas, singkat, padat, dan
memberikan opini oleh siswa. Dengan menarik melalui perdebatan (lisan) dan
kata lain siswa diharapkan lebih terampil
tes tertulis untuk pemantapan. Sejalan
dalam memberikan opini dengan
dengan defenisi operasional di atas,
menggunakan model debat.
maka instrumen penelitian yang
digunakan peneliti untuk mengetahui

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 7


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

efektivitas model debat terhadap tepat


kemampuan memberikan opini adalah JUMLAH 100
tes. Dengan peringkat yang dikemukakan oleh
Sudijono (2007:24) sebagai berikut:
Menurut pendapat Arikunto
Tabel 3. Standar Skor menurut Sudijono
(2002:198) “yang mengatakan bahwa (2007:24)
tes dapat mengukur inteligensi (IQ), Skor 85- Baik sekali A
tes minat, tes bakat khusus, dan 100
sebagainya”. Tes tersebut akan Skor 70- Baik B
diberlakukan untuk pos-test. 84
Skor 55- Cukup C
Tabel 2. Kriteria Penilaian Kemampuan
69
Memberikan Opini
Skor 40 – Kurang D
No Aspek yang Dinilai Skor Total
54
Skor
1 ISI Skor 0- 39 Kurang sekali E
Apabila: Teknik Analisis Data
a. Bersifat 20 20 Sebelum ujian hipotesis dilakukan
argumentatif maka perlu terlebih dahulu ditentukan
(berisi pendapat nilai rata-rata, standar deviasi, dan uji
dengan alasan persyaratan analisis yang terdiri dari uji
yang kuat dan normalitas dan uji homogenitas. Adapun
logis).
langkah-langkah tersebut yaitu:
b. Kurang bersifat 10
argumentatif
1. Mentabulasi nilai kelas eksperimen
(berisi pendapat (variabel x)
dengan alasan 2. Mentabulasi nilai kelas kontrol
yang kurang kuat (variabel y)
dan logis). 3. Mencari mean kelompok eksperimen
c. Tidak bersifat 5 (x) dengan rumus sebagai berikut :
argumentatif ∑
(tidak berisi MX =
pendapat dengan 4. Mencari mean kelompok kontrol (y)
alasan yang kuat dengan rumus sebagai berikut :
dan logis). ∑
a. Koheren dengan 20 20
MX =
permasalahan 5. Mencari standar deviasi skor kelas
ditugaskan. eksperimen (x) dengan rumus sebagai
b. Kurang koheren 10 berikut :
dengan

permasalahan SDX=
ditugaskan.
c. Tidak koheren 5 6. Mencari standar deviasi skor kelas
dengan kontrol (y) dengan rumus sebagai
permasalahan berikut :
ditugaskan. ∑
2 BAHASA 20
SDX=
Apabila: 7. Mencari standar error mean kelas
a. Bahasanya 20 eksperimen (x) dengan rumus sebagai
singkat, padat dan berikut :
jelas
b. Bahasanya kurang 10 SEMX =

singkat, padat dan
jelas 8. Mencari standar error mean kelas
c. Bahasanya tidak 5 kontrol (y) dengan rumus sebagai
singkat, padat dan berikut :
jelas SEMY =
a. EYD tepat 20 20 √
b. EYD kurang tepat 10 9. Mencari standar error perbedaan
c. EYD tidak tepat 5 mean kelas eksperimen dan kelas
a. Pilihlah kata tepat 20 20
kontrol (x dan y) dengan rumus
b. Pilihlah kata 10
sebagai berikut :
kurang tepat
c. Pilihlah kata tidak 5

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 8


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

tersebut. Harga terbesar ini disebut LO


SEMX – MY = SE + SE = Lhitung
Keterangan : Jika Lhitung ≤ Ltabel untuk taraf
MX = Mean skor kelas eksperimen nyata α = 0,05, maka data distribusi
MY = Mean skor kelas kontrol normal dan hipotesis diterima. Sebaliknya,
∑X = Jumlah skor kelas eksperimen jika Lhitung ≥ Ltabel maka data berdistribusi
∑Y = Jumlah skor kelas kontrol tidak normal dan hipotesis ditolak.
N1 = Banyaknya skor kelas b. Uji homogenitas
eksperimen Pada proses pengujian
N2 = Banyaknya skor kelas kontrol homogenitas dua varians, akan dilakukan
SDX = Standar Error mean kelas homogenitas data terhadap data post test
eksperimen dengan rumus yang dikemukakan oleh
SDY = Standar Error mean kelas Sugiyono (2013:276), yaitu : F =
kontrol
SEMX-MY = Standar Error perbedaan Keterangan : = Varians terbesar
kedua kelas = Varians terkecil
Kriteria pengujian data adalah
Pengujian persyaratan analisis terima Ho jika Fhitung< Ftabel dengan
a. Uji normalitas variabel dengan hipotesis :
Menggunakan Lilifoer Ho = =
Uji kenormalan dilakukan secara Ho = ≠
parametik dengan menggunakan penaksir c. Menguji hipotesis
rata-rata pada simpangan baku. Uji yang Menurut Sugiyono (2013:273), penelitian
digunakan adalah uji lilifoer. Misalnya, yang membandingkan sebelum dan
kita mempunyai sampel acak dengan hasil sesudah treatment atau perlakuan, atau
pengamatan X1, X2,...Xn. berdasarkan membandingkan kelompok kontrol
sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa dengan eksperimen, maka digunakan Ttest
separated varian, yaitu :
sampel tersebut berasal dari populasi
berdistribusi normal melawan hipotesis thitung =

tandingan bahwa hipotesis tidak normal.
Keterangan :
Untuk pengujian hipotesis nol t = Distribusi t
tersebut, kita tempuh prosedur sebagai x1 = Mean variabel x
berikut : x2 = Mean variabel y
1) Menyusun skor siswa dalam bentuk s = varian terbesar (variabel x)
tabel. s = varian terkecil (variabel y)
2) Skor mentah X1, X2,...Xn dijadikan n1 = jumlah sampel di kelas
bilangan baku Z1, Z2,...Zn dengan rumus eksperimen
n2 = jumlah sampel di kelas
sebagai berikut :

kontrol

Zi = Di mana varian (S2) dapat dihitung dengan
Keterangan : menggunakan rumus sebagai berikut :
Zi = Bilangan baku ( ) ( )
S2 =
= Rata-rata skor siswa
S = Standar Deviasi
Keterangan :
3) Untuk setiap bilangan baku ini
n1 = Jumlah sampel kelompok
menggunakan daftar distribusi normal eksperimen
baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) n2 = Jumlah sampel kelompok
= P(Z ≤ Zi) kontrol
4) Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,...Zn S12 = Standar deviasi kelompok
yang lebih kecil sama dengan Zi, jika terbesar (kelas eksperimen)
proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi), S22 = Standar deviasi kelompok
terkecil (kelas kontrol)
maka :

Untuk menguji hipotesis penelitian
, ,….. ( )
S (Z1) = = ini dilakukan dengan cara
5) Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) membandingkan to dengan ttabel pada
kemudian ditentukan harga mutlaknya. derajat kebebasan N1 + N2 – 2 dan tingkat
6) Mengambil harga yang paling besar di kepercayaan t. s. Α 0,05 (5%). Dengan
antara harga-harga mutlak selisih ketentuan tolek Ho jika to> ttabel dan Ha

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 9


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

diterima, atau diterima Ho jika to< ttabel dan pembelajaran memberikan opinisiswa
Ha ditolak. kelas X SMA Tamansiswa Medan tahun
HASIL PENELITIAN pembelajaran 2014/2015”.
1. Data pretest dan post test Tabel 6. Uji Hipotesis Data
Pada kelas eksperimen digunakan N Kelas Nilai Fhitung Ftabel Hasil
o rata-rata
model debat, sebagaimodel yang akan 1 Eksperime 71,66
diujicobakan dan pada kelas kontrol n 1,27 2,00 Ha
digunakan model team quis sebagai model 2 Kontrol 57,75 diterima
pembanding. Berdasarkan treatment atau Berdasarkan perhitungan uji
perlakuan yang telah diberikan kepada hipotesis pada lampiran VIII diperoleh
kedua kelas, maka diperoleh nilai terendah harga thitung = 3,46 pada taraf signifikansi α
dan tertinggi dari kedua kelas tersebut. = 0,05, dk = 42 (24+20–2) dan harga ttabel
Pada kelas eksperimen, diperoleh nilai = 2,018 (dengan interpolasi). Kemudian
terendah 60, tertinggi 80 dan nilai rata-rata dibandingkan antara thitung dengan ttabel
71,66 dengan standar deviasi 6,23. diperoleh thitung ≥ ttabel atau 3,46 ≥ 2,018
Sedangkan di kelas kontrol diperoleh nilai yang berarti hipotesis diterima.
terendah 45, tertinggi 60dan nilai rata-rata PEMBAHASAN
57,75 dengan standar deviasi 5,52. Berdasarkan rumusan masalah
2. Uji Normalitas Data penelitian, maka hasil penelitian ini adalah
Uji normalitas data dilakukan : (a) Nilai rata-rata hasil belajar siswa
dengan menggunakan uji lilifors.Dari hasil setelah diberikanpost-test dengan
perhitungan pada lampiran VI, maka menggunakan model debat adalah 71,66.
diperoleh harga Lhitung untuk masing- Hal ini berarti kemampuan terhadap
masing kelas, kemudian dikonsultasikan memberikan opini siswa X SMA
dengan Ltabel pada lampiran X di mana Tamansiswa Medan dikategorikan baik;
Lhitung< Ltabel yang berarti sampel kedua (b) Nilai rata-rata hasil belajar siswa
kelas berdistribusi normal. setelah diberikanpost-test dengan
Tabel 4. Uji Normalitas Data menggunakan model team quis terhadap
N Dat Kelas Lhitung Ltabel Hasil memberikan opini adalah 57,75. Hal ini
o a berarti kemampuan terhadap memberikan
1 Post Kontrol -0,1409 0,190 Normal opini X SMA Tamansiswa Medan
-test Normal dikategorikan cukup; dan (c) Hasil belajar
2 Post Eksperim 0,1092 0,187 siswa di kelas eksperimen lebih tinggi
-test en
dibandingkan dengan di kelas kontrol. Hal
3. Uji Homogenitas Data ini berarti penggunaan modeldebat lebih
Untuk mengetahui homogen atau
efektif dibandingkan dengan model team
tidaknya populasi penelitian, dapat
quis dalam kemampuan terhadap
dilakukan dengan menggunakan uji F.
memberikan opini siswa X SMA Taman
Hasil perhitungan uji homogenitas pada
Siswa Medan.
lampiran VII kemudian dikonsultasikan
SIMPULAN
dengan Ftabel pada lampiran XII, maka Berdasarkan hasil analisis yang
dapat disimpulkan bahwa Fhitung< Ftabel
dilakukan dalam penelitian ini, dapat
yang berarti bahwa populasi berdistribusi
ditarik kesimpulan bahwa:
homogen. 1. Kemampuan terhadap memberikan
Tabel 5. Uji Homogenitas Data
opini dengan model debat
N Kelas Varians Fhitung Ftabel Hasil
dikategorikan baik, karena nilai rata-
o
rata hasil belajar siswa setelah
1 Ekspe 6,23 1,27 2,00 Homogen
rimen diberikanpost-test adalah 71,66.
2 Kontr 5,52 2. Kemampuan terhadap memberikan
ol opini dengan menggunakan model
team quis dikategorikan cukup, karena
4. Uji Hipotesis nilai rata-rata hasil belajar siswa
Berdasarkan pada tabel IX dan X setelah post-test adalah
di atas, maka penelitian telah memenuhi 57,75.Berdasarkan analisis yang
persyaratan untuk dilakukan pengujian diperoleh, hasil homogenitas dalam
hipotesis.Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Fhitung ≤
penelitian ini adalah “model debat lebih Ftabel(1,27≤ 2,00), hal ini kemampuan
efektif daripada model team quis dalam populasi bersifat homogen.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 10


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

Berdasarkan hasil hipotesis dalam Sudjono, Anas. 2007. Pengantar Statistik


penelitian ini yaitu Ha diterima dengan Pendidikan. Jakarta: P.T. Raja
nilai thitung ≥ ttabel (3,46 ≥ 2,018). Grafindo Persada.
3. Maka dari hasil analisa terhadap
rumusan hipotesis menunjukkan bahwa Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
model debat lebih efektif dibandingkan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
dengan model team quis dalam
pembelajaran memberikan opini oleh
siswa kelas X SMATaman Siswa.
SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang
telah dikemukakan, maka penulis
menyarankan :
1. Kemampuan siswa dalam memberikan
opini perlu di tingkatkan. Hal tersebut
dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan model yang tepat dalam
proses belajar mengajar di kelas. Salah
satu media pembelajaran yang tepat
untuk digunakan dalam pembelajaran
memberikan opini adalah model debat.
Berdasarkan hal itu, disarankan agar
para guru bahasa dan sastra Indonesia
menggunakan model debat ketika
memberikan pembelajaran opini.
2. Penggunaan model debat dalam
pembelajaran memberikan opini
menuntut guru bahasa dan sastra
Indonesia untuk memiliki pemahaman
dan kemampuan dalam merancang
model tersebut. Oleh karena itu,
disarankan agar guru mempelajarinya
terlebih dahulu sebelum dapat
merancang dan menggunakannya
dalam pembelajaran memberikan opini.
3. Pada saat meneliti, peneliti menilai
siswa sangat antusias dan termotivasi
pada saat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan
model debat. Hal ini berarti,
penggunaan model pembelajaran yang
bervariasi dalam setiap kegiatan
pembelajaran dapat menjadi faktor
utama dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2009. Manajemen
Penelitian. Jakasrta: rimeka Cipta
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Dan
Praktek. Rineka Cipta.

Jogiyanto. 2006. Pembelajaran Metode


Kasus. Yogyakarta: Andi Offset

Sudjana. 1992. Metode Statistika.


Bandung: Tarsito.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 11


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT


DIVISION MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X
SMA SETIA BUDI ABADI

Deliani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
Deliani_59@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model


pembelajaranstudent teams achievement division (STAD) menggunanakan
Media Audio Visual Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X
SMA Setia Budi Abadi. Populasi penelitian ini siswa kelas X SMA Swasta
Setia Budi Abadi Perbaungan sebanyak 70 orang. Sampel yang digunakan
yaitu total sampling, ditetapkan kelas X MIA1 sebagai kelas eksperimen
dan kelas X MIA2 sebagai kelas kontrol. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian Two
group post test design. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data
penugasan yaitu menulis puisi (essay). Dari pengolahan data diperoleh,
hasil nilai rata-rata kemampuan menulis puisi dengan model pembelajaran
STAD menggunakan media Audio Visual 78,2 dan nilai rata-rata
kemampuan menulis puisi menggunakan model pembelajran CIRC adalah
73,1. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh Thitung =3,080 dan Ttabel
=1,992.Kemudian di bandingkan antara Thitung Ttabel maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Diperoleh Thitung
Ttabel = 3,0801,992 sehingga dapat dinyatakan hipotesis alternatif (Ha)
diterima. Berdasarkan pengujian hipotesis terdapat pengaruh model
pembelajaran STAD menggunakan media Audio Visual dalam kemampuan
menulis puisi. Dengan demikian model pembelajaran STAD menggunakan
media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
puisi.

Kata Kunci : Model Pembelajaran STAD, Media Audio Visual, Menulis


Puisi

Abstract. This research aims to discribe the influence of Student Teams


Achievement Division (STAD) learning model using audio visual media to
the ability of students class X setia budi abadi senior high school in writing
poem. The population is 70 students. Sampling technique used is total
sampling, which stated that students of class X MIA1 as experiment class
and MIA2 as control class. Experiment method with Two Group Post Test
Design is applied. The instruments used to obtain the data isessay in
writing poem. The result shows that average score of the ability in
writingpoem using STAD learning medel with audio visual asthe medium is
78,2 and using CIRC lerning model 73,1. Based on hypothesis test, it is
obtained that Tcount = 3,080 and Ttable = 1,992. From the value of Tcount 
Ttable, it is obtained that Ha is accepted and Ho rejected. It can be concluded
that there is influence of the use of STAD learning model using audio visual
media to the ability in writing poem. Reseach result shows that STAD
learning mode using audio visual media can improve ability of students in
writing poem.

Keywords: STAD Learning Model, Audio Visual Media, Writing poem


PENDAHULUAN pembelajaran dan media yang tepat
Menulis merupakan salah satu sehingga potensi dan daya kreatifitas
kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam siswa dapat tersalurkan.
proses pembelajaran, terutama untuk mata Pembelajaran menulis harus
pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui banyak bersifat aplikatif, dengan
kegiatan menulis diharapkan siswa dapat menggunakan pelatihan-pelatihan
menuangkan ide-ide atau gagasan yang kegiataan menulis. Kegiatan tersebut
baik yang bersifat ilmiah maupun memungkinkan siswa gemar, dan akhirnya
imajinatif. Oleh karena itu, sekolah tempat memiliki kemampuan dan terbiasa
mengenyam pendidikan diharapkan dapat menulis. Kemampuan menulis bukanlah
memberikan pembelajaran tentang suatu kemampuan yang dapat diajarkan
menulis dengan baik melalui model melalui uraian atau penjelasan semata.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 12


Deliani
Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Menggunakan
Media Audio Visual terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas X SMA Setia Budi Abadi
Siswa tidak akan memperoleh kemampuan dengan melihat dan memperdengarkan
menulis hanya dengan mencatat apa yang Audio Visual maka dapat membantu siswa
ia dengar. dalam menciptakan suasana yang nyaman
Pembelajaran kemampuan dan dapat merangsang daya imajinasi
menulis memiliki berbagai macam bentuk. siswa dalam menulis puisi yang kreatif.
Salah satunya adalah kemampuan menulis Berdasarkan identifikasi masalah
puisi. Menulis puisi merupakan salah satu dan pembatasan masalah maka masalah
kemampuan yang harus dikuasai siswa. penelitian dirumuskan sebagai berikut: (a)
Kenyataan di lapangan menunjukkan Bagaimana kemampuan siswa menulis
bahwa hasil pembelajaran kemampuan puisi menggunakan model pembelajaran
menulis pada Sekolah Menengah Atas STAD dengan menggunakan media Audio
belum memuaskan. Berdasarkan hasil Visual oleh siswa kelas X SMA Swasta
observasi dan wawancara dengan guru Setia Budi Abadi Perbaungan? (b)
Bahasa Indonesia, masalah yang peneliti Bagaimana kemampuan siswa menulis
temukan pada siswa kelas X MIA yaitu puisi menggunakan model pembelajaran
prestasi siswa dalam hal menulis terutama CIRColeh siswa kelas X SMA Swasta
menulis puisi masih rendah. Setia Budi Abadi Perbaungan? Dan (c)
Observasi yang dilakukan Apakah terdapat pengaruh dalam
penulis menemukan bahwa kemampuan penggunaan model pembelajaran STAD
menulis puisi yang diajarkan disekolah menggunakan Media Audio Visual dalam
selama ini menggunakan model menulis puisi oleh siswa kelas X SMA
Cooperative Integrated Reading and Swasta Setia Budi Abadi Perbaungan?
Composition(CIRC) tanpa disertai upaya- METODE PENELITIAN
upaya dari guru guna menarik perhatian Metode penelitian merupakan
siswa, guru kurang menggunakan model struktur yang sangat penting karena
dan media pembelajaran menulis yang berhasil tidaknya ataupun tinggi
rendahnya kualitas hasil penelitian sangat
bervariasi sehingga membuat siswa
ditentukan oleh ketepatan dalam memilih
kurang aktif dan cepat merasa bosan. metode penelitian. Adapun metode
Berdasarkan permasalan penelitian yang digunakan dalam
tersebut, diperlukan upaya untuk penelitian ini adalah metode eksperimen
meningkatkan kemampuan siswa dalam yaitu Two Grouppost-test design.
menulis puisi. Dibutuhkan adanya suatu Tabel 4. Desain Penelitian
Kelas Perlakuan Post-test
pengajaran yang kreatif dari guru dalam
menggunakan model dan media Eksperimen (X X T1
pembelajaran yang tepat dan menarik, MIA1)
sehingga siswa lebih mudah dalam
Kontrol (X Y T2
menulis puisi.
MIA2)
Berangkat dari permasalahan Keterangan:
tersebut, salah satu upaya yang ditempuh Y :Mengguanakn Model pembelajaran
oleh peneliti untuk meningkatkan CIRC
X :Mengguanakn Model Pembelajaran STAD
kemampuan menulis puisi adalah dengan
menggunakan Media Audio Visual.
menggunakan model pembelajaran T1 dan T2 :Tes Akhir (Post-test) yang
Student Teams Achievement Division diberikan pada kelas
1
melaluimedia Audio Visual. Model eksperimen (X MIA ) dan
kelas kontrol (X MIA2).
pembelajaran STADmerupakan model
B. Instrumen Penilaian
pembelajaran yang beranggotakan 4-5 Instrumen penelitian merupakan
orang yang merupakan campuran menurut alat bantu untuk mencari data penelitian.
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Arikunto (2006:136) mengatakan, “
Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian Instrumen penelitian adalah alat atau
siswa bekerja dalam tim mereka fasilitas yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya
memastikan bahwa seluruh anggota tim
lebih mudah dan hasilnya lebih cermat,
telah menguasai pelajaran tersebut. lengkap, dan sistematis sehingga lebih
Kemudian, seluruh siswa diberikan tes muda diolah”. Oleh karena itu, benar atau
tentang materi tersebut secara individu. tidak suatu data sangat menentukan mutu
Sedangkan media yang digunakan berupa instrumen pengumpulan data. Hal ini
Audio Visual untuk merangsang imajinasi dikarenakan data merupakan bahan
siswa untuk menghasilkan ide, sehingga penting yang akan digunakan untuk
menjawab permasalahan penelitian,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 13


Deliani
Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Menggunakan
Media Audio Visual terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas X SMA Setia Budi Abadi
mencari sesuatu yang akan digunakan sebagainya”. Sebagai faktor penting
untuk mencapai tujuan dan membuktikan terhadap tercapainya keberhasilan
hipotesis penelitian. penelitian ini, maka dalam penelitian ini
Menurut Arikunto ( 2010 : 226 ), “ menggunakan tes unjuk kerja yaitu tes
Tes adalah kemampuan dasar dan menulis puisi oleh siswa sebagai
pencapaian atau prestasi atau latihan serta instrumen dalam penelitian ini. Ada pun
alat lain yang digunakan untuk mengukur cara yang digunakan dalam penilaian tes
keterampilan, pengetahuan intelegensi ( unjuk kerja tersebut dapat dlihat pada
IQ ), tes minat, tes bakat khusus, dan tabel di bawah ini :
Tabel 2. Kisi-kisi Postes Kemampuan Menulis Puisi
No. Aspek yang dinilai Deskripsi Penilaian Skor Skor Maksimal
1 Keselarasan Unsur Fisik 1.Keselarasan unsur fisik puisi 60 60
. Puisi. memuat keenam unsur fisik puisi.
a.Diksi (Pilihan kata)
b.Imajinasi 2.Keselarasan unsur fisik puisi 50
c.Bahasa Figuratif (Gaya memuat kelima unsur fisik puisi.
bahasa)
d.Kata Konkret 3.Keselarasan unsur fisik puisi 40
e.Rima dan Irama memuat keempat unsur fisik
f.Tata Wajah puisi.
30
a. 4.Keselarasan unsur fisik puisi
memuat ketiga unsur fisik puisi.
20
5. Keselarasan unsur fisik puisi
memuat kedua unsur fisik puisi.
10
6. Keselarasan unsur fisik puisi
memuat satu unsur fisik puisi.
2 Keselarasan unsur 1. Keslarasan unsur batin 40 40
. batin puisi. puisi memuat keempat unsur
a. Tema batin puisi.
b. Amanat
c. Perasaan 2. Keselarasan unsur batin 30
d.Nada dan suasana puisi memuat ketiga unsur
batin puisi.

3. Keselarasan unsur batin 25


puisi memuat dua unsur batin
puisi.

4. Keselarasan unsur batin 10


puisi memuat satu unsur btain
puisi.
Total Skor 100

Tabel 3. Standar Skor


Skor 85 - 100 Sangat Baik A

Skor 70 – 84 Baik B
Skor 55 – 69 Cukup C
Skor 0 – 54 Kurang D


Nilai = x 100

Teknik Analisis Data 4. Menentukan skor tertinggi dan skor
Dalam penelitian ini data yang terendah dari hasil post test kelas
diolah data kemampuan menulis puisi kontrol (Y),
pada kelas X MIA SMA Swasta Setia 5. Mencari mean kelas eksperimen (X)
Budi Abadi Perbaungan. Data yang telah dan kelas kontrol (Y) dengan rumus:
dikumpul selanjutnya akan dianalisis. ∑
=
Langkah-langkah analisis tersebut dapat
dilakukan dengan: Keterangan:
1. Mentabulasi skor kelas eksperimen = Rata-rata
∑ = Jumlah frekuensi
(X),
= Jumlah sampel
2. Mentabulasi skor kelas kontrol (Y),
(Sudjono, 2014:85)
3. Menentukan skor tertinggi dan skor
6. Mencari standar deviasi kelas
terendah dari hasil post test kelas
eksperimen (X) dan kelas kontrol (Y)
eksperimen (X),
dengan rumus :

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 14


Deliani
Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Menggunakan
Media Audio Visual terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas X SMA Setia Budi Abadi
∑ (Sudjana, 2005:99)
= B. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk
Keterangan: mengetahui apakah data mempunyai
= Standar deviasi. varians yang homogen atau tidak .
f = Jumlah dari hasil perkalian antara Pengujian homogenitas dengan uji bartlet
frekuensi masing- masing interval
dengan rumus sebagai berikut:
dengan kuadrat jumlah frekuensi
= 10 ( − ( 1) S )
x .
Keterangan:
N = Jumlah sampel. (sudjono 2014:159)
B = koefesien bartlet
7. Mencari standar error mean kelas S = varians dari kelompok lebih besar
eksperimen (X) dan kelas kontrol (Y) − 1 = derajat kebebasan tiap kelompok
dengan rumus : (Sudjana 2005:262)
SEm = C. Pengujian Hipotesis Menggunakan Uji
Keterangan: “t”
SEm : Besarnya kesesatan Mean Sampel Uji hipotesis penelitian dilakukan
SD : Deviasi standar dari variabel yang dengan menggunakan uji t dengan
diteliti rumus sebagai berikut:
N : Number of case (banyaknya subjek t=
yang diteliti)
1 : Bilangan konstan
Keterangan:
(Sudijono, 2014:282)
= Banyak siswa pada sampel kelas
8. Mencari standar error perbedaan mean eksperimen ( )
kelas eksperimen (X) dan kelas kontrol = Banyak siswa pada kelas kontrol ( )

(Y) dengan rumus: = Varian kelas eksperimen ( )
SEmx-my = + = Varian kelas kontrol ( )
Keterangan: = Rata-rata skor (post test) siswa kelas
Semx-my = Standar error perbedaan kedua eksperimen ( )
kelas = Rata-rata skor (post test) siswa kelas
SEmx = Standar error kelas eksperimen kontrol ( )
SEmy = Standar error kontrol Setelah mendapatkan nilai
(Sudijono, 2014:283) , selanjutnya diberikan iterprestasi
9. Pengujian persyaratan analisis. dengan nilai pada tabel nilai “t”
a. Uji normalitas variabel penelitian (tabel “t”) dengan ketentuan : jika nilai t
menggunakan uji lilifoers. lebih besar dari pada harga kritik “t” yang
Uji normalitas dilakukan untuk tercantum pada tabel, maka hipotesis
mengetahui apakah populasi berdistribusi diterima, sedangkan nilai t lebih kecil dari
normal atau tidak. Uji normalitas pada harga kritik “t” maka hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji ditolak.
lilifoers dengan langkah-langkah sebagai (sudjana, 2005:239)
berikut: HASIL PENELITIAN
1) Data X1,X2, X3,......Xn dijadikan bilangan
1. Analisis Data Kelas Eksperimen
baku Z1,Z2, Z3,......Zn dengan
menggunakan rumus: Berdasarkan Data Hasil analisis
~ Belajar Siswa Menulis Puisi Di Kelas
Zi =
Eksperimen (X), nilai kemampuan
Keterangan :
x = Rata-rata menulis puisi diperoleh penyebaran nilai
s = Standar deviasi 60 sampai 95 dan nilai rata-rata hasil
2) Untuk tiap bilangan baku dihitung belajar siswa dalam kemampuan menulis
dengan menggunakan daftar distribusi puisi dengan Model Pembelajaran STAD
normal baku kemudian dihitung
menggunakan Media Audio Visual yaitu
peluang demgan rumus :
F (Zi) = P (Z ≤ Zi) 2740:35= 78,2. Dengan demikian, hasil
3) Selanjutnya menghitung proposi Z1,Z2, kemampuan menulis puisi dengan Model
Z3,......Zn yang diambil dari Zi Pembelajaran STAD menggunakan Media
, , ,......
S(Zi) = Audio Visual pada kategori baik yaitu
4) Menghitung selisih F (Zi) – S(Zi) dengan nilai-nilai rata-rata 78,2.
kemudian menetapkan harga 2. Analisis Data Kelas Kontrol (Y)
mutlaknya. Berdasarkan hasil analisisi, nilai
5) Ambil harga yang paling mutlak selisih kemampuan menulis puisi diperoleh
tersebut yang disebut Lo keriterianya
penyebaran nilai 55 sampai 85 dan nilai
adalah dengan taraf nyata =0,05
hipotesis nol ditolak bahwa populasi rata-rata hasil belajar siswa dalam
berdistribusi normal jika Lo yang kemampuan menulis puisi dengan Model
diperoleh dari data pengamatan, lebih Pembelajaran CIRCyaitu 2560:35= 73,1.
besar dari harga . Dengan demikian, hasil kemampuan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 15


Deliani
Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Menggunakan
Media Audio Visual terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas X SMA Setia Budi Abadi
menulis puisi dengan Model Pembelajaran dengan Model Pembelajaran STAD
CIRC pada kategori baik yaitu dengan menggunakan Media Audio Visual lebih
nilai-nilai rata-rata 73,1. tinggi yakni 78,2 dari pada nilai rata-rata
Uji Persyaratan Analisis Data kemampuan menulis puisi dengan
1. Uji Normalitas Data Kelas menggunakan Model Pembelajaran CIRC
Eksperimen (X) yakni sebesar 73,1.
Berdasarkan data hasil analisis, Berdasarkan pengujian normalitas dan
didapat = 0,1214 dengan homogenitas, maka diketahui bahwa pada
menggunakan α = 0,05 dan N= 35, maka tabel uji normalitas dan tabel uji
nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh homogenitas kedua kelas yakni kelas
= 0,149. Ternyata ˂ eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
(0,1214˂0,149) ini membuktikan bahwa normal. Berdasarkan analisis data dengan
data kelas eksperimen berdistribusi menggunakan uji t diperoleh =
normal. 3,080 pada taraf signifikan a = 5% dari
2). Normalitas Data Kelas Kontrol (Y) daftar distribusi t dk 68, maka diperoleh
Berdasarkan data hasil analisis, = 1,992. Jika harga
didapat = 0,1036 dengan dibandingkan dengan harga
menggunakan α = 0,05 dan N= 35, maka ternyata ˃ (3,080˃1,992),
nilai kritis melalui uji Liliefors diperoleh dapat dinyatakan hipotesis nihil ( )
= 0,149. Ternyata ˂ ditolak dan hipotesis alternatif ( )
(0,1036˂0,149) ini membuktikan bahwa diterima, maka Model Pembelajaran
data kelas kontrol berdistribusi normal. STAD menggunakan Media Audio Visual
Uji Homogenitas mempunyai pengaruh dalam
Dari hasil perhitungan, diperoleh meningkatkan kemampuan siswa terhadap
ℎ (chi kuadrat) sebesar 0,7828 menulis puisi.
harga pada taraf kepercayaan 5% Setelah didapat hasil dari penelitian ini,
dengan dk 34 adalah 1,8396. Ternyata akan dibahas mengenai mengapa Model
ℎ ˂ tabel yaitu 0,7828˂1,8396. Pembelaran STAD Menggunakan Media
Hal ini membuktikan bahwa varians Audio Visual lebih baik dibandingkan
populasi adalah homogen. dengan menggunakan Model
Pengujian Hipotesis Pembelajaran CIRC.Hal ini dapat
Dari hasil perhitungan, diperoleh dijelaskan bahwa Model Pembelaran
= 3,080 dan = 1,992.
STAD Menggunakan Media Audio Visual
Kemudian dibandingkan antara adalah strategi model pembelajaran STAD
dengan ˃ yang mengklompokkan siswa yang
diperoleh
heterogen dengan cara berkelompok dan
(3,080˃1,992) sehingga dapat
individu, membuat siswa lebih kreatif dan
disimpulkan bahwa diterima. Model
semangat dalam menulis puisi dan di
Pembelajaran STAD menggunakan Media
dukung dengan media audio visual yang
Audio Visual dalam kemampuan menulis
berupa media yang dapat dilihat dari indra
puisi lebih signifikan berpengaruh
penglihatan dan pendengaran (media
dibandingkan dengan Model Pembelajaran
pandang dengar) sehingga siswa dapat
CIRC.
lebih banyak menemukan ide-ide
PEMBAHASAN
kreatifnya dalam menulis puisi. Jadi, hasil
Setelah melakukan prosedur
belajar dengan menggunakan Model
penelitian yang panjang. Data
Pembelajaran STAD menggunakan Media
diperolehkemudian dianalisis, setelah itu
Audio Visual lebih baik dari pada hasil
dilakukan hipotesis, akhirnya peneliti
belajar dengan menggunkan Model
mendapatkan hasil. Pengaruh Model
Pembelajaran CIRC.
Pembelajaran STAD menggunakan Media
SIMPULAN
Audio Visual dalam meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian,
kemampuan menulis puisi ternyata
dapat disimpulkan bahwa:
berpengaruh positif dan lebih baik dari
1. Hasil nilai rata-rata kemampuan
pada hasil belajar dengan menggunakan
menulis puisi siswa kelas X MIA 1
Model Pembelajaran CIRC. Hal ini dapat
SMA Setia Budi Abadi Perbaungan
dibuktikan pada hasil penelitian yaitu nilai
dengan Model Pembelajaran STAD
rata-rata kemampuan menulis puisi
menggunakan Media Audio Visual

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 16


Deliani
Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Menggunakan
Media Audio Visual terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Kelas X SMA Setia Budi Abadi
78,2. Sedangkan pemerolehan hasil perhatian, baik para guru dan pengajar
nilai rata-rata kemampuan menulis bahasa Indonesia khususnya.
puisi siswa kelas X MIA 2 SMA Setia Kemudian dapat dimanfaatkan bagi
Budi Abadi Perbaungan dengan dunia pendidikan dan masa yang akan
menggunakan Model Pembelajaran datang.
CIRC adalah 73,1. DAFTAR PUSTAKA
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis Sudjana. 2005. MetodeStatistika.
diperoleh bahwa =3,080 dan Bandung: Tarsito.
=1,992. Kemudian
dibandingkan antara 
Sudijono. 2014. Pengantar Statistik
Pendidikan.Jakarta: PT Grafindo
diperoleh =3,080 
Persada.
=1,992 . Dengan demikian dapat
disimpulkan (hipotesis nol) ditolak
Ratnasari, FD. 2015. Peningkatan
(hipotesis alternatif) diterima.
Keterampilan Menulis Puisi
Sehingga model pembelajaran STAD
Menggunakan Metode Think-
menggunakan media audio visual
Talk-Write Melalui Media
sangat berpengaruh dalam menulis
Audio Visual Keindahan Alam
puisi siswa kelas X SMA Swasta Setia
Pada Siswa Kelas VIIC.
Budi Abadi.
(Online),http://lib.unnes.ac.id/21
3. Dengan demikian model pembelajaran
987/1/2101408078-s.pdf,diakses
STAD menggunakan media audio
13 November 2015)
visual dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis puisi. Artinya
dengan model pembelajaran STAD
menggunakan media audio visual ini
dapat mengembangkan imajinasi, ide-
ide dan khayalan siswa dalam menulis
sebuah puisi.
SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah
dilakukan di atas maka peneliti
menyarankan:
1. Kemampuan siswa dalam menulis puisi
perlu ditingkatkan lagi. Untuk
meningkatkan diperlukan suatu model
pembelajaran dan media pembelajaran
yang lebih menarik. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan
adalah STAD menggunakan media
audio visual,terlihat bahwa Model
Pembelajaran STAD menggunakan
Media Audio Visual mampu
menciptakan semangat dan motivasi
siswa dalam menulis puisi.
2. Kepada pihak sekolah dapat
menerapkan model pembelajaran
STAD dan media audio visual untuk
strategi pembelajaran dengan materi
yang berbeda. Perlu dilakukan
penelitian lanjut oleh peneliti lain
seperti mengapresiasi puisi, membaca
puisi guna memberi masukan yang
konstruktif bagi dunia pendidikan
khususnya tentang materi puisi.
Akhirnya dengan rendah hati penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga
saran-saran tersebut mendapat

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 17


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH MODEL CIRCUIT LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR


MENULIS TEKS EKSPLANASI KELAS XI MAS PROYEK UNIVA

Rita
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UISU Medan
Rita_1962@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model


pembelajaran circuit learning terhadap hasil belajar menulis teks eksplanasi
kelas X1 MAS Proyek Univa Medan . Populasi pada penelitian ini adalah
siswa kelas X1 yang berjumlah 129 orang. Sampel penelitian berjumlah 66
orang. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen, penelitian ini
melibatkan kelas eksperimen X1 MIA-2 dan kelas kontrol X1 MIA-1. Pada
kelas eksperimen diberikan perlakuan pengajaran menulis teks eksplanasi
dengan menggunakan model pembelajaran circuit learning sedangkan pada
kelas kontrol diberi perlakuan pengajaran menulis teks eksplanasi dengan
menggunakan model pembelajaran concept sentence. Hasil penelitian
diperoleh bahwa hasil belajar siswa dalam menulis teks eksplanasi dengan
menggunakan model circuit learning nilai rata- rata 80,15. Hasil belajar
siswa dalam menulis teks eksplanasi yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran concept sentence nilai rata-rata 63,33. Hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan model circuit learninglebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran concept sentence. Hal ini dibuktikan dari hasil
pengujian hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis ditolak atau
diterima, dimana pengujian taraf = 0,05 diperoleh thitung> ttabel yaitu
23.79 >1,998, dengan demikian, maka Ho di tolak dan Ha di terima. Hal ini
berarti bahwa model pembelajaran circuit learningberpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar menulis teks eksplanasi yang diajarkan di MAS
Proyek Univa Medan .

Kata Kunci: Model Pembelajaran circuit learning, teks eksplanasi, hasil


belajar

Abstract. This research was conducted to find out teh influence of teh
learning model called circuit learning on the results of learning to write
explanatory texts, class X1, MAS, Univa Project, Medan. The populations
in this study were the students of class X1, amounting to 129 poeple. The
study sample used an entire populations of 66 people. The research method
applied the experimental method and this study involved experimental class
X1, MIA-2 and control class X1, MIA-1. The experimental class was given
the teaching treatment to write explanatory texts by using the learning
model called circuit learning, whereas the control class was given the
teaching treatment to write explanatory texts by using the learning model
called concept sentence. The result of the tudy showed that the students’s
learning outcomes in writing explanatory texts using the circuit learning
model had an average value of 80.15. The students’s learning outcomes in
writing explanatory texts taught by using circuit learning model called
concept sentence showed an average value of 63.33. The learning outcomes
of the students taught by using circuit learning model were higher
compared to the learning outcomes of the students taught by using he
learning model called concept sentence. This is proven from the results of
testing the hypothesis to determine whether the hypotesis was rejected or
accepted, where from the testing of level = 0,05, it was found that the
tcount> ttable yaitu 23.79 >1,998. This means that the learning model called
circuit learning has a significant effect on the result of learning to write
explanatory texts taught in MAS, Univa Project, Medan.

Key-words : Learning Model Circuit Learning, Explanatory texts, Learning


outcomes
PENDAHULUAN keterampilan berbicara, dan keterampilan
Keterampilan menulis merupakan membaca. Keempat aspek tersebut saling
salah satu dari empat aspek keterampilan berhubungan dan memiliki peran yang
berbahasa, yakni keterampilan menyimak, sangat penting bagi siswa guna menguasai

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 18


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

keterampilan berbahasa Indonesia. Selain eksplanasi.Selain itu dalam kegiatan


itu kegiatan menulis membutuhkan latihan pembelajaran, guru hanya menggunakan
karena keterampilan menulis tidak datang metode yang konvensional seperti
secara otomatis, tetapi harus melalui ceramah dan tidak bervariasi sehingga
latihan dan praktik yang teratur. pembelajaran terkesan monoton dan
Keterampilan menulis yang siswa menjadi bosan. Terkadang guru
diajarkan di Sekolah Menegah Atas tidak memiliki ide-ide kreatif untuk
Kejuruan salah satunya adalah teks menyusun dan menggunakan model yang
eksplanasi.Teks eksplanasi adalah sebuah mendukung pembelajaran di kelas.
teks yang memiliki struktur yang Kreativitas seorang guru sangat
membangun teks tersebut serta ciri diperlukan untuk memodifikasikan
kebahasaan yang membedakan teks kegiatan pembelajaran yang menarik dan
eksplanasi dengan teks lainnya. Dalam memotivasi siswa untuk aktif dan
kurikulum 2013 dinyatakan bahwa teks mengembangkan wawasannya dalam
eksplanasi bertujuan menjelaskan proses kegiatan pembelajaran. Salah satu
pembentukan atau kegiatan yang terkait kegiatan siswa aktif dalam pembelajaran
dengan fenomena-fenomena alam, sosial, adalah menggunakan model-model
dan budaya.Hanya saja dalam kurikulum pembelajaran yang mendorong siswa
2013 teks eksplanasi baru dikenalkan untuk berpikir kreatif, mampu
mulai jenjang SMA/ MA/SMK. mengkonsepkan ide-ide, dan berdiskusi
Menelusuri kajian terhadap dengan teman-temannya secara aktif
penelitian masih banyak kesalahan siswa juga dapat mendukung adanya
dalam menulis teks eksplanasi misalnya peningkatan keterampilan menulis teks
kurang nya pemahaman siswa terhadap eksplanasi. Salah satu model
struktur dan kaidah kebahasaan teks pembelajaran diduga cocok untuk
eksplanasi. Dalam hal ini peneliti meningkatkan keterampilan menulis teks
melakukan survei lapangan pada kelas XI eksplanasi yaitu model circuit learning.
MIA MAS Proyek Univa Medan.Pada Circuit learning adalah model
kegiatan pembelajaran, hanya siswa pembelajaran yang memaksimalkan
tertentu saja yang ikut berpartisipasi aktif pemberdayaan pemikiran dan perasaan.
seperti bertanya, dan ada juga siswa yang Model ini dimulai dari tahap pertama, yaitu
hanya diam. Pada pembelajaran menulis pemecahan masalah secara bersama (tanya
teks eksplanasi, keterampilan menulis jawab tentang topik yang dipelajari), tahap
siswa rendah, hal tersebut ditunjukkan kedua pemecahan masalah secara
dari perilaku mereka saat guru memberi berkelompok (membuat peta konsep dari
tugas menulis teks eksplanasi. Banyak sebuah gambar), dan tahap ketiga
siswa yang mengeluh dan menunjukkan pemecahan masalah secara individu
sikap ketidaksukaannya terhadap tugas (mengembangkan peta konsep hasil
yang diberikan oleh gurunya. Hal ini pemikiran kelompok menjadi sebuah teks
dibuktikan dengan rendahnya nilai siswa eksplanasi menggunakan bahasanya sendiri
dalam KD menulis teks eksplanasi. yang mudah dimengerti). Menurut Huda
Persentase nilai rata-rata keterampilan (2013:311), Model Circuit learning dapat
menulis masih di bawah KKM (75) meningkatkan kreativitas siswa dalam
terbilang masih tinggi. Siswa yang merangkai kata dengan bahasa sendiri dan
memperoleh nilai di bawah 75 atau tidak melatih siswa untuk fokus pada gambar
tuntas dengan persentase 84,84 %. Nilai yang disajikan guru.
rata-rata menulis teks eksplanasi siswa Berdasarkan beberapa pendapat di
secara keseluruhan adalah 51,06 dengan atas, maka rumusan masalah adalah usaha
ketuntasan klasikal 15.15% . untuk menyatakan secara tersurat
Ada beberapa hal yang pertanyaan penelitian apa saja yang perlu
menyebabkan rendahnya keterampilan di jawab atau dicarikkan pemecahan
menulis teks eksplanasi yaitu antara lain masalahnya, dengan kata lain rumusan
motivasi belajar siswa yang masih rendah masalah pertanyaan yang lengkap dan
di kelas dan siswa masih cenderung pasif rinci mengenai ruang lingkup masalah
dalam pembelajaran di kelas. Kurang nya yang akan di teliti. Maka penelitian ini
pemahaman siswa mengenai, stuktur, dan dapat dirumuskan sebagai berikut. (a)
ciri kebahasaan dari teks Bagaimanakah penggunaan model Circuit

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 19


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

learningterhadap kemampuan belajar merupakan suatu langkah atau tahapan


menulis teks eksplanasisiswa kelas X1 yang terencana untuk melaksanakan
MAS Proyek Univa Medan? (b) pengumpulan data. Dengan demikian,
Bagaimanakah penggunaan modelConcept teknik pengumpulan data yang digunakan
sentence terhadap kemampuan belajar dalam penelitian ini mencakup teknik
menulis teks eksplanasi siswa kelas X1 yang bersifat tes essay
MAS Proyek Univa Medan? Dan (c) Adapun yang menjadi kisi-kisi
Apakah ada pengaruh hasil belajar penilaian terlihat pada tabel 5 dibawah
menulisteks eksplanasi menggunakan ini. Kriteria penilaian pada teks eksplanasi
model Circuit learningterhadap siswa ini hanya terfokus pada stuktur dan
kelas X1 MAS Proyek Univa Medan. kaidah kebahasaan, yang terdiri dari 5
METODE PENELITIAN aspek diantaranya 1),identifikasi
Adapun metode yang digunakan fenomena yaitu menjelaskan gambaran
dalam penelitian ini adalah metode awal tentang suat peristiwa, 2). Proses
eksperimen. Arikunto (2014:3) kejadian yaitu memaparkan bagaimana
menyatakan bahwa, “ Penelitian atau mengapa suatu peristiwa terjadi, 3).
eksperimen adalah penelitian yang Ulasan yaitu sudah menjelaskan
bertujuan untuk mencari hubungan sebab pengulangan informasi penting atau
akibat antara dua faktor yang sengaja kalimat penutup yang menandai
ditimbulkan peneliti dengan berakhirnya tulisan, 4). Keterangan waktu
mengeliminasi atau mengurangi faktor- yaitu kata yang menjelaskan periode
faktor lain yang dianggap menghambat”. kejadian terdapat di dalam teks, 5).
Pada penelitian ini melibatkan dua kelas Keterangan cara dalam teks eksplanasi
yaitu kelas eksperimen A (MIA-2) yaitu kata yang menjelaskan bagaimana
diberikan perlakuan pengajaran menulis kejadian dalam teks berlangsung. Untuk
teks eksplanasi dengan menggunakan labih jelasnya perhatikan tabel di bawah
model pembelajaran Circuit Learning, ini.
sedangkan kelas kontrol B ( MIA-1) Tabel 2. Kisi –Kisi Penilaian Teks
diberikan perlakukan pengajaran menulis Eksplanasi
teks eksplanasi menggunakan model N Aspek Deskripsi Skor
o Penilaian
pembelajaran concept sentence, rincian
desain penelitian dapat dilihat pada tabel 4 Identifikasi a. Identifikasi 0
di bawah ini. . fenomena fenomena
Tabel 1. Desain Penelitian sudah
Kelompok Perlakuan Tes menjelaskan
Akhir petunjuk awal
tentang suatu
Eksperimen X1 T1
peristiwa
( kelas Mia 2 )
b. Identifikasi 15
Kontrol X2 T2
fenomena
(Kelas Mia 1)
kurang
Keterangan : menjelaskan
X1 : perlakuan terhadap kelompok eksperimen petunjuk awal
dengan model Circuit tentang suatu
Learning peristiwa
X2 : perlakuan terhadap kelompok kontrol c. Identifikasi 5
dengan model concept sentence fenomena
T1 : tes akhir kemampuan menulis teks belum
eksplanasi kelompok eksperimen menjelaskan
T2 :tes akhir (post tes) yang diberikan pada petunjuk awal
kelas eksperimen dan kelas kontrol suatu
Instrumen Penelitian peristiwa
Menurut Arikunto (2014 : 192) “ Proses a. Proses 20
Instrumen adalah alat pada waktu kejadian kejadian
sudah
penelitian menggunakan suatu metode”. memaparkan
Intrumen yang digunakan dalam penelitian bagaimana
ini adalah tes. Tes digunakan untuk atau mengapa
suatu
mengukur tingkat kemampuan siswa
peristiwa
terhadap hasil belajar menulis teks terjadi
eksplanasi siswa. Dalam kegiatan b. Proses 15
penelitian, teknik pengumpulan data kejadian
kurang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 20


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

menjelaskan keterangan keterangan


bagaimana cara cara dalam
atau mengapa teks
suatu eksplanasi
peristiwa keterangan
terjadi yang
c. Proses 5 menjelaskan
kejadian bagaimana
belum kejadian
menjelaskan banyak
bagaimana terdapat
atau mengapa dalam teks
suatu b. Petunjuk 15
peristiwa keterangan
terjadi cara dalam
Ulasan a. Ulasan sudah teks
3 ( review) menjelaskan eksplanasi
pengulangan 20 keterangan
informasi yang
penting atau menjelaskan
kalimat bagaimana
penutup yang kejadian
menandai sedikit
berakhirnya terdapat
tulisan dalam teks
b. Ulasan kurang c. Petunjuk 5
menjelaskan 15 keterangan
pengulangan cara dalam
informasi teks
penting atau eksplanasi
kalimat keterangan
penutup yang yang
menandai menjelaskan
berakhirnya bagaimana
tulisan kejadian
c. Ulasan belum 5 tidak
menjelaskan terdapat
pengulangan dalam teks
informasi Sumber : ( Kosasih183 - 185)
penting atau
kalimat Berdasarkan tabel 5 di atas,
penutup yang
dapat diketahui bahwa tes penilaian
menandai
berakhirnya menulis teks eksplanasi yang terfokus
tulisan pada stukturdan kaidah kebahasaan terdiri
dari 5aspek yaitu: 1).Identifikasi
Petunjuk a. Petunjuk 20
fenomena skor maksimal 20. 2). Proses
keterangan keterangan
waktu waktu kejadian yaitu aspek yang menjelaskan
dalam teks tentang sebab-akibat suatu fenomena bisa
eksplanasi terjadi skor maksimal pada aspek ini
sudah
terdapat
20.3).Ulasan menjelaskan simpulan dalam
dalam teks teks skor maksimal pada aspek ini 20.4).
b. Petunjuk 15 Keterangan waktu yaitu skor maksimal
keterangan pada apsek ini 20. 5). Keterangan cara
waktu
dalam teks pada aspek ini skor maksimal yaitu 20.
eksplanasi Kategori penilaian dapat dilihat pada tabel
sedikit 6 di bawah ini.
terdapat Tabel 3. Kategori Penilaian
dalam teks
Interval Kategori
c. Petunjuk 5
Persentase Nilai riteria
keterangan
Tingkat Nilai
waktu
Penguasaan
dalam teks
eksplanasi 91-100 A Sangat
tidak baik
terdapat 81-90 B Baik
dalam teks
71-80 C Lebih
Petunjuk a. Petunjuk 20 dari

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 21


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

Cukup Uji ini untuk melakukan


pengujian mengenai kesamaan dua varian.
61-70 D Cukup
Uji yang digunakan adalah sebagai
51-60 E Kurang
berikut.
50 F Sangat
Kurang F=
Nilai =
(Arikunto:2014)

× 100 Dimana : = Varian terbesar

=Varian terkecil
Berdasarkan tabel di atas, dapat
Nilai F dapat dilihat dari table
diketahuiada lima jenis penilaian menulis
kriteria pengujian terima hipotesis data
teks eksplanasi siswa. Rentang nilai dari
mempunyai varian homogeny jika F ( 1 –
91-100menandakan siswa berhasil
)(n-1)(n-2)< F<F1/2
menulis teks eksplanasi. Rentang nilai 81-
(n1, n2) untuk taraf nyata.
90 menandakan siswa sudah baik dalam
c. Uji Hipotesis
menulis teks eksplanasi. Rentang nilai 71-
Untuk menguji hipotesis
80 menandakan siswa lebih dari cukup
digunakan :
dalam menulis teks eksplanasi, rentang
Ho : ≤
nilai 61-70 menandakan siswa cukup , dan Ha : >
rentang nilai 51-60 menandakan siswa Dengan :
kurang dalam menulis teks eksplanasi, ( − 1) + ( − 1)
=
rentang nilai 50 menandakan siswa gagal + −2
Keterangan :
dalam menulis teks eksplanasi.
t = uji beda
Teknik Analisis Data
= rata-rata hasil belajar kelas
a. Uji Normalitas eksperimen
Uji ini bertujuan untuk melihat
= Rata-rata hasil belajar kelas kontrol
apakah sampel berdistribusi normal atau
= jumlah siswa kelas eksperimen
tidak. Uji yang digunakan dikenal dengan = jumlah siswa kelas kontrol
uji liliefors, = varians kelas eksperimen
Langkah-langkah yang dilakukan = varians kelas kontrol
adalah : = varians kedua kelas sampel
1. Data X1, X2, X3, ………Xn Jika data berasal dari populasi
dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,………Zn yang tidak homogen
dengan menggunakan rumus : ( ≠ ℎ ), maka

Z1 = di gunakan rumus uji t yaitu:
Keterangan : −
Ẍ1 = Rata-rata =
X1 = Data ke –i 1 1
+
S = Simpangan baku
Untuk tiap bilangan baku ini
Keterangan :
menggunakan daftar distribusi normal
= Luas daerah yang dicapai
baku, kemudian dihitung peluang F( Zi ) = = Banyak siswa pada sampel kelas
P (Z ≤ Zi ). Jika proposal ini dinyatakan eksperimen A (kelas X1-MIA 2)
oleh ( Z1 ) maka. = Banyak siswa pada sampel kelas
S (Z1) = kontrol B (kelas XI-MIA 1)
, , ……….. = Simpangan baku kelas eksperimen A
(kelas XI-MIA 2)
1. Menghitung selisih F (Z1) – S (Zi) = Simpangan baku kelas kontrol B
kemudian menentukan harga (kelasX1-MIA 1)
mutlaknya. = Simpangan baku gabungan dari
2. Harga mutlak tersebut diambil yang dan
terbesar disebut (L0), kemudian = Rata-rata skor (postest) siswa kelas
membandingkan L0 dengan kritis L eksperimen A (kelas
X1-MIA 2)
yang diambil dari daftar nilai kritis
= Rata-rata skor (postest) siswa kelas
untuk di uji liliefors.
kontrol B (kelas X1-MIA 1)
L0< Ltabel maka sampel berdistribusi Kriteria pengujian adalah :
manual terima jika < dan tolak
L0 >Ltabel maka sampel tidak berdistribusi
jika ≥ dengan dk
normal
= ( + − 2) dengan peluang (1 − )
b. Uji Homogenitas
dan taraf nyata = 0,05

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 22


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

HASIL PENELITIAN 15
1. Deskripsi kelas eksperimen 10
Berdasarkan hasil analisis, dapat
5
diketahui siswa yang memiliki
kemampuan sangat baik dalam menulis 0

0-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
teks eksplanasi (12,12%) yaitu sebanyak 4
siswa dalam skala skor 91-100, siswa
yang memiliki kemampuan baik (33,33%)
Gambar 2. Persentase Nilai Akhir
yaitu sebanyak 11 siswa dalam skala skor Kelas Kontrol
81-90, siswa yang memiliki kemampuan 3. Uji Persyaratan Analisis
lebih dari cukup (33,33%) yaitu sebanyak Persyaratan dasar bagi berlakunya
11 siswa dalam skala skor 71-80, siswa analisis komprasi, data yang diperoleh
yang memiliki kemampuan cukup harus memenuhi syarat uji normalitas dan
(21,21%) yaitu sebanyak 7 siswa dalam homogenitas. Persyaratan analisis ini
skala skor 61-70, siswa yang memiliki digunakan untuk mengetahui apakah
kemampuan kurang (0%) yaitu sebanyak 0 sampel yang diteliti berasal dari populasi
siswa dalam skala skor 51-60, sedangkan yang berdistribusi normal, dan apakah
siswa yang memiliki kemampuan sangat variansi dari kelompok- kelompok yang
kurang dalam menulis teks eksplanasi membentuk sampel homogen. Setelah
(0%) yaitu sebanyak 0 siswa dalam skala dilakukan uji normalitas dan homogenitas,
skor <50. Untuk lebih jelasnya dapat maka dapat dilakukan uji hipotesis.
digambarkan dalam diagram batang a. Uji Normalitas
sebagai berikut. 1) Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil analisis,
diperoleh harga Lhitung = -0,122dengan
12
10 taraf = 0,05, n = 33, maka didapat Ltabel
8 ,
6 yaitu = = 0,154(pada tabel L untuk uji
4 √
2
0 Lilliefors), karena Lhitung<Ltabel yaitu -
0,122< 0,154 maka kesimpulannya adalah
0-50

91-100
51-60
61-70
71-80
81-90

data hasil siswa kelas eksperimen


berdistribusi normal.
Gambar.1Persentase Nilai Akhir Kelas 2) Uji Normalitas Kelas Kontrol
Eksperimen Berdasarkan hasil analisis,
2. Deskripsi kelas Kontrol diperoleh harga L hitung = -0,140dengan
Berdasarkan hasil analisis data, taraf = 0,05, n = 33, maka didapat Ltabel
dapat diketahui siswa memiliki ,
yaitu = = 0,154 (pada tabel L untuk
kemampuan yang lebih dari cukup √
(18,18%) yaitu sebanyak 6 siswa dalam uji Lilliefors), karena Lhitung< Ltabel yaitu -
skala skor 71- 80, siswa memiliki 0,140< 0,154 maka kesimpulannya adalah
kemampuan sangat baik dan baik dalam data hasil siswa kelas kontrol berdistribusi
menulis teks eksplanasi masing-masing normal.
(0%) dalam skala skor 91-100 dan 81-90, b. Uji Homogenitas
siswa yang memiliki kemampuan cukup Berdasarkan hasil analisis, Harga
dalam menulis teks eksplanasi (33,33%) Ftabel diperoleh dari daftar distribusi
yaitu sebanyak 11 siswa dalam skala skor dengan = 0,05 dkpembilang (V1)= ( − 1)
61-70, siswa yang memiliki kemampuan / (33-1)=32, dkpenyebut 30 dan 40, maka
kurang dalam menulis teks eksplanasi diperoleh F hitung dengan Ftabel pada
(39,39%) yaitu sebanyak 13 siswa dalam perhitungan di atas yaitu (1,04<1,69),
skala skor 51-60, sedangkan siswa yang maka dapat disimpulkan bahwa varians
memiliki kemampuan sangat kurang berasal dari sampel yang homogen.
dalam menulis menulis teks eksplanasi c. Uji Hipotesis
(9,09%) yaitu sebanyak 3 siswa dalam Berdasarkan hasil analisis, dapat
skala skor <50.Berdasarkan tabel 14, diketahui pengujian hipotesis untuk hasil
dapat digambarkan dalam diagram batang belajar dilakukan pada data post-test dan
sebagai berikut. diuji melalui perbedaan dua rata-rata yaitu
uji t. Hasil pengujian taraf = 0,05
diperoleh thitung> ttabel yaitu 23.79 >1,998,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 23


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

maka Ho di tolak dan Ha di terima.Hal ini Kemudian dilakukan pengujian


berarti bahwa model pembelajaran circuit hipotesis untuk hasil belajar dengan
learningberpengaruh signifikan terhadap menggunakan uji t. Setelah dilakukan
kemampuan menulis teks eksplanasi pengujian data hasil belajar ternyata
yangdiajarkan di MAS Proyek Univa diperoleh hasil pengujian taraf = 0,05
Medan. diperoleh thitung> ttabel yaitu 23.79 >1,998,
PEMBAHASAN maka Ho di tolak dan Ha di terima. Dengan
Data yang diperlukan dalam demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian ini telah diperoleh melalui tes belajar siswa yang diajar dengan
hasil belajar menulis teks eksplanasi pada menggunakan Model Pembelajaran circuit
kedua kelas pembelajaran. Penelitian yang learning lebih tinggi dibandingkan dengan
dilakukan di MAS Proyek Univa Medan hasil belajar siswa yang diajar dengan
Tahun Pembelajaran 2018/2019 ini menggunakan Model Pembelajaran
melibatkan dua kelas yaitu kelas concept sentence, artinya Model
eksperimen dan kelas kontrol. Setelah Pembelajaran circuit learning
ditentukan kelas eksperimen dan kelas berpengaruh positif terhadap kemampuan
kontrol kemudian kedua kelas diberi menulis teks eksplanasi oleh siswa kelas
perlakuan yang berbeda. Kelas X1 MAS Proyek Univa Medan dibanding
eksperimen diberi perlakuan dengan dengan Model Pembelajaran concept
menggunakan Model Pembelajaran circuit sentence.
learningdan kelas kontrol diberi perlakuan SIMPULAN
dengan menggunakan model Berdasarkan hasil penelitian yang
Pembelajaranconcept sentence. diperoleh, maka peneliti menemukan
Dari penelitian yang dilakukan beberapa simpulan yaitu.
dengan menerapkan Model Pembelajaran 1. Hasil belajar siswa dalam menulis teks
circuit learning. Model Pembelajaran eksplanasi yang diajar dengan
circuit learning yaitu model pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran
yang harus melalui proses mendengar dan circuit learning memiliki rata-rata
berpikir dengan konsentrasi pikiran untuk 80,15. Mayoritas siswa memiliki
menyimak materi pelajaran serta kemampuan yang baik dalam menulis
melakukan pengulangan materi pelajaran teks eksplanasi dari siswa yang
melalui pengerjaan soal atau kuis dengan memiliki kemampuan baik (36,36%)
tujuan memperdalam dan memperluas yaitu dalam skala skor 81-90, dan
pemahaman siswa. Sedangkan model sebagian siswa (6,06%) memiliki
pembelajaran concept sentencemerupakan kemampuan sangat baik yaitu dalam
strategi pembelajaran yang dilakukan skala skor 91-100, dan sebagian siswa
dengan memberikan kartu - kartu yang (33,33%) memiliki kemampuan lebih
berisi beberapa kata kunci kepada siswa dari cukup yaitu dalam skala skor 71-
untuk membantu proses pembelajaran. 80 dan ada (24,24%) siswa yang
Setelah diberi perlakuan yang memiliki kemampuan cukup yaitu
berbeda pada kelas eksperimen dan kelas dalam skala skor 61-70
kontrol, kemudian kedua kelas diberikan 2. Hasil belajar siswa dalam menulis teks
post-test atau tes akhir untuk mengetahui eksplanasi yang diajar dengan
kemampuan akhir siswa dari kelas menggunakan Model Pembelajaran
eksperimen dan kelas kontrol. Dari concept sentencememiliki rata-rata
pengujian yang dilakukan melalui post- 63,33. Mayoritas siswa memiliki
test yang diberikan bahwa kedua kelas kemampuan yang lebih dari
homogen cukup(18,18%) yaitu dalam skala skor
Adapun hasil post-test kedua kelas 71- 80 dan siswa memiliki
adalah: nilai tertinggi kelas eksperimen kemampuancukup dalam menulis teks
adalah 95, nilai terendah kelas eksperimen eksplanasi masing-masing (33,33%)
adalah 65. Nilai tertiggi kelas kontrol dalam skala skor 61-70 siswa yang
adalah 80, nilai terendah kelas kontrol memiliki kemampuan kurang
adalah 50. Rata-rata nilai post-test kelas yaitu(39,39%) siswa yang memiliki
eksperimen adalah 71,07 dan rata-rata kemampuan sangat kurang
nilai post-test kelas kontrol adalah 68,22. yaitu(9,09%) dalam skala skor 51-60.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 24


Rita
Pengaruh Model Circuit Learning terhadap Hasil Belajar
Menulis Teks Eksplanasi Kelas XI MAS Proyek Univa

3. Secara statistik dengan menggunakan


uji t disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa yang diajar dengan
menggunakan Model Pembelajaran
circuit learning lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang diajar dengan
menggunakan Model Pembelajaran
concept sentence dalam menulis teks
eksplanasi pada siswa kelas X1 MAS
Proyek Univa Medan, hal ini
dibuktikan dari hasil pengujian
hipotesis dimana thitung> ttabel yaitu
23.79 >1,998.
SARAN
1. Berdasarkan kesimpulan di atas maka
saran yang dapat diberikan untuk Guru
yaitu dapat menjadikan Model
Pembelajarancircuit learning sebagai
salah satu alternatif dalam memilih
model pembelajaran yang diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, khususnya pelajaran menulis
teks eksplanasi
2. Diharapkan bagi siswa dapat
memahami sebuah tulisan dengan
maksimal sehingga mampu membuat
sebuah tulisan dengan mengikuti
arahan dari guru dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran circuit learning
untuk meningkatkan kemampuan
menulis teks eksplanasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur
Penelitian suatu Pendekatan
Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta

Pemahaman Siswa Dalam Pembelajaran


Biologi. Jurnal Serambi(, Volume
III, No.2,): 33-45.

Mulyadi. 2014. Meningkatkan


Keterampilan Menulis Teks
Eksplanasi siswa kelas X1
SMA N. 2 Kamang. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan sastra
Indonesia. ( volume
1 nomor 1) : 49-56.

Setyosari, Punaji. 2013. Metodologi


Penalitian dan Pengembangan.
Jakarta : Kencana

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 25


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

LAGU PERMAINAN RAKYAT “LAYANG-LAYANG”


SEBAGAI SASTRA LISAN

Megan Asri Humaira


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Djuanda Bogor
megan.asri@unida.ac.id

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui struktur, fungsi, dan


makna yang terkandung dalam lagu permainan rakyat Layang-Layang.
Metodeyang digunakan adalah metode deskriptif analisis yang dilakukan dengan
kualitatif. Dengan metode ini, tujuan penelitian dapat diperoleh seacra
menyeluruh. Pola irama pada lagu permainan rakyat Layang-Layang ini telah
disepakati bersama secara konvensional oleh para penuturnya. Irama yang
dilantunkan pun menimbulkan efek semangat pada mereka yang menuturkannya.
Selain itu, terdapat dua fungsi dalam penuturannya yaitu sebagai alat pendidikan
dan alat pelipur lara. Dengan demikian, adanya lagu permainan laying-layang ini
dapat mempengaruhi aktivitas para penuturnya.

Kata kunci:folklor, irama, isotopi, lagu permainan rakyat, layang-layang

Abstract. The purpose of this study is to find out the structure, functions, and
meanings contained in the folk songs of Kites. The method used is a descriptive
method of analysis carried out qualitatively. With this method, the purpose of the
research can be obtained as a whole. The pattern of rhythm in the Layang-Layang
folk songs has been agreed upon conventionally by the speakers. The rhythm that
was sung also had an effect on those who said it. In addition, there are two
functions in the narrative, namely as an educational tool and solace. Thus, the
presence of laying songs can affect the activities of the speakers.

Keywords: folklore, rhythm, isotope, folk songs, kites

PENDAHULUAN mereka. Sehingga sangat menarik jika


Layang-layang atau layangan lagu permainan ini dijadikan objek
merupakan lembaran bahan tipis penelitian dengan harapan agar
berkerangka yang diterbangkan ke udara masyarakat tidak melupakan lagu
dan terhubungkan dengan tali atau benang permainan yang sudah jarang sekali kita
ke daratan atau pengendali. Layang- dengar.
layang memanfaatkan kekuatan hembusan Lagu permainan Layang-layang
angin sebagai alat pengangkatnya. yang sering dinyanyikan anak-anak ketika
Layang-layang merupakan salah sedang bermain layang-layang ini
satu permainan anak yang sangat menarik merupakan salah satu bentuk folklor
dimainkan. Anak-anak yang sedang secara lisan. Folklor adalah sebagian
bermain layang-layang sering kali mereka kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar
lupa akan waktu. Biasanya, anak-anak dan diwariskan secara turun-temurun, di
akan menyanyikan sebuah lagu agar antara kolektif macam apa saja, secara
layang-layang mereka dapat terbang tradisional dalam versi yang berbeda, baik
tinggi. Lagu yang dinyanyikan anak-anak dalam bentuk lisan, maupun contoh yang
tersebut merupakan salah satu lagu disertai dengan gerak isyarat atau alat
permainan anak yang tersebar di seluruh pembantu pengingat (mnemonic device)
nusantara. Namun, di zaman sekarang (Danandjaja, 2007). Dalam lagu ini,
sudah jarang sekali ditemukan atau terdapat ciri-ciri folklor lisan, antara lain:
didengar seorang anak menyanyikan lagu (1) bersifat tradisional; (2) bersifat
ini sambil memainkan layang-layang anonim; (3) penyebaran dan pewarisannya

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 25


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

biasanya dilakukan secara lisan; (4) ada Instrumen Penelitian


dalam versi-versi bahkan varian-varian Dalam penelitian yang bersifat
yang berbeda; (5) mempunyai kegunaan kualitatif ini, peneliti berperan langsung
dalam kehidupan bersama suatu kolektif; sebagai instrumen penelitian. Adapun
(6) bersifat pralogis, atau memiliki logika instrumen tambahan yang digunakan oleh
tersendiri; (7) biasanya mempunyai peneliti yaitu alat perekam (telepon
bentuk berumus atau berpola; (8) menjadi genggam).
milik bersama dari kolektif tertentu; (9) HASIL PENELITIAN
pada umumnya bersifat polos dan 1. Analisis Struktur

lugu(Danandjaja, 2007). Analisis struktur ini berkaitan

METODE PENELITIAN dengan teks lagu permainan tradisional


Metode yang digunakan dalam secara lisan. Analisis ini meliputi analisis
penelitian adalah metode deskriptif formula sintaksis, formula bunyi, irama,
analisis. Untuk mendukung metode dan tema.Berikut teks lagu permainan
penelitian deskriptif ini, peneliti tradisional layang-layang dan analisis-
melakukan penelitian secara kualitatif. analisis pada teks lagu permainan
Metode deskriptif analisis adalah metode tradisional layang-layang.
dengan cara menguraikan sekaligus Pa deong pa deong
menganalisis untuk mendapatkan makna Pangmukakeun lawang angin
secara maksimal (Ratna, Metodologi Pa deong pa deong
Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Pangmukakeun lawang angin
Sosial Humaniora pada Umumnya, 2010). a) Formula Sintaksis
Adapun metode kualitatif adalah metode Analisis formula sintaksis dari teks
yang mempertahankan hakikat nilai- lagu permainan tradisional layang-layang
nilai(Ratna, Teori, Metode, dan Teknik ini meliputi analisis fungsi, analisis
Penelitian Sastra, 2010).Selain itu, metode kategori, dan analisis peran atau
ini dilakukan untuk memahami fakta‐fakta makna.Dalam teks ini terdiri atas empat
yang ada dibalik kenyataan yang dapat larik, namun larik ketiga dan keempat
dilihat atau diindrai secara langsung merupakan reduplikasi dari larik pertama
karena pemahaman yang diperoleh dan larik kedua. Sehingga dalam proses
melalui penelitian kebudayaan tidak menganalisis, peneliti hanya menganalisis
datang dengan sendirinya ataupun larik pertama dan larik kedua yang
dinyatakan langsung oleh realitas dijadikan menjadi satu kalimat yaitu Pa
budayanya, tetapi direfleksikan, deong pa deong pangmukakeun lawang
ditafsirkan atau diinterpretasikan, dan angin.
direkonstruksi oleh peneliti(Humaira, Pada larik pertama dan kedua jika
2015). Untuk itu, metode ini sangat cocok digabungkan menjadi kalimat Pa deong
digunakan untuk meneliti lagu permainan pa deong pangmukakeun lawang angin
Layang-Layang. Dengan metode ini, akan akan membentuk sebuah klausa yang
diperoleh deskripsi struktur, konteks memiliki struktur fungsi S-P-O. Kata Pa
penuturan, fungsi, dan makna lagu deong pa deong merupakan sebuah kata
permainan Layang-Layang dengan yang memiliki fungsi sebagai subjek
menyeluruh. karena bisa menjadi sebuah jawaban dari
kata tanya “siapa”, seperti kata tanya
“saha nu pangmukakeun lawang angin

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 26


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

teh?” (“siapa yang membukakan pintu melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan
angin itu?”). terhadap objek.
Kata Pa deong pa deong ini Sementara itu, kata lawang angin
berkategori sebagai kata benda (nomina) memiliki fungsi sebagai objek dalam
dan berperan sebagai pelaku. Pelaku disini kalimat tersebut karena dapat menjawab
merupakan pelaku yang memiliki sebuah pertanyaan dari kata tanya “apa”, seperti
pekerjaan yaitu “membukakan sesuatu “naonnu dibuka ku Pa deong teh?” (Apa
(objek)”. yang dibuka oleh Pa deong?). Kata
Kata pangmukakeun merupakan lawang angin ini berkategorikan sebagai
sebuah kata yang memiliki fungsi sebagai kata benda (nomina) dan memiliki peran
predikat dan berkategori sebagai kata sebagai penderita yang merupakan objek
kerja (verba) karena subjeknya melakukan dari perbuatan yang dilakukan si
pekerjaan. Kata pangmukakeun ini pelaku.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
berperan sebagai perbuatan, karena dalam tabel 1.

Tabel 1. Analisis formula sintaksis pada lagu permainan tradisional Layang-Layang


Analisis Sintaksis Pa deong pa deong pangmukakeun (tolong buka) lawang angin (pintu angin)
F u n g s i S P O
K a t e g o r i N V N
Peran atau makna P e l a k u p e r b u a t a n P e n d e r i t a
Keterangan:
S : subjek N: nomina
P : predikat V: verba
O: objek
Kedua larik tersebut merupakan fungsi, kategori, peran dan makna-nya
sebuah kesatuan kalimat karena memiliki masing-masing, selain itu kalimat tersebut
kesatuan gagasan yang utuh. Bila kedua merupakan kalimat tunggal jika dilihat
larik ini dihubungkan atau digabungkan dari fungsinya. Namun, kalimat tersebut
maka akan membentuk kalimat tunggal menjadi kalimat aktif jika dilihat dari
karena hanya memiliki subjek dan kategori, peran, dan maknanya. Kalimat
predikat. Kalimat tunggal adalah kalimat ini juga termasuk kalimat perintah jika
yang hanya terdiri atas satu klausa. dilihat dari intonasi pembacaannya dan
Kalimat ini juga termasuk kalimat makna kalimatnya.
aktif karena subjeknya melakukan b) Formula Bunyi
perbuatan dalam predikat verbalnya. Analisis formula bunyi ini
Selain itu, kalimat ini termasuk kalimat meliputi analisis orkestrasi (eufoni dan
perintah karena mengandung intonasi dan kakafoni), asonansi, aliterasi, dan efek
makna perintah atau larangan. yang ditimbulkannya. Dalam lagu
Jika dikaji secara keseluruhan permainan Layang-layang ini didominasi
dalam analisis formula sintaksis ini, kedua orkestrasi eufoni dan bunyi asonansi.
larik yang digabungkan menjadi sebuah Eufoni adalah kombinasi bunyi yang
kalimat Pa deong pa deong dianggap enak didengar (merdu).
pangmukakeun lawang angin memiliki Kakafoni adalah kombinasi bunyi yang
struktur yang utuh yaitu S-P-O. Setiap dianggap tidak enak didengar (parau).
kata pada kalimat tersebut memiliki Asonansi adalah perulangan bunyi vokal

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 27


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

di deretan kata. Aliterasi adalah asonansi bunyi /a/. Asonansi bunyi /a/
perulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang terdapat pada larik ini berkombinasi
yang berurutan. dengan bunyi /ng/, /m/, /l/, /n/, sehingga
Larik pertama dan larik ketiga, Pa dapat menimbulkan orkestrasi yang merdu
deong pa deong, memiliki asonansi bunyi pada lirik pangmukakeun lawang angin.
/a/, /e/, /o/ dan aliterasi bunyi /p/, yang Pada kedua larik ini juga terdapat huruf
berkombinasi pada bunyi /g/, /d/ dengan kakafoni /k/, namun huruf /k/ dalam larik
bunyi sengau: /m/, /n/, /ng/, serta bunyi pangmukakeun lawang angin ini tidak
liquida /l/, sehingga kombinasi tersebut menimbulkan bunyi yang parau.
dapat menimbulkan orkestrasi yang merdu Bentuk-bentuk bunyi vokal dan
pada lirik Pa deong pa deong. konsonan pada teks lagu permainan anak
Larik kedua dan larik keempat, ini, dapat di analisis seperti pada tabel 2.
pangmukakeun lawang angin, memiliki

Tabel 2. Analisis formula bunyi pada lagu permainan tradisional Layang-Layang


No B u n y i V o k a l B u n y i K o n s o n a n
1 / a / / e / / o / / p / / d / / n / / g /
2 / a / / u / / e / / i / /p/ /n/ /g/ /m/ /k/ /l/ /w/
3 / a / / e / / o / / p / / d / / n / / g /
4 / a / / u / / e / / i / /p/ /n/ /g/ /m/ /k/ /l/ /w/
Bunyi asonansi /a/ dan /e/ permainan Layang-layang yang
merupakan bunyi yang menonjol dalam dinyanyikan anak-anak ini.
setiap lariknya. Bunyi asonansi ini c) Formula Irama
menimbulkan efek yang merdu pada Pada teks lagu permainan anak ini
keempat larik lagu tersebut. Bunyi terdapat pola irama yang telah disepakati
konsonan yang menonjol adalah bunyi /p/ secara konvensional. Pola irama yang
/n/ /g/, karena bunyi-bunyi tersebut terdapat dalam lagu permainan anak ini
terdapat pada setiap larik namun tidak dapat berbeda di tiap-tiap wilayah
menimbulkan bunyi parau akan tetapi tergantung kesepakatan masyarakat daerah
menjadikan bunyi-bunyi tersebut tersebut. Peneliti mendapatkan penuturan
terdengar merdu. pola irama ini di daerah Lawang Genteng,
Pada lagu permainan anak ini juga tempat tinggal saudara peneliti.
ditemukan rima awal yaitu a-a-a-a dan Dalam analisis pola irama,
rima akhir yaitu o-i-o-i. peneliti menggunakan tanda-tanda tertentu
Pa deong pa deong tiap suku katanya. Tanda-tanda tersebut
pangmukakeun lawang angin antara lain: tanda (~) menandakan tanda
Pa deong pa deong yang panjang, tanda (#) menandakan
pangmukakeun lawang angin tanda sedang, dan tanda (>) menandakan
Pengulangan kata yang terdapat tanda yang pendek. Berikut formulasi
pada lirik ketiga dan keempat terhadap irama pada teks lagu permainan anak:
lirik pertama dan lirik kedua menimbulkan
bentuk rima yang menarik, sehingga rima
tersebut menambah keindahan pada lagu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 28


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

Tabel 3. Analisis formula irama pada lagu permainan tradisional Layang-Layang


L i r i k I r a m a
P a d e o n g p a d e o n g > # ~ > # ~
Pangmuka keun la wa ng angin # ~ > ~ > ~ > ~
P a d e o n g p a d e o n g > # ~ > # ~
Pangmuka keun la wa ng angin # ~ > ~ > ~ > ~
Keterangan:
(~) : tanda panjang
(#) : tanda sedang
(>) : tanda pendek

Efek yang muncul dari irama peneliti menggunakan teori isotopi.


tersebut adalah semangat yang luar biasa. Isotopi adalah satuan kategori semantik
Anak-anak yang sedang bermain layang- yang timbul dari redudansi dan
layang beranggapan jika mereka memungkinkan pembacaan cerita seragam
menyanyikan lagu itu maka akan ada sebagaimana yang dihasilkan dari
angin besar yang akan membantu pembacaan ujaran itu bagian demi bagian,
menerbangkan layang-layang mereka. dan dari pembacaan ambiguitas yang
d) Tema dituntun oleh upaya pembacaan
Tema adalah kelompok ide yang senada.Dalam analisis ini, lagu permainan
digunakan secara teratur pada penciptaan Layang-layang memiliki 2 isotopi yaitu
cerita pada gaya formulaik nyanyian isotopi pekerjaan dan isotopi benda.
tradisional. Dalam penganalisisan tema Isotopi-isotopi berikut dipaparkan dalam
dari lagu permainan Layang-layang ini, bentuk tabel.
(1) Isotopi Pekerjaan
Tabel 4. Isotopi pekerjaan lagu permainan tradisional Layang-Layang
Denotatif (D) Komponen makna bersama
Kata/frasa yang termasuk isotopi pekerjaan Intensitas
Konotatif (K) Perintah Aktifitas
Pangmu kakeu n 2 x D + +

Dari tabel 4 terlihat isotopi yang berarti tolong bukakan. Sedangkan


pekerjaan pada kata atau frasa komponen makna bersama lainnya yaitu
pangmukakeun. Komponen makna aktifitas merupakan penunjang dari
bersama dari kata pangmukakeun terlihat komponen perintah. Komponen aktifitas
perintah, aktifitas, dan sifat. Kata terlihat ketika dibukakan atau merupakan
pangmukakeun merupakan perintah reaksi dari komponen perintah.
kepada subjek yaitu Pa deong pa deong
(2) Isotopi Benda
Tabel 5. Isotopi benda lagu permainan tradisional Layang-Layang
D enotatif (D) Komponen makna bersama
Kata/frasa yang termasuk isotopi benda I nt ens ita s
Konotatif (K) Benda cair Benda padat Gas
La wa ng a ngin 2 x D d a n K - + +

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 29


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan
Dari tabel 5 terlihat isotopi benda hiburan bagi mereka yang sedang bermain
pada kata atau frasa lawang angin. layang-layang, agar layang-layang yang
Komponen makna bersama dari frasa diterbangkan mendapat angin yang dapat
lawang angin adalah benda padat dan gas. membantu mereka menerbangkan layang-
Frasa lawang angin termasuk ke dalam layang.
makna denotatif atau makna sebenarnya 3) Peralatan atau media
dan makna konotatif atau kiasan. Frasa Tidak ada peralatan atau media
lawang angin sebagai makna denotatif khusus dalam tuturan ini. Satu-satunya
berarti pintu angin. Hal ini menunjukkan alat yang biasanya tuturan ini dituturkan
bahwa frasa tersebut termasuk komponen adalah sebuah layang-layang dan benang
benda padat karena sebuah pintu. karena pada saat layang-layang
Sedangkan frasa lawang angin sebagai diterbangkanlah tuturan ini dilantunkan.
makna konotatif berarti datangkan angin. 4) Teknik penuturan
Hal ini menunjukkan bahwa frasa tersebut Penutur menuturkan lagu
termasuk komponen gas karena gas adalah permainan anak ini secara monolog yaitu
zat ringan yang sifatnya seperti udara. dilakukan dengan menyanyikannya sendiri
2. Proses Penciptaan tanpa ada aba-aba dari siapa pun untuk
Proses penciptaan yang dituturkan menyanyikannya.
oleh anak-anak tersebut adalah secara b) Konteks budaya
spontan. Tidak ada hafalan atau bacaan Untuk analisis konteks budaya
ketika mereka menuturkannya. Akan dapat dibedakan menjadi empat bagian,
tetapi, spontanitas yang mereka tuturkan yaitu lokasi, penutur, latar sosial, dan
berdasarkan hafalan yang sudah menjadi kondisi sosial ekonomi masyarakat
kebiasaan mereka ketika bermain layang- setempat.
layang sehingga nyanyian tersebut 1) Lokasi
dituturkan secara spontan. Sedangkan Lokasi penuturan dilakukan di
proses pewarisan tuturan ini tidak luar rumah atau teras rumah saudara
ditentukan aturannya, setiap orang yang peneliti yang berada di daerah Lawang
ingin menuturkan lagu permainan layang- Genteng. Lokasi rumah penutur dengan
layang ini dapat dengan bebas peneliti cukup jauh dikarenakan berbeda
melantunkannya. daerah tempat tinggal.
3. Konteks Penuturan 2) Penutur
a) Konteks situasi Penutur tuturan ini terdiri atas dua
1) Waktu orang yaitu Sandie Nugraha dan Irmah
Waktu dinyanyikannya lagu ini Rahmayanti. Mereka adalah saudara
oleh anak-anak tidak dibatasi kapan harus penutur yang masih duduk di bangku
dituturkan secara pasti, akan tetapi sekolah dasar.
dituturkan ketika mereka sedang bermain 3) Latar sosial
layang-layang. Terutama ketika layang- Bahasa yang digunakan kedua
layang yang mereka terbangkan tidak penutur adalah bahasa Sunda. Mereka
mendapatkan angin yang akan membantu menggunakan bahasa Sunda jika bukan
menerbangkan layang-layang mereka. dalam situasi yang formal. Namun tidak
2) Tujuan jarang mereka juga menggunakan bahasa
Tujuan adanya nyanyian Indonesia dalam percakapan sehari-
permainan anak ini hanyalah bersifat harinya. Kedua penutur ini beragama

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 30


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

islam dan sebagian besar penduduk di begitu, khususnya mereka yang sedang
sekitar rumah penutur pun beragama bermain layang-layang akan merasa yakin
islam. Perkembangan ilmu pengetahuan bahwa layang-layang yang mereka
dan teknologi di daerah tempat tinggal terbangkan akan terbang tinggi, hal
kedua penutur sudah dapat dinikmati oleh tersebut akan menambah semangat
setiap penduduk, bahkan hampir di setiap mereka.
rumah memiliki alat-alat modern. Kedua SIMPULAN
penutur masih duduk di bangku sekolah Pada teks lagu permainan
dasar dan sebagian penduduk di sekitar layang-layang ini terdapat pola irama
rumah penutur pernah merasakan yang telah disepakati secara
bersekolah di tingkat menengah atas. konvensional. Pola irama yang
4) Kondisi sosial ekonomi terdapat dalam lagu permainan anak
Kondisi sosial ekonomi di daerah ini dapat berbeda di tiap-tiap wilayah
tempat tinggal penutur termasuk kategori
tergantung kesepakatan masyarakat
menengah. Hal ini dapat dilihat dari
daerah tersebut. Efek yang muncul dari
kondisi perekonomian yang terjadi di
irama pada lagu permainan layang-
daerah tersebut. Pada umumnya
layang adalah semangat yang luar
masyarakat di daerah tempat tinggal
penutur memiliki mata pencaharian
biasa. Adapun proses penciptaan yang

sebagai wiraswasta, namun ada juga yang dituturkan oleh anak-anak tersebut
bekerja sebagai guru, karyawan, maupun dalam menyanyikan lagu permainan
buruh. layang-layang adalah secara spontan.
4. Fungsi Tidak ada hafalan atau bacaan ketika
Dalam tuturan ini, peneliti hanya mereka menuturkannya. Selain itu,
melihat dua fungsi yaitu sebagai alat terdapat dua fungsi dalam penuturan
pendidikan dan alat pelipur lara atau
lagu permainan layang-layang yaitu
hiburan. Dengan menyanyikan lagu
sebagai alat pendidikan dan alat
permainan Layang-layang ini, mereka
pelipur lara atau hiburan. Maksudnya,
menghibur diri mereka dan penuh harap
adanya lagu ini diharapkan dapat
agar akan datang angin yang akan
membantu mereka untuk menerbangkan menjadi fungsi pembelajaran untuk

layang-layang yang sedang dimainkannya. mereka dan bermanfaat untuk aktivitas


Sehingga dengan menyanyikan lagu lainnya.
permainan Layang-layang ini, mereka DAFTAR PUSTAKA
akan bertambah semangat. Semangat Danandjaja, J. (2007). Folklor
Indonesia: Ilmu Gosip,
disini diharapkan dapat menjadi fungsi
Dongeng, dan lain lain.
pembelajaran untuk mereka dan Jakarta: Kreatama.
mempengaruhi aktivitas lain yang lebih
Humaira, M. A. (2015). . Legenda
bermanfaat bagi diri mereka sendiri untuk
Batu Hiu: Analisis Struktur,
terus bersemangat.
Konteks Penutur, Fungsi, dan
5. Makna Makna. Didaktika Tauhidi:
Tuturan ini memiliki makna Jurnal Pendidikan Guru
semangat. Dengan adanya semangat Sekolah Dasar, 2(2), 108-120.
dalam diri masing-masing maka akan Ratna, N. K. (2010). Metodologi
muncul keyakinan dalam diri. Dengan Penelitian: Kajian Budaya dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 31


Megan Asri Humaira
Lagu Permainan Rakyat “Layang-Layang” sebagai Sastra Lisan

Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora


pada Umumnya. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Ratna, N. K. (2010). Teori, Metode,


dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 32


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP


KEMAMPUAN MELAKSANAKAN WAWANCARA KELAS VIII
SMP NEGERI 8 MEDAN

Nurhalimah Sibuea
SMP Negeri 3 Medan
spmnegeri3medan@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran


problem posing terhadap kemampuan melaksanakan wawancara siswa kelas VIII
SMP Negeri 8 Medan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP yang berjumlah 60 orang.. Kelas VIII A dijadikan sebagai kelas eksperimen
dan VIII B dijadikan sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk
mengatahui pengaruh model pembelajaran problem posing terhadap kemampuan
melaksanakan wawancara adalah tes dengan menugasakan siswa untuk mampu
melaksanakan wawancara dengan membuat pertanyaan wawancara. Dari hasi
pengolahan data diperoleh, nilai rata rata dari kelas ekesperimen adalah 78,33,
sedangkan untuk kelas kontrol 72, 33. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol. Hasil dari
pengujian hipotesis diperoleh thitung adalah 3,75 dan ttabel adalah 0, 86 dengan
demikian thitung >ttabel. Hal ini membuktikan Ha diterima dan Ho ditolak, dari hasil
yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran problem posing lebih berpengaruh terhadap melaksanakan
wawancara, dibandikan dengan model kontekstual.

Kata kunci : Pengaruh, Problem Posing, kemampuan, Wawancara

Abstract. This study aims to determine the effect of problem posing learning
models on the ability to carry out interviews with class VIII students of SMP
Negeri 8 Medan. The population of this study was all students of class VIII SMP
which numbered 60 people. Class VIII A was used as the experimental class and
VIII B was used as the control class. The instrument used to know the effect of
problem posing learning models on the ability to carry out interviews is a test by
assigning students to be able to carry out interviews by making interview
questions. From the results of data processing obtained, the average value of the
experimental class is 78.33, while for the control class 72, 33. Thus it can be said
that the value of the experimental class is higher than the average value of the
control class. The results of hypothesis testing obtained tcount is 3.75 and t table
is 0, 86 thus tcount> t table. This proves that Ha is accepted and Ho is rejected,
from the results obtained it can be concluded that the use of the problem posing
learning model is more influential on carrying out interviews, compared with the
contextual model.

Keywords: Influence, Problem Posing, ability, Interview


PENDAHULUAN mendengarkan guru di depan kelas dan
Kurikulum Tingkat Satuan guru hanya menilai tugas- tugas tanpa
Sendidikan (KTSP) untuk kelas VIII SMP, melatih siswa terjun langsung melakukan
di dalamnya terdapat materi wawancara praktek wawancara, sehingga masih
yang merupakan pelajaran wajib, dengan banyak siswa kurang berminat dalam
aspek : berbicara dengan standar mempelajari bahasa Indonesia khususnya
kompetensi: mengungkapkan berbagai pada materi wawancara, kemampuan
informasi melalui wawancara dan siswa dalam melaksanakan wawancara
persentase laporan, Komptensi dasar : dapat membangun banyak kesempatan
Berwawancara dengan narasumber. untuk dapat memperoleh suatu informasi
Namun pada kenyataan kemampuan atau berita yang selam ini tidak di ketahui
melasanakan wawancara masih rendah, siswa tersebut sehingga siswa juga lebih
siswa kurang memahami apa yang harus berani.
di lakukan di dalam berwawancara,ini Faktor yang menjadi rendahnya
disebabkan kurang melatih dalam minat belajar bahasa Indonesia yaitu
mengajukan pertanyaan di dalam faktor dari siswa itu sendiri, yakni
pelaksanaan wawancara, serta siswa kurangnya minat dalam belajar bahasa
kurang aktif di dalam melaksanakan indonesia karena mereka menganggap
wawancara, siswa cenderung pelajaran bahasa Indonesia membosankan.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 33


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

siswa beranggapan bahwa bahasa Ardial (2005:56) “Perumusan masalah


Indonesia adalah bahasa yang sehari-hari merupakan upaya untuk menyatakan
mereka gunakan. Dengan demikian guru secara tersurat pertanyaan-pertanyaan
harus benar- benar menciptakan yang hendak dicarikan jawabannya serta
pembelajaran yang memancing siswa pernyataan yang lengkap dan rinci
untuk memperoleh pengetahuan yang baru mengenai ruang lingkup masalah yang
dan tidak membosankan siswa untuk akan diteliti.
mengikuti materi wawanacara. 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam
Faktor yang berasal dari lain, melaksanakan wawancara dengan
misalnya penerapan model pembelajaran menggunakan model pembelajaran
yang kurang berpengaruh. Guru sering Problem Posing, di kelas VIII SMP
menerapkan pembelajaran yang Negeri 8 Medan?
konvensional dengan ceramah yang 2. Bagaimana kemampuan siswa dalam
kemudian menyebabkan siswa pasif dalam melaksanakan wawancara dengan
mengikuti pelajaran, pembelajaran yang menggunakan Model Kontekstualdi
masih monoton Hal ini menyebabkan kelas VIII SMP Negeri 8 Medan?
siswa kurang berkembang dan aktif dalam 3. Apakah terdapat pengaruh yang
memperoleh pengetahuan. Seharunya guru signifikan diterapkan model
bisa menerapkan model pembelajaran pembelajaran Problem Posing di kelas
yang bisa membantu siswa aktif untuk VIII SMP Negeri 8 Medan?
membangun pengetahuan yang diperoleh Tujuan penelitian mengungkapkan
dari diri sendiri serta bisa berpikir sendiri. sasaran yang ingin dicapai dalam
Untuk mengatasi hal ini, maka penelitian. Menurut arikunto (2006:58)
guru Bahasa Indonesia harus mencari dan “tujuan penelitian adalah rumusan kalimat
menemukan model yang tepat. Salah satu yang menunjukan adanya sesuatau hal
model mengajar yang dapat digunakan yang diperoleh setelah penelitian selesai
guru adalah dengan model pembelajaran mencari fakta-fakta atau prinsip dengan
Problem Posing. menggunakan langkah-langkah tertentu.”
Model Pembelajaran Problem Penelitian ini bertujuan
Posing adalah model Pembelajaran yang 1. Untuk mendeskripsikan kemampuan
meningkatkan kemampuan kecakapan siswa melakukan wawancara dengan
berpikir, Kemampuan tersebut akan diterapkan model pembelajaran
tampak dengan jelas bila siswa mampu problem posing siswa kelas VIII SMP
mengajukan pertanyaan secara mandiri Negeri 8 Medan
maupun berkelompok. Kemampuan siswa 2. Untuk mendeskripsikan kemampuan
untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan wawancara dengan Model
tersebut dapat dideteksi lewat Kontektualpada materi wawancara
kemampuannya untuk melaksanakan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Medan
wawancara dengan membuat beberapa 3. Untuk mengetahui seberapa besar
pertanyaan yang cocok. Setiap siswa pengaruh model Pembelajaran dengan
memiliki pemikiran dan daya tangkap model Pembelajaran Problem Posing
yang berbeda-beda, kemampuan berpikir terhadap kemampuan melakukan
siswa tergantung sejauh mana siswa dapat wawancara siswa kelas VIII SMP
memahami materi yang disampaikan oleh Negeri 8 Medan.
guru, dalam materi wawancara siswa METODE PENELITIAN
dituntut untuk dapat lebih aktif pada saat Dalam penelitian metode
proses belajar Bahasa Indonesia siswa memengang peranan penting. Metode
mampu dalam mengajukan pertanyaan- Penelitian merupakan hal yang penting
pertanyaan dengan menggunakan bahasa dalam pelaksanaan penelitian. Oleh karena
yang baik dengan guru dan siswa lainnya. itu kualitas penelitian sangat ditentukan
Dengan model pembelajaran problem oleh metode apa yang digunakan pada saat
posing dapat melatih siswa belajar kreatif, penelitian.
disiplin, dan meningkatkan keterampilan Arikunto (2006:22) berpendapat
berpikir siswa. “metode penelitian merupakan struktur
Rumusan masalah merupakan yang penting, karena berhasil tidaknya
langkah yang sangat penting dalam penelitian demikian juga rendahnya
melakukan tulisan ilmiah. Tanjung dan kualitas sangat ditentukan ketepatan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 34


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

dalam memilih metode penelitian. Desain X2 : Pembelajaran dengan menggunakan


penelitian ini adalah post-test only desain Model Kontekstual
group. Model post-test adalah metode Instrumen Penelitian
eksperimen yang melibatkan perlakuan Instrumen penelitian merupakan
yang berbeda antara dua kelompok. tahap alat bantu yang digunakan untuk
awal,peneliti menentukan sampel menjaring data penelitian. untuk
kemudian memberikan perlakuan terhadap memperoleh data banyak cara yang dapat
kelompok eksperimen yaitu dengan model ditempuh, ada yang menggunakan tes,
pembelajaran problem posing dan angket, wawancara, dan sebagainya
kelompok control dengan sesuai dengan data yang dibutuhkan.
menggunakanModelKontekstual tahap dalam penelitian ini tes yang digunakan
berikutnya adalah melakukan post-test untuk menjaring data kemampuan
yang diberikan setelah proses belajar melaksanakan wawancara jadi yang akan
mengajar selesai. dinilai adalah kemampuan siswa dalam
Tabel 1. Desain Eksperimen Post-Test mengajukan pertanyaan terhadap orang
Kelas Perlakuan Tes yang dapat memberikan informasi yang
Eksperimen XI T dibutuhkan, kemudian pertanyaan yang
Kontrol X2 T telah ada akan di lakukan wawancara
Keterangan : dengan narasumber sesuai dengan data
T :Tes kemampuan melasakan informasi yang di butuhkan. Untuk
wawancara. mengetahui kemampuan siswa dalam
XI : Pembelajaran menggunakan Model melaksanakan wawancara dengan teman,
PembelajaranProblem Posing peneliti menetapkan kriteria penilaian
sebagai berikut.
Tabel 2. Kisi-kisi Penilaian Wawancara
Aspek Penilaian Skor Skor
Maksimal
a. Siswa mampu menuliskan pertanyaan
wawancara kepada narasumber 25
Pertanyaan b. Siswa kurang mampu menuliskan pertanyaan 25
wawancara kepada narasumber 15
c. Siswa tidak mampu menuliskan pertanyaan 10
wawancara kepada narasumber
a.Siswa mampu menggunakan bahasa baik dan
benar dalam berwawancara 25
Bahasa b. Siwa Kurang mampu menggunakan bahasa
baik dan benar dalam berwawancara 15 25
c. Tidak mampu menggunakan bahasa baik dan 10
benar
a) Siswa mampu menyimpulkan pendapat,
gagasan narasumber dengan bahasa yang 25
Kesimpula komunikatif
n b) Siswa kurang mampu menyimpulkan 15 25
pendapat, gagasan narasumber dengan 10
bahasa yang komunikatif
c) Siswa tidak mampu menyimpulkan
pendapat,gagasan narasumber dengan bahasa
yang komunikatif.
a) Siswa mampu melaksanakan wawancara sikap 25
dengan baik
b). Siswa kurang mampu melaksanakan 15
Sikap wawancara dengan sikap baik
c). Siswa tidak mampu melaksanakan wawancara 10 25
dengan sikap baik.
Jumlah 100
Untuk mengetahui kemampuan melaksanakan wawancara dengan model problem posing
digunakan standar skor yaitu sebagai berikut :

Nilai akhir= x 100

1. Skor 85-100 = sangat baik

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 35


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

2. Skor 70-84 = baik


3. Skor 55-69 = cukup
4. Skor 40-54 = kurang
5. Skor 0-39 = sangat kurang
F. Teknik Analisis Data Penelitian ∑ : jumlah perkalian dengan skor
Analisis data dimaksudkan adalah yang dikuadratkan
untuk memperoleh hasil penelitian sebagai n : jumlah sampel
kesimpulan dan jawaban. Menurut 6.Menghitung standar error kelas
Sudijono (2008 : 274 ). Teknik eksperimen (x). Rumus :
analisis data berkenaan dengan SEm =

pengolahan data penelitian. Dalam hal ini
Keterangan :
suatu pekerjaan menyusun dan
SD : standar deviasi
mengorganisasi data, membuat tabel-tabel
SEm : standar eror
data menurut masa-masa, sepert tabel
n : jumlah sampel
distribusi frekuensi. Tabel, membuat
7. Menghitung standar error kelas kontrol
diagram/garfik, seperti histogram, poligon
(y). Rumus :
grafik. Setelah data diperoleh dilakukan
analisis data dengan langkah-langkah SEm =

sebagai berikut: Keterangan :
1. Menyusun data post-test dalam bentuk SD : standar deviasi
table distribusi frekuensi. SEm : standar eror
2.Mencari nilai mean kelas eksperimen(x) n : jumlah sampel
skor dari variabel hasil posttest dengan 1. Setelah hasil standar error kelompok
menggunakanrumus: sampel diperoleh, maka langkah
∑ terakhir dari standar error adalah
Mx=
mencari perbedaan hasil standar error
Keterangan :
pada kedua kelompok (eksperimen dan
M : rata-rata (mean)
kontrol) dengan menggunakan
fx : jumlah dari skor yang ada
n : jumlah sampel rumus :SEM1-M2 = +
(sudijono, 2009 :81)
Pengujian persyaratan analisis
3. Mencari mean kelas kontrol (y)

a. Uji normalitas variabel penelitian
Mx= menggunakan lliliforoer
Keterangan : Uji normalitas dilakukan secara
My : rata-rata variabel y parametik dengan menggunakan penaksir
fx : jumlah perkalian dengan skor rata-rata pada simpangan baku. Uji yang
(nilai) yang dikuadratkan digunakan adalah uji lilifoers. Misalnya
n : jumlah sampel kita mempunyai sampel acak dengan hasil
(sudijono, 2009 :81) pengamatan X1,X2,..Xn. berdasarkan
4.mencari Standar deviasi skor sampel ini akan di uji hipotesis nol bahwa
eksperimen(x). rumus : sampel tersebut berasal dari populasi
∑ berdistribusi normal melawan hipotesis
SD = tandingan bahwa hipotesis tidak normal.
Keterangan : 1). Uji normalitas
SD : standar deviasi dari sampel yang Uji normalitas dilakukan untuk
diteliti mengetahui apakah populasi berdistribusi
∑ : jumlah perkalian dengan skor normal atau tidak.Uji normalitas
yang dikuadratkan dilakukan dengan menggunakan uji
n : jumlah sampel lilifors. (Sudjana, 2002:446 ) dengan
5.mencari Standar deviasi kelas langkah-langkah sebagai berikut ini :
eksperimen (x). rumus :
1) Data x1,x2,….xn dijadikan bilangan

SD = baku z1,z2,….zn.
( ̅ dan S masing-masing
Keterangan :
merupakan rata-rata dan
SD : standar deviasi dari sampel simpangan baku sampel)
yang diteliti 2) Untuk setiap bilangan baku,
menggunakan daftar distribusi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 36


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

normal baku,kemudian dihitung dengan menggunakan Model


peluang F(Zi) Pembelajaran problem Posing termasuk
3) Menghitung preposisi Z1, Z2 ..Zn kategori sangat baik sebanyak 11 orang
yang lebih kecil atau sama dengan atau 36,66%, kategori baik sebanyak 16
Zi yang diyantakan dengan S(Zi) orang atau 53,33%, dan kategori cukup
4) Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) sebanyak 4 orang atau 10%. Identifikasi
kemudian tentukan harga kelas eksperimen di atas termasuk normal
mutlaknya. dan termasuk dalam kategori wajar karena
5) Mengambil harga yang paling kategori yang paling banyak adalah
besar diantara harga mutlaknya kategori baik. Frekuensi di atas dapat
tersebut. Dengan harga tersebut digambarkan dalam bentuk diagaram
adalah Lo dan nilai kritis L yang batang berikut:
di ambil dari daftar uji lilifoers
dengan taraf nyata 0,05 (5%).
10
Kriteria pengujian 8
1. Jika Lo<Ltabel, maka maka 6
distrbusi normal 4
2. Jika Ltabel >Lo, maka data tidak 2
berdistribusi normal 0
2). Uji homogenitas 65 70 75 80 85 90
Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah data mempunyai Gambar 1. Persentase Data Kelas
variens yang homogen atau tidak. Eksperimen
.
= b. Analisis Data Kelas Kontrol (Y)
.
= Dari tabel di atas dapat diketahiu
bahwa kelas kontrol kemampuan
(Sudjana,2002 : 249) melaksanakan wawancara dengan
Dimana : = Varians terbesar menggunakan Model Kontekstual
= Varians terkecil termasuk kategori sangat baik sebanyak 3
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah orang atau 10%, kategori baik sebanyak
sebagai berikut : 18 orang atau 60%, dan kategori cukup
sebanyak 9 orang atau 30%. Identifikasi
3). Uji Hipotesis
kelas eksperimen di atas termasuk normal
Menguji kebenaran/kepalsuan hipotesis
dan termasuk dalam kategori wajar karena
dengan membandingkan besarnya t hasil
kategori yang paling banyak adalah
perhitungan dan t yang tercantumpada
kategori baik. Frekuensi di atas dapat
tabel nilai “t” dengan terlebih dahulu
digambarkan dalam bentuk diagaram
menciptakan derajat kebabasanya, dengan
batang berikut:
rumus sebagai berikut :
− 8
=
6
Dimana : SEm =
√ 4
Dimana : = + 2
Keterangan : 0
= t obeservasi
60 65 70 75 80 85
= skor rata-rata kelas eksperimen
= skor rata-rata kelas kontrol
SE = standar error Gambar 2. Persentase Data Kelas Kontrol
= standar error perbedaan c. Mencari Standar Eror Variabel X
kedua kelompok dan Variabel Y
HASIL PENELITIAN
SEmx-my =
a. Analisis Data Kelas Eksperimen
= √1,34 + 1,39
Berdasarkan hasil analisis data,
dapat diketahui bahwa kelas eksperimen
= 2,56
yakni kemampuan melakukan wawancara

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 37


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

= 1,6 dengan melakukan analisis data, kemudian


melakukan hipotesis, akhirnya penelitian
Dari perhitungan di atas diperoleh mendapatkan sebuah hasil yang tidak sia-
standar error perbedaan mean kelas sia. Pengaruh model pembelajaran
eksperimen (X) dan kelas control (Y) probelm posing terhadap kemampuan
adalah 1,6. melaksanakan wawancara, ternyata
A. Uji Persyaratan Analisis Data wawancara berpengaruh positif dan lebih
a. Uji Normalitas Data Kelas baik dari pada hasil belajar dengan
Eksperimen (X) menggunakan model kontekstual. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dibuktikan pada hasil penelitian,
harga yang paling besar diantara harga- dimana nilai rata-rata kemampuan
harga mutlak selisih tersebut (Lhitung) = melaksanakan wawancara dengan
0,88. Kemudian nilai Lhitung ini pendekatan probelm posing selisih lebih
dikonsultasikan dengan nilai kritis L tinggi yakni sebesar 78,33 dari pada nilai
dengan taraf nyata a = 0,05 (5%). Dimana rata-rata kemampuan melaksanakan
diketahui (N= 30) Ltabel = 0,16. Dengan wawancara dengan menggunakan model
demikian Lhitung <Ltabel ( 0,88<0,16) ini kontekstual yakni sebesar 72,33.
membuktikan bahwa data variabel X Berdasarkan pengujian normalitas dan
berdistribusi normal. homogenitas, maka diketahui bahwa data
b. Uji normalitas data kelas kontrol (Y) pada kedua kelas yakni kelas eksperimen
Berdasarkan hasil analisis data, dan kontrol berdistribusi normal dan
harga yang paling besar diantara harga- mempunyai variasi sama. Berdasarkan
harga mutlak selisih tersebut (Lhitung) = hasil analisis data dengan menggunakan
0,85. Kemudian nilai Lhitung ini uji t diperoleh thitung = 3,75, dk (nx+ny)-2 =
dikonsultasikan dengan nilai kritis L 58 maka diperoleh ttabel = 0,86. Jadi thiutng
dengan taraf nyata a = 0,05 (5%). Dimana lebih besar ttabel yaitu = 3,75 > 0,86,
diketahui (N= 30) Ltabel = 0,16. Dengan sehingga diperoleh Ho (Hipotesis nihil) di
demikian Lhitung <Ltabel ( 0,85<0,16) ini tolak dan Ha (hipotesis alternatif) di
membuktikan bahwa data variabel X terima, yaitu menyatakan bahwa
berdistribusi normal. pendekatan pembelajaran probelm posing
c. Uji Homogenitas mempunyai pengaruh yang signifikan
Berdasarkan hasil analisis data, dalam meningkatkan kemampuan siswa
diperoleh X2hitung ( chi kuadrat) sebesar dalam melaksanakan wawancara.
0,40 harga X2 tabel pada taraf Setelah didapat hasil dari
kepercayaan 95 % dengan dk 29 adalah penelitian ini, selanjutnya akan dibahas
43,28, Ternyata X² hitung < X² tabel< mengenai mengapa pendekatan
yaitu 0,40<43,28. Hal ini membuktikan pembelajaran problemposing lebih baik
bahwa varians populasi adalah homogen. dibandingkan dengan model kontekstual.
d. Pengujian Hipotesis Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendekatan
Jika harga thitung dibandingkan pembelajaran problemposing adalah suatu
dengan harga ttabel ternyata thitung > ttabel ( model pembelajaran yang mewajibkan
3,75 > 0,76), dapat dinyatakan hipotesis para siswa untuk mengajukan soal sendiri
nilai (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif melalui belajar soal (berlatih soal) secara
(Ha) diterima. Dari hasil pengujian mandiri. Model pembelajaran problem
hipotesis diperoleh bukti empirik bahwa posing merupakan salah satu indikator
prestasi belajar siswa yang diterapkan keefektifan belajar. Kesimpulannya,
dengan model pembelajaran probelm dengan menggunakan pendekatan
possing dalam kemampuan menulis pembelajaran probelm posing hasil belajar
wawancara lebih signifikan berpengaruh secara mandiri tersebut lebih bagus dari
dibandingkan dengan model kontekstual. pada hasil belajar dengan model
Dengan kata lain ada pengaruh model kontekstual.
pembelajaran Problem Posing terhadap SIMPULAN
kemampuan melaksanakan wawancara Berdasarkan hasil penelitian yang
pada kelas VIII SMP Negeri 8 Medan. telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat
PEMBAHASAN dibuat kesimpulan di bawah ini.
Setelah melakukan prosedur 1. Kemampuan melaksanakan wawancara
penelitian yang begitu panjang, misalnya dengan Model Pembelajaran Problem

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 38


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

Posing oleh siswa kelas VIII SMP Dimyanti dkk.2006 Belajar dan
Negeri 8 Medan berada pada kategori pembelajaran. Cetakan ketiga
baik dengan nilai rata-rata 78,33. belas.Jakarta : PT Rineka.
2. Kemampuan melaksanakan wawancara
dengan Model Pembelajaran Dasar-dasar Cipta 2012. Evaluasi
Kontekstual oleh siswa kelas VIII SMP pendidikan. Edisi kedua.Jakarta : PT
Negeri 8 Medan berada pada kategori Bumi Aksara.
baik dengan nilai rata-rata 72,33.
3. Model pembelajaran Problem Posing
lebih signifikan berpengaruh dengan Danim Sudarwan ,2013 Pengembangan
Profesi Guru Penerbit Kencana
model Kontekstual terhadap
cetakan ke 2,Predana Media Group.
kemampuan melaksanakan wawancara
oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 8
Medan. Gafur abdul 2012 Desain Pembelajaran
SARAN , Lombok Penerbit ombak Dua.
Sebagai kelanjutan dari adanya
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
Hamalik Oemar 2009 Proses Belajar
yang membandingkan dua bentuk model
Mengajar, Jakarta penerbit Bumi
pembelajaran yang berbeda berdasarkan Akasara.
hasil penelitian ini, maka penulis
menyarankan :
1. Kepada guru-guru kelas khususnya Http:mcdougelas.blogspot.com/2009/11/p
guru bidang dtudi Bahasa Indonesia engertian –wawancara .html
agar menggunakan modelpembalajran
Problem Posing sebagai salah satu Ihsan Fuad ,2005 Dasar-Dasar
model pembelajaran dikelas, Kependidikan, Jakarta , PT Rineka
dikarenakan mempunyai keuntungan Cipta.
atau kelebihan yang berbeda dengan
model pembelajaran yang lainnya.
2. Untuk lebih memantapkan hasil Lisnasari Faijiah Sri,2010 Strategi Belajar
Mengajar, Medan Percetakan
penelitian ini, kepada pihak-pihak yang
Unimed.
ingin melakukan penelitian agar
melakukan penelitian dengan judul
yang sama, pada kelompok sampel Mulyasa, 2007 Kurikulum Tingkat
yang sama. Satuan Pendidikan PT Remaja
3. Hasil penelitian ini menjadi sumber Rosdakarya.
informasi bagi para pembaca yang aktif
dalam perkumpulan sebuah organisasi.
Poerwardarminta ,2003 Kamus Umum
4. Sebagaisumber referensi bagi para Bahasa Indonesia, Bandung PN
peneliti lain yang hendak melakukan Balai Pustaka.
penelitian sejenis yang relevan.
5. Sebagai sumber informasi bagi para
pembaca dalam memahami Suryonosubroto.B 2009 Proses Belajar
mengajar di Sekolah . Surabaya
kemampuan melaksanakan wawancara.
Cetakan Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,2010.Prosedur penelitian.Edisi
revisi V1.Cetakan ketiga Simbolon, B. 2009 pendidikan Bahasa
belas.Jakarta : PT Rineka Cipta. dan sastra Indonesia FKIP UISU
Arikunto Suharsimi,2013. Prosedur MEDAN, Skripsi.
Penelitian Cetakan kelima belas,
Jakarta PT Rineka Cipta.
Sutikno Sorby.M 2013. Belajar dan
Pembelajaran.Lombok Penerbit
Bahri Syaiful,Aswan.2006. Strategi Holistica.
Belajar Mengajar .Edisi
Revisi.cetakan ketiga.Jakarta : PT
Rineka Cipta. Setyosari Punaji,2013.Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 39


Nurhalimah Sibuea
Pengaruh Model Pembelajaran ProblemPosing Terhadap Kemampuan Melaksanakan
Wawancara Kelas VIII SMP Negeri 8 Medan

Edisi ketiga.jakarta : PT Fajar


Interpratama Mandiri.

Trianto 2010 Mendesain Model


Pembelajaran Inovatif –Progresif,
Jakarta Kencana Media Group.

Widodo 1997 , Tehnik Wartawan


Menulis berita, Surabaya Penerbit
Indah.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 40


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN


BERBICARA PADA ANAK BALITA

Asri Yulianda
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
Asriyulianda23@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) untuk mengetahui


perkembangan bahasa dan bicara anak, 2) untuk mengetahui penyebab
terjadinya keterlambatan perkembangan bahasa anak. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
merupakan 3 orang balita, yang terdiri dari 2 orang anak laki-laki dan 1
orang anak perempuan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat faktor
yang melatarbelakangi subjek terlambat dalam berbicara diantaranya dari
faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal terdiri dari genetika,
kecacatan fisik, malfungsi neorologis, prematur, jenis kelamin.
Sedangkan dari faktor eksternal terdiri dari urutan/jumlah anak,
pendidikan ibu atau orangtua, status ekonomi, fungsi keluarga, bilingual.

Kata Kunci: keterlambatan berbicara, faktok-faktor keterlambatan


berbicara

Abstract. This research aims to : (1) know the development of language


and speech of children, (2) determine the causes of the delay in the
development of children's language. This research used descriptive
method with qualitative data. The subjects of this study were 3 young
children, including 2 boys and 1 girl. The results of this study show that
there are factors explaining the delay of the subject to talk to each other
from internal and external factors. When internal factors are genetics,
physical disability, neorological dysfunction, prematurity, sex, while
external factors include sequence/number of children, mother's or
parent's education, economic status, family function, bilingual.

Keyword: delay speech, factors of speech delay


PENDAHULUAN perkembangan bahasa dapat dibagi dalam
Bahasa adalah suatu sistem simbol komponen ekspresif dan resepsif.
lisan yang arbitrer yang dipakai oleh Perkembangan fonem telah selesai sekitar
anggota suatu masyarakat bahasa untuk umur 7 tahun, sedangkan perkembangan
berkomunikasi dan berikteraksi antar semantik akan berlangsung seumur hidup.
sesamanya, berlandaskan pada budaya Perkembangan bahasa menurut M.F.
yang mereka miliki bersama. Berry dan Jon Eisension (Sardajono,
(Dardjowidjojo,2005:4). Para pakar 2005:87) Suara refleks (Reflexive
linguistik deskriptif biasanya Vocaltization), meraban (babbling),
mendefinisikan bahasa sebagai “satu mengoceh (lalling), mengulang/ meniru
sistem lambang bunyi yang bersifat (echolalia), dan bicara benar (true speech).
arbitrer,” yang kemudian lazim ditambah Anak dikatakan berbicara adalah
dengan “yang digunakan oleh sekelompok ketika anak tersebut dapat mengeluarkan
anggota masyarakat untuk berinteraksi dan berbagai bunyi yang dibuat dengan mulut
mengidentifikasi diri. (Chaer, 2009:30). mereka menggunakan artikulasi atau kata-
Perkembangan bahasa menurut kata yang digunakan untuk menyampaikan
Gaddes (Dardjowidjojo, 1991:97) sesuatu dalam berkomunikasi.
tergantung dari sel konteks yang Kemampuan berbicara pada masing-
mengatur. Sedangkan menurut Lenneberg masing anak berbeda-beda, tetapi
(Dardjowidjojo, 1991:97) perkembangan kemampuan tersebut dapat dibandingkan
bahasa didukung lingkungan. Beberapa dengan anak yang seusia pada umumnya.
hal yang penting dalam perkembangan Perkembangan kemampuan berbicara
bahasa adalah perkembangan persepsi, seorang anak dikatakan normal apabila
pengertian, adaptasi, imitasi dan kemampuan berbicara mereka sama
ekspresinya. Secara garis besar dengan anak seusianya dan juga

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 41


Asri Yulianda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita
memenuhi tugas dari tugas perkembangan. faktor yang menjadi penyebab gangguan
Dan ketika perkembangan kemampuan perkembangan bahasa.
berbicara tidak sama dan juga tidak bisa Penyebab gangguan perkembangan bahasa
memenuhi tugas dari perkembangan sangat banyak dan luas, semua gangguan
bicara pada usianya tersebut, maka anak mulai dari proses pendengaran, penerusan
tersebut dapat dikatakan mengalami impuls ke otak, otak, otot atau organ
hambatan perkembangan pada pembuat suara. Adapun beberapa
kemampuan berbicara (speech delay). penyebab gangguan atau keterlambatan
Seorang anak dikatakan terlambat bicara adalah gangguan pendengaran,
bicara apabila tingkat perkembangan kelainan organ bicara, retardasi mental,
bicara berada di bawah tingkat kualitas kelainan genetik atau kromosom, autis,
perkembangan bicara anak yang umurnya mutism selektif, keterlambatan fungsional,
sama yang dapat diketahui dari ketepatan afasia reseptif dan deprivasi lingkungan.
penggunaan kata. Apabila pada saat teman Deprivasi lingkungan terdiri dari
sebaya mereka berbicara dengan lingkungan sepi, status ekonomi sosial,
menggunakan kata-kata, sedangkan si tehnik pengajaran salah, sikap orangtua.
anak terus menggunakan isyarat dan gaya Gangguan bicara pada anak dapat
bicara bayi maka anak yang demikian disebabkan karena kelainan organik yang
dianggap orang lain terlalu muda untuk mengganggu beberapa sistem tubuh
diajak bermain. (Elizabeth Hurlock, 2013 : seperti otak, pendengaran dan fungsi
194-196). motorik lainnya. Karena pentingnya
Masalah keterlambatan bicara pada fungsi perkembangan bicara pada anak
anak merupakan masalah yang cukup tersebut, maka peneliti tertarik membahas
serius yang harus segera ditangani karena tentang perkembangan bahasa pada anak
merupakan salah satu penyebab gangguan dan hal-hal apa sajakah yang
perkembangan yang paling sering menyebabkan anak mengalami
ditemukan pada anak. Keterlambatan keterlambatan bicara dan berbahasa pada
bicara dapat diketahui dari ketepatan anak.
penggunaan kata, yang ditandai dengan METODE PENELITIAN
pengucapan yang tidak jelas dan dalam Penelitian ini tergolong jenis
berkomunikasi hanya dapat menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
bahasa isyarat, sehingga orang tua maupun dikarenakan untuk mendapatkan data
orang yang ada disekitarnya kurang dapat yang akurat maka peneliti harus turun
memahami anak, walaupun si anak kelapangan dan berada disana serta
sebenarnya dapat memahami apa yang berbaur langsung dengan subjek
dibicarakan orang. penelitian dalam waktu yang cukup lama.
Peran orang tua merupakan orang Adapun teknik pengumpulan data yang
yang sangat bertanggung jawab atas digunakan dalam penelitian ini adalah
perkembangan bahasa anak. Karena observasi, wawancara, dan dokumentasi,
perkembangan bahasa sangat menentukan sedangkan untuk teknik pengolahan data,
proses belajar anak. Orang tua sangat peneliti menggunakan tahap reduksi data
menentukan kesuksesan belajar anak dan dan penyajian data. Subjek dalam
sebagai orang tua seharusnya selalu penelitian ini adalah 3 anak, dengan
berusaha meningkatkan potensi anak agar rincian 2 anak laki-laki dan 1 anak
dapat berkembang secara maksimal. Jika perempuan yang memiliki sifat atau ciri
orang tua tidak menjalankan perannya yang sama yakni anak yang mengalami
secara maksimal otomatis konsekuensinya keterlambatan berbicara di desa
perkembangan bahasa anak akan Simatahari, kecamatan Kota Pinang,
terhambat (mengalami keterlambatan). kabupaten LabuhanBatu Selatan, adapun
Bagi orang tua pasti akan sangat senang untuk informasi yang didapatkan
jika anak mampu mengucapkan kata-kata mengenai ketiga anak tersebut dari
dengan benar. Aspek dimana anak mulai puskesmas Mampang kecamatan Kota
mampu mengucapkan dan meniru kata- Pinang. Sedangkan objek dari penelitian
kata disebut aspek perkembangan bahasa. ini adalah untuk melihat faktor-faktor
Dalam pertumbuhannya anak pasti akan yang mempengaruhi keterlambatan
mengalami perkembangan bahasa sesuai berbicara pada anak usia 1-5 tahun.
dengan karakter dan psikiologinya.
Namun fakta menemukan ada beberapa

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 42


Asri Yulianda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita
HASIL PENELITIAN perkembangan yang dialami oleh anaknya.
Berdasarkan hasil observasi dan Seperti untuk Azka dengan usia seperti itu
wawancara pada subjek (orangtua, ibu dan orangtuanya seharusnya memperkenalkan
warga dan tetangga) diperoleh data anaknya pada sekolah usia dini (Paud)
mengenai ke empat anak tersebut dengan agar anak lebih banyak berintraksi dengan
usia 2-4 tahun. Ditunjukkan dengan ciri- teman-teman sebayanya. Untuk Fia dan
ciri belum mampu memahami dan Sazli dukungan orangtua membebaskan
merespon teman sebaya, orangtua atau anak mereka bermain dan berinterksi
orang dewasa sekitarnya, cenderung tidak dengan teman-teman sebaya dan benda-
banyak berbicara (pendiam), pengucapan benda yang ada disekitarnya agar respon
kata dan penyusunan kalimat masih keliru, anak untuk berbicara dengan benda-benda
belum mampu berbicara dengan jelas, tersebut memudahkannya untuk berbicara
kaku, terbata-bata karena kurangnya dan berbahasa.
penguasaan kosakata yang dimiliki, serta PEMBAHASAN
biasnya penggunaan bahasa yang Identitas Anak Yang Mengalami
ditunjukkan dengan bingung dalam Keterlambatan Berbicara
mengekspresikan bahasadalam bentuk a. Data Anak I
lisan. Nama : Sazli Nasution
Terdapat faktor yang TTL : Rantau Prapat,
melatarbelakangi subjek terlambat dalam 05 Maret 2015
berbicara diantaranya: faktor internal dan Anak ke : Pertama (1)
eksternal. Dimana faktor internal terdiri Jenis kelamin : Laki-laki
dari genetika, kecacatan fisik, malfungsi Pekerjaan Orangtua:
neorulogis, prematur, jenis kelamin. Ayah : Buruh
Sedangkan dari faktor eksternal terdiri Ibu : Ibu rumah tangga
dari urutan/jumlah anak, pendidikan ibu Sazli merupakan anak pertama dari
atau orangtua, status ekonomi, fungsi pasangan Bapak Alimuddin dan Ibu Siti
keluarga, blingual. Rohaya yang saat ini sudah berusia 3
Dari keseluruhan faktor tersebut, faktor tahun 2 bulan. Sampai saat ini diketahui
yang paling signifikan yang Sazli sama sekali belum dapat berbicara,
mempengaruhi subjek ia hanya mampu mengeluarkan kata-kata
terlambat berbicara yaitu: genetik, sederhana berupa ma-ma atau ya-ya dan
kecacatatan fisik dan hubungan keluarga suara-suara seperti teriakan dan rengekan,
dan faktor kesehatan. dimana seharusnya peniruan kata-kata
Untuk melakukan penanganan yang seperti itu dialami pada masa 9-12 bulan.
perlu dilakukan oleh orang sekitarnya Berdasarkan hasil observasi yang telah
seperti orangtua, ibu, bapak, nenek dan dilakukan, ditemukan bahwasanya
tetangga sekitarnya dalam orangtua Sazli mengekang kebebasan
mengembangkan perkebangan bicara dan anaknya untuk berinteraksi dengan
berbahasa anak, terdiri dari: sering lingkungannya, selain itu mereka
mengajak anak berinteraksi dan berbicara, cenderung kurang memberi perhatian
berbicara dengan anak menggunakan kepada Sazli dan mendorong anaknya
gerak mulut dan artikulasi yang jelas dan untuk berbicara dan berinteraksi. Ibu Sazli
memperhatikan tata bahasa yang juga pasif dalam hal berinteraksi dengan
digunakan anak. Sedangkan usaha yang lingkungan sekitar. Dilihat dari
dilakukan oleh orangtua, ibu, bapak, kesehatannya, Sazli tidak mengalami
nenek dan tetangga sekitarnya terdiri dari: gangguan kesehatan serius dan juga tidak
mengajak anak bermain dengan teman ditemukan cacat fisik. Hal ini yang
sebaya, menceritakan cerita, memberikan mungkin menyebabkan Sazli mengalami
gambar atau benda ketika sedang keterlambatan berbahasa dan bicara.
berbicara dengan anak, memperbaiki Simpulan:
ucapan-ucapan yang keliru digunakan si Ada beberapa faktor yang mungkin
anak. Tidak membiarkan si anak berdiam mempengaruhi keterlambatan bicara pada
diri tanpa ada aktivitasnya, membawa Sazli, salah satunya yang pertama adalah
anak berobat ke dokter bila perlu dari faktor internal yakni jenis kelamin,
melakukan terapi kepada anak tersebut. seperti yang telah diketahui bahwa untuk
Penanganan seperti ini dapat dilakukan perkembangan bahasa pada anak jenis
apabila orangtua mendukung atas kelamin laki-laki cenderung lebih lambat

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 43


Asri Yulianda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita
daripada perempuan, hal tersebut karena interaksi antara orang tua dan anaknya.
level tinggi dari testosteron pada masa Fungsi keluarga berpengaruh terhadap
prenatal memperlambat pertumbuhan perilaku anak dan juga insiden
neuron di hemisfer kiri, maka dari itu pun keterlambatan berbahasan dan bicara pada
perkembangan anak dalam penguasaan anak. Keluarga dengan fungsi buruk maka
kosa kata dan bahasa cenderung lebih di dalam keluarga tidak terdapat
lambat, selain itu jika dilihat dari faktor kehangatan dan hubungan emosi tidak
internal lainnya seperti genetik, cacat terjalin dengan baik. Anak sering
fisik, dan lainnya tidak ditemukan adanya mengalami salah asuh atau perawatan
tanda tanda demikian. yang salah dan pengabaian. Dalam kasus
Kemudian masuk kepada faktor ini ditemukan bahwasanya orangtua dari
eksternal yang mempengaruhi Sazli lebih mengekang kebebasan anaknya
perkembangan bahasa anak, dilihat dari untuk berinteraksi dengan lingkungannya,
urutan dan jumlah anak, Sazli merupakan selain itu mereka cenderung kurang
anak pertama. Orang tua yang baru memberi perhatian kepada Sazli dan
memiliki satu anak cenderung lebih aktif mendorong anaknya untuk berbicara dan
dalam melakukan interaksi dengan berinteraksi. Hal ini lah yang juga
anaknya, namun pada kasus ini orang tua mungkin menyebabkan Sazli mengalami
Sazli cenderung kurang memberi keterlambatan berbahasa dan bicara.
perhatian kepada Sazli dan mendorong Berdasarkan hasil observasi diatas, Sazli
anaknya untuk berbicara. Kemudian termasuk keadalam jenis gangguan
dilihat juga dari pendidikan ibu. Ibu keterlambatan berbicara tipe Specific
merupakan sekolah pertama anak, atau Language Impairment yaitu gangguan
dapat dikatakan pendidikan pertama yang bahasa merupakan gangguan primer yang
didapat seorang anak adalah melalui ibu. disebabkan karena gangguan
Ibu dengan pendidikan rendah cenderung perkembangannya sendiri, tidak
juga memiliki penguasaan kosakata dan disebabkan karena gangguan sensoris,
bahasa yang kurang sehingga ia juga tidak gangguan neurologis dan gangguan
mampu untuk mengembangkan dan kognitif (inteligensi).
mendorong anak untuk berbahasa. Namun b. Data Anak II
pada kasus ini Ibu Sazli yang mengenyam Nama : Azka Harahap
bangku SMA pasti sudah mampu untuk TTL : Padangrie,
berbahasa dan berkomunikasi dengan 12 Oktober 2014
baik, sehingga mampu mendorong Anak ke : Ketiga (3) dari
anaknya dan melatih untuk berbicara, tapi 3 bersaudara
pada kenyataannya Sazli sampai saat ini Jenis Kelamin : Laki-laki
belum mampu untuk berbicara. Pekerjaan Orangtua :
Selanjutnya jika dilihat dari tingkat Ayah : Wirausaha
ekonomi keluarga, ayah Sazli yang Ibu : Ibu rumah tangga
merupakan buruh pencari ikan memiliki Azka merupakan anak ketiga dari 3
penghasilan yang cukup untuk memenuhi bersaudara dari Bapak Mulik dan Ibu
kebutuhan keluarga. Kebutuhan gizi Sazli Butet, kakak pertamanya saat ini berusia
juga cukup terpenuhi, seperti pemberian 16 tahun dan yang kedua berusia 9 tahun.
susu serta makanan makanan bergizi. Azka saat ini berusia 3 tahun 7 bulan,
Orangtua dengan kondisi ekonomi rendah belum bisa berjalan dan ia sama sekali
biasanya sibuk mencari pekerjaan dan belum mampu berbicara bahkan
uang demi memenuhi kebutuhan mengeluarkan kata-kata sederhana. Ia
kehidupannya sehingga menyebabkan hanya mampu bergumam, mengeluarkan
kurangnya waktu bersama keluarga. suara-suara seperti aa-aa, mm-mm,
Namun pada kasus ini hanya ayah Sazli menangis pun ia tidak seperti kebanyakan
yang bekerja dan pekerjaan sebagai buruh anak yang biasanya dengan teriakan. Azka
tidak memakan waktu seharian penuh juga belum mampu merespon orang-orang
untuk bekerja, masih banyak waktu luang yang mengajaknya untuk berinteraksi.
yag dapat dihabiskan bersama anaknya Berdasarkan hasil observasi yang
untuk memotivasi anak belajar berbicara. dilakukan, diketahui orangtua Azka
Selanjutnya dilihat dari fungsi kurang berinteraksi dengan lingkungan
keluarga. Fungsi keluarga disini sekitarnya, mereka kebanyakan
berpengaruh kepada pola asuh dan menghabiskan waktu di rumah saja,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 44


Asri Yulianda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita
mereka cenderung pasif bergaul dengan memang berasal dari faktor keturunan, dan
tetangga sehingga Azka pun jarang kemungkinan besar hal tersebut karena
bermain diluar bersama teman-teman faktor genetik dari orang tua. Jika dilihat
sebayanya dan berinteraksi dengan dari faktor lain yaitu faktor eksternal,
lingkungan. Diketahui juga orangtua Azka yakni jumlah anak dalam keluarga Azka,
tidak aktif mendorong anaknya dengan ia memiliki 2 saudara diatasnya. Abang
cara mengajak berbicara, melatih kata-kata dan kakak kandungnya pada usia seperti
dan suara, yang mendorong Azka untuk Azka juga mengalami hal yang sama. Hal
berbicara. Kebanyakan hal tersebut ini berarti jika ditelaah dari urutan anak,
dilakukan oleh pamannya Azka. Dilihat kondisi Azka bukan karena adanya kurang
dari kesehatannya, Azka tidak mengalami komunikasi dan pengajaran diantara
gangguan kesehatan yang serius dan atau keluarganya, karena sebelumnya pun
cacat fisik. Dari hasil observasi ini juga kondisi tersebut sudah dialami oleh anak
ditemukan fakta bahwa kakak-kakaknya pertama dari keluarga tersebut yaitu
Azka juga mengalami keterlambatan abangnya Azka.
berbicara dan berjalan pada seusia Azka. Kemudian dilihat dari faktor lain
Simpulan: yakni pendidikan ibu, ibu Azka
Ada beberapa faktor yang mungkin mengenyam pendidikan sampai SMA.
mempengaruhi keterlambatan bicara pada Namun pada hal ini ibu Azka kurang
Azka, salah satunya yang pertama adalah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
dari faktor internal yakni jenis kelamin, dan hanya berada dirumah saja. Hal
seperti yang telah diketahui bahwa untuk tersebut bisa saja menjadi salah satu
perkembangan bahasa pada anak jenis penyebab dari kurangnya perkembangan si
kelamin laki-laki cenderung lebih lambat anak dalam berbicara. Biasanya ibu-ibu
daripada perempuan, hal tersebut karena yang aktif di lingkungannya akan lebih
level tinggi dari testosteron pada masa banyak berbicara dan berinteraksi dengan
prenatal memperlambat pertumbuhan lingkungan sekitar dan terbawa pada si
neuron di hemisfer kiri, maka dari itu pun anak. Namun pada kondisi ini ibu Azka
perkembangan anak dalam penguasaan cenderung pasif terhadap lingkungannya
kosa kata dan bahasa cenderung lebih sehingga Azka pun menjadi pendiam dan
lambat. Azka yang usia nya sudah itu akan menyebabkan si anak juga enggan
memasuki usia 4 tahun dimana anak usia untuk berinteraksi dengan lingkungan
seperti ini seharusnya sudah banyak sekitarnya. Selanjutnya untuk masalah
mengenal kosa kata dan sudah mulai bisa ekonomi keluarga. Orangtua Azka
berinteraksi dengan baik dengan merupakan pemilik usaha kecil-kecilan di
lingkungannya dan pada usia ini pula rumahnya. Dalam status ekonomi juga
pendidikan dasar usia dini (PAUD) dapat orangtua Azka termasuk berkecukupan.
dimulai. Namun pada kasus ini, Azka Biasanya keluarga yang memiliki tingkat
belum bisa berbicara bahkan berjalan. ekonomi yang lebih tinggi dapat
Sebelumnya telah diteliti bahwa kondisi mendorong dan memberikan fasilitas
Azka merupakan faktor keturunan, dimana untuk perkembangan dan pertumbuhan
saudara-saudara kandungnya dahulu anaknya. Namun dari itu faktor tingkat
mengalami kondisi demikian. ekonomi tidak mempengaruhi
Kemungkinan besar jika dilihat dari faktor perkembangan bahasa dan bicara anak
internal yakni secara genetik, terdapat tersebut. Berdasarkan hasil observasi
kelaianan pada genetik nya yang diatas, Azka termasuk keadalam jenis
menyebabkan saraf-saraf keterlambatan berbicara tipe Gifted Visual
perkembangannya terganggu sehingga Spatial Learner yaitu karakteristik gifted
Azka belum bisa berbicara dan berjalan. visual spatial learner ini baik pada
Namun jika dilihat dari faktor kecacatan tumbuh kembangnya, kepribadiannya,
fisik atau malfungsi lain tidak ditemukan maupun karakteristik giftedness-nya
adanya cacat fisik, namun diperkirakan sendiri, kemudian Azka juga
Azka mengalami gangguan pada kemungkinan mengalami keterlambatan
pendengaranny, karena berdasarkan hasil berbicara tipe Disynchronous
observasi yang telah dilakukan Azka tidak Developmental yaitu perkembangan
merespon ataupun menoleh saat dipanggil seorang anak gifted pada dasarnya
dan diajak berinteraksi. Menurut terdapat penyimpangan perkembangan
keterangan orangtua Azka, hal tersebut dari pola normal. Ada ketidaksinkronan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 45


Asri Yulianda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita
perkembangan internal dan keluarganya saja dan pengasuhnya. Hal
ketidaksinkronan perkembangan eksternal. tersebut tentulah membuat perkembangan
c. Data Anak III Fia menjadi terlambat. Anak-anak pada
Nama : Sofia Arini usia 0-5 tahun merupakan masa-masa
TTL : Padangrie, emas, dimana perkembangan anak
12 Februari 2016 sedang gencar-gencarnya. Jika pada masa
Anak ke : Pertama (1) ini anak tidak diberikan beragam
Jenis kelamin : Perempuan pendidikan, pelatihan, stimulasi, dan
Pekerjaan Orangtua : interaksi dengan lingkungannya
Ayah : Wiraswasta dikhawatirkan akan terjadi masalah di
Ibu : Guru kemudian hari dan berdampak hingga
Sofia merupakan anak pertama dari dewasa nanti.
Bapak Irul dan Ibu Dewi yang saat ini Dilihat dari faktor eksternal lain
berusia 2 tahun 3 bulan, dan ia belum yang membuat perkembangan bahasa Fia
mampu untuk berbicara. Saat ini ia hanya terlambat yakni urutan anak dalam
mampu mengucapkan kata ma-ma dan keluarga. Fia merupakan anak pertama
belum mampu untuk mengeluarkan kata- dimana anak pertama yang biasanya
kata lain. Dilihat dari kondisi kesehatan cenderung mengalami keterlambatan
Sofia diketahui lemah, ia sering bicara, namun dilihat dari faktor jenis
mengalami sakit. Selama ini orangtua kelamin anak perempuan biasanya lebih
Sofia tidak memberikan kebebasan aktif dan bijak dalam berbicara, untuk
anaknya untuk berinteraksi dengan faktor jenis kelamin tidak mempengaruhi
lingkungan sekitar, mungkin hal tersebut perkembangan bicara dan bahasa anak.
dilakukan untuk mencegah Sofia Kemudian dilihat dari tingkat
mengalami sakit. Ia hanya diperbolehkan pendidikan ibu. Ibu nya Fia merupakan
bermain dengan sepupunya dirumah. seorang guru sedangkan ayahnya juga
Orangtua Sofia yang berprofesi sebagai menyenyam pendidikan sarjana. Jika
pegawai dan guru menitipkan anaknya dilihat dari tingkat pendidikan orang tua
pada seorang pengasuh selama mereka Fia ini dikatakan cukup tinggi. Biasanya
bekerja. Saat ini juga Ibunya sedang orang tua yang mengenyam bangku
menjalani perkuliahan sehingga waktu perkuliahan mampu berpikir kritis
untuk bersama Sofia sedikit dan Sofia dengan kemampuan berbahasa yang baik,
lebih banyak menghabiskan waktunya apalagi ibunya Fia adalah seorang guru,
bersama pengasuh. Diketahui pengasuh dimana guru harus mampu dalam
Sofia juga kurang memberikan dorongan- berkomunikasi dan berinteraksi,
dorongan dan melatihnya untuk berbicara. begitupun terhadap anaknya sendiri.
Simpulan: Ibunya Fia terlalu mengekang anaknya
Fia belum bisa berbicara dan sehingga perkembangan Fis pun
berjalan, bahkan kondisinya lemah dan terhambat. Jika si ibu merasa khawatir
sering mengalami sakit. Dari kondisi akan kondisi kesehatan Fia dapat
tersebut dapat kita asumsikan sementara diberikan perlakuan khusus tapi tidak
bahwa salah satu penyebab Fia belum dengan mengekang anaknya untuk
bisa berbicara dan berjalan dan kodisi berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
fisiknya yang lemah, terdapat gangguan Anak seusia Fia banyak meniru, mereka
internal, yakni bisa berupa kelainan banyak melihat dan mendengar, dari
genetik, malfungsi neurologis, dan situlah anak belajar. Peran orang tua
adanya masalah yang lain dalam tubuh sebagai stimulan dan filter bagi si anak,
Fia sehingga kondisi fisiknya lemah. memberikan banyak stimulasi, dorongan
Berdasarkan hasil observasi yang telah padananak sekaligus menyaring apa apa
dilakukan, diketahui orang tua Fia saja yang baik atau tidak untuk anak, tapi
cenderung membatasi pergerakan sekali lagi dengan tidak mengekang anak.
anaknya dalam berinteraksi dengan Kemudian jika dilihat dari faktor
lingkungan. Kemungkinan karena Fia ekonomi, dengan profesi orangtua Fia
dengan kondisi fisik yang lemah yang demikian dapat kita simpulkan
sehingga orang tuanya pun berhati-hati bahwa mereka termasuk kedalam
apabila Fia hendak berinteraksi dengan keluarga yang berkecukupan. Untuk hal
lingkungan sekitarnya. Fia hanya ini berarti orangtua Fia tidak terlalu berat
diperbolehkan untuk berinteraksi dengan memikirkan asupan makanan terhadap

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 46


Asri Yulianda
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Berbicara pada Anak Balita
Fia. Kondisi ekonomi orang tua yang memang berasal dari faktor keturunan,
berkecukupan tentu akan memberikan dan kemungkinan besar hal tersebut
asupan gizi dan vitamin bagi anak- karena faktor genetik dari orang tua.
anaknya dengan baik untuk tumbuh Selanjutnya Fia dapat asumsikan
kembang si anak. Namun jika dilihat dari sementara bahwa salah satu penyebab Fia
hal lain, mungkin karena kedua orang tua
belum bisa berbicara dan berjalan dan
Fia bekerja, sehingga waktu luang untuk
mengurus dan memperhatikan anak kodisi fisiknya yang lemah, terdapat
kurang, maka dari itu timbullah masalah- gangguan internal, yakni bisa berupa
masalah pada tumbuh kembang Fia.
kelainan genetik, malfungsi neurologis,
Kurangnya waktu bersama anak dapat
menyebabkan perkembangan anak dan adanya masalah yang lain dalam
menjadi lambat, ataupun kalau tidak tubuh Fia sehingga kondisi fisiknya
mengalami keterlambatan akan
lemah. Dari ketiga subjek diatas faktor
mengalami gangguan emosi si anak.
Anak cenderung menjadi agresif. mempengaruhi anak menagalami
Berdasarkan hasil observasi diatas, Fia keterlambatan berbicara dan berbahasa
termasuk keadalam jenis keterlambatan kemungkinan faktor genetik dan peran
berbicara tipe Gifted Visual Spatial
Learner yaitu karakteristik gifted visual orangtua dan keluarga dan mengasuh.
spatial learner ini baik pada tumbuh SARAN
kembangnya, kepribadiannya, maupun Strategi yang ditawarkan untuk
karakteristik giftedness-nya sendiri. penanganan dan mengatasi keterlambatan
SIMPULAN berbicara dan berbahasa pada anak
Dari pemaparan diatas dapat diatas:
disimpulakan dari ketiga anak yang a. Melatih anak berbicara dengan
mengalami keterlambatan berbicara dan benar
bahasa memiliki faktor yang berbeda. b. Membebaskan anak bermain
Seperti Sazli ada beberapa faktor yang dengan teman sebaya
mungkin mempengaruhi keterlambatan c. Sering mengajak anak berbicara
bicara pada Sazli, salah satunya yang d. Meluangkan waktu lebih banyak
pertama adalah dari faktor internal yakni kepada anak
jenis kelamin, seperti yang telah e. Tidak membiarkan anak terlalu
diketahui bahwa untuk perkembangan banyak diam
bahasa pada anak jenis kelamin laki-laki f. Jangan mengkekang anak di dalam
cenderung lebih lambat daripada rumah
perempuan, hal tersebut karena level DAFTAR PUSTAKA
tinggi dari testosteron pada masa prenatal Chaer, Abdul. 2009. Psikolingustik Kajian
memperlambat pertumbuhan neuron di Teoretik. Jakarta : Rineka Cipta.
hemisfer kiri, maka dari itu pun
perkembangan anak dalam penguasaan Dardjowidjojo, Soenjono. 2003.
kosa kata dan bahasa cenderung lebih Psikolinguistik Pengantar
lambat. Namun tidak hanya sampai disitu Pemahaman Bahasa Manusia.
saja, jika dilihat dari faktor internal Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
lainnya seperti genetik, cacat fisik, dan Indonesia
lainnya tidak ditemukan adanya tanda Dardjowidjojo, Soenjono. 1991.
tanda demikian. Pertemuan Linguistik Lembaga
Berbeda pula dengan Azka Bahasa Atma Jaya: Linguistik
kemungkinan besar jika dilihat dari Neurologi Pelba 4. Jakarta :
faktor internal yakni secara genetik, Kanisius.
terdapat kelaianan pada genetik nya yang
menyebabkan saraf-saraf Hurlock, Elizabeth B. 2013.
perkembangannya terganggu sehingga Perkembangan Anak Jilid 1.
Azka belum bisa berbicara dan berjalan. Jakarta: Erlangga.
Namun jika dilihat dari faktor kecacatan
fisik atau malfungsi lain tidak ditemukan Sardjono. 2005. Terapi Wicara. Jakarta :
adanya cacat dan gangguan. Menurut Depdiknas.
keterangan orangtua Azka, hal tersebut

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 47


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

ANALISIS GANGGUAN BERBICARA ANAK CADEL


(Kajian Pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

Cica Elida Hanum Matondang


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
cicaelidahanum@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kasus anak yang


mengalami gangguan cadel dalam kemampuannya untuk berbicara melalui kajian
perspektif psikologis dan perspektif neurologi. Gangguan tersebut yang nantinya
akan dibuktikan apakah ada kaitannya dengan faktor psikologis dan faktor
neurologis anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan adanya
pengamatan (observasi) dan metode simak. Hasil penelitian adalah terdapatnya
gangguan berbicara anak yang berusia 27 tahun (dewasa) yang menyangkut
tentang fonem-fonem (bunyi) yang tidak sempurna. Jadi, gangguan yang dialami
anak disebabkan oleh adanya faktor psikologis yang dipengaruhi oleh lingkungan
anak serta adanya faktor kodrati (bawaan) ketika berada pada usia 2-3 tahun.
Fonem (bunyi) yang lebih dominan adalah R yang diucapkan menjadi L dan
adanya penghilangan huruf R terakhir pada suku kata. Hal ini disebabkan pula oleh
posisi lidah yang terlalu pendek.

Kata Kunci : Pemerolehan fonologi, Gangguan berbicara

Abstract. This study aims to identify cases of children with lisp disorder in their
ability to speak through a study of psychological perspectives and neurological
perspectives. The disorder, which will be proven whether there is a connection
with psychological factors and neurological factors of children. Data collection in
this research is done by observation (observation) and method refer to. The result
of the study was the presence of a 27-year-old (adult) child speaking disorder
concerning imperfect phonemes (sounds). Thus, the disorder experienced by
children is caused by the psychological factors that are influenced by the child's
environment as well as the existence of natural factors (congenital) when being at
the age of 2-3 years. The more dominant phoneme (sound) is R which is
pronounced to be L and the final disappearance of the letter R on the syllable. This
is also caused by the position of the tongue is too short.

Keywords: Phonology acquisition, Speech disorder


PENDAHULUAN proses yang digunakan oleh anak-anak
Pada dasarnya manusia untuk menyesuaikan serangkaian
memperoleh kemampuan berbahasa hipotesis yang bertambah rumit,
sejak lahir yang kemudian mewarisi ataupun teori-teori yang masih
kemampuan bahasa pertama dari terpendam atau tersembunyi yang
ibunya. Pemerolehan bahasa terjadi mungkin sekali terjadi dengan ucapan-
secara alami pada saat belajar bahasa ucapan orang tuanya sampai dia
pertama (bahasa ibu). Pemerolehan memilih berdasarkan suatu ukuran atau
bahasa biasanya didapatkan dari hasil takaran penilaian tatabahasa yang
kontak verbal dengan penutur asli paling baik serta yang paling
lingkungan bahasa yang mengacu pada sederhana dari bahasa tersebut.
penguasaan bahasa yang tidak disadari Menurut McNeill (dalam
dan tidak terpegaruh oleh pengajaran Syahnan, 2010:4) ada tiga aspek yang
bahasa. Harimurti Kridalaksana (1982: krusial dalam proses pemerolehan
123) mengartikan pemerolehan bahasa bahasa. Ketiga aspek itu adalah data
sebagai proses pemahaman dan linguistik primer, alat pemerolehan
penghasilan bahasa pada manusia bahasa (language acquision
melalui beberapa tahap mulai dari device/LAD) dan kemampuan
maraban sampai kefasihan penuh. berbahasa. Data linguistik primer
Disamping itu, Kiparsky (dalam adalah semua masukan atau input yang
Tarigan, 1985: 234) menjelaskan berupa tuturan yag didengar oleh anak
bahwa pemerolehan bahasa atau dari orang-orang di lingkungannya.
language acquisition adalah suatu Dengan kata lain, data linguistik

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 48


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

primer menjadi masukan (input) untuk (input) dan tingkah laku proses dari
diolah oleh alat pemerolehan bahasa sistem pemerolehan itu.
(LAD), hasil olahan LAD ini adalah Sejak lahir, anak diajarkan
kemampuan berbahasa sebagai olahan untuk berbicara oleh orang tuanya,
(output). Anak memperoleh masukan bahkan ketika ia masih di dalam
(input) berupa tuturan (data linguistik kandungan ibunya. Anak yang
primer) yang didengar dari orang- dibiasakan untuk diajak berkomunikasi
orang disekitarnya. Masukan yang dalam kandungan akan memiliki
berupa data linguistik primer itu respon yang lebih tinggi dibandingkan
berfungsi sebagai pengarah dengan anak yang tidak pernah diajak
perkembangan bahasa anak berkomunikasi oleh orang tuanya.
selanjutnya. Artinya, apabila masukan Respon-respon tersebut yang nantinya
data liguistik primernya bahasa Batak akan memudahkan anak dalam
maka keluarannya adalah kemampuan merangsang untuk cepat dalam
berbahasa Batak; begitu juga apabila berbicara. Berbicara adalah tahapan
masukannya berupa data linguitik perkembangan yang dimulai sejak
primer bahasa Indonesia, maka bayi, hal ini sejalan dengan Brown,
keluarannya pun kemampuan 1980:20 yang ,menjelaskan bahwa
berbahasa Indonesia. setiap anak yang lahir telah memiliki
Alat pemerolehan bahasa alat pemerolehan bahasa yang disebut
(LAD) terdiri dari aspek-aspek dan dengan LAD (Language Acquisition
kaidah bahasa yang universal sifatnya, Device). Pemerolehan bahasa adalah
dalam hubungan proses pemerolehan proses yang berlangsung di dalam otak
di atas, LAD menerima masukan kanak-kanak ketika dia memperoleh
berupa data linguistik primer, bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
kemudian melakukan identifikasi dan Pemerolehan bahasa biasanya
pembeda-bedaan terhadap masukan dibedakan dengan pembelajaran
itu. Identifikasi dan diferensiasi bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan
menghasilkan penggolongan- dengan proses-proses yang terjadi pada
penggolongan terhadap hubungan waktu seorang kanak-kanak
ketatabahasaan yang sangat rumit. mempelajari bahasa kedua setelah dia
Dengan demikian, LAD berfungsi memperoleh bahasa pertamanya.
untuk membentuk gramatika suatu Chaer, 2003:167 mengemukakan
bahasa. Dengan menggunakan input bahwa pemerolehan bahasa berkenaan
kebahasaan yang ada. Hal ini sejalan dengan bahasa pertama, sedangkan
dengan pendapat yang dikemukakan pembelajaran bahasa berkenaan
oleh Rofi’uddin, (1989: 24) dalam dengan bahasa kedua. Krashen (1982:
Syahnan (2010:5) LAD akan bekerja 10) ada dua cara yang berbeda dala
dan membentuk sisitem gramatika mengembangkan atau menguasai
dalam diri membelajar. bahasa kedua bagi orang dewasa, yaitu
Keluaran (output) adalah pemerolehan dan pembelajaran.
berupa perbuatan bahasa (language Pemerolehan adalah proses
performance) yang apabila diamati penguasaan bahasa kedua melalui
berulang-ulang dapat memberikan bawah sadar dengan cara
gambaran tentang kemampuan berkomunikasi langsung dengan
berbahasa (language competence) orang-orang yang menggunakan
anak. Keluarabn (output) dalam sistem bahasa tersebut. Proses ini berlangsung
pemerolehan bahasa sangat dapat secara alamiah dan diinternalisasi
dipengaruhi oleh input dan proses atau melalui bawah sadar, seperti proses
pengolahan yang terjadi. Karena itu, yang dialami oleh anak-anak dalam
karakteristik keluaran (output) dapat menguasai bahasa ibunya.
menggambarkan karakteristik masukan Dardjowidjojo (2000: 39-40)
menyatakan bahwa pemerolehan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 49


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

bahasa harus diartikan sebagai suatu dan mental adaah sebagai dasar dalam
penguasaan yang tidak hanya perkembangan bahasa.
menyangkut kemampuan pelafalan, Gangguan Berbicara
tetapi juga mengaitkan antara bentuk Manusia memiliki kemampuan
dan makna. Untuk itu ada dua kriteria berbahasa lisan dan tulisan. Meskipun
yang harus dipertimbangkan dalam kebanyakan orang lebih sering
pemerolehan bahasa. Pertama, anak menggunakan bahasa lisan daripada
tersebut telah dapat memproduksi tulisan. Bahasa lisan dianggap lebih
bentuk yang bunyinya dekat dengan praktis dan dapat secara langsung
bunyi yang dihasilkan oleh orang bertatap muka dengan lawan bicara.
dewasa. Kedua, anak sudah dapat Bahasa lisan dan tulisan merupakan
mengaotkan bentuk dengan maknanya suatu bentuk komunikasi yang
secara konsisten. meskipun demikian, dilakukan oleh seseorang dalam
ada perdebatan antara kaum nativis menyampaikan maksud tertentu.
dan empiris. Mukalel (2003: 18) Berbicara adalah suatu ujaran yaitu
menyatakan kaum nativis (nature) sebagai suatu cara berkomunikasi
yang dipelopori oleh Chomsky mengungkapkan pikiran, pendapat,
berpandangan bahwa pemerolehan gagasan, perasaan dan keinginan
bahasa itu bersifat kodrati dan dengan bantuan lambang-lambang
merupakan suatu proses instingtif yang yang disebut kata-kata (Tarigan,
berlanjut dan berjalan secara konstan 1981). Bahasa dijadikan sebagai
dari waktu ke waktu dengan mengikuti landasan seseorang untuk dapat
jadwal genetik sesuai dengan prinsipel mempelajari sesuatu yang ada di
atau parameter yang terdapat pada tata lingkungannya. Sebelum anak belajar
bahasa universal. Sebaliknya kaum pengetahuan-pengetahuan lain, anak
empiris (nature) yang dipelopori oleh lebih dulu mampu berbahasa, hal ini
Watson menekankan pada peranan dikarenakan agar anak memahami
lingkungan dan tidak percaya peran dengan baik lingkungan sosialnya.
mental dalam pemerolehan Perkembangan bahasa anak seiring
pengetahuan. Sehingga daat bertambahnya usia akan jauh
disimpulkan bahwa pemerolehan berkembang dan kompleks jika
bahasa anak dipengaruhi oleh kedua lingkungan sekitar mendukung anak
faktor yang telah disebutkan diatas, untuk banyak mengeluarkan suara atau
yaitu faktor lingkungan seperti yang berbicara. Namun, kemampuan
dikemukan oleh kaum empiris dan berbicara anak tidak sepenuhnya jelas
faktor bawaan/kodrati yang apa yang dituturkan bahkan tidak jelas
dikemukakan oleh kaun nativis. maksud yang disampaikan. gangguan
Seperti yang diketahui bahwa, bicara merupakan keluhan sebagian
pemerolehan bahasa pertama anak besar orang tua yang pada akhirnya
tentulah dimulai dari unsur bahasa didiagnosis sebagai gangguan
yang paling rendah, yakni fonem atau perkembangan multisistem
bunyi-bunyi huruf. Pemerolehan ini (Multisystem Development Disorders).
akan dilanjutkan pada tataran yang Gangguan ini adalah salah satu bentuk
lebih tinggi, yakni suku kata, kata, kelainan perkembangan yang muncul
kalimat dan makna. Menurut Mukalel dalam bentuk gangguan relasi
(2003: 18), anak dilahirkan dengan (berinteraksi) dan komunikasi yang
dibekali oleh kemampuan dasar untuk akhir-akhir ini terus meingkat.
berbahasa dari organ biologis untuk Kegagalan dalam relasi dan
melakukan ujaran begitu juga dengan komunikasi pada usia 0-3 tahun
kemampuan bawaan yang dianggap sebagai kondisi yang masih
memproduksi dan mengoordinasi dapat berubah dan tumbuh. Hanya
ujaran. Fungsi kemampuan biologis saja, sulit mmeprediksi mana yang bisa
normal perkembangannya dan mana

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 50


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

yang akan mengalami gangguan. Oleh Mekanisme berbicara adalah


sebab itu, dua belas bulan pertama suatu proses produksi uca[an
kehidupan anak merupakan masa yang (perkataan) oleh kegiatan terpadu dari
paling penting untuk mendeteksi pita suara, lidah, otot-otot, yang
tumbuh kembang bicaranya. Berbicara membentuk rongga mulut,
atau berkomunikasi sudah dimulai kerongkongan dan paru-paru.
sejak masa bayi. Normalnya, bayi akan Gangguan bicara pada tipe ini
menangis dan bergerak, sehingga disebabkan oleh beberapa hal, antara
seorang ibu dapat belajar bereaksi lain:
terhadap tangisan dan geraknya 1. Gangguan Akibat Faktor
sehingga terjadi interaksi. Dengan Pulmonal
mengerti tahap bicara anak, diharapkan Ganggauan berbicara ini dialami
gangguan bicara dapat segera oleh para penderita penyakit paru-
ditemukan. Kinbaby (2008) paru. Para penderita penyakit
mengatakan bahwa semakin dini paru-paru ini kekuatan
keterlambatan bicara anak ditangani, bernapasnya sangat kurang,
maka semakin besar kemungkinan sehingga cara berbicaranya
membaiknya. Hal ini tergantung pada diwarnai oleh nada yang monoton,
kelainan apa yang menjadi dasar volume suara yang kecil, dan
gangguan perkembangan terputus-putus, meskipun dari segi
anak.Masalah bicara dan bahasa semantik dan sintaksis tidak ada
sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah.
masalah ini sering kali tumpang tindih 2. Gangguan AkibatFaktor Laringal
(Kidshealth, 2008). Seorang anak yang Gangguan pada pita suara
mengalami gangguan berbahasa menyebabkan suara yang
mungkin saja dapat mengucapkan dihasilkan menjadi serak atau
suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak hilang sama sekali. Gangguan
dapat menyusun dua kata dengan baik. berbicara akibat faktor laringal ini
Sebaliknya, ucapan seorang anak ditandai oleh suara yang serak dan
mungkin sedikin sulit untuk hilang, tanpa kelainan semantik
dimengerti, tetapi ia dapat menyusun dan sintaksis. Artinya, dilihat dari
kata-kata yang benar untuk segi semantik dan sintaksis
menyatakan keinginannya. Gangguan ucapannya bisa diterima.
bahasa dan bicara melingkupi 3. Gangguan Akibat Faktor Lingual
gangguan artikulasi, gangguan Lidah yang sariawan atau terluka
mengeluarkan suara, afasia (kesulitan akan terasa pedih kalau
menggunakan kata-kata, biasanya digerakkan. Untuk mencegah
karena memar atau luka pada otak), timbulnya rasa pedih ini ketika
keterlambatan berbicara atau berbicara maka gerak aktivitas
berbahasa dan sebagainya. Banyak lidah itu dikurangi secara
orang tua baru mengetahui anaknya semaunya. Dalam keadaan seperti
mengalami gangguan bicara setelah ini maka pengucapan sejumlah
berumur di atas dua tahun. Padahal, fonem menjadi tidak sempurna,
gangguan ini sudah bisa dideteksi saat sehinnga misalnya, kalimat
anak berusia 3 bulan. Sidharta (1989) “Sudah barang tentu dia akan
mengemukakan bahwa gangguan menyangkal” mungkin akan
bicara dapat dikelompokkan ke dalam diucapkan menjadi “Hu ah ba-ang
tiga kategori; (1) gangguan mekanisme ke-ku ia-an me-angkay”. Pada
berbicara yang berimplikasi pada orang yang terkena stroke dan
gangguan organik, (2) gangguan multi badannya lumpuh sebelah, maka
faktor, (3) gangguan bicara lidahnya pun lumpuh sebelah.
psikogenik. Oleh karena itu, cara berbicaranya
juga akan terganggu, yaitu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 51


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

menjadi pelo atau cadel. Istilah senyap. Volume suaranya menjadi


medisnya disatria (yang berarti kecil, iramanya datar, suaranya
tergangguanya artikulasi). Gejala mula-mula tersendat-sendat
terkena stroke banyak dikenali kemusian terus-menerus dan
dari kepeloan ini. akhirnya tersendat-sendat kembali.
4. Gangguan Akibat Faktor Oleh karena itu, car bicaranya
Resonantal disebut propulsif.
Gangguan akibat faktor resonantal 3. Berbicara mutis (mutisme)
ini menyebabkan suara yang Penderita gangguan mutisme ini
dihasilkan menjadi tidak berbicara sama sekali.
bersengau. Pada orang sumbing, Sebagian dari mereka mungkin
misalnya suaranya menjadi masih dapat dianggap membis,
bersengau (bindeng) karena yakni memang sengaja tidak mau
rongga mulut dan rongga hidung berbicara. Mutisme ini sebenarnya
yang digunakan untuk bukan hanya tidak dapat
berkomunikasi melalui defek di berkomunikasi secar verbal saja
langit-langit keras (palatum), tetapi juga tidak dapat
sehingga resonansi yang berkomunikasi secara visual
seharusnya menjadi terganggu. maupun isyarat, seperto engan
Hal ini terjadi juga pada orang gerak gerik dan sebagainya.
yang mengalami kelumpuhan pada Gangguan bicara psikogenik ini
langit-langit lunak (velum). lebih tepat disebut sebagi gangguan
Rongga langit-langit itu tidak visual cara berbicara sebagai sebagai
memberikan resonansi yang ungkapan dari gangguan mental.
seharusnya, sehingga suaranya Modalitas mental yang terungkap oleh
menjadi bersenguau. Penderita cara bicara sebagian besar ditentukan
penyakit miastenia gravis oleh nada, intonasi, dan intensitas
(gangguan yang menyebabkan suara, lafal dan pilihan kata. Uajaran
otot menjadi lemah dan cepat yang berirama lancar atau tersendat-
lelah) sering dikenali secara sendat dapat juga mencerminkan sikap
langsung karena kesengauan ini. mental si pembicara. Beberapa bentuk
variasi berbicar psikogenik ini antara
Gangguan akibat muliti faktor lain adalah:
memperlihatkan beberapa gejala 1. Berbicara manja
gangguan berbicara, diantaranya Berbicara manja dikarenakan ada
adalah: kesan anak melakukannya
1. Bicara serampangan meminta perhatian untuk dimanja
Bicara serampangan atau seperti waktu terjatuh, terluka,
sembrono adalah berbicara dengan ataupun mendapat kecelakaan.
cepat sekali, dengan artikulasi Terdengar adanya perubahan pada
yang rusak, ditamabh dengan cara berbicara. Gejala ini juga
“menelan” sejumlah suku kata, terjadi pada orang tua pikun atau
sehinga apa yang diucapakan jompo (biasanya wanita).
sukar dipahami. 2. Berbicara kemayu
2. Bicara propulsif Berbicara kemayu berkaitan
Gangguan ini sering terjadi pada dengan perangai kewanitaan yang
penderita penyakit parkinson berlebihan. Berbicara kemayu
(kerusakan pada otak yang dicirikan oleh gerak bibir dan
menyebabkan otot menjadi lidah yang menarik perhatian dah
gemetar, kaku dan lemah). lafal yang dilakukan secara ekstra
Artikulasi sangat terganggu karena menonjol atau ekstra gemulai dan
elastisitas otot lidah, otot wajah, ekstra memanjang. Gangguan ini
dan pia suara sebagian besar dapat dipandang sebagai suatu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 52


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

gangguansindrom fonologik yang anatomi masih bisa dikoreksi


mengungkapkan gangguan dengan operasi. Mengingat masa
identitas kelain terutama jika yang pertumbuhan otak paling cepat
dilanda adalah kaum pria. terjadi sejak umur enam bulan
3. Berbicara gagap hingga tiga tahun, maka jika
Gagap adalah berbicara yang terjadi gangguan bicara pada masa
kacau karena sering tersendat- golden age, sehinga mengganggu
sendat, mendadak berhenti, lalu proses pertumbuhan otak.
mengulang-ngulang suku kata 4. Karenakan labioskizis (bibir
pertama, kata-kata berikutnya dan sumbing) dan palatoskizis (celah
setelah berhasil mengucapkan pada langit-langit); Kadang juga
kata-kata itu kalimat dapat bisa dikarenakan adanya jaringan
diselesaikan. yang menghubungkan bawah lidah
4. Berbicara latah dan dasar mulut yang menarik
Latah sering disamakan dengan lidak ke bawah. Jika ini terjadi,
ekolala, yaitu perbuatan membeo, maka jaringan tersebut harus
atau menirukan apa yang dipotong sehingga lidah bisa
dikatakan orang lain, tetapi bergerak bebas.
sebenarnya alatah adalah suatu 5. Karena gagap; biasanya
sindrom yang terdiri atas curaj disebabkan faktor kejiwaan,
verbal reseptif yang bersifat jorok sehingga pendekatan pengobatan
(korprolala dan gangguan juga dilakukan denagn terapi
lokomotorik yang dapat kejiwaan. Umumnya anak laki-
dipancing). laki lebih sering dibandingkan
Burzi (2008) mengatakan dengan anak perempuan dengan
bahwa ada beberapa faktor yang perbandingan 4:1, sehingga
menyebabkan anak mengalami diperlukan kebih banyak terapi
gangguan berbicara, antara lain adalah: kejiwaan.
1. Gangguan bicara bersifat bawaan 6. Kurangnya latihan dan stimulasi
(conginetal); Gangguan ini bisa dari lingkungan seperti
dikarenakan retardasi mental, pengasuhnya yang pendiam,
ketulian, gangguan saraf, cacat lingkungan yang banyak
pada alat bicara seperti pada lidah, menggunakan bahasa, sehingga
gigi, bibir, langit-langit dan anak anak menjadi bingung. Sebaiknya
lidah. Bisa juga karena gangguan komunikasi dilakukan dengan satu
perkembangan bicara, seperti abhasa. Untuk anak autisme, perlu
gagap dan gangguan safar-saraf latihan. Pada tahap awal, stimulasi
motorik. kontak dengan matanya karena
2. Gangguan bicar ayang didapat; anak autisme tidak mau
Gangguan ini timbul bisa melakukan kontak mata dengan
dikarenakan afasia, yakni lawan bicara.
gangguan bicara yang diakibatkan 7. Karena retardasi mental yang
penyakit yang disertai kejang. membuat anak menjadi terlambat
Bisa juga karena infeksi pada otak dalam berbahasa dan gangguan
panca trauma kepala, kanker otak, mimik. Makin berat gangguannya,
gangguan aliran darah ke otak, makin lambat komunikasi
serta kelumpuhan saraf yang bicaranya.
menggerakkan otot bicara, seperti 8. Maturation delay yang
polio dan tumor otak. diakibatkan terlambatnya maturasi
3. Karena faktor kejiwaan seperti proses neurologis yang dibutuhkan
penyakit autisme; Biasanya otak untuk dapat berbicara.
gangguan bawaan lebih sulit 9. Karena gangguan bicara ekspresif
diobati, namun pada gangguan (expressive language disorder)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 53


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

ynag diakibattkan karena adanya setiap anak berbeda. Jadi wajar meski
disfungsi otak yang menyebabkan usianya sama tapi masih ada anak yang
ketidakmampuan untuk mengubah cadel.Sayangnya, cukup sulit
ide yang ada ke dalam bentuk mendeteksi, apakah kecadelan di usia
perkataan. 3-5 tahun akan berlanjut terus atau
10. Penggunaan dua bahasa atau lebih tidak karena menyangkut sistem saraf
dalam lingkungan rumah. otak yang mengatur fungsi bahasa,
11. Pengaruh sosial, misalnya terkait yakni area broca yang mengatur
dengan kemiskinan, deprivasi koordinasi alat-alat vokal dan area
sosial pada anak (stimulasi yang wernicke untuk pemahaman terhadap
tidak kuat, orang tua tunggal, stres kata-kata.Memang semestinya pada
emosional, dan penelantaran rentang usia pra-sekolah, anak sudah
anak). bisa mengucapkan seluruh konsonan
12. Gangguan bicara karena mutisme dengan baik. Sebab menginjak usia 3-4
elektif yang menyebabkan mereka tahun, otot-otot lidahnya mulai
tidak ingin bicara. matang. Hanya saja, perkembangan
Cadel setiap anak berbeda. Jadi wajar meski
Cadel adalah ketidakmampuan usianya sama tapi masih ada anak yang
mengucapkan satu huruf unik, cadel.
umumnya huruf R, meski ada juga Sayangnya, cukup sulit
sebagian orang yang justru bisa mendeteksi, apakah kecadelan di usia
menyebut huruf R, namun cadel untuk 3-5 tahun akan berlanjut terus atau
huruf lainnya. Orang Jepang misalnya, tidak karena menyangkut sistem saraf
kebanyakan cadel pada huruf L. Ada otak yang mengatur fungsi bahasa,
beragam variasi cadel pada anak. Ada yakni area broca yang mengatur
yang menyebut “R” jadi “L”, “K” jadi koordinasi alat-alat vokal dan area
“T”, “K” jadi “D”, atau “S” dengan wernicke untuk pemahaman terhadap
“T”, sering terbalik-balik. Tetapi tiap kata-kata.Kerusakan pada area broca
anak variasinya berbeda-beda. Jadi disebut motor aphasiam yang membuat
yang dimaksud dengan cadel adalah anak lambat bicara dan pengucapannya
kesalahan dalam pengucapan. Ada dua tak sempurna sehingga sulit
faktor yang menyebabkan anak dimengerti. Sedangkan kerusakan pada
menjadi cadel, yakni; (1) faktor area wernicke disebut sensori aphasia
psikologis, (2) faktor neurologis. di mana anak dapat berkata-kata tapi
Faktor psikologis dikarenakan sulit dipahami orang lain dan dia pun
kehadiran adik misalnya, mak auntuk sulit untuk mengerti kata-kata orang
menarik perhatian orang tua, anak lain.
akan menunjukkan kemunduran Tak hanya itu, kesulitan
kemampuan bicara dengan menirukan mendeteksi juga disebabkan pada
gaya bicara adik bayinya. Untuk rentang usia 3-5 tahun kemampuan
mengatasinya, orang tua harus anak masih berkembang. Artinya dia
mnunjukkan perhaian padanya yang sedang dalam proses belajar berbicara.
tidak akan berkurang karena kehadiran Ia tengah berada pada fase mulai
adik. Selain itu, orang tua harus terus menyesuaikan, mulai menambah
mengajak anak bicara dengan bahasa perbendaharaan kata, meningkatkan
yang benar, jangan malah menirukan pemahaman mengenai bahasa dan
pelafalan yang tidak tepat. perkembangan makna kata. Termasuk
Memang semestinya pada juga penguasaan konsonan.Kendati
rentang usia pra-sekolah, anak sudah demikian, orang tua sebaiknya tidak
bisa mengucapkan seluruh konsonan membiarkan kecadelan anaknya,
dengan baik. Sebab menginjak usia 3-4 karena semakin lama akan semakin
tahun, otot-otot lidahnya mulai sulit diluruskan, sehingga bisa jadi si
matang. Hanya saja, perkembangan anak akan terus berada dalam

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 54


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

kecadelannya. Apalagi cadel tak akan 2. Kelainan fisiologis berupa


hilang secara otomatis meski kadar gangguan pada bagian pendengaran,
keseringannya berkurang. Jadi, gangguan pada otak, dan gangguan
berikanlah stimulasi agar cadelnya tak di wilayah mulut.
berkelanjutan.Bila cadel dibiarkan, 3. Faktor lingkungan. Biasanya orang
maka di usia sekolah nanti dapat tua yang membiarkan anaknya
menyebabkan anak merasa berbeda cadel, bahkan ikut mengikuti
dengan teman-temannya. Buntutnya, ucapan si anak.
anak menjadi malu dan merasa asing 4. Faktor psikologis bisa menjadi
dari orang lain. Bisa-bisa ia tak mau penyebabnya. Mungkin anak yang
bila disuruh berbicara di depan kelas kurang perhatian orang tua karena
karena takut ditertawakan teman- kehadiran sang adik, menjadi ikut-
temannya. Akibatnya, anak jadi ikutan gaya bicara adik yang cadel.
minder dan menarik diri. Dari keempat penyebab cadel
Penyebab Berbicara Cadel tersebut, dapat diatasi dengan cara
Orang cadel sulit melafalkan orang tua harus menuntun anak
huruf R kerena ada beberapa faktor melafalkan ucapan yang benar, orang
yang mempengaruhi, diantaranya : tua harus menghentikan kebiasaan
1. Faktor Lingkungan berkata cadel, dan orang tua harus
Faktor lingkungan bisa disebabkan mengajak anak bicara dengan bahasa
karena kondisi keluarga pada tahap yang benar.
pembelajaran anak berinteraksi Namun jika penyebab cadel
berbicara cadel .Kebiasaan karena faktor fisiologis tentu relatif
mengajari anak berinteraksi seperti dapat diatasi, tergantung kategori
itu yang menadi kebiasaan, ringan atau berat. Umumnya bila
mungkin orangtua beranggapan penyebab masuk dalam kategori berat
bahwa anknya masih dini belum penyakitnya maka bisa jadi cadel yang
bisa berbicara R, sehingga terbiasa menetap dan jika tergolong ringan,
menggunakan huruf L sebagai maka cadelnya tidak menetap.
pengganti. Masalah cadel pada anak cukup
2. Faktor Psikologis sulit untuk dideteksi apakah akan
Faktor psikologis banyak yang berlanjut setelah mencapai usia lima
mengatakan bahwa kehadiran adik tahun atau lebih, karena menyangkut
menyebabkancadel karena sistem otak yang mengatur fungsi
kebiasaan meniru. Hubungan bahasa, yaitu Area Broca. Area ini
keluarga yang kurang harmonis mengatur koordinasi pada area vokal
dapat menyebabkan cadel. dan area wernicke untuk bagian
3. Faktor Kesehatan pemahaman terhadap kata-kata. Anak
Faktor kesehatan karena gangguan yang masih menemui kesulitan
pada mulut, keterlambatan berbicra mengucapkan kata-kata dengan jelas
dan pendenganran serta gen yang bisa saja merupakan akibat dari
dapat menurun kepada anaknya. beberapa hal berikut ini:
Penyebab lain anak menjadi 1. Penggunaan dot atau empeng –
cadel dapat dilihat dari beberapa hal Menggunakan dot terlalu lama bisa
yaitu sebagai berikut: membuat anak mengalami cadel
1. Kurang matangnya koordinasi bibir karena lidah anak terdorong ke
dan lidah. Kemampuan depan dan berada di antara giginya.
mengucapkan kata-kata vokal, Kondisi demikian bisa membuat
konsonan secara sempurna sangat anak tidak jelas ketika
bergantung pada kematangan sistem mengucapkan huruf S dan Z.
saraf otak, terutama bagian yang 2. Tongue Tied – Kondisi yang juga
mengatur koordinasi motorik otot- disebut Ankyloglossia ini
otot lidah. merupakan suatu keadaan dimana

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 55


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

ketika Frenulum Lingue, jaringan Desa Bandar Sono, Kecamatan Tanjung


yang menempel di bawah lidah Tiram, Kabupaten Batu Bara.
sampai ke bagian bawah mulut 3. Teknik Pengumpulan Data
terlalu pendek. Keadaan ini akan Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan pengamatan
membatasi pergerakan lidah ketika
(observasi) dengan menggunakan metode
berbicara, dan hal ini biasanya
simak. Metode penyediaan data ini diberi
terjadi sejak bayi lahir atau nama metode simak karena cara yang
merupakan bawaan lahir. digunakan untuk memperoleh data
3. Kelainan Fisiologis lain – Cadel dilakukan dengan penggunaan bahasa
juga bisa disebabkan oleh kelainan (Mahsun, 2011:92). Jadi, dengan
fisiologis lain seperti kelainan menggunakan metode ini, peneliti dapat
pendengaran dan gangguan pada menyimak fonem (bunyi) yang
otak, atau kelainan pembentukan pengucapannya salah yang dilakukan oleh
langit – langit mulut. anak yang berusia 27 tahun dalam
4. Lingkungan – Dalam kondisi ini, perspektif psikologis dan perspektif
neurologis.
anak menjadi cadel bukan karena
HASIL PENELITIAN
masalah perkembangan fisiknya,
Pemerolehan bahasa pertama anak
melainkan karena orang tuanya dimulai dari pemerolehan fonologi. Hal ini
membiasakan berbicara dengan sesuai denga pendapat Mukalel (2003: 18)
logat cadel dengan sang anak. berikut: ”The first and the basuc linguistic
Sehingga si kecil menganggap system which the child internalizes is the
bahwa hal itu adalah cara berbicara phonology of the language”. Yang
yang normal untuk dilakukan. pertama dan menjadi dasar sistem
Psikologis – Banyak faktor linguistik yang diinternalisasi oleh anak
psikologis yang menyebabkan anak adalah fonologi bahasa. Pemerolehan
menjadi cadel, misalnya terlalu bunyi anak bersifat universal. Bunyi yang
universal itu menurut Jakobson dalam
dimanja, mencari perhatian orang-
Dardjowidjojo adalah sistwm vokal mini
orang di sekelilingnya, atau mengikuti
(minimal vocalic system), yakni [a], [i],
tontonan di televisi yang dia lihat dan dan [u]. Selanjutnya, konsonan yang
banyak lagi. pertama uncul adalah oposisi antara oral
METODE PENELITIAN dan nasal ([p-t]-[m-n] kemudian disusul
1. Jenis Penelitian oleh labial dengan dental ([p]-[t]).
Jenis penelitian ini termasuk Jadi ketika anak berada pada usia
penelitian kualitatif deskriptif . kualitatif 2-3 tahun, fonem-fonem yang dikeluakan
yaitu penelitian yang bermaksud untuk anak belum sepenuhnya jelasa dan benar.
memahami fenomena yang dialami oleh Hal ini diperjelas pada saat anak meminta
subjek penelitian secara holistik dan sesuatu kepada ibunya, dan ibunya kurang
dengan cara deskripsi dalam bnetuk kata- mengerti apa yang dimaksudkan oleh
kata dan bahasa, pada satu anak.
kontekshubungan khusus yang dialami Tabel 1. Kesalahan Bunyi yang Diucapkan
dan dengan memanfaatkan berbagai Fonem R (Benar) Fonem R (Salah)
metode alamiah (Moleong, 2004: 6). Jenis Barang Balang
penelitian kualitatif deskriptif Jarang Jalang
dimaksudkan adanya data yang dianalisis Kur(ayam) Ku
dan dihasilkan berupa kata-kata dan Pergi Pegi
kalimat, bukan angka.
Telur Telu
2. Data dan Sumber Data
Barang Balang
Data daa penelitian ini adalah
(pergantian huruf konsonan ditengah kata)
berupa fonem-fonem (bunyi) yang
Jarang jalang
dikeluatkan ana pada saat berbicara ketika
(perubahan kata dan makna)
usia 2-3 tahun yang kemudian fonem
Jarang : tidak rapat.
(bunyi) yang dikeluarkan masih salah
Jalang : tidak dipelihara orang
ketika sudah dewasa. Sumber data dalam
(binatang)
penelitian ini adalah anak usia 27 tahun di
Kur (ayam) Ku

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 56


Cica Elida Hanum Matondang
Analisis Gangguan Berbicara Anak Cadel
(Kajian pada Perspektif Psikologi dan Neurologi)

(penghilagan huruf konsonan diakhir) anak yang sulit untuk melafalkan huruf R
Pergi Pegi dengan jelas. Dengan demikian untuk
(penghilangan huruf konsonan ditengah) mengatasi hal semacam ini adalah dengan
Telur Telu adanya peran orang tua (ibu) dengan cara
(Perubahan kata (bahasa Jawa) dan melatih anak dengan melafalkan huruf dan
makna) fonem dengan benar. Meskipun anak pada
Telur:benda bercangkang yang usia 2-3 tahun masih tergolong
mengandung zat hidup bakal anak pengucapan seperti bayi, orang tua (ibu)
yang dihasilkan oleh unggas (ayam, untuk tidak ikut-ikutan berbicara yang
itik, burung dan sebagainya) sama dengan anak tersebut.
Telu (bahasa Jawa) : tiga SARAN
PEMBAHASAN Orang tua sangat berperan penting
Hasil analisis dari penelitian yang dalam membentuk karakter anak untuk
dilakukan oleh peneliti terhadap anak usia dapat berbahasa mulai sejak dini.
27 tahun (dewasa) di Desa Bandar Sono, Lingkungan keluarga yang baik akan
Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten berpengaruh positif terhadap tumbuh
Batu Bara tentang gangguan berbicara kembang anak. Pola yang baik tentu
cadel dalam kaitannya dengan faktor menghasilkan keterampilan berbahasa
psikologis dan faktor neurologis anak dengan benar. Hal ini tentunya
menunjukkan adanya ketidaksempurnaan menghindari dari berbagai gangguan yang
fonem (bunyi) yang diujarkan. Dari uraian dimiliki anak terutama terhadap gangguan
diatas terdapat beberapa kata yang cadel.
pengucapan huruf R sangat jelas salah DAFTAR PUSTAKA
bila diucapkan. Peneliti hanya Chaer, Abdul, 2009. Psikolingusitik
mengidentifikasi 6 kata yang Kajian Teoritik. Jakarta : Rineka
diucapkannya ketika masih berusia 2-3 Cipta.
tahun yang kemudian ketika dewasa kata-
kata tersebut pun masih sama. Pada kata Arifuddin. 2013. Neuropsikolinguistik.
“barang” menjadi “balang” , artinya Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
adanya suatu pergantian huruf konsonan
“R menjadi L”, kata “jarang” menjadi Daulay, Syahnan. 2011. Pemerolehan dan
“jalang” , artinya adanya suatu pergantian Pembelajaran Bahasa. Medan:
kata dan arti yang berbeda, (jarang = tidak Perdana Mulya Sarana.
rapat), (jalang = tidak dipelihara orang /
binatang), kata “kur (ayam)” menjadi Dardjowidodo,Soenjono. 2000. ECHA:
“ku” , artinya adanya penghilangan huruf Kisah Pemerolehan Bahasa Anak
konsonan diakhir, kata “pergi” menjadi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
“pegi” , artinya adanya penghilangan Tarigan, Henry Guntur. 1986.
huruf konsonan ditengah, dan kata “telur” Psikolinguistik: Suatu Pengantar.
menjadi “telu” , artinya adanya Bandung: Angkasa.
(perubahan kata (bahasa Jawa) dan
makna), (telur = benda bercangkang yang Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik.
mengandung zat hidup bakal anak yang Bandung: Alfabeta.
dihasilkan oleh unggas (ayam, itik, burung
dan sebagainya) dan telu (bahasa Jawa) : Moleong, Lexy. J. 2007. Metodologi
tiga. Penelitian Kualitatif. Bandung:
SIMPULAN Remaja Rosdakarya.
Berdasarkan hasil penelitian di
Desa Bandar Sono, Kecamatan tanjung Mhsun, 2011. Metode Penelitian Bahasa:
Tiram, Kabupaten Batu Bara bahwa Tahan Strategi, Metode, dan
gangguan berbicara cadel anak berusia 27 Tekniknya. Cetakan kelima. Jakarta:
tahun (dewasa) ini disebabkan oleh faktor PT RajaGrafindo Persada.
psikologis yang dibawanya sejak lahir
serta adanya pengaruh terhadap posisi
lidah yang terlalu pendek sehingga fonem
(bunyi) yang dikeluarkan tidak sempurna.
Kebiasaan seperti inilah yang dialami

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 57


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH METODE DISKUSI KELOMPOK DINAMIKA PADA MATERI


POKOK MENULIS TEKS EKSPLANASI TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ANGKOLA BARAT

Dedi Zulkarnain Pulungan


FKIP Universitas Graha Nusantara
pulungandedi@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode diskusi kelompok Dinamika pada materi pokok menulis teks
eksplanasi terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa hasil
belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dalam kelompok dinamika
tergolong kategori tinggi dengan nilai rata-rata postes (82,25) dan Standar Deviasi
8,72 sedangkan kelas kontrol tergolong kategori sedang dengan nilai rata-rata
(70,17) dan Standart deviasi 7,76. Berdasarkan hasil uji stastik t diperoleh thitung =
8,72 dengan a = 0.05 sehingga diperoleh ttabel = 1,99 ternyata thitung > ttabel (8,72 >
1,99) maka dinyatakan Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa ada pengaruh metode yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode diskusi kelompok dinamika
pada materi pokok menulis teks eksplanasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Angkola
Barat.

Kata Kunci : Metode Diskusi, Kelompok Dinamika, Teks eksplanasi,


Hasil Belajar

Abstract. This study aims to determine student learning outcomes by using the
group discussion method Dynamics on the subject matter of writing explanatory
texts on learning outcomes. The results of the study show that the learning
outcomes of students who use the discussion method in the dynamics group are
classified as high categories with posttest average values (82.25) and Standard
Deviations 8.72 while the control class is classified as a moderate category with
an average value (70.17) and Standard deviation 7.76. Based on the stastic test
results, t is obtained tcount = 8.72 with = 0.05 so that it is obtained t table =
1.99 turns out tcount> t table (8.72> 1.99) then stated Ha is accepted and Ho is
rejected. Thus it can be stated that there is an Effect Method which is significant
towards student learning outcomes taught by using the dynamic group
discussion method in the subject matter of writing explanatory texts in class X of
SMA Negeri 1 Angkola Barat.

Keywords: Discussion Method, Dynamics Group, Explanatory Text,


Learning Outcomes
PENDAHULUAN siswa dengan kemampuan akademik
Permasalahan belajar sebenarnya menengah- ke bawah merasa tertekan
memiliki kandungan subtansi yang sebab materi, pelajaran Bahasa Indonesia
“misterius”. Berbagai macam teori belajar sarat dengan teori, konsep, dan praktek
telah ditawarkan para pakar pendidikan lisan maupun tulisan.
dengan belajar dapat ditempuh secara Dari hasil penamatan penulis
efektif dan efisien, dengan implikasi selama melakukan observasi di SMA
waktu ceoat dan hasilnya banyak. Namun Negeri 1 Angkola Barat, dalam mengajar
sampai saat ini belum ada satupun teori guru sering mengajar dengan
yang dapat menawarkan strategi belajar konvensional. Guru merasa memilki
secara tuntas. Masih banyak persoalan- wewenang apa saja yang berkaitan dengan
persoalan belajar yang belum tersentuh pembelajaran dan tidak boleh diganggu
oleh teori-teori tersebut. gugat oleh siswa maupun pihak lain,
Pada saat proses belajar mengajar praktis, pengajarn seperti ini hanya
berlangsung, seorang guru tidaklah mudah menjadi guru pandai sepihak sedangkan
menciptakan kondisi yang konduktif bagi siswa tetap kurang memahami, pasif,
semua siswa. Ada siswa yang proaktif, ada kurang ide atau gagasan, terintervensi dan
siswa yang tidak banyak berbicara terbelenggung.
(pendiam) tetapi memiliki kemampuan Upaya pembelajaran yang tenyata
akademk di atas temannya, dan terdapat memebelenggu ini tidak lepas begitu saja
pula siswa yang banyak bicara tetapi karena akibat demikian tidak didasari guru
memiliki kemampuan rendah. Bahkan, ada dominatif. Guru asyik sendiri berceramah

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 60


Dedi Zulkarnain Pulungan
Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Dinamika pada Materi Pokok Menulis Teks Eksplanasi
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
sedangkan para siswa mengangguk- optimalisasi potensi dan nilai-nilai. Guru
angguk petanda harus mengakhiri hanya menjadi fasilitator. Lingkungan
pelajaran tersebut. Beberapa siswa pembelajaran ditata dan dikondisikan
melakukan aktivitas lain, seperti; sedemikian rupa yang memberikan
mengganggu teman, mengerjakan ‘kebebasan’ kepada peserta didik untuk
pelajaran yang lain yang semua itu bisa melakukan pilihan-pilihan tindakan
mengganggu proses belajar mengajar. belajar dan mendorong mereka untuk
Ketika diadakan evaluasi, beberapa siswa terlihat secara fisik, emosional, dan mental
menunjukkan kekurangan mengertiannya, dalam proses belajar. Peserta didik
terbukti dari rata-rata hasil belajar siswa sungguh disadarkan bahwa disamping
tersebut yang belum mencapai KKM kelemahan, rasa takut, cemas, dan
yakni 75. Itu artinya siswa kurang ketidakberdayaan, mereka juga
bergairah mengikuti pelajaran tersebut. mempunyai potensi hebat, kekuata/
Hal ini yang membuat penulis tetarik keunggulan, keberanian, dan kemampuan
mengadakan penelitian di SMA Negeri 1 (realness). Ini akan memunculkan sikap
Angkola Barat pada materi pokok menulis (persepsi) positif tentang belajr yang pada
teks eksplanasi. Karena topik ini cukup gilirannya memacu motivasi belajar.
diminati dikalangan remaja karena sangat Berdasarkan latar belakang di atas
berhubungan dengan fakta atau peristiwa maka penulis melakukan penelitian untuk
yang terjadi. Jadi selain teori, penulis juga mengungkapkan pemahaman dan
ingin menyampaiakan konsep yang benar penguasaan siswa terhadap materi yang
mempelajari menulis teks eksplanasi agar akan diajarkan maka judul penelitian ini
tidak disalah artikan oleh para siswa. adalan pengaruh metode diskusi kelompok
Menciptakan iklim pendidikan dinamika pada materi pokok menulis teks
yang demokratis di sekolah, yang eksplanasi siswa kelas X SMA Negeri 1
mengakui dan menghargai hak-hak peserta Angkola Barat.
didik merupakan kebuhan yang mendesak. METODE PENELITIAN
Alasannya masih banyak fakta yang Jenis penelitian ini adalah
terjadi di sekolah bahwa : (1) Proses penelitian eksprimental yang
pendidikan masih didominasi dengan menggunakan satu kelas eksprimen dan
menyampaian informasi (ceramah) bukan satu kelas kontrol sebagai bahan acuan.
pemerosesan informasi. (2) Proses Penelitian ini dilakukan dengan
pendidikan didominasi kegiatan memberikan pengajaran sebanyak 4 kali
mendengarkan dan menghapal bukan pertemuan masing-masing dua kali
intepretasi dan pemaknaan, dan (3) Proses pertemuan pada kelas kontrol (X- 1) dan
pendidikan masih didominasi oleh guru dua kali pertemuan pada kelas eksprimen
bukan penciptaan suasana belajar yang (X-2). Adapun yang membedakan
demokratis yang memberikan peluang pemgajaran tersebut adalah pada kelas
kepada siswa untuk berkreasi, eksprimen diberikan pengajaran dengan
membangun imajinasi, dan menggunakan metose dikusi dalam
mengembangkan potensi uniknya. kelompok dinamika sedangkan pada kelas
Dalam pendidikan yang kontrol diberikan pengajaran dengan
demokratis, siswa sugnguh ditempatkan mengugnakan pengjaran konvensional
sebagai subjek, dilibatkan dalam berupa metode ceramah dan tanya jawab
merencanakan, melaksanakan, dengan menggunakan media charta.
mengembangkan, dan mengevaluasi Tabel 1. Desain Penelitian
proses pembelajaran. Perlakuan dan Pos
Sampel Pretes Perlakuan
treatment kepada setiap siswa berbeda tes
sesuai dengan kerakteristik masing- Kelas Eksperimen T1 X T2
masing siswa. Pendidikan yang Kelas Kontrol T 1 O T2
Keterangan :
demokratis bertujuan membentuk manusia
T1 = Tes pendahuluan untuk melihat
matang dan berwatak yang siap belajar kemampuan awal siswa
terus, siap menciptakan lapangan kerja T2= Tes akhir untuk melihat kemampuan akhir
dan siap mengajadakan transformasi sosial siswa
X= Perlakuan pada kelas eksprimen dengan
(Arifin, 2005). menggunakan metode diskusi dalam
Guru seharusnya menyadari kelompok dinamis
bahwa (aktivitas) belajar merupakan O= Perlakuan pada kelas kontrol dengan
prakarsa peserta didik dalam rangka

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 61


Dedi Zulkarnain Pulungan
Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Dinamika pada Materi Pokok Menulis Teks Eksplanasi
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
menggunakan metode konvensional.
x1  y1
Uji persyaratan analisis yang t=
dilakukan adalah untuk mengetahui 1 1
s 
apakah data penelitian sudah mempunyai n1 n2
sebaran normal dan homogen. Untuk itu
dilakukan uji normalitas dan homogen. 2 n1  1S12  n2  1S 22
Uji normalitas pasa kelas X-1 Dengan S =
n1  n2  2
sebagai kelas kontrol dan kelas X-2
Dengan taraf nyata  = 0,05 maka kriteria
sebabai kelas eksprimen. Langkah-
pengujian jika mempunyai harga-harga
langkah yang harus ditempuh (Sudjana,
lain. Dengan derajat kebebasan untuk
1992) sebagai berikut :
daftar distribusi t ini adalah (n1 + n2 - 2)
a. Pengamatan x1, x2 , ……, xnz
dijadikan bilangan baku z1,z2, …., zn dengan peluang (1 - 1/2)
dengan menggunakan rumus zi Keterangan :
t = harga t perhitungan
xi  x x1 = skor rata-rata kelompok eksprimen
 ( x dan s masing-masing
s y2 = skor rata-rata kelompok kontrol
merupakan rata-rata dan simpangan nx = jumlah sampel kelompok eksprimen
baku dari sampel). ny = jumlah sampel kelompok kontrol
b. F (Z1) adalah peluang = P (Z  Zi) S = Varians kedua kelompok
c. S(Z1) adalah proporsi Z1, Z2, ……., HASIL PENELITIAN
Znyang lebih kecil atau sama dengan 1. Deskripsi Data Penelitian
Z1 Pada bagian ini akan diuraikan
d. Mengambil harga yang paling besar secara terperinci mengenai hasil dari
dari selisih F (Z1) – S (Z1) disebut penelian tentang pengaruh metode diskusi
Lo kemudian membandingkan Lo kelompok dinamika pada materi pokok
dengan nilai kririk L yang diambil menulis teks eksplanasi siswa kelas X
daftar nilai kritik L untuk uji Liliefors. SMA Negeri 1 Angkola Barat.. Penelitian
Kritiknya adalah jika Lo yang Dilakukan pada dua kelas berbeda, dimana
diperoleh dari data pengamatan satu kelas dijadikan kelas Eksperiman
melebihi L dari daftar. dengan menggunakan metode Diskusi
Jika dalam pengujian normalitas dalam kelompok Dinamika dan kelas
dan yang berdiskusi normal, selanjutnya lainnya djadikan kelas kontrol dengan
uji homogenitas yaitu menguji kesamaan menggunakan metode Ceramah. Sebelum
varians (Sudjana, 2002). melaksanakan Penelitian, terlebih dahulu
Ho :  2 1   2 2 peneliti melakukan ujicoba instrumen
H O :  21   2 2 untuk mendapatkan data Validitas dan
reliabilitas. Dari hasil ujicoba instrumen
Kesamaan varian ini akan diuji dengan
yang terdiri dar 50 butir pertanyaan
menggunakan rumus :
diperoleh hasil 30 soal dinyatakan Valid,
Vaians terbesar dan 20 soal lainnya dinyatakan tidak
F=
Varians terkecil Valid. Berdasarkan hasil tersebut, maka
Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika jumlah butir soal yang digunakan untuk
Fhitung < atau F < F1/2(y1,y2) dengan mendapatkan data penelitian sebanyak 30
F1/2(y1,y2) didapat dari daftar F dengan butir yang telah dinyatakan Valid.
peluang 1/2 sedangkan derajat kebebasan v Sedangkan butir soal yang dinyatakan
= n – 1 dan taraf nyata 0,10. tidak Valid tidak diikutkan dalam
Hipotesis yang akan diuji ayitu : penelitian. Sementara dari hasil
H0 : 1 = 2 perhitungan reabilitas diperoleh nilai rhit. =
Ha : 1 = 2 0,839 yang berarti bahwa tingkat
reliabilitas instrumen termasuk dengan
Apabila data distribusi normall katagori sangat baik. Dengan
variansnya homogen maka pengujian diketahuinya. Dengan diketahuinya Nilai
hipotesis dalam penelitian ini dilakukuan validitas dan realibilitas tersebut, maka
dengan menggunakan ujin “t” (Sudjana, instrumen dinyatakan layak untuk
1992) dengan rumus : digunakan dalam mendapatka data
penelitian.
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini terdiri atas dua jenis,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 62


Dedi Zulkarnain Pulungan
Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Dinamika pada Materi Pokok Menulis Teks Eksplanasi
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
pertama adalah data pretes yang 66.67 2 53.33 3
70.00 3 56.67 4
digunakan untuk melihat perbandingan
73.33 4 60.00 5
pengetahuan awal siswa mengenai materi
76.67 5 63.33 7
pokok menulis teks eksplanasi pada kedua 80.00 6 69.67 6
kelas diberikan perlakuan dengan metode 83.33 5
82,25 8,72
70.00 5
70,17 7,76

pembelajaran yang berbeda. Kedua adalah 86.67 4 73.33 3


data postes atau data hasil belajar siswa 90.00 4 76.67 4
pada kedua kelas setelah diberikan 93.33 3 80.00 3
96.67 4 - -
perlakuan dengan metode pembelajaran
Jumlah 40 - - Jumlah 4 - -
yang berbeda. 0
2. Deskripsi Nilai Pretes (eksperimen 4. Uji Persyaratan Analisis Data
dan kontrol) Siswa Pada Uji Persyaratan analisis data
Dari hasil pretes diketahui nilai meliputi uji normalitas dan uji
rata – rata siswa pada kelas eksperimen homogenitas terhadap data pretes dan data
sebesar 52,83 dengan simpangan baku postes pada kedua kelas penelitan. Berikut
(SD) sebesar 7,79 sedangkan pada kelas ini disajikan hasil uji persyaratan data
Kontrol diketahui nilai rata – rata siswa pada kedua kelas penelitian.
sebesar 53,33 dengan simpangan baku a. Uji Normalitas
(SD) sebesar 6,32 Perbandingan nilai Uji Normelitas dilakukan dengan
pretes pada kedua kelas dapat dilihat pada menggunakan uji Liliefors dengan taraf
tabel di bawah ini. signifikansi α = 0,05. Hasil ujian
Tabel 2. Perbandingan Nilai Pretes Kelas normalitas data pretes dan postes pada
Ekspermen dan kelas Kontrol kelas Eksperimen dan kelas Kontrol dapat
Kelas Kelas Kontrol dilihat pada tabel di bawah ini.
Eksperimen
Tabel 4. Pengujian Homogenitas Data
Nil F X S Nil f X S
ai Penelitian
1 D ai 2 D
N Data Kelas Lo Ltabel Simpulan
40. 3 40. 0 o (α=0,05)
00 00 1 Pretes Eksperimen 0,1011 0,14001 Normal
43. 5 43. 4
33 33 2 Pretes Kontrol 0,1269 0,14001 Normal
46. 4 46. 6 1 Pretes Eksperimen 0,1026 0,14001 Normal
67 67 2 Pretes Kontrol 0,1193 0,14001 Normal
50. 6 50. 7 b. Uji Homogenitas
00 00 Uji Honogenitas dilakukan dengan
52 7, 53 6,
53. 7 53. 8
,8 7 ,3 3 membandingkan nilai varians data pretes
33 33
3 9 3 2 dan data postes dari kedua kelas.
56. 4 56. 4
67 67 Ringkasan hasil pengujian homogenitas
60. 5 60. 6 data pretes dan data postes dapat dilihat
00 00
63. 3 63. 5 pada tabel di bawah ini.
33 33 Tabel 5.. Pengujian Homogenitas Data
66. 3 66. 0 Penelitian
67 67 N Data Kelas Varians F F Simpulan
Ju 4 - - Ju 4 - - o hitung tabel
ml 0 ml 0 1 Pretes Ekspe 60,72
ah ah rimen
1,52 1,71 Homogen
3. Nilai Pretes (eksperimen dan kontrol) 2 Pretes Kontr 39,88
Pada Siswa Kelas ol
1 Pretes Ekspe 76,01
Dar hasil postes diketahu nilai rata
rimen
– rata siswa pada kelas Eksperimen 1,26 1,71 Homegen
2 Pretes Kontr 60,15
sebesar 82,25 dengan simapangan baku ol
(SD) sebesar 8,72 sedangkan pada kelas Dari hasil perhtungan uji
Kontrol dketahui nilai rata – rata siswa persyaratan data di atas,maka dapat
sebesar 70,17 dengan simpangan baku disimpulkan bahwa data penelitian
(SD) sebesar 7,76 Perbandingan Nilai dinyatakan normal dan homogen sehingga
postes pada kedua kelas dapat dilihat pada telah memenuhi syarat untuk dilakukan
tabel di bawah ini. pengujian hipotensis.
Tabel 3. Perbandingan Nilai Postes Kelas Pengujian hipotensis dilakukan
Ekspermen dan Kontrol dengan menggunakan uji beda (uji-t). Uji-t
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol dilakukan dengan membandingkan nilai
Nilai F SD Nilai F SD
X 1 X 2 rata – rata postes dari kedua kelompok

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 63


Dedi Zulkarnain Pulungan
Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Dinamika pada Materi Pokok Menulis Teks Eksplanasi
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
penelitian.Berdasarkan perhtungan yang dalam kelompok dinamika meningkat
telah dilakukan, diketahu nlai rata – rata sebesar 29,42 dibandingkan dengan nilai
postes kelas eksperimen adalah sebesar hasil belajar sebelum diberikan
82,25 sedangakan nilai rata – rata postes pengajaran, sedangkan nilai rata – rata
kelas Kontrol adalah sebesar 70,17 hasil belajar siswa dengan menggunakan
Varians gabungan untuk kedua data postes metode ceramah juga meningkat sebesar
tersebut adalah sebesar 8,25. Dengan 14,83. Berdasarkan hasl tersebut, terlihat
menggunakan harga rata – rata dan varians bahwa peningkatan hasil belajar siswa
gabungan dari kedua kelompok penelitian, dengan menggunakan metode diskusi
maka dapat diketahui besar harga thitung dalam kelompok dinamika meningkat
yakni sebesar 8,27. Nilai thitung yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
diperoleh selanjutya dibandingkan dengan rata – rata hasil belajar siswa dengan
nilai ttabel dengan dk (78) = 1,99. Dari hasil menggunakan metode ceramah. Dengan
perbandingan harga thitung > ttabel (8,72 > perbandingan besar peningkatan nilai rata
1,99). Dengan melihat hasil tersebut dapat – rata hasil belajar siswa pada kedua kelas
disimpulkan bahwa dalam penelitian in Ha penelitan dapat disimpulkan bahwa
diterima sekaligus menolak Ho yang penggunaan metode diskusi dalam
berart Ada Pengaruh metode diskusi kelompok dinamika lebih baik untuk
kelompok dinamika pada materi pokok digunakan dalam mangajarkan materi
menulis teks eksplanasi siswa kelas X pokok menulis teks eksplanasi
SMA Negeri 1 Angkola Barat dibandingkan dengan metode ceramah.
PEMBAHASAN Pada dasarnya penggunaan
Pada awal melaksanakan metode pembelajaran merupakan salah
penelitian, peneliti terlebih dahulu satu aspek penting yang menentukan hasil
memberikan pretes pada kedua kelas belajar siswa. Jika metode pembelajaran
peneliti untuk melihat pengetahuan awal yang digunakan dalam mengajarkan suatu
siswa mengenai materi pokok menulis materi pelajaran itu tepat, hasil belajar
teks eksplanasi dan hasil pretes tersebut siswa juga cenderung meningkat lebih
diketahui bahwa nilai rata – rata hasil baik dan sebaiknya jika metode
belajar siswa pada kedua kelas tidak pembelajaran yang digunakan itu tidak
berbeda. Berdasarkan nilai pretes tersebut tepat, peningkatan hasil belajar siswa juga
terlihat bahwa hasil belajar siswa sebelum kurang begitu berarti (Rusyan, 2003). Dari
diberikan perlakuan dengan metode hasil penelitian terlihat bahwa baik
pembelajaran yang berbeda masih metode diskusi dalam kelompok dinamika
tergolong sangat rendah. Hal tersebut maupun metode ceramah pada dasarnya
dapat dimaklumi, karena siswa pada sama – sama meningkatkan hasil belajar
kesulitan dan belum menerima siswa. Namun jika dilihat besar angaka
pembelajaran mengenai materi pokok peningkatan hasil belajar siswa pada
menulis teks eksplanasi dan hasil tersebut kedua kelas, tampak bahwa hasil belajar
juga memberikan gambaran bahwa rata – siswa pada kelas ekspermen dengan
rata tingkat pengetahuan awal siswa dari menggukan metode diskusi dalam
kedua kelas penelitian mangenal materi kelompok dinamik meningkat lebih tinggi
pokok menulis teks eksplanasi cenderung dibandingkan dengan hasil belajar siswa
sama. pada kelas kontrol dengan menggunakan
Sementara berdasarkan hasil metode ceramah dimana rata – rata hasil
pretes setelah kedua kelas peneltan belajar siswa pada kelas eksperimen
diberikan perlakuan dengan menggunakan adalah sebesar 86,00, sedangakan rata –
metode pembelajaran yang berbeda rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol
diperoleh hasil bahwa baik rata – rata hasil hanya sebesar 70,13.
belajar siswa dengan menggunakan Menurut Rusyan (2003)
metode diskusi dalam kelompok dinamika menyatakan pada hakekatnya anak didik
maupun rata – rata hasil belajar siswa telah memilk potensi dalam dirinya untuk
dengan menggunakan metode ceramah menemukan sendiri informasi belajar.
meningkat dibandingkan dengan sebelum informasi yang disampaikan guru
kedua kelas peneltian mendapatkan hendaknya dibatasi pada informasi yang
perlakuan. Hasil postes menunjukkan benar – benar mendasar yang memancng
bahwa nilai rata – rata hasil belajar siswa siswa untuk mengal informasi selanjutnya.
dengan menggunakan metode diskusi Dalam metode diskusi dalam kelompok

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 64


Dedi Zulkarnain Pulungan
Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Dinamika pada Materi Pokok Menulis Teks Eksplanasi
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
dinamika guru membagi – bagi siswa teks eksplanasi dibandingkan dengan
kedalam kelompok-kelompok kecil, metode ceramah.
dimana masing – masing kelompok SIMPULAN
mendapat tugas tertentu yang harus Berdasarkan hasil penelitian yang
didskusikan antara anggota dalam telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
kelompok tersebut, kemudian dibuat sebagai berikut : Hasil dari belajar siswa
laporan hasil diskusi dari masing – masing kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
kelompok. Metode diskusi dalam pada materi menulis teks eksplanasi
kelompok dinamika mengharuskan setiap dengan menggunakan metode diskusi
anggota kelompok bertanggung jawab dalam kelompok dinamika tergolong
untuk menyelesakan tugas yang diberikan kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar
oleh guru. Untuk itu, setiap anggota harus 82,25. Hasil belajar siswa X SMA Negeri
mengeluarkan segala potensi dan ide yang 1 Angkola Barat pada materi menulis teks
dimlikinya dalam usaha memecahkan eksplanasi ceramah tergolong kategori
permasalahan yang dibahas dalam dskusi. sedang dengan nilai rata-rata sebesar
Tujuan dari metode diskusi dalam 70,17. Berdasarkan hasil uji stastik t
kelompok dinamika ini adalah memancng diperoleh thitung = 8,72 dengan a = 0.05
potensi intelektual siswa untuk beran sehingga diperoleh ttabel = 1,99 ternyata
mengemukakan pendapatnya sendiri thitung > ttabel (8,72 > 1,99) maka dinyatakan
sekaligus menciptakan sikap toleransi dan Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan
empati terhadap teman-temanya, karena demikian dapat dinyatakan bahwa ada
pada hakikatnya siswa akan lebih pengaruh metode yang signifikan terhadap
mengemukakan pendapatnya kepada guru. hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
Dengan demikan maka siswa menggunakan metode diskusi kelompok
diajarkan untuk menemukan sendiri dinamika pada materi pokok menulis teks
pengetahuan untuk dirinya melalui eksplanasi siswa kelas X SMA Negeri 1
pengalaman langsung yang terintegrasi Angkola Barat.
dalam kehidupan sehari – hari, sehingga SARAN
siswa menjadi lebih berani dan percaya Berdasarkan hasil penelitian ini,
diri untuk menggunakan segala potensi maka penulis menyarankan :
yang dimiliknya dalam kegiatan belajar. 1. Agar para guru-guru bahasa Indonesia
Pada dasarnya untuk memperoleh di SMA Negeri 1 Angkola Barat
pengetahuan merupakan usaha yang berkenan menerapkan metode diskusi
dilakukan oleh orang yang belajar. dalam kelompok dinamika dalam
Sehingga hasil belajar akan lebh baik jika mengajar sebagai salah satu alternatif
diperoleh dengan mencari tahu dari pada untuk meningkatkan hasil belajar
diberitahu. Jika kepada para siswa siswa.
diberikan peluang untuk mencari dan 2. Bagi siswa kelas X SMA Negeri 1
menemukan sendiri informasi itu, maka Angkola Barat senantiasa memotivasi
mereka akan merasakan getaran pikiran diri dan meningkatkan kepercayaan
dan perasaan hatinya. Getaran didalam diri diri agar hasil belajar yang diharapkan
akan membuat kegiatan belajar itu tidak pada materi menulis teks eksplanasi
membosankan melainkan menambah dapat tercapai.
semangat untuk menemukan informasi DAFTAR PUSTAKA
belajar yang lain. Sehingga siswa tidak Arifin, A. (2005). Paradikma Baru
lagi dijadikan sebagai objek atau kertas Pendidikan Nasional. Jakarta :
kosong yang harus diisi dengan Balai Pustaka.
pengetahuan – pengetahuan dan guru
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa
tidak lagi menjadi subjek yang serba tahu
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
yang harus selalu didengarkan dan ditiru
oleh para anak didik seperti dalam metode Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian.
ceramah. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Dengan melihat hasil penelitian Indonesia.
dan pembahasan di atas, maka dapat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
disimpulkan bahwa metode diskusi dalam 2013. Salinan Peraturan Menteri
kelompok dinamik lebih efektif digunakan Pendidikan dan Kebudayaan.
untuk mengajarkan materi pokok menulis Jakarta : Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 65


Dedi Zulkarnain Pulungan
Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Dinamika pada Materi Pokok Menulis Teks Eksplanasi
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Angkola Barat
Kosasi, E. 2014. Jenis-Jeis Teks Fungsi,
Struktur Dan Kaidh Kebahasan.
Bandung : Yrama Widyaa.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
2014. Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri dan Akademik. Kelas VIII
Jakarta : Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Pradiyono. 2012 Pasti Bisa Teaching
Genre Based Writing. Jakarta :
Andi Publisher.
Restuti . 2013. Bahasa Indonesia . Jakarta
: Erlangga.
Rusyan. 2003. Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Sudjana. 2002. Metode Statiska. Bandung
: Tarsito.
Usman. M B. 2002. Metodologi
Pembelajaran. Jakarta : Ciputat
Pres.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 66


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN E-LEARNING BERBASIS EDMODO


PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMK MULTI KARYA MEDAN

,
1. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
2. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
Fitafatria@Gmail.Com

Abstrak. Proses kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatan teknologi


adalah proses pembelajaran yang berbasis IT atau e-learning. Edmodo adalah
sebuah Learning Management System (LSM) yang menyediakan beragam fitur
yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis proses
pembelajaran e-learning berbasis edmodo dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa SMK Multi Karya Medan. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa/i kelas XII MM 1 SMK Multi Karya Medan. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dari
observasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah proses pembelajaran
e-learning berbasis edmodo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia agar lebih
menarik dan interaktif bagi siswa serta membuat pembelajaran di kelas menjadi
tidak membosankan. Selain itu, pembelajaran e-learning berbasis edmodo
memiliki keuntungan diantaranya tidak memerlukan kelas formal dalam
penerapannya. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan
informasi dan masukan bagi para siswa, guru dan kepala sekolah, serta civitas
akademika dan semua pihak agar dapat menggunakan media pembelajaran yang
ekonomis dan efisien secara efektif guna mencapai tujuan pembelajaran berbasis
e-learning.

Kata kunci: Edmodo, E-Learning, Bahasa Indonesia

Abstract. The process of teaching and learning activities by utilizing technology is


a learning process based on IT or e-learning. Edmodo is a Learning Management
System (NGO) that provides a variety of features that can be used by teachers for
learning activities. This research is a qualitative research which aims to analyze
the process of edmodo-based e-learning in Indonesian language subjects at Medan
Multi Karya Vocational School students. Subjects in this study were students of
class XII MM 1 Multi Karya Medan Vocational School. This research is a
qualitative research. The data in this study were obtained from observations. The
data analysis technique used consists of data reduction, data presentation, and
conclusions. The results of this study are the process of learning edmodo-based e-
learning on Indonesian language subjects to be more interesting and interactive
for students and make classroom learning not boring. In addition, edmodo-based
e-learning learning has the advantage of not requiring formal classes in its
application. Based on the results of this study, it is hoped that it will be an
information and input material for students, teachers and principals, as well as
academics and all parties to be able to use economical and efficient learning
media effectively to achieve the objectives of e-learning based learning.

Keywords: Edmodo, E-Learning, Indonesian


PENDAHULUAN belajar dan cara belajar yang efektif dan
Penggunaan media dalam efisien. Dalam hal ini, media pengajaran
pengajaran di kelas merupakan sebuah merupakan salah satu pendukung yang
kebutuhan yang tidak dapat lepaskan. Hal efektif dalam membantu terjadinya proses
ini dapat dipahami mengingat proses belajar.
belajar yang dialami siswa tertumpu pada Dalam kegiatan proses
berbagai kegiatan menambah ilmu dan pembelajaran, media pembelajaran
wawasan sebagai bekal. Salah satu upaya merupakan wadah dan penyalur pesan dari
yang harus dilakukan adalah bagaimana sumber pesan adalah guru kepada siswa.
seorang pendidik menciptakan situasi Rusman (2010:131) menyatakan bahwa
belajar yang memungkinkan terjadinya “perilaku guru adalah mengajar dan
proses pengalaman belajar pada diri siswa perilaku siswa adalah belajar”. Perilaku
dengan menggerakkan segala sumber mengajar dan perilaku belajar tersebut

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 67


Fita Fatria , Ti latul Husna
Analisis Proses Pembelajaran E-Learning Berbasis Edmodo pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMKMulti Karya Medan
terkait dengan penggunaan media dapat meningkat proses belajar mengajar
pembelajaran terhadap penyampaian menjadi aktif dan inovatif dengan
bahan ajar. Bahan pembelajaran berupa pemanfaatan sistem internet. Menurut
bentuk yang dapat dilihat dan tidak dapat Gruber (dalam Nasrullah, 2017:2)
dilihat serta dalam bentuk lisan maupun “Edmodo merupakan website jejaring
tulisan. Bahan pembelajaran tersebut sosial yang mirip dengan facebook yang
dapat berupa suatu pengetahuan, nilai digunakan untuk proses pembelajaran.
kesusilaan, seni, agama, sikap dan Edmodo sering disebut sebagai facebook-
ketampilan. Bahan pembelajaran tersebut nya pendidik karena Edmodo
ada disekitar kita dan dapat dimanfaatkan diperuntukkan bagi pendidik, peserta didik
atau digunakan sesuai dengan kebutuhan. dan orang tua”. Beberapa Hasil penelitian
Dalam kaitannya bahan pembelajaran menunjukkan bahwa dalam proses
dikembangkan dengan media pembelajaran yang menggunakan media
pembelajaran. pemebalajaran Edmodo dapat
Media pembelajaran merupakan mengefisienkan waktu.
alat sebagai cara seseorang mengajar atau Berdasarkan uraian tersebut
cara menyampaikan materi dengan cara maka akan dilakukan penelitian tentang
yang menarik. Hal ini dilakukan untuk kemampuan siswa dalam menjawab
menciptakan suasana belajar mengajar soal Bahasa Indonesia dengan
yang efektif dan efisien. Penerapan media menggunakan media pembalajaran
pembelajaran harus berdasarkan pola Edmodo. Edmodo memiliki kemiripan
pembelajaran yang telah ditentukan dan dengan facebook hanya saja Edmodo
yang akan digunakan. lebih bersifat edukatif dan lebih banyak
Guru dituntut mengkreasikan digunakan untuk kepentingan dunia
berbagai cara dalam proses pendidikan. Edmodo dapat digunakan
pembelajaran untuk memotivasi peserta sebagai media pembelajaran untuk
didik termasuk memanfaatakan semua mata pelajaran kecuali mata
teknologi sebagai media pelajaran yang membutuhkan aktivitas
pembelajaran seperti penggunaan dan pengamatan langsung.
internet. Aktifitas belajar mengajar Berdasarkan permasalahan
dengan memanfaatkan teknologi tersebut yang menjadi pandangan sebagai
informasi dan komunikasi dengan latar belakang pada penelitian ini, maka
internet mengubah pembelajaran yang penelitian dilakukan untuk menganalisis
fokus pada guru menjadi pembelajaran proses pembelajaran e-learning berbasis
yang fokus pada peserta didik sehingga edmodo pada mata pelajaran bahasa
menimbulkan minat belajar mandiri Indonesia di SMK Multi Karya Medan.
yang besar dan peserta didik mudah Dengan tujuan sebagai berikut:
memperoleh informasi yang dapat 1) Untuk mendeskripsikan penggunaan
dieksploitasi melalui internet serta Edmodo sebagai media pembelajaran
mendukung proses belajar mengajar di e-learning pada mata pelajaran
sekolah dengan manfasilitasi akses ke Bahasa Indonesia,
situs web yang bertema pendidikan, 2) Untuk mengetahui respon warga
meningkatkan keterampilan sekolah ketika menggunakan
pemanfaatan TIK dan interaksi di antara Edmodo sebagai media pembelajaran
sekolah-sekolah, murid dan guru e-learning,
sehingga meningkatkan kualitas 3) Untuk mengetahui kelebihan dan
pengajaran. kekurangan Edmodo sebagai media
Kegiatan pembelajaran mengenal pembelajaan e-learning.
banyak istilah untuk menggambarkan METODE PENELITIAN
cara mengajar yang akan dilakukan oleh Metode penelitian yang digunakan
guru. Banyak strategi, ataupun metode adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut
pembelajaran yang bertujuan untuk Sugiyono (2012) penelitian kualitatif
meningkatkan kualitas pembelajaran adalah metode penelitian yang digunakan
menjadi lebih baik. Salah satunya untuk meneliti pada kondisi obyek yang
menyediakan media pembelajaran yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
mudah dan efisien. Media pembelajaran instrument kunci. Subjek penelitian ini
Edmodo merupakan salah satu media adalah siswa/i kelas XII MM 1 SMK
pembelajaran berbasis e-learning yang Multi Karya Medan. Sedangkan Objek

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 68


Fita Fatria , Ti latul Husna
Analisis Proses Pembelajaran E-Learning Berbasis Edmodo pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMKMulti Karya Medan
dalam penelitian ini adalah media e- Edmodo memberikan fasilitas akun
learning berbasis edmodo pada mata sebagai siswa atau guru atau orang tua.
pelajaran Bahasa Indonesia. Data dalam Untuk membuat akun guru, pilih “I’m a
penelitian diperoleh dari observasi siswa Teacher”. Setelah itu akan tampil kotak
yang sudah tergabung dan memiliki akun dialog seperti pada gambar 2. Jika telah
edmodo. Informasi dalam penelitian memiliki akun google atau office 365,
diperoleh dari berbagai peristiwaatau akun tersebut dapat digunakan untuk
proses KBM berlangsung. Dalam peneliti membuat akun edmodo, jika tidak dapat
ini dilakukan observasi langsung di memasukkan alamat e-mail dan password
lapangan dalam proses belajar mengajar untuk akun edmodo lalu klik “Sign Up for
Bahasa Indonesia. Teknik analisis data Free”.
yang digunakan adalah reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi dan
penarikan kesimpulan. Validasi data
menggunakan triangulasi (gabungan).
Reduksi data yakni data yang telah
diperoleh direduksi sehingga memberikan
gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan
Gambar 2. Dialog pendaftaran akun baru
pengumpulan data. Penyajian data
Setelah berhasil membuat akun akan
dilakukan dalam bentuk uraian singkat.
muncul tampilan halaman muka edmodo
Verifikasi dan penarikan kesimpulan
seperti pada gambar 3 maka akun telah
adalah temuan baru yang sebelumnya
siap digunakan. Selanjutnya kostumisasi
belum pernah ada. Temuan dapat berupa
profil, pilih akun (gambar orang pada kiri
deskripsi atau gambaran suatu objek yang
atas layar) dan pilih “settings” hingga
setelah diteliti menjadi jelas.
muncul tampilan seperti pada gambar 4.
HASIL PENELITIAN
Proses kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran
Edmodo sebagai media e-learning ini
dimulai dengan penyampaikan dan
pengarahan berkenaan dengan edmodo
yang akan dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam waktu satu semester. Adapun Gambar 3. Tampilan ‘home’ pada akun
materi yang akan diajarkan dalam kegitan Edmodo
ini adalah: Pada tampilan “settings” dapat di
A. Membuat Akun di Edmodo atur foto profil, alamat email pertama dan
Menurut Idrus kedua, negara, title, nama depan, lama
(https://idrusmudeng.wordpress.com/2016 belakang dan zona waktu. Untuk membuat
/05/26/membuat-akun-guru-dan-siswa- perubahan, perlu memasukkan password
pada-edmodo/) membuat kun di Edmodo akun. Jika berhasil, tampilan halaman
adalah sebagai berikut: muka (home) akun akan berubah seperti
a) Sebagai Guru pada gambar 5.
Untuk membuat akun di edmodo
sebaga guru, pertama buka web browser
(dalam contoh di gunakan chrome), dan
ketik www.edmodo.com pada alamat url.
Tampilan dari web edmodo dapat dilihat
pada gambar 1.

Gambar 4. Tampilan “settings”


(kostumisasi profil)

Gambar 1. Tampilan Awal Edmodo

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 69


Fita Fatria , Ti latul Husna
Analisis Proses Pembelajaran E-Learning Berbasis Edmodo pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMKMulti Karya Medan
Pada tampilan “settings” dapat di atur
foto profil, alamat email pertama dan
kedua, negara, title, nama depan, lama
belakang dan zona waktu. Pada edmodo
disetiakan pilihan untuk menggunakan
foto profil dari gambar atau avatar, seperti
yang terihat pada gambar 9.
Untuk membuat perubahan, perlu
Gambar 5. Tampilan ‘home’ pada akun memasukkan password akun. Jika
edmodo yang telah di kostumisasi berhasil, tampilan halaman muka (home)
b) Sebagai Siswa akun akan berubah seperti pada gambar
Untuk membuat akun di edmodo 10.
sebagai siswa, pada tampilan dari web
edmodo (gambar 1) silahkan pilih
“I’m a Student. Setelah itu akan tampil
kotak dialog seperti pada gambar 6. Sama
seperti guru, akun siswa juga dapat dibuat
dengan akun google atau office 365. Jika
tidak memiliki akun tersebut, tnggal
lengkapi kotak dialog tersebut dengan Gambar 9. Pemilihan jenis foto profil
mengisi nama depan, nama belakang,
kode kelas (kode yang diberikan ole guru)
username, alamat email dan password
akun. Setelah semua dilengkapi, klik
“Sign Up for Free”.

Gambar 10. Tampilan ‘home’ pada akun


siswa yang telah di kostumisasi

B. Cara membuat Kelas di Edmodo


Gambar 6. Kotak dialog pendaftaran akun
Menurut Glandian
sebagai siswa
(https://teknopolitan90.com/2018/04/14/c
Setelah berhasil membuat akun akan
ara-membuat-kelas-dan-soal-pada-
muncul tampilan halaman muka edmodo
edmodo-terbaru-2018/) cara membuat
seperti pada gambar 7, selanjutnya
Kelas di Edmodo adalah:
kostumisasi profil, pilih akun (gambar
1) Login pada akun anda di edmodo
orang pada kiri atas layar) dan pilih
dengan memasukkan Username dan
“settings” hingga muncul tampilan seperti
Password.
pada gambar 8.

Gambar 7. Tampilan “home” pada 2) kemudian Klik Create a


akun siswa Class disebelah kiri halaman anda dan
isikan nama kelas anda dan bidang
yang diajar dan kemudian klik
create.(klik saja gambar untuk
melihat)

Gambar 8. Tampilan “settings”


(kostumisasi profil)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 70


Fita Fatria , Ti latul Husna
Analisis Proses Pembelajaran E-Learning Berbasis Edmodo pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMKMulti Karya Medan
anda buat. jika rasa anda ada soal yang
ingin anda rubah silahkan klik EDIT.
Selanjutnya melakukan
pembuatan grup, yang terdiri dari siswa/ i
kelas XII MM 1. Hal ini bertujuan agar
pada saat guru memberikan tugas kepada
siswa, tidak tercampur dengan kelas yang
C. Membuat Soal lain dan hal tersebut mempermudah proses
Jika kelas sudah terbentuk sekarang pengerjaan nilai. Para siswa juga dapat
lanjutkan membuat soal/tugas di edmodo. memberikan pendapatnya pada grup
1) klik Asignment di beranda anda isikan tersebut. Grup yang telah dibuat
judul tugas, tanggal jatuh tempo tugas, merupakan sarana penyampaian materi
kemudian menambahkan deskripsi yang diajarkan. Pada grup juga dapat
tentang tugas/soal, dan mengunduh menambahkan anggota yang terdiri dari
file lewat Attach File apabila anda siswa yang berada di kelas tersebut.
punya bahan/materi yang ingin Pembelajaran dengan memanfaatkan
diberikan kesiswa. media e-learning berbasis edmodo
merupakan pembelajaran yang tidak
memerlukan kelas formal untuk proses
pembelajarannya. Ketika guru
menyempaikan materi lewat Edmodo,
maka siswa dapat melihat dimanapun
mereka berada. Siswa dapat memberikan
2) Kemudian klik send, dan akan muncul komentar atau tanggapan terhadap materi
ucapan congratulation dan tekan yang disampaikan pada konten yang telah
continue. selesai sampai sini untuk tersedia untuk menulis komentar.
membuat tugas dengan metode post PEMBAHASAN
file Pembelajaran Bahasa Indonesia
D. Membuat Soal Dengan Multiple yang dilakukan dengan edmodo sebagai
Coice. media elearning di kelas digunakan ketika
1) klik quiz yang berada di assignment, guru akan memberikan materi. Hal
kemudian pada type pilih multiple tersebut, materi pembelajaran Bahasa
coice. Indonesia dapat disesuaikan dengan materi
2) Setting time limit untuk menentukan ajar. Sebelum memberikan materi,
berapa lama siswa bisa mengerjakan biasanya guru mengirim materi tersebut ke
tugas ini. edmodo sehari sebelumnya sehingga siswa
3) untuk menambah jumlah pilihan dapat mempelajari materi tersebut. Pada
jawaban klik dibagian bawah ADD hari berikutnya ketika proses
RESPONE dan pembelajaran pada materi yang dipelajari,
tentukan POINT untuk setiap siswa lebih mudah memahami. Hal ini
jawaban yang benar bernilai berapa terlihat ketika guru memberikan latihan-
setiap soalnya(misal 10) latihan soal, siswa mampu
4) Isikan soal anda dan jawaban pada menyelesaikannya dengan baik.
kolom masing-masing nya dan Pembelajarn Bahasa Indonesia dengan
tentukan jawaban yang benar dengan menggunakan media edmodo telah
menekan SET ASS CORRECT berhasil membuat pembelajaran di kelas
ANSWERE Agar sistem dapat menjadi lebih menarik. Edmodo
menentukan jawaban yang benar atau digunakan guru selain sebagai sarana
salah, sehingga hasil sudah bisa di untuk menginformasikan materi juga
koreksi secara otomatis oleh edmodo. sebagai sarana untuk menyampaikan
jika soal pertama sudah selesai silakan tugas-tugas atau pun kuis yang bisa
klik tanda tambah disebelah kiri untuk dikerjakan oleh peserta didik.
lanjut soal no 2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
5) Setelah selesai membuat soal silahkan merupakan mata pelajaran yang harus
klik DONE jika semua soal sudah memiliki kemampuan berwawasan luas,
selesai anda buat. kemudian setelah sehingga siswa dituntut aktif dan kreatif
itu tentukan waktu kapan dimulai dan dalam memahami materi pembajaran
berakhir Tugas Multiple coice yang Bahasa Indonesia. Namun, hal tersebut

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 71


Fita Fatria , Ti latul Husna
Analisis Proses Pembelajaran E-Learning Berbasis Edmodo pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di SMKMulti Karya Medan
dapat diatasi dengan adanya suatu kreasi DAFTAR PUSTAKA
yang dilakukan oleh guru dengan adanya Rusman. 2010. Model-model
suatu metode pengajaran dengan Pembelajaran: Mengembangkan
pemanfaatan media pembelajaran berbasis Propesionalisme Guru. Jakarta:
e-learning sebagai perantara suatu proses Rajawali Pers.
pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dilakukan dengan memanfaatkan media Nasrullah. 2017. Efektivitas Penggunaan
yang tergolong terkini karena mengikuti Media Edmodo pada
perkembangan teknologi. Pembelajaran Pembelajaran Matematika
Bahasa Indonesia dengan memanfaatkan Ekonomi terhadap Komunikasi
media pembelajaran e-learning berbasis Matematis.
edmodo merupakan termasuk media yang Tersedia:https://journal.unpas.ac.i
memudahkan siswa untuk dapat belajar d/index.php/symmetry/article/.../2
dengan efisien sesuai waktu dan tempat 16/. diakses 3 November 2018.
yang diinginkan.
SIMPULAN Ghofary. 2015. Pengertian, Fungsi,
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kegunaan, Kelebihan dan
merupakan salah satu mata pelajaran yang Kekurangan Edmodo. Tersedia:
kompetensi keterampilan yang dinilai https://aboutgirlsite.wordpress.co
cukup penting bagi para siswa karena m/2015/11/02/ diakses 3
dilihat dari perspektif siswa, materi November 2018.
Bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran wajib pada setiap jenjang Zakaria. Pengertian, Manfaat, dan Fitur
pendidikan. Oleh karena itu penerapan e- Edmodo. Tersedia :
learning berbasis edmodo membuat proses https://www.nesabamedia.com/
pembelajaran terlihat santai dan diakses 3 November 2018.
menciptakan suasana belajar yang
nyaman. Proses pembelajaran diawali Ainiyah. 2015. Penggunaan Edmodo
dengan penjelasan mengenai proses sebagai Media Pembelajaran E-
pembelajaran e-learning berbasis edmodo Learning pada Mata Pelajaran
yang akan dilakukan selama satu semester. Otomatisasi Perkantoran di
Selanjutnya, setelah para siswa telah SMKN 1 Surabaya. Tersedia:
paham dengan pengarahan yang jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index
disampaikan guru dilanjutkan dengan .php/jpap/article/view/12541.
pembuatan grup dalam edmodo yang diakses 3 November 2018.
dilakukan dengan mengelompokkkan
siswa berdasarkan kelasnya masing- Hikmawan. 2018. Pemanfaatan media
masing. Pembelajaran Bahasa Indonesia pembelajaran berbasis edmodo
yang dilakukan dengan edmodo sebagai terhadap motivasi belajar siswa
media e-learning di kelas digunakan SMK. Tersedia:
ketika guru akan memberikan materi yang http://ejournal.upi.edu/index.php/j
dikirim sehari sebelum proses pmanper/article/download/9459/5
pembelajaran dalam kelas berlangsung. 849.
Edmodo digunakan guru selain sebagai
sarana untuk menginformasikan materi Setyawan. 2011. Media Berasal dari
juga sebagai sarana untuk menyampaikan Bahasa Latin. tersedia:
tugas-tugas dan kuis yang bisa dikerjakan http://zonainfosemua.blogspot.co
oleh peserta didik. m/2011/01/media-berasal-dari-
SARAN bahasa-latin.html . 3 November
Pembelajaran dengan 2018.
memanfaatkan e-learning berbasis
edmodo sebagai media memiliki banyak Rusman. (2014). Model-model
manfaat. Pembelajaran dengan Pembelajaran. Jakarta : Raja
memanfaatkan media e- learning berbasis GrafindoPersada.
edmodo merupakan pembelajaran yang
tidak memerlukan kelas formal untuk Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
proses pembelajarannya. Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung: Alfabeta.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 72


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

HUBUNGAN PEMAHAMAN STRUKTUR DAN CIRI KEBAHASAAN DENGAN


KEMAMPUAN MENULIS TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X
SMA NEGERI 4 MEDAN

,
1. Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
2. FBS Universitas Negeri Medan
garin_kbr@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman


struktur dan ciri kebahasaan terhadap kemampuan menulis teks anekdot siswa
kelas x sma negeri 4 medan. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 4 Medan yang terdiri dari 14 kelas dengan jumlah 490 orang.
Sampel yang diambil adalah 32 orang dari jumlah kelas yang telah ditentukan.
Metode yang digunakan adalah metode Ex post facto. Data pemahaman struktur,
ciri kebahasaan, dan kemampuan menulis teks anekdot siswa dijaring dengan
menggunakan objektif tes sebanyak 40 soal dan essay tes yang disusun
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum dilakukan pengujian data terlebih
dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji linieritas.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa data berdistribusi normal. Setelah
dilakukan perhitungan uji normalitas Lhitung < Ltabel pada taraf signifikan . Hasil uji
normalitas untuk data pemahaman struktur (0.0968< 0.1568 ) ciri kebahasaan
(0.1193 < 0.1568) dan kemampuan menulis teks anekdot (0.1520 < 0.1568). Hasil
korelasi antar variabel menunjukkan bahwa hubungan pemahaman struktur
terhadap kemampuan menulis teks anekdot memiliki koefesien determinan
korelasi ganda sebesar 69,39%, hubungan pemahaman ciri kebahasaan terhadap
kemampuan menulis teks anekdot memiliki koefesien determinan korelasi ganda
sebesar 22,37% dan hubungan pemahaman struktur, dan ciri kebahasaan terhadap
kemampuan menulis teks anekdot memiliki koefesien determinan korelasi ganda
sebesar 33,99%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan
signifikan antara hubungan pemahaman struktur, dan ciri kebahasaan terhadap
kemampuan menulis teks anekdot oleh siswa kelas X SMA Negeri 4.

Kata Kunci : Teks Anekdot, Struktur, Ciri Kebahasaan, dan Kemampuan Menulis

Abstract. This study aims to determine the relationship between the understanding
of structure and linguistic characteristics of the ability to write Anecdote texts in
grade X senior high school students in 4 fields. The population of this study was
all students of class X SMA 4 Medan which consisted of 14 classes with a total of
490 people. The sample taken is 32 people from the number of classes that have
been determined. The method used is the Ex post facto method. Data on
understanding structure, linguistic characteristics, and the ability to write
Anecdote texts of students are captured by using objective tests of 40 test questions
and essays arranged based on the objectives to be achieved. Before testing the
data, the test requirements for the analysis were carried out first, namely the
normality test and linearity test. Based on the results of the analysis obtained that
the data is normally distributed. After calculating the Lhitung normality test
<Ltabel at a significant level. The normality test results for understanding
structure data (0.0968 <0.1568) linguistic characteristics (0.1193 <0.1568) and
Anecdote text writing ability (0.1520 <0.1568). The results of the correlation
between variables indicate that the relationship between structural understanding
of the ability to write Anecdote texts has a determinant of multiple correlation
coefficients of 69.39%, the relationship of understanding linguistic characteristics
to the ability to write Anecdote texts has a determinant of multiple correlation
coefficients of 22.37% and relationship understanding structures, and linguistic
characteristics of the ability to write Anecdote texts have a determinant of multiple
correlation coefficients of 33.99%. So, it can be concluded that there is a positive
and significant relationship between the relationship of understanding structure
and linguistic characteristics to the ability to write Anecdote texts by class X
students of SMA 4 Medan.

Keywords: Anecdote Text, Structure, Language Characteristics, and Writing


Ability
PENDAHULUAN satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah meningkatkan kemampuan
tidak lepas dari hubungan pembelajaran berbahasa, terutama siswa yang ada di
bahasa yang berlangsung di dunia. Salah

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 73


Garin Akbar Aulia , Azhar Umar
Hubungan Pemahaman Struktur dan Ciri Kebahasaan dengan Kemampuan Menulis
Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Medan
sekolah, yang terdiri atas empat struktur teks, kalimat penjelas dan
keterampilan. Keempat keterampilan terkadang masih bingung dalam
dalam berbahasa tersebut adalah menentukan tema dan mengembangkan ide
menyimak, berbicara, membaca, dan yang akan ditulis dalam teks anekdot.
menulis. Salah satu keterampilan yang Selain itu, siswa juga sering merasa jenuh
paling kompleks yaitu keterampilan apabila guru memberi tugas menulis atau
menulis, karena menuntut si penulis untuk mengarang. Inilah yang menyebabkan nilai
dapat menyusun isi tulisannya dan yang diperoleh siswa belum mencapai
menuangkannya ke dalam bahasa tulis. Hal KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Nilai
ini sangat berkaitan erat dengan Kurikulum KKM pada standar kompetensi di sekolah
2013 yang menekankan pembelajaran tersebut adalah 75. Sedangkan nilai rata-
Bahasa Indonesia yang berbasis teks. rata siswa kelas X pada mata pelajaran
Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia untuk materi menulis
menulis merupakan prasyarat pencapaian masih di bawah 75. Oleh karena itu,
kompetensi dalam pembelajaran. Salah pencapaian nilai menulis karangan anekdot
satu materi pembelajaran bahasa Indonesia siswa masih belum tuntas.Rendahnya
di tingkat SMA yang terdapat dalam kemampuan siswa dalam menulis juga
silabus Kurikulum 2013 kelas X adalah dapat disebabkan karena metode yang
materi yang berupa teks anekdot. digunakan dalam pembelajaran terlalu
Penelitian ini difokuskan pada kemampuan monoton yaitu dengan metode ceramah.
siswa dalam menulis teks anekdot. Padahal pembelajaran menulis teks
Aspek menulis yang harus tersebut merupakan pembelajaran yang
dikuasai siswa salah satunya yaitu menulis harus dipraktekkan secara langsung. Selain
gagasan secara logis dalam bentuk teks itu, teks anekdot merupakan teks yang
anekdot. Seluruh siswa diharapkan mampu cukup sulit dibandingkan dengan materi
menulis teks anekdot. Tujuannya yaitu yang lainnya karena menuntut siswa untuk
untuk memberikan informasi dan dapat membuat orang terhibur. Hal ini
menambah pengetahuan bagi pembaca dan seolah-olah menggambarkan bahwa
juga membangkitkan tawa. Oleh karena pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah
itu, siswa diharapkan mampu menuangkan tidak maksimal, karena masih jauh dari apa
gagasannya secara runtut dan lengkap. yang dicita-citakan dalam kompetensi
Namun pada kenyataannya masih banyak dasar. Pengajaran Bahasa Indonesia yang
persoalan yang dihadapi siswa dalam cenderung bersifat hafalan tidak cukup
menulis teks anekdot, yaitu masih mendukung pengembangan kemampuan
rendahnya pemahaman struktur, dan ciri berbahasa yang dimiliki siswa. Oleh
kebahasaan dari teks tersebut. karena itu, guru dituntut untuk
Hal ini juga sudah dikemukakan menciptakan suasana kelas yang hidup dan
dalam penelitian Priyatna (2011:9), yang tidak monoton agar dapat membangkitkan
mengatakan bahwa beberapa penyebab semangat siswa dalam berfikir dan
rendahnya keterampilan menulis siswa mengembangkan kemampuan
yaitu faktor kesulitan siswa dalam berbahasanya.
mengembangkan ide, gagasan, kurangnya METODE PENELITIAN
minat siswa dalam pembelajaran menulis Metode penelitian merupakan
karena adanya anggapan menulis adalah rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
kegiatan yang membosankan dan sangat penelitian yang didasari oleh asumsi dasar
sulit. Selain itu, kurangnya waktu yang dan pertanyaan dengan suatu masalah
sudah ditentukan dalam pembelajaran yang dihadapi. Metode penelitian
mengarang, ini terbukti para siswa tidak memiliki sebuah rancangan untuk
dapat menyelesaikan hasil karangan secara mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang
lengkap. dimaksud untuk mengarahkan peneliti
Berdasarkan pengamatan yang merancang sebuah kegiatan penelitian
telah dilakukan penulis selama PPL dan agar dapat memberikan jawaban yang
hasil wawancara dengan guru mata sahih dengan pertanyaan-pertanyaan yang
pelajaran Bahasa Indonesia kelas X di diajukan peneliti dalam rumusan masalah.
SMA Negeri 4 medan, masih banyak siswa Maka dalam penelitian ini, Penulis
yang belum mampu menulis teks anekdot menggunakan metode penelitian
dengan baik. Hal ini disebabkan dengan korelasional. Menurut Sukmadinata
siswa kurang memahami mengenai (2010:56) mengatakan bahwa, “penelitian

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 74


Garin Akbar Aulia , Azhar Umar
Hubungan Pemahaman Struktur dan Ciri Kebahasaan dengan Kemampuan Menulis
Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Medan
korelasional ditujukan untuk mengetahui Berdasarkan kategori penilaian
hubungan suatu variabel dengan variabel- pemerolehan nilai rata-rata kemampuan
variabel lain. Hubungan antara satu menulis teks Anekdot yaitu 77,97 tersebut
dengan beberapa variabel lain dinyatakan berkategori baik.
dengan besarnya koefisien korelasi dan b. Mempersentasekan
keberartian (signifikansi) secara statistik.” Dari data yang diperoleh, hasil
Arikunto (2010:313) yang menyatakan kemampuan menulis teks Anekdot(Y)
penelitian korelasi bertujuan untuk yaitu kategori sangat baik sebanyak 7
menemukan ada tidaknya hubungan dan siswa atau 21,875%, kategori baik
apabila ada, berapa eratnya serta berarti sebanyak 21 siswa atau 65,625%, kategori
atau tidaknya hubungan itu. Besar cukup sebanyak 3 siswa atau 9,375% dan
kecilnya hubungan tersebut dinyatakan kategori kurang sebanyak 1 siswa atau
dalam bentuk koefisien korelasi. 3,125%. Aspek tertinggi dapat dilihat
HASIL PENELITIAN dalam tabel adalah aspek isi dengan nilai
1. Pemahaman Struktur Teks Anekdot 960 dan aspek terendah adalah ciri
Berdasarkan hasil analisis, kebahasaan dengan nilai 715. Berdasarkan
diketahui bahwa hasil pemahaman struktur kategori penilaian pemerolehan nilai rata-
teks Anekdot(X1) yaitu kategori sangat rata kemampuan menulis teks Anekdot
baik sebanyak 12 siswa atau 37,5%, yaitu 77,97 tersebut berkategori baik.
kategori baik sebanyak 11 siswa atau 4. Hubungan Pemahaman Struktur (X1)
34,375%, kategori cukup sebanyak 6 siswa dan Ciri Kebahasaan (X2) terhadap
atau 18,75%, dan kategori kurang Kemampuan Menulis Teks
sebanyak 3 siswa atau 9,375%. Anekdot(Y)
2. Pemahaman Ciri Kebahasaan Teks Berdasarkan hasil perhitungan
Anekdot yang menunjukkan besarnya koefesien
Berdasarkan hasil analisis, dan pada perhitungan pada diketahui
diketahui bahwa hasil pemahaman ciri bahwa :.
kebahasaan (X2) yaitu kategori sangat baik a. Sumbangan Pemahaman Struktur teks
sebanyak 13 siswa atau 40,625%, kategori Anekdot dengan kemampuan menulis
baik sebanyak 17 siswa atau 53,125%, dan teks Anekdot sebesar 0,833.
kategori cukup sebanyak 2 siswa atau I1= r2 x 100%
6,25%. I1= 0,8332 x 100% = 69,39%
3. Kemampuan Menulis Teks Anekdot Dari hasil perhitungan indeks
Berdasarkan hasil analisis , skor determinasi di atas, maka diketahui bahwa
tertinggi untuk aspek isi adalah 40, aspek besar sumbangan pemahaman struktur
struktur adalah 30 dan aspek ciri dengan kemampuan menulis teksAnekdot
kebahasaan adalah 30. Data yang diperoleh adalah sebesar 15.45 % dan sisanya lagi
dari hasil penelitian dengan jumlah ditentukan oleh faktor lain.
responden 32. b. Sumbangan Pemahaman Ciri
Aspek Data penelitian ini diolah kebahasaan teks Anekdot dengan
dengan menggunakan teknik statistik Kemampuan Menulis teks Anekdot
deskripsi. Pengolahan data kemampuan sebesar 0.473.
membandingkan isi, struktur, dan ciri I1 = r2 x 100%
kebahasaan teks prosedur kompleks I1 = 0.473 2 x 100% = 22.37 %
dengan teks eksposisi dilakukan dengan Dari hasil perhitungan indeks
menyusun tabel distribusi frekuensi dan determinasi di atas, maka diketahui bahwa
menghitung nilai rata-rata (mean). besar sumbangan pemahaman ciri
Pengolahan data tersebut dilakukan kebahasaan dengan kemampuan menulis
sebagai berikut: teks Anekdot adalah sebesar 22.37 % dan
a. Menghitung Rata-rata (Mean) sisanya lagi ditentukan oleh faktor lain.
Skor tertinggi untuk aspek isi c. Sumbangan Pemahaman Struktur dan
adalah 40, aspek struktur adalah 30 dan Ciri kebahasaan teks Anekdot dengan
aspek ciri kebahasaan adalah 30. Data yang Kemampuan Menulis teks Anekdot
diperoleh dari hasil penelitian dengan sebesar 0,835.
jumlah responden 32. Aspek tertinggi I1 = r2 x 100%
dapat dilihat dalam tabel adalah aspek isi I1 = 0,583 2 x 100% = 33,99 %
dengan nilai 960 dan aspek terendah Dari hasil perhitungan indeks
adalah ciri kebahasaan dengan nilai 715. determinasi di atas, maka diketahui bahwa

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 75


Garin Akbar Aulia , Azhar Umar
Hubungan Pemahaman Struktur dan Ciri Kebahasaan dengan Kemampuan Menulis
Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Medan
besar sumbangan pemahaman Struktur dan siswa yang memiliki nilai dalam kategori
ciri kebahasaan dengan kemampuan baik, yakni mencapai 17 siswa (53.125%),
menulis teks Anekdot adalah sebesar siswa yang memiliki nilai dalam kategori
33,99% dan sisanya lagi ditentukan oleh sangat baik sebanyak 13 siswa (40.625%),
faktor lain. siswa yang memiliki nilai dalam kategori
PEMBAHASAN cukup sebanyak 2 orang (6.25%), siswa
1. Pemahaman Struktur Teks Anekdot yang memiliki nilai cukup disebabkan
(X1) oleh, kurangnya pemahaman ciri
Pemahaman struktur teks Anekdot kebahasaan teks anekdot pada bagian
oleh siswa kelas X SMA Negeri 4 Medan kalimat deklaratif. Dari hasil analisis uji
cenderung baik dengan nilai rata-rata 77,66 normalitas, pemahaman ciri kebahasaan
dan standar deviasi 9,502, hal ini teks Anekdot (X2) setelah dikonsultasikan
menunjukkan bahwa siswa sudah dengan Ltabel pada taraf signifikan α = 0.05
memahami struktur teks anekdot sudah maka memiliki nilai Lhitung < Ltabel (0.1190
sangat baik. Seperti yang kita ketahui < 0.1568). Hal ini membuktikan bahwa
struktur dari teks anekdot adalah data variable pemahaman struktur
“abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda”. berdistribusi normal.
Tetapi masih ada siswa yang tidak dapat 3. Kemampuan Menulis Teks Anekdot
menemukan struktur secara lengkap. Pada Kemampuan menulis teks Anekdot
tabel distribusi frekuensi diketahui bahwa, (Y) cenderung baik dengan nilai rata-rata
pemahaman struktur teks Anekdot (X1) 77.97 dan standar deviasi 6.07. Pada tabel
didominasi oleh siswa yang memiliki nilai distribusi frekuensi kemampuan menulis
dalam kategori sangat baik, yakni teks Anekdot diketahui bahwa,
mencapai 12 siswa ( 37,5), siswa yang pemahaman isi teks Anekdot didominasi
memiliki nilai dalam kategori baik oleh siswa yang memiliki nilai dalam
sebanyak 11 siswa ( 34,375), siswa yang kategori baik, yakni mencapai 21 siswa
memiliki nilai dalam kategori cukup (65.625%), siswa yang memiliki nilai
sebanyak 6 orang (18.75 ), siswa yang dalam kategori sangat baik sebanyak 7
memiliki nilai dalam kategori kurang siswa (21.875%), siswa yang memiliki
sebanyak 3 orang (9,375 ). Siswa yang nilai dalam kategori cukup sebanyak 3
memiliki nilai dalam kategori kurang orang (9.375%), siswa yang memiliki nilai
disebabkan oleh kurangnya pemahaman dalam kategori kurang sebanyak 1 orang
struktur teks Anekdot pada bagian (3.125 %). Siswa yang memiliki nilai yang
abstraksi. Selanjutnya Pembahasan analisis cukup disebabkan oleh, kurangnya
uji normalitas, pemahaman struktur teks kemampuan menulis teks Anekdot pada
Anekdot (X1) (Lhitung ) = 0,0968 setelah bagian ciri kebahasaan teks Anekdot. Dari
dikonsultasikan dengan Ltabel pada taraf hasil analisis uji normalitas, pemahaman
signifikan α = 0.05 maka memiliki nilai kemampuan menulis teks Anekdot (Y)
Lhitung < Ltabel (0.0968 < 0.1568). Hal ini setelah dikonsultasikan dengan Ltabel pada
membuktikan bahwa data variabel taraf signifikan α = 0.05 maka memiliki
pemahaman struktur berdistribusi normal. nilai Lhitung < Ltabel (0.1520 < 1568). Hal ini
2. Pemahaman Ciri Kebahasaan Teks membuktikan bahwa data variable
Anekdot (X2) kemampuan menulis teks anekdot
Pemahaamn ciri kebahasaan teks berdistribusi normal.
Anekdot (X2) oleh siswa kelas X SMA 4. Hubungan Pemahaman Struktur (X1)
Negeri 4 Medan cenderung baik dengan dan Ciri Kebahasaan (X2) terhadap
nilai rata-rata 83.13 dan standar deviasi Kemampuan Menulis Teks
7.04. , hal ini menunjukkan bahwa siswa Anekdot(Y)
sudah memahami ciri kebahasaan teks Kemampuan menulis teks Anekdot
anekdot sudah sangat baik. Seperti yang (Y) cenderung baik dengan nilai rata-rata
kita ketahui struktur dari teks anekdot 77.97 dan standar deviasi 6.07. Pada tabel
adalah “Kalimat deklaratif,kalimat kausal, distribusi frekuensi kemampuan menulis
konjungsi temporal,unsur lucu,partisipan”. teks Anekdot diketahui bahwa,
Tetapi masih ada siswa yang tidak dapat pemahaman isi teks Anekdot didominasi
menemukan ciri kebahasaan secara oleh siswa yang memiliki nilai dalam
lengkap. Pada tabel distribusi frekuensi kategori baik, yakni mencapai 21 siswa
diketahui bahwa, pemahaman ciri (65.625%), siswa yang memiliki nilai
kebahasaan teks Anekdot didominasi oleh dalam kategori sangat baik sebanyak 7

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 76


Garin Akbar Aulia , Azhar Umar
Hubungan Pemahaman Struktur dan Ciri Kebahasaan dengan Kemampuan Menulis
Teks Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Medan
siswa (21.875%), siswa yang memiliki Kategori nilai rata-rata tersebut adalah
nilai dalam kategori cukup sebanyak 3 baik. Hasil data rata-rata pemahaman
orang (9.375%), siswa yang memiliki nilai struktur teks Anekdot siswa kelas X SMA
dalam kategori kurang sebanyak 1 orang Negeri 4 Medan adalah 77,66 dan standar
(3.125 %). Koefisien determinasi korelasi deviasi 9,502 dari jumlah siswa 32 orang.
ganda sebesar 33,99% merupakan Kategori nilai rata-rata tersebut adalah
hubungan antara pemahaman struktur dan baik.Hasil data rata-rata pemahaman ciri
ciri kebahasaan dengan kemampuan kebahasaan teks Anekdot siswa kelas X
menulis teks anekdot dan selebihnya SMA Negeri 4 Medan adalah 83,13 dan
didukung oleh faktor lain. Selanjutnya standar deviasi 7,04 dari jumlah siswa 32
2
untuk koefisien determinasi korelasi R orang. Kategori nilai rata-rata tersebut
diketahui bahwa koefisien determinan adalah sangat baik.
korelasi ganda pemahaman struktur (X1) = DAFTAR PUSTAKA
69,39%, koefisien determinan korelasi Depdikbud, 2005. Kamus Besar Bahasa
ganda pemahaman ciri kebahasaan teks Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
anekdot (X2) = 22,37%.
SIMPULAN Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa
Hasil analisis data penelitian dan Indonesia.Jakarta:Balai Pustaka.
pengujian hipotesis tentang Hubungan
Pemahaman Struktur dan Ciri Kebahasaan Manurung. 2013. Statistik Pendidikan.
dengan Kemampuan Menulis Teks Jakarta: Halaman Moeka
Anekdot Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Permendikbud. 2013. Kerangka dasar dan
Medan, diperoleh sebagai berikut: struktur kurikulum sekolah
1. Hasil data rata-rata pemahaman struktur menengah atas/ madrasah aliyah
teks Anekdot siswa kelas X SMA nomor 69 tahun 2013. Jakarta:
Negeri 4 Medan adalah 77,66dan Permendikbud.
standar deviasi 9,502 dari jumlah siswa Priyatni,Endah Tri. 2014. Desain
32 orang. Kategori nilai rata-rata Pembelajaran Bahasa Indonesia
tersebut adalah baik. Dalam Kurikulum 2013.Jakarta:
2. Hasil data rata-rata pemahaman ciri Bumi Aksara.
kebahasaan teks Anekdot siswa kelas X _______________. 2015. Desain
SMA Negeri 4 Medan adalah 83,13 dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
standar deviasi 7,04 dari jumlah siswa Dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
32 orang. Kategori nilai rata-rata Bumi Aksara.
tersebut adalah sangat baik.
3. Hasil data rata-rata kemampuan Saridi, Diane Ratna . 2016. Pembelajaran
menulis teks Anekdot siswa kelas X Membandingkan Teks Cerita
SMA Negeri 4 Medan adalah 77,97 dan Pendek dengan Teks eksplanasi
standar deviasi 6,07dari jumlah siswa kompleks Kompleks Menggunakan
32 orang. Kategori nilai rata-rata Model Cooperative Integrated
tersebut adalah baik. Reading And Composition Pada
4. Ada Hubungan pemahaman struktur Siswa Kelas XI SMA Negeri 18
dengan kemampuan menulis teks Bandung Tahun Pelajaran
Anekdot siswa kelas X SMA Negeri 4 2016/2017.
Medan sebesar 0,833. Sugiono,2009. Metode Penelitian
5. Ada Hubungan pemahaman ciri
Kuantitatif dan kualitatif.:
kebahasaan dengan kemampuan Bandung: Alfabeta
menulis teks Anekdot siswa kelas X
SMA Negeri 4 Medan sebesar 0,473. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode
6. Ada Hubungan pemahamanstruktur dan Penelitian Pendidikan. Bandung:
ciri kebahasaan dengan kemampuan Remaja Rosdakarya.
menulis teks Anekdot siswa kelas X
SMA Negeri 4 Medan sebesar 0,835.
SARAN
Hasil data rata-rata kemampuan
menulis teks Anekdot siswa kelas X SMA
Negeri 4 Medan adalah 77,97 dan standar
deviasi 6,07 dari jumlah siswa 32 orang.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 77


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PERMASALAHAN PADA OTAK (DISLEKSIA) BERPENGARUH


PADA KEMAMPUAN BERBAHASA

Mhd. Hamzah Fansuri Hsb


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
Hamzahhsb3@gmail.com

Abstrak. Disleksia merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar spesifik yang
tersering diantara kedua bentuk kesulitan belajar spesifik lainnya yaitu disgrafia
dan diskalkulia. Disleksia yang berasal dari bahasa Greek secara harafiah
mengandung makna kesulitan berbahasa (dys = sulit; lexia = bahasa). Disleksia
(seperti halnya diskalkulia dan disgrafia) terjadi pada individu dengan potensi
kecerdasan normal, bahkan banyak diantara mereka yang mempunyai tingkat
kecerdasan jauh di atas rata-rata. Itulah sebabnya maka disleksia disebut sebagai
kesulitan belajar SPESIFIK, karena kesulitan belajar yang dihadapinya hanya
terjadi pada satu atau beberapa area akademis yang spesifik saja, diantaranya area
membaca, menulis dan berhitung. Seringkali disleksia merujuk pada kondisi
dimana kesulitan belajar yang nampak pada individu tersebut sulit dijelaskan
karena demikian ‘berlawanan’ dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
Sebagian besar orang awam memahami disleksia sebagai kondisi dimana anak
sulit belajar baca, malas menulis, jika menulis banyak huruf yang hilang, sulit
menghitung, dan sebagainya, namun sejatinya disleksia sama sekali tidak
sesederhana itu.

Kata kunci : Disleksia, penyebab, strategi

Abstract. Dyslexia is one of the most common forms of learning difficulties among
the two other specific forms of learning difficulties, namely dysgraphia and
dyscalculia. Dyslexia originating from Greek literally means language difficulties
(dys = difficult; lexia = language). Dyslexia (like dyscalculia and dysgraphia)
occurs in individuals with normal intelligence potential, even many of them who
have a level of intelligence far above average. That is why dyslexia is referred to
as SPECIFIC learning difficulties, because the learning difficulties it faces only
occur in one or several specific academic areas, including the area of reading,
writing and counting. Often dyslexia refers to a condition where the learning
difficulties that appear to the individual are difficult to explain because of this
'opposite' to the potential intelligence they have. Most lay people understand
dyslexia as a condition where children have difficulty learning to read, are lazy to
write, if they write a lot of missing letters, difficult to count, and so on, but actually
dyslexia is not that simple at all.

Keywords: Dyslexia, causes, strategies


PENDAHULUAN sudah bersekolah dan belum lancar
Disleksia adalah hilangnya membaca dianggap bodoh atau tertinggal.
kemampuan untuk membaca dan menulis. Bisa saja terjadi anak itu menderita
Hilangnya kemampuan untuk membaca disleksia.
disebut Aleksia dan hilangnya Kemampuan membaca pada anak
kemampuan untuk menulis disebut normal, sudah muncul sejak usia enam
Agrafia ( Dardjowidjojo, 2008: 216). atau tujuh tahun, namun anak disleksia
Disleksia merupakan sebuah kondisi tidak mampu untuk itu. Bahkan sampai
ketidakmampuan belajar pada seseorang usia dewasa mereka masih mengalami
yang disebabkan oleh kesulitan dalam gangguan keduanya. Seperti misalnya kata
melakukan aktivitas membaca dan ”pulang” ducapkan menjadi ”puang”.
menulis. Gangguan ini bukan bentuk dari Atau kata ”mandi” menjadi ”pagi”.
ketidakmampuan fisik, seperti masalah Disleksia ditandai dengan adanya
penglihatan, tetapi mengarah pada otak kesulitan membaca pada anak maupun
yang telah mengolah dan memproses dewasa yang seharusnya menunjukkan
informasi yang sedang dibaca. Para kemampuan dan motivasi untuk membaca
orangtua sering beranggapan bahwa anak- secara benar dan lancar. Pada anak usia
anak usia sekolah yang belum bisa prasekolah, adanya riwayat keterlambatan
membaca dan menulis merupakan ukuran berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari
ketidakmampuan mereka. Anak yang suatu kata (kesulitan bermain kata-kata

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 78


Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
Permasalahan pada Otak (Disleksia) Berpengaruh pada Kemampuan Berbahasa
yang berirama, kebingungan dalam dan alat yang digunakan dalam penelitian
menghadapi kata-kata yang mirip, ini adalah sebagai berikut :
kesulitan belajar mengenal huruf) a. Kamera
misalnya kata “kakak” diucapkan “gagak” b. Tes berbentuk teks
disertai dengan adanya riwayat keluarga Adapun bentuk metode penelitian
yang menderita disleksia, menunjukkan peneliti berdasarkan (Prof. Dr. Suharsimi
faktor risiko yang bermakna untuk Arikunto, 2009: 102) sebagai berikut :
menderita disleksia. Berikutnya, pada a. Angket
anak usia sekolah biasanya keluhan b. Wawancara
berupa kurangnya kemampuan tampil c. Pengamatan
membaca di sekolah, misalnya kata d. Ujian / tes
“ayam” dibaca “maya”, tetapi orangtua e. Dokumentasi
dan guru sering tidak menyadari bahwa Metode penelitian yang digunakan
anak tersebut mengalami kesulitan dalam penelitian ini adalah metode
membaca. deskriptif. Sudaryanto (1986:62)
Anak disleksia akan terlihat memaparkan istilah deskriptif itu
terlambat berbicara, tidak belajar huruf di menyarankan bahwa penelitian yang
Taman Kanak-Kanak dan tidak belajar dilakukan semata-mata hanya berdasarkan
membaca di Sekolah Dasar. Tentunya, fakta yang ada dan fenomena yang
Anak tersebut akan semakin ketinggalan memang secara empiris hidup para
dalam hal pelajaran sedangkan guru dan penutur-penuturnya, sehingga yang
orangtua merasa semakin heran mengapa dihasilkan atau dicatat berupa penelitian
anak dengan tingkat kepandaian yang bahasa yang biasa dikatakan sifatnya
cukup baik mengalami kesulitan seperti potret: paparan seperti apa adanya.
membaca. Walaupun anak telah diajarkan Berdasarkan penjelasan Sudaryanto di
secara khusus, namun anak tersebut atas, maka di dalam penelitian ini peneliti
membaca dengan lebih lambat. Ia berusaha memaparkan deskripsi mengenai
mengalami gangguan dalam membaca perkembangan pemerolehan bahasa pada
bahkan bingung mengenali huruf dan subjek penelitian. Dengan pendapat
angka yang mirip. Selain itu penderita Sudaryanto (1986:62) yang menyebutkan
disleksia akan mengalami gangguan bahwa penelitian yang deskriptif itu tidak
kepercayaan diri.Melalui pengamatan mempertimbangkan benar salahnya
kesulitan membaca yang dialami anak- penggunaan bahasa oleh penutur-
anak maka ada kecenderungan bahwa penuturnya, hal ini merupakan cirinya
pemicu disleksia adalah kelainan yang utama dan terutama. Sementara itu,
neurobiologis, yang ditandai dengan analisis yang digunakan dalam metode
kesulitan dalam mengenali kata dengan penelitian ini adalah analisis kualitatif.
tepat, baik dalam pengejaan dan Mahsun (2007: 257) berpendapat bahwa
pengkodean simbol. Kesulitan membaca penelitian kualitatif bertujuan untuk
yang dialami anak disleksia, tidak ada memahami fenomena sosial termasuk
hubungannya dengan tingkat intelegensi fenomena kebahasaan yang tengah diteliti.
mereka. Bahkan dalam beberapa kasus, Oleh karena itu, analisis kualitatif
anak disleksia jauh lebih cerdas daripada fokusnya pada penunjukan makna,
anak normal lainnya. deskriptif penjernihan, dan penempatan
METODOLOGI PENELITIAN data pada konteksnya masing-masing dan
Lokasi dan tempat penelitian sering kali melukiskannya dalam bentuk
berada di kediaman penulis Jln. Imam kata-kata.
bonjol gang bengkel anas ujung Metode Penelitian Pemerolehan Bahasa
Padangsidimpuan, adapun alasan penulis Metode penelitian adalah
memilih kediaman sendiri sebagai tempat penentuan cara agar proses pemerolehan
penelitian didasarkan persetujuan anatara dan analisis data dapat dilakukan.
peneliti dan subjek peneliti. Penelitian ini Keberhasilan sebuah penelitian tidak
dilaksanakan pada bulan April - Mei 2018. terlepas dari ketepatan peneliti
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan metode penelitiannya.
sangat memerlukan bahan dan alat Hubungannya dengan pemerolehan bahasa
penelitian agar penelitian yang dilakukan pada anak, metode penelitian pada
dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan bahasan ini berkembang (Dardjowidjojo,
mendapatkan data informasi untuk 2003: 228) mengemukakan bahwa
menjawab permasalahan penelitian. Bahan disamping buku catatan harian, metode

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 79


Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
Permasalahan pada Otak (Disleksia) Berpengaruh pada Kemampuan Berbahasa
penelitian yang dipakai juga dapat berupa : Dibantu Bidan
observasi. Dengan kemajuan teknologi, 6. Gangguan Saat Bayi Lahir
data diperoleh dengan merekam ujaran : Nornal / Tidak Ada Gangguan
maupun tingkah laku anak saat berujar, 7. Berat Bayi
baik secara visual maupun secara auditori. : 3,5 Kg
Penelitian ini adalah metode penelitian 8. Tanda- Tanda Kelainan Pada Bayi
observasi dan metode penelitian : Tompel Di Punggung
eksperimental. Dardjowidjojo (2003:229) C. Perkembangan Fisik & Bahasa
menyatakan bahwa metode penelitian Pada Usia
dengan tipe observasional dan natural, 1. Dapat Berdiri : Dari Umur 8 Tahun
peneliti tidak mengadakan interferensi apa 2. Dapat Berjalan : Dari 1 Tahun 6 Bulan
pun. Anak dibiarkan berbahasa secara 3. Mulai Berceloteh : ± 2 Tahun 6 Bulan
natural di tempat yang tidak khusus 4. Penggunaan Tangan Saat
disediakan. Sedangkan pada tipe Berkomunikasi : Dari 2 Tahun 9 Bulan
obsevasional yang terkontrol, tempat 5. Mulai Berbicara Dengan Kata/Kalimat
penelitian ditentukan seperti kamar main : Dari 3 Tahun Sampai 4 Tahun
dalam laboratorium sudah diatur terlebih 6. Mulai Berbicara Dengan Kalimat
dahulu oleh peneliti. Selanjutnya Bermakna : Sekilah Dasar (Sd) Kelas 3
Dardjowidjojo (2003: 230) kembali D. Perkembangan Sosial Pada Usia
memaparkan bahwa tipe eksperimental 1. Hubungan Dengan Saudara
mengadakan interferensi untuk : Tidak Semua Akur Pilih-Pilih
mengetahui apakah suatu keadaan tertentu Orangnya
dapat memunculkan hasil yang 2. Hubungan Dengan Teman
diramalkan. Berdasarkan pemaparan : Yang Dianggap Kawan, Lebih Muda
metode penelitian di atas, maka peneliti Darinya
dapat menyimpulkan bahwa metode 3. Hubungan Dengan Orang Tua
penelitian observasi adalah metode : Kurang Ditanggapi
penelitian yang cocok untuk desain 4. Hobi : Bola Kaki
penelitian studi kasus. Dalam metode ini 5. Minat Khusus : Tidak Ada
data yang dihasilkan bersifat kualitatif E. Perkembangan Pendidikan Pada
atau pemaparan. Sedangkan metode Usia
penelitian eksperimental adalah metode 1. Masuk Tk : Tidak Pernah
penelitian yang cocok untuk desain 2. Lama Pendidikan Tk : Tidak Pernah
penelitian subjek tunggal (single subjek). 3. Kesulitan Anak Selama Di Tk
Adapun sampel dalam penelitian ini hanya : Tidak Pernah
subjek tunggal (single subjek) yang 4. Masuk SD : Umur 6 Tahun
berusia 14 tahun 5. Lama Pendidikan SD
HASIL PENELITIAN : 8 Tahun Masih Kelas V Karena
Latar Belakang Subjek Penelitian Sering Tinggal Kelas
A. Identitas Anak 6. Kesulitan Anak Selama Di SD
1. Nama : Mhd Arifin : Tidak Pandai Membaca, Tidak Mau
2. Tempat Dan Tanggal Lahir Bicara
: Padangsidimpuan, 25 Mei 2004 7. Masuk SMP : Tidak Pernah
3. Umur : 14 Tahun 8. Lama Pendidikan SMP : Tidak Pernah
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki 9. Kesulitan Anak Selama Di SMP
5. Agama : Islam : Tidak Pernah
6. Status : Anak Kandung 10. Pernah Tidak Naik Kelas
7. Anak Ke Dari Jumlah Saudara : Di Sekolah Dasar 3 Kali Tinggal
: Ke 2 Dari 4 Bersaudara Kelas
B. Riwayat Kehamilan 11. Mata Pelajaran Yang Dirasa Sulit
1. Penyakit Pada Masa Kehamilan : Matematika
: Mual, Muntah 12. Mata Pelajaran Yang Disenangi
2. Usia Kandungan Saat Kelahiran : Olahraga
: 9 Bulan 13. Prestasi Dicapai Saat Belajar
3. Riwayat Proses Kelahiran : Tidak Ada
: Normal 14. Pelayanan Khusus Yang Pernah
4. Tempat Kelahiran Diterima Anak
: Rumah Sakit Bersalin : Tidak Ada
5. Penolongan Proses Kelahiran

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 80


Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
Permasalahan pada Otak (Disleksia) Berpengaruh pada Kemampuan Berbahasa
F. Keterangan Lain Yang Dianggap 3. Sering Kedua Kakinya Diangkat Bila
Perlu (Kebiasaan Anak) Duduk Di Kursi
1. Sering Mengigit Kerah Leher Baju 4. Pendiam Jarang Bicara (Pilih-Pilih
2. Sering Mengepal-Ngepal Tangan Kawan)
Sambil Berbicara
PEMBAHASAN
Tabel 1. Tes Kesulitan Pengucapan
No Kata Target Pengucapan I Pengucapan II Pengucapan III
1 Sekolah Sekolah Sekolah Sekolah
2 Tukang Tukang Tukang Tukang
3 Anting Anfing Anting Anting
4 Bengkel Bangkel Bengkel Bengkel
5 Bangku Bangku Bangku Bangku
6 Angin Angin Angin Angin
7 Pintu Pintu Pintu Pintu
8 Uang Uang Uang Uang
9 Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
10 Renda Renda Renda Renda
11 Sulawesi Suwawesi Suwawesi Suwawesi
12 Sulap Kulap Kulap Kulap
13 Sayap Sayap Sayap Sayap
14 Nektar Tennah Tennah Tennah
15 Bangkai Bangkai Bangkai Bangkai
16 Boneka Boneka Boneka Boneka
17 Ibu Ibu Ibu Ibu
18 Bibi Bouk Bouk Bouk
19 Kesombongan Sombongan Sombongan Sombongan
20 Iwan Iwan Iwan Iwan
21 Setelah Sekelah Sekelah Sekelah
22 Mereka Megeka Megeka Megeka
23 Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
24 Engkau Engku Engku Engku
25 Beberapa Bebelapa Bebelapa Bebelapa
26 Alam Alam Alam Alam
27 Buku Buku Buku Buku
28 Meja Meja Meja Meja
29 Bioskop Bisokop Bisokop Bisokop
30 Kuning Kuning Kuning Kuning
31 Biru Biru Biru Biru
32 Kursi Kulsi Kulsi Kulsi
33 Orang Orang Orang Orang
34 Hati Ati Ati Ati
35 Bapak Bapak Bapak Bapak
36 Surga Sulga Sulga Sulga
37 Pembohong Pembohong Pembohong Pembohong
38 Pengembara Pengembala Pengembala Pengembala
39 Keras Kelas Kelas Kelas
40 Kasih Kasih Kasih Kasih
42 Udara Udala Udala Udala
43 Kekeluargaan Kelualga Kelualga Kelualga
44 Pantai Pantai Pantai Pantai
45 Ombak Ombak Ombak Ombak
46 Melati Melatih Melatih Melatih
47 Kutilang Kutilang Kutilang Kutilang
48 Ulat Ulat Ulat Ulat
49 Musuh Musuh Musuh Musuh
50 Kupu-Kupu Kupu-Kupu Kupu-Kupu Kupu-Kupu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 81


Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
Permasalahan pada Otak (Disleksia) Berpengaruh pada Kemampuan Berbahasa
51 Kelelawar Kehelawal Kehelawal Kehelawal
52 Tanah Tanah Tanah Tanah
53 Cuaca Cuaca Cuaca Cuaca
54 Boneka Boneka Boneka Boneka
55 Komodo Komodo Komodo Komodo
56 Sepeda Sepeda Sepeda Sepeda
57 Lemari Menari Lemali Lemari
58 Celana Selana Celana Celana
59 Melati Melatih Melatih Melatih
60 Menara Menala Menala Menala
61 Petani Petanih Petanih Petanih
62 Ria Lia Lia Lia
63 Siapa Siapa Siapa Siapa
64 Perekonomian Onomian Onomian Onomian
65 Belakang Belakang Belakang Belakang
66 Sukaramai Sukarame Sukarame Sukarame
67 Irfan Ilfan Ilfan Ilfan
68 Tangkai Tangkai Tangkai Tangkai
69 Orang Orang Orang Orang
70 Burhan Bulhan Bulhan Bulhan

Hasil dari pembahasan tabel di 3. Bersama siapakah “aku”


atas anak penderita disleksia setelah di berangkat ke sekolah?
wawancara tersebut mengalami kesulitan a) Ibu
memahami dan mengucapkan kalimat dan c) Ayah
bahkan kurang merespon dari penguji tes b) Adik
bisa dilihat dari hasil tabel kolom d) Kakak
pengucapan I, II dan III yang ditandai
warna hijau 4. Ayah berjanji akan
Tes Kesulitan Membaca dan Menjawab memberikan hadiah
Cerita ke-1 setelah….
a) Aku bangun tidur
Hari ini adalah hari ulang c) Aku
tahunku. Pagi-pagi sekali ayah menghabiskan sarapan
membangunkanku dan mengucapkan b) Aku pulang dari sekolah
selamat ulang tahun. Ibu mencium dan d) Aku pulang dari
memelukku dengan erat. Ayah berjanji bermain
memberikan hadiah ulang tahun setelah
aku pulang dari sekolah dan meminta agar 5. Apa yang diucapkan ayah
aku bersemangat ke sekolah pagi ini. Aku saat “aku” bangun tidur?
sangat penasaran dengan hadiah yang a) Selamat ulang tahun
akan ayah berikan padaku. Aku pun c) Selamat pagi
berangkat ke sekolah lebih awal bersama b) Selamat makan
kakak dan berharap pulang lebih cepat. d) Sampai jumpa

1. Siapakah yang berulang Cerita ke-2


tahun pada hari ini?
Kemarin ibu guru
a) Ani
memberitahukan kepada kami bahwa hari
c) Aku ini akan ada pemberian vitamin. Kami
b) Ayah
diminta membawa surat permohonan izin
d) Ibu orang tua untuk ditandatangani. Ibu guru
2. Siapakah yang memeluk mengatakan jika disuntik hanya sakit
“aku” di dalam cerita di atas? sebentar lalu kami akan kembali ceria.
a) Ayah Hari ini tiba saatnya kami disuntik. Ani
c) Kakak menangis ketakutan. Budi berlarian
b) Ibu kesana kemari. Aku ingat pesan ayah
d) Adik bahwa aku harus menjadi anak yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 82


Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
Permasalahan pada Otak (Disleksia) Berpengaruh pada Kemampuan Berbahasa
pemberani. Akhirnya aku disuntik tanpa perkiraan penelitian dari hasil tes
menangis. Ibu guru mengatakan bahwa penelitian tersebut.
aku anak yang hebat. c. Susah untuk diajak berkomunikasi, jika
ingin berkomunikasi subjek tersebut
6. Suntikan apakah yang memilih lawan bicara yang sesuwai
akan diberikan di sekolah? dengan keinginannya.
a) Suntik vitamin d. Penelitian ini dilakukan oleh ibu
c) Suntik cacar kandung si penulis dikarenakan untuk
b) Suntik imunisasi pendekatan penelitian terhadap subjek
d) Suntik gratis hanya mau diteliti oleh orang tua.
e. Untuk beraktifitas seperti kerja sangat
7. Bagaimanakah rasanya
rajin pantang menyerah walapun sering
disuntik menurut yang ibu
ditipu orang lain.
guru katakan?
a) Sangat sakit f. Orang tua subjek penelitian mudah
tersinggung ketika anaknya di teliti.
c) Tidak sakit
g. Untuk bisa penelitian ini berjalan
b) Sakit sebentar
lancar peneliti mengikutsertakan orang
d) Sakit lama
tua dalam penelitian ini.
8. Siapakah yang menangis SARAN
ketakutan? Dalam kasus ataupun persoalan
a) Ibu guru seperti penelitian ini bagi para peneliti
c) Budi agar berbanyak bersabar dan mempunyai
b) Rudi langkah yang banyak untuk bisa
d) Ani mendapatkan hasil penelitian ini walapun
jauh dari apa yang diharapkan seorang
9. Apa yang dilakukan Budi peneliti
saat akan disuntik? DAFTAR PUSTAKA
a) Tersenyum Kholid A. Harras & Andika Dutha
c) Menangis Bachari. 2009. Dasar-Dasar
b) Berlarian Psikolinguistik. Bandung: Upi
d) Bersembunyi Press, Putaka Budi Digital.
10. Apa yang dikatakan oleh
Arifuddin. 2013.Neuro Psikolinguistik.
ibu guru setelah aku selesai
Jakarta: Rajawali Pres, Raja
disuntik?
Grafindo Persada.
a) Selamat jalan
c) Semoga lekas
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008.
sembuh
Psikolinguistik: Pengantar
b) Selamat, kamu hebat
Pemahaman Bahasa Manusia.
d) Selamat ulang
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
tahun.

Hasil dari pembahasan tes cerita Shaywitz. S. 2003. Overcoming Dyslexia.


1 dan 2 diatas anak penderita disleksia New York: Alfred A Knopf.
tersebut tidak mau menjawab tes dari www.halalguide.info/content/view/
peneliti dan bahkan tidak berniat lagi 720/70/.
untuk di tes atau di wawancarai
SIMPULAN Endang Widyorini, Julia Maria Van
Berdasarkan hasil temuan Tiel,2017. Disleksia,Jakarta:PT
penelitian yang telah dikemukakan diatas Fajar Interpratama Mandiri.
maka pada bab ini akan dikemukakan Susan C, Lowell, M.A, 2013. Definition
beberapa simpulan serta beberapa saran of Dyslexia and Assessment of
yang berkenaan dengan penelitian ini. Dyslexia.
a. Subjek penelitian tidak hanya penderita
Disleksia tetapi tidak bisa membaca Sally E. Shaywitz. New England Journal
huruf dan angka dan memiliki kelainan of Medicine, Volume 338, Number
lain walapun secara fisik terlihat 5. Dyslexia and Learning
normal. Disabilities.
b. Dari hasil kedua tes yang peneliti
berikan kepada subjek jauh dari

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83


Mhd. Hamzah Fansuri Hsb
Permasalahan pada Otak (Disleksia) Berpengaruh pada Kemampuan Berbahasa
IDA Board of Directors, Nov.12, 2002
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder – 5th Edition, The
American Psychiatric Association,
2013.

Sally Shaywitz. Alfred A Knopf


Publishers, NY, 2003.
Overcoming Dyslexia

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 84


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

NILAI MORAL DAN KERJA KERAS DALAM DONGENG DANAU TOBA PADA
BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN PUSAT
PERBUKUAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2


1. Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah
2. Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah
milan.poeloengan@gmail.com

Abstrak. Dongeng termasuk dalam cerita rakyat berbentuk lisan. Dongeng adalah
cerita rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita
serta tidak terikat waktu dan tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan,
walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral
bahkan sindiran. Setiap mata pelajaran membutuhkan sejumlah buku teks, apalagi
bila mata pelajaran mempunyai sub-sub bagian yang dapat dianggap sebagai
bagian yang berdiri sendiri. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, ada
sub mata pelajaran kesusastraan, kebahasaan, keterampilan dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana nilai moral yang terdapat
dalam dongeng Danau Toba? dan Bagaimana nilai kerja keras dalam dongeng
Danau Toba? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Semi (1984:23) yaitu ”metode yang tidak
menggunakan angka-angka, tetapi mengutamakan kedalaman penghayatan
terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris”. Menurut
Sugiyono (2008) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) di mana peneliti adalah instrumen kunci. Teknik pengumpulan
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Data
penelitian ini adalah nilai pendidikan religius yang terdapat dalam dongeng dalam
buku teks Bahasa Indonesia kelas VII terbitan Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, karya Nila Kuriniati Sapari, terbitan tahun 2008.

Kata kunci : dongeng, buku teks, legenda, danau toba

Abstract. Tales included in oral folklore. Fairy tales are folktales that are
considered not really happened by those who have stories and are not bound by
time and place. Fairy tales are told mainly for entertainment, although there are
many fairy tales that depict the truth, containing moral teachings and even satire.
Each subject requires a number of textbooks, especially if subjects have sub-
sections which can be considered as stand-alone parts. In Indonesian language
subjects for example, there are sub-subjects of literature, language, skills and
others. Based on the background described earlier, the formulation of the problem
in this study is as follows: How are the moral values contained in the tales of Lake
Toba? and What is the value of hard work in the tales of Lake Toba? The method
used in this research is qualitative method. Qualitative research according to Semi
(1984: 23) is "a method that does not use numbers, but prioritizes the depth of
appreciation of the interactions between concepts that are being studied
empirically". According to Sugiyono (2008) qualitative research methods are
research methods that are used to examine the conditions of natural objects, (as
opposed to experiments) where researchers are key instruments. The technique of
data collection is triangulated (combined), data analysis is inductive and the
results of qualitative research emphasize the meaning rather than generalization.
The data of this study is the value of religious education contained in the fairy tale
in the class VII Indonesian textbook published by the Ministry of National
Education Book Center, by Nila Kuriniati Sapari, published in 2008.

Keywords: fairy tales, textbooks, legends, lake toba


PENDAHULUAN ini dapat dilakukan melalui suatu
Setiap karya sastra, termasuk penelitian. Dongeng termasuk dalam
dongeng mempunyai arti yang sangat cerita rakyat berbentuk lisan. Dongeng
penting bagi masyarakat mewakili adalah cerita rakyat yang dianggap tidak
gagasan manusia pada masa lampau. Oleh benar-benar terjadi oleh yang mempunyai
sebab itu, perlu pengkajian terhadap karya cerita serta tidak terikat waktu dan tempat.
itu, misalnya untuk mengkaji nilai-nilai Dongeng diceritakan terutama untuk
yang terkandung di dalamnya. Pengkajian

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 85


Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas VII Terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
hiburan, walaupun banyak juga dongeng Berdasarkan latar belakang yang
yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran telah diuraikan sebelumnya, rumusan
moral bahkan sindiran. masalah dalam penelitian ini adalah
Dalam dunia pendidikan, sebagai berikut : (a) Bagaimana nilai
mengkaji karya sastra sangat penting bagi moral yang terdapat dalam dongeng
anak didik, di samping berfungsi sebagai Danau Toba? dan (b) Bagaimana nilai
bahan hiburan, karya sastra juga berfungsi kerja keras dalam dongeng Danau Toba?
sebagai bahan ajar bagi pembaca atau METODE PENELITIAN
penikmatnya. Karya sastra juga Penyusunan desain penelitian
merupakan salah satu standar kompetensi merupakan tahap awal dan tahap yang
yang harus dicapai oleh peserta didik sangat penting dalam proses penelitian.
untuk dapat mengembangkan potensinya. Penyusunan desain adalah tahap
Dalam konteks pembelajaran perencanaan penelitian yang biasanya
Bahasa Indonesia, pengajaran disusun secara logis dan mampu
dikembalikan pada kedudukan yang menvisualisasikan rencan dan proses
sebenarnya, yaitu melatih siswa membaca, penelitian secara praktis.
menulis, berbicara, mendengarkan, dan Metode yang digunakan dalam
mengapresiasikan karya sastra dengan penelitian ini adalah metode kualitatif.
tujuan untuk melatih siswa meningkatkan Penelitian kualitatif menurut Semi
kemampuan berbahasa Indonesia, baik (1984:23) yaitu ”metode yang tidak
lisan maupun tulisan secara nyata Oleh menggunakan angka-angka, tetapi
karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia mengutamakan kedalaman penghayatan
mengupayakan peningkatan kemampuan terhadap interaksi antar konsep yang
siswa untuk berkomunikasi secara lisan sedang dikaji secara empiris”.
dan tulisan serta menghargai karya cipta Menurut Sugiyono (2008) metode
bangsa Indonesia. Sejalan dengan ini, penelitian kualitatif adalah metode
dalam Kurikulum 2013, satu di antaranya penelitian yang digunakan untuk meneliti
Standar Kompetensinya (SK) adalah pada kondisi obyek yang alamiah,
memahami wacana sastra melalui kegiatan (sebagai lawannya adalah eksperimen) di
membaca buku kumpulan dongeng dan mana peneliti adalah instrumen kunci.
Kompetensi Dasarnya (KD) adalah Teknik pengumpulan data dilakukan
menemukan tema, latar, penokohan pada secara trianggulasi (gabungan), analisis
dongeng-dongeng dalam satu buku data bersifat induktif dan hasil penelitian
kumpulan dongeng. Untuk memenuhi kualitatif lebih menekankan makna dari
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi pada generalisasi.
Dasar (KD) tersebut, sudah selayaknya Sumber data
penelitian tentang nilai-nilai kasih sayang Sumber data dalam penelitian ini
dan kesombongan pada dongeng dalam adalah tujuh dongeng dalam buku teks
buku teks Bahasa Indonesia SMP kelas Bahasa Indonesia SMP kelas VII terbitan
VII terbitan pusat perbukuan departemen Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Pendidikan Nasional perlu dilaksanakan. Nasional, yaitu: (1) “Sang Kancil dan
Berdasarkan permasalahan ini, Buaya”, (2) “Lutung Kasarung”, (3) ”Asal
penelitian tentang analisis nilai moral dan Usul Danau Toba ” ,(4) “Timun Emas”,
kerja keras yang terdapat dalam dongeng dan (5) “Malin Kundang”, (6) “Keledai
dalam buku teks Bahasa Indonesia kelas Pembawa Garam”,(7) Sangkuriang.
VII terbitan Pusat Perbukuan Departemen Teknik Pengumpulan Data
Pendidikan Nasional sebagai bahan kajian. Pengumpulan data dilakukan
Pilihan terhadap buku teks bahasa dengan teknik studi pustaka. Menurut
Indonesia kelas VII karena dalam buku ini Hadiyandra (Maria, 2002:11) Studi
lebih banyak memuat contoh-contoh pustaka adalah “Kegiatan yang berupa
dongeng dibandingkan buku kelas VIII pemerolehan bahan atau informasi dari
dan kelas IX. Selain itu, dongeng yang ada buku-buku, makalah, artikel, dan bahan
dalam buku kelas VII SMP juga memiliki bacaan dari majalah atau koran”.
bahasa yang cukup sederhana dan mudah Data penelitian ini adalah nilai
untuk dipahami oleh anak-anak yang baru pendidikan religius yang terdapat dalam
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar dongeng dalam buku teks Bahasa
(SD). Indonesia kelas VII terbitan Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 86


Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas VII Terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Nasional, karya Nila Kuriniati Sapari, temannya. Hal itu sampai ke telinga Toba
terbitan tahun 2008. dan Puteri. Namun mereka tidak merasa
Teknik Analisis Data tersinggung, bahkan semakin rajin
Untuk menganalisis data bekerja.
digunakan teknis analisis karya. Menurut Setahun kemudian, kebahagiaan
Gorys Keraf (Suwanda, (2007: 31) Petan dan istri bertambah, karena istri
”Analisis karya adalah suatu metode Toba melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia
penyelidikan dengan mengadakan diberi nama Samosir. Kebahagiaan
penelitian atau penganalisisan dari hasil mereka tidak membuat mereka lupa diri.
karya terkenal dalam suatu bidang Samosir tumbuh menjadi seorang anak
pengatahuan”. yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak
HASIL PENELITIAN manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai
a. Analisis Cerita Dongeng Danau satu kebiasaan yang membuat heran kedua
Toba orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar.
Di sebuah desa di wilayah Makanan yang seharusnya dimakan
Sumatera, hidup seorang Toba. Ia seorang bertiga dapat dimakannya sendiri.
Toba yang rajin bekerja walaupun lahan Lama kelamaan, Samosir selalu
pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh
kebutuhannya dari hasil kerjanya yang membantu pekerjaan orang tua, ia selalu
tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya menolak. Istri Toba selalu mengingatkan
sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap Toba agar bersabar atas ulah anak mereka.
memilih hidup sendirian. Di suatu pagi “Ya, aku akan bersabar, walau
hari yang cerah, Toba itu memancing ikan bagaimanapun dia itu anak kita!” kata
di sungai. Setelah kailnya dilemparkan, Toba kepada istrinya. “Syukurlah, kanda
kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia berpikiran seperti itu. Kanda memang
segera menarik kailnya. Toba itu bersorak seorang suami dan ayah yang baik,” puji
kegirangan setelah mendapat seekor ikan Puteri kepada suaminya.
cukup besar. Memang kata orang, kesabaran itu
Ia takjub melihat warna sisik ikan ada batasnya. Hal ini dialami oleh Toba
yang indah. Sisik ikan itu berwarna itu. Pada suatu hari, Samosir mendapat
kuning emas kemerah-merahan. Kedua tugas mengantarkan makanan dan
matanya bulat dan menonjol minuman ke sawah di mana ayahnya
memancarkan kilatan yang menakjubkan. sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak
“Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan memenuhi tugasnya. Toba menunggu
bersedia menemanimu jika kau tidak jadi kedatangan anaknya, sambil menahan
memakanku.” Toba tersebut terkejut haus dan lapar. Ia langsung pulang ke
mendengar suara dari ikan itu. Karena rumah. Di lihatnya Samosir sedang
keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya bermain bola. Toba menjadi marah sambil
terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa menjewer kuping anaknya. “Anak tidak
lama, ikan itu berubah wujud menjadi tau diuntung! Tak tahu diri ! Dasar anak
seorang gadis yang cantik jelita. ikan !,” umpat si Toba tanpa sadar telah
“Bermimpikah aku?,” gumam Toba. mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah sampai di desanya, Setelah Toba mengucapkan kata-
gemparlah penduduk desa melihat gadis katanya, seketika itu juga anak dan
cantik jelita bersama Toba tersebut. “Dia istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan
mungkin bidadari yang turun dari langit,” jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-
gumam mereka. Toba merasa sangat tiba menyemburlah air yang sangat deras
bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang dan semakin deras. Desa Toba dan desa
baik, ia terus bekerja untuk mencari sekitarnya terendam semua. Air meluap
nafkah dengan mengolah sawah dan sangat tinggi dan luas sehingga
ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya
ketekunan dan keuletannya, Toba itu membentuk sebuah danau. Danau itu
hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. akhirnya dikenal dengan nama Danau
Banyak orang iri, dan mereka Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya
menyebarkan sangkaan buruk yang dapat dikenal dengan nama Pulau Samosir.
menjatuhkan keberhasilan usaha Toba.
“Aku tahu Toba itu pasti memelihara
makhluk halus! ” kata seseorang kepada

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 87


Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas VII Terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
b. Analisis Intrinsik Setelah Toba mengucapkan kata-
Tema: katanya, seketika itu juga anak dan
Kemarahan seorang ayah karena tingkah istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan
anaknya. Gambaran dari tema dongeng jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-
Malin Kundang ini dapat di lihat kutipan tiba menyemburlah air yang sangat deras
berikut ini : dan semakin deras. Desa Toba dan desa
Memang kata orang, kesabaran itu sekitarnya terendam semua. Air meluap
ada batasnya. Hal ini dialami oleh Toba sangat tinggi dan luas sehingga
itu. Pada suatu hari, Samosir mendapat membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya
tugas mengantarkan makanan dan membentuk sebuah danau. Danau itu
minuman ke sawah di mana ayahnya akhirnya dikenal dengan nama Danau
sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya
memenuhi tugasnya. Toba menunggu dikenal dengan nama Pulau Samosir.
kedatangan anaknya, sambil menahan Amanat:
haus dan lapar. Ia langsung pulang ke Sebagai seorang anak janganlah suka
rumah. Di lihatnya Samosir sedang melawan dan membangkang pada orang
bermain bola. Toba menjadi marah sambil tua. Dan sebagai orang tua jangan suka
menjewer kuping anaknya. “Anak tidak marah dan mengucapkan kata-kata yang
tau diuntung! Tak tahu diri ! Dasar anak tidak baik kepada anak.
ikan !,” umpat si Toba tanpa sadar telah Latar Tempat : Desa
mengucapkan kata pantangan itu. Latar Waktu : Pagi Hari
Setelah Toba mengucapkan kata- Latar Suasana : Menegangkan
katanya, seketika itu juga anak dan Gambaran latar waktu, latar
istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan tempat dan latar suasana dapat dilihat dari
jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba- kutipan dongeng berikut :
tiba menyemburlah air yang sangat deras Di sebuah desa di wilayah
dan semakin deras. Desa Toba dan desa Sumatera, hidup seorang Toba. Ia seorang
sekitarnya terendam semua. Air meluap Toba yang rajin bekerja walaupun lahan
sangat tinggi dan luas sehingga pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya kebutuhannya dari hasil kerjanya yang
membentuk sebuah danau. Danau itu tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya
akhirnya dikenal dengan nama Danau sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap
Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya memilih hidup sendirian. Di suatu pagi
dikenal dengan nama Pulau Samosir. hari yang cerah, Toba itu memancing ikan
Alasan: karena kesal dengan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku
kelakuan anaknya yang menghabiskan mendapat ikan yang besar,” gumam Toba
makanannya. Sehingga ia kehilangan tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah
kesabaran, dan marah pada anaknya dan kailnya dilemparkan, kailnya terlihat
mengucapkan kata pantangan yang tidak bergoyang-goyang. Ia segera menarik
seharusnya ia katakan. kailnya. Toba itu bersorak kegirangan
Gambaran dari alasan dari tema setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
yang terjadi dari dongeng Danau Toba Lama kelamaan, Samosir selalu
sebagai berikut: membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh
Memang kata orang, kesabaran itu membantu pekerjaan orang tua, ia selalu
ada batasnya. Hal ini dialami oleh Toba menolak. Istri Toba selalu mengingatkan
itu. Pada suatu hari, Samosir mendapat Toba agar bersabar atas ulah anak mereka.
tugas mengantarkan makanan dan “Ya, aku akan bersabar, walau
minuman ke sawah di mana ayahnya bagaimanapun dia itu anak kita!” kata
sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak Toba kepada istrinya. “Syukurlah, kanda
memenuhi tugasnya. Toba menunggu berpikiran seperti itu. Kanda memang
kedatangan anaknya, sambil menahan seorang suami dan ayah yang baik,” puji
haus dan lapar. Ia langsung pulang ke Puteri kepada suaminya.
rumah. Di lihatnya Samosir sedang Memang kata orang, kesabaran itu
bermain bola. Toba menjadi marah sambil ada batasnya. Hal ini dialami oleh Toba
menjewer kuping anaknya. “Anak tidak itu. Pada suatu hari, Samosir mendapat
tau diuntung! Tak tahu diri ! Dasar anak tugas mengantarkan makanan dan
ikan !,” umpat si Toba tanpa sadar telah minuman ke sawah di mana ayahnya
mengucapkan kata pantangan itu. sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 88


Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas VII Terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
memenuhi tugasnya. Toba menunggu Lama kelamaan, Samosir selalu
kedatangan anaknya, sambil menahan membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh
haus dan lapar. Ia langsung pulang ke membantu pekerjaan orang tua, ia selalu
rumah. Di lihatnya Samosir sedang menolak. Istri Toba selalu mengingatkan
bermain bola. Toba menjadi marah sambil Toba agar bersabar atas ulah anak mereka.
menjewer kuping anaknya. “Anak tidak “Ya, aku akan bersabar, walau
tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak bagaimanapun dia itu anak kita!” kata
ikan !,” umpat si Toba tanpa sadar telah Toba kepada istrinya. “Syukurlah, kanda
mengucapkan kata pantangan itu. berpikiran seperti itu. Kanda memang
Setelah Toba mengucapkan kata- seorang suami dan ayah yang baik,” puji
katanya, seketika itu juga anak dan Puteri kepada suaminya.
istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan 2. Samosir : baik, degil
jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba- Gambaran tokoh Samosir dalam
tiba menyemburlah air yang sangat deras dongeng Danau Toba dapat dilihat dari
dan semakin deras. Desa Toba dan desa kutipan berikut :
sekitarnya terendam semua. Air meluap Kebahagiaan mereka tidak
sangat tinggi dan luas sehingga membuat mereka lupa diri. Samosir
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya tumbuh menjadi seorang anak yang sehat
membentuk sebuah danau. Danau itu dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi
akhirnya dikenal dengan nama Danau agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan
Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya yang membuat heran kedua orang tuanya,
dikenal dengan nama Pulau Samosir. yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang
Penokohan: seharusnya dimakan bertiga dapat
1. Toba : baik, kasar dimakannya sendiri.
Gambaran tokoh Toba dalam Lama kelamaan, Samosir selalu
dongeng Danau Toba dapat dilihat dari membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh
kutipan berikut : membantu pekerjaan orang tua, ia selalu
Di sebuah desa di wilayah menolak. Istri Toba selalu mengingatkan
Sumatera, hidup seorang Toba. Ia seorang Toba agar bersabar atas ulah anak mereka.
Toba yang rajin bekerja walaupun lahan “Ya, aku akan bersabar, walau
pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi bagaimanapun dia itu anak kita!” kata
kebutuhannya dari hasil kerjanya yang Toba kepada istrinya. “Syukurlah, kanda
tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya berpikiran seperti itu. Kanda memang
sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap seorang suami dan ayah yang baik,” puji
memilih hidup sendirian. Di suatu pagi Puteri kepada suaminya.
hari yang cerah, Toba itu memancing ikan 3. Putri : baik, ramah
di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku Gambaran tokoh putri dalam
mendapat ikan yang besar,” gumam Toba dongeng Danau Toba dapat dilihat dari
tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kutipan berikut :
kailnya dilemparkan, kailnya terlihat Ia takjub melihat warna sisik ikan
bergoyang-goyang. Ia segera menarik yang indah. Sisik ikan itu berwarna
kailnya. Toba itu bersorak kegirangan kuning emas kemerah-merahan. Kedua
setelah mendapat seekor ikan cukup besar. matanya bulat dan menonjol
Ia takjub melihat warna sisik ikan memancarkan kilatan yang menakjubkan.
yang indah. Sisik ikan itu berwarna “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan
kuning emas kemerah-merahan. Kedua bersedia menemanimu jika kau tidak jadi
matanya bulat dan menonjol memakanku.” Toba terkejut mendengar
memancarkan kilatan yang menakjubkan. suara dari ikan itu. Karena
“Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya
bersedia menemanimu jika kau tidak jadi terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa
memakanku.” Toba terkejut mendengar lama, ikan itu berubah wujud menjadi
suara dari ikan itu. Karena seorang gadis yang cantik jelita.
keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya “Bermimpikah aku?,” gumam Toba.
terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa “Jangan takut pak, aku juga
lama, ikan itu berubah wujud menjadi manusia seperti engkau. Aku sangat
seorang gadis yang cantik jelita. berhutang budi padamu karena telah
“Bermimpikah aku?,” gumam Toba. menyelamatkanku dari kutukan Dewata,”
kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 89


Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas VII Terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
keberatan untuk menjadi istrimu,” kata berbagi dengan sesama. Dan selalu
gadis itu seolah mendesak. Toba itupun bersikp baik kepada siapa saja.
mengangguk. Maka jadilah mereka 3.Nilai Budaya
sebagai suami istri. Namun, ada satu janji Kita harus mau mencintai dan
yang telah disepakati, yaitu mereka tidak menerima budaya kita dan terutama orang
boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri tua. Dari nilai budaya yang ada dalam
dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar dongeng ini kecintaan anak terhadap
maka akan terjadi petaka dahsyat. kebudayaan Indonesia harus di lestarikan.
Alur Karena dengan mencintai dan menjaga
1. Awal : Toba memancing ikan lalu budaya kita maka kita telah melestarikan
mendapat seekor ikan yang cantik budaya Indonesia.
yang merupakan jelmaan dari seorang 4. Nilai kerja Keras
gadis cantik. Kemudian mereka Nilai kerja keras dalam dongen ini dapat
menikah dan memiliki seorang anak. kita lihat dari tokoh-tokohnya
2. Tengah: setelah kelahiran anak d. Analisis Sosial
mereka yang merupakan seorang 1.Ciri-Ciri Yang Tampak
anak lelaki kebahagiaan mereka a. cerita tersebut memberi pelajaran dan
semakin bertambah. Anak mereka nasehat
diasuh dengan sangat baik. Anak b. tidak ada nama pengarang
mereka tumbuh menjadi anak yang c. tidak jelas waktunnya
sehat. Namun ia sangat suka makan, 2. Asal Cerita
hingga suatu hari ia memakan Danau Toba (Sumatra Utara)
makanan ayahnya. 3. Pengaruh Terhadap Budaya Dan
3. Akhir : ketika Samosir di mendapat Peristiwa
tugas mengantar makanan untuk Orang dapat melihat danau yang
ayahnya di sawah, tiba-tiba ia merasa terbentang luas di Sumatra Utara. Hal ini
lapar kemudian memakan makanan menjadi suatu peristiwa yang di kenang
yang seharusnya untuk sang ayah. sepanjang masa. Dan jadi pelajaran bagi
Melihat semua makanan sudah habis. orang tua agar tetap menjaga perkataan
Toba merasa sangat marah kemudian dan janji yang sudah di sepakati.
memarahi anaknya dan mengatakan Peninggalan cerita ini terdapat di sebuah
kata-kata yang seharusnya tidak ia danau di Sumatera Utara yaitu di kenal
ucapkan. Kalimat yang ia ucapkan sebagai Danau Toba.
menjadi petaka baginya dan SIMPULAN
keluarganya, bahkan seluruh Simpulan dari penelitian ini
penduduk di desa tempat tinggalnya. adalah sebagai berikut :
c. Analisis Nilai-Nilai a. Setiap ucapan yang di ucapkan sesuatu
1. Nilai Moral yang penting
Harus memiliki budi pekerti, rasa b. Mau berbuat dan mau bertanggung
sopan dan hormat pada semua orang jawab
terutama oarang tua. Dari cerita atau c. Orang tua kunci segalanya
dongeng ini maka dapat diajarkan kepada SARAN
anak-anak untuk memiliki rasa sopan dan Saran dari peneliti terhadap
hormat kepada semua orang terutama pembaca adalah sebaiknya kita selalu
kepada orang tua. Karena orang tua memperhatikan ucapan dan selalu
mempunyai peranan penting dalam berpegang teguh pada apa yang telah kita
membesarkan dan mendidik anak- ucapkan. Dan selalubertanggung jawab
anaknya. Sehingga dari cerita dongeng ini apa apa yang telah kita perbuat.
dapat lah diambil hikmah yang banyak DAFTAR PUSTAKA
dalam mendidik anak. Sapari, Nila, Kurniati. 2008. Kompetensi
2.Nilai Sosial Berbahasa Indonesia. Semarang.
Kita tidak boleh mau menang Ghyass Putra.
sendiri dan egois pada orang lain terutama
orang tua dan harus mau berbagi. Dari Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa
cerita ini dapat kita lihat bahwa nilai sosial Indonesia Edisi Revisi. Jakarta:
yang terdapat dalam dongeng ini sangat Balai Pustaka.
banyak terutama tidak boleh egois dan
mementingkan diri sendiri. Kita harus

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 90


Rosmilan Pulungan1, Amanda Syahri Nasution2
Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia
Kelas VII Terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Hasbullah. 2008. Dasar- Dasar Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Kusyanti, Y. 2008. Nilai Budaya Dalam


Penuturan Senandung Jolo Di
Desa Tanjung Kecamatan
Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi.
Jambi: PBS FKIP Universitas
Jambi.

Mahmud, A. 1997. Analisis Struktur dan


Nilai Budaya. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sadulloh, U. 2007. Pengantar Filsafat


Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Sarwiji S. dan Sutarmo. 2008. Buku Teks


Bahasa Indonesia Kelas VII.
SMP. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Semi, M. A. 1984. Anatomi Sastra.


Bandung: Angkasa Raya.

Suwanda, T. 2007. Analisis Struktural


Semiotik Teks Drama Sampek
Engtay Karya N.Rantiarno.

Suyono. 2004. Cerdas Berfikir Bahasa


dan Sastra Indonesia Kelas X
SMA. Bandung: Ganesa Exact.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 91


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL BAKAU KEBAIKAN


KARYA SITI LESTARI NAINGGOLAN DAN RELEVANSINYA
BAGI DUNIA PENDIDIKAN

Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2


1. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
2. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
tiflatulhusna97@gmail.com

Abstrak. Tujuan penelitian ini (1) untuk mendeskripsikan nilai pendidikan


karakter yang terkandung di dalam novel Bakau Kebaikan karya Siti Lestari
Nainggolan. (2) Untuk mendeskripsikan relevansi nilai pendidikan karakter dalam
novel Bakau Kebaikan karya Siti Lestari Nainggolan bagi pendidikan. Objek
penelitian ini berupa novel anak. Pengumpulan data menggunakan teknik baca
berulang-ulang dan pencatatan. Teknik analisis data bersifat deskriptif. Temuan
penelitian (1) nilai-nilai karakter yang ditemukan yaitu kreatif, cinta lingkungan,
rasa ingin tahu, bersahabat, disiplin, dan gemar membaca. (2) novel anak ini
relevan untuk menambah wawasan siswa SD kelas atas yaitu kelas IV, V, dan VI.
.
Kata kunci: Pendidikan Karakter, Nilai, Novel

Abstract. The purpose of this study (1) is to describe the value of character
education contained in the novel Bakau Kebaikan by Siti Lestari Nainggolan. (2)
To describe the relevance of character education values in the novel Bakau
Kebaikan by Siti Lestari Nainggolan for education. The object of this research is a
children's novel. Data collection uses repetitive reading and recording techniques.
The data analysis technique is descriptive. Research findings (1) character values
found are creative, love the environment, curiosity, friendliness, discipline, and
love to read. (2) this children's novel is relevant to add insight into upper class
elementary school students, namely classes IV, V, and VI.
.
Keywords: Character Education, Value, Novel
PENDAHULUAN tersebut, pendidikan formal dianggap
Pendidikan adalah kebutuhan memiliki titik sentral dari semua
mutlak bagi kehidupan manusia yang ini.Sebagai wadah resmi yang dianggap
harus dipenuhi sepanjang hayat. mampu membenahi kondisi dengan
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah meningkatkan kualitas pendidikan
proses dengan metode-metode tertentu karakter di sekolah-sekolah.
sehingga orang dapat memperoleh Dalam Undang-undang No. 20
pengetahuan, pemahaman, dan cara tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 tentang sistem
bertingkah laku yang sesuai dengan pendidikan nasional menyatakan bahwa
kebutuhan. (1)Adanya pemahaman tentang “Pendidikan nasional berfungsi
pentingnya pendidikan akan berpengaruh mengembangkan kemampuan dan
terhadap cara pandang dan sikap hidup membentuk watak serta peradaban bangsa
masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang bermartabat dalam rangka
memerlukan manusia-manusia berkarakter mencerdaskan kehidupan bangsa,
untuk membentuk sebuah kehidupan yang bertujuan untuk berkembangnya potensi
harmonis dan seimbang.Hal ini guna peserta didik agar menjadi manusia yang
menghadapi tantangan zaman tentang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
perilaku amoral, asusila, yang terjadi di Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
tengah-tengah masyarakat.Segala macam berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
bentuk kejahatan yang dilakukan menjadi warga negara yang demokratis,
menggerus kepribadian masyarakat serta bertanggung jawab” (2)
Indonesia yang dikenal ramah, santun, dan Hasil-hasil kebudayaan kultural
beradab.Tindak kriminal yang dilakukan yang diperoleh melalui pendidikan dapat
menjadi sebuah fenomena yang tidak dimanifestasikan pada diri peserta didik.
dapat dianggap remeh. Terkhusus remaja, Sehingga, apa yang diperoleh melalui
tentu merekalah yang diharapkan menjadi pendidikan itu menjadi cerminan
cikal-bakal penerus bangsa di masa yang kebudayaan yang seharusnya ada dan
akan datang. Menilik dari persoalan melekat pada diri masyarakat sesuai

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 92


Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bakau Kebaikan Karya Siti Lestari Nainggolan
dan Relevansinya Bagi Dunia Pendidikan
dengan jati diri, norma etika, dan sosial di dekat dengan laut.Perbandingan antara
lingkungannya. anak-anak yang sekolah pada jenjang
Pendidikan karakter menjadi isu pendidikan SD dengan anak yang belajar
yang sangat penting bagi negeri ini. Selain di rumah (home schooling).Pada dasarnya,
proses membentuk pribadi yang anak-anak yang sekolah di lembaga
berkarakter, pendidikan karakter pendidikan resmi merasa asing dan aneh
diharapkan juga mampu menjadi jembatan dengan sekolah rumah.Mereka
untuk kualitas Sumber Daya Masyarakat beranggapan sekolah rumah dapat
(SDM) di masa yang akan datang. dilakukan dengan suka-suka.Tidak ada PR
Demikian dibutuhkannya pendidikan dan bangun tidak terjadwal.Namun, buku
karakter untuk kebaikan bangsa ini. Maka ini memberikan pemahaman bahwa
dari itu, pendidikan karakter ini tidak sekolah di rumah pun banyak yang kita
hanya dilakukan melalui lembaga resmi pelajari termasuk sikap cinta
tetapi juga media lain seperti melalui lingkungan.Dengan tidak menafikan
media cetak dan elektronik seperti televisi, bahwa sekolah di lembaga formal juga
radio, sosial media (facebook, instagram, sangat baik yang terpenting saling
you tube), majalah, dan novel. menghargai.
Novel dapat dijadikan salah satu Adapun karakter yang dituliskan
media untuk penanaman nilai-nilai dalam cerita ini adalah: Nilai Karakter
pendidikan karakter.Secara tidak Kreatif
langsung, membaca dan menelaah novel
mampu memberikan pendidikan bagi Setiap manusia tercipta dengan
daya kreativitasnya masing-
pembaca. Hasil pembacaan itu merupakan
refleksi sosial terhadap sebuah keadaan masing.Tindakan itu dipengaruhi oleh
pola pikir yang terus berkembang untuk
yang akan mempengaruhi tingkah-laku
menghasilkan sesuatu yang berguna dari
(sikap positif) seseorang. Novel dapat
bahan-bahan yang mungkin biasa
dijadikan sebagai media pembelajaran
saja.Misalnya dalam pembuatan
yang efektif.
dodol.Komposisi utamanya adalah tepung
Dalam penelitian ini, peneliti
pulut, santan, dan gula merah.Namun,
mengkaji pesan-pesan yang terkandung
bagi masyarakat Belawan yang
yang terkandung di dalam novel.Novel
kehidupannya dekat dengan laut mereka
merupakan sebuah karya sastra yang sarat
mampu memproduksi hal baru yaitu dodol
nilai dan dapat digunakan untuk
bakau.Kehidupan laut tentu dekat dengan
mentransformasikan nilai pendidikan
bakau.Bakau menjadi hal yang sangat
karakter.Adapun yang dikaji dalam
penting ditaman agar terhindar dari
penelitian ini adalah Nilai Pendidikan
erosi.Buah-buah bakau dapat dijadikan
Karakter dalam Novel Bakau Kebaikan
dodol yang sebelumnya hanya terbuang
Karya Siti Lestari Nainggolan dan
begitu saja.Dodol bakau juga mampu
Relevansinya bagi Pendidikan.
mendongkrak perekonomian masyarakat
METODE PENELITIAN
setempat karena adanya daya kreatif itu.
Metode penelitian yang digunakan
adalah jenis penelitian kualitatif.Penelitian Seorang anak bernama Alang
kualitatif adalah metode penelitian yang ingin bermain ke Belawan lalu ayahnya
digunakan untuk meneliti pada kondisi ikut.Dia bingung mengapa ayahnya
obyek yang alamiah. Teknik analisis data ikut?Kalau Alang jelas sekali ingin
bersifat deskriptif. Objek penelitian ini bertemu dengan teman-temannya. Alang
berupa novel anak dengan judul Bakau bertanya, mengapa ayahnya ke sana.
Kebaikan. Pengumpulan data Ayahnya menjawab:
menggunakan teknik baca berulang-ulang “Dodol bakau,” (Nainggolan,
dan pencatatan. 2017:10)
HASIL PENELITIAN
“Dulu Paman suka mencari buah
Berdasarkan hasil penelitian terdapat prepat.Bersama teman Paman, buah itu
beberapa karakter yang dituliskan di kami buat jadi rujak.Ada juga yang
dalam buku Bakau Kebaikan Karya Siti menyebutnya dengan buah bogem.Buah
Lestari Nainggolan. mangrove spesies buah Sonneratia spp.
Cerita ini berlatar belakang tentang Mereka bahkan sudah membuat dodol
kehidupan masyarakat di Belawan yang olahan buah itu,” (Nainggolan, 2017:44)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 93


Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bakau Kebaikan Karya Siti Lestari Nainggolan
dan Relevansinya Bagi Dunia Pendidikan
Memanfaatkan sampah yang telah Tidak boleh merasa semena-mena dan
diambil dari laut atau botol bekas untuk menganggap makhluk lain adalah musuh
membuat sesuatu sehingga menjadi lebih yang harus dimusnahkan. Seperti
berguna juga disebut sebagai nilai karakter menyiksa binatang dan sebagainya.Dalam
kreatif. buku ini diceritakan monyet-monyet yang
“Benar saja, Paman Zaki mulai ada di pinggir laut diberi makan untuk
memotong botol-botol yang sudah kering menjaga kelangsungan hidup monyet.
dengan model tertentu untuk dijadikan pot Monyet-monyet itu sangat
bunga. Di sana juga ada Nisa yang agresif.Mereka mulai mengambil karung
melukis botol-botol itu dengan gambar yang dibawa oleh para penumpang.Ketika
kelinci. Ada banyak cat warna di sana diserbu oleh monyet, para penumpang itu
dengan banyak kuas kecil juga. terpaksa melepaskan karung yang
(Nainggolan, 2017: 41) dipegangnya.Isi karung itu pun
Pekerjaan membuat pot itu terasa berhamburan.Ternyata isinya pisang.
lebih menyenangka.Mereka memotong (Nainggolan, 2017:19)
botol-botol itu mencontoh model yang Kebersihan lingkungan tanggung
mereka suka.Ada pot yang berbentuk jawab semua kalangan. Tua-muda sama
seperti kelinci, bunga, bebek, dan bentuk saja. Namun, dengan keterbatasan
lainnya.Lalu mereka mewarnai dengan pengalaman orang-orang muda, maka
warna yang mereka suka. Mereka juga orang dewasa perlu memberikan
memasang tali untuk pot bermodel pot keteladanan. Seperti dalam kutipan
gantung. (Nainggolan, 2017: 45) percakapan berikut ini:
Nilai Karakter Cinta Lingkungan “Karena kita harus melestarikan
Setiap manusia bertanggung bumi.Salah satunya dengan membersihkan
jawab atas kelangsungan lingkungan yang sampah di lautan dan menjaganya tetap
bersih.Semua orang tahu membuang bersih,” jawab Paman. (Nainggolan, 2017:
sampah harus pada tempatnya.Namun, 45).
tidak semua mampu melakukan dengan Nilai Karakter Rasa Ingin Tahu
tertib.Hal ini disebabkan oleh beberapa Sikap dan tindakan atau rasa ingin
faktor salah satunya faktor kebiasaan. tahu terhadap sesuatu selalu hadir dalam
Kebiasaan yang buruk perlahan-lahan diri manusia tergantung dari seberapa
akan menjadi karakter yang mengakar di pentingnya sesuatu itu untuk
dalam diri seseorang. Maka dari itu kita diketahui.Dalam kehidupan yang dekat
perlu melakukan kebiasaan-kebiasaan dengan laut, maka persoalan sampan dan
yang baik.Seperti sikap Yuda yang dayung adalah sebuah hal wajib untuk
menegur Alang ketika membuang sampah dipelajari. Seringkali para pendatang pun
di laut, kemudian mengambil sampah itu ingin tahu bagaimana rasanya mendayung
lalu memasukkan ke dalam tong sampah. sampan dan seperti apa tekniknya. Begitu
Yuda menghela napas.Dia pun dengan tokoh Alang yang berkunjung
mengambil galah yang tersimpan di dekat dari Medan ke Belawan.
situ dan meraih sampah yang Alang buang Setelah beberapa menit
di laut.Untung saja sampahnya belum mendayung, paman Zaki menawarkan
hanyut jauh.Jadi, mudah meraihnya.Yuda Alang untuk mencoba,”Alang mau
memungut sampah itu dan membuangnya mencoba mendayung?”Alang
ke tempat sampah.Lho, ternyata rumah mengangguk.Kelihatannya mudah.Alang
Yuda mempunyai tempat sampah. Alang memegang dayung dan mulai mendayung
saja yang abai melihatnya! (Nainggolan, mengikuti petunjuk Paman Zaki.Dayung
2017:13) itu terbuat dari kayu. Mula-mula mudah
Laut memang luas, walau melakukannya tapi setelah lima sampai
membuang sampah berupa sepotong enam kali mendayung, berat dayungnya
plastik akan tetap mencemari lingkungan. mulai terasa. (Nainggolan, 2017: 14)
Setiap satu orang satu sampah, air laut Karakter ingin tahu ini
bisa menjadi tidak sehat dan merusak maksudnya, adanya rasa ingin mencoba
ekosistem yang ada di dalamnya. dalam hal yang positif.Mempelajari alam
Selain itu, kepada makhluk hidup dan lingkungan. Belajar dari apa yang
lainnya kepedulian harus ditanamkan. dilihat, dirasa, dan didengar. Seperti

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 94


Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bakau Kebaikan Karya Siti Lestari Nainggolan
dan Relevansinya Bagi Dunia Pendidikan
halnya perjalanan Alang, Yuda, dan Nilai Karakter Gemar Membaca
Paman Zaki.Mereka menjelajah di laut Setiap orang memiliki kegemaran
dengan sampan. masing-masing.Ada yang gemar
“Mau menjelajah lebih jauh lagi?” memasak, menyanyi, dan
tanya Paman Zaki. Alang dan Yuda membaca.Membaca tergolong ke dalam
mengangguk. (Nainggolan, 2017: 17) karakter yang harus dipupuk.Dengan
Nilai Karakter Bersahabat membaca, pengetahun diperoleh.Untuk
itu, perlu bagi setiap pribadi menyediakan
Salah satu ciri khas masyarakat
waktu untuk kegiatan membaca. Dengan
timur seperti Indonesia adalah sikap
rajin membaca maka akan menjadi bahan
bersahabat dan penuh keakraban.Saling
baku untuk menuliskan sesuatu.
menyapa bila bertemu adalah bagian dari
sopan santun yang dijaga sebagai warisan “Kamu belum membaca buku di
budaya bangsa. Demikian pula dalam atas meja?”Yuda yang
novel anak ini, sikap bersahabat tergambar menjawab.Tangannya tetap bekerja, masih
seperti paragraf di bawah ini: sibuk membersihkan botol-botol.“Ayo,
cepat selesaikan tugas dari Paman!Jadi,
Saat Paman Zaki mengemudikan 8
kita bisa membaca cerita yang Iqbal tulis.”
sampan, mereka bertiga bercerita.Bertanya
(Nainggolan, 2017: 33)
kabar, bagaimana sekolah, teman-teman di
sekolah, guru, dan cerita-cerita “Wow!” Alang menatap Iqbal
menyenangkan lainnya.Iqbal juga takjub.Alang membaca cerita yang ditulis
bercerita tentang rumah belajarnya. oleh Iqbal.Cerita itu berjudul Arus Kosa.
(Nainggolan, 2017:18) 7 “Ceritanya belum selesai, Lang,”
Karakter bersahabat juga dapat jawab Iqbal sedikit tersipu mendapat
dilihat dari kerendahan hati untuk pujian dari Alang.
meminta maaf atau memaafkan kesalahan “Kalau begitu, ayo kita
seseorang. selesaikan.”
“Maaf ya, seharusnya aku tidak Setelah membaca cerita itu,
membuang sampah ke laut,” ucap Alang mereka mendiskusikan bagaimana setiap
menyesal. bagian akan dibuat. Mereka berdebat
“Maafkan aku juga, bahwa karakter Kai sebaiknya seperti itu
Alang.Seharusnya aku tidak dan karakter Gabu sebaiknya seperti
membentakmu.Aku menjadi sedih saat ini.Lalu mereka tertawa membahas cerita
melihat laut menjadi kotor,” ucap Yuda itu. Sampai akhirnya, mereka sepakat pada
dan keduanya pun bersalaman. jalan cerita yang sama. (Nainggolan,
(Nainggolan, 2017:22) 2017: 35-36).

Nilai Karakter Disiplin Relevansi Novel Bakau Kebaikan bagi


Dunia Pendidikan
Bangun tepat waktu dan tidak Novel Bakau Kebaikan memiliki
bermalas-malasan adalah salah satu ciri
relevansi dengan bahan pembelajaran
pribadi yang disiplin.Baik hari libur atau
sastra di SD tingkat kelas atas yaitu kelas
sekolah bangun pagi harus tetap dilakukan
4, 5, dan 6 baik dari segi sastra, bahasa,
dengan tidak mengulur-ulur waktu.Seperti
sosial budaya, maupun psikologi. Dari
tokoh Yuda dalam cerita ini yang telah
segi sastra, novel Bakau Kebaikan
bangun lebih awal sehingga dapat
tersusun secara harmonis sehingga
melalukan aktivitas, sementara Alang
membentuk cerita yang utuh dan menarik,
masih terbawa dengan sifatnya yang
apalagi dengan dilengkapi gambar yang
kurang disiplin.
mempersentasekan sebuah keadaan.
Alang dan Iqbal satu kamar Gambar itu turut meberi rangsangan bagi
dengan Yuda.Yuda sudah bangun dari pembaca. Dari segi bahasa, novel Bakau
tadi.Saat ibu membangunkan Alang dan Kebaikan mudah dipahami dengan
Iqbal, bukannya bangun Alang malah struktur kalimat yang tidak terlalu
menggulung diri dalam selimut.Pagi di panjang, dilengkapi dengan bahasa asing
Belawan jauh lebih dingin dari pada pagi yang dapat memperkaya kosa kata siswa
di rumah Alang. (Nainggolan, 2017:26) serta gaya bahasa yang menambah nilai
estetis. Dari segi sosial budaya, novel
Bakau Kebaikan memiliki latar sosial dan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 95


Tiflatul Husna 1, Fita Fatria 2
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bakau Kebaikan Karya Siti Lestari Nainggolan
dan Relevansinya Bagi Dunia Pendidikan
budaya masyarakat Belawandapat dilihat Terputus dan Menyatukan yang
dari cara berpikir dan bersikap para Tercerai. Bandung: Alfabetha,
tokohnya yang merefleksikan kebiasaan hlmn 102
hidup, adat istiadat, budaya, tradisi,
pandangan hidup, dan keyakinan Thomas Lickona. 2013. Panduan Lengkap
masyarakat Belawan sehingga dapat Mendidik Siswa Menjadi Pintar
menambah wawasan siswa terhadap dan Baik. Bandung: Nusa
kehidupan sosial dan kebudayaan di luar Media, hlmn 72.
daerahnya. Dari segi psikologi, novel
Bakau Kebaikan yang menghadirkan Nilai-nilai Pendidikan Karakter. Tersedia:
kisah-kisah yang realistis-imajiner sejalan https://rumahinspirasi.com/18-
dengan tahap perkembangan psikologi nilai-dalam-pendidikan-karakter-
siswa SD. bangsa/. Diakses tanggal 3
SIMPULAN November 2018
Berdasarkan analisis data dan Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter
pembahasan hasil penelitian, dapat Strategi Mendidik Anak di
disimpulkan sebagai berikut : Zaman Global. Jakarta:
Nilai-nilai karakter yang ditemukan yaitu Grasindo, hlmn 53
kreatif, cinta lingkungan, rasa ingin tahu,
bersahabat, disiplin, dan gemar Sri Narwanti. 2011. Pendidikan Karakter
membaca.Secara keseluruhan novel ini Pengintegrasian 18 Bentuk Nilai
berbicara tentang mencintai lingkungan Pembentuk Karakter dalam
yang bernuansa persahabatan anak-anak di Mata Pelajaran. Yogyakarta:
Belawan dengan memasukkan unsur Familia, hlmn 14
kearifan lokal dan juga modern.(2)
memiliki relevansi dengan kriteria bahan Muchlas Samani dan Hariyanto. 2012.
pembelajaran sastra di SD kelas atas yaitu Konsep dan Model Pendidikan
kelas 4, 5, dan 6 , baik dari segi sastra, Karakter. Bandung: PT. Remaja
bahasa, sosial budaya, pendidikan, dan Rosydakarya, hlmn 44.
psikologis.
DAFTAR PUSTAKA Endah Tri Priyatni. 2010. Membaca
Wayan Lasmawan. Pengembangan Materi Sastra dengan Ancangan
dan Model Pendidikan Karakter Literasi Kritis. Jakarta: Bumi
Berbasis Budaya dalam Konteks Aksara, hlmn 124.
Instruksional (Aplikasidalam
Pembelajaran Siswa Jenjang Agus Wibowo. Pendidikan Karakter
SMP), TK: Undiksha, Prodi Berbasis Sastra. hlmn 19-20
Pend. IPS,TT, hlm 4. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif & RND.
Tim Redaksi Wikrama Waskitha. 2003. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Perundang-undangan
Republik Indonesia. Jakarta:
Wikrama Waskitha, hlmn 148

KBBI Daring. Tersedia:


https://kbbi.web.id/nilai. Diakses
tanggal 03 November 2018.

Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori


Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Zein Elmubarok. 2007. Membumikan


Pendidikan Mengumpulkan yang
Terserak Menyambung yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 96


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

SEMIOTIKA (MAKNA WARNA DALAM UIS KARO)

Lisa Septia Dewi Br.Ginting 1, Rosmilan pulungan 2


1. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
2. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
lisaseptiadewibr.ginting27@gmail.com

Abstrak. Memaknai bahasa dan memahaminya juga bisa dipelajari dari warna.
Warna dapat menyapaikan pesan dan arti-arti khusus dari warna yang berbeda.
Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki ciri-ciri tersendiri, baik makanan yang
berbeda, pakaian yang berbeda, tata cara perayaan yang berbeda pula. Setiap suku
yang ada di Indonesia memiliki keistimewaan yang berbeda-beda pula. Tujuan
penelitian i i untuk mengetahui makna warna dalam uis karo. Penelitian ini
menganalisis makna warna dalam uis karo dengan literatur semiotika. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.

Kata kunci : Semiotika, uis karo

Abstract. Understanding the language and understanding it can also be learned


from color. Color can greet messages and special meanings of different colors.
Every tribe in Indonesia has its own characteristics, both different foods, different
clothes, different celebratory procedures. Every tribe in Indonesia has different
features. The aim of the research is to find out the color meanings in uis karo. This
study analyzes the color meaning in karo uis with the semiotic literature. This
research is a descriptive qualitative study.

Keywords: Semiotics, uis karo


PENDAHULUAN yang unik karena hampir diberbagai
Menghadapi seluruh kenyataan pelosok nusantara ini masing- masing
dalam hidupnya, manusia kagum atas apa budaya memiliki corak dan karakter
yang dilihatnya, manusia ragu-ragu masing- masing. Selain itu, letak geografis
apakah ia tidak ditipu oleh pancaindranya, dan kondisi alam menjadi factor yang
dan mulai menyadari keterbatasaanya. berpengaruh terhadap pola hidup
Dalam kehidupan sehari-harinya manusia bermasyarakat dan pembentukan kesenian
juga tak dapat terpisahkah dari aktivitas. yang berkembang dimasyarakat. Budaya
Baik itu dilakukan secara individu Indonesia merupakan cerminan dari nilai-
maupun kelompok. Dalam aktivitas nilai luhur bangsa Indonesia yang
tersebut kadang-kadang (bahkan harus) beraneka ragam. Sebagai warisan budaya,
terdokumentasi. Terlebih pada zaman kebudayaan tradisional merupakan salah
globalisasi sekarang ini, hampir semua satu asset yang harus dikembangkan dan
yang dialami manusia dapat dikases oleh dibina guna memperkuat kedudukan dan
manusia yang lain, baik informasi yang kelestarian budaya bangsa Indonesia.
baik-baik maupun yang kurang baik untuk Salah satu warisan kebudayaan
dilihat. Apalagi suatu informasi itu dapat Indonesia ialah pakaian tradisional.
mendatangkan nilai jual yang tinggi. Dimana corak maupun motif dari masing-
Untuk itu dalam meneliti pesan masing pada pakaian tradisional
yang terdapat dalam dokumen atau merupakan sebuah cerminan budaya suatu
sumber pesan yang terdapat di media daerah yang turun temurun dan
cetak atau elektronik bahkan media-media dilestarikan.
yang lain, dibutuhkan suatu metode Uis Gara atau Uis Adat
tersendiri yang dikenal dengan analisi Karo adalah pakaian adat yang digunakan
semiotik. Analisi ini dimaksudkan agar dalam kegiatan adat dan budaya Suku
kita dapat memahami maksud dari tanda- Karo dari Sumatera Utara. Selain
tanda yang ada. Sebagai negara yang digunakan sebagai pakaian resmi dalam
memiliki keragaman suku, adat istiadat, kegiatan adat dan budaya, pakaian ini
bahasa serta budaya, merupakan suatu sebelumnya digunakan pula dalam
kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai kehidupan sehari-hari masyarakat
warga negara Indonesia. Dengan adanya tradisional Karo.
keragaman tersebut, menjadikan ciri khas

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 98


Lisa Septia Dewi Br.Ginting 1, Rosmilan Pulungan 2
Semiotika (Makna Warna Dalam Uis Karo)
Kata Uis Gara sendiri berasal digunakan sebagai pakaian resmi dalam
dari Bahasa Karo, yaitu Uis yang berarti kegiatan adat dan budaya, pakaian ini
kain dan Gara yang berarti merah. sebelumnya digunakan pula dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat
Disebut sebagai "kain merah" karena pada
tradisional Karo. Kata Uis Gara sendiri
uis gara warna yang dominan berasal dari Bahasa Karo, yaitu Uis yang
adalah merah, hitam, dan putih, serta berarti kain dan Gara yang berarti merah.
dihiasi pula berbagai ragam tenunan dari Disebut sebagai "kain merah" karena pada
benang emas dan perak. uis gara warna yang dominan
Dari latar belakang di atas, penulis adalah merah, hitam, dan putih, serta
tertarik untuk menganalisis makna warna dihiasi pula berbagai ragam tenunan dari
benang emas dan perak. Secara umum uis
uis adat karo Sumatera Utara. Mengingat
gara terbuat dari bahan kapas yang
nilai kebudayaan tercermin dari kehidupan kemudian dipintal dan ditenun secara
sehari-hari, dan salah satunya ialah manual dan diwarnai menggunakan zat
tercermin dari apa yang dikenakan yang pewarna alami. Cara pembuatannya tidak
tentunya terkait dengan pakaian adat. jauh berbeda dengan pembuatan songket,
Uis yang dimiliki oleh suku karo yaitu menggunakan alat tenun bukan
yang terdapat di Sumatera Utara memiliki mesin.
tiga warna utama, yakni merah, hitam dan Pada awalnya kegunaan uis gara,
dipadu padankan dengan benag emas dan yaitu dibuat untuk dipakai sehari-hari oleh
perak memiliki arti tersendiri. Setiap uis kalangan perempuan Karo. Namun saat ini
uis gara hanya digunakan di setiap upacara
yang berbeda memiliki makna yang
adat dan budaya Karo. Baik yang
berbeda pula. Adapun yang menjadi dilaksanakan di daerah Karo sendiri,
rumusan masalah dalam penelitian ini maupun di luar daerah Karo, selebihnya
adalah: Apa sajakah makna warna uis kerap juga ditemukan dalam bentuk
karo dikaji secara semiotika? sovenir berupa tas, dasi, gorden, ikat
Secara etimologis istilah pinggang, sarung bantal, dan lain
semiotika berasal dari bahasa Yunani sebagainya. Uis gara memiliki berbagai
“semeion” yang berarti ’tanda’(Sudjiman jenis serta fungsinya masing-masing,
dan van Zoest, 1996: vii) atau seme,yang bahkan ada beberapa diantaranya sudah
berarti ”penafsir tanda” (Cobley dan langka karena tidak digunakan lagi dalam
Jansz, 1999: 4) (dalam Sobur, .2004: 16). kehidupan sehari-hari.
Semiotika kemudian didefinisikan sebagai METODE PENELITIAN
studi tentang tanda dan cara tanda-tanda Penelitian ini menggunakan
itu bekerja. pendekatan deskriptif kualitatif dengan
Adapun nama lain dari semiotika memanfaatkan cara – cara penafsiran
adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua dengan menyajikannya dalam bentuk
istilah ini mengandung pengertian yang
deskriptif. Data yang dihasilkan dari
persis sama, walaupun penggunaan salah
satu dari kedua istilah tersebut biasanya penelitian ini adalah data – data verbal
menunjukkan pemikiran pemakainya; tentang makna warna dalam kain uis karo
mereka yang bergabung dengan Peirce . Pendeskripsian data – data tersebut
menggunakan kata semiotika,dan mereka disampaikan melalui kata atau bahasa.
yang bergabung dengan Saussure Penelitian ini menggunakan analisis secra
menggunakan kata semiologi. Namun semiotika. Pendekatakan deskriptif
yang terakhir, jika dibandingkan dengan
kualitatif dalam penelitian ini merupakan
yang pertama, kian jarang dipakai (van
Zoest, 1993: 2). Tommy Christomy, 2001: suatu prosedur penelitian dengan hasil
7) dalam Sobur, 2004: 12) menyebutkan sajian data deskriptif berupa tuturan
adanya kecenderungan, istilah semiotika pengarang Sudaryanto (1993: 62),
lebih populer daripada istilah semiologi menyatakan bahwa istilah deskriptif
sehingga para penganut Saussure pun menyarankan kepada suatu penelitian
sering menggunakannya.
yang semata-mata hanya berdasarkan pada
Pokok perhatian semiotika adalah
fakta-fakta yang ada dan juga fenomena
tanda. Tanda itu sendiri adalah sebagai
sesuatu yang memiliki ciri khusus yang yang memang secara empiris hidup di
penting. Pertama, tanda harus dapat dalam penuturnya, sehingga yang
diamati, dalam arti tanda itu dapat dihasilkan atau yang dicatat berupa uraian
ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk bahasa yang biasa dikatakan sifatnya
pada sesuatu yang lain. Artinya bisa seperti potret: paparan seperti apa adanya.
menggantikan, mewakili dan menyajikan.
Objek penelitian ini yaitu makna
Uis Gara atau Uis Adat Karo adalah
pakaian adat yang digunakan dalam warna dalam kain uis karo yang di analisis
kegiatan adat dan budaya Suku secara semiotika.
Karo dari Sumatera Utara. Selain

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 99


Lisa Septia Dewi Br.Ginting 1, Rosmilan Pulungan 2
Semiotika (Makna Warna Dalam Uis Karo)
Sumber data dalam penelitian ini 3. Legisign ( tanda berdasarkan peraturan
adalah buku yang berkaitan dengan yang berlaku) : warna hitam, merah
semiotika.. dan kuning merupakan warna wajib
Teknik pengumpulan data yang dalam uis karo yang memiliki arti suku
digunakan dalam penelitian ini adalah karo adalah pemimpin-pemimpin (baik
teknik kepustakaan. Data - data yang untuk diri sendiri) yang berani dan
diperoleh juga ditunjang dengan data selalu jaya dalam hidupnya.
primer dan data sekunder. Data primer Object (klarifikasi sebuah tanda)
terdiri dari teknik membaca dan mencatat, 1. Icon ( tanda yang memiliki kesamaan
sedangkan data sekunder merupakan dengan ciri-ciri yang dimaksud) :warna
teknik kepustakaan. merah yang memiliki bentuk
Untuk menganalisis makna warna kesamaan dengan darah yang berani
kain uis karo, instrument yang dipilih dalam berjuang sampai darah
adalah human instrument (peneliti penghabisan.
sendiri). Adapun fungsi dari human 2. Index ( tanda yang mempunyai kaitan
instrument tersebut yakni untuk dengan apa yang diwakilinya) : warna
memperoleh data yang valid sesuai kuning yang sama dengan warna
dengan fokus penelitian sehingga hasil perhiasan yang memiliki makna
penelitian dapat dipertanggung jawabkan. kejayaan dan kemakmuran.
Adapun alat bantu yang digunakan dalam 3. Symbol ( tanda yang berlaku umum
penelitian adalah beberapa buku teori berdasarkan kesepakatan) : warna
yang berkaitan dengan fokus penelitian, merah ( melambangkan keberanian),
media teknologi yang digunakan untuk warna kuning (melambangkan
mencari sejarah dari kain uis karo tersebut kejayaan), warna hitam (melambangka
serta alat bantu berupa kartu data yang jiwa kepemimpinan).
digunakan untuk mencatat berbagai Interpretant ( Tanda berdasakan
kutipan yang sesuai dengan fokus interpretannya)
penelitian. 1. Rhema bahwa lambang dan makna
Teknik analisis data yang tanda masih dapat dikembangkan.
digunakan dalam penelitian ini adalah Warna hitam yang berarti pemimpin
teknik analisis tanda menurut Charles berkaitan dengan kehidupan sosial dan
Sanders Piers merupakan langkah untuk keagamaan seperti kebersamaan.
menemukan makna melalui pengkajian 2. Decisign bahwa lambang dan
tanda dan pananda. interpretan terdapat hubungan yang
HASIL PENELITIAN benar : warna kuning yang memiliki
Representamen ( bentuk fisik yang dapat makna kemakmuran, bagi orang karo
diserap yang memiliki banyak emas dan ladang
panca indera dan mengacu pada sesuatu) luas menandakan kemakmuran pada
yaitu corak maupun motif yang ada suku karo itu.
pada Uis karo SIMPULAN
1. Qualisign ( tanda berdasarkan sifatnya) Berdasarkan pembahasan di atas,
: Warna pakaian Uis Gara (warna dapat disimpulkan bahwa kaitan antara
merah) bermakna sifat berani yang makna dan tanda yang terdapat dalam uis
dimiliki oleh seorang raja . Raja karo tidak terlepas dari hubungannya
adalah sosok yang berani dalam dengan alam dan kepercayaan yang
mengambil keputusan, tegas membela mengandung nilai- nilai keagamaan.
keadilan dan kepentingan Seperti halnya warna merah yang berarti
rakyatnya. Megersing (warna kuning) berani, hitam memiliki makna berjiwa
adalah warna yang memaknai kejayaan pemimpin dan kuning juga memiliki
dan kebesaran, warna ini umumnya makna lambang. Selain itu, dikarenakan
ditempatkan di setiap jenis Uis. Warna mayoritas penduduk karo tinggal di daerah
ketiga adalah mbiring (warna Hitam) pegunungan mereka harus berani
yaitu warna yang berarti meghadapi gejala-gejala alam yang terjadi.
kepemimpinan, Suku karo mencari rezeki dengan cara
2. Sinsign ( tanda berdasarkan bentuk bercocok tanam sehingga bisa memiliki
kenyataan) : motif vertikal yang kemakmuran dri hasil panen mereka dan
umunya terdapat dalam semua jenis mereka bisa memimpin diri mereka
Uis karo yang berarti tegas dan berani sendiri agar bisa menjalani hidup dengan
dalam menghadapi kehidupan. aturan adat.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 100


Lisa Septia Dewi Br.Ginting 1, Rosmilan Pulungan 2
Semiotika (Makna Warna Dalam Uis Karo)
DAFTAR PUSTAKA
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar
Memahami semiotika Media.
Yogyakarta: Jalasutra.

Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan


Makna Teori Teks Dasar
Mengenai Semiotika dan Teori
Komunikasi. Yogyakarta:
Jalasutra.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal.


Jakarta: Rineka Cipta.

Piliang, Yasraf Amir. 1999. Hiper-


Realitas Kebudayaan.
Yogyakarta: LKIS.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media:


Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan
Analisis Framing. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media


(Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing). Jakarta :
Rosda.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 101


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI DONGENG DALAM


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I
SD NEGERI 104232 TANJUNG MORAWA

Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2


1. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
2. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
putri.juwita16@yahoo.com

Abstrak. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana teknik
pengumpulan data yaitu: (1) Observasi, (2) tes .Berdasaran hasil penelitian
tindakan kelas yang telah dilaksanakan didalam dua siklus dengan
penggunaan dongeng dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas
I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas 1 SD Negeri 104232
Tanjung Morawa. setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penggunaan
dongeng. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
yang semakin meningkat dalam setiap siklusnya, yaitu nilai rata-rata hasil
pengamatan guru pada siklus I 2,75 dan meningkat menjadi 3,55 pada siklus
II. Dan dilihat dari hasil tes berbicara pada siklus I diketahui 18 dari 30
siswa telah mencapai nilai KKN (60), dan meningkat pada siklus II dimana
29 dari 30 siswa telah berhasil mencapai nilai KKM (60).Berdasarkan hasil
penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus tersebut diatas,
ternyata hipotesis yang telah dirumuskan terbukti kebenarannya artinya
ternyata langkah pembelajaran melalui dongeng dapat meningkatkan
kemampuan berbicara pada siswa kelas I SD Negeri 104232 Tanjung
Morawa.

Kata Kunci: Kemampuan,berbicara, dogeng

Abstract. This research is Classroom Action Research (CAR) where data


collection techniques are: (1) Observation, (2) Tests. The results of classroom
action research have been carried out in two cycles with the use of fairy tales in
Indonesian language learning in class I 104232 Public Elementary School
Tanjung Morawa concluded that there was an increase in speaking skills in class 1
students of Tanjung Morawa 104232 Public Elementary School. after the
implementation of learning with the use of fairy tales. This can be seen from the
activity of students in the learning process that increases in each cycle, namely the
average value of teacher observation in the first cycle 2.75 and increased to 3.55
in the second cycle. And seen from the results of the speaking test in the first cycle
it is known that 18 out of 30 students have achieved the KKN (60), and increased
in the second cycle where 29 of 30 students have succeeded in achieving the KKM
score (60). Based on the results of classroom action research using 2 cycles above,
it turns out that the hypothesis that has been formulated is proven to be true,
meaning that it turns out that the step of learning through fairy tales can improve
speaking skills in class I students of Tanjung Morawa State Elementary School
104232.

Keywords: Ability, speaking, dogeng


PENDAHULUAN Pemerintah dalam hal ini telah
Masalah pendidikan merupakan mengatur dan mengarahkan pendidikan
masalah yang sangat penting, karena nasional seperti yang tertuang dalam
pendidikan itu akan sangat berpengaruh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
terhadap perkembangan hidup manusia. tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dengan semakin tinggi jenjang pendidikan Dalam Pasal 3 menyebutkan tujuan dari
yang ditempuh oleh seseorang maka pedidikan nasional yang berbunyi :
semakin besar kesempatan untuk meraih Pendidikan nasional berfungsi
sukses hidup di masa. mendatang. Secara, mengembangkan kemampuan dan
garis besarnya, pendidikan sangat membentuk watak serta peradaban bangsa
berkompeten dalam kehidupan, baik yang bermartabat dalam rangka
kehidupan itu sendiri, keluarga, mencerdaskan kehidupan bangsa,
masyarakat maupun kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
negara. bangsa, berkembangnya potensi peserta

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 102


Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa
didik agar menjadi manusia yang beriman bahasa di samping aspek penalaran dan
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha hafalan sehingga pengetahuan dan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, informasi yang diterima siswa sebatas
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga produk babasa dan sastra. Padahal dalam
negara yang demokratis serta bertanggung proses belajar mengajar keterlibatan siswa
jawab. secara totalitas, drtinya melibatkan
Pembangunan nasional yang pikiran, penglihatan, pendengaran dan
sedang dilaksanakan bertujuan untuk psikomotor (keterampilan). Jadi dalam
membangun manusia Indonesia proses belajar mengajar, seorang guru
seutuhnya. Berhasil tidaknya program hares mengajak siswa untuk
pembangunan faktor manusia memegang mendengarkan, menyajikan metode yang
peranan yang sangat penting. Untuk dapat dilihat, memberi kesempatan untuk
pembangunan itu diperlukan manusia menulis dan mengajukan pertanyaan atau
yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau tanggapan, sehingga, terjadi dialog kreatif
bekerja keras, memiliki pengetahuan dan yang menunjukkan proses belajar
ketrampilan serta memiliki pengetahuan mengajar yang interaktif.
dan ketrampilan serta memiliki sifat Dari uraian tersebut dapat
positif terhadap etos kerja. Sekolah disimpulkan bahwa perlu diadakan
sebagai tempat proses belajar mempunyai penelitian terhadap penggunaan dongeng
kedudukan yang sangat penting dalam dalam mencapai tujuan meningkatkan
dunia pendidikan. Oleh karena itu kemampuan berbicara di Kelas I SD
pendidikan di sekolah memegang peranan Negeri 104232 Tanjung Morawa. Untuk
penting dalam rangka mewujudkan itu penulis melakukan penelitian tentang:
tercapainya pendidikan nasional secara "Peningkatan Kemampuan Berbicara
optimal seperti yang diharapkan. Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD
tersebut guru menjadi pemeran utama Negeri 104232 Tanjung Morawa.
dalam menciptakan situasi interaktif yang METODE PENELITIAN
edukatif, yakni interaksi antara guru Metode penelitian yang digunakan
dengan siswa, siswa dengan siswa dan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
sumber pembelajaran dalam menunjang yaitu suatu penelitian tindakan yang
tercapainya tujuan belajar. dilakukan di kelas .Sesuai dengan bentuk
Tujuan seperti yang telah tersebut penelitian dan sumber data yang
di atas dapat dicapai dengan baik apabila dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan
pada diri peserta didik timbul suatu data yang digunakan dalam penelitian ini
kesadaran yang mendalam untuk meraih adalah
prestasi yang tinggi. Untuk mencapai 1. Observasi
prestasi yang tinggi maka diperlukan Yatim Rianto (2001: 77) observasi
proses interaksi yang optimal antara merupakan metode pengumpulan data
pendidik sebagai pentransfer ilmu dan Yang menggunakan pengamatan terhadap
peserta didik sebagai objek. obyek penelitian. Winarni ( 2009: 84 -85 )
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) menyatakan bahwa dalam melakukan
bertujuan memberikan bekal kemampuan observasi proses, ada empat metode
dasar "baca-tulis-hitung", pengetahuan observasi yaitu
dan ketrampilan dasar yang bermanfaat a. Observasi terbuka
bagi siswa sesuai dengan tingkat Dalam observasi terbuka, pengamat
perkembangan. Terkait dengan tujuan tidak menggunakan lembar observasi,
memberikan bekal kemampuan dasar melainkan hanya menggunakan
"baca-tulis", maka peranan pengajaran kertas kosong untuk merekam
Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pelajaran yang diamati. Dia
pada kemampuan dasar "baca-tulis", menggunakan teknik-teknik tertentu
pembelajaran tidak hanya pada, tahap untuk merekam jalannya perbaikan
belajar di kelas-kelas awal tetapi juga sehingga dapat merekontruksi
pada, kemahiran atau penguasaan di kelas- pelajaran yang berlangsung.
kelas tinggi. b. Observasi terfokus
Bahasa Indonesia sebagai salah Observasi secara khusus ditujukan
satu bidang studi yang memiliki tujuan untuk mengamati aspek-aspek
membekali siswa untuk mengembangkan tertentu dari pembelajaran. Misalnya

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 103


Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa
yang diamati kesempatan siswa untuk yang berguna untuk penelitian
berpartisipasi, dampak pungutan bagi lanjutan;
siswa, atau sejenis pertanyaan yang 3. Melakukan analisis data dikelas dan
diajukan oleh guru. Tentu semua mengembangkan matrik antar kasus;
fokus telah disepakati sebelum 4. Melakukan verifikasi, pengayakan
berlangsungnya observasi. dan pendalaman data.
c. Observasi terstruktur 5. Apabila dalam persiapan analisis
Observasi terstruktur menggunakan ternyata ditemukan data yang kurang
instrumen observasi yang terstruktur lengkap atau kurang jelas, maka perlu
dan siap pakai, sehingga pengamat dilakukan pengumpulan data lagi
hanya tinggal membubuhkan tanda secara lebih terfokus;
(v) pada tempat yang disediakan 6. Melakukan analisis antar kasus,
d. Observasi sistematik dikembangkan struktur sajian datanya
Observasi sistematik lebih rinci dari bagi susunan laporan;
observasi terstruktur dalam kategori 7. Merumuskan kesimpulan akhir
yang diamati. Misalnya dalam sebagai temuan penelitian;
pemberian penguatan, data 8. Merumuskan implikasi kebijaksanaan
dikategorikan menjadi penguatan sebagai bagian dari pengembangan
verbal dan nonverbal. Dalam saran dalam akhir penelitian.
penelitian ini, observasi dilakukan HASIL PENELITIAN
dengan menggunakan metode Pelaksanaan tindakan dalam
observasi terstruktur. Observasi penelitian ini didapatkan hasil diantaranya
dilakukan terhadap siswa dan guru adalah perubahan tingkah laku siswa pada
kelas I SD Negeri 104232 Tanjung saat pembelajaran, perubahan cara
Morawa . Observasi terhadap siswa mengajar guru dan perubahan hasil belajar
dilakukan untuk mengetahui situasi dari siswa. Secara keseluruhan, perubahan
dan perkembangan siswa dalam tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada
pembelajaran Bahasa Indonesia aspek bagian ini.
berbicara melalui dongeng. Observasi Berdasarkan hasil observasi
terhadap guru untuk mengetahui terhadap aktivitas siswa dapat dilihat
tingkat keberhasilan guru dalam adanya kemajuan yang sangat baik.
melaksanakan pembelajaran. Keaktifan siswa berangsung-angsur
2. Tes meningkat, keberanian siswa juga
Tes basil belajar siswa kelas I SD meningkat. Kreativitas dan inisaiatif siswa
104232 Tanjung Morawa untuk meningkat dari 2,75 pada siklus I
mengetahui sejauh mana kemampuan meningkat menjadi 3,55 pada siklus II.
siswa dalam menerima bahan ajar dan Observasi yang dilaksanakan
untuk mengetahui peningkatan bukan hanya pada aktivitas siswa saja,
kemampuan berbicara dalam pembelajaran aktivitas guru juga diobservasi. Hasil
Bahasa Indonesia melalui dongeng. observasi aktivitas guru dari siklus I
Teknik Analisis Data sampai dengan siklus II. Berdasarkan hasil
Teknik analisis data yang observasi kegiatan guru dapat diketahui
digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa ada peningkatan aktivitas guru.
model analisis interaktif. Huberman, Kegiatan persiapan, pelaksaaan
dalam HB Sutopo, (1996: 186) pembelajaran, dan pelaksanaan evaluasi
mengemukakan bahwa analisis data dalam pada akhir siklus II jauh lebih baik dari
penelitian adalah model analisi interaktif pada siklus I. Hasil observasi
yang mempunyai tiga komponen yaitu : 1) menunjukkan adanya peningkatan yaitu
sajian data, 2) reduksi data dan 3) 3,00 pada siklus I meningkat menjadi 3,63
penarikan kesimpulan atau verifikasi data pada siklus II.
masih berlangsung. Hasil penelitian yang lainnya
Langkah-langkah analisis: adalah nilai hasil berbicara siswa kelas I.
1. Melakukan analisis awal bila data Nilai tersebut terdiri atas nilai berbicara
yang didapatkan di kelas sudah cukup siklus I dan siklus II sebagai kondisi akhir.
maka dapat dikumpulkan; Nilai berbicara pada siklus I adalah pada
2. Mengembangkan bentuk sajian data, tabel I.
dengan menyusun koding dan matrik

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 104


Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa
Tabel 1. Nilai Berbicara Siklus I Indonesia pada siswa kelas I SD 104232
Sesudah Siklus Tanjung Morawa, dapat disimpulkan
No Nilai Jumlah bahwa terjadi peningkatan kemampuan
Persen
Siswa
1 Kurang dari 4 13,33 berbicara pada siswa kelas I SD Negeri
49 104232 Tanjung Morawa Patumbak
2 50 s/d 59 8 26,67 setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
3 60 s/d 69 14 46,67 penggunaan dongeng. Hal tersebut terlihat
4 70 s/d 79 4 13,33
dari aktivitas siswa dalam proses
5 80 s/d 89 0 0
6 90 s/d 100 0 0 pembelajaran yang semakin meningkat
Jumlah 30 100 dalam setiap siklusnya, yaitu nilai rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian siklus hasil pengamatan guru pada siklus I 2,75
I, siswa telah mengalami peningkatan dan meningkat menjadi 3,55 pada siklus
dalam menggunakan lafal dan intonasi II. Dan dilihat dari hasil tes berbicara pada
pada pembelajaran berbicara. siklus I diketahui 18 dari 30 siswa telah
Siklus I yang telah dilaksanakan mencapai nilai KKM (60), dan meningkat
ternyata masih terdapat kelemahan. pada siklus II dimana 29 dari 30 siswa
Kelemahan tersebut adalah masih kurang telah berhasil mencapai nilai KKM (60).
tepatnya penggunaan lafal dan intonasi Berdasarkan hasil penelitian
oleh siswa. Kelemahan tersebut diperbaiki tindakan kelas dengan menggunakan 2
dalam pembelajaran berbicara pada siklus siklus tersebut diatas, ternyata hipotesis
II dengan lebih menekankan pada yang telah dirumuskan terbukti
penggunaan lafal dan intonasi yang baik. kebenarannya artinya ternyata langkah
Siklus II dilaksanakan tindakan pembelajaran melalui dongeng dapat
berupa penerapan penggunaan lafal dan meningkatkan kemampuan berbicara pada
intonasi yang baik dalam pembelajaran siswa kelas I SD Negeri 104232 Tanjung
berbicara. Hasil nilai berbicara pada siklus Morawa .
II dapat dilihat sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2. Siklus II Medan. Abdul Aziz Abdul Ma id. 2002.
Sesudah Siklus Mendidik dengan Cerita.
No Nilai Jumlah
Persen Bandung: Remaja Rosdakarya.
Siswa
1 Kurang dari 0 0
49 Ahmad Rofi' Uddin dan Darmiyati Zuchi.
2 50 s/d 59 1 3,33 2001. Pendidikan Bahasa dan
3 60 s/d 69 5 16,67
Sastra di Kelas Tinggi. Malang:
4 70 s/d 79 13 43,33
5 80 s/d 89 11 36,67 UNM.
6 90 s/d 100 0 0
Jumlah 30 100 Akhadiah. Dkk. 1992. Petunjuk
Dalam pelaksanaan tahap siklus Pengajaran Bahasa Indonesia.
II, telah terjadi peningkatan yang cukup Jakarta: Departemen P dan K.
signifikan dalam hal penekanan
penggunaan lafal dan intonasi yang baik. Bahri Djamarah dan Asmawan Zain.
Dalam pelaksanaan siklus II ini banyak 1996. Pengelolaan Belajar.
siswa telah melakukan pertanyaan Jakarta: Rajawali Pers.
langsung kepada guru sehingga siswa
lebih berani dan termotivasi. Brown G&G Yule. 1983. Developing
Berdasarkan hasil nilai tulisan Language Skills in the Elementary
siswa siklus II di atas dapat diketahui Schools. Boston: Allyn and
kondisi akhir dari kemampuan berbicara Bacon, Inc.
siswa. Siswa yang masih di bawah KKM
(60) adalah satu siswa (3,33%). Siswa Danandjaja. 1986. Cerita rakyat.
yang telah mencapai nilai KKM (60) Yogyakarta: IKIP.
adalah dua puluh sembilan siswa
(96,67%). Darmiyati Zuchi dan Budiasih. 2001.
SIMPULAN Pendidikan Bahasa Indonesia di
Berdasarkan hasil penelitian Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
tindakan kelas yang telah dilaksanakan di Departemen P dan K. 1993. Pembelajaran
dalam dua siklus dengan penggunaan Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
dongeng dalam pembelajaran Bahasa Kurikulum Pendidikan Dasar.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 105


Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa

Depdikbud. 1994. Metode Pembelajaran.


Jakarta: Pusat Kurikulum
Pendidikan Dasar.Didik Tuminto.
2007. Keterampilan Berbahasa.
Jakarta: Rajawali Pres.

Djago Tarigan. 1998. Berbicara.


Bandung: Angkasa.

Djamarah. 1997. Pendidikan Bahasa dan


Sastra di Kelas Tinggi. Malang:
UNM.

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto,


Sutijan. 1998. Belajar dan
Pembelajaran. Surakarta: UNS
Pres.

Herry Guntur Tarigan. 1979. Berbicara


sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: CV
Angkasa.

Isnaini Yulianita Hafi. 2000. Reproduktif


Siswa dalam Keterampilan
Berbahasa. Yogyakarta: WJP.

James Danandjaja. 1986. Dongeng.


Bandung: Angkasa.

Knower, Franklin H. 1958. Speech dalam


Encyclopedia of Educational
Research. New York: Macmillan
Company 1960.

Lustantini Septiningsih. 1998. Komponen-


komponen Dongeng. Yogyakarta:
IMP. Maidar G, Arsyad dan Mukti
US. 1991. Pembelajaran
Berbicara. Jakarta: Rineka Cipta.

Mangkunegara. 2000. Psikologi


Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moedjiono, Moh. Dimyati. (1991).


Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan.

Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian


Pendidikan, Bandung: Angkasa.
Mulgrave, Dorothy. 1954. Speech.
New York: Barnes & Noble, Inc.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 106


Putri juwita1, Lisa Septia Dewi br. Ginting 2
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Dongeng dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas I SD Negeri 104232 Tanjung Morawa

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 107


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI OLEH
SISWA KELAS VII MTS AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH TEMBUNG

Wulandari Anwar
PBSI Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
wulandarianwar30@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh model


pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan metode ceramah terhadap kemampuan
memahami teks eksposisi. Untuk penelitian tersebut data diambil dari 82 sampel
yang berasal dari 415 populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara random
kelas (random sampling) yaitu untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen penugasan yaitu
menentukan struktur dan ciri bahasa teks eksposisi. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desai posstest Control Only
Desain. Dengan desain tersebut, peneliti akan membandingkan hasil belajar
menentukan struktur dan ciri bahasa teks eksposisi siswa yang dibimbing dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hasil belajar menentukan
struktur dan ciri bahasa teks eksposisi siswa yang dibimbing dengan metode
ceramah. Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
kemampuan siswa

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, teks eksposisi

Abstract. This study aims to explain the influence of the jigsaw type cooperative
learning model and lecture method on the ability to understand exposition texts.
For this study data was taken from 82 samples from 415 populations. Sampling is
done by random class (random sampling) that is to determine the experimental
class and the control class. Data retrieval is done by the assignment instrument
that is determining the structure and characteristics of the exposition text
language. The method used in this research is the experimental method with the
design of the poststest Control Only Design. With this design, the researcher will
compare the learning outcomes of determining the structure and language
characteristics of the exposition text of students guided by the jigsaw cooperative
learning model with learning outcomes determining the structure and language
characteristics of the exposition text of students guided by the lecture method.
Thus, this study shows that the use of the influence of the jigsaw type cooperative
learning model can improve students' abilities

Keywords: jigsaw cooperative learning model, exposition text


PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan
Di dalam pembelajaran, terdapat kurikulum yang menekankan terhadap tiga
kurikulum sebagai dasar dan tuntutan aspek penilaian dalam pembelajaran yaitu
yang diberikan pemerintah kepada Afektif (sikap), Psikomotor (keterampilan)
pendidik dalam merancang kegiatan dan Kognitif (pengetahuan). Artinya
pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun seluruh mata pelajaran yang ada di
2003, Kurikulum adalah seperangkat Kurikulum 2013 harus berkontribusi
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, terhadap pembentukan sikap, keterampilan
isi dan pedoman penyelenggaraan dan pengetahuan. Pada kurikulum ini,
kegiatan pembelajaran untuk mencapai seluruh kegiatan pembelajaran berpusat
tujuan pendidikan nasional. Didalam pada siswa. Dengan kata lain, siswa
pembelajaran tahun ini, Kementrian dituntut aktif dalam proses pembelajaran,
Pendidikan telah mengeluarkan Sedangkan peran guru terbatas pada
kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. kegiatan belajar ini. guru hanya sebagai
Kementrian Pendidikan juga telah fasilitator membantu siswa mencapai
memutuskan untuk melaksanakan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kurikulum 2013 secara nasional kepada Untuk itu, pendidik dituntut
seluruh sekolah yang ada di wilayah- kreatif dalam merancang kegiatan
wilayah Indonesia. pembelajaran yang dapat memicu siswa
untuk aktif dalam belajar. Menurut

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 107


Wulandari Anwar
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Memahami
Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas VII MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
pengalaman penulis saat melaksanakan mengajarkan peserta didik bagaimana
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), mengomunikasikan pembelajaran yang ia
siswa sedikit kesulitan dalam memahami dapatkan kepada teman sekelompoknya.
materi teks yang diajarkan. Terutama Menurut Sutikno (2014:87-88),
dalam materi pembelajaran teks eksposisi. “Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh
Karena didalam satu pembahasan materi Aronson dan kawan-kawan di Universitas
terdiri dari beberapa sub-submateri. Texas. Jigsaw adalah suatu model
sebagian siswa hanya mampu menguasai pembelajaran yang terdiri dari beberapa
satu sub-materi saja. Seperti pada anggota dalam satu kelompok, yang
pembelajaran teks eksposisi, sebagian bertanggung jawab atas penguasaan
siswa ada yang mampu memahami bagian materi pelajaran dan mapu
struktur teksnya saja sedangkan yang lain membelajarkan materi tersebut kepada
lebih memahami ciri bahasanya saja. anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw
Selain itu, kurang aktifnya siswa dalam didesain untuk meningkatkan rasa
pembelajaran ini dikarenakan materi tanggung jawab peserta didik terhadap
pembelajaran kurang menarik. pembelajarannya sendiri dan juga
Untuk itu, perlu adanya model, pembelajaran orang lain. Peserta didik
metode ataupun strategi pembelajaran tidak hanya mempelajari materi yag
yang digunakan untuk membantu siswa diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memahami pembelajaran teks khususnya memberikan dan membelajarkan materi
teks eksposisi. Salah satu model tersebut pada anggota kelompoknya yang
pembelajaran yang dipandang cukup lain. Dengan demikian, peserta didik
mampu membantu permasalahan siswa saling bergantung satu dengan yang lain
dalam memahami teks eksposisi adalah dan harus bekerja sama secara kooperatif
model pembelajaran Kooperatif Tipe untuk mempelajari materi yang
Jigsaw, yaitu salah satu model ditugaskan”.
pembelajaran berkelompok yang Menurut Sutikno (2014:89-91),
mendorong siswa aktif dan saling Adapun proses pelaksanaan model
membantu dalam menguasai materi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pelajaran untuk mencapai prestasi yang yaitu:Pertama, Tahap Pendahuluan.Guru
maksimal. Model pembelajaran Melakukan apersepsi.KemudianGuru
Kooperatif Tipe Jigsaw diharapkan menjelaskan pada peserta didik tentang
mampu mengatasi permasalahan siswa model pembelajaran. yang dipakai dan
dalam memahami teks eksposisi. menjelaskan manfaat dari model tersebut
Berdasarkan latar belakang setelah itu guru melakukan pembentukan
masalah yang dikemukakan di atas, kelompok kepada siswa.Untuk setiap
permasalahan penelitian ini dapat kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik
dirumuskan sebagai berikut: (1) dengan kemampuan yang
Bagaimanakah kemampuan memahami heterogen.Pembagian materi atau soal
teks eksposisi dengan menggunakan pada setiap anggota kelompok. kedua,
model pembelajaran Kooperatif Tipe Tahap Penguasaan.Peserta didik dengan
Jigsaw oleh siswa kelas VII MTs Al- materi atau soal yang sama bergabung
Jam’iyatul Washliyah Tembung tahun dalam kelompok ahli dan berusaha
pembelajaran 2014-2015? (2) menguasai materi sesuai dengan soal yang
Bagaimanakah kemampuan memahami diterima sementara itu guru memberikan
teks eksposisi dengan menggunakan bantuan kepada peserta didik.Ketiga,
metode Ceramah oleh siswa kelas VII Tahap Penularan.Setiap peserta didik
MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung kembali ke kelompok asalnya.Tiap peserta
tahun pembelajaran 2014-2015? (3) didik dalam kelompok saling menularkan
Adakah pengaruh model pembelajaran dan menerima materi dari peserta didik
Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap lainnya dan terjadi proses diskusi antar
kemampuan memahami teks eksposisi peserta didik dalam kelompok
oleh siswa kelas VII MTs Al-Jam’iyatul asal.Kemudiandari proses diskusi, peserta
Washliyah Tembung tahun pembelajaran didik memperoleh jawaban soal.Keempat,
2014-2015? Penutup. Guru bersama peserta didik
Model pembelajaran kooperatif menyimpulkan pembelajaran.Setelah
tipe jigsaw merupakan model itupelaksanaan kuis atau evaluasi.
pembelajaran berkelompok yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 108


Wulandari Anwar
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Memahami
Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas VII MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
Menurut Rusman (2012:219), ini, ada dua hal penting, yaitu poin dan
kelebihan model pembelajaran kooperatif pengembangannya. Poin merupakan
tipe jigsaw yaitu: (1) Meningkatkan hasil pernyataan pendapat yang didukung
belajar, (2) Meningkatkan daya ingat, (3) logika dan data. Poin selanjutnya
Dapat digunakan untuk mencapai taraf dikembangkan fakta-fakta. Pola ini bisa
penalaran tingkat tinggi, (4) Mendorong berulang bergantung pada pengembangan
tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran teks. Pada tahap penyampaian argumen,
individu), (5) Meningkatkan hubungan pernyataan yang didukung logika adalah
antarmanusia yang heterogen, (6) sesuatu yang sangat penting.
Meningkatkan sikap anak yang positif Bagian akhir dari eksposisi yaitu
terhadap guru, (7) Meningkatkan harga pernyataan ulang (penutup). Pernyataan
diri anak, (8) Meningkatkan perilaku ini berupa kesimpulan dari hal-hal yang
penyesuaian sosial yang positif, (9) disampaikan pada tahap penyampaian
Meningkatkan keterampilan hidup tesis dan argumen. Tiap bagian atau tahap
bergotong royong. disajikan dalam paragraf yang berbeda
Kelemahan model pembelajatan agar pembaca lebih dapat memhami
Kooperatif Tipe Jigsaw yaitu: (1) struktur teks dengan cermat.
Menimbulkan waktu yang lebih lama Menurut Rohimah (2014: 87),
apalagi bila ada penataan ruang yang “Teks eksposisi ditandai dengan
belum terkondisi dengan baik, sehingga penggunakan kalimat yang menunjukkan
perlu waktu untuk merubah posisi yang sikap penulis. Kalimat-kalimat dalam teks
juga dapat menimbulkan keributan, (2) eksposisi menggunakan kata hubung
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi (konjungsi) yang menyatakan hubungan
diskusi dan cenderung mengontrol sebab-akibat. Kata hubung yang
jalannya diskusi, (3) Siswa yang cerdas menyatakan sebab-akibat misalnya.
cenderung merasa bosan, (4) Siswa yang Karena, sebab, oleh karena itu, oleh
memiliki kemampuan membaca dan sebab itu”.
berpikir rendah akan mengalami kesulitan Kata hubung yang menyatakan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk hubungan sebab-akibat bisa
sebagai tenaga ahli. menghubungkan suatu bagian dengan
Berdasarkan paparan itu, dapat bagian lain dalam kalimat. Selain itu, kata
disimpulkan bahwa model pembelajaran hubung sebab-akibat dapat
kooperatif tipe jigsaw merupakan model menghubungkan kalimat satu dengan
pembelajarn berkelompok yang mampu kalimat lain atau satu paragraf dengan
mengaktifkan proses belajar siswa di paragraf berikutnya. Penggunaan kata
dalam kelas dalam hal ini pembelajaran hubung sebab-akibat menjelaskan
teks eksposisi. keterkaitan antarhal secara logika dan
Teks eksposisi adalah teks yang fakta.
berisi gagasan pribadi atau usulan METODE PENELITIAN
mengenai sesuatu. Teks eksposisi juga Menurut Sugiyono (2012:3),
sering disebut argumentasi satu sisi. “Metode penelitian pada dasarnya
Dikatakan demikian karena pencipta teks merupakan cara ilmiah untuk
ini mempertahankan gagasan atau mendapatkan data dengan tujuan dan
usulannya berdasarkan argumentasi yang kegunaan tertentu”. Dari kutipan tersebut
ia yakini benar tanpa membandingkannya menjelaskan bahwa metode penelitian
dengan argumentasi dari pihak lain. merupakan sesuatu yang sangat penting
Struktur teks eksposisi terdiri atas dalam sebuah sebuah penelitian. Tujuan
3 bagian yaitu Tesis (pernyataan umum), penelitian ini adalah untuk mengetahui
Argumentasi (pendapat) dan Pernyataan pengaruh model pembelajaran Kooperatif
Ulang Pendapat. Menurut Rohimah (2014: Tipe Jigsaw terhadap kemampuan
84), “Teks eksposisi dimulai dengan tesis memahami teks eksposisi.
yang merupakan pernyataan umum Berdasarkan masalah dan tujuan
sebagai gagasan utama. Tesis merupakan penelitian di atas, maka metode penelitian
pernyataan umum yang disampaikan yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan jelas tanpa disertai pengembangan metode penelitian eksperimen.
argumen/pendapat”. Desain penelitian yang digunakan
Tesis diikuti oleh tahap argumen adalah Posttest-Only Control Design.
atau penyampaian pendapat. Pada tahap Dalam desain ini terdapat dua kelompok

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 109


Wulandari Anwar
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Memahami
Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas VII MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
yang dipilih secara random. Kelompok a. Kelas Eksperimen
pertama yaitu kelas eksperimen (X1) dan Penghitungan nilai rata-rata dan
kelompok dua kelas kontrol (X2). Pada standar deviasi adalah sebagai berikut:
kelas eksperimen (X1) diberikan perlakuan 1. Rata-rata
memahami teks eksposisi dengan ∑ = 3711; ∑ 2 =
menggunakan model pembelajaran 345021; N= 41
Kooperatif Tipe Jigsaw, sedangkan kelas ∑
1=
kontrol (X2) tidak diberikan perlakuan.
Untuk lebih jelasnya, metode penelitian =
digambarkan pada tabel berikut. = 90,51
HASIL PENELITIAN 2. Standar Deviasi
Deskripsi Hasil Penelitian ∑
Dalam sampel penelitian ini S X1 =
( )
diambil dua kelas yang berjumlah 82
orang siswa, yaitu dengan menggunakan ( ) ( )
=
( )
teknik acak kelas (Random Sampling).
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui =
kemampuan siswa kelas VII MTs Al-
Jam’iyatul Washliyah Tembung. Maka =
diperoleh hasil tes Memahami teks
eksposisi sebagai berikut: = 228,25
Data Kemampuan Memahami Teks = 15,10
Eksposisi di Kelas Eksperimen dengan Berdasarkan penghitungan,
Menggunakan Model Kooperatif Tipe diperoleh rata-rata X1 adalah sebesar
Jigsaw 90,51 dengan standar deviasi SD1 sebesar
Berdasarkan hasil tes kemampuan 15,10. Untuk melihat kecenderungan
memahami teks eksposisi yang dilakukan variabel penelitian, maka dilakukan juga
oleh 41 siswa kelas VII C MTs Al- penghitungan yang serupa pada kelas
Jam’iyatul Washliyah Tembung tahun kontrol.
pembelajaran 2014-2015 diperoleh skor b. Kelas Kontrol
tertinggi memahami teks eksposisi yang 1. Rata-rata
diajarkan dengan menggunakan model ∑ = 2719; ∑ 2 =
Kooperatif Tipe Jigsaw adalah 100 dan 184867; N= 41

yang terendah adalah 50. presentasi nilai 2=
akhir kemampuan memahami teks
=
eksposisi siswa di kelas eksperimensiswa
yang paling banyak mendapatkan nilai 80- = 66,31
100 yaitu 85,36 % dengan kategori sangat 2. Standar Deviasi
baik. ∑
Data Kemampuan Memahami Teks S X2 =
( )
Eksposisi di Kelas Kontrol dengan
( ) ( )
Menggunakan Metode Ceramah. =
( )
Berdasarkan hasil tes kemampuan
memahami teks eksposisi siswa yang =
dilakukan terhadap 41 orang siswa,
diperoleh skor tertinggi memahami teks =
eksposisi siswa yang diajarkan dengan
menggunakan metode ceramah adalah 92 = √113,77
dan yang terendah adalah 58. Dari tabel = 10,66
nilai kemampuan memahami teks Berdasarkan penghitungan di atas,
eksposisi siswa di kelas kontrol di atas, maka diperoleh rata-rata nilai kelas
dapat diketahui nilai presentasi pada setiap kontrol sebesar 66,31 dengan standar
peringkat. Presentasi nilai akhir deviasi SD2 sebesar 10,66.
kemampuan memahami teks eksposisi Berdasarkan perbandingan nilai
siswa di kelas kontrolsiswa yang paling rata-rata pada kedua kelas tersebut, dapat
banyak mendapat nilai 66-79 yaitu 48,78 dijelaskan secara singkat bahwa data yang
% dengan kategori baik. diperoleh peneliti memiliki
Kecenderungan Variabel Penelitian kecenderungan terhadap variabel

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 110


Wulandari Anwar
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Memahami
Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas VII MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
penelitian. Kemampuan siswa memahami pada taraf signifikan α = 0,05 dengan dk =
teks eksposisi dengan menerapkan model (N1+N2) – 2 = 80 terdapat pada tabel ttabel
kooperatif tipe jigsaw yaitu dengan nilai = 1,66, karena nilai thitung> ttabel yaitu 8,81
rata-rata 90,51 yang dikategorikan dengan > 1,66. Hal ini berarti kemampuan
nilai sangat baik. Sedangkan kemampuan memahami teks eksposisi dengan
siswa memahami teks eksposisi dengan menggunakan model kooperatif tipe
penerapan metode ceramah memperoleh jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan
nilai rata-rata 66,31 yang dikategorikan menggunakan metode ceramah dalam
dengan nilai baik. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan memahami
menjelaskan bahwa penggunaan model teks eksposisi pada siswa kelas VII MTs
kooperatif tipe jigsaw memiliki pengaruh Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun
terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran 2014-2015.
memahami teks eksposisi. Berdasarkan nilai thitung> ttabel
Pengujian hipotesis dihitung maka disimpulkan terdapat pengaruh yang
dengan menggunakan rumus uji-t signifikan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
thitung =
terhadap kemampuan memahami teks
Hipotesis yang akan diuji adalah: eksposisi siswa kelas VII MTs Al-
Ha:µx ≥ µy Jam’iyatul Washliyah Tembung Tahun
Hasil perhitungan data hasil pembelajaran 2014-2015. Sebagai kriteria
belajar siswa diperoleh sebagai berikut: diterima atau ditolak, maka Ha diterima H0
n1 = Banyaknya siswa pada variabel ditolak.
X1 = 41 PEMBAHASAN
n2 = Banyaknya siswa pada variabel Dari hasil pengujian hipotesis di
X2 = 41 atas, terbukti bahwa “Ada pengaruh model
S12
= Varians Kelas eksperimen pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
= 228,25 terhadap kemampuan memahami teks
S22
= Varians Kelas kontrol eksposisi oleh iswa kelas VII MTs Al-
= 113,77 Jam’iyatul Washliyah Tembung. Hal ini
= Rata-rata skor siswa kelas dibuktikan berdasarkan perhitungan
eksperimen = 90,51 diketahui kemampuan memahami teks
eksposisi yang diajar dengan
= Rata-rata skor siswa kelas
menggunakan model kooperatif tipe
kontrol = 66,31
jigsaw, siswa paling banyak mendapat
( ) ( )
nilai 80-100 yaitu 85,36 % artinya
Dimana: S2 = ( ) kemampuan sebagian besar siswa yang
2=( )( , ) ( )( , ) diajarkan dengan menggunakan model
S
( ) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
= ( , ) ( , )
berada pada tingkat sangat baik.
, Sedangkan kemampuan memahami teks
=
eksposisi yang diajar dengan
,
= menggunakan metode ceramah, siswa
= 171,01 paling banyak mendapat nilai 66-79 yaitu
S = √171,01 48,78% artinya kemampuan dari sebagian
S = 13,07 besar siswa yang diajar dengan
Maka: menggunakan metode ceramah berada
pada tingkat baik.
thitung =
Dilihat dari pengaruhnya nilai
, , rata-rata yang diperoleh dengan
t= , menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi
,
= , dibandingkan dengan nilai rata-rata yang
√ , ,
, diperoleh dengan menggunakan metode
=
, ( , ) ceramah. Rata-rata yang diperolehmodel
,
= pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
,
thitung = 8,81 adalah90,51, sedangkan rata-rata yang
Setelah nilai thitung diperoleh diperoleh dengan menggunakan motode
selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel ceramah adalah 66,31.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 111


Wulandari Anwar
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan Memahami
Teks Eksposisi oleh Siswa Kelas VII MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
SIMPULAN Disertasi Untuk Semua Program
Berdasarkan hasil analisis data Studi. Yogyakarta: Araska.
yang diperoleh dari penelitian maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Daryanto. 2014. Pendekatan
1. Rata-rata kemampuan adalah 3711 : Pembelajaran Saintifik Kurikulum
41 = 90,51dan dibulatkan menjadi 90. 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Ini berarti kemampuan memahami
teks eksposisi yang diajarkan dengan Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
menggunakan model pembelajaran Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
kooperatif tipe jigsaw berada pada
tingkat baik sekali, dan diketahui Mahsun. 2014. Teks dalam pembelajaran
siswa paling banyak mendapat nilai Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.
80-100 = 85,36%. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
2. Rata-rata kemampuan menulis teks
eksposisi siswa yang diajarkan Rusman. 2012. Seri Manajemen Sekolah
dengan menggunakan metode Bermutu: Model- Model
ceramah adalah 2719 : 41 = 66,31 Pembelajaran Mengembangkan
dan dibulatkan menjadi 66. Ini berarti Profesionalisme Guru Edisi Kedua.
kemampuan memahami teks Jakarta: RajaGrafindo Persada.
eksposisi siswa yang diajarkan
dengan menggunakan teknik ceramah Rohimah, Ima. 2014. BUPENA (Buku
berada pada tingkat baik dan Penilaian Autentik) Bahasa
diketahui siswa paling banyak Indonesia. Jakarta: Erlangga.
mendapat nilai 66-79 yaitu 48,78 %.
3. Secara statistik dengan menggunakan Sagala, Syaiful. 2009. “Manajemen
uji-t disimpulkan bahwa hasil belajar Strategik dalam Peningkatan Mutu
siswa yang diajar dengan Pendidikan”. Bandung: Alfabeta.
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi Sanjaya, Wina. 2009. “Strategi
dari hasil belajar sisiwa yang diajar Pembelajaran: Berorientasi
dengan menggunakan metode Standar Proses Pendidikan”.
ceramah dalam pembelajaran Jakarta: Prenada Media Group.
memahami teks eksposisi oleh siswa
kelas VII MTs Al-Jami’yatul Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Washliyah Tembung. Hal ini Bandung: Tarsisto.
dibuktikan dari hasil pengujian
hipotesis, > yaitu Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi
8,81> 1,66. Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
4. Adanya pengaruh kemampuan Persada.
memahami teks eksposisi oleh siswa
kelas VII yang diajarkan dengan Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik
menggunkan model pembelajaran Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
kooperatif tipe jigsaw dan yang Persada.
diajarkan dengan menggunakan
metode ceramah di MTs Al- Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Jami’yatul Washliyah Tembung. Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
DAFTAR PUSTAKA Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Alfabeta.
Penelitian ( Suatu Pendekatan
Praktik). Yogyakarta: Rineka Cipta. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Pelajar.
Model Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Sobry, Sutikno. 2014. Metode & Model-
Pustakaraya. model Pembelajaran. Lombok:
Holistica.
Damayanti, Deni. 2013. Panduan Lengkap
Menyusun Proposal, Skripsi, Tesis,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 112


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

ANALISIS PEMEROLEHAN SINTAKSIS MENGGUNAKAN TEKNIK MLU


(MEANT LENGHT OF UTTERENCE) PADA ANAK USIA 5 TAHUN

Rini Sartika Nasution


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
rininasution@mhs.unimed.ac.id

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalsis teori pemerolehan sintaksis


seorang anak berusia 5 tahun berdasarkan teori MLU yang dikemukakam oleh
Brown. Penelitian yang berjenis kualitatif dekriptif ini menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang
diperoleh akan direduksi, disajikan melalui uraian, lalu disimpulkan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa anak berusia 5 tahun sudah mampu menggunakan
bahasa sesuai dengan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan oleh Halliday.
Berdasarkan teori Brown tentang MLU (Mean Lenght of Utterence), subjek yang
diteliti berada pada tingkat X yakni memiliki nilai 4,5+ untuk pemerolehan
sintaksis. Artinya, penelitian ini juga mengonfirmasi kebenaran dari teori tersebut.

Kata kunci : Pemerolehan Sintaksis, Anak, MLU (Meant Lenght Utterence)

Abstract. This study aims to analyze the theory of the acquisition of the syntax of a
5 year old child based on the MLU theory found by Brown. This descriptive
qualitative research uses three data collection techniques, namely observation,
interviews, and documentation. The data obtained will be reduced, presented
through a description, then concluded. The results of the study show that 5-year-
old children are able to use language according to their functions as proposed by
Halliday. Based on Brown's theory of MLU (Mean Lenght of Utterence), the
subject under study is at the X level which has a value of 4.5+ for the acquisition
of syntax. That is, this study also confirms the truth of the theory.

Keywoard : syntactic acquisition, Child, Meant Lenght Utterence


PENDAHULUAN Setiap anak yang normal akan
Menurut Keraf dalam belajar bahasa pertama (bahasa ibu) dalam
Smarapradhipa (2005:1), memberikan tahun-tahun pertamanya dan proses itu
dua pengertian bahasa. Pengertian terjadi hingga kira-kira umur lima tahun
pertama menyatakan bahasa sebagai alat (Nababan, 1992:72). Dalam proses
komunikasi antara anggota masyarakat perkembangan, semua anak manusia yang
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh normal paling sedikit memperoleh satu
alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah bahasa alamiah. Dengan kata lain, setiap
sistem komunikasi yang mempergunakan anak yang normal atau mengalami
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang pertumbuhan yang wajar memperoleh
bersifat arbitrer. sesuatu bahasa, yaitu bahasa pertama atau
Seiring perkembangan usia anak, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama
bahasa yang diperolehnya pun tidak kehidupannya, kecuali ada gangguan pada
semata-mata digunakan untuk anak tersebut.
menyampaikan keinginan atau Pemerolehan sintaksis pada anak-
kehendaknya saja, tetapi juga digunakan anak dimulai pada usia kurang dari 2:0
sebagai sarana berkomunikasi. Ketika tahun. Pada usia tersebut anak sudah bisa
anak belajar berbahasa, dia akan menyusun kalimat dua kata atau lebih two
mendengarkan terlebih dahulu kata-kata word utterance ‘Ujaran Dua Kata’ (UDK).
atau kalimat yang diucapkan oleh kedua Anak mulai dengan dua kata yang
orang tuanya atau orang lain di sekitarnya. diselingi jeda sehingga seolah-olah dua
Kata-kata dan kalimat yang diujarkan kata itu terpisah. Dengan adanya dua kata
orang lain dihubungkan dengan proses, dalam UDK maka orang dewasa dapat
kegiatan, benda, dan situasi yang ia lebih bisa menerka apa yang dimaksud
saksikan. Ini berarti bahwa anak-anak oleh anak karena cakupan makna menjadi
menghubungkan hal yang dia dengar lebih terbatas. UDK sintaksisnya lebih
melalui proses pikirannya kompleks dan semantiknya juga semakin
(Pateda,1990:63). jelas (Dardjowidjojo, 2010:248). Ciri lain

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 113


Rini Sartika Nasution
Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik MLU (Meant Lenght Of Utterence)
pada Anak Usia 5 Tahun
dari UDK adalah kedua kata tersebut sesuai teori yang dikemukakan yaitu teori
adalah kata-kata dari kategori utama, yaitu Brown tentang MLU (Mean Leanght of
nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Utterence).
Seberapa jauh pemerolehan METODE PENELITIAN
bahasa anak baik itu fonologi, sintaksis, Penelitian ini berjenis kualitatif
semantic, dan pragmatic dapat dilihat dari dengan tujuan mengamati gejala-gejala
performasi bahasa anak. Pemerolehan yang merupakan fenomena, kondisi atau
bahasa juga akan dipengaruhi oleh hubungan yang ada, pendapat yang
beberapa faktor seperti usia, faktor berkembang, proses yang sedang
lingkungan, dan biologis. berlangsung, akibat atau efek yang terjadi
Usia 5 tahun merupakan usia yang tentang kecenderungan yang tengah
sudah mapan untuk memperoleh bahasa berlangsung. Subjek penelitian pada
sintaksis. Pemerolehan dalam bidang umumnya manusia atau apa saja yang
sintaksis, anak memulai berbahasa dengan menjadi urusan manusia. Subjek
mengucapkan satu kata (atau bagian kata). penelitian adalah subjek yang menjadi
Kata ini bagi anak merupakan kalimat fokus penelitian (Suharsimi Arikunto,
penuh, tetapi karena anak belum dapat 2005: 152).
mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya Pengambilan subjek penelitian ini
mengambil satu kata dari seluruh kalimat sesuai dengan kriteria subjek yaitu anak
itu. Ujaran ini dinamakan Ujaran Satu berusia 5 tahun yang tidak mengalami
Kata, USK, (one word utterance) anak gangguan apapun baik dari segi biologis
tidak sembarangan memilih kata yang maupun psikologis.
diungkapkan, dia akan memilih kata yang Beberapa macam tehnik tentunya
memberikan informasi baru. akan mendukung agar data dapat
MLU merupakan pengukur untuk terkumpul dengan lengkap, tepat dan
perkembangan sintaksis anak yang valid. Adapun tehnik pengumpulan data
dikemukakan oleh Brown . MLU adalah yang digunakan dalam penelitian ini
rata-rata jumlah morfem yang dihasilkan adalah observasi, wawancara, dan
anak untuk setiap tuturannya. MLU dokumentasi.
digunakan untuk mengukur perkembangan Instrumen dalam penelitian ini
sintaktik anak. MLU hanya berlaku untuk yaitu, (1) peneliti sebagai instrument
anak usia 0 tahun hingga 5 tahun saja. penelitian utama, perencana, pelaksana
Biasanya MLU seseorang seseuai dengan pengumpulan data, analisi penafsiran data,
jumlah umurnya. Menurut Brown (dalam dan pelapor hasil penelitian. (2) lembar
Dardjowidjojo, 2010:241) cara observasi dianalisa secara naratif yang
menghitung MLU dapat dilakukan dengan nantinya akan menghasilkan kesimpulan.
beberapa langkah, pertama mengambil (3) panduan wawancara, sebagai penguat
sampel sebanyak 100 ujaran. Kedua, pengumpulan data dari subjek penelitian.
menghitung jumlah morfemnya. Ketiga, (4) Kegiatan dokumentasi di ambil dari
membagi jumlah morfem dengan jumlah kehidupan sehari-hari.
ujaran Metode analisis data yang
Rumusan masalah dalam penyusun gunakan dalam menganalisis
penelitian ini adalah (1) Bagaimana data adalah deskriptif kualitatif yaitu
analisis pemerolehan sintaksis digambarkan dengan data-data yang di
menggunakan teori MLU ? (2) dapat selama penelitian berlangsung atau
Bagaimana hasil analisis pemerolehan kalimat penjelas berbentuk narasi.
sintaksis anak berusia 5 tahun Maksudnya, setelah data penyusun
menggunakan teori MLU ? kumpulkan dan diurutkan, kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk diedit dan disusun berdasarkan urutan
melihat analisis mengenai pemerolehan pembahasan yang telah direncanakan.
sintaksis seorang anak berusia 5 tahun. Selanjutnya penyusun melakukan
Penelitian ini akan memaparkan interpretasi secukupnya dalam usaha
kemampuan sintaksis anak sesuai dengan memahami kenyataan yang ada untuk
fungsi-fungsi bahasa serta menentukan menarik kesimpulan. Nasution (2003:
tingkat kemampuan sintaksiss anak engan 129) menyatakan dalam menganalisis data
mengamati kalimat-kalimat yang mampu selama dilapangan teknik yang digunakan
diproduksi sehingga tingkat pemerolehan adalah reduksi data, penyajian data, dan
sintaksis anak tersebut dapat ditentukan penarikan kesimpulan.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 114


Rini Sartika Nasution
Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik MLU (Meant Lenght Of Utterence)
pada Anak Usia 5 Tahun
HASIL PENELITIAN 33. Nakal kali abang rapa. 4
Anak yang diteliti dalam 34. Ga mau diva. 3
penelitian ini merupakan anak yang sehat 35. Divan takut bapaaak. 3
dari segi biologis maupun psikologis. 36. Dada kakaaak. 2
Berdasarkan hasil rekaman tuturan objek 37. Buka pintu opung. 3
penelitian tersebut, peneliti 38. Abang buat keleta api. 4
mentranskripsikan rekaman tersebut 39. Panjang keleta api divan. 4
dalam bentuk tulisan. Peneliti 40. Iya divan buat sendiri 4
mendeskripsikan dan menganalisis data 41. Divan mainan baru. 3
dengan rumus MLU sebagai berikut. 42. Kakak lini beliklah. 3
No. Ujaran ∑ 43. Divan mau sama mamak. 4
Morfem 44. Abang lafa mana ? 3
1. Kakak lini mau kemana ? 4
45. Ayola maak. 2
2. Abang rafa ga mau pinjam 7
46. Jalan-jalan kita ? 3
divan gamenya.
47. Abang rapaaa abang rapaaa 8
3. Mamak nakal kali pung 10
mana abang rapa yaaa.
pukul-pukul divan,
48. Nantila mak. 2
pukulkan dulu mamak.
49. Nakal abang lafa. 3
4. Ilang sepeda divan. 3
50. Jangan ambil, itu punya 5
5. Lagi makan dia. 3
Divan
6. Jangan ambil adek adel, itu 7
51. Jadi kita berenang mak ? 4
adek divan.
52. Kapan kita pigi ? 3
7. Divan mau pigi jalan-jalan 18
53. Divan mau ke lapangan 6
ke kerfur sama abang rafa,
sama bapak.
mamak, bapak, tante, adel,
54. Divan mau jajan mak belik 8
main-main game enaklah
kayak abang lafa.
8. Opung sayang udah makan 4
55. Besok ulang tahun Divan 7
?
sama abang lafa.
9. Gak mau. 2
56. Divan ga mau makan divan 7
10. Nanti aja. 2
udah kenyang.
11. Divan pulang dulu yaa 5
57. Abnag apin mau pelgi 5
dada
kemana ?
12. Mana adek jika ? 3
58. Mau ke sekolah abang apin 9
13. Kakak lini jelek. 3
jauh sekolah abang alpin
14. Jangan ganggu divan. 3
59. Jangan bilang sama bapak 6
15. Divan mau main. 3
ya mak
16. Mana opung sayang ? 3
60. Mak nanti kita belik kue la 10
17. Nanti dipukul bapak. 3 kue ulang tahun divan
18. Abang rafa, ayok main 5 61. Mak mana mainan balu 10
sepeda. divan di sini tadi divan
19. Nangis kakak dita. 3 letakkan
20. Divan mau ikut mamak. 4 62. Hai kakak lini divan mau 15
21. Gak kawan kita. 3 pigi jalan-jalan dulu ya,
22. Maaaak keluarlaah. 2 baik-baik ya kak lini.
23. Haus divan. 2 63. Jangan ambil pesawat 4
24. Bagila baang. 2 divan.
25. Abang apin ngapain. 3 64. Divan mau ke kampung 7
26. Abang divan bikin 4 naik mobil, jauh.
helikotel. 65. Pak tua darimana pak tua, 7
27. Ada pesawat-pesawat 4 dari kuanamu ?
kakak ? 66. Pesawat divan ada banyak, 13
28. Jangan ambil 2 ada helikoptel, pesawat
29. Sampai jumpa kakak. 3 galuda, pesat layen el,
30. Mamak bawak apa ? 3 banyak pesawat divan.
31. Awas kakak awas. 3 67. Naik apa kaka pigi naik 9
32. Abang divan mandi tadi. 4 apa, naik pesawat galuda ?

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 115


Rini Sartika Nasution
Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik MLU (Meant Lenght Of Utterence)
pada Anak Usia 5 Tahun
68. Maak beliklah baju sekolah 11 100. Abang divan udah ganteng 4
divan divan mau sekolah ∑ Morfem 518
kayak abang lafa.
69. Tolong divan tolong 6 Berdasarkan semua ujaran yang
pukulkan dulu dia. telah dianalisis untuk menghitung MLU,
70. Nanti udak joan datang 7 telah didapatkan hasilnya, yaitu terdapat
naik pesawat helokoptel. 100 ujaran dan 518 morfem dari tabel data
71. Divan dikasi baju balu 4 di atas, dan kemudian dihitung dengan
72. Abang lafa bonceng divan 4 menggunakan rumus sebagai berikut.
73. Divan keliling-keliling 4 MLU = Jumlah morfem
lapangan Jumlah ujaran
74. Kakak lina lini balu 5 MLU = 518
puwang. 100
75. Divan mau ke geyeja. 4 MLU = 5,18
76. Mak beliklah kue. 3 Berdasarkan nilai tersebut maka
77. Yeeeye mamak pulang. 3 pemerolehan sintaksis anak yang diteliti
78. Divan mau jadi tentala 4 sesuai dengan tahap pemerolehan sintaksis
79. Adek adelin tengok abang 5 yang dikemukakan Brown (dalam Owens,
divan. 2008), yakni tahap pemerolehan sintaksis
80. Maaaak bolehlah kelual 5 berdasarkan MLU terdiri dari 10 tahap
main-main. yaitu sebagai berikut.
Tahap I MLU (1-1,5) pada usia 12-22
81. Maaak bukak gelbangnyaa. 3
bulan
82. Adek adelin mau makan 5
Tahap II MLU (1,5-2,0) pada usia 27-28
dia.
bulan
83. Nanti kami ke temjon 11
Tahap III MLU (2,0-2,25) pada usia 27-28
makan es klim naik keleta-
bulan
keleta api.
Tahap IV MLU (2,252,5) pada usia 28-30
84. Divan ga mau ga suka 8
bulan
divan ga suka
Tahap V MLU (2,5-2,75) pada usia 31-32
85. Mak ga dikasi abang lafa 9
bulan
mainannya pelit kali dia
Tahap VI MLU (2,75-30,0) pada bulan
86. Mak mana ape divan divan 8
biasa 33-34 tahun
mau main gem
Tahap VII MLU (3,0-3,5) pada usai 35-39
87. Mak caskan dulu ape divan 8
bulan
udah mati dia
Tahap VIII MLU (3,5-3,45) pada usia
88. Tentala-tentala divan ga 6 38-40 bulan
ada lagi.
Tahap IX MLU (3,5-3,45) pada usia 41-
89. Pak ayokla kita nyanyi- 5 46 duluan
nyanyi Tahap X MLU (4,5+) pada usia +47 bulan
90. Eh adelin kenapa giniyi 5 Subjek yang diteliti berada pada
mamakku tingkat X yaitu usia 47+ bulan dengan
91. Cilukbaa adelin cilukbaaa 3 rata-rata nilai 4,5+. Hasil penelitian
92. Nakal kali adek nangis- 6 tersebut membuktikan bahwa pendapat
nangis aja Brown mengenai tahap-tahap tersebut
93. Opung sayang belikla es 7 benar.
klim opung saying Data mengenai ujaran-ujaran di
94. Mak mana lemot tipi abang 8 atas menunjukkan bahwasannya struktur
divan mau nonton kalimat yang diproduksi anak cukup
95. Mau puwang aku mau 8 teratur dan mampu menempatkan fungsi-
puwang gak kawan kita fungsi bahasa secara jelas. Misalnya saja
96 Nanti malam kita ke ido ya 9 pada ujaran-ujaran berikut :
mak belik jajan “abang lafa ayok main sepeda.
97. Mana mamak jahat kali 7 “divan pulang dulu ya dadaaa.”
tinggal tinggal divan “mak jadi kita pigi belenang ?”
98. Itu bapak udah puwang 4 Anak mampu menempatkan
99. Abang lafa adek kakak lina 10 subjek, predikat, objek, dan keterangan
divan adek kakak lini ya dengan benar. Anak juga mampu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 116


Rini Sartika Nasution
Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik MLU (Meant Lenght Of Utterence)
pada Anak Usia 5 Tahun
mengkontruksi kalimat yang berfungsi Tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun
sebagai pertanyaan maupun pernyataan. sudah mulai menggunakan kalimat yang
Hal tersebut disebabkan oleh stimulus dari beralasan seperti “saya menangis karena
orang tua yang mencontohkan berbahasa sakit”. Pada usia 5 tahun pembicaraan
yang baik dalam kehidupan sehari-hari. merka mulai berkembang dimana kosa
Berdasarkan hasil wawancara dan kata yang digunakan lebih banyak dan
observasi, orang tua selalu menggunakan rumit.
bahasa yang tertata dengan rapi serta Haliday(dalam Rita Kurnia,
mengoreksi bahasa anak apabila sangat 2009:68) mengemukakan “beberapa
tidak jelas. Anak masih memiliki fungsi bahasa bagi anak, fungsi-fungsi
kekurangan yaitu fonem-fonem bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
anak masih belum sempurna misalnya 1. Fungsi instrumental; bahasa di
terjadi pelesapan fonem /r/ yang melesap gunakan sebagai alat perpanjangan
menjadi /l/ seperti pada kosakata-kosakata tangan”tolong ambilkan pensil’’.
berikut : 2. Fungsi regulative; bahasa di gunakan
Belenang = berenang untuk mengatur orang lain” jangan
es klim = es krim ambil buku ku!”
lafa = rafa 3. Fungsi interaksional; bahasa di
geleja = gereja gunakan untuk bersosialisasi “ apa
el = air kabar?”
Belum sempurnanya anak berusia 4. Fungsi personal; bahasa di gunakan
5 tahun dalam mengartikulasikan semua untuk mengungkapkan perasaan,
fonem merupakan hal yang wajar karena pendapat, dan sebagainya. “saya
anak usia 5 tahun masih mengasah senamg sekali!”
kemampuan motorik organ wicaranya 5. Fungsi heuristic / mencari informasi;
untuk dapat melafalkan semua fonem bahasa di gunakan untuk bertanya.
bahasa. Struktur kalimat yang belum “Apa itu?”
sempurna juga hal yang lazim karena anak 6. Fungsi imajinatif; bahasa digunakan
yang diteliti memperoleh bahasa secara untuk memperoleh kesenangan,
natural dan belum mendapatkan misalnya, bermain-main dengan
pembelajaran bahasa. bunyi, irama.
Anak usia 5 tahun hanya 7. Fungsi representative; bahasa di
menirukan bahasa dari lingkungannya, gunakan untuk memberikan informasi
mempelajarinya secara otodidak lalu atau fakta. “sekarang hujan”.
mengkonstruksi bahasanya sendiri. Hal Baiknya pemerolehan sintaksis
tersebut sejalan dengan pendapat Owen anak yang diteliti dapat dilihat dari
yang mengemukakan bahwasannya anak kemampuan anak memproduksi kalimat
usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat sesuai fungsi bahasa seperti data-data
mengembangkan kosa kata secara berikut ini :
mengagumkan. Owens (dalam Rita “Tolong divan tolong pukulkan dia”
Kurnia, 2009:37) mengemukakan bahwa (fungsi instrumental)
“anak usia tersebut memperkaya kosa “Jangan ambil adek adel, itu adek divan”
katanya melalui pengulangan”. Mereka (fungsi regulative)
sering mengulangi kosa kata yang baru “Hai kakak lini divan pigi jalan-jalan dulu
dan unik sekalipun belum memahami ya, baik-baik ya kak lini” (fungsi
artinya. Dalam mengembangkan kosa kata interaksional)
tersebut, anak menggunakan fast wrapping “Divan takut baaapak” (fungsi personal)
yaitu suatu proses dimana anak menyerap “Besok ulang tahun abang divan dan
arti kata baru setelah mendengarnya sekali abang lafa” (fungsi heuristic).
atau dua kali dalam dialog. Pada masa dini Menurut data-data tersebut
inilah anak mulai mengkombinasikan suku tampak bahwa orang tua berperan sangat
kata menjadi kata, dan kata menjadi baik dalam pemerolehan sintaksis anak.
kalimat. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
Anak usia 4-5 tahun rata-rata wawancara orang tua yang
dapat menggunakan 900-1000 kosa kata mengungkapkan orang tua sering
yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 mengajak anak berkomunikasi dalam
kata dalam satu kalimat yang dapat berbagai konteks sehingga anak
berbentuk kalimat pernyataan, negative,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 117


Rini Sartika Nasution
Analisis Pemerolehan Sintaksis Menggunakan Teknik MLU (Meant Lenght Of Utterence)
pada Anak Usia 5 Tahun
menguasai fungsi-fungsi bahasa dengan Pakar Pendidikan UNP. Vol. 9,
baik. No. 2, Hlm 175-182.
SIMPULAN
Pemerolehan sintaksis pada anak- Arifuddin. 2013. Neuropsikolinguistik.
anak dimulai pada usia kurang dari 2:0 Jakarta : Rajawali Press.
tahun. Pada usia tersebut anak sudah bisa
menyusun kalimat dua kata atau lebih /two B Hurlock, Elisabeth. 1978.
word utterance ‘Ujaran Dua Kata’ (UDK). Perkembangan Anak. Jakarta :
Anak mulai dengan dua kata yang Erlangga.
diselingi jeda sehingga seolah-olah dua
kata itu terpisah. Dengan adanya dua kata Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip
dalam UDK maka orang dewasa dapat Pembelajaran dan Pengajaran
lebih bisa menerka apa yang dimaksud Bahasa. Inc: Pearson Education.
oleh anak karena cakupan makna menjadi
lebih terbatas. Ciri lain dari UDK adalah Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:
kedua kata tersebut adalah kata-kata dari Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka
kategori utama, yaitu nomina, verba, Cipta.
adjektiva, dan adverbia. Berdasarkan riset
yang dilakukan, anak telah mampu Dardjowidjojo, Soenjono. 2005.
menunjukkan performansi sintaksis Psikolinguistik: Pengantar
dengan baik. Anak mampu Pemahaman Bahasa Manusia.
mengkonstruksi bahsa sesuai dengan Jakarta: Yayasan Obor.
fungsi-fungsi bahasa. Hal itu ditunjukkan
dengan jumlah kosakata yang digunakan Damaianti, Vismaia S. dan Nunung
dalam setiap kalimat cukup banyak dan Sitaresmi. 2006. Sintaksis Bahasa
teratur. Selain itu, hasil perhitungan nilai Indonesia. Bandung: Pusat Studi
MLU pada subjek penelitian menunjukkan Literasi Jurusan Pendidikan
bahwa teori Brown yang mengungkapkan Bahasa dan Sastra Indonesia
anak usia 47 bulan+ meniliki nilai 4,5+ FPBS UPI.
adalah benar.
SARAN Daulay, Syahnan. 2010. Pemerolehan dan
Pengujian kemampuan sintaksis Pembelajaran Bahasa. Bandung :
pada anak dapat dilakukan dengan Citrapustaka Media Perintis.
memanfaatkan berbagai teori. Teori MLU
(Meant Lenght Utterence) hanyalah salah Hoff, E. 2009. Language Development.
satu teori yang dapat digunakan untuk Fourth Edition. Belmont:
menguji normal atau tidaknya kemampuan Wadsworth.
sintaksis anak. Meskipun demikian, teori
tersebut tidak dapat dijadikan satu-satunya Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-aspek
pedoman pengukuran normal tidaknya Psikolinguistik. Cetakan Pertama.
kemampuan sintaksis sebab setiap anak Yogyakarta: Nusa Indah.
memiliki karakteristik bahasa yang
berbeda dan faktor-faktor pendukung yang Nababan dan Sri Utari Subyakto. 1992.
berbeda. Oleh karena itu, disarankan Psikolinguistik: Suatu Pengatar.
kepada pembaca agar melakukan studi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
pustaka lebih lanjut dan pengujian tentang
teori-teori lain agar dapat menemukan Tarigan, Henry Guntur. 1998. Pengajaran
teori yang paling tepat sesuai karakteristik Pemerolehan Bahasa. Jakarta:
anak yang diteliti. Depdikbud.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Anas. 2015. Dasar-dasar
Psikolinguistik. Jakarta : Prestasi
Pustaka.

Annisa, Witri. 2011. Pemerolehan Bahasa


Anak (Kajian MLU) pada Anak
Usia 3 Tahun 8 Bulan. Jurnal

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 118


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH INTELEGENSI PADA MOTIVASI BELAJAR AKADEMIK


SISWA MAS YPI BATANG KUIS

Tetty Ariyani Nasution


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
Tetyaryaninasution@gmail.com

Abstrak. Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang


cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan
intelegensi dalam peranan yang melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian
orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang tinggi merupakan
jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar
pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi berlebihan berupa
kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak tersebut atau
kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-nya.
Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa hasil
tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang bersangkutan
tidak mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Menurut Azwar (2004) hal ini
tidak saja merendahkan self-esteem (harga diri) seseorang akan tetapi dapat
menghancurkan pula motivasinya untuk belajar yang justru menjadi awal dari
segala kegagalan yang tidak seharusnya terjadi.

Kata Kunci : Neuropsikolinguistik, IQ

Abstract. Intelligence as a cognitive element is considered to play an important


role. In fact sometimes the assumption arises that puts intelligence in a role that
exceeds the actual proportion. Some people even consider that the results of high
intelligence tests are a guarantee of success in learning so that if there is a case
of learning failure in children who have a high IQ will cause excessive reactions
in the form of losing trust in the institution that foils the child or loses trust in
those who have diagnosed IQ -his. In line with that, no less dangerous is the
assumption that the results of a low IQ test are the final verdict that the
individual concerned is not likely to achieve good performance. According to
Azwar (2004) this not only undermines one's self-esteem (self esteem) but can
also destroy his motivation for learning which is precisely the beginning of all
failures that should not have happened.

Keywords: Neuropsycholinguistics, IQ
PENDAHULUAN bersifat memberikan dukungan baik dalam
Prestasi belajar merupakan hasil hal penyediaan fasilitas maupun
pengukuran terhadap peserta didik setelah penciptaan suasana belajar yang kondusif.
mengikuti proses pembelajaran dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
periode tertentu yang dapat diukur (2004: 138), prestasi belajar yang dicapai
menggunakan instrumen yang relevan. seorang individu merupakan hasil
Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi antara berbagai faktor yang
prestasi belajar, ada yang dari dalam diri mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
(internal) dan ada yang dari luar diri yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri
(eksternal). Hasil observasi awal terhadap (internal) dan faktor yang berasal dari luar
prestasi belajar siswa, menunjukkan diri (eksternal). Faktor internal yaitu
bahwa prestasi belajar siswa sebagian faktor yang berasal dari dalam diri siswa,
besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan meliputi faktor jasmaniah, psikologi, dan
Minimal (KKM), sehingga dapat disebut faktor kematangan fisik maupun psikis.
bahwa prestasi belajar siswa masih Faktor jasmaniah antara lain panca indera
rendah. KKM ditentukan oleh masing- yang tidak berfungsi sebagaimana
masing sekolah sehingga mempunyai mestinya, berfungsinya kelenjar tubuh
standar yang berbeda-beda. Prestasi yang membawa kelainan tingkah laku.
belajar yang menunjukkan tingkat Sedangkan faktor psikologi antara lain
keberhasilan anak dalam belajar di kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan,
sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. minat, kebutuhan, dan motivasi. Faktor
Menurut Conny R semiawan eksternal yang berasal dari luar diri siswa
(1998: 200), peran keluarga lebih banyak berupa faktor sosial, budaya, lingkungan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 119


Tetty Ariyani Nasution
Pengaruh Intelegensi Pada Motivasi Belajar Akademik Siswa MAS YPI Batang Kuis
fisik, dan lingkungan spiritual keagamaan. Selajutnya dalam masalah
Faktor sosial meliputi lingkungan pemenuhan fasilitas belajar dikemukakan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor oleh Thamrin Nasution (Indrayanto,
budaya meliputi adat istiadat, ilmu 2010), “Kurang lengkapnya buku-buku
pengetahuan, teknologi, dan kesenian. yang diperlukan menyebabkan anak malas
Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas belajar serta menghalanginya untuk
rumah dan fasilitas belajar. Fasilitas belajar lebih baik, karena bagaimana bisa
belajar meliputi ruang belajar, meja, kursi belajar dengan sungguh-sungguh apabila
penerangan, alat tulis, dan buku-buku buku-buku yang diperlukan sebagai alat
pelajaran. Faktor tersebut saling penunjang tidak lengkap atau tidak ada.
berinteraksi baik secara langsung maupun Oleh sebab itu orang tua perlu memikirkan
tidak langsung dalam mempengaruhi untuk melengkapi buku anaknya.
prestasi belajar. Seperti yang disebutkan di Demikian juga dengan alat tulis seperti
atas bahwa keberhasilan belajar siswa pensil, pena, buku tulis dan lain-lainnya
salah satunya dipengaruhi oleh faktor yang sangat menunjang kelancaran belajar
fasilitas belajar. Orang tua harus mampu itu sendiri.” Penjelasan di atas
menyediakan fasilitas belajar dengan menunjukkan bahwa fasilitas belajar
lengkap. Namun kenyataannya banyak diduga memiliki pengaruh yang signifikan
orang tua yang belum mampu terhadap prestasi belajar siswa. Akan
menyediakan fasilitas belajar dengan tetapi, fasilitas belajar tersebut belum
lengkap dikarenakan oleh banyak faktor sepenuhnya dimanfaatkan oleh siswa.
salah satunya yaitu keadaan ekonomi METODE PENELITIAN
keluarga. Hal tersebut seperti yang Penelitian ini merupakan
dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan penelitian kuantitatif korelasional dimana
Widodo Supriyono (2004: 88), bahwa variabel satu berhubungan dengan variabel
keadaan ekonomi keluarga akan lainnya (Sugiyono, 2010). Subjek dalam
mempengaruhi ketersediaan fasilitas penelitian ini adalah seluruh siswa MAS
belajar. Selain ketersediaan fasilitas Islamiyah YPI Batangkuis , yakni dari
belajar yang lengkap, diharapkan siswa kelas X sampai XII. Penelitian ini
dapat memanfaatkan fasilitas dengan baik dilaksanakan pada tanggal 17 Desember-
sehingga akan menghasilkan prestasi 14 Maret 2018 di MAS Islamiyah YPI
belajar yang baik. Namun, kenyataannya Batangkuis. Pengambilan sampel
masih ada siswa yang belum bisa dilakukan menggunakan teknik purposive
memanfaatkan fasilitas belajarnya dengan sampling dengan jumlah subyek sebanyak
baik. 180 subyek.
Fasilitas belajar berperan dalam Pengumpulan data dilakukan
mempermudah dan memperlancar dengan menggunakan dimensi LOMOT
kegiatan belajar siswa. Macam-macam (Low Academic Motivation) dari skala
fasilitas belajar seperti tempat belajar, SMALSI dari Stroud & Reynolds untuk
peralatan tulis, media belajar, dan fasilitas variabel motivasi akademik dan hasil
lainnya. Fasilitas belajar mempermudah rapor semester ganjil 2017/2018 untuk
siswa dalam memecahkan masalah- variabel prestasi belajar. Skor yang
masalah yang timbul sewaktu mempelajari dianalisis pada variabel motivasi
dan memahami pelajaran atau tugas yang akademik ialah skor dimensi LOMOT;
diberikan oleh guru. Misalnya seorang sedangkan pada variabel prestasi belajar,
siswa mengerjakan tugas yang diberikan skor yang dianalisis ialah skor total hasil
oleh guru, sedangkan siswa tersebut rapor semester ganjil siswa MAS
kurang atau tidak memiliki fasilitas belajar Islamiyah YPI Batangkuis . Hasil rapor ini
yang menunjang untuk mengerjakan tugas diperoleh dari data asli ledger yang
tersebut yang kemungkinan dapat disimpan di sekolah. Data tersebut
menghambat terselesainya tugas. dikumpulkan dengan teknik studi
Sebaliknya jika siswa mempunyai fasilitas dokumentasi.
belajar yang lengkap, maka tugas dari Uji validitas dimensi LOMOT
guru dapat dikerjakan dengan baik. Jadi menggunakan validitas konstruk dengan
apabila siswa mendapat fasilitas belajar perhitungan Cronbach’s Alpha dan hasil
yang baik dan didukung oleh kemampuan uji validitas menunjukkan sebanyak 13
siswa dalam memanfaatkannya secara aitem dari 17 aitem yang valid dan dapat
optimal diharapkan dapat meningkatkan digunakan untuk penyebaran data.
prestasi belajar siswa. Pengujian reliabilitas menggunakan inter-

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 120


Tetty Ariyani Nasution
Pengaruh Intelegensi Pada Motivasi Belajar Akademik Siswa MAS YPI Batang Kuis
item inconsistency dengan metode tergolong average (ratarata) dan memiliki
perhitungan Cronbach’s Alpha. Koefisien motivasi belajar yang tergolong rata-rata
reliabilitas dimensi LOMOT sebesar bahkan mendekati tinggi. Selain itu, juga
0,817. Prestasi belajar menggunakan diketahui bahwa motivasi belajar memiliki
validitas isi berupa validitas yang pengaruh yang lebih besar terhadap
diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes prestasi akademik pada siswa-siswi MAS
dengan analisis rasional atau lewat Islamiyah YPI Batangkuis. Jadi, upaya
profesional judgement, dengan tipe untuk meningkatkan prestasi akademik
validitas tampang (face validity) yaitu pada siswa-siswi MAS Islamiyah YPI
setiap aitem dalam tes konteksnya telah Batangkuis dapat dilakukan dengan
sesuai dengan tujuan yang disebutkan oleh memberikan fokus lebih terhadap motivasi
nama tes dan apabila dilihat dari segi belajarnya.
penampilan tes telah meyakinkan dan Dari 20 siswa yang saya teliti ,
memberikan kesan mampu hanya 4 orang yang memiliki IQ tinggi
mengungkapkan apa yang hendak diukur. dan selebihnya memiliki IQ rendah .
Pengukuran validitas dengan Nama siswa yang memiliki IQ tinggi :
expert judgement menyatakan bahwa nilai Nama siswa IQ Tertinggi (100-
yang ada diperoleh dari perhitungan 120)
seluruh mata pelajaran yang pernah Dinda 100
diambil. Teknik analisis data yang Nurhaliza 100
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Ullya Putri 100
uji normalitas dan teknik uji korelasi. Uji Mereka diberi pertanyaan oleh
normalitas menggunakan Kolomogorov sayaa dengan cepatnya menjawab apa
Smirnov Goodness of Fit, sedangkan uji yang saya pertanyakan , selebihnya
korelasi menggunakan Pearson Product berfikir dulu dengan pertanyaan saya.
Moment dengan bantuan program PEMBAHASAN
Statistical Packages for Sosial Science Penulisan ini bertujuan untuk
(SPSS). Teknik korelasi ini digunakan mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat
untuk mencari hubungan dan/atau menguji intelegensi dan motivasi belajar secara
hipotesis hubungan dua variabel bila parsial maupun bersama terhadap prestasi
kedua variabel tersebut berskala interval akademik. Hasil penulisan ini
atau rasio (Sugiyono, 2010). menunjukkan bahwa ketiga ini diterima,
Prosedur penelitian, peneliti artinya ada pengaruh secara signifikan
mendatangi sekolah ‘X’ dan bertemu dari tingkat intelegensi dan motivasi
dengan kepala sekolah MAS Islamiyah belajar baik secara parsial maupun
YPI Batangkuis. Setelah menyampaikan bersama terhadap prestasi akademik.
tujuan bahwa peneliti ingin melaksanakan Penulisan ini menunjukkan bahwa
penelitian di sekolah MAS Islamiyah YPI intelegensi berpengaruh signifikan
Batangkuis, respon kepala sekolah sangat terhadap prestasi akademik. Hal ini sesuai
baik dan peneliti diizinkan dari pihak dengan pendapat Dalyono (1997) yang
sekolah untuk melakukan penelitian. mengatakan bahwa seseorang yang
Peneliti memperbanyak kuisioner sesuai memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi)
dengan jumlah keseluruhan siswa MAS umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
yakni sebanyak 180 eksemplar dan cenderung baik. Sebaliknya orang yang
menyiapkan reward bagi siswa MAS. intelegensinya rendah cenderung
Namun, pengambilan data dilaksanakan mengalami kesukaran dalam belajar,
pada tanggal 8 Januari 2018, dikarenakan lambat berpikir, sehingga prestasi
pada bulan Desember tidak akademiknya pun rendah.
memungkinkan peneliti dapat melakukan Dari hasil analisis data yang
pengambilan data. Pada tanggal 8 Januari dilakukan, diperoleh koefisien regresi dari
2018 hingga 14 Maret 2018, peneliti intelegensi sebesar 0,025 dan motivasi
melakukan pengambilan data di setiap belajar sebesar 0,080. Hal ini
kelas dari kelas X sampai kelas XII. menunjukkan apabila salah satu variable
Analisis data menggunakan teknik dalam keadaan konstan, maka motivasi
korelasi Pearson Product Moment. belajar akan berpengaruh lebih besar pada
HASIL PENELITIAN prestasi akademik seseorang. Motivasi
Hasil penelitian ini juga belajar menurut Uno (2007) adalah
menunjukkan subjek dalam penelitian ini dorongan internal dan eksternal pada
memiliki tingkat intelegensi yang siswa-siswa yang sedang belajar untuk

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 121


Tetty Ariyani Nasution
Pengaruh Intelegensi Pada Motivasi Belajar Akademik Siswa MAS YPI Batang Kuis
mengadakan perubahan tingkah laku. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Motivasi belajar menurut Djamarah prestasi akademik dalam banyak hal
(2002) ada dua macam, yaitu motivasi sering saling berkaitan dan mempengaruhi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi satu sama lain. Seorang siswa yang
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi bersikap conserving terhadap ilmu
aktif atau berfungsinya tidak perlu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik
dirangsang dari luar, karena dalam setiap (faktor eksternal) umpamanya, biasanya
diri individu sudah ada dorongan untuk cenderung mengambil pendekatan belajar
melakukan sesuatu. yang sederhana dan tidak mendalam.
Sedangkan motivasi ekstrinsik Sebaliknya, seorang siswa yang
adalah motif-motif yang aktif dan berintelegensi tinggi (faktor internal) dan
berfungsi karena adanya perangsang dari mendapat dorongan positif dari orang
luar. Kuat lemahnya motivasi belajar akan tuanya (faktor eksternal), mungkin akan
turut mempengaruhi keberhasilan belajar memilih pendekatan belajar yang lebih
seseorang. Menurut Syah (2006) motivasi mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi,
yang lebih signifikan bagi siswa adalah karena pengaruh faktor-faktor tersebut,
motivasi intrinsik karena lebih murni dan muncul siswa-siswa yang berprestasi
langgeng serta tidak bergantung pada tinggi dan berprestasi rendah atau gagal
dorongan atau pengaruh dari orang lain. sama sekali.
Oleh karena itu, motivasi belajar yang Dalam hal ini, seorang guru yang
perlu diusahakan, terutama adalah yang kompeten dan profesional diharapkan
berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) mampu mengantisipasi
dengan cara senantiasa memikirkan masa kemungkinankemungkinan munculnya
depan yang penuh tantangan, adanya kelompok siswa yang menunjukkan gejala
dorongan untuk memiliki pengetahuan dan kegagalan dengan berusaha mengetahui
lain-lain. dan mengatasi faktor yang menghambat
Berdasarkan analisis data, juga proses belajar mereka. Hal ini juga
diperoleh nilai F sebesar 9,018 dengan didukung penelitian sebelumnya yang
tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,01). Hal menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain
ini berarti bahwa intelegensi dan motivasi yang mempengaruhi prestasi akademik.
belajar berpengaruh terhadap prestasi Seperti yang diungkap oleh Tarmidi
akademik. Selain nilai F, diperoleh juga (2006) yang mengatakan bahwa iklim
nilai R square sebesar 0,093, yang berarti kelas berkorelasi positif dengan perubahan
bahwa 9,3% prestasi akademik tingkah laku dan prestasi hasil
dipengaruhi oleh intelegensi dan motivasi pembelajaran siswa. Dengan kata lain,
belajar, sedangkan sisanya sebesar 90,7% iklim kelas merupakan salah satu cara
dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak untuk meningkatkan efektifitas dan
dimasukkan dalam model penelitian ini. kualitas pembelajaran di kelas. Iklim kelas
Hal ini sesuai dengan pendapat merupakan faktor ekternal yang dapat
Azwar (2004) yang menyebutkan secara mempengaruhi prestasi akademik siswa.
umum, ada dua faktor yang Iklim kelas sendiri meliputi ruangan kelas,
mempengaruhi prestasi akademik lingkungan kelas dan lain-lain.
seseorang, yaitu faktor internal dan faktor Berdasarkan uraian diatas, dapat
eksternal. Faktor internal meliputi antara disimpulkan bahwa intelegensi dan
lain faktor fisik dan faktor psikologis. motivasi belajar merupakan salah satu
Faktor fisik berhubungan dengan kondisi faktor yang mempengaruhi prestasi
fisik umum seperti penglihatan dan akademik seseorang.
pendengaran. Faktor psikologis Pengaruh Tingkat Intelegensi Dan
menyangkut faktor-faktor non fisik, Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, akademik Siswa
sikap dan kesehatan mental. Faktor Prestasi akademik menurut
eksternal meliputi faktor fisik dan faktor Suryabrata (2006) adalah hasil belajar
sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi terakhir yang dicapai oleh siswa dalam
tempat belajar, sarana dan perlengkapan jangka waktu tertentu, yang mana
belajar, materi pelajaran dan kondisi disekolah prestasi akademik siswa
lingkungan belajar. Faktor social biasanya dinyatakan dalam bentuk angka
menyangkut dukungan sosial dan atau simbol tertentu. Kemudian dengan
pengaruh budaya. angka atau simbol tersebut, orang lain atau
siswa sendiri akan dapat mengetahui

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 122


Tetty Ariyani Nasution
Pengaruh Intelegensi Pada Motivasi Belajar Akademik Siswa MAS YPI Batang Kuis
sejauhmana prestasi akademik yang telah mempengaruhi prestasi akademik
dicapai. Dengan demikian, prestasi seseorang adalah motivasi belajarnya.
akademik disekolah merupakan bentuk Dari berbagai hasil penelitian
lain dari besarnya penguasaan bahan selalu menyimpulkan bahwa motivasi
pelajaran yang telah dicapai siswa, dan mempengaruhi prestasi akademik
rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir seseorang. Tinggi rendahnya motivasi
dari penguasaan pelajaran tersebut. selalu dijadikan indikator baik buruknya
Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik seorang anak didik. Hal
prestasi akademik begitu saja tanpa ada ini juga didukung oleh penelitian
hal yang mendorongnya untuk Purnomowati (2006) yang memperoleh
menunjukkan hasil belajar yang thitung untuk variabel motivasi belajar
memuaskan. Banyak faktor yang sebesar 4,951 dengan signifikansi 0,000 <
mempengaruhi prestasi akademik 0,05, yang berarti bahwa variable motivasi
seseorang, Azwar (2004) secara umum belajar berpengaruh secara signifikan
menjelaskan ada dua faktor yang terhadap prestasi akademik siswa. Definisi
mempengaruhi prestasi akademik motivasi belajar menurut Djamarah (2002)
seseorang, yaitu faktor internal dan faktor adalah suatu perubahan tingkah laku
eksternal. Faktor internal meliputi antara dalam diri seseorang yang menimbulkan
lain faktor fisik dan faktor psikologis. proses belajar individu yang berinteraksi
Faktor fisik berhubungan dengan langsung dengan objek belajar. Dari
kondisi fisik umum seperti penglihatan penjelasan tersebut, Nampak pula adanya
dan pendengaran. Faktor psikologis pengaruh yang signifikan antara motivasi
menyangkut faktor-faktor non fisik, belajar seseorang terhadap prestasi
seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, akademik seseorang, oleh sebab itu maka
sikap dan kesehatan mental. Faktor upaya peningkatan prestasi akademik
eksternal meliputi faktor fisik dan faktor seseorang tidak bisa lepas dari upaya
sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi peningkatan motivasi belajarnya.
tempat belajar, sarana dan perlengkapan SIMPULAN
belajar, materi pelajaran dan kondisi Penulisan ini menunjukkan bahwa
lingkungan belajar. Faktor social ketiga hipotesis ini diterima, artinya ada
menyangkut dukungan sosial dan pengaruh secara signifikan dari tingkat
pengaruh budaya. intelegensi dan motivasi belajar baik
Salah satu faktor yang secara parsial maupun bersama terhadap
mempengaruhi prestasi akademik prestasi akademik. Berdasarkan paparan di
seseorang adalah tingkat kecerdasan atau atas, diperoleh bahwa secara parsial
intelegensi (IQ). Menurut Syah (2006) intelegensi dan motivasi belajar
tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) berpengaruh sangat nyata terhadap
siswa sangat menentukan tingkat prestasi akademik. Hal ini dibuktikan dari
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, t hitung masing-masing sebesar 2,305 dan
semakin tinggi kemampuan intelegensi 3,703, dengan tingkat signifikansi 0,022
seorang siswa, maka semakin besar dan 0,000. Dari hasil analisis data yang
peluangnya untuk meraih sukses, dan dilakukan, diperoleh koefisien regresi dari
sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi sebesar 0,025 dan motivasi
intelegensi seorang siswa maka semakin belajar sebesar 0,080. Hal ini
kecil peluangnya untuk memperoleh menunjukkan apabila salah satu variable
sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh dalam keadaan konstan, maka motivasi
Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa belajar akan berpengaruh lebih besar pada
terdapat kontribusi positif antara prestasi akademik seseorang.
intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil Hasil analisis data juga
belajar siswa. David Wechsler (dalam menunjukan nilai standardized sebesar
Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi 0,266 untuk motivasi belajar. Hal ini
adalah kumpulan atau totalitas berarti bahwa motivasi belajar
kemampuan seseorang untuk bertindak memberikan kontribusi sebesar 26,6%
dengan tujuan tertentu, berfikir secara terhadap prestasi akademik. Sedangkan
rasional serta menghadapi lingkungannya nilai standardized untuk intelegensi
dengan efektif, dari definisi tersebut sebesar 0,166, yang berarti bahwa
nampak adanya pengaruh yang signifikan intelegensi memberikan kontribusi sebesar
antara intelegensi terhadap prestasi 16,6% terhadap prestasi akademik.
akademik. Salah satu faktor lain yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 123


Tetty Ariyani Nasution
Pengaruh Intelegensi Pada Motivasi Belajar Akademik Siswa MAS YPI Batang Kuis
Berdasarkan analisis data, juga mempengruhi prestasi belajar sehingga
diperoleh nilai F sebesar 9,018 dengan akan bisa dilihat besarnya pengaruh
tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,01). Hal faktor-faktor lain pada prestasi
ini berarti bahwa intelegensi dan motivasi akademik seseorang.
belajar berpengaruh terhadap prestasi c. Penelitian ini menggunakan subjek
akademik. Selain nilai F, diperoleh juga penelitian dari SMA Negeri 11 Ambon,
nilai R square sebesar 0,093, yang berarti yang termasuk salah satu sekolah
bahwa 9,3% prestasi akademik unggulan di Jakarta, sehingga
dipengaruhi oleh intelegensi dan motivasi intelegensi dan motivasi belajar
belajar, sedangkan sisanya sebesar 90,7% siswanya terkontrol. Disarankan bagi
dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak penelitian selanjutnya untuk meneliti
dimasukkan dalam model penelitian ini. sekolah atau kelompok subjek yang
SARAN umum.
Berdasarkan pembahasan yang DAFTAR PUSTAKA
telah dipaparkan di atas, maka saran yang Ahmadi, A., & Supriyono, W.
dapat dianjurkan adalah sebagai berikut : (2004). Psikologi belajar. Jakarta:
1. Bagi Siswa-siswi MAS Islamiyah YPI PT Rineka Cipta.
Batangkuis
Melihat motivasi belajar memiliki Azwar, S. (2002). Tes prestasi: Fungsi
pengaruh yang sangat signifikan terhadap pengembangan pengukuran
prestasi akademik, disarankan kepada prestasi belajar. Yogyakarta:
siswa-siswi untuk lebih meningkatkan Pustaka Pelajar.
motivasi belajarnya melalui berbagai cara,
antara lain menyukai tiap mata pelajaran Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi
yang disajikan, memiliki keinginan untuk intelegensi. Yogyakarta:
memperoleh pengetahuan dan lain-lain. PustakaPelajar.
2. Bagi Sekolah dan Guru
Berdasarkan penulisan ini, Cattel & Cattel. (2006). Manual CFIT
diketahui bahwa motivasi belajar memiliki Skala 3A/B. Urusan
pengaruh yang sangat signifikan terhadap Reproduksidan Distribusi Alat Tes
prestasi akademik, untuk itu fokus Psikologi (URDAT) Fakultas
terhadap peningkatan motivasi belajar PsikologiUniversitas Indonesia.
siswa merupakan usaha yang paling sesuai
untuk meningkatkan dan atau Dalyono, M. (1997). Psikologi
mempertahankan prestasi akademik siswa pendidikan. Jakarta: PT
di MAS Islamiyah YPI Batangkuis RinekaCipta.
3. Bagi penulisan dan Penelitian
Selanjutnya Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar.
a. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Jakarta: PT Rineka Cipta.
terdapat faktor-faktor lain yang
menentukan prestasi akademik Ekowati. (2006). Kontribusi intelegensi
seseorang, seperti penglihatan, dan kemandirian belajar terhadap
pendengaran, minat, bakat, sikap, hasil belajar pendidikan
kesehatan mental, kondisi tempat kewarganegaraan dan sejarah.
belajar, sarana dan perlengkapan Samarinda, Kalimantan
belajar, materi pelajaran, kondisi Timur.http://www.geocities.com/g
lingkungan belajar, dukungan sosial uruvalah/ hasil-belajar.pdf.
serta pengaruh budaya. Dengan
demikian dinilai perlu untuk Heru Basuki, A.M. (2005). Kreativitas,
disarankan kepada penelitian keberbakatan intelektual dan
selanjutnya untuk meneliti faktorfaktor faktor-faktor pendukung dalam
lain yang mempengaruhi prestasi pengembangannya. Jakarta:
akademik. Gunadarma.
b. Penelitian ini menggunakan teknik
analisi regresi berganda untuk meneliti Malik, L.R. (2002). Sumbangan
dua faktor yang mempengaruhi prestasi intelegensi, motivasi berprestasi
akademik seseorang. Disarankan dan partisipasi siswa dalam
untuk penelitian selanjutnya untuk kelompok ilmiah remaja terhadap
meneliti lebih dari dua fakor yang prestasi belajar siswa remaja

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 124


Tetty Ariyani Nasution
Pengaruh Intelegensi Pada Motivasi Belajar Akademik Siswa MAS YPI Batang Kuis
(Penelitian pada siswa SMUN di
wilayah Jakarta Timur). Tesis
(tidak diterbitkan). Depok:
Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.

Purnomowati, R. (2006). Pengaruh


disiplin dan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar siswa
kelas X SMK Teuku Umar
Semarang tahun ajaran
2005/2006. Semarang:
JurusanAkuntansi Fakultas
EkonomiUniversitas Negeri
Semarang.http://digilib.unnes.ac.i
d/.

Purwanto, N. (1990). Psikologi


pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 125


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

ANALISIS SARANA RETORIKA DALAM STAND UP COMEDY RADITYA DIKA

Intan Novita
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
intannovita323@gmail.com

Abstrak. Penelitian yang berjudul “Analisis Sarana Retorika dalam Stand


Up Comedy Raditya Dika”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan sarana retorika yang berfokus pada penyiasatan struktur
yang terdapat pada stand up comedy Raditya Dika. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif . Data
penelitian ini adalah data kata atau ungkapan dalam stand up comedy
Raditya Dika. Data yang terkumpul diperoleh melalui teknik
dokumentasi.Semua data yang diperoleh ditulis untuk memudahkan
penulis menganalisis data.Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
sesuai dengan maksud dan tujuan kata atau ungkapan yang didasari pada
teori bentuk-bentuk sarana retorika berupa penyiasatan struktur.Data yang
dianalisis diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
bentuk atau jenis penyiasatan struktur (sarana retorika). Hasil penelitian
ini, terdapat 8 bentuk penyiasatan struktur dalam stand up comedy
Raditya Dika yaitu, (1) repetisi, (2) anafora, (3) polisidenton, (4)
asidenton, (5) antitesis, (6) klimaks, (7) antiklimaks, (8) pertanyaan
retoris, akan tetapi, (1) paralisme dan (2) aliterasi tidak terdapat dalam
penelitian ini.

Kata Kunci : retorika, sarana retorika, penyiasatan struktur

Abstract. This study, entitled “ TheAnalysis of the Rhetoric Means in


Raditya Dika’s Stand-Up Comedy”. This study was aimed to describe the
means of rhetoric that focused on work around the structure found on
stand-up comedy Raditya Dika. The method used in this study was
descriptive qualitative. This research data was data word or phrase in
Raditya Dika’s stand-up comedy. . The research data was obtained from
documentation technique. All the data obtained was written to facilitate
the author in analyzing the data. The data was analyzed and classified
into several groups according to the form or the type of rhetoric means.
In the result of this study, there are 8 forms of rhetoric means in raditya
dika's stand-up comedy, namely, (1) the repetition, (2) anaphora, (3)
polisidenton, (4) asidenton, (5) antithesis, (6) climax, (7) anticlimax, (8)
the rhetorical question, however, (1) paralisme and (2) the alliteration is
not included in this study

Key Words : Rhetoric, the means of rhetoric, work around the structure
PENDAHULUAN Abidin (2013:7) retorika adalah
Keterampilan berbicara ialah salah seni berkomunikasi secara lisan, yang
satu keterampilan berbahasa secara lisan dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
yang bersifat produktif.Keterampilan orang secara langsung dengan bertatap
berbicara sangat dibutuhkan ketika muka. Setiap orang tentu memanfaatkan
seseorang sedang berbicara didepan retorika menurut kemampuannya masing-
umum, acara formal maupun masing. Ada berbagai cara memanfaatkan
berkomunikasi.Berbicara merupakan salah retorika ini dalam kehidupan
satu jenis komunikasi, selain komunikasi bermasyarakat. Hal ini sangat ditentukan
tertulis.Dalam komunikasi lisan syarat oleh lingkungan, masalah, profesi, dan
mutlak yang harus ada adalah adanya lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari
komunikator (pembicara) dan komunikan orang memanfaatkan retorika ini secara
(lawan bicara). Antara komunikator dan spontan. Pembicara tidak begitu perlu
komunikan akan terbangun komunikasi memilih materi bahasa, memakai ulasan,
efektif apabila pesan yang disampaikan dan memakai gaya tutur yang terencana.
oleh komunikator bisa dipahami oleh Untuk menunjang keberhasilan berbicara
komunikan sehingga akan terjadi imbal perlunya sarana retorika.
wicara ketika sudah terjadi interaksi Sarana retorika merupakan sarana
komunikasi. Salah satu yang memiliki kepuitisan yang berupa muslihat pikiran.
ilmu keterampilan berbicara ialah retorika. Dengan muslihat itu para penyair berusaha
menarik perhatian, pikiran, hingga

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 126


Intan Novita
Analisis Sarana Retorika Dalam Stand Up Comedy Raditya Dika

pembaca berkontemplasi atas apa yang untuk mendeskripsikan penyiasatan


dikemukakan oleh penyair. Pada struktur yang terdapat dalam stand up
umumnya saran retorika ini menimbulkan comedy Raditya Dika. Penelitian ini
ketegangan puitis karena pembaca harus diharapkan bermanfaat bagi peneliti,
memikirkan efek yang ditimbulkan atau mahasiswa dan masyarakat umum. Secara
yang dimaksudkan oleh penyairnya teoretis penelitian ini diharapkan dapat
(Pradopo, 2005: 93-94). memberikan sumbangan pemikiran bagi
Keterampilan berbicara yang mahasiswa dan menambah pengetahuan
memakai sarana retorika yaitu stand up dan referensi mengenai sarana retorika
comedy. Stand up comedy sekarang dalam stand up comedy.Secara praktis
menjadi buah bibir dikalangan penelitian ini bermanfaat sebagai referensi
masyarakat. Semakin berkembangnya bagi orang yang mempunyai bakat sebagai
dunia stand up comedy sangat mudah comic stand up comedy.
untuk masuk dan berkembangnya di Kerangka pemikiran dalam
Indonesia. Jika menarik suatu gaya bahasa penelitian ini ialah Untuk
bicara seseorang dalam stand up comedy, mempermudahkan suatu penelitian perlu
semakin cepat pula orang menerima apa dibuat kerangka pemikiran atau konsep
yang ia bicarakan. Sehingga akan tujuan arah penelitian menjadi
menimbulkan kesan yang menarik, jelas.Retorika sangat berperan penting
inspiratif, dan kreatif bagi pendengarnya. dalam kegiatan berbicara. Salah satu yang
Salah satunya Raditya Dika, ia mengandung ilmu retorika yaitu stand up
bukan hanya sebagai penulis buku-buku comedy. Sekarang stand up comedy
humoris dan jenaka. Pemilik nama menjadi buah bibir di dunia khususnya
lengkap Dika Angkasaputra Moerwani dikalangan masyarakat Indonesia. Sarana
lahir pada tanggal 28 Desember 1984 di retorika tidak hanya terdapat pada pidato,
Jakarta. Pria yang lahir di Jakarta tersebut khotbah, dan novel, stand up comedy juga
lebih akrab dengan sebutan Raditya harus mempunyai sarana retorika yang
Dika. Di Indonesia Raditya Dika lebih bagus dan menarik. Seseorang yang
dikenal sebagai penulis buku-buku melakukan kegiatan stand up comedy
jenaka.Raditya Dika juga memiliki bakat disebut comic. Salah satu comic yang
sebagai comic stand up comedy saat ini. berpengaruh dalam bidang stand up
Sekarang ia juga menjadi seorang yang comedy di Indonesia ialah Raditya Dika.
sangat berpengaruh di bidang stand up Dalam stand up comedy, comic tidak bisa
comedy Indonesia. asal berbicara di depan penonton, stand up
Alasan peneliti pada penelitian comedy haruslah mempunyai keterampilan
dengan judul ini, peneliti merasa tertarik retorika yang baik. Maka dari itu, seorang
dalam sarana retorika pada stand up comic harus ada seni keterampilan
comedy. Dengan adanya sarana retorika berbicara yang biasa disebut retorika.
maka, didalam berbicara akan menarik Definisi istilah yang terdapat
untuk didengar oleh para penikmatnya. dalam penelitian ini ialah Keraf (20015:1)
Peneliti merasa tertarik pada stand up juga berpendapat retorika adalah suatu
comedy, alasannya sekarang stand up istilah yang secara tradisonal diberikan
comedy menjadi buah bibir dikalangan pada suatu teknik pemakaian bahasa
masyarakat Indonesia. Dengan demikian, sebagai seni, yang didasarkan pada suatu
adanya dorongan terhadap penonton untuk pengetahuan yang tersusun baik.Stand up
melihat atau menonton stand up comedy. comedy adalah sebuah bentuk
Rumusan masalah dalam pertunjukkan seni komedi. Biasanya,
penelitian ini ialah secara teori sarana seorang komedian tampil didepan para
retorika meliputi gaya bahasa, penyiasatan penonton dan berbicara langsung kepada
struktur, dan nonkebahasaan. Berdasarkan mereka.Penampilan para komedian
data studi awal, data gaya bahasa dan kadang-kadang di filmkan yang kemudian
nonkebahasaan tidak dominan dalam nantinya dirilis dalam bentuk DVD,
penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti melalui internet ataupun televisi (Papana
mengkaji sarana retorika (penyiasatan 2012: 4).
struktur) apa saja yang terdapat dalam METODE PENELITIAN
stand up comedy Raditya Dika?. Penelitian ini menggunnakan
Berdasarkan rumusan masalah yang pendekatan kualitatif.Metode yang
dibicarakan, tujuan penelitian ini adalah digunakan dalam penelitian ini yaitu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 127


Intan Novita
Analisis Sarana Retorika Dalam Stand Up Comedy Raditya Dika

metode deskriptif kualitatif. Djajasudarma (4) Penyajian data: data-data yang telah
(1993: 8) menjelaskan bahwa penelitian dikelompokkan dan dianalisis
deskriptif bertujuan untuk membuat kemudian disajikan dalam bentuk
menggambarkan, melukiskan, atau deskriptif.
memaparkan secara sistematis, akurat, dan (5) Menarik kesimpulan: semua data yang
faktual mengenai data, sifat serta sudah dianalisis dan dideskriptifkan
berhubungan fenomena yang teliti. kemudian disimpulkan hasilnya.
Melalui penelitian ini, penulis bertujuan HASIL PENELITIAN
menggambarkan secara tepat segala Berdasarkan penelitian yang telah
bentuk yang ada di sarana retorika yang dilakukan, jenis penyiasatan struktur yang
berfokus pada penyiasatan struktur dalam berupa repetisi yang terdapat dalam tiga
stand up comedy yang dibawakan oleh video stand up comedy Raditya Dika
Raditya Dika. Selain itu, metode deskriptif adalah sebanyak seratus lima puluh dua
merupakan gambaran ciri-ciri data secara data.
akurat sesuai dengan sifat alamiah data itu Data (1) Indera penglihatan, lo
sendiri (Djajasudarma, 1993: kalau jomblo jalan ke mall, ada cewek
16).Penelitian ini yang menjadi sumber cantik lewat lo bisa ngeliatin.
data adalah data atau ungkapan dari Sebagaimana disebutkan dalam teori,
tayangan video stand up comedy yang repetisi merupakan gaya bahasa dengan
dibawakan oleh Raditya Dika. Video pengulangan kata-kata yang menampilkan
stand up comedy diperoleh dari sumber pengulangan kata atau kelompok kata
Youtobe kemudian di-download.Teknik yang sama. Pada video 1 terdapat
pengumpulan data dalam penelitian ini sembilan data. Masing-masing data
ialah teknik dokumentasi.Syamsuddin merupakan repetisi karena terdapat salah
(2009: 108) mengemukakan teknik satu kata yang diulang-ulang. Kata yang
dokumentasi digunakan untuk diulang pada tiap-tiap data adalah kata lo.
mengumpulkan data dari sumber Kata lopada setiap data diulang lebih dari
nonmanusia. satu kali. Fungsi pengulangan kata lo pada
Kasiram (2008: 128), ia data tersebut adalah untuk memberi
menjelaskan bahwa tujuan analisis data penekanan dan penegasan. Oleh sebab itu,
adalah untuk merangkum data dalam sembilan data tersebut merupakan data
bentuk yang mudah dipahami dan mudah yang berupa repetisi.
ditafsirkan, sehingga hubungan antara Anafora
masalah penelitian dapat dipelajari dan Berdasarkan penelitian yang telah
diuji. Berkenaan dengan penelitian ini, dilakukan, jenis penyiasatan struktur yang
langkah-langkah yang akan ditempuh berupa anafora yang terdapat dalam tiga
dalam penganalisisan data adalah sebagai video stand up comedy Raditya Dika
berikut: adalah sebanyak Sembilan data. Berikut
(1) Seleksi data: langkah ini dilakukan uraian dan deskripsinya setiap data
untuk memilih data-data kata atau tersebut.
ungkapan yang mengandung sarana Data (1) Dan kadang-kadang, mereka
retorika yang berupa penyiasatan tahu kalau lo gak dengarinseksama, gua
struktur. Data yang telah dikumpulkan, gak tahu, feeling dari mana sih, gua gak
ditulis, dan dibaca berulang-ulang tahu deh. Kadang-kadang kalau
kemudian diseleksi keseluruhannya. cewekgua lagi ngobrol
(2) Pengelompokan data: data yang telah nye..nye..nye..nye… gitukan lagi berdua
terkumpul kemudian dikelompokkan nye…nye..nye masakkan, gua liatin muka
sesuai dengan masalah yang diteliti. dia sambil bernyanyi Indonesia Raya
Data tersebut kemudian disusun dan dikepala gua “Indonesia tanah airku, tanah
dianalisis sehingga diperoleh hasil data muda dan darah ku, hiduplah darahku”.
yang berkaitan dengan sarana retorika. Data (1) merupakan penyiasatan
(3) Analisis data: data yang telah struktur yang berupa anafora. Hal ini
dikelompokkan kemudian dianalisis didasari oleh teori yang menjelaskan
maknanya sesuai dengan sarana bahwa anafora merupakan pengulangan
retorika yang berupa penyiasatan (kata-kata) pada awal beberapa kalimat
struktur pada stand up comedy Raditya yang berurutan, paling tidak dalam dua
Dika. buah kalimat. Merujuk pada teori, data (1)
adalah ciri anafora. Pada data tersebut

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 128


Intan Novita
Analisis Sarana Retorika Dalam Stand Up Comedy Raditya Dika

terdapat pengulangan kata yaitu, kadang- asidenton.Pada data tersebut tidak didapati
kadang. Kata kadang-kadang muncul konjungsi, tetapi didapati penggunaan
sebnayak dua kali. Keberadaan kata pungtuasi, yaitu tanda koma (,).Adapun
kadang-kadang berfungsi untuk mermberi penggunaan tanda koma (,) tersebut
penekanan. Berdasarkan hal itu, dapat terdapat pada kata setelah mandarin, dan
disimpulkan bahwa data (1) adalah jeruk.Dengan demikian, data (1)
anafora merupakan asidenton.
Polisidenton Antitensis
Berdasarkan penelitian yang telah Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, jenias penyiasatan struktur dilakukan, jenis penyiasatan struktur
yang berupa polisidenton yang terdapat berupa antitensis yang hanya terdapat
dalam tiga video stand up comedy Raditya dalam data video 2 stand up comedy
Dika sebanyak sebelas data. Berikut ini Raditya Dika adalah sebanyak satu data.
uraian dan deskripsi setiap data tersebut. Berikut ini uraian dan deskripsi setiap data
Data (1) Kita (cowok) gak ada yang tersebut.
peduli, gak ada yang peduli, kita cuman Data (1) Dia pakek baju jukensi dan bulu
gak ada yang berani ngomong aja, kita tu keteknya merambat demi Tuhan teman-
gak ada yang peduli “ii sumpah tadi di teman, itu bulu ketekyang terindah yang
kampus, dia tu kesel baget deh, dia tu pernah saya liat, dari kejauhan kayak kipas
masak bajunya sama” bodoh amat, kita hitam tau gak, kalau ketemu angin pasti
gak ada peduli. kelepek-kelepek (sambil mengipas-
Data (1) merupakan penyiasatan struktur gipaskan tangan dibawah ketiak) “turunin
yang berupa polisidenton. Hal ini sesuai saya mas, turunin saya mas”.
dengan teori yang menjelaskan bahwa Data (1) merupakan penyiasatan
polisidenton adalah beberapa kata, atau struktur yang berupa antitesis.Hal tersebut
klausa yang berurutan yang dihubungkan sesuai dengan yang disebutkan dalam teori
satu sama lain dengan kata-kata sambung. bahwa antitesis merupakan gagasan-
Polisidenton juga merupakan pengulangan gagasan yang bertentangan.Merujuk
berupa penggunaan kata tugas. Merujuk kepada teori, data (1) memiliki ciri
kepada teori, data (1) memiliki ciri antitesis.Pada data tersebut terdapat
polisidenton. Pada data tersebut terdapat pengungkapan gagasan yang
kelompok kata yang berurutan yang bertentangan.Gagasan yang bertentangan,
dihubungkan satu sama lain dengan kata- yaitu antara dari kejauhan kayak kipas
kata tugas. Adapun penggunaan kata tugas hitam tau gak, kalau ketemu angin pasti
tersebut terdapat pada kata setelah gak kelepek-kelepek (sambil mengipas-
ada, gak ada, gak ada, dan gak ada. gipaskan tangan dibawah ketiak) “turunin
Dengan demikian, data (1) merupakan saya mas, turunin saya mas”.Gagasan
polisidenton. yang terdapat pada data tersebut
Asidenton mempertentangkan antara Dia pakek baju
Berdasarkan penelitian yang telah jukensi dan bulu keteknya merambat demi
dilakukan, jenis penyiasatan struktur Tuhan teman-teman, itu bulu ketek yang
berupa asidenton yang hanya terdapat terindah yang pernah saya liat, tetapi dari
dalam data video 2 stand up comedy kejauhan kayak kipas hitam tau gak, kalau
Raditya Dika adalah sebanyak dua data. ketemu angin pasti kelepek-kelepek
Berikut ini uraian dan deskripsi setiap data (sambil mengipas-gipaskan tangan
tersebut. dibawah ketia
Data (1) Ada yang dekat sini hantu jeruk k) “turunin saya mas, turunin
perut, mungkin nanti ada hantu jeruk saya mas”.
mandarin, hantu kentayangan jualan jeruk, Klimaks
“bang lima ribulah bang, anak istri belum Berdasarkan penelitian yang telah
makanlah bang” hantu juga manusia. dilakukan, jenis penyiasatan struktur
Data (1) merupakan penyiasatan berupa klimaks yang hanya terdapat
struktur yang berupa asidenton.Hal ini dalam video pertama dan kedua stand up
sesuai dengan teori menjelaskan bahwa comedy Raditya Dika adalah sebanyak
asidenton adalah penghilangan konjungsi enam data. Berikut ini uraian dan
dalam frasa, klausa, atau kalimat, serta deskripsi setiap data tersebut.
pungtuasi yang berupa tanda (,).Merujuk Data (1) Pacar gua ni pernah cobain
pada teori, data (1) memiliki ciri masak ni, ngikutin dari youtobe, di tengah-

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 129


Intan Novita
Analisis Sarana Retorika Dalam Stand Up Comedy Raditya Dika

tengah masak laptopnya mati, jadi itu perasaan gue, gue siapa yang nyuapin?,
masaknya itu 15 menit, di menit ketiga tidak mempunyai toleransi dalam
laptopnya mati dan dia itu impropisasi. berasmara, kasihan orang kayak gue,
Data (1) merupakan penyiasatan fakir-fakir asmara, fakir asmara tapi
struktur yang berupa klimaks. Hal ini bukan pengemis cinta. Pernyataan-
sesuai dengan yang disebutkan dalam teori pernyataan pada data (1) yang sangat
bahwa klimaks mengungkapkan dan penting yaitu fakir asmara tapi bukan
menekankan gagasan dengan cara pengemis cinta. Berdasarkan hal itu, dapat
menampilkannya secara berurutan disimpulkan bahwa data (1) merupakan
penyampaiannya itu semakin antiklimaks.
meningkatnya kadar pentingnya gagasan Pertanyaan Retoris
itu adalah Pacar gua ni pernah cobain Berdasarkan penelitian yang telah
masak ni, ngikutin dari youtobe, kemudian dilakukan, jenis penyiasatan struktur
di tengah-tengah masak laptopnya mati, berupa klimaks yang terdapat dalam
dan selanjutnya diikuti jadi itu masaknya video stand up comedy Raditya Dika
itu 15 menit, dimenit ketiga laptopnya adalah sebanyak empat belas data. Berikut
mati dan dia itu impropisasi.Rangkaian ini uraian dan deskripsi setiap data
pengungkapan pada data (1) berfungsi tersebut.
membentuk suatu klimaks.Berdasarkan Data (1) Ii teman aku sekarang
hal itu, dapat disimpulkan bahwa data (1) berubah, aduh dosen aku nyeselin”
merupakan klimaks. bodoh!, kuping gua udah panas baget
Antiklimaks tahu gak?.
Berdasarkan penelitian yang telah Data (1) merupakan penyiasatan
dilakukan, jenis penyiasatan struktur struktur yang berupa pertanyaan retoris.
berupa klimaks yang hanya terdapat Hal ini sesuai dengan teori yang
dalam data video 3 stand up comedy menjelaskan bahwa pertanyaan retoris
Raditya Dika adalah sebanyak dua data. adalah pengungkapan dengan
Berikut ini uraian dan deskripsi setiap data menampilkan semacam pertanyaan yang
tersebut. sebenarnya tidak menghendaki pertanyaan
Data (1) Tadi gue di kantin, ada retoris. Hal tersebut dapat dilihat pada
cowok sok-sok suapan sama ceweknya data Ii teman aku sekarang berubah, aduh
“uwek” geli, suapan-suapan sama cewek dosen aku nyeselin” bodoh!, kuping gua
“sayang-sayang ak sayang” cowoknya udah panas baget tahu gak?. Dalam
minta “sayang-sayang aku juga dong” gua sumber data, video stand up comedy
dateng, gua colokin kedalam matanya, lo Raditya Dika, pertanyaan tersebut tidak
udah tau perasaan gue, gue siapa yang menghendaki jawaban. Selain itu, dalam
nyuapin?, tidak mempunyai toleransi sumber data tidak didapati jawaban dari
dalam berasmara, kasihan orang kayak pertanyaan tersebut. Dengan demikian,
gue, fakir-fakir asmara, fakir asmara tapi data (1) merupakan pertanyaan retoris.
bukan pengemis cinta. SIMPULAN
Data (1) merupakan penyiasatan Berdasarkan hasil penelitian dan
struktur yang berupa antiklimaks.Hal pembahasan sebelumnya, dapat
tersebut sesuai dengan yang disebutkan disimpulkan bahwa dalam stand up
dalam teori bahwa antiklimaks merupakan comedy Raditya Dika terdapat sarana
sebagai suatu acuan yang gagasan-gagasan retorika. Merujuk pada rumusan masalah
diurutkan dari yang terpenting berturut- penelitian, bentuk sarana retorika yang
turut ke gagasan yang kurang penting atau dimaksud dalam penelitian ini adalah
semakin mengendur.Merujuk kepada penyiasatan struktur. Bentuk penyiasatan
teori, data (1) memiliki ciri antiklimaks. struktur yang terdapat pada stand up
Pada data tersebut terdapat pengungkapan comedy Raditya Dika ada 8 bentuk
suatu hal, kejadian, atau keadaan yang meliputi, repetisi, anafora, polisidenton,
kurang penting adalah Tadi gue di kantin, asidenton, antitesis, klimaks, antiklimaks,
ada cowok sok-sok suapan sama dan pertanyaan retoris. Data repetisi terdiri
ceweknya “uwek” geli, suapan-suapan dari 152, anafora 9, polisidenton 11,
sama cewek “sayang-sayang ak sayang” asidenton 2, antitesis 1, klimaks 6,
cowoknya minta “sayang-sayang aku juga antiklimaks 2, dan pertanyaan retoris 14
dong”, dan diikuti dengan gua dateng, data. Jadi jumlah data secara keseluruhan
gua colokin kedalam matanya, lo udah tau adalah 197 data. Data tersebut diambil

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 130


Intan Novita
Analisis Sarana Retorika Dalam Stand Up Comedy Raditya Dika

dari 3 buah tayangan stand up comedy Dean. Greg. 2012. Step By Step To Stand
Raditya Dika. Dengan judul eksploitasi Up Comedy. Jakarta: Redaksi.
hantu-hantu di Indonesia, cewek
menguasai indera, dan di putusin pacar. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode
SARAN Linguistik Ancangan Metode
Berdasarkan hasil penelitian Penelitian dan Kajian. Bandung:
terhadap stand up comedy Raditya Dika, Eresco.
penulis menyarankan beberapa hal yang
berkaitan dengan penelitian yang telah Japandi, Adam. 2015. Public Speaking-
dilakukan, yaitu sebagai berikut. dan-Stand-Up-Comedy.
(1) Stand up comedy merupakan bentuk Http://www Wordpress. Diakses
dari seni komedi atau melawak yang pada tanggal 02 September.
disampaikan secara monolog kepada
penonton. Dalam stand up comedy Kasiram, M. 2008. Metode Penelitian.
terdapat bentuk-bentuk sarana Malang: UIN Malang Press.
retorika. Untuk memahami bentuk-
bentuk sarana retorika yang terdapat Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya
dalam stand up comedy di sarankan Bahasa. Jakarta: Gramedia
kepada tenaga pendidik untuk Pustaka Utama.
mengajarkan peserta didik tentang
sarana retorika dan bagi mahasiswa Moleong, Lexy. 2007. Metodologi
bisa mempelajari retorika dengan Penelitian Kualitatif. Bandung:
baik dan benar. Karena retorika Remaja Rosdakarya.
termasuk kedalam Bahasa dan Sastra
Indonesia Nugiyantoro, Burhan. 2002. Teori
(2) Bagi mahasiswa, stand up comedy Pengkajian Fiksi. Yogjakarta:
juga harus di pelajari, dengan Penerbit Gadjah Mada Universitas
mempunyai kemampuan tersebut. Press.
Mahasiswa bisa menjadi seorang
yang berprofesi comic. Jelas, dengan ……………………… 2014. Teori
menjadi seorang comic maka akan Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:
menghasilkan penghasilan. Gadjah Mada University Press.
(3) Selanjutnya, penulis menyarankan
adanya penelitian serupa yang Papana, Ramon. 2012. Kiat Tahap Awal
mengkaji bentuk-bentuk sarana Belajar Stand Up Comedy
retorika dalam objek lainnya. Dengan Indonesia (KITAB SUCI). Jakarta:
banyaknya penelitian yang meneliti Penerbit mediakita.
analisis sarana retorika, maka akan
mudah referensi yang didapatkan Permendiknas. 2009. EYD Terbaru.
bagi pembaca. Yogyakarta: Pustaka Timur
DAFTAR PUSTAKA Pradopo, Rachmat Djoko. 2005.
Abidin, Yusuf Zainal. 2013. Pengantar Pengkajia Puisi. Yogyakarta:
Retorika. Bandung: Pustaka Setia.
Gadjah Mada University Press
Alek. 2011. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Cetakan Purba, Antilan. 2009. Stilistika Sastra
Kedua. Jakarta: Kencana. Indonesia. Medan: USU Press.

Arsjad. Dra. Maidar G. dkk. 1988. Rakmat, Jalaluddin.2007. Retorika


Pembinaan Kemampuan Modern Pendekatan Praktis.
Berbicara Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika
Sastra dan Budaya. Yogyakarta:
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa;
Pustaka Pelajar.
Stuktur Internal, Pemakain, dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka …………………………… 2009. Stilistika
Cipta. Kajian Puitika Bahasa dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 131


Intan Novita
Analisis Sarana Retorika Dalam Stand Up Comedy Raditya Dika

Soediro Satoto. 2012. Stilistika.


Yogyakarta: Penerbit Ombak
(anggota IKAPI).

Sudaryat, Yayat. 2008. Makna Dalam


Wacana. Bandung: CV. Yrama
Widya.

Syamsuddin dan Vismaia. 2009. Metode


Penelitian Pendidikan Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara


Sebagai Suatu Keterampiulan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Waridah, Ernawati. 2014. Kumpulan


Majas, Pantun, dan Peribahasa
Plus Kesusastraan Indonesia.
Jakarta: Ruang Kata Imprint
Kawan Pustaka.

Http://www. acamedia. edu/ 154989/


Sejarah Awal Berdirinya Stand
Up Comedy Di Dunia. Di akses
pada tanggal 22 September 2016.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 132


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

ANALISIS CERPEN MARYAM KARYA AFRION DENGAN


PENDEKATAN EKSPRESIF

Sisi Rosida
FKIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
sisy.rosida@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ekspresi


pengarang dan proses kreatif pengarang dalam menciptakan cerpen
Maryam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yakni dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data dengan
membaca secara berulang-ulang, mengumpulkan data dari isi cerita yang
behubungan dengan gambaran ekspresi pengarang, melakukan penelaahan
data dan menggarisbawahi isi cerita, dialog, dan perilaku tokoh berkenaan
dengan gambaran ekspresi pengarang, mendeskripsikan ekspresi pengarang
pada tokoh, mengumpulkan data proses kreatif (melakukan wawancara
dengan pengarang), dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Hasil
penelitian ini adanya gambaran ekspresi pengarang dalam bentuk takut,
marah, sedih, gelisah, bingung, jengkel, tak peduli, sabar, dan cinta/kasih
sayang. Perasaan ini dialami sang tokoh saat ditinggal suami. Temuan
proses kreatif dalam cerpen ini yakni proses kelahiran cerpen Maryam
terinspirasi dari pengalaman penulis melihat sosok perempuan bekerja
sendirian di tengah perkebunan karet PTP III di Desa Gunung Malintang
(Koto Baru). Kemudian pengarang menulis cerpen Maryam dengan
menyesuaikan wilayah kehidupan dan adat budaya masyarakat Minang.

Kata Kunci: analisis, cerpen, ekspresif

Abstract. This study aims to describe the author's expression and the
creative process of the author in creating Maryam's short stories. The
method used in this research is descriptive method, namely documentation
and interviews. The technique of analyzing data by repetitively reading,
collecting data from the contents of the story that relates to the author's
expressions, analyzing data and highlighting the contents of the story,
dialogue, and character behavior with regard to the author's expression,
describing the author's expression to the characters, collecting process
data creative (conducting interviews with authors), and drawing
conclusions from the results of research. The results of this study are
descriptions of author expressions in the form of fear, anger, sadness,
anxiety, confusion, annoyance, indifference, patience, and love / affection.
This feeling is experienced by the character when the husband left. The
findings of the creative process in this short story, namely the birth process
of Maryam's short story, were inspired by the author's experience of seeing
women working alone in the middle of PTP III rubber plantations in the
Gunung Malintang Village (New Koto). Then the author wrote Maryam's
short story by adjusting the area of life and cultural customs of the Minang
community.

Keywords: analysis, short story, expressive


PENDAHULUAN menghasilkan sebuah karya yang
Karya sastra merupakan sebuah berkualitas.
hasil dari daya cipta seseorang yang Karya sastra tidak akan hadir jika
mengandung nilai seni dan estetik yang tidak ada yang menciptakannya, sehingga
tinggi. Sebuah karya sastra akan terkesan karya sastra sangat penting kedudukannya.
luar biasa jika dapat menarik pembaca, Posisi pengarang dengan unsur pokok
bahkan membawa pembaca masuk ke yang melahirkan pikiran-pikiran, presepsi
dalam fiksi. Namun, dibalik semua itu dan perasaan yang dikombinasikan dalam
tentu tidak terlepas dari pengarang yang karya sastra. Hal ini sebagai tujuan dari
telah memunculkan ide dalam suatu karya imaji kecocokan penglihatan mata
sastra. Suatu pencapaian dalam penciptaan batin/keadaan pikiran pengarang.
karya sastra, seorang pengarang tidak Menurut Abrams (dalam Siswanto,
menciptakannya secara asal-asalan, 2011:186) komunikasi antara sastrawan
melainkan membutuhkan usaha yang dan pembaca menyangkut beberapa situasi
keras dari proses kreatif, sehingga yang menyangkut empat hal: (1) karya
sastra (work), (2) sastrawan (artist), (3)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 133


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
semesta (universe), (4) pembaca tataran yang terdapat dalam Cerpen
(audience). Dari keempat hal itu, karya Maryam Karya Afrion yang menjadi
sastra, sastrawan, semesta, dan pembaca permasalahan yang diteliti lebih lanjut
terdapat pendekatan dalam kajian sastra. dengan menggunakan pendekatan
Pendekatan kajian sastra yang ekspresif. Pendekatan ekspresif
menitikberatkan pada karya sastra disebut menitikberatkan perhatian kepada upaya
pendekatan objektif (objektif chritism), pengarang mengekspresikan ide-idenya ke
pendekatan kajian sastra yang dalam karya sastra. Pendekatan ini
menitikberatkan pada penulis disebut menekankan kepada pengarang dalam
pendekatan ekspresif (expressive pengungkapkan atau mencurahkan segala
chritism), pendekatan kajian sastra yang pikiran, perasaan, dan pengalaman
menitikberatkan pada pembaca disebut pengarang ketika melakukan proses
pendekatan pragmatik (pragmatic penciptaan karya sastra. Dalam hal ini
chritism), dan pendekatan kajian sastra mengkaji proses kreatif pengarang dalam
yang menitikberatkan pada alam semesta penciptaan berdasarkan subjektifitas
disebut pendekatan mimetik (mimetic sampai daya kontemplasi pengarang
chritism). dalam proses kreatifnya, sehingga
Berdasarkan pengamatan saat menghasilkan sebuah karya yang baik dan
berdiskusi sastra dan membaca teks-teks sarat makna.
sastra, banyak yang beranggapan bahwa Kritik ekspresif mendefinisikan
cerpen hanya perlu dipahami dan karya sastra sebagai ekspresi, curahan
dinikmati dari segi teks sastra. Namun, perasaan, atau produk imajinasi penyair
karya perlu dikaji lebih dalam antara teks yang bekerja dengan pikiran maupun
sastra dan pengarangnya. Hal ini penting perasaan. Kritik ekspresif cenderung
guna mengetahui munculnya sebuah ide menimbang karya sastra dengan
hingga tujuan pengarang mengekspresikan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan
keadaan pemikirannya. Dalam cerpen vision pribadi penyair atau keadaan
Maryam Karya Afrion, perlu ditelaah pikiran. Pendekatan ini mencari dalam
proses kreatif serta cerminan atau karya sastra fakta-fakta tentang watak
pembayangan realitas yang terkandung khusus dan pengalaman-pengalaman
dalam sebuah teks sastra menggunakan penulis secara sadar ataupun tidak, telah
pendekatan ekspresif. membukakan dirinya dalam karyanya.
Cerpen Maryam mengisahkan METODE PENELITIAN
tentang seorang perempuan yang berjuang Metode penelitian ini adalah
memperbaiki nasib setelah suaminya penelitian pustaka (library reserch).
meninggal. Perempuan itu bekerja dan Metode yang digunakan dalam penelitian
memaksakan diri menggantikan posisi ini adalah metode deskripsif. Penelitian ini
suaminya. Angku Gadang (mertuanya) bertujuan untuk menganalisis pendekatan
diam-diam menaruh hati dengan ekspresif mengupas proses kreatif dan
menantunya. Ia pun ingin “ganti tikar”. ekspresi pengarang dalam Cerpen Maryam
Segala cara ditempuh Angku Gadang karya Afrion. Metode ini didasarkan atas
untuk menikahi Maryam. Tutur Maryam pertimbangan akan adanya kesesuaian
yang berupaya menolak tak membuat antara bentuk dan tujuan penulis. Metode
Angku Gadang gentar, ia pun mulai yang digunakan untuk mengumpulkan
bertindak diluar batas hingga Maryam data adalah metode dokumentasi dengan
habis kendali. instrumen pedoman dokumentasi dan
Cerpen Maryam Karya Afrion metode wawancara dengan instrumen
belum pernah diadakan penelitian yang pedoman wawancara. Metode
mendalam mengenai proses kreatif dan dokumentasi digunakan untuk
ekspresi perasaan pengarang yang terdapat mengumpulkan data ekspresi pengarang,
dalam teks sastra tersebut. Oleh karena itu, sedangkan metode wawancara digunakan
penulis ingin meneliti lebih jauh tentang untuk mengumpulkan data proses kreatif.
proses kreatif dan ekspresi perasaan Dalam menganalisis data, penulis
pengarang yang terdapat dalam Cerpen melakukan langkah-langkah (1) membaca
Maryam karya Afrion. secara berulang-ulang dengan cermat,
Kajian ini menunjukkan keunikan menghayati, dan memahami cerpen
tidak hanya pada diksi, tetapi juga konflik Maryam karya Afrion. (2) Mengumpulkan
dialog antartokoh. Pada proses penciptaan, data dari isi cerita cerpen yang
imitasi, serta ekspresi perasaan pengarang berhubungan dengan proses kreatif

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 134


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
pengarang dan gambaran ekspresi dalam ini menganalisis Cerpen Maryam
pengarang dalam cerpen Maryam. (3) karya Afrion yang menitikberatkan
Melakukan penelaah data dan menggaris ekspresi pengarang dan proses kreatif.
bawahi kata dalam isi cerita, dialog, dan HASIL PENELITIAN
perilaku tokoh yang terdapat gambaran Setelah membaca cerpen Maryam
ekspresi pengarang dalam cerpen karya Afrion. Penulis menganalisis cerpen
Maryam. (4) Mendeskripsikan ekspresi tersebut dengan pendekatan ekspresif.
pengarang yang terdapat dalam cerpen Dapat dilihat tabel 4.1 di bawah ini
Maryam karya Afrion. (5) Melakukan gambaran ekspresi, perasaan, atau
wawancara dengan pengarang dan tempramen pengarang pada saat
mengumpulkan data proses kreatif yang menciptakan cerpen Maryam. Peneliti
terdapat pada cerpen Maryam karya menemukan beberapa ekspresi pengarang
Afrion. (6) Menarik kesimpulan dari hasil setelah membaca cerpen Maryam, dapat
penelitian. Dengan demikian, pembahasan dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Data Ekspresi Pengarang dalam Cerpen Maryam Karya Afrion
No Gambaran Ekspresi Data Penelitian Halaman
Pengarang pada
Tokoh Maryam
1. Takut Menggigil tubuh Maryam mendengar perkataan 61
Angku Gadang, apalagi ketika tangan Angku Gadang
menyentuh bahunya. Tidak disangkanya, laki-laki
yang selama ini menjadi mertua yang ia hormati,
bahkan telah dianggapnya seperti orangtua
kandungnya sendiri, kini berani terang-terangan
mengajaknya untuk kawin.
“Malu, Pak!”. 62
“Tidak ada yang melihat! “Ayolah….!”
“Ah, jangan!”
“Tak ada yang melihat!”
“Tolong, Pak! Jangan!”
“Ayolah!”
“Aku tak mau!”
Maryam berusaha menjauh, melompati parit, 62
kemudian pura-pura menyabit rumput di pinggir jalan
besar. Dengan demikian, jika Angku Gadang terus
mendekatinya atau berniat melakukan sesuatu, ia akan
mudah menjerit dan berlari sejauh mungkin ke ladang
penduduk kampung terdekat.
Gemetar Maryam mendengar ucapan Angku gadang. 67
Sekian detik tubuhnya mengigil, wajah memucat,
bagai tak ada darah mengairi urat nadinya.
Tenggorkannya seperti dicekik puluhan makhluk.
Ada saja yang ia takuti, bila matanya bertumbukan 67
dengan deretan batang pohon karet. Tidak ada
kesanggupannya melihat hamparan luas ladang yang
dibelah parit kecil, yang di dalamnya mengalir air
menuju sungai Batubelah.
Dibandingkan dulu ketika suaminya masih hidup, 65
banyak hal yang membuat ia dicekam ketakutan.
Setiap kali Suaminya pulang dari menderes getah, ia
akan selalu dimarahi, dicurigai, bahkan sering
menerima tamparan kalau ia membantah.
2. Marah Tubuh perempuan yang berdiri di hadapannya itu, 65
seakan diliputi dendam yang panjang. Sebenarnya
kalau tidak karena paksaan orang tua, Maryam tidak
mau kawin diusia muda.
“Aku tidak mau kawin, Pak!” 67
“Harus Maryam, kau harus mau.”
“Tidak!”
“Kalau kau tidak mau, kembalikan tanah anakku!”
“Tidak, aku tidak mau!”
Maryam hampir terjatuh ketika Angku Gadang 67
menarik kedua kakinya, namun secepat itu ia
menghujamkan pisau deres hingga melukai wajah
lelaki durjana itu.
Seterusnya, ketika Angku Gadang mulai nakal, 68
Maryam menggeliat menghentakkan tubuhnya. Maka
lepaslah ia dari pelukan laki-laki itu. Menghindar,
berlari menjauhi. Angku Gadang mengejar, namun
dengan cepat Maryam menarik parang dari

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 135


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
pinggangnya. Begitu Angku Gadang mendekat,
diayunkannya parang sampai mengenai tangan lelaki
itu. Hilang pikiran Maryam, pandangannya gelap.
3. Sedih Bukan main gundah perasaannya, kadang harus 65
berdiam diri seharian di rumah. Hal itu membuat
dirinya terkungkung. Maka itu, setiap hari menjelang
siang, Maryam pergi ke ladang mengantarkan
makanan untuk suami. Sesekali ia ikut menderes getah
sambil mengumpulkan kayu bakar untuk di bawa
pulang.
Tidak terbayang olehnya akan bekerja separuh waktu, 66
seharian mengerjakan ladang, membuka hutan liar dan
menanam bibit pohon karet yang baru. Padahal dulu
ketika suaminya masih hidup, ia paling hanya sekali
ikut. Itupun jika banyak peralatan yang akan dibawa.
Kerjanya hanya menyiapkan makanan atau
menyelupkan kaki ke parit kecil sambil membersihkan
sampah yang menyumbat aliran.
4. Gelisah Sekian lama ia menatap tubuh bersimbah darah itu, 68
semakin tak menentu pikirannya. Maryam berteriak
sekuat tenaga, memanggil Nek Suti, memanggil
orang-orang kampung. Tapi tak satupun orang datang
dan mendengar jeritannya. Terus ia berteriak, sampai
serak suaranya, sampai ia lemas tak berdaya.
5. Bingung Maryam terduduk lemas, bersandar di batang pohon 68
karet. Pikirannya menerawang jauh. Antara perasaan
bersalah dan dosanya menghujam parang ke tubuh
Angku Gadang, sudah matikah ia?
6. Jengkel Kalau bukan karena mertua, sudah diludahinya muka 63
Angku Gadang. Tapi untunglah ia segera sadar,
menghadapi laki-laki seperti itu, harus pandai
memutar haluan. Tidak melawan juga tidak memberi
harapan. Nafsu laki-laki dibendung akan semakin
berontak.
7. Kasih saying “Aku telah bersumpah, Nek.” 64-65
“Sumpah apa?”
“Sumpah tidak mau kawin lagi.”
“Benar kau tidak akan kawin lagi?”
“Benar.”
“Kenapa?”
“Aku lebih tenang sendiri, lebih bebas.”
“Kau kan masih muda.”
“Kawin tidak menjadikan aku bisa sebebasang ini.”
“Sampai kapan?”
“Sampai kapan pun.”
8. Tak Peduli “Jangan sembarangan menerima orang! Apalagi yang 64
namanya laki-laki, tidak baik dilihat tetangga! Laki-
laki kalau dikasih hati, makin lama makin melonjak,”
ujar Nek Suti menasehati.
“Mereka saja yang mata keranjang, Nek,” jawab
Maryam datar.
“Aku tidak punya anak lagi, Maryam. Aku punya 66
tanah yang banyak dan aku ingin mewariskannya
untuk keturunanku, untukmu juga.”
“Masih banyak perempuan lain, Pak! Kenapa harus
saya!”
9. Sabar Meneruskan kerja suami bukan pilihan mudah bagi 60
Maryam, kalau ia tidak mau mati kelaparan dengan
wajah keriput dan tubuh kurus kering. Ia harus bekerja
keras mencari nafkah menyambung hidupnya.
Ditinggal suami mati muda, hal yang tidak pernah
disangka-sangka begitu cepat. Bekerjalah ia
memaksakan diri, mengurus pohon karet peninggalan
suami. Sebagaimana kebanyakan perempuan di
kampung itu, terbiasa membantu suami mengurus
ladang-ladang mereka. Meskipun hanya mengerjakan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan tenaga,
selebihnya, mereka akan mengurus anak dan mengatur
rumah tangga.

Setelah membaca cerpen Maryam dan cerpen Maryam karya Afrion. Dapat
melakukan wawancara dengan pengarang, dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini
peneliti menemukan proses kreatif dalam mengenai proses kreatif pengarang pada

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 136


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
cerpen Maryam melalui empat tahap, Adapun tahapan proses kreatif pengarang
yakni: mencari ide, mengolah ide, pada cerpen Maryam karya Afrion, yaitu
menuliskan ide, dan editing tulisan. sebagai berikut.
Tabel 2. Data Wawancara Pengarang terhadap Cerpen Maryam
No Indikator Pertanyaan Jawaban
1 Mencari ide a. Bagaimana ide cerpen Maryam Ide cerita muncul dalam pikiran
karya dapat muncul di pikiran pengarang, setelah melihat kegigihan
Anda? dan keuletan seorang perempuan.
Setiap hari dari pagi hingga siang,
perempuan itu bekerja sendiri di
tengah perkebunan pohon karet yang
luas dan sepi.
b. Bagaimana ide cerpen Maryam Ide lahir dari sentuhan perasaan,
itu lahir? merasa sedih, kasihan, dan prihatian,
melihat sosok perempuan bekerja
sendirian di tengah tanaman
perkebunan karet PTP III. Tangannya
yang lincah dan ulet, menderes batang-
batang pohon karet, menampung
cairan getah di semangkuk tempurung
kelapa.
c. Bagaimanakah cara Anda pengarang melakukan pengamatan dan
mencari dan mengembangkan pendekatan langsung ke masyarakat
ide, khususnya pada cerpen setempat, di desa gunung Malintang,
Maryam? kecamatan Pangkalan Koto Baru,
Kabupaten Limapuluh Kota, provinsi
Sumatera Barat.
d. Apakah suatu ide itu didapat Ide cerita datang secara tiba-tiba,
secara tiba-tiba atau dengan muncul dari keinginan pengarang
referensi tertentu? menuliskan kisah kehidupan seorang
perempuan penderes getak karet.
e. Apa yang Anda lakukan pada Pengarang biasanya menentukan
masa pra-penulisan? terlebih dahulu tema dan amanat yang
ingin disampaikan, sehubungan
dengan ide dan gagasan yang muncul
dalam pikiran pengarang.
f. Apakah dalam mencari ide dalam Agar bisa menceritakan latar waktu,
cerpen Maryam, Anda harus suasana, dan tempat terjadinya
menelusuri tempat-tempat peristiwa, pengarang perlu mendatangi
tertentu? tempat-tempat tertentu. Mencatat
setiap benda-benda yang ditemui,
menelusuri jalan setapak, bukit, parit
yang mengalirkan air, sampai ke tepian
sungai. Menelusuri deretan batang
pohon karet, tanah perbukitan, dan
lingkungan masyarakat di sekitar
perkebunan karet
g. Apakah munculnya suatu ide Munculnya ide dalam membuat cerpen
dalam menulis karya sastra dapat ini, memang dari melihat sosok
dipengaruhi oleh benda-benda perempuan penderes getah pohon karet
atau peristiwa? tersebut. Melihat benda-benda yang
digunakan, seperti pisau deres dan
parang yang terselip di pinggang.
Melihat cangkul di pikulan dan melihat
sandal jepit yang dipakai.
2. Mengolah ide a. Apakah Anda dapat langsung Pengarang tentu tidak langsung
menuangkan gagasannya setelah menuangkan atau menuliskan ide dan
mendapatkan ide dalam cerpen gagasan, karena memerlukan waktu
Maryam? untuk merenungkan dan
mengimajinasikan aspek-aspek lain
yang mendukung cerita.
b. Apakah Anda merenungkan dan Dalam menciptakan cerita pendek
mengimajinasikan kembali saat Maryam, selain merenungkan ide
mengolah ide dalam cerpen cerita, pengarang juga melakukan
Maryam? pengembangan imajinasi. Mengolah
ide dalam bayangan imajinasi
pengarang, menentukan alur cerita,
peristiwa apa yang memungkinkan
terjadi di tengah perkebunan pohon
karet. Apa yang dilakukan tokoh dan
bagaimana tokoh menghadapi
peristiwa yang dialami.
c. Dalam mengolah ide, apakah Perlu. Membuat outline berupa urutan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 137


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
pengarang membuat outline waktu kejadian dan latar peristiwa
terlebih dahulu? yang dialami para tokoh. Kerangka
cerita dituliskan pengarang sebagai
bagian dari proses pengolahan ide dan
gagasan.
d. Bagimana cara Anda Ide pengarang dikembangkan dalam
menggabungkan ide dan tujuan imaji-imaji rasa marah, sedih, bingung,
dalam cerpen Maryam? gelisah, menakutkan, dan mengerikan.
Tujuan pengarang untuk mengkritisi
tingkah laku, tabiat, dan watak
keegoisan laki-laki. Sekaligus
memberi penyadaran bahwa tidak
memaksakan kehendaknya diluar dari
kebiasaan adat dan budaya.
e. Apakah pada saat pengolahan ide, Sudah. Selain itu digambarkan juga
suatu cerita sudah tergambarkan alur cerita mulai dari awal pengenalan
dengan jelas, seperti nama tokoh para tokoh, konflik, klimaks, anti
dan setting? klimaks, dan sampai pada penyelesaian
cerita.
3. Menuliskan a. Dimulai dari mana Anda Pengarang memulainya dari
ide menuliskan suatu karya sastra pengenalan kehidupan tokoh utama
khususnya cerpen Maryam? (protagonis), mendeskripsikan suasana
dan keadaan lingkungan tempat tokoh
utama tinggal, mendeskripsikan
suasana dan keadaan tempat tokoh
utama bekerja menderes getah pohon
karet.
b. Apakah dalam mengolah ide Pengarang memperolehnya dari
pada cerpen Maryam diperoleh pengalaman nyata, melihat kehidupan
dari pengalaman nyata atau seorang perempuan menderes getah
imajinasi? karet di desa (nagari) gunung
Malintang, kecematan Pangkalan Koto
Baru, kabupaten Limapuluh Kota,
provinsi Sumatera Barat.
Dari pengalaman melihat ini,
pengarang mengimajinasikan
peristiwa-peristiwa apa saja yang
dialami para tokoh cerita, dan
bagaimana sikap tokoh cerita
menghadapi setiap peristiwa yang
dialami.
c. Berapa lama waktu yang Pengarang membutuhkan waktu
dibutuhkan dalam membuat selama tiga bulan.
cerpen Maryam?
d. Apakah pengarang dapat Menunda proses penulisan ide dan
menunda dalam menuliskan ide? gagasan, setelah terlebih dahulu
menuliskan sinopsis dan kerangka
cerita (outline).
e. Apa saja hambatan-hambatan Sulitnya menemukan peristiwa yang
dalam menuliskan cerpen aktual dalam menemukan ide dan
Maryam? gagasan cerita. Apalagi dikaitkan
dengan penggunaan bahasa daerah
yang menjadi tuntutan para tokoh.
Hambatan lainnya berupa terbatasnya
waktu untuk menulis, karena banyak
kesibukan yang dilakukan.
f. Apakah Anda pernah merasa Tidak bisa dipungkiri, sebagai manusia
jenuh dalam menuliskan ide? biasa pengarang memang tak lepas dari
kata jenuh.
4. Editing tulisan a. Apakah setelah tulisan selesai, Pengarang tidak langsung mengedit
Anda langsung melakukan tulisan. Akan tetapi menyimpannya
pengeditan? sampai pada waktu yang tidak
ditentukan.
b. Apakah revisi selalu ada dalam Tentu. Sebab, revisi merupakan proses
suatu karya sastra? terakhir yang dilakukan pengarang
c. Apakah dalam tahap revisi, Anda Pada tahap revisi, pengarang bisa saja
dapat mengganti jalan cerita? mengganti jalan cerita dengan cara
menghapusan paragraf dan mengganti
alur cerita.
PEMBAHASAN dalam cerpen ini terlihat perasaan atau
Melalui cerpen ini dapat dilihat ekspresi pengarang, mulai dari perasaan
bagaimana gambaran ekspresi pengarang bosan, bingung, gelisah, takut, kecewa,
pada saat menciptakan karya sastra. Di sedih, sabar, tak peduli, dan kasih sayang.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 138


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Ketakutan itu terus saja merasuki
analisis data berikut: tubuh Maryam. Apalagi saat Angku
a. Takut Gadang Mulai berniat jahat. Seperti pada
Takut merupakan perasaan yang kutipan di bawah ini:
sangat mendorong individu untuk “Malu, Pak!”.
menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin “Tidak ada yang melihat!
menghindari kontak dengan hal itu. Rasa Ayolah….!”
takut yang lain merupakan kelainan “Ah, jangan!”
kejiwaan adalah kecemasan (anaxiety) “Tak ada yang melihat!”
yaitu rasa takut yang tidak jelas “Tolong, Pak! Jangan!”
sasarannya sehingga menimbulkan “Ayolah!”
kecemasan terus-menerus. “Aku tak mau!”
Perasaan takut merupakan salah (Halaman 62)
satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, Dari kutipan dialog di atas,
kesedihan, dan kemarahan. Perasaan takut ketakutan Maryam digambarkan
suatu mekanisme pertahanan hidup dasar pengarang dengan adanya penolakan dari
yang terjadi sebagai respon terhadap suatu Maryam terhadap perbuatan Angku
stimulus tertentu. Gadang. Lekaki itu mencoba memaksa
Perasaan takut yang digambarkan Maryam sengan perbuatan yang tidak
pengarang pada tokoh Maryam, dialami sopan. Hal ini menimbulkan rasa takut
tokoh dengan rasa menggigil, yakni bagi tokoh, sehingga ia menolaknya
ketakutannya terhadap mertuanya yang dengan secara tegas. Namun, tindakan
berusaha merayunya. Rasa takut ini nakal Angku Gadang menimbulkan rasa
bergejolak dalam tubuh Maryam. Seperti takut yang lebih hebat lagi. Seperti pada
pada kutipan di bawah ini: kutipan berikut:
Menggigil tubuh Maryam Angku Gadang semakin lama
mendengar perkataan Angku semakin nakal. Maryam berusaha
Gadang, apalagi ketika tangan menjauh, melompati parit,
Angku Gadang menyentuh kemudian pura-pura menyabit
bahunya. Tidak disangkanya, laki- rumput di pinggir jalan besar.
laki yang selama ini menjadi Dengan demikian, jika Angku
mertua yang ia hormati, bahkan Gadang terus mendekatinya atau
telah dianggapnya seperti orangtua berniat melakukan sesuatu, ia akan
kandungnya sendiri, kini berani mudah menjerit dan berlari sejauh
terang-terangan mengajaknya mungkin ke ladang penduduk
untuk kawin. (Halaman 61) kampung terdekat. (Halaman 62)
Pada kutipan di atas jelas Dari kutipan dialog di atas,
tergambar ketakutan yang sedang dialami pengarang menggambarkan persaan takut
oleh tokoh Maryam. Ketakutan tokoh melalui tindakan Maryam yang mencoba
digambarkan saat bahunya terasa menghindar. Tokoh memilih untuk
menggigil. Rasa takut yang dialami tokoh menjauhi Angku Gadang, berusaha
Maryam yakni berupa kekhawatiran akan menghindar dengan melompati parit,
ancaman hal-hal buruk yang akan kemudian pura-pura menyabit rumput di
dilakukan oleh mertuanya. Sebelumnya, pinggir jalan besar, dengan harapan
Angku Gadang hanya melontarkan kendaraan yang berlalu lalang dan
rayuan pada Maryam, tetapi kali ini ia penduduk kampung.
berani menyentuh bahunya. Tokoh Maryam berhasil meredam
Sebagai mertua, memang patut rasa takutnya dengan memanfaatkan
untuk menyayangi menantunya lingkungan sekitar. Tetapi, Angku
(Maryam). Akan tetapi, rasa sayang yang Gadang yang semakin kesal dengan sikap
dirasakan Angku Gadang sangatlah Maryam semakin menjadi-jadi, terlihat
berlebihan. Bahkan, Angku Gadang telah pada dialog berikut:
jatuh cinta dan ingin menikahi Gemetar Maryam mendengar
menantunya sendiri. Sehingga, ucapan Angku gadang. Sekian
memunculkan ancaman bagi Maryam. detik tubuhnya mengigil, wajah
Hal inilah yang membuat Tokoh Maryam memucat, bagai tak ada darah
merasa takut dengan sosok Angku mengairi urat nadinya.
Gadang. Tenggorkannya seperti dicekik
puluhan makhluk. (Halaman 67)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 139


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
Ketakutan tokoh digambarkan Sosok Maryam memang tipe wanita yang
pengarang dengan rasa gemetar yang menerima takdirnya. Namun, takdir yang
dirasakannya saat mendengar perkataan ia lalui menimbulkan rasa penyesalan
dari Angku Gadang. Ketakutan tokoh yang panjang sehingga menimbulkan
semakin bertambah saat tubuhnya mulai amarah bagi dirinya sendiri, juga terhadap
menggigil dan wajahnya memucat bagai orang tuanya.
tak ada darah mengaliri nadinya. Rasa Perasaan marah lainnya juga
takut yang dialami tokoh Maryam berupa dialami tokoh dengan sebab yang
rasa kekhawatiran dalam dirinya yang berbeda. Tokoh menunjukkan rasa
dikeluarkan lewat ekpresi tubuh, yakni marahnya dengan adanya penolakan dan
gemetar, mengigil, dan pucat. penegasan. Seperti pada kutipan berikut:
b. Marah “Aku tidak mau kawin,
Marah merupakan emosi dasar Pak!”
yang dialami oleh semua manusia. “Harus Maryam, kau
Biasanya disebabkan oleh perasaan tidak harus mau.”
senang yang terjadi karena merasa “Tidak!”
tersakiti, tidak dihargai, berbeda “Kalau kau tidak mau,
pandangan, atau ketika menghadapi kembalikan tanah
halangan untuk mencapai tujuan. anakku!”
Perubahan dalam diri atau emosi yang “Tidak, aku tidak mau!”
dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam (Halaman 67)
demi menghilangkan gemuruh di dalam
dada. Adanya penolakan yang dialami
Reaksi emosional akut tersebut tokoh, merupakan ekspersi perasaan
ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang marah yang digambarkan pengarang
merangsang, termasuk ancaman, agresi lewat kekesalan. Dalam hal ini, tokoh
lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, Maryam memberikan penegasan
kekecewaan, atau frustrasi, dan dicirikan berulang-ulang bahwa ia tidak mau
oleh reaksi kuat pada sistem syaraf kawin. Bahkan, saat Angku Gadang
otonomik. Sumber utama dari kemarahan memberikan ancaman, tokoh tetap
adalah hal-hal yang mengganggu aktifitas memberi penegasan “tidak mau”. Dari
umtuk mencapai tujuannya. Dengan sini dapat terlihat penegasan dan
demikian, ketegangan yang terjadi dalam penolakan merupakan rasa marah dari
aktivitas itu tidak mereda, bahkan tokoh Maryam.
bertambah untuk menyalurkan Perasaan marah tokoh semakin
ketegangan-ketegangan itu, individu yang meningkat, hal ini digambarkan ketika
bersangkutan menjadi marah, karena tokoh melawan dengan tindakan keras,
tujuannya tidak tercapai. yakni menghujamkan pisau ke tubuh
Pada cerpen Maryam karya Afrion, Angku Gadang. Seperti pada kutipan
kemarahan tokoh Maryam berubah berikut:
menjadi perasaan dendam. Adanya Maryam hampir terjatuh ketika
pemaksaan yang menimbulkan amarah Angku Gadang menarik kedua
yang tertahan, menyebabkan tokoh kakinya, namun secepat itu ia
menjadi dendam, terlihat pada kutipan menghujamkan pisau deres hingga
berikut: melukai wajah lelaki durjana itu.
Tubuh perempuan yang berdiri di (Halaman 67)
hadapannya itu, seakan diliputi Rasa marah yang pada tokoh
dendam yang panjang. Sebenarnya Maryam digambarkan dengan
kalau tidak karena paksaan orang tindakannya terhadap Angku Gadang.
tua, Maryam tidak mau kawin Tokoh berusaha melawan dengan
diusia muda. (Halaman 65) menghujamkan pisau deres hingga
Kemarahan yang timbul oleh tokoh melukai wajah Angku Gadang. Rasa
Maryam ditandai dengan adanya rasa marah ini muncul akibat perbuatan Angku
dendam yang panjang di hatinya. Rasa Gadang yang terus menerus memaksanya.
dendam itu bermula dari sebuah Maka, tokoh tidak lagi menunjukkan
penyesalan atas menikah diusia muda. amarahnya dengan perkataan melainkan
Menikah diusia muda membuat tokoh dengan perbuatan.
gamang untuk bertindak, sehingga ia Tindakan yang ditimbulkan tokoh,
tidak dapat menikmati masa mudanya. memberikan kekesalan terhadap Angku

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 140


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
Gadang. Angku Gadang pun mulai lupa rendah diri, iri hati, takut
terhadap sikapnya, sehingga ia semakin ketidakdewasaan, dan kekecewaan. Sedih
nakal terhadap Maryam. Inilah yang adalah emosi yang dapat berakhir
membuat kemarahan Maryam menjadi menyebabkan kepedihan, tergantung style
memuncak yang tergambar pada kutipan masing-masing orang, orang. Dapat pula
berikut: mengembangkan naluri negatif (balas
Seterusnya, ketika Angku Gadang dendam, amarah).
mulai nakal, Maryam menggeliat Pada cerpen Maryam karya Afrion tokoh
menghentakkan tubuhnya. Maka Maryam mengalami kesedihan-kesedihan
lepaslah ia dari pelukan laki-laki dalam dirinya dengan reaksi emosional
itu. Menghindar, berlari menjauhi. yang berbeda. Kesedihan ini tergambar
Angku Gadang mengejar, namun ketika tokoh pada cerpen merasa dirinya
dengan cepat Maryam menarik terkekang oleh suaminya sendiri. Hal ini
parang dari pinggangnya. Begitu tergambar pada kutipan berikut:
Angku Gadang mendekat, Bukan main gundah perasaannya,
diayunkannya parang sampai kadang harus berdiam diri seharian
mengenai tangan lelaki itu. Hilang di rumah. Hal itu membuat dirinya
pikiran Maryam, pandangannya terkungkung. Maka itu, setiap hari
gelap. (Halaman 68) menjelang siang, Maryam pergi ke
Dari kutipan di atas, pengarang ladang mengantarkan makanan
menggambarkan perasaan marah yang untuk suami. Sesekali ia ikut
sedang dialami tokoh tersebut. Perasaan menderes getah sambil
marah yang digambarkan pada tokoh mengumpulkan kayu bakar untuk
Maryam yakni saat ia membunuh Angku di bawa pulang. (Halaman 65)
Gadang. Maryam mengayunkannya Pada kutipan diatas, tergambar
parang sampai mengenai tangan lelaki itu. kesedihan yang dialami tokoh. Kesedihan
Pikirannya hilang kendali dan yang dialami dicerminkan pengarang saat
pandangannya gelap. Kemarahan yang dirinya merasakan kegundahan yang
dialami sosok Maryam disebabkan tinggi dan berdiam diri di rumah yang
kebenciaannya terhadap Angku Gadang mengakibatkan dirinya merasa tertekan
yang terus bersikap buruk padanya, batin. Konflik batin dalam diri Maryam
sehingga menimbulkan amarah yang memang membuat dirinya sangat
besar. terpukul, sehingga ia memilih menghibur
c. Sedih dirinya sendiri dengan pergi ke ladang
Sedih atau kesedihan merupakan mengantarkan makanan untuk suami.
perasaan manusia yang menyatakan Sesekali ia juga ikut menderes getah
kecewa atau frustrasi terhadap seseorang sambil mengumpulkan kayu bakar untuk
atau sesuatu. Kesedihan dapat di bawa pulang guna mencegah kesedihan
menyebabkan reaksi fisik seperti dan rasa tertekan dalam dirinya.
menangis, sulit tidur, nafsu makan yang Perasaan sedih lainnya
buruk, dan juga reaksi emosional, seperti digambarkan pengarang dengan
penyesalan. Kesedihan dapat disebabkan ketabahan dalam diri tokoh. Seperti pada
oleh kehilangan sesuatu atau seseorang kutipan berikut:
yang memiliki banyak nilai atau kelebihan Tidak terbayang olehnya akan
kebosanan. bekerja separuh waktu, seharian
Emosi ini dapat meningkat jika mengerjakan ladang, membuka
penderita kesedihan datang untuk percaya hutan liar dan menanam bibit
ia bisa melakukan sesuatu untuk pohon karet yang baru. Padahal
mengembalikan atau mencegah kerugian, dulu ketika suaminya masih hidup,
bahkan jika ini merupakan sesuatu untuk ia paling hanya sekali ikut. Itupun
dilakukan dalam praktek tidak mungkin jika banyak peralatan yang akan
untuk mencapai, dan independen dari dibawa. Kerjanya hanya
kehendak sedih. menyiapkan makanan atau
Kesedihan pada umumnya menyelupkan kaki ke parit kecil
digambarkan sebagai sesuatu yang pahit, sambil membersihkan sampah yang
rasa sakit, perasaan tidak mampu, atau menyumbat aliran. (Halaman 66)
sebagai sesuatu yang gelap (gelap). Perasaan sedih yang dialami tokoh
Kesedihan merupakan hasil dari emosi Maryam, pengarang menggambarkannya
seperti keegoisan, ketidaknyamanan, melalui ketabahan tokoh yang bekerja

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 141


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
separuh waktu mengerjakan ladang. terjadi perbedaaan sehingga tak tahu apa
Artinya, semenjak suaminya meninggal yang harus ia putuskan. Rasa bingung
tokoh Maryam harus bekerja keras dari didasari adanya kecemasan, ketegangan,
pagi hingga sore di ladang. Disaat ia rasa tidak aman dan kekawatiran yang
harus memanggul nasib sendirian, ia timbul karena dirasakan terjadi sesuatu
merasa bersedih. Sebab, saat suaminya yang tidak menyenangkan, tetapi
masih hidup ia hanya sekali ikut ke sumbernya sebagian besar tidak diketahui
ladang. Itupun jika banyak peralatan yang dan berasal dari dalam. Saat bingung,
akan dibawa, Maryam hanya menyiapkan dapat juga timbul rasa gelisah, ketidak
makanan. Walaupun tokoh Maryam tentuan, atau takut dari kenyataan dan
dibentuk dengan sikap pekerja keras, persepsi ancaman sumber aktual yang
tetapi pengarang juga menggambarkan tidak diketahui atau dikenal.
kesedihan Maryam dengan mengingat- Dalam cerpen Maryam karya
ingat masa lalunya yakni sebelum Afrion, pengarang menggambarkan
suaminya meninggal. perasaan bingung yang dialami tokoh saat
d. Gelisah ia gegabah dan berbuat dosa. Seperti pada
Perasaan gelisah merupakan hal kutipan di bawah ini:
yang menggambarkan seseorang tidak Maryam terduduk lemas, bersandar
tentram hati maupun perbuatannya, di batang pohon karet. Pikirannya
merasa khawatir, tidak tenang dalam menerawang jauh. Antara perasaan
tingkah lakunya, tidak sabar ataupun bersalah dan dosanya menghujam
dalam kecemasan. Kegelisahan parang ke tubuh Angku Gadang,
ditimbulkan oleh suatu rasa ketidakpastian sudah matikah ia? (Halaman 68)
yang sedang dijalani. Perasaan bingung yang
Dalam cerpen Maryam karya digambarkan pengarang pada tokoh
Afrion, pengarang menggambarkan Maryam meliputi rasa bersalahnya yang
perasaan gelisah yang dialami tokoh saat telah gegabah melakukan sesuatu, yakni
ia gegabah dan berbuat dosa yaitu membunuh Angku Gadang. Tokoh
membunuh Angku Gadang. Seperti pada Maryam merasa tidak tentram hatinya
kutipan berikut: juga tidak mengetahui yang harus ia
Sekian lama ia menatap tubuh lakukan. Hal ini tergambar saat ia
bersimbah darah itu, semakin tak terduduk lemas bersandar di batang pohon
menentu pikirannya. Maryam karet dengan pikiran “ling-lung”
berteriak sekuat tenaga, memanggil menerawang jauh. Perasaan bingung
Nek Suti, memanggil orang-orang disebabkan rasa gelisah pada tokoh yang
kampung. Tapi tak satupun orang muncul di dalam benaknya antara
datang dan mendengar jeritannya. perasaan bersalah dan berdosa sebab telah
Terus ia berteriak, sampai serak menghujamkan parang ke tubuh Angku
suaranya, sampai ia lemas tak Gadang. Rasa bingung tokoh digambarkan
berdaya. (Halaman 68) pengarang dengan emosi gelisah yang
Perasaan gelisah yang digambarkan memuncak, yakni bertanya pada dirinya
pengarang pada tokoh Maryam saat tokoh sendiri “Sudah matikah ia?”
tak menentu pikirannya lalu berteriak f. Jengkel
sekuat tenaga memanggil Nek Suti dan Jengkel merupakan rasa kesal
memanggil orang-orang kampung. Lalu, yang mengendap dalam hati. Baru sekedar
tokoh Maryam melanjutkan teriakannya omongan, belum diwujudkan dalam
sampai serak suaranya, sampai ia lemas tindakan dan masih disimpan dalam hati.
tak berdaya. Kegelisahan tokoh Maryam Bila rasa jengkel itu sudah memuncak.
digambarkan pengarang akibat Maka, bentuk emosi yang di dalamnya
kecemasaannya terhadap tubuh Angku meliputi hina, jijik, muak, mual, benci,
Gadang sudah tak bernyawa (meninggal). tidak suka dan mau muntah. Berubahlah
Kegelisahan tokoh yang berteriak sekuat menjadi rasa marah.
tenaga merupakan salah satu rasa gelisah Dalam cerpen Maryam karya
karena tidak tahu akan berbuat apa, Afrion, pengarang menggambarkan
sehingga ia mencapai rasa “panik” yang perasaan jengkel yang dialami tokoh saat
tinggi. mertuanya berusaha merayunya. Seperti
e. Bingung pada kutipan di bawah ini:
Bingung merupakan suatu keadaan Kalau bukan karena mertua,
di mana antara keinginan dan pikiran sudah diludahinya muka

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 142


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
Angku Gadang. Tapi sayang Maryam digambarkan dengan
untunglah ia segera sadar, sumpahnya tidak akan menikah lagi.
menghadapi laki-laki seperti Padahal, diusianya yang masih muda
itu, harus pandai memutar memungkinkan dirinya untuk menikah,
haluan. Tidak melawan juga tetapi tokoh Maryam berusaha setia dan
tidak memberi harapan. tidak menghianati cinta suaminya yang
Nafsu laki-laki dibendung telah meninggal.
akan semakin berontak. h. Tak Peduli
(Halaman 63) Sikap tak peduli merupakan sikap
Sikap jengkel yang digambarkan menyatakan tidak senang hati,
pengarang pada tokoh Maryam, yakni saat menyatakan “terserahlah” tidak ikut
ia merasa jijik dengan sikap mertuanya. memikirkan perkara orang lain. Sikap
Terbesit dalam benaknya akan meludahi tidak peduli apa-apa dan tidak
wajah Angku Gadang. Tapi, Maryam memperhatikan sama sekali. Pada cerpen
segera sadar menghadapi laki-laki seperti Maryam karya Afrion, pengarang
itu harus pandai memutar haluan. Tidak menggambarkan perasaan tak peduli pada
melawan juga tidak memberi harapan. tokoh Maryam dengan sikap tokoh yang
Maka, tokoh hanya menyimpan perasaan dingin. Seperti pada kutipan di bawah ini:
benci dalam hatinya. “Jangan sembarangan menerima
g. Cinta dan Kasih Sayang orang! Apalagi yang namanya laki-
Kasih sayang merupakan suatu laki, tidak baik dilihat tetangga!
sikap saling menghormati dan mengasihi Laki-laki kalau dikasih hati, makin
semua ciptaan Tuhan baik mahluk hidup lama makin melonjak,” ujar Nek
maupun benda mati seperti menyayangi Suti menasehati.
diri sendiri berlandaskan hati nurani yang “Mereka saja yang mata keranjang,
luhur. Kasih sayang merupakan bagian Nek,” jawab Maryam datar.
dari rasa cinta begitu penting, bahkan (Halaman 64)
manusia merasa kekeringan dalam hidup Dari kutipan di atas pengarang
jika tanpa kasih sayang dengan manusia menggambarkan sikap tidak peduli
lainnya. Semua orang pasti ingin dicintai melalui sikap tokoh Maryam yang “cuek”
dan dikasihi secara sosial, dari bayi saat dinasehati oleh Nek Suti. Tokoh
sampai lanjut usia semua membutuhkan Maryam seolah tidak memperdulikan apa
cinta dan kasih sayang. Makna kasih yang terjadi pada dirinya kelak dan tidak
sayang yang antarsosial merupakan cara mau memikirkan dampaknya.
memberi, peduli dan mempertahankan. Ketidakpedulian tokoh menyebabkan ia
Pada cerpen Maryam karya tidak mau mengoreksi dirinya sendiri.
Afrion, pengarang menggambarkan Sikap tak peduli lainnya
perasaan cinta dan kasih sayang pada digambarkan pengarang dengan perkataan
tokoh Maryam lewat kesetiannya terhadap tokoh yang tidak tertarik dengan sosok
suaminya. Seperti pada kutipan di bawah Angku Gadang. Seperti pada kutipan
ini: berikut:
“Aku telah bersumpah, “Aku tidak punya anak lagi,
Nek.” Maryam. Aku punya tanah yang
“Sumpah apa?” banyak dan aku ingin
“Sumpah tidak mau kawin mewariskannya untuk
lagi.” keturunanku, untukmu juga.”
“Benar kau tidak akan “Masih banyak perempuan lain,
kawin lagi?” Pak! Kenapa harus saya!”
“Benar.” (Halaman 66)
“Kenapa?” Dari kutipan di atas, ketidak
“Aku lebih tenang sendiri, pedulian tokoh digambarkan dengan rasa
lebih bebas.”
“Kau kan masih muda.” tidak suka dan pengalihan. Tokoh Maryam
“Kawin tidak menjadikan menolak rayuan Angku Gadang dengan
aku bisa sebebas sekarang sikap yang dingin tanpa memperdulikan
ini.” perasaan Angku Gadang.
“Sampai kapan?”
“Sampai kapan pun.” i. Sabar
(Halaman 64-65) Sabar berarti sikap tahan menerima
Dari kutipan di atas pengarang sesuatu penderitaan, tidak lekas marah,
menggambarkan rasa cinta dan kasih tidak lekas patah hati, tidak lekas putus
sayang pada tokoh Maryam melalui sikap asa. Perasaan sabar merupakan keadaan di
kesetiaan Maryam pada suaminya. Rasa mana seseorang tahan menghadapi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 143


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
cobaan. Sikap sabar harus melaksanakan mengolah ide, menuliskan ide, dan editing
tugas, tindakan atau kewajiban dengan tulisan.
ikhlas, tidak menggerutu atau mengeluh Berikut akan diuraikan proses
saat menghadapi kesulitan dalam kreatif Afrion dalam menciptakan cerpen
menghadapi tugas. Perbuatan dapat Maryam.
dilaksanakan dengan baik dan 1. Mencari Ide
memperoleh hasil yang cukup baik, Menulis cerita dengan sumber ide
namun apabila perbuatan diiringi dengan dari benda-benda di sekeliling kita dan
keluh kesah saat melaksanakannya. Maka menulis cerita dengan bahan dan sumber
itu belum termasuk sabar, terutama dalam ide dari peristiwa yang terjadi di sekeliling
hal beribadah. kita.
Pada cerpen Maryam karya Afrion, Adapun jawaban pengarang atas
pengarang menggambarkan sikap sabar pertanyaan yang berkaitan dengan proses
pada tokoh Maryam melalui kegigihannya kreatif pada cerpen Maryam karya Afrion,
dalam bekerja keras untuk mencari uang. yaitu:
Seperti pada kutipan di bawah ini: a. Munculnya Ide cerpen Maryam
Meneruskan kerja suami bukan Ide cerita muncul dalam pikiran
pilihan mudah bagi Maryam, kalau pengarang, setelah melihat kegigihan dan
ia tidak mau mati kelaparan dengan keuletan seorang perempuan. Setiap hari
wajah keriput dan tubuh kurus dari pagi hingga siang, perempuan itu
kering. Ia harus bekerja keras bekerja sendiri di tengah perkebunan
mencari nafkah menyambung pohon karet yang luas dan sepi. Tidak
hidupnya. Ditinggal suami mati pernah takut pada ancaman binatang buas,
muda, hal yang tidak pernah maupun tindak kejahatan manusia. Tekad
disangka-sangka begitu cepat. perempuan itu hanya bekerja
Bekerjalah ia memaksakan diri, semampunya, bekerja menderes getah
mengurus pohon karet peninggalan karet, mencari makan untuk
suami. Sebagaimana kebanyakan mempertahankan keberlangsungan
perempuan di kampung itu, terbiasa kehidupan.
membantu suami mengurus ladang- b. Lahirnya Ide Cerpen Maryam
ladang mereka. Meskipun hanya Ide lahir dari sentuhan perasaan,
mengerjakan pekerjaan sesuai merasa sedih, kasihan, dan prihatian,
dengan kemampuan tenaga, melihat sosok perempuan bekerja
selebihnya, mereka akan mengurus sendirian di tengah tanaman perkebunan
anak dan mengatur rumah tangga. karet PTP III. Tangannya yang lincah dan
(Halaman 60) ulet, menderes batang-batang pohon karet,
Pada kutipan di atas pengarang menampung cairan getah di semangkuk
menggambarkan sikap sabar pada tokoh tempurung kelapa.
dengan kegigihannya bekerja keras. Di desa gunung Malintang, kecamatan
Pekerjaan yang tidak mudah dikerjakan Pangkalan Koto Baru, kabupaten
sendiri oleh Maryam, tetapi ia menekuni Limapuluh Kota, provinsi Sumatera Barat.
pekerjaannya semampunya. Sebagaimana Setelah suami meninggal dunia karena
kebanyakan perempan di kampungnya, penyakit paru-paru kronis, perempuan itu
Maryam termasuk orang yang sabar memilih hidup sendirian. Menjadi pekerja
menerukan kerja suami. di perkebunan menderes getah karet
Analisis Data Proses Kreatif Cerpen untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
Maryam hari.
Wellek dan Warren (1993:97) c. Mencari dan Mengembangkan Ide
mengatakan proses kreatif meliputi pada Cerpen Maryam
seluruh tahapan, mulai dorongan bawah Pengolahan dan pendalaman ide
sadar yang melahirkan karya sastra sampai meliputi adat istiadat, bahasa, dan budaya
pada perbaikan terakhir yang dilakukan masyarakat Minang. Pekerjaan dan
pengarang. Bagi sejumlah pengarang, kebiasaan hidup masyarakat, khususnya
justru bagian akhir ini merupakan tahapan keberadaan perempuan Minang dalam
yang paling kreatif. masyarakat adat Minangkabau.
Berdasarkan pendapat Kurniawan Perempuan sebagai lambang kehormatan
(2009:172) ada empat tahapan berkaitan dan kemuliaan, memiliki kepribadian
dengan proses kreatif, yaitu: mencari ide, sebagai contoh yang patut diteladan bagi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 144


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
masyarakatnya, bagi kaumnya, dan bagi pengarang untuk bisa mendeskripsikan
rumah tangganya. cerita secara detail. Termasuk juga
d. Referensi Lahirnya Suatu Ide mengikuti setiap acara-acara adat yang
Ide cerita bisa saja dapat seketika, dilakukan masyarakat desa Pangkalan
datang secara tiba-tiba, karena adanya Koto Baru. Mencatat segala sesuatu yang
sentuhan pandangan, penglihatan, memungkinkan bisa dimasukkan ke dalam
pendengaran, dan rasa dalam kalbu. cerita pendek.
Sedangkan Ide cerpen Maryam karya g. Pengaruh Benda-Benda atau
Afrion, muncul dari keinginan pengarang Peristiwa dalam Karya Sastra
menuliskan kisah kehidupan seorang Munculnya ide dalam membuat
perempuan penderes getah karet. Ide cerpen ini, memang dari melihat sosok
untuk menulis muncul begitu saja, karena perempuan penderes getah pohon karet
rasa kasihan, rasa prihatin melihat tersebut. Melihat benda-benda yang
kegigihan perempuan yang bertahan hidup digunakan, seperti pisau deres dan parang
di tengah kemiskinan dan penderitaan. yang terselip di pinggang. Melihat cangkul
Dari keinginan yang muncul secara tiba- di pikulan dan melihat sandal jepit yang
tiba itu, pengarang mulai mencari dipakai. Kesemua benda-benda yang
referensi tentang keberadaan dan dilihat itu menimbulkan inspirasi dalam
kedudukan perempuan dalam adat budaya pikiran pengarang.
masyarakat Minang melalui buku-buku Dari melihat benda, imajinasi saya
bacaan, media massa koran, majalah, dan berkembang membayangkan hal-hal yang
internet. menakutkan, sekaligus mengerikan.
e. Masa Pra-penulisan Peristiwa-peristiwa pembunuhan yang
Dalam hal penentuan latar cerita, selalu dialami perempuan, terjadi
berupa wilayah geografis tempat dimana ditempat-tempat sepi, jauh dari
terjadinya peristiwa, pengarang lingkungan masyarakat dan rumah-rumah
menetapkan tokoh utamanya dengan nama penduduk.
panggilan Maryam. Sedangkan untuk 2. Menuliskan Ide
tokoh penentang dengan nama panggilan Adapun jawaban pengarang atas
Angku Gadang dan tokoh penengah atau pertanyaan yang berkaitan dengan proses
pelerai dengan nama panggilan Nek Suti. kreatif pada cerpen Maryam karya Afrion,
Penetapan nama-nama tokoh, disesuaikan yaitu:
dengan wilayah kehidupan dan adat a. Ketika Mulai Menulis Cerpen
budaya masyarakat Minang. Maryam
f. Penelusuran Tempat Tertentu Pengarang biasanya memulainya
dalam Mencari Ide dari pengenalan kehidupan tokoh utama
Ketika menceritakan latar waktu, (protagonis), mendeskripsikan suasana
suasana, dan tempat terjadinya peristiwa, dan keadaan lingkungan tempat tokoh
memang pengarang perlu mendatangi utama tinggal, mendeskripsikan suasana
tempat-tempat tertentu. Mencatat setiap dan keadaan tempat tokoh utama bekerja
benda-benda yang ditemui, menelusuri menderes getah pohon karet.
jalan setapak, bukit, parit yang Mendeskripsikan masalah-masalah yang
mengalirkan air, sampai ke tepian sungai. dihadapi tokoh utama hingga munculnya
Menelusuri deretan batang pohon karet, konflik.
tanah perbukitan, dan lingkungan b. Pengolahan Ide Bersumber dari
masyarakat di sekitar perkebunan karet, Pengalaman Nyata dan Daya
seperti pada kutipan berikut: Imajinasi
Begitu Maryam melihat Nek Suti Mengolah ide cerpen Maryam,
melewati jalan setapak, Maryam pengarang memperolehnya dari
pura-pura batuk. Diraihnya termos pengalaman nyata, melihat kehidupan
minuman yang terselip di seorang perempuan menderes getah karet
pinggang. Pelan kakinya di desa (nagari) gunung Malintang,
menelusuri jalan mendekati Nek kecematan Pangkalan Koto Baru,
suti, memanggilnya dengan kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi
mengacungkan parang. Nek Suti Sumatera Barat.
berdiri menunggu Maryam. c. Waktu yang Dibutuhkan dalam
(Halaman 63) Membuat Cerpen Maryam
Penelusuran tempat dan wilayah Mengolah ide cerita, mulai dari
sebagai latar cerita, penting bagi awal proses penulisan sampai pada proses

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 145


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
revisi (editing) cerpen Maryam, pengarang menemukan masalah baru dengan konflik
membutuhkan waktu selama tiga bulan. yang sama sekali baru.
Dalam proses penulisan cerita, pengarang 3. Editing Tulisan
menulisnya secara bertahap sesuai dengan a. Melakukan Pengeditan Setelah
keadaan dan ketersediaan waktu Tulisan Selesai
pengarang untuk melanjutkan proses Ketika cerita sudah berakhir sampai
penulisan cerita. kepada penyelesaian dan kesimpulan,
Dalam mengolah ide cerita, pengarang tidak langsung mengedit
pengarang menetapkan waktu seminggu. tulisan. Akan tetapi menyimpannya
Ide cerita direnungkan terlebih dahulu, sampai pada waktu yang tidak ditentukan.
kemudian melakukan pengembangan Sudah menjadi kebiasaan pengarang
imajinasi yang memungkinkan munculnya melakukan pengendapan tulisan dengan
peristiwa dan tokoh-tokoh cerita. Ketika menyimpannya di tempat khusus. Proses
mulai menuliskan ide dan gagasan cerita, pengendapan cerita dilakukan untuk
pengarang menetapkan waktu satu bulan. menetralisir pikiran dan imajinasi
Setelah selesai penulisan, pengarang pengarang, menjauhi bayangan-bayangan
melakukan penyimpanan atau para tokoh yang terdapat dalam cerita
pengendapan cerita selama satu bulan, dan pendek.
melakukan proses editing selama tiga Selama kurun waktu tiga bulan
minggu. proses penulisan cerita ini pengarang
d. Penundaan dalam Menuliskan Ide melakukan revisi dengan mengedit cerita
Menunda proses penulisan ide, meliputi gaya bahasa, pilihan kata, dan
hakikatnya bisa membuat semua ide dan alur cerita.
gagasan menjadi hilang. Tetapi dalam b. Tahap Revisi dalam Karya Sastra
proses penulisan cerita Maryam, Revisi merupakan proses terakhir
pengarang menunda proses penulisan ide yang dilakukan pengarang, ketika
dan gagasan, setelah terlebih dahulu menciptakan karya sastra. Dalam kurun
menuliskan sinopsis dan kerangka cerita waktu tiga bulan, cerita pendek Maryam
(outline). Karena dari sinopsis dan karya Afrion, telah melakukan revisi cerita
kerangka cerita itulah, pengarang tetap sebanyak lima kali. Karya disimpan dan
bisa melanjutkan proses penulisan cerita, diendapkan lagi, lalu dibaca kembali.
tanpa takut kehilangan ide dan gagasan. Setiapkali dibaca, selalu ditemukan
Bahkan dalam proses melanjutkan kesalahan pemakaian huruf, kata, kalimat,
penulisan cerita, pengarang mendapatkan dan kesinambungan alur pada setiap
ide-ide baru yang tidak pernah terpikirkan paragrafnya.
sebelumnya. c. Mengganti Jalan Cerita dalam
e. Hambatan-Hambatan dalam Tahap Revisi
Menulis Cerpen Maryam Pada tahap revisi, pengarang bisa
Terkadang dalam menulis memang saja mengganti jalan cerita dengan cara
memiliki hambatan, misalnya sulitnya menghapusan paragraf, dan mengganti
menemukan peristiwa yang aktual dalam alur cerita. Biasanya penggantian jalan
menemukan ide dan gagasan cerita. cerita disebabkan munculnya ide-ide baru
Apalagi dikaitkan dengan penggunaan dari sebab akibat pengembangan imajinasi
bahasa daerah yang menjadi tuntutan para pengarang.
tokoh. Hambatan lainnya berupa Dalam cerita pendek Maryam,
terbatasnya waktu untuk menulis, karena pengarang melakukan penggantian jalan
banyak kesibukan yang dilakukan. Seperti cerita. Tokoh utama (Maryam) yang
mengadakan riset dan penelitian dalam hal seharusnya pasrah menerima perlakuan
pengumpulan data dan bahan-bahan cerita. tokoh penentang (Angku Gadang). Alur
f. Kejenuhan dalam Menulis Ide cerita diganti menjadi tokoh Maryam
Tidak bisa dipungkiri, sebagai menggeliat menghentakkan tubuhnya,
manusia biasa pengarang memang tak maka lepaslah ia dari pelukan Angku
lepas dari kata jenuh. Merasa jenuh Gadang. Menghindar, berlari menjauhi.
melakukan kegiatan atau aktivitas menulis Angku Gadang mengejar, namun dengan
bahwa jenuh menulis, selalu dirasakan cepat Maryam menarik parang dari
pengarang pada saat melakukan kegiatan pinggangnya. Begitu Angku Gadang
menulis dengan cerita yang sama atau mendekat, diayunkannya parang sampai
menulis cerita yang berulang-ulang secara mengenai tangan lelaki itu.
terus menerus. Pengarang tidak SIMPULAN

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 146


Sisi Rosida
Analisis Cerpen Maryam Karya Afrion dengan Pendekatan Ekspresif
Adapun yang menjadi kesimpulan Sastra. Yogyakarta: Pustaka
hasil penelitian mengenai analisis cerpen Pelajar.
Maryam karya Afrion dengan pendekatan
ekspresif ini adalah gambaran ekspresi Sardjono, Partini. 1992. Pengantar
pengarang dalam cerpen tersebut, yakni Pengkajian Sastra. Bandung:
adanya perasaan takut, marah, sedih, Pustaka Wina.
gelisah, bingung, jengkel, cinta/kasih
sayang, tak peduli dan sabar yang Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra.
digambarkan pengarang melalui narasi Bandung: Angkasa.
dan dialog tokoh pada cerpen Maryam
karya Afrion. Proses kreatif cerpen Siswanto, Dr. Wahyudi. 2011. Pengantar
Maryam dilatar belakangi saat pengarang Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
melihat sosok perempuan bekerja
sendirian di tengah perkebunan karet PTP Sugihastuti. 2011. Proses Kreatif dan
III di Desa Gunung Malintang (Koto Teori dalam Intepretasi:
Baru). Kemudian pengarang menulis Jurnalhumaniora.ugm.ac.id.
cerpen Maryam dengan menyesuaikan
wilayah kehidupan dan adat budaya Sugiyono, 2013. Metode Penelitian.
masyarakat Minang. Mencari ide, Bandung: Alfabeta.
mengolah ide, menuliskan ide, dan editing
tulisan merupakan proses-proses yang Teeuw, A. 1998. Sastra dan Ilmu Sastra.
sangat penting dalam melahirkan cerpen Jakarta: Pustaka Jaya.
Maryam.
SARAN Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian
Sehubungan dengan hasil Cerita Fiksi. Surakarta:
penelitian di atas, maka yang menjadi Universitas 11 Maret.
saran penulis dalam penelitian ini adalah
perlunya pendalaman pengetahuan dalam Wellek, Rene. 1993. Teori Kesusastraan.
bidang sastra agar hasil yang disajikan Jakarta: Gramedia.
dapat mencapai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA Wiyatmi. 2008. Pengantar kajian Sastra.
Afrion. 2016. Lelaki Bukan Pilihan. Yogyakarta: Pustaka.
Medan: Star Indonesia Group.

Ali, Mohammad dan Asrori, 2010.


Psikologi Remaja (Perkembangan
Peserta didik). Jakarta: Bumi
Aksara.
Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi
Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Med Press.
Eneste, Pamusuk. 1984. Proses Kreatif.
Jakarta: Gramedia.
Jakob, Sumardjo. 1997. Apresiasi
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak
dalam Kajian Strukturalisme,
Sosiologi, Semiotika, hingga
Penulisan Kreatif. Purwokerto:
Graha Ilmu.

Pradopo, Djoko Rachmat. 1997. Prinsip-


Prinsip Kritik Sastra. Bandung:
Gajah Mada University Press.

Ratna Kutha, Nyoman. 2004. Teori,


Metode, dan Teknik Penelitian

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 147


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

ANALISIS JENIS-JENIS METAFORA DALAM SURAT KABAR:


KAJIAN SEMANTIK

Sukma Adelina Ray


Dikbind PPs Universitas Negeri medan
adelinaray3sukma@gmail.com

Abstrak. Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari tentang


makna. Kajian semantik kemudian berkembang dengan melibatkan unsur
makna dan pengalaman manusia. Pemaknaan memegang peranan penting
bagi kajian semantik karena pemaknaan merupakan proses akhir suatu
komunikasi (aktivitas berbahasa) untuk mendapatkan kejelasan dan
kebenaran dalam menangkap informasi makna akan sesuatu hal agar
kelangsungan komunikasi tetap terjaga tanpa menimbulkan
kesalahpahaman. Metafora adalah suatu strategi untuk menyampaikan
pesan menggunakan pemakaian kata atau ungkapan lain secara implisit
dengan membandingkan suatu hal yang abstrak dengan hal konkret.
Struktur metafora utama yang utama ialah (1) topik yang dibicarakan; (2)
citra atau topic kedua; (3) titik kemiripan atau kesamaan. Hubungan
antara topik atau citra dapat bersifat objektif dan emotif. Berdasarkan
pilihan citra yang dipakai oleh pemakai bahasa dan para penulis di
berbagai bahasa, pilihan citra dapat dibedakan atas empat kelompok,
yakni (1) metafora bercitra antropomorfik, (2) metafora bercitra hewan,
(3) metafora bercitra abstrak ke konkret, (4) metafora bercitra sinestesia
atau pertukaran tanggapan/persepsi indra.

Kata Kunci: Semantik, Metafora, Surat Kabar

Abstract. Semantics is a branch of linguistics that learns about meaning.


Semantic studies then develop by involving elements of human meaning
and experience. Meaning plays an important role for semantic studies
because meaning is the final process of communication (language
activities) to get clarity and truth in capturing meaningful information
about something so that the continuity of communication is maintained
without causing misunderstandings. Metaphor is a strategy for conveying
messages using implicit words or other expressions by comparing an
abstract thing with concrete things. The main main metaphor structure is
(1) the topic being discussed; (2) second image or topic; (3) point of
similarity or similarity. The relationship between a topic or image can be
objective and emotive. Based on the choice of images used by language
users and writers in various languages, the choice of images can be
divided into four groups, namely (1) anthropomorphic imagery
metaphors, (2) animal-image metaphors, (3) abstract to concrete
metaphors, (4) metaphor with synesthesia or exchange of sensory
responses / perceptions.

Keywords: Semantic, Metaphor, Newspaper


PENDAHULUAN menandai realitas, baik abstrak maupun
Bahasa dan manusia merupakan kongkrit. Kreativitas manusia dalam
dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan penciptaan lambang tersebut
berkaitan erat satu sama lain. Hal ini menghasilkan berbagai bentuk bahasa,
disebabkan dalam kehidupan sehari-hari seperti bahasa natural (bahasa yang
manusia tidak mungkin lepas dari bahasa digunakan dalam kehidupa sehari-hari),
sebagai alat komunikasi. Tanpa bahasa bahasa artifisial (bahasa komputer), dan
manusia akan sulit untuk melakukan bahasa simbolis (bahasa matematika dan
komunikasi juga berinteraksi dengan yang logika). Salah satu kreativitas berbahasa
lainnya. Seiring dengan perkembangan manusia itu terwujud dalam metafora.
zaman, bahasa juga mengalami Kajian metafora semakin
perkembangan mengikuti perkembangan mendapatkan posisi penting karena
masyarakat penuturnya. tumbuhnya kesadaran bahwa bahasa
Manusia sebagai penutur bahasa bukan hanya sekedar cerminan realitas,
memiliki kemampuan dan kreativitas melainkan juga pembentuk realitas.
untuk menciptakan dunia lambang untuk Metafora adalah sebuah fenomena

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 148


Sukma Adelina Ray
Analisis Jenis-jenis Metafora dalam Surat Kabar: Kajian Semantik
kebahasaan yang berlaku dalam tataran untuk menyampaikan informasi kepada
semantik. Dalam kajian linguistik, masyarakat tentang apa yang ada di
semantik merupakan cabang dari ilmu sekelilingnya baik di dalam maupun luar
linguistik yang mempelajari tentang negeri, sebagai media penyampaian opini
makna. Metafora terkait dengan relasi masyarakat tentang apa yang sedang
antara satu kata dengan kata lain dalam terjadi dan sebagai media untuk jual beli
membentuk sebuah makna. Metafora dan promosi dengan cara pemasangan
dipandang sebagai bentuk bahasa yang iklan dan media pencarian kerja melalui
khas, dan bisa juga aneh karena relasi kata rubrik lowongan pekerjaan. Fungsi
dalam metafora melampaui batas relasi sekunder dari surat kabar ada beberapa
bahasa secara literal yang telah disepakati macam, seperti menjadi wadah promosi
bersama dalam komunikasi keseharian. atau mengkampanyekan proyek-proyek
Metafora ditandai dengan penggantian ciri yang bersifat sekali dalam waktu tertentu,
relasi, asosiasi, konseptualisasi, dan misalnya para calon wakil rakyat yang
analogi dalam penataan hubungannya. berkampanye menggunakan media massa
Metafora selama ini dikaitkan salah satunya koran (Effendy, 1993: 245).
dengan pengkajian bahasa puisi dan Di dalam menulis sebuah berita
bahasa sastra yang digunakan oleh biasanya jurnalis menggunakan bahasa
penulis. Hubungan antar kata bersifat kiasan atau yg lebih umum sering disebut
sugestif, tanpa kata-kata yang gaya bahasa atau majas untuk membuat
menunjukkan perbandingan secara jelas. tulisannya lebih menarik untuk dibaca.
Penggunaan metafora tidak terbatas dalam Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
bahasa sastra, melainkan juga dalam dipergunakan untuk meningkatkan efek
bahasa keseharian bahkan dalam penulisan dengan jalan memperkenalkan serta
media surat kabar. Metafora berjasa dalam memperbandingkan suatu benda atau hal
penciptaan istilah-istilah baru, seperti kaki tertentu dengan atau hal lain yang lebih
kursi, kepala pasukan, mata angin, sayap umum (Tarigan, 1985: 5). Banyak gaya
pesawat, dan sebagainya. Kata-kata bahasa khususnya majas yang digunakan
tersebut pada mulanya bekerja secara penulis atau wartawan di dalam surat
analogis. Penyangga kursi dianalogikan kabar. Gaya bahasa sebagai bagian dari
dengan kaki, pimpinan pasukan sarana penulisan kreatif, termasuk salah
dianalogikan dengan kepala, penjuru satu aspek kajian yang cukup bermanfaat
angin dianalogikan dengan mata, dan dan menarik untuk ditelaah. Salah satu
bagian pinggir sayap yang berfungsi untuk gaya bahasa yang digunakan dalam surat
menjaga keseimbangan dianalogikan kabar (Koran) ialah gaya bahasa metafora.
dengan sayap. Keraf juga sependapat dengan Pradopo
Pesatnya perkembangan teknologi (2005:40) yang menyatakan bahwa
global juga memicu penyebaran informasi metafora itu mempersamakan dua hal
yang sangat cepat. Informasi disebarkan yang sesungguhnya tidak sama tanpa
melalui banyak media, sebagai contoh mempergunakan kata pembanding yaitu
media massa dan media cetak. Bahasa seperti, bak, bagai, bagaikan dan
yang digunakan pun beragam-ragam. sebagainya.
Media massa, khususnya surat kabar Berdasarkan latar belakang di
sebagai salah satu media penyebaran atas, rumusan masalah yang akan
bahasa, memuat berbagai informasi aktual dijabarkan dalam pembahasan ini adalah
yang sedang terjadi di kalangan mendeskripsikan jenis-jenis metafora yang
masyarakat dan terbit secara periodik. terdapat dalam surat kabar Tribun Medan
Setiap surat kabar mempunyai cara Edisi Hari Senin 6 November 2017.
penulisan dan pemilihan bahasa yang Dengan tujuan untuk mengetahui
berbeda dalam berita yang ditulisnya, pendeskripsian jenis-jenis metafora yang
keragaman cara penyampain dan bahasa terdapat dalam surat kabar Tribun Medan
tiap surat kabar tersebut yang menjadikan Edisi Hari Senin 6 November 2017.
unik dan menarik untuk diteliti lebih METODE PENELITIAN
lanjut. Surat kabar yang dimaksud ialah Jenis penelitian yang digunakan
berupa Koran. dalam penelitian ini ialah penelitian
Koran mempunyai dua fungsi, kualitatif. Penelitian menggunakan
fungsi utama dan fungsi sekunder pendekatan deskriptif kualitatif. Pende-
(Effendy, 1993: 47). Fungsi utama dari katan deskriptif kualitatif digunakan
surat kabar adalah media yang digunakan karena penelitian ini berawal pada data

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 149


Sukma Adelina Ray
Analisis Jenis-jenis Metafora dalam Surat Kabar: Kajian Semantik
dan bermuarapada kesimpulan.(Moleong, Adapun kata atau frase yang
2007: 6) menyatakan bahwa data mengandung variasi makna metafora
deskriptif berupa katakatatertulis atau antropomorfik yang ada di surat kabar
lisan dari orang-orang dan perilaku yang adalah:
dapat diteliti.
Metode yang digunakan dalam “Excavator mini mengangkut
penelitian ini yaitu metode deskriptif seluruh tanah maupun berkas material dari
kualitatif.Djajasudarma (1993:8) bahu jalan”. (Tribun Medan)
menjelaskan bahawa penelitian deskriptif (b) Metafora Bercitra Hewan
bertujuan untuk membuat Adapun kata atau frase yang
menggambarkan, melukiskan, atau mengandung variasi makna metafora
memaparkan secara sistematis, akurat, dan bercitra hewan adalah:
faktual mengenai data, sifat serta “Di tempat terpisah, kelompok
berhubungan fenomena yang teliti.Melalui supporter PSMS SMeCK Hooligan, akan
penelitian ini, penulis bertujuan tetap datang ke Bekasi mendukung tim
menganalisis semantik metapora dalam kebanggaannya. Meski dilarang membawa
suarat kabar.Selain itu, metode deskriptif atribut, mereka berjanji tetap mengawal
merupakan gambaran ciri-ciri data secara Ayam Kinantan ke babak delapan besar”.
akurat sesuai dengan sifat alamiah data itu (Tribun Medan)
sendiri (Djajasudarma, 1993:16). (c) Metafora Bercitra Konkret ke Abstrak
Subyek penelitian pada penelitian Adapun kata atau frase yang
ini ialah jenis-jenis majas metafora pada mengandung variasi makna metafora
surat kabar (Koran). Dan objek pada bercitra abstrak ke konkret adalah:
penelitian ini ialah surat kabar jenis Koran “Di pertandingan pecah ke -11
Tribun Medan. Liga Premier di London Stadium, Minggu
Pada tahap pengumpulan data, hal (5/11) dini hari misalnya salah
pertama yang dilakukan peneliti adalah berkontribusi mencetak dua gold dan
mencari data dengan membaca sumber membantu “si Merah” menang 4-1 atas
data yang menggunakan teknik West Ham United”.
pengamatan cermat, yakni seleksi data (d) Metafora Bercitra Sinestesia
yang sesuai dengan klasifikasi data Adapun kata atau frase yang
menurut satuan kebahasaan. Seleksi data mengandung variasi makna metafora
disesuaikan dengan tujuan penelitian, sinestesia adalah:
sedangkan data yang tidak berhubungan “Janpiter menambahkan KKI
dengan penelitian akan diabaikan. Teknik Sumut akan terus berkontribusi utnuk
lanjut yang dilakukan adalah teknik catat mencetak karakter berpretasi untuk
atau pemberian kode untuk memudahkan membawa harum nama Sumut dan bahkan
pengecekan.Data-data yang berupa jenis- Indonesia”.
jenis majas metafora kemudian PEMBAHASAN
dikelompokkan. Kemudian, mendes- Adapun klasifikasi variasi makna
kripsikan jenis-jenis majas metafora yang dalam surat kabar beserta analisisnya
terdapat dalam Koran tersebut. adalah sebagai berikut:
Adapun langkah-langkah a) Metafora Bercitra Antropomorfik
penelitian dimulai dari: (a) penyediaan Adapun kata atau frase yang
data yang berbentuk penggalan dari artikel mengandung variasi makna metafora
yang terdapat dalam surat kabar Tribun antropomorfik yang ada di surat kabar
Medan 06 November 2017 (b) klasifikasi adalah:
data dengan menggunakan teknik catat Tabel 1. Makna Metafora Antropomorfik
dan teknik simak (c) analisis data dengan Konteks Kontek dalam Surata
Denotatif Kabar
menggunakan konsep-konsep semantik
jenis metafora (d) penyajian hasil 1a. Anton 1b. Excavator mini
penelitian dalam bentuk paper. memiliki mengangkut seluruh
HASIL PENELITIAN bahu yang tanah maupun berkas
Dari hasil pengklasifikasian data tegap karena material dari bahu jalan.
dengan menggunakan teknik simak dan rajin berolah (Tribun Medan)
catat, ditemukan beberapa petikan kalimat raga
di surat kabar yang mengandung variasi
semantik jenis metapora. Dari data 1a dan 1b kita dapat
(a) Metafora Bercitra Antropomorfik melihat bahwa ada perubahan makna kata

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 150


Sukma Adelina Ray
Analisis Jenis-jenis Metafora dalam Surat Kabar: Kajian Semantik
badan, yang semula berarti bagian tubuh dipandang mata. (5/11) dini hari
manusia (animate), mejadi bagian dari misalnya salah
jalan (inanimate). Penulis artikel dengan berkontribusi
menulis kalimat ini berusaha menyamakan mencetak dua gold
manusia dengan jalan dengan menggu- dan membantu “si
nakan persamaan yaitu sama-sama Merah” menang 4-1
memiliki badan. atas West Ham
b) Metafora Bercitra Hewan United.
Adapun kata atau frase yang
mengandung variasi makna metafora Pada data 3a terdapat kata ilustrasi
bercitra hewan adalah: merah yang berarti gambar atau penjelas
Tabel 2. Metafora Bercitra Hewan untuk membantu memahami bahwa baju
Konteks Konteks dalam Surata bola budi indah.Makna ilustrasi merah ini
Denotatif Kabar berubah ketika ilustrasi berada pada
konteks 1b. Pada data 1b, terjadi
1a. tono memilki 1b. Di tempat terpisah, penyamaan benda konkret yaitu Liverpool
ayam kinanatan kelompok supporter club sepakbola dari Inggris dengan benda
yang sehat dan PSMS SMeCK Abstrak yaitu ilustrasi mera hsehingga
jago dalam Hooligan, akan tetap menyebabkan benda konkret Liverpool
bertanding datang ke Bekasi menjadi benda abstrak dalam konteks
mendukung tim tersebut. Metafora seperti inilah yan
kebanggaannya. Meski disebut metafora berciri abstrak ke
dilarang membawa konkret.
atribut, mereka
berjanji tetap d) Metafora Bercitra Sinestesia
mengawal Ayam Adapun kata atau frase yang
Kinantan ke babak mengandung variasi makna metafora
delapan besar. (Tribun sinestesia adalah:
Medan) Tabel 4. Metafora Bercitra Sinestesia
Konteks dalam Surata
Kabar
Konteks Denotatif
Kata ayam pada data 1a merujuk 1a. Taman itu 1b. Janpiter
pada sejenis unggas yang bulunya dipenuhi oleh menambahkan KKI
biasanya berwarna putih, besar sesuai beraneka bunga Sumut akan terus
ukuran unggas, dan pandai dalam beradu yang baunya berkontribusi utnuk
sesame ayam. Sedang data 1b merujuk harum sekali mencetak karakter
pada sebuah perbuatan yang menyerupai berpretasi untuk
hewan ayam Kinantan.Ada perubahan membawa harum nama
makna disini.Ayam jenis Kinantan ini Sumut dan bahkan
adalah ayam khas Sumatetara Utara yang Indonesia.
biasanya di jadikan masayarakat sebagai
ayam jago. Dan hal ini, menunjukkan
bahwa tokoh PSMS tersebut seperti ayam
Pada data 1a dan 1b, terjadi
Kinanatan yang jago dalam arena
perubahan makna kata harum.Pada data
pertandingan.
1a, kata harum mengacu kepada sebuah
c) Metafora Bercitra Konkret ke
sifat bau positif yang hanya bisa dikenali
Abstrak
oleh indera penciuman. Pada 1b, terjadi
Adapun kata atau frase yang
penyimpangan makna dengan menya-
mengandung variasi makna metafora
makan nama dengan bunga yang
bercitra abstrak ke konkret adalah:
mengeluarkan bau harum. Nama tidak
Tabel 3. Metafora Bercitra Konkret ke
dapat dicium baunya, sehingga munculnya
Abstrak
kata harum setelah kata nama merupakan
Konteks dalam
bahasa yang tidak sebenarnya atau yang
Konteks Denotatif Surata Kabar
kita kenal sebagai bahasa figuratif. Sifat
1a. Budi memiliki 1b. Di pertandingan yang dibandingkan adalah kedua entitas
kaos bola pecah ke -11 Liga (bunga dan nama) dianggap memiliki sifat
berwarna merah Premier di London positif yang sama yaitu dapat dirasakan
dan sangat indah Stadium, Minggu dari jarak yang jauh, serta diskai oleh

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 151


Sukma Adelina Ray
Analisis Jenis-jenis Metafora dalam Surat Kabar: Kajian Semantik
banyak orang. Bau harum bunga dapat Semantik.2007. Yogyakarta:
tercium dari tempat jauh. Demikian juga Pustaka Pelajar.
nama seseorang yang berjasa pada bangsa
akan dapat dikenal dari jarak yang jauh Wahab, Abdul. 1986. Kesemestaan
juga. Metafora Jawa. Malang: IKIP
SIMPULAN Malang.
Metafora adalah kemiripan dan
Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-asas
kesamaan tanggapan pancaindra. Metafora
Linguistik Umum. Yogyakarta:
adalah suatu strategi untuk menyampaikan Gadjah Mada University Press.
pesan menggunakan pemakaian kata atau
ungkapan lain secara implisit dengan
membandingkan suatu hal yang abstrak
dengan hal konkret. Struktur metafora
utama yang utama ialah (1) topik yang
dibicarakan; (2) citra atau topic kedua; (3)
titik kemiripan atau kesamaan. Hubungan
antara topik atau citra dapat bersifat
objektif dan emotif. Berdasarkan pilihan
citra yang dipakai oleh pemakai bahasa
dan para penulis di berbagai bahasa,
pilihan citra dapat dibedakan atas empat
kelompok, yakni (1) metafora bercitra
antropomorfik, (2) metafora bercitra
hewan, (3) metafora bercitra abstrak ke
konkret, (4) metafora bercitra sinestesia
atau pertukaran tanggapan/persepsi indra.
SARAN
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
perbandingan terutama dalam hal analisis
metafora dan bahan rujukan serta masukan
bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1989. Semantik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Lyon, John. 1977. Semantics Volume I.


Cambridge: Cambridge University
Press.

Pradopo, Rahmat Djoko. 1994. Stilistika


dalam Buletin Humaniora No.1
tahun 1994.Yogyakarta: Fakultas
Sastra UGM.

Shaw, Harry. 1972. Dictionary of Literary


Terms. New York: McGraw-Hill
Book Co.

Sumarsono.2007. Pengantar Semantik. .


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik:


Pengantar Kajian Makna.
Yogyakarta: Media Perkasa.

Ullmann, Stephen. 1977. Semantics, An


Introduction to the Science of
Meaning. Diadaptasi oleh
Sumarsono menjadi Pengantar

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 152


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK AUTISME

Risma Martalena Tarigan


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
rismatarigan11@gmail.com

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemerolehan bahasa


dalam bidang sintaksis pada anak autis. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data diperoleh berdasarkan
wawancara terhadap orang tua dan guru anak autis dan pengamatan terhadap objek
penelitian (anak autis). Data yang diperlukan diperoleh dengan teknik simak.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa pemerolehan sintaksis pada
anak autis mengalami keterlambatan. Pemerolehan bahasa pada anak penderita
autis berbeda dengan anak normal. Perbedaan tersebut sangat terlihat dari perilaku
dan pola komunikasi yang dihasilkan oleh anak penderita autis. Penderita autis
cenderung menghindari komunikasi. Kecuali dengan orang-orang yang telah lama
dikenalnya seperti orang tuanya. Anak penyandang autis memperoleh sintaksis
dari struktur luar yaitu ucapan yang didengarnya. Lalu ucapan tersebut
diintegrasikan dari struktur dalam anak dan membentuk pola sintaksis. Anak
memahami makna dari ucapan dan membentuk sintaksis dalam berkomunikasi.
Ketika anak autis memperoleh sintaksis, maka ia terlebih dulu telah memaknai
sintaksis tersebut. Jika anak autis gagal memaknai sintaksis tersebut, maka ia
cenderung membeo. Kegagalan pemahaman semantik itu yang menyebabkan
keterlambatan dalam pemerolehan sintaksis anak autis.

kata kunci : pemerolehan sintaksis, anak autisme

Abstract.The purpose of this study was to determine language acquisition in the


field of syntax in autistic children. This research is a descriptive study with a
qualitative approach. Sources of data obtained based on interviews with parents
and teachers of autistic children and observations of the object of research
(autistic children). The required data is obtained by referring to the technique.
Based on the results of the study, results were obtained that the acquisition of
syntax in autistic children was delayed. Language acquisition in autistic children
is different from normal children. The difference is very visible from the behavior
and communication patterns produced by autistic children. Autistic people tend to
avoid communication. Except with people he has long known like his parents.
Children with autism get the syntax of the outer structure, the speech they hear.
Then the speech is integrated from the structure in the child and forms a syntactic
pattern. Children understand the meaning of speech and form syntax in
communication. When an autistic child gets syntax, he has first interpreted the
syntax. If an autistic child fails to interpret the syntax, then he tends to parrot. The
failure of the semantic understanding causes delays in the acquisition of syntax of
autistic children.

keywords : syntactic acquisition, autistic children


PENDAHULUAN menekankan bahasa adalah sistem
Bahasa memiliki peran yang lambang bunyi yang arbitrer yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. digunakan oleh para anggota kelompok
Bahasa menjadi media dalam sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi
menyampaikan gagasan, berinteraksi dan dan mengidentifikasikan diri. Berdasarkan
berkomunikasi. Murriel E. Morley dalam pendapat-pendapat tersebut jelaslah bahwa
Danuatmaja Boni (2003: 141) bahasa merupakan unsur yang tak dapat
mengartikan bahasa sebagai istilah untuk dipisahkan dari manusia, Karena selama
menjelaskan makna dan pikiran yang manusia hidup, maka akan senantiasa
dirumuskan ke dalam sistem linguistik, membutuhkan bahasa dalam
sebagai dasar mengangkut pikiran. kehidupannya.
Sementara itu Keraf (2004:1) menyatakan Bahasa menjadi ciri dalam diri
bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia. Jika kita membahas bahasa,
anggota masyarakat berupa simbol bunyi berarti kita sedang membahas esensi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. manusia yang menjadikan manusia unik
Kridalaksana dalam Chaer (2012:32) melalui bahasa. Manusia dirancang untuk

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 153


Risma Martalena Tarigan
Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme
berbahasa. Hal itu diperkuat dengan anak penderita autis) menyatakan bahwa
adanya sistem dalam otak manusia untuk anak autis mengalami kesulitan dalam
memproses dan memproduksi bahasa. memperoleh bahasa. Hal itu terjadi pada
Selain itu, manusia dilengkapi dengan alat siswanya belum bisa memahami bahasa
ucap dan LAD (Language Acquisition dan mengucapkan bahasa secara tepat.
Device). Chomsky (1968) dalam Lazuardi Anak autis memiliki gangguan dalam
(1991: 101) berpendapat bahwa sebagian berbahasa sehingga proses penyerapan
besar kemampuan bicara manusia bahasa anak autis berbeda dengan anak
sebenarnya ditentukan oleh faktor normal pada umumnya. Hal itu senada
genetikanya (LAD) dan bahwa setiap anak dengan pendapat Priyatna yang
sudah dilengkapi dengan suatu alat menyatakan Anak dengan autisme sering
perkembangan bahasa. Perkembangan mengulang kata yang didengar
bahasa yang dicakup dalam pemerolehan sebelumnya atau biasa disebut echolalia
bahasa merupakan suatu topik yang (meniru atau membeo) serta kesulitan
menarik untuk diteliti. Mengingat memahami percakapan yang sedang
kemampuan setiap anak dalam ditunjukkan kepadanya (Priyatna, 2010).
memperoleh bahasa berbeda-beda. Ada Ibu Nara yang sudah berpengalaman
anak yang cepat memperoleh bahasanya. dalam mengajari anak autis menyatakan
Tetapi ada juga anak yang mengalami konsentrasi anak autis dalam pengajaran
keterlambatan dalam memperoleh bahasa. bahasa perlu mempertimbangkan mental
Proses penyerapan bahasa dalam sistem anak serta aspek suasana hati (mood).
otak berlangsung secara bertahap dari Karena jika mental dan suasana hati anak
bahasa sederhana menjadi bahasa yang tidak terkendali maka akan sangat sulit
kompleks. Menurut Lennenberg dalam bagi anak untuk menyerap bahasa. Hal itu
Tarigan (1984) menyatakan masa didukung oleh penelitian Suteja yang
penyerapan semua proses ini tidak dapat menyatakan,
ditentukan karena banyak faktor seperti Kebiasaan anak-anak autis sangat
faktor lingkungan dan faktor pertumbuhan terganggu secara fisik maupun mental,
biologis. bahkan seringkali menjadi anak-anak yang
Anak yang menderita autisme terisolir dari lingkungannya dan hidup
pada umumnya mengalami gangguan dalam dunianya sendiri dengan berbagai
dalam pemerolehan bahasa. Hal itu gangguan mental dan perilaku. Perilaku
diungkapkan oleh Armisa dalam itu biasanya, sering bersikap semaunya
penelitiannya yang menyatakan anak autis sendiri tidak mau diatur, perilaku tidak
yang menderita gangguan pada otak terarah (mondar-mandiri, lari-lari, manjat-
mengakibatkan hilangnya fungsi interaksi manjat, berputarputar, lompat-lompat,
dan komunikasi. Anak autisme menjadi ngepak-ngepak, teriak-teriak, agresif,
memiliki dunia sendiri dan tak menyakiti diri sendiri, tantrum
memperdulikan lingkungan sekitar. (mengamuk), sulit konsentrasi, perilaku
Perihal tersebut tentunya, menjadikan refetitif.
anak autisme sulit memperoleh bahasa Berdasarkan observasi awal pada
lebih lagi untuk menggunakannya dalam anak autis berinisial B, gangguan
kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan berbahasa terlihat jelas. Gangguan dalam
penelitian Ezmar dan Ramli dalam memperoleh bahasa menjadi perhatian
penelitiannya menyatakan anak yang khusus bagi peneliti. Sistem saraf dan
mengalami gejala autis seringkali sistem otak yang dianugrahkan pada anak
memiliki masalah dengan kemampuan untuk memperoleh bahasa, tetapi pada
berbahasanya. Bahkan 2/3 sampai 50% kasus anak autis pemerolehan bahasa
anak penderita autis, tidak mengalami tersebut terkendala. Bahkan dapat
perkembangan bahasa dan tidak dapat dikatakan bahwa pemerolehan bahasa
berkomunikasi dengan baik. Hal itu pada anak autis bersifat lambat. Hal ini
didukung oleh pendapat yang menyatakan menjadi dasar dalam penelitian ini.
salah satu gejala utama autis adalah Peneliti tertarik untuk meneliti kasus
gangguan bahasa dan komunikasi, gangguan berbahasa ini karena perbedaan
sebanyak 40% anak autis tidak bisa pemerolehan bahasa antara anak normal
berbicara sama sekali (Zambrano, Garcia, dengan anak penderita autis. Pemerolehan
Southa, 2002). bahasa yang menjadi perhatian peneliti
Berdasarkan hasil wawancara yaitu kompetensi dan performansi dari
dengan ibu Nara (guru yang mengajari anak autis dalam berbahasa.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 154


Risma Martalena Tarigan
Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme
METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN
Lokasi penelitian merupakan Berdasarkan penelitian yang telah
tempat penelitian akan berlangsung. dilakukan maka diperoleh data dari
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Raya informan bahwa pemerolehan bahasa pada
Emplasment PTPN - II Kebun Tandem anak penderita autis berbeda dengan anak
Hilir, Kecamatan Hamparan Perak, Kab. normal. Perbedaan tersebut sangat terlihat
Deli Serdang dan di Bandara Kualanamu. dari perilaku dan pola komunikasi yang
Penelitian ini dilaksanakan pada minggu dihasilkan oleh anak penderita autis.
keempat bulan November tahun 2018. Penderita autis cenderung menghindari
Jenis penelitian yang digunakan komunikasi. Kecuali dengan orang-orang
dalam penelitian ini adalah deskriptif. yang telah lama dikenalnya seperti orang
Penelitian deskriptif artinya data yang tuanya. Informan menyatakan bahwa
dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk kegiatan komunikasi pada anak autis
deskripsi fenomena dan berbentuk kata- mengalami keterlambatan. Hal itu seiring
kata atau gambar bukan berupa angka- dengan perilaku yang sulit dikendalikan
angka atau koefisien tentang hubungan dan emosi yang tidak menentu sehingga
antarvariabel. Pendekatan yang digunakan memaksa dan memarahi hanya akan
dalam penelitian ini adalah pendekatan membuat keadaan semakin parah.
kualitatif. Alasan penggunaan pendekatan Informan menyatakan bahwa hal
kualitatif bersandar pada pendapat utama yang dilakukan pada penderita autis
Moleong (2000:4-8) tentang ciri-ciri adalah memahami apa yang ia rasakan dan
penelitian kualitatif, diantaranya; manusia tidak memaksakan hal yang tidak ia sukai.
sebagai alat (instrument), metode Kendalikan terlebih dulu mentalnya maka
kualitatif, analisis data secara induktif, komunikasi dapat terjadi. Berdasarkan
teori dari dasar (grounded theory), pengamatan pada objek penelitian, maka
deskriptif, lebih mementingkan proses dari diperoleh sintaksis yang diujarkan
pada hasil, adanya batas yang ditentukan penderita autis. Sintaksis tersebut yaitu :
oleh fokus, adanya kriteria khusus untuk 1. Kegiatan Saat di Bandara
keabsahan data, desain yang bersifat Tabel 1. Deskripsi Sintaksis Saat di
sementara. Bandara
No Sintaksis keterangan
Menurut Lofland dan Lofland
1. Informan : Kita adanya ekolalia
(1984:47) sumber data utama dalam dimana nak? dari penderita
penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan Adik B : pesawat autis yang
tindakan, selebihnya adalah data tambahan Informan : Kita sebenarnya
dimana B ? belum
seperti dokumen dan lain-lainnya. Dalam B : Pesawat memahami
penelitian ini sumber data primernya konsep bandara
adalah kata-kata dan tindakan dari objek karena baru
yang diteliti yaitu seorang anak laki-laki pertama kali
diajak ke
penyandang autis. Penelitian juga bandara. Pesawat
dilakukan pada orang tua dan guru anak yang dimaksud
penyandang autis. Data primer tersebut disini yaitu
bandara.
kemudian dikemas dalam data sekunder
2. B : Apa itu, Adanya
yang berupa foto, rekaman dan catatan ma…ma..mama… pengulangan
penelitian. Selain itu, sumber data tertulis berkali-kali
seperti buku dan jurnal juga menjadi seiring tindakan
yang
bagian penting dalam sumber data
mengharuskan
penelitian. pertanyaannya
Pengumpulan data dalam dijawab dan
penelitian ini yaitu dengan wawancara dan jangan diabaikan.
3. (saat melihat adanya
pengamatan yang dilakukan pada objek
adiknya memanjat pemahaman
penelitian. Teknik pengumpulan data yang pegangan gedung) makna bahwa
digunakan pada penelitian ini adalah B : eh, jangan manjat berbahaya
metode simak. Kemudian, teknik lanjutan manjat-manjat karena bisa
menyebabkan
yang digunakan adalah teknik rekam dan jatuh. Apa yang
teknik catat (Sudaryanto, 1993:49). diucapkan B
Menurut Sudaryanto (1993:134) metode dalam sintaksis
simak merupakan pengumpulan data yang ini lahir dari
pemahaman
dilakukan melalui proses penyimakan semantik yang
terhadap penggunaan bahasa yang diteliti. diperolehnya.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 155


Risma Martalena Tarigan
Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme
Perilaku B itu dipengaruhi
menunjukkan mental B.
rasa peduli 7. Informan : Ayok adanya hal yang
terhadap pulang kita belum dipahami
peristiwa. B : Dah yok dari pejelasan
4. Informan : Mau adanya Ma, ega mana ma? informan
ketemu mas kita ya pemahaman Informan : ega udah sebelumnya.
? secara harfiah pulanglah Oleh sebab itu B
B : Dimana ma? pada sintaksis kembali bertanya
dari informan 8. B : Sini lah adanya nada
sehingga B no,,jangan lasak kali tinggi dari
menyimpulkan lah no, akhh kalimat yang
bahwa ia akan diucapkan karena
bertemu adik B sulit
seseorang. diatur. Hal ini
5. B : ma, ma, ma, adanya bahasa menimbulkan
naik lift meminta dan kemarahan B.
Informan : Apa mengungkapkan
nak? perasaannya pada 2. Kegiatan Saat Mendengarkan Lagu
B : naik lift yang ini ibunya. B
(sambil menunjuk sebenarnya Tabel 2. Deskripsi Sintaksis saat
lift) sangat senang Mendengarkan lagu
Informan : yang menaiki lift. B No Sintaksis Keterangan
mana sayang? sangat 1 Ibu B : Mana Adanya
B : ma, ini ma, ma, memahami lagunya? Lagu pemahaman
ini, ma.. konsep lift dalam Tik Tok Mas semantik B pada
Informan : Berani B pemikirannya. B : Tik-Tok? pembicaraan yang
naik lift sendiri? Dan pemilihan Tik Tok sedang dibahas.
B : Berani sintaksis yang mana Ma? tetapi kurangnya
Ayah B : jangan- kuat membuat Ibu B : Ini kan penguasaan kalimat
jangan nak pemahaman bagi tik tok ini menjadikan B
Informan : nanti orang yang Ini kan minim dalam
liftnya gak bisa mendengarnya. B? mengembangkan
tertutup naik..berat Hanya saja, B : Bukan, bukan bahasanya.
kali B pengulangan kata yang ini
dan perilaku Ibu B : Jadi ?
yang masih mau tik tok yang
sering mana nak?
ditunjukkan oleh B : Yang tadi,
B. yang tadi pa
6. B : ada buah-buahan Sebelum menaiki
ma (menunjuk tangga, B PEMBAHASAN
gedung) melihat ada Berdasarkan data yang
Informan : buah apa buah-buahan
nak?mana yang dijual di
diperoleh, anak penyandang autis
coba?dimana? bandara. Ia memperoleh sintaksis dari struktur luar
B : binggung dan mengatakan yaitu ucapan yang didengarnya. Lalu
menggoyangkan kalimat itu ucapan tersebut diintegrasikan dari
tangan karena mengira
buah tersebut struktur dalam anak dan membentuk pola
pasti ada dijual sintaksis yang sesuai konteksnya. Anak
di tempat itu. memahami makna dari ucapan dan
Tetapi saat membentuk sintaksis dalam
ditanya dimana,
ia binggung dan berkomunikasi. Namun anak saat anak
tidak tahu siap dalam berbahasa, anak cenderung
mengatakan membeo/ekolalia. Hal tersebut senada
tempat yang
dengan teori Greenfield dan Smith bahwa
dilihatnya tadi.
Jika tidak dalam memperoleh sintaksis, anak akan
melihat konteks cenderung memahami makna dari ujaran
dan rangkaian lalu mengucapkannya.
peristiwa yang
Data :
terjadi maka
akan terjadi Informan : Kita dimana nak?
kebinggungan. Adik B : pesawat
Tetapi saat Informan : Kita dimana B ?
diingat alur yang
terjadi, maka B : Pesawat (menyatakan bandara)
sintaksis B dapat Ketika terjadinya pembicaraan
diterima tetapi tersebut B tidak siap dalam menjawab
waktu pertanyaan informan. B pernah mendengar
pengucpannya
tidak sesuai. Hal kata bandara tetapi ia belum memahami

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 156


Risma Martalena Tarigan
Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme
makna bandara. Sehingga ia cenderung kebingungan. B juga menjadi binggung
membeo dari jawaban adiknya. karena tidak dapat menjelaskan maksud
Data : dari ucapannya sehingga ia diam dan
(saat melihat adiknya memanjat pegangan menggoyang-goyangkan tangannya. Ia
gedung) berusaha mencari sintaksis yang tepat
B : eh, jangan manjat-manjat untuk menyatakan maksudnya tetapi ia
Saat B melihat adiknya tidak menemukannya.
memanjat pegangan gedung, B Data :
mengucapkan “ eh, jangan manjat- Informan : Ayok pulang kita
manjat.” B memahami jika adiknya B : Dah yok
memanjat dan terjatuh akan menyebabkan Ma, ega mana ma?
hal yang membahayakan sang adik. Oleh Informan : ega udah pulanglah
sebab itu, B melarang adiknya. Berdasarkan percakapan
Data : tersebut, B belum memahami makna dari
Informan : Mau ketemu mas kita ya ? informan sebelumnya sehingga ia kembali
B : Dimana ma? bertanya untuk mendapatkan jawaban dari
Dalam percakapan tersebut, B pertanyaannya.
menganalisis dan mencari makna dari Data :
ujaran informan. B mengetahui makna B : Sini lah no,,jangan lasak kali lah no,
dari “mau ketemu mas kita ya?” sehingga akhh
B menjawab “Dimana ma?” yang berarti Ujaran tersebut menyatakan
hendak ketemu mas dimana. rasa kesal B terhadap adiknya yang
Data : berlari-lari di tengah keramaian di
B : ma, ma, ma, naik lift bandara. Ia takut adiknya tidak terlihat
Informan : Apa nak? karena keramaian sehingga ia memarahi
B : naik lift yang ini (sambil menunjuk adiknya. Ujaran tersebut disertai nada
lift) kesal B.
Informan : yang mana sayang? Data :
B : ma, ini ma, ma, ini, ma.. Ibu B : Mana lagunya? Lagu Tik Tok Mas
Informan : Berani B naik lift sendiri? B : Tik-Tok?
B : Berani Tik Tok mana Ma?
Ayah B : jangan-jangan nak Ibu B : Ini kan tik tok ini
Informan : nanti liftnya gak bisa tertutup Ini kan B?
nak..berat kali B B : Bukan, bukan yang ini
Berdasarkan percakapan Ibu B : Jadi ? mau tik tok yang mana nak?
tersebut, B sangat menyukai sekaligus B : Yang tadi, yang tadi pa
memaknai bahwa menaiki lift adalah hal Berdasarkan data di atas, B
yang sangat menyenangkan. Oleh sebab memahami percakapan yang terjadi dan
itu, B tidak ragu dalam meminta untuk berusaha mengutarakan keinginannya. B
menaiki lift. B menghasilkan ujaran yang sangat sulit mengutarakan bahasa yang
yang ia tahu benar maknanya. Walaupun utuh dalam mengutarakan pemikirannya.
B seringkali mengabaikan struktur kalimat Tetapi melalui bahasa sederhana dan
yang utuh tetapi sintaksis yang dihasilkan sintaksis yang tidak lengkap, ia mencoba
B berlandaskan makna yang telah ia berkomunikasi dengan lawan bicaranya.
peroleh sebelumnya. Penelitian ini mengacu pada teori
Data : Greenfield dan Smith. Pemerolehan
B : ada buah-buahan ma (menunjuk struktur kalimat didasarkan oleh
gedung) pemahaman semantik. Artinya saat
Informan : buah apa nak?mana individu mengetahui makna dari yang
coba?dimana? ingin diucapkannya, maka struktur kalimat
B : binggung dan menggoyangkan tangan individu tersebut mulai diperoleh dan
Berdasarkan percakapan dikembangkan. Anak autis juga memiliki
tersebut, B mengatakan sintaksis yang struktur yang sama dengan anak normal.
memiliki makna tetapi tidak sesuai dengan Ketika anak autis memperoleh sintaksis,
waktu dan tempat saat B berujar. B maka ia terlebih dulu telah memaknai
melihat pedagang buah sebelumnya. sintaksis tersebut. Jika anak autis gagal
Tetapi saat naik lantai 2 di bandara, ia memaknai sintaksis tersebut, maka ia
mengingat dan ingin membeli buah-buah cenderung membeo. Kegagalan
tadi. Hal tersebut menimbulkan pemahaman semantik itu yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 157


Risma Martalena Tarigan
Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme
menyebabkan keterlambatan dalam Dardjowidjojo, Soenjono. 2010.
pemerolehan sintaksis anak autis. Psikolinguistik Pengantar
SIMPULAN Pemahaman Bahasa Manusia.
Anak autis memperoleh Jakarta: Unika Atma Jaya.
sintaksis dengan memaknai percakapan
dan hal yang ingin diutarakan. Tetapi pola Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan
sintaksis yang dihasilkan anak autis masih Peserta Didik. Bandung: Rosda.
sederhana. Seringkali anak autis
menyebutkan frase- frase dalam Grifin, Simone dan Dianne Sandler. 2010.
mengutarakan sintaksis yang ingin Motivate to Communicate “300
diujarkannya. Saat keadaan tidak siap, Permainan dan Aktivitas
anak autis akan cenderung membeo/ untuk Anak Autis. Jakarta:
ekolalia. Gramedia Pustaka Utama.
Hal itu disebabkan karena
kegagalan pemahaman semantik pada Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007.
anak autis sehingga pengungkapan Pengantar (Metode) Penelitian
pemikirannya dalam bentuk bahasa Bahasa. Bogor: Carasvatibook.
menjadi terhambat. Dalam memperoleh
sintaksis, anak memahami terlebih dahulu Kridalaksana, Harimurti. 1992.
bentuk percakapan yang didengarnya. Hal Pembentukan Kata dalam
tersebut menyusun pola-pola kalimat yang Bahasa Indonesia. Jakarta:
dapat diujarkannya setelah mengetahui Gramedia Pustaka Utama.
makna percakapan tersebut. Jika belum
mengetahui maknanya, ia akan cenderung Lelono, Djoko. 2009. Pedoman Penulisan
diam dan tidak merespon. Skripsi. Banjarmasin: JPOK-
SARAN FKIP Unlam.
Penelitian ini hanya
membahas pemerolehan bahasa dari segi Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis.
sintaksis pada anak autisme. Penelitian- Jakarta: PT Gramedia Pustaka
penelitian yang relevan dan mencakup Utama
pemerolehan bahasa seperti semantik,
fonologi, morfologi dan pragmatik akan
memberikan wawasan yang lebih luas
untuk mengetahui secara utuh
pemerolehan bahasa pada anak autisme.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Aprianti, Yuli. 2012. Pemerolehan


Kalimat Anak Autis di SDLB
Banjarbaru, Skripsi, Jurusan
Pendidikan Bahasa
Indonesia Fakultas Keguruan
ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat.

Basuki, Imam Agus. 2005. Linguistika


Teori dan Terapannya.
Yogyakarta: Grafika Indah.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.


Jakarta: Renika Cipta.

___________. 2009. Sintaksis Bahasa


Indonesia (Pendekatan Proses).
Jakarta Renika Cipta.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 158


Risma Martalena Tarigan
Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 159


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN


KARAKTER PESERTA DIDIK

Mepri Yanti Pandiangan


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
yantimepri84@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) strategi pelaksanaan


pendidikan karakter disekolah; dan (2) implementasi pelaksanaan pendidikan
karakter peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif.Pengumpulan data dilakukan denan teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi.Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi,
yaitu dengan pengecekan terhadap informasi hasil wawancara dengan dokumentasi
dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pelaksanaan
pendidikan karakter peserta didik dapat dilakukan melalui: pengintegrasian nilai
dan etika pada mata pelajaran, internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh
semua warga sekolah, pembiasaan dan latihan, pemberian contoh dan teladan,
penciptaan suasana berkarakter di sekolah, serta pembudayaan. Implementasi
pendidikan karakter peserta didik dilakukan melalui keterpaduan antara
pembentukan karakter dengan pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan
ekstrakurikuler.

Kata Kunci: Strategi, Implementasi, Pendidikan Karakter

Abstract. This study aims to understand: (1) strategies for implementing character
education in schools; and (2) the implementation of student character education.
This research is a qualitative descriptive study. Data collection is done with
observation, interview, and documentation techniques. Checking the validity of the
data is done by triangulation techniques, namely by checking the information on
the results of interviews with rules and observations. The results of the study show
that the strategies for implementing student training can be done through:
integrating values and ethics on subjects, internalizing positive values instilled by
all school members, habituating and training, giving examples and examples,
related to character in school, and culture. The implementation of student
character education is carried out through integration between character building
with learning, school management, and extracurricular activities.

Keywords: Strategy, Implementation, Character Education


PENDAHULUAN Karakter menurut Pusat Bahasa
Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 Depdiknas adalah, bawaan, hati, jiwa,
disebutkan bahwa pendidikan nasional kepribadian, budi pekerti, perilaku,
berfungsi untuk mengembangkan serta personalitas, sifat tabiat, temperamen dan
mem-bentuk watak peradaban bangsa watak, sementara itu, yang disebut dengan
yang ber-martabat untuk mewujudkan berkarakter ialah berkepribadian,
cita-cita bang-sa, yaitu mencerdaskan berperilaku, bersifat, bertabiat dan
kehidupan berbang-sa serta berupaya berwatak sedangkan pendidikan dalam arti
untuk mengembangkan potensi serta sederhana sering diartikan sebagai usaha
kemampuan peserta didik dan menjadikan manusia untuk membina, kepribadiannya
mereka menjadi manusia yang beriman, sesuai dengan nilai-nilai di dalam
berakhlak mulia, berilmu cakap, kreatif, masyarakat dan kebudayaan. Karakter
mandiri dan menjadi warga merupakan nilai-nilai perilaku manusia
Negara.Pendidikan karakter adalah suatu yang berhubungan dengan Tuhan Yang
proses pendidikan yang holistic yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
menghubungkan dimensi moral dengan lingkungan, dan kebangsaan yang
ranah sosial dalam kehidupan peserta terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
didik sebagai fondasi bagi terbentuknya perkataan, dan perbuatan berdasarkan
generasi yang berkualitas yang mampu norma-norma agama, hukum, tata krama,
hidup mandiri silabus.org dan memiliki budaya, dan adat istiadat. Dalam
prinsip suatu kebenaran yang dapat perkembangannya , istilah pendidikan atau
dipertanggungjawabkan. (Rahardjo paedagogie, berarti bimbingan atau
2010:16) pertolongan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 160


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai orang tua di rumah. Untuk mewujudkan
usaha yang dijalankan seseorang atau siswa yang berkarakter, diperlukan upaya
kelompok lain agar menjadi dewasa untuk yang tepat melalui pendidikan. Karena
mencapai tingkat hidup atau penghidupam pendidikan mempunyai peranan penting
lebih tinggi dalam arti mental. Pendidikan dan sentral dalam menanamkan,
karakter menurut Thomas Lickona mentransformasikan dan menumbuh
(1991) adalah pendidikan untuk kembangkan karakter positif siswa, serta
membentuk kepribadian seseorang melalui mengubah watak siswa yang tidak baik
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya menjadi baik (Gunawan, 2012 :iv-v).
terlihat dalam tindakan nyata seserorang Dunia pendidikan diharapkan sebagai
yaitu tingkah laku yang baik, jujur, motor penggerak untuk memfasilitasi
bertanggung jawab, menghormati hak pembangunan karakter sehingga anggota
orang lain, kerja keras, dan sebagainya. masyarakat mempunyai kesadaran
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara yang
system yang menanamkan nilai-nilai harmonis dan demokratis dengan tetap
karakter pada peserta didik, yang memperhatikan norma-norma di
mengandung komponen pengetahuan, masyarakat yang telah menjadi
kesadaran individu, tekad, srta adanya kesepakatan bersama. Pembangunan
kemauan dan tindakan untuk karakter dan pendidikan karakter menjadi
melaksanakan nlai-nilai, baik terhadap suatu keharusan karena pendidikan tidak
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, hanya menjadikan peserta didik menjadi
sesama manusia, linkungan, maupun cerdas, akan tetapi juga mempunyai budi
bangsa, sehingga akan terwujud insane pekerti dan sopan santun sehingga
kamil.Pendidikan karakter itu sebenarnya keberadannya sebagai anggota masyarakat
bukan merupakan suatu hal yang baru menjadi bermakna baik bagi dirinya
bagi masyarakat Indonseia. Bahkan awal maupun orang lain.”Intinya pendidikan
kemerdekaan, masa orde baru, masa orde karakter harus dilakukan pada semua
lama, dan kini orde reformasi telah banyak tingkat pendidikan hingga Perguruan
langkah- langkah yang sudah dilakukan Tinggi karena harus mampu berperan
dalam rangka pendidikan karakter dengan sebagai mesin informasi yang membawa
nama dan bentuk yang berbeda-beda. bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas,
Dalam UU tentang pendidikan nasional santun, sejahtera dan bermartabat serta
yang pertama kali, ialah UU 1964 yang mampu bersaing dengan bangsa manapun”
berlaku tahun 1947 hingga UU (Amri, 2011 : 50). Sehingga tidak ada
Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang yang menyangkal bahwa karakter
terakhir pendidikan karakter telah ada, merupakan aspek yang penting untuk
namun belum menjadi fokus utama kesuksesan manusia masa yang akan
pendidikan. Pendidikan akhlak (karakter) datang. Karakter yang kuat akan
masih digabung dalam mata pelajaran membentuk mental yang kuat serta akan
agama dan diserahkan sepenuhnya kepada membentuk karakter yang kuat pula,
guru agama. Pelaksanaan pendidikan pantang menyerah, berani mengarungi
karakter kepada guru agama saja sudah proses panjang, serta menerjang arus
menjadi jaminan pendidikan karakter badai yang bergelombang dan berbahaya.
tidak akan berhasil. Maka wajar saat ini Oleh karena itu, pendidikan karakter
pendidikan karakter belum menunjukkan menjadi keniscayaan bagi bangsa ini
hasil yang optimal (Gunawan, 2012 :iii). untuk membangun mental pemenang bagi
Semua perilaku negatif masyarakat generasi bangsa di masa yang akan datang
Indonesia baik yang terjadi kalangan (Asmani, 2011 :19-20). Dalam
pelajar ataupun mahasiswa maupun pembentukan karakter seorang siswa,
kalangan yang lainnya, jelas ini belum bisa langsung baik karena, itu
menunjukkan kerapuhan karakter yang tergantung dimana dia bersekolah,
cukup parah yang salah satunya lembaga lingkungan keluarga, lingkungan teman,
pendidikan. Dalam pelaksanaan dan masyarakat. Jadi pembentukan
pendidikan karakter tidaklah hanya karakter ini sangat berpengaruh dengan
diserahkan kepada guru agama saja, pergaulan yang anak iitu miliki.Dengan
karena dalam pelaksanaan pendidikan demikian, untuk menanggulangi masalah
harus dipikul oleh semua pihak, temasuk tersebut maka adanya perhatian khusus
kepala sekolah, para guru, staf tata usaha, kepada siswa agar lebih baik dari pihak
tukang sapu, penjaga kantin, dan bahkan guru dan orang tua siswa. Mengenai cara

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 161


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
berbicara, cara berpakaian, kedisiplinan, pendidikan karakter di Peserta didik sudah
cara bergaul dengan teman dan maksimal akan tetapi realita yang terjadi
lainsebagainya. peserta didiknya belum begitu
Peserta didik merupakan salah satu menerapkan dari nilai-nilai karakter yang
sekolah yang ada di Medan yang didik diharapkan. Baik dalam menerapkan
menjadi anak-anak sukses didalam jurusan akhlak peserta didik dari segi
masing masing dengan apa yang telah menghormati guru, tingkah laku kepada
dipilihnya. Dengan demikian harapan para guru yangkurang sopan. Dengan dasar
guru, siswa tersebut berguna bagi itulah penulis memilih Peserta didik
lingkungan keluarga masyarakat maupun sebagai objek.Ini menunjukkan Peserta
lingkungan ruang kerja.Sedikit gambaran didik juga mempunyai peduli terhadap
tentang Peserta didik bahwa penulis pertumbuhan akhlak, membina
mengadakan penelitian di Sekolah keprofesionalan seorang siswa yang
Menengah Atas dikarenakan menurut berprestasi dan juga terdapat juga pada
pengamatan penulis waktu PPL tersebut, pendidikan karakter, akan tetapi pada
bahwasanyadidalam lingkungan Peserta realitanyanya masih ada beberapa
didik guru dan murid selalu membiasakan kelakuan siswa yang tidak sesuai dengan
adanya rasa kasih saying antara siswa peraturan disekolah. Berdasarkan uraian di
dengan siswa, siswa dengan guru. Penulis atas, penulis tertarik untuk membahasnya
juga melihat bahwa etika berbicara dan dalam bentuk Tesis yang berjudul
tata sopan santun dengan guru juga kurang ”Strategi Dan Implementasi Pelaksanaan
dalam pembentukan karakter siswa. Pendidikan Karakter Peserta Didik”.
Dengan hal tersebut maka terlihatlah rasa METODE PENELITIAN
kekeluargaan salah satunya yaitu dengan Untuk melakukan penelitian ini
saling berjabatan tangan ketika bertemu diperlukan metode penelitian yang
dalam lingkungan sekolah tersebut dan tersusun secara sistematis, dengan tujuan
rasa kekeluargaan itu justru mengurangi agar data yang diperoleh benar
sopan santun siswa dalam batasan etika keabsahanya sehingga penelitian ini layak
berbicara mereka. Adapun keadaan untuk diuji kebenarannya dan dapat
tersebut terjadi karena mereka tinggal dipertanggung jawabkan. Ada tiga
dilingkungan tempat tinggal yang tidak implikasi pertama bahwa adanya karakter
mendukung karakter yang mereka miliki tanggung jawab dalam pembelajaran
disekolah sehingga nilai yang ditanam matematika kelas cerdas yang membangun
disekolah menjadi berkurang dalam keaktifan belajar siswa. Kedua, adanya
pendidikan berkarakter. karakter disiplin dalam pembelajaran
Pemahaman yang mendalam dari matematika kelas cerdas istimewa dapat
praktisi pendidikan terhadap konsep pen- membangun ketaatan siswa saat proses
didikan karakter menjadi taruhan bagi pembelajaran. Ketiga, adanya karekter
keberhasilan pendidikan karakter di setiap jujur dalam pembelajaran bahasa
satuan pendidikan.Meskipun pendidikan Indonesia di kelas cerdas istimewa dapat
karakter sudah diintegrasikan di sekolah- membangun kepercayaan guru terhadap
sekolah di Wilayah Kota Medan, na-mun peserta didik saat pembelajaran
hasil nyatanya belum terlihat dengan jelas. berlangsung.
Proses pendidikna karakter tidak da-pat Berdasarkan tinjauan umum
langsung dilihat hasilnya dalam proses penelitian-penelitian yang telah disebutkan
waktu yang singkat, tetapi memerlukan di atas, tampaknya peneliti belum
proses yang kontinyu dan konsisten. menemukan sebuah riset hubungan
Pendidikan karakter berkaitan dengan pendidikan karakter dalam berbicara pada
waktu yang panjang sehingga tidak dapat pendidikan bahasa Indonesia.Jenis
dilakukan dengan satu kegiatan saja.Itulah penelitian ini adalah penelitian deskriptif
sebabnya pendidikan karakter sangat kualitatif untuk mengungkap strategi dan
penting. Pendidikan karakter harus implementasi pendidikan karakter yang
diimplementasikan kemudian diintegrasi- sudah dilakukan oleh peserta didik.Subjek
kan dalam kehidupan sekolah, baik dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
konteks pembelajaran di dalam kelas mau- siswa, dan guru.Teknik pengumpulan data
pun di luar kelas. Oleh karena itu, peneli- yang di-gunakan dalam penelitian ini
tian ini dimaksudkan untuk mengidenti- adalah wa-wancara, observasi, dan
fikasi strategi dan implementasi dokumentasi.Wawancara digunakan untuk
pelaksanaannya. Dalam menanamkan menjaring data atau informasi yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 162


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
berkaitan dengan ber-bagai kebijakan kologis dan sosial-kultural tersebut dike-
yang dilakukan sekolah dalam lompokan dalam: (1) olah hati (spiritual
pelaksanaan pendidikan karakter andemotional development); (2) olah pikir
disiplin.Observasi dilakukan untuk (in-tellectual development); (3) olah raga
melihat implementasi pendidikan karakter dan ki-nestetik (physical and kinestetic
disiplin melalui pembelajaran di development); dan (4) olah rasa dan karsa
kelas.Teknik dokumentasi digunakan (affective andcreativity development).
untuk memperoleh data tentang tata tertib Keempat proses psikososial tersebut
sekolah dan renca-na pembelajaran yang secara terpadu saling ber-kait dan saling
dibuat oleh guru. Untuk memperoleh data melengkapi, yang bermuara pada
yang dapat dipertanggungjawabkan secara pembentukan karakter yang menjadi
ilmiah, dalam penelitian ini dilakukan perwujudan dari nilai-nilai luhur. Pengem-
pemeriksaan keabsahan data.Dalam bangan dan implementasi pendidikan ka-
penelitian ini tek-nik pemeriksaan rakter perlu ini dilakukan dengan mengacu
keabsahan data yang di-gunakan adalah pada grand design tersebut.
teknik triangulasi, yaitu teknik Potensi Siswa/Peserta Didik
penyilangan informasi yang diperoleh dari Siswa 124 siswa, dengan perincian
sumber sehingga pada akhirnya hanya seperti terlihat pada Tabel 1 dan 2.
data yang absah saja yang digunakan Tabel 1. Jumlah Siswa
untuk mencapai hasil penelitian (Ari- No Kelas Jumlah Siswa
kunto, 2006:18). Teknik triangulasi 1. VI 39 siswa
2. VII 43 siswa
dilakukan dengan caratriangulasi metode,
3. VIII 42 siswa
yaitu dengan mengecek ulang informasi
hasil wawancara dengan dokumentasi dan
Tabel 2. Perbandingan Siswa Laki-laki Dan
observasi. Perempuan
HASIL PENELITIAN N Kelas P L Jumlah
Strategi Pelaksanaan Pendidikan o
Karakter 1. VI 21 18 39 siswa
2. VII 23 20 43 siswa
Pendidikan karakter dapat diimple-
3. VIII 22 20 42 siswa
metasikan melalui beberapa strategi
Jumlah 66 58 124
danpendekatan yang meliputi: (1)
PEMBAHASAN
pengintegra-sian nilai dan etika pada mata
Fasilitas Belajar Mengajar dan Media
pelajaran; (2) internalisasi nilai positif
Fasilitas kegiatan belajar mengajar
yang di tanamkan oleh semua warga
yang dimiliki oleh peserta didik dapat
sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang
dikatakan lengkap meliputi: pa-pan tulis,
tua); (3) pembiasaan dan latihan; (4)
meja, kursi, kapur, tape, player, video,
pemberian contoh dan teladan; (5)
kaset, komputer, perpustakaan, spidol, dan
penciptaan suasana berkarakter di seko-
proyektor. Fasilitas ini digunakan untuk
lah; dan (6) pembudayaan. Sebagai upaya
membantu kelancaran kegiatan belajar
untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu
mengajar maupun kegiatan sekolah
pendidikan karakter, Kementerian Pendi-
lainnya.Menurut Fitri (2012), strategi
dikan Nasional mengembangkan Grand
pembe-lajaran pendidikan karakter dapat
De-sign pendidikan karakter untuk setiap
dilihat dalam empat bentuk intregrasi.
ja-lur, jenjang, dan jenis satuan
Berikut integrasi pembelajaran pendidikan
pendidikan. Berdasarkan grand design
karakter peserta didik.
yang di kem-bangkan Kemendiknas
Pertama, integrasi dalam mata
(2010), secara psi-kologis dan sosial
pelajaran. Pelaksanaan pendidikan
kultural pembentukan karakter dalam diri
karakter dilakukan secara terintegrasi ke
individu merupakan fungsi dari seluruh
dalam penyusunan silabus dan indikator
potensi individu ma-nusia (kognitif,
yang merujuk pada standar kompetensi
afektif, konatif, dan psiko-motorik) dalam
dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
konteks interaksi sosial kultural (dalam
KTSP. Berikut merupakan salah satu
keluarga, sekolah, dan ma-syarakat) dan
contoh inte-grasi ke dalam mata pelajaran
berlangsung sepanjang ha-yat.
Pendidikan Agama: (1) bersalaman
Grand design menjadi rujukan kon-
dengan mencium tangan guru untuk
septual dan operasional pengembangan,
memunculkan rasa hormat dan tawadhu
pelaksanaan, dan penilaianpada setiap ja-
kepada guru; (2) penanaman sikap disiplin
lur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi
dan syukur melalui shalat berjamaah pada
karakterdalam konteks totalitas proses psi-

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 163


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
waktunya; dan (3) penanaman nilai ikhlas kerja ke-ras dan semangat juang yang
dan pengorbanan melalui penyantunan tinggi; (4) karya wisata: pembelajaran di
terhadap anak yatim dan fakir miskin. luar kelas yang langsung melihat realitas
Kedua, integrasi melalui sebagai bahan pengayaan peserta didik
pembelajaran tematis.Pembelajaran dalam belajar melalui kunjungan ke
tematis adalah pendekatan dalam tempat tertentu; dan (5) outbond, yakni
pembelajaran yang se-cara sengaja aktivitas di luar kelasdengan menekankan
mengaitkan atau memadukan beberapa aktivitas fisik yang penuh tantangan dan
kompetensi dasar dan indikator dari petualangan.
beberapa mata pelajaran untuk di-kemas Menurut Mulyasa (2006),
dalam satu kesatuan. Pembelajaran tematis beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
dapat dikembangkan melalui: (1) para guru dalam iklim belajar yang
pemetaan kompetensi untuk memperoleh kondusif antara lain sebagai berikut.
gambaran kompreherensif dan utuh semua Pertama, mempelajari pengalaman peserta
standar kompetensi, kompetensi dasar dan didik di sekolah me-lalui catatan
indikator dari berbagai mata pelajaran komulatif.Kedua, mempelajari nama-nama
yang di padukan dalam tema yang dipilih; peserta didik secara langsung, misalnya
(2) identifikasi dan analisis untuk setiap melalui daftar hadir di kelas.Ke-tiga,
standar kompetensi, kompetensi dasar dan mempertimbangkan lingkungan pem-
indikator yang cocok untuk setiap tema; belajaran dan lingkungan peserta
(3) menetapkan jaringan tema, didik.Keempat, memberikan tugas yang
menghubungkan KD dan indikator dengan jelas, da-pat dipahami.sederhana, dan
tema sehingga akan tampak kaitan antar tidak bertele-tele. Kelima, menyiaapkan
tema, kompetensi dasar, dan indicator; (4) kegiatan sehari-hari agar apa yang
penyusunan silabus: silabus tematik sudah dilakukan pembelajaran sesuai dengan
di masukkan pendidikan karakter yang yang direncanakan dan tidak terjadi
akan di ajarkan pada siswa; (5) banyak penyimpangan. Keenam, bergairah
penyusunan RPP pendidikan karakter. dan bersemangat dalam melakukan
Ketiga, integrasi melalui pembelajaran agar dijadikan teladan oleh
pembiasaan. Pengkondisian dan peserta didik.Ketujuh, berbuat sesuatu
pembiasaan untuk mengembangkan yang berbeda dan bervariasi, jangan
karakter dapat dilakukan dengan cara: (1) mononton sehingga merangsang disiplin
mengucapkan salam saat mengawali dan gairah belajar peserta didik.
belajar mengajar; (2) berdoa se-belum Kedelapan, menyesuaikan
memulai pekerjaan untuk menanam-kan argumentasi dengan kemampuan peserta
nilai syuku; (3) pembiasaan pemberian didik untuk bisa sesuai dengan pe-
kesempatan kepada orang lain untuk mahaman guru atau mengukur peserta
berbicara sampai selesai sebelum didik dari kemampuan gurunya. Untuk
memberikan komentar; (4) pembiasaan bisa mencapai pribadi yang bermoral,
angkat tangan bila hendak bertanya, salah satu cara yang dapat di lakukan
menjawab, bependa-pat dan hanya adalah memberikan pembelajaran secara
berbicara setelah dipersilah-kan; (5) efektif, efisien, dan menarik atau dalam
pembiasaan bersalaman saat bertemu bahasa sekarang disebut dengan PAIKEM
guru; dan (6) melaksanakan sholat (Praktis, Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
berjamaah di sekolah. Menyenangkan) untuk dapat men-capai
Keempat, intergrasi melalui pembelajaran karakter yang berkua-litas,
kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan perlu dirancang strategi yang inova-tif.
ekstrakuriluer antara lain: (1) pramuka: Pembelajaran unggul adalah proses be-
siswa dilatih dan dibina untuk lajar mengajar yang di kembangkan dalam
mengembangkan diri dan meningkatkan rangka membelajarkan semuas siswa ber-
hampir semua karakter, mi-salnya: melatih dasarkan tingkat keunggulannya untuk
disiplin, jujur, menghargai waktu, menjadikannnya beriman dan bertakwa
tenggang rasa; (2) palang merah re-maja ke-pada Tuhan Yang Maha Esa dan
untuk menumbuhkan rasa kepedu-lian mengua-sai ilmu pengetahuan dan
kepada sesama juga melatih percakap-an teknologi secara mandiri. Namun dalam
sosial dan jiwa social; (3) olahraga untuk kebersamaan, mam-pu menghasilkan
mengajarkan nilai sportifitas dalam ber- karya terbaik untuk meng-hadapi
main menang ataupun kalah bukan persaingan pasar bebas.
menjadi tujuan utama melainkan nilai

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 164


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
Dewasa ini, pembelajaran yang ter- karakter di sekolah dilakukan dalam
pusat pada siswa (student center) lebih di- pengintegrasian dan peng-optimalan
kenal dengan istilah PAIKEM (Praktis, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di
Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyanang- semua mata pelajaran dan karakter yang
kan) yang dapat dijelaskan sebagai dikembangkan.
berikut: Pertama, pembelajaran aktif Ketiga, pendekatan mekanik-
merupakan se-buah pendekatan fragmented, yaitu strategi pembentukan
pendekatan pembelajar-an yang lebih karakter di sekolah di dasari oleh
banyak melibatkan aktivitas peserta didik pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas
dalam mengakses berbagai informasi dan berbagai aspek dan pendidikan dipandang
pengetahuaan untuk diba-has dan dikaji sebagai penanaman dan pengembangan
dalam pembelajaran di kelas sehingga se-perangkat nilai kehidupan yang
mereka mendapatkan berbagai masing-masing bergerak dan berjalan
pengalaman yang dapat meningkatkan pe- menurut fung-sinya.
mahaman dan kompetensinya. Kedua, Keempat, pendekatan organik-
pem-belajaran kreatif mengharuskan guru sistematis, yaitu pendidikan karakter
dapat memotivasi dan memunculkan merupakan kesatuan atau sebagai sistem
kreativitas peserta didik selama sekolah yang berusaha mengembangkan
pembelajaran berlang-sung dengan pandang-an atau semangat hidup berbasis
menggunakan metode atau strategi yang nilai dan etika, yang dimanifestasikan
bervariasi, misalnya kerja kelompok, dalam sikap hidup, perilaku, dan
bermain peran, dan memecahkanwahan; keterampilan hidup yang berkarakter bagi
(2) hubungan profesional; dan (3) seluruh warga sekolah. Berikut ini
hubungan sederajat atau sukarela yang merupakan kegiatan penanaman
didasarkan pada nilai-nilai positif, seperti pendidikan karakter yang di observasi
persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, oleh penulis.
saling menghormati, dan sebagainya. Pengamatan Kultur Siswa
Pengembangan pendidikan dalam 1. Kedisiplinan
mewujudkan budaya berkarakter di seko- Kedisiplinan di lingkungan
lah yang bersifat di sekolah yang bersifat sekolah di mana anak sedang melakukan
horizontal tersebut dapat dilakukan me- kegiatan belajarnya. Di lingkungan
lalui pendekatan pembiasaan, keteladanan, sekolah kedisiplinan ini diwujudkan dalam
dan pendekatan persuatif atau mengajak pelaksanaan tata tertib sekolah.Masih
kepada warga sekolah dengan cara halus, terlihat beberapa anak yang masih belum
dengan memberikan alasan dan prospek sesuai dengan tata tertib misalnya dalam
baik yang bisa meyakinkan mereka. Sikap hal berpakaian seragam. Beberapa anak
kegiatannya berupa proaksi, yakni mem- juga masih terlambat mengikuti apel pagi.
buat aksi atau inisiatif sendiri, jenis dan 2. Kerapian
arah ditentukan sendiri, dan membaca Siswa laki-laki dalam berpakaian
munculnya aksi-aksi agar dapat ikut mem- sudah rapi seperti baju sudah dimasukkan,
beri warna dan arah pada perkembangan menutup aurat terbukti dengan memakai
nilai-nilai religiusitas di sekolah.Dapat celana panjang, sudah memakai ikat
pula berupa antisipasi, yakni tindakan pinggang, serta rambut juga tidak ada
aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal yang panjang, sedangkan putri karena
agar tercapai tujuan idealnya. bajunya panjang maka bajunya memang
Lebih detail, pembentukan karakter dikeluarkan, memakai jilbab bagi yang
positif dapat dilakukan melalui empat pen- beragama islam
dekatan berikut. 3. Sopan Santun
Pertama, pendekatan ins-truktif- Siswa sopan terhadap guru
struktural, yaitu strategi pemben-tukan maupun tamu yang datang ke sekolah.
karakter di sekolah sudah menjadi Pada setiap paginya terdapat guru yang
komitmen dan kebijakan pemimpin seko- piket men-jaga gerbang sekolah untuk
lah sehingga lahir berbagai peraturan atau menyambut siswa yang datang pada pagi
kebijakan yang mendukung terhadap ber- hari untuk bersalaman, Siswa
bagai kegiatan berkarakter di sekolah be- mengucapkan salam dan mencium tangan
serta berbagai sarana dan prasarana pen- ketika bertemu dengan guru
dukungnya termasuk dari sisi pembiasaan. 4. Kerjasama
Kedua, pendekatan formal- Kerjasama siswa terlihat terutama
kurikuler, yaitu strategi pembentukan pada waktu proses pembelajaran seperti

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 165


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
pe-laksanaan tugas kelompok, baik tugas Guru memperhatikan kerapian
di kelas maupun tugas di rumah. berpa-kaian dan penampilan selain mampu
5. Tanggung Jawab menimbulkan kepercayaan diri juga da-pat
Tanggung jawab siswa sebagai menciptakan daya tarik bagi siswa. Guru
pelajar adalah belajar dengan baik, sudah berpakaian serasi dan tidak
mengerja-kan tugas sekolah yang sudah mencolok agar siswanya tertarik meng-
diberikan kepadanya dan tidak ikuti pelajaran yang diberikan.
meninggalkan tu-gasnya sebelum berhasil 4. Sopan Santun
menyelesaikan-nya, disiplin dalam Guru berbicara dengan nada yang
menjalani tata tertib sekolah. baik, menghargai siswanya, bersikap sabar
6. Ketaatan beribadah terhadap siswa.
Adanya sholat dhuhur berjamaah 5. Kerjasama
selu-ruh warga sekolah, sholat dhuha dan Sudah terlihat adanya kerjasama
mengaji bersama. antara guru dengan siswa terutama pada
7. Kepedulian saat proses pembelajaran, serta kerjasama
Kepedulian siswa-siswi akan an-targuru yang terlihat pada terbukanya
kebersihan masih kurang. Hal ini terbukti terhadap saran dan kritik antar guru, serta
dengan masih terlihatnya sampah di saling tukar menukar informasi yang
lingkungan sekolah khususnya di dalam positif untuk kemajuan di bidang
kelas pembelajaran.
8. Kemandirian 6. Tanggung Jawab
Siswa berusaha menyelesaikan Tanggung jawab guru sudah
setiap tugas dengan waktu secepat dan menguasai cara pengajaran yang efektif
seefisien mungkin, kemandirian belajar dimana guru harus bisa menjadi model
dilakukan dalam kegiatan berdiskusi. Pe- bagi murid, bisa memberi nasihat,
ran aktif siswa dalam berbagai kegiatan mengua-sai teknik bimbingan serta
tersebut, mengindikasikan bahwa siswa layanan dan bisa membuat serta
tersebut memiliki kemandirian belajar melaksanakan eva-luasi yang lain.
yang tinggi.
9. Kerajinan
Siswa- siswi rajin dalam 7. Ketaatan beribadah
melaksanakan tugas dari guru ini terbukti Ketaatan beribadah terutama
setiap siswa diberikan tugas mata disekolah terlihat ketika adanya sholat
pelajaran tidak ada siswa yang telat berjamaah yang dilakukan pada waktu
mengumpulkan tugas. sholat dhu-hur.
Kultur Guru 8. Kemandirian
1. Keteladanan Guru yang mandiri mampu
Guru dapat menunjukkan sikap mengembangkan kreativitas dalam
yang sopan, ucapan yang menyejukkan mempersiap-kan desain pembelajarannya,
dan mempunyai pribadi yang menyenang- salah satu-nya guru membuat media
kan semua siswanya. Guru sudah mem- powerpoint dalam pembelajaran. Hal itu
berikan contoh seperti rajin, tepat waktu, merupakan cara guru mengaktifkan siswa
bertanggung jawab dan lain sebagai-nya. agar me-rasa terlibat dalam proses belajar
Selain itu, guru yang bersangkutan selalu dan cara guru memberikan informasi
hadir dengan penuh keceriaan, kepada siswa.
memberikan bimbingan, bantuan, saran, 9. Kepedulian
kritik yang membangun dengan niat yang Guru mengembangkan hubungan-
ikhlas.Apa yang dilakukan guru di luar hu-bungan dengan para muridnya,
kelas setidak-tidaknya dapat memberikan mendengarkan para muridnya,
image yang positif jikalau mampu menciptakan sebuah suasana yang hangat,
diperankan dengan baik menge-tahui murid secara individual,
2. Kedisplinan memperlihatkan empati, dan memenuhi
Kedisiplinan guru dalam kebutuhan-kebutuhan akademik dan
mengajar, sikap disiplin pribadi guru juga emosio-nal para muridnya
terlihat adanya semangat dan rasa Pendidikan karakter dilaksanakan
tanggung jawab untuk melaksanakan dalam tiga kelompok kegiatan.Pertama,
tugas, tidak adanya kecintaan terhadap pembentukan karakter yang terpadu
pekerjaan sebagai pendidik. dengan pembelajaran pada mata pelajaran.
3. Kerapian Berbagai hal yang terkait dengan karakter

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 166


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
(nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, kut.Pertama, guru sebagai sosok yang di-
dan lain-lain) dirancang dan gugu dan ditiru mempunyai peran
diimplementasikan dalam pembelajaran pentingdalam implementasi pendidikan
mata pelajaran-mata pelajaran yang ter- karakter di sekolah maupun di luar
kait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, sekolah. Sudah sepantasnya guru harus
Penjas Orkes, dan lain-lain. Hal ini memiliki karakter yang baik, memiliki
dimulai dengan pengenalan nilai secara kompetensi kepribadi-an yang baik,
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dimana kompetensi kepriba-dian tersebut
akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata menggambarkan sifat pribadi dari seorang
oleh pe-serta didik dalam kehidupan guru. Kedua, banyak hal yang dapat
sehari-hari.Kedua, pembentukan Karakter dilakukan untuk merealisasikan pen-
yang ter-padu dengan manajemen sekolah. didikan karakter di sekolah. Konsep
Berbagai hal yang terkait dengan karakter karak-ter tidak cukup dijadikan sebagai
(nilai-ni-lai, norma, iman dan ketaqwaan, suatu poin dalam silabus dan rencana
dan lain-lain) dirancang dan pelaksana-an pembelajaran di sekolah,
diimplementasikan da-lam aktivitas namun harus lebih dari itu, dijalankan dan
manajemen sekolah, seperti pengelolaan: dipraktikkan. Dimulai dengan belajar taat
siswa, regulasi/peraturan se-kolah, sumber dengan per-aturan sekolah. Sekolah harus
daya manusia, sarana dan prasarana, menjadikan pendidikan karakter sebagai
keuangan, perpustakaan, pem-belajaran, sebuah tata-nan nilai yang berkembang
penilaian, dan informasi, serta pengelolaan dengan baik di sekolah yang diwujudkan
lainnya. Ketiga, pembentukan karakter dalam contoh dan seruan nyata yang
yang terpadu dengan ekstra kuri-kuler. diaplikasikan oleh tenaga pendidik dan
Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang kependidikan di se-kolah dalam
memuat pembentukan karakter an-tara keseharian kegiatan di seko-lah
lain: (1) olahraga (sepak bola, bola voli, DAFTAR PUSTAKA
bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain); (2) Adel, Sayyed Mohham Reza. Davoudi dan
keagamaan (baca tulis Al Qur’an, kajian Ramezanzadeh. 2016. “A
hadis, ibadah, dan lain-lain); (3) seni Qualitative Study of Politeness
Strategies Used by Iranian EFL
buda-ya (menari, menyanyi, melukis,
learners in a Class Blog”.
teater); (4) KIR; (5) Kepramukaan; (6) Journalof Language Teaching
Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta Research, Iran Hakim Sabzevari
didik (LDKS); (7) Palang Merah Remaja University. Vol. 04.No. 47-62.
(PMR); (8) Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (PASKIBRAKA); (9) pameran, Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
lokakarya; dan (10) kesehatan, dan lain- Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
lainnya.
SIMPULAN Badan Penelitian dan Pengembangan
Berdasarkan uraian dan Puskur Kemendiknas. 2010.
pembahasan di atas, dapat dikemukakan Bahan Pelatihan Pengembangan
beberapa sim-pulan sebagai berikut. Pendidikan Budaya dan Karakter
Pertama, strategi pembelajaran pendidikan Bangsa. Jakarta: Kemen-diknas.
karakter di sekolah dapat diintegrasikan E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat
dalam 4 bentuk, yaitu antara lain: (1) Satuan Pendidikan, Panduan
pengintegrasian nilai dan etika pada mata Praktis. Bandung: Remaja Rosda.
pelajaran; (2) interna-lisasi nilai positif
yang di tanamkan oleh semua warga Karya. Fitri, Agus Zaenul. 2012.
Reinventing Human Character:
sekolah; (3) pembiasaan dan latihan,
Pendidikan Karakter Berbasis
pemberian contoh dan teladan; dan (4) Nilai dan Etika di Sekolah.
penciptaan suasana berkarakter di seko-lah Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
serta pembudayaan. Kedua, implementasi
pendidikan karakter peserta didik dapat Karakter Religius dan Nasionalisme di
MAN Temanggung. Jurnal
dilakukan melalui: (1) keterpa-duan antara
Paramitha. Vol 5. No 2.
pembentukan karakter dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu
pembelajaran; dan (2) manajemen sekolah Sosial Universitas Negeri
dan ekstrakurikuler. Semarang.
SARAN
Berdasarkan dua simpulan di atas,
dapat diberikan saran-saran sebagai beri-

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 167


Mepri Yanti Pandiangan
Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peserta Didik
Wahyu, Purhantara. 2010. Metode
Kualitatif Untuk Bisnis.
Yogyakarta: Graha.

Wagiran. 2013. Implementasi Kurikulum


2013 dalam Pembelajaran dan
Penilaian. Semarang:
Bahtera Wijaya Perkasa.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 168


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

NILAI MORAL DALAM LEGENDA Kasarung yang Sakti dan


LUTUNG KASARUNG YANG SAKTI Kisah
DAN KISAH TERBAIK NUSANTARA Terbaik
LAINNYAKARYA KAK GUN Nusantara Lainnya karya
Kak Gun, implikasi,
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
PEMBELAJARAN pembelajaran bahasa dan
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA sastra Indonesia
DI SEKOLAH
Abstrac. This study is
Tanita Liasna aimed to find out the
Dosen STKIP Budidaya Binjai moral values in the
tanitaliasna277@gmail.com legendary Lutung
Kasarung yang Sakti dan
Kisah Terbaik
Abstrak. Penelitian ini
Nusantara Lainnya by
bertujuan untuk
Kak Gun and the
mengetahui nilai moral
implications moral
yang terkandung dalam
values of the legendary
legenda Lutung
Lutung Kasarung yang
Kasarung yang Sakti dan
Sakti dan Kisah Terbaik
Kisah Terbaik Nusantara
Nusantara Lainnya by
Lainnya karya Kak Gun
Kak Gun to learning
danimplikasi
Indonesian language
pembahasan legenda
and literature at school.
Lutung Kasarung yang
The method which used
Sakti dan Kisah Terbaik
in this research is
Nusantara Lainnya karya
descriptive qualitative
Kak Gun terhadap
method of analysis. The
pembelajaranbahasa dan
results of this study
sastra Indonesia di
indicatedare (1) There
sekolah. Metode yang
are 50 moral values in
digunakan dalam
the in the legendary
penelitian ini adalah
Lutung Kasarung yang
kualitatif deskriptif
Sakti dan Kisah Terbaik
analisis. Hasil yang
Nusantara Lainnya by
tergambar dalam
Kak Gun divided into 7
penelitian ini adalah (1)
patterns is honesty,
Terdapat 50 nilai moral
authentic values,
yang terkandung dalam
responsibility,
legenda Lutung
independence moral,
Kasarung yang Sakti dan
moral bravery, humility,
Kisah-kisah Terbaik
and realistic and critical
Nusantara Lainnya karya
(2) Implications in the
Kak Gun yang terbagi
legendary Lutung
menjadi 7 pola, yaitu
Kasarung yang Sakti dan
kejujuran, nilai-nilai
Kisah Terbaik
otentik, bertanggung
Nusantara Lainnya by
jawab, kemandirian
Kak Gun in the KD 3.7
moral, keberanian moral,
which reads identifying
kerendahan hati, dan
values and content
realistik dan kritis (2)
contained in folklore
Implikasi legenda
(saga) both oral and
Lutung Kasarung yang
written. The media used
Sakti dan Kisah Terbaik
is a collection of legends
Nusantara Lainnya karya
to be analyzed.
Kak Gun yakni
pembelajaran dalam KD
Keywords: moral values,
3.7 yang berbunyi
the legendary Lutung
mengidentifikasi nilai-
Kasarung yang Sakti dan
nilai dan isi yang
Kisah Terbaik
terkandung dalam cerita
Nusantara Lainnya by
rakyat (hikayat) baik
Kak Gun, implications,
lisan maupun tulisan.
learning Indonesian
Media yang digunakan
language and literature
berupa kumpulan
legenda yang akan
dianalisis. PENDAHULUAN
Kata Kunci : nilai Sastra merupakan salah satu hal
moral, legenda Lutung yang selalu menjadi perbincangan dalam

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 160


Tanita Liasna
Nilai Moral dalam Legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik Nusantara
Lainnya Karya Kak Gundan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
masyarakat. Sebab melalui sastra cerminan hidup bagi masyarakat untuk
seseorang bisa mengungkapkan ide, menciptakan manusia yang lebih baik.
gagasan, isi hati dan pikirannya. Hal ini Salah satu nilai yang terkandung dalam
sesuai dengan yang disampaikan oleh sebuah legenda adalah nilai moral.
Lubis (2010:1-2) bahwa sastra adalah Moral merupakan salah satu nilai
ungkapan bathin manusia yang paling yang harus dijunjung tinggi dalam
luhur mengenai peristiwa kehidupan kehidupan berkebangsaan. Suseno
manusia yang dikemukakan dengan (1987:19) mengemukakan bahwa kata
bahasa yang indah untuk dapat dinikmati moral selalu mengacu pada baik buruknya
oleh pembacanya. Salah satu jenis sastra manusia sebagai manusia.Norma-norma
adalah sastra anak. Purba (2007:62) moral adalah tolok ukur untuk menetukan
menyatakan bahwa sastra anak adalah benar salahnya sikap dan tindakan
sastra yang mencerminkan perasaan, manusia. Nilai moral bertolak pada sikap
pengalaman anak-anak masa kini yang dan perilaku yang dapat dilihat melaui
dapat dipahami melalui mata anak-anak. perbuatan. Perbuatan yang terlihat terpuji
Kurniawan (2009:4-5) menyatakan sastra dan baik secara lahiriyah akan dinilai
anak mencakup aspek (1) Bahasa yang memiliki moral yang baik. Penilaian
digunakan dalam sastra anak adalah dipengaruhi oleh pandangan hidup bangsa
bahasa yang mudah dipahami oleh anak, yang bersangkutan.
yaitu bahasa yang sesuai dengan tingkat Namun realita yang terjadi di
perkembangan dan pemahaman anak (2) masyarakat, tergambar bahwa moral
Pesan yang disampaikan berupa nilai- semakin mengalami penurunan. Hal yang
nilai, moral, pendidikan yang disesuaikan sama disampaikan oleh Nurfajriah
pada tingkat perkembangan dan (2014:2) menyatakan bahwa keadaannyata
pemahaman anak. di dunia pendidikan dewasa ini, tampak
Cerita rakyat adalah salah satu memiliki gejala-gejala yang menunjukkan
contoh sastra anak. Cerita rakyat sebagai rendahnya kualitas moral seseorang. Hal
bagian yang dari sastra lisan yang hidup tersebut dapat dilihat dari moral seorang
menjadi bagian penting masyarakat, anak terhadap orang tua seperti melawan
diwariskan secara lisan dari mulut ke dan menentang, maraknya perilaku seks,
mulut (oral literature) dan turun-temurun mewabahnya penyalahgunaan obat-
dari satu generasi ke generasi berikutnya. obatan terlarang, dan lain sebagainya.
Dalam Wiguna dan Alimin (2018:144) Penyelesaian masalah moral
Wardani menyampaikan bahwa cerita tersebut menjadi tugas seluruh bagian
rakyat dapat digunakan sebagai sarana yang berkecimpung dalam dunia
untuk mendidik anak-anak, memberikan pendidikan. Nurfajriah (2014:2)
motivasi, meningkatkan perilaku dan mengemukakan bahwa sekolah sebagai
kepribadian. Beberapa fungsi cerita rakyat lembaga pendidikan, bertugas
diantaranya sarana untuk menghibur, memberikan pembelajaran moral kepada
mendidik, alat validasi regulasi dan siswanya. Pembelajaran moral ini dapat
lembaga budaya, dan sarana untuk dilakukan dengan memberikan
menyampaikan kebiasaan dan aturan pembinaan dalam pembelajaran karya
dalam masyarakat. Salah satu bagian dari sastra. Legenda sebagai sebuah karya
cerita rakyat adalah legenda. Dalam sastra anak yang mengandung nilai-nilai
Mursini (2011:59) Mitchell moral dapat menjadi alternatif bacaan
mengemukakan bahwa legenda (legends) yangdapat memberikan pemahaman
dapat dipahami sebagai cerita magis yang mengenai nilai- nilai kehidupan positif
sering dikaitkan dengan tokoh, peristiwa, yang patut diteladani, baik terhadap diri
dan tempat-tempat yang nyata. Berbagai sendiri, orang lain, maupun Tuhan.
cerita yang diangkat menjadi legenda Penulis tertarik dengan kumpulan
adalah tokoh dan peristiwa yang memang legenda yang berjudul Lutung Kasarung
nyata, ada, dan terjadi di dalam sejarah. yang Sakti dan Kisah-kisah Terbaik
Legenda dapat dibedakan ke dalam Nusantara Lainnya karya Kak Gun.
legenda tokoh, tempat, dan peristiwa. Terdapat 30 legenda yang berasal dari
Legenda sebagai bagian dari cerita beberapa daerah di Indonesia. Legenda
rakyat banyakberbicara mengenainilai- yang dikisahkan dalam kumpulan legenda
nilai danetika,sehingga legenda menjadi ini disampaikan dengan bahasa yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 161


Tanita Liasna
Nilai Moral dalam Legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik Nusantara
Lainnya Karya Kak Gundan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
sederhana dan dilengkapi dengan gambar HASIL PENELITIAN
yang menarik. Terdapat 50nilai moral yang
Berpedoman pada latar belakang terkandung dalam legenda Lutung
masalah, maka masalahdalampenelitianini Kasarung yang Sakti dan Kisah-kisah
yaitu (1) Bagaimana nilai moral yang Terbaik Nusantara Lainnya karya Kak
terkandung dalam legenda Lutung Gun yang terbagi menjadi 7 pola, yaitu
Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik kejujuran, nilai-nilai otentik, bertanggung
Nusantara Lainnya karya Kak Gun? (2) jawab, kemandirian moral, keberanian
Bagaimana implikasipembahasan legenda moral, kerendahan hati, dan realistik dan
Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah kritis.
Terbaik Nusantara Lainnya karya Kak PEMBAHASAN
Gun terhadap pembelajaranbahasa dan Nilai Moral dalam Legenda Lutung
sastra Indonesia di sekolah? Kasarung yang Sakti dan Kisah-kisah
METODE Terbaik Nusantara Lainnya karya Kak
Metode yang digunakan dalam Gun
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif Dalam penelitian ini penulis
analisis. Ratna (2008:53) menyampaikan menganalisis nilai moral dalam legenda
bahwa metode deskriptif analisis Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah
dilakukan dengan cara mendeskripsikan Terbaik Nusantara Lainnya karya Kak
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan Gun.Suseno(1987: 57) menyampaikan
analisis. bahwa norma moral adalah tolak ukur
Sumber data yang penulis untuk menetukan benar tidaknya sikap dan
gunakan dalam penelitian ini adalah tindakan manusia dilihat dari segi baik
legenda yang berjudul Lutung Kasarung buruknya.Nilai moral bertolak pada sikap,
yang Sakti dan Kisah-kisah Terbaik kelakuan yang dapat dilihat melaui
Nusantara Lainnya karya Kak Gun. Selain perbuatan. Perbuatan yang dapat terlihat
itu, sebagai penunjang penelitian ini dalam terpuji dan baik secara lahiriyah akan
pengambilan rujukan dan teori dinilai memiliki nilai moral yang baik.
dipergunakan buku-buku teori, penelitian Penilaian dipengaruhi oleh pandangan
yang berhubungan dengan nilai moral, hidup bangsa yang bersangkutan.
serta melalui jurnal dan juga internet. Alasan penulis melakukan
Kemudian, untuk mengetahui implikasi penelitian yang berhubungan dengan nilai
legenda ini sebagai bahan ajar maka akan moral di dunia pendidikan dewasa ini,
dihubungkan dengan Kompetensi Dasar tampak memiliki gejala-gejala yang
dalam Kurikulum. menunjukkan rendahnya kualitas moral
Teknik pengumpulan data dalam seseorang. Etika dan moral yang
penelitianini adalah metode library ditunjukkan oleh masyarakat, khususnya
research/ studi kepustakaan. Proses di lembaga sekolah tampak
pengolahan data dimulai dengan memprihatinkan. Degradasi moral dan
mengelompokan data-data yang terkumpul etika serta perilaku yang jauh dari
melalui kajian pustaka maupun catatan tuntunan berulangkali
yang dianggap dapat menunjang dalam dipertontonkan.Dalam Ningrum (2015:19)
penelitian ini untuk diklasifikasikan dan remaja modern sekarang punya
dianalisis berdasarkan kepentingan kecenderungan dan permisif terhadap
penelitian. Hasil analisis data tersebut hubungan seks pranikah. Dari survey yang
selanjutnya disusun dalam bentuk laporan diadakan oleh Komisi Nasional
dengan teknik deskriptif analisis, yaitu Perlindungan Anak pada bulan Januari –
dengan cara mendeskripsikan keterangan- Juni 2010 di kota-kota besar di Indonesia
keterangan atau data-data yang telah yang melibatkan 4500 siswa sekolah
terkumpul dan dianalisis berdasarkan pertama dan menengah memperlihatkan
teori-teori yang ada. Untuk mengetahui bahwa 62.7 5 siswa perempuan sudah
keabsahan dalam penelitian ini, digunakan tidak perawan lagi. Tidak hanya itu saja,
triangulasi teori. Dalam penelitian ini, maraknya kasus pembunuhan dan
keajegan mengacu pada kemungkinan penganiayaan antar siswa memperlihatkan
peneliti selanjutnya memeroleh hasil yang semakin terpuruknya kondisi moral
sama apabila penelitian dilakukan sekali generasi muda saat ini.
lagi dengan subjek yang sama.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 162


Tanita Liasna
Nilai Moral dalam Legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik Nusantara
Lainnya Karya Kak Gundan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
Salah satu kumpulan cerita rakyat menolong saudara laki-lakinya Pangeran
yang banyak menggambarkan pesan moral Danar, padahal ketika itu dia merasakan
dalam ceritamya adalah kumpulan legenda kecemburuan atas prestasi yang diraih
Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah- oleh Pangeran Danar. Pangeran Hamda
kisah Terbaik Nusantara Lainnya karya tetap menjadi dirinya sendiri, tetap
Kak Gun. Terdapat 30 legenda yang memiliki jiwa ksatria walaupun ada rasa
berasal dari beberapa daerah di Indonesia. cemburu yang hadir dalam dirinya.
Dalam kumpulan legenda Lutung Lalu, nilai moral bertanggung
Kasarung yang Sakti dan Kisah-kisah jawab adalah nilai moral yang muncul
Terbaik Nusantara Lainnya nilai moral dalam legenda Lutung Kasarung yang
yang muncul berupa kejujuran, nilai-nilai Sakti dan Kisah-kisah Terbaik Nusantara
otentik, kesediaan untuk bertanggung Lainnya karya Kak Gun. Tanggung jawab
jawab, kemandirian moral, keberanian adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
moral, kerendahan hati, serta realistik dan melaksanakan tugas dan kewajibannya,
kritis. yang seharusnya dilakukan, terhadap diri
Nilai moral berupa kejujuran sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
merupakan perilaku yang didasarkan pada sosial dan budaya), negara, dan Tuhan
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang Maha Esa. Terdapat 7 nilai moral
yang selalu dapat dipercaya dalam dalam legenda Lutung Kasarung yang
perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Dari Sakti dan Kisah-kisah Terbaik Nusantara
30 legenda dalam kumpulan Legenda Lainnya.Salah satu contoh nilai moral
Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah- bertanggung jawab adalah sebagai berikut.
kisah Terbaik Nusantara Lainnya karya Namun seorang bidadari kehilangan
Kak Gun terdapat 8 bentuk nilai moral pakaiannya sehingga ia tidak bisa
terbang kembali ke langit. Kemudian
kejujuran, salah satunya seperti yang ia pun menangis tersedu-sedu. “Siapa
tergambar dalam kutipan berikut. pun yang menemukan pakaianku jika
Setelah Bawang Putih menceritakan dia laki-laki akan kujadikan suami
segala hal yang dialaminya, ibu dan jika dia perempuan akan
Bawang Merah langsung kujadikan saudara,” sumpah sang
memerintahkan Bawang Merah untuk Bidadari... Sesuai dengan
pergi ke rumah Nenek itu (Bawang sumpahnya, Nawang Wulan
Merah Bawah Putih, hlm.38) kemudian menikah dengan Jaka
Dalam kutipan di atas jelas Tarub. (Jaka Tarub dan Nawang
tergambar bagaimana jujurnya seorang Wulan, hlm.46)
Melalui kutipan ini jelas
Bawang Putih pada ibu tiri dan saudara
tergambar Nawang Wulan bertanggung
tirinya, Bawang Merah. Meskipun ibu tiri
dengan sumpah yang telah ia sampaikan.
dan saudara tirinya tidak baik padanya,
Ia rela diperistri Jaka Tarub yang ia
tetapi dia masih jujur dan memberikan
anggap telah menolongnya.
hadiah yang dia peroleh dari orang lain
Nilai moral selanjutnya yang
kepada ibu tiri dan saudara tirinya.
terkandung dalam legenda Lutung
Nilai moral yang ditemukan
Kasarung yang Sakti dan Kisah-kisah
berikutnya adalah nilai-nilai otentik.
Terbaik Nusantara Lainnyaadalah
Suseno (1987:143) mengemukakan bahwa
kemandirian moral. Suseno (1987:146-
manusia otentik adalah manusia yang
147) menyampaikanmandiri secara moral
menghayati, menunjukkan dirinya sesuai
berarti bahwa kita tidak dapat dibeli oleh
dengan keasliannya, dengan kepribadian
mayoritas, bahwa kita tidak pernah akan
yang sebenarnya. Terdapat 4 bentuk nilai-
rukun hanya demi kebersamaan kalau
nilai otentik. Salah satunya tergambar
kerukunan itu melanggar keadilan.
dalam legenda Kisah Dua Pangeran.
Terdapat 4 kemandirian moral. Salah
Pangeran Hamda yang melihat hal
itu segera ikut berperang. Dia satunya adalah sebagai berikut.
membela dan melindungi Pangeran Namun tidak demikian dengan
Danar mati-matian. Karena Klenting Kuning. Dia menolak
keahliannya berpedang, Pangeran permintaan Yuyu Kangkang untuk
Hamda berhasil mengalahkan dicium. Yuyu Kangkang pun tidak
prajurit dari kerajaan seberang mau untuk menyeberangkan Klenting
sehingga Pangeran Danar dan Kuning. Klenting Kuning lalu
prajurit Kerajaan Batu Mulia selamat mengeluarkan cambuk sakti
(Kisah Dua Pangeran, hlm.112). pemberian Bangau ajaib dan
Dalam kutipan di atas tergambar dipukulkannya pada sungai itu.
bagaimana Pangeran Hamda tetap Seketika itu air sungai pun menjadi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 163


Tanita Liasna
Nilai Moral dalam Legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik Nusantara
Lainnya Karya Kak Gundan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
kering. Akhirnya Yuyu Kangkang menjadi gadis cantik.... (Keong Mas,
ketakutan tidak berdaya dan hlm.28).
mengantarkan Klenting Kuning ke Kutipan di atas menggambarkan
tempat sayembara tersebut.(Klenting bagaimana kerendahan hati Putri Candra
Kuning dan Ande-ande Lumut,
hlm.74). Kirana yang mau menyiapkan makanan di
Berdasarkan kutipan di atas jelas dapur untuk nenek yang telah
tergambar kemandirian moral tokoh menolongnya, padahal dia adalah seorang
Klenting Kuning. Dia tetap pada kejujuran putri dari sebuah kerajaan. Nilai moral
yang ia miliki. Dia tidak terpengaruh pada terakhir yang muncul dalam legenda
orang lain yang rela mencium Yuyu Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah-
Kangkang demi sampai ke seberang kisah Terbaik Nusantara Lainnya adalah
sungai untuk mengikuti sayembara yang realistik dan kritis. Realistik adalah
diadakan Ande-ande Lumut. bersikap real. Sikap real harus dibarengi
Kemudian, nilai moral yang dengan sikap kritis. Seperti yang
terkandung dalam kumpulan legenda disampaikan Suseno (1987:150) bahwa
tersebut adalah keberanian moral. Suseno sikap realistik tidak berarti bahwa kita
(1987:148) mengemukakan bahwa menerima realitas begitu saja. Kita
keberanian moral berarti berpihak pada mempelajari keadaan dengan serealis-
yang lebih lemah melawan yang kuat, realisnya supaya dapat kita sesuaikan
yang memperlakukannya dengan tidak dengan tuntutan prinsip-prinsip dasar.
adil. Terdapat 8 keberanian moral dalam Dengan kata lain, sikap realistik harus
legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan berbarengan dengan sikap kritis. Salah
Kisah-kisah Terbaik Nusantara Lainnya, satu bagian cerita yang menggambarkan
salah satunya adalah sebagai berikut. realistik dan kritis adalah sebagai berikut.
Pada waktu itu Belanda sedang Akhirnya mereka menemukan suatu
menjajah Indonesia. Si Pitung merasa cara. Penduduk berpura-pura
iba menyaksikan penderitaan yang membutuhkan pertolongan Kebo Iwa
dialami oleh rakyat kecil. Sementara untuk membangun kembali rumah-
itu kompeni dan para tuan tanah rumah serta pura yang telah dirusak
hidup bermewah-mewah. Kebo Iwa.... Setelah rumah dan pura
Dibantu oleh dua temannya yaitu selesai dibangun, Kebo Iwa lalu
Rais dan Jii, Si Pitung mulai mulai menggali sumur. Karena tidak
merencanakan perampokan terhadap ada alat akhirnya Kebo Iwa
rumah Tauke dan tuan tanah kaya menggunakan kedua tangannya yang
yang serakah. besar untuk menggali tanah. Lama-
Seluruh hasil rampokkannya dibagi- kelamaan sumur yang digali Kebo
bagikan pada rakyat miskin dan anak Iwa semakin dalam.
yatim piatu. (Si Pitung, hlm.68-69). Kebo Iwa juga menggunakan sumur
Dari kutipan tersebut jelas terlihat tersebut sebagai tempat
peristirahatannya. Suatu hari ketika
bahwa Si Pitung adalah orang berpihak Kebo Iwa sedang tidur nyenyak di
pada yang lebih lemah melawan yang dalam sumur, kepala kampung segera
kuat, yang memperlakukannya dengan mengumpulkan warganya di tepi
tidak adil. sumur lalu memerintahkan warga
melempari Kebo Iwa dengan kapur.
Lalu, nilai moral yang terkandung (Asal Muda Danau Batur, hlm.78-
dalam legenda tersebut adalah kerendahan 79).
hati. Suseno(1987:148) mengemukakan Melalui kutipan itu dapat
kerendahan hati adalah kekuatan batin diketahui bahwa Kepala Kampung
untuk melihat diri sesuai dengan memiliki nilai moral realistik dan kritis.
kenyataannya. Salah satu bagian yang Dia mengajak para warga untuk bersama-
menggambarkan sikap rendah hati adalah sama memusnahkan Kebo Iwa yang selalu
sebagai berikut. meresahkan warga dengan kelakuannya
Besoknya si nenek mencari ikan lagi, yang senang memakan manusia.
tetapi tak seekor ikan pun Implikasi Legenda Lutung Kasarung
didapatkannya. Dengan perasaan
kecewa nenek pun pulang ke Yang Sakti Dan Kisah Terbaik
gubuknya, alangkah terkejutnya dia Nusantara LainnyaKarya Kak Gun
ternyata di meja makan sudah Terhadap Pembelajaran Bahasa dan
tersedia masakan yang enak-enak. Sastra Indonesia di Sekolah
Begitu pula hari-hari berikutnya.
Suatu hari nenek mencari tahu apa Sastra sangat berperan aktif dalam
yang terjadi, ternyata yang memasak pembangunan moral masyarakat. Karena
semua masakan itu sewaktu ia pergi sastra atau karya sastra Indonesia,
adalah Keong Mas yang berubah

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 164


Tanita Liasna
Nilai Moral dalam Legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik Nusantara
Lainnya Karya Kak Gundan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
bukanlah sebuah akal-akalan atau sekedar yang dapat menambah pemahaman baru
rekaan, namun sastra adalah saksi pada siswa.
kemanusiaan yang berbentuk refleksi Berkaitan dengan kegiatan
mendalam tentang kehidupan manusia. menganalisis nilai moral dalam legenda,
Melalui karya sastra, dapat dikenali maka siswa akan mempraktikkan
keadaan serta fragmen-fragmen kehidupan keterampilan berbahasa berupa membaca
sosial masyarakat yang kita lihat, alami, dan menulis. Siswa mengawali kegiatan
cermati, dan hayati, baik dari bidang pembelajaran dengan membaca isi cerita
sosial, politik, ekonomi, moral, serta nilai. untuk menganalisis nilai moral, kemudian
Salah satu pembelajaran wajib yang menuliskan hasil analisis tersebut.
ada di Sekolah adalah pembelajaran SIMPULAN
bahasa Indonesia. Tujuan umum Legenda menjadi sebuah bagian
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dari cerita rakyat yang mengandung
adalah agar siswa mampu banyak nilai, salah satunya adalah nilai
mengembangkan kepribadian, moral. Nilai moral yang terbagi menjadi
memperluas wawasan sastra, beberapa bagian, yaitu kejujuran, nilai-
meningkatkan pengetahuan dan nilai otentik, bertanggung jawab,
kemampuan berbahasa. Tujuan umum kemandirian moral, keberanian moral,
tersebut dijabarkan lagi dalam tujuan kerendahan hati, dan realistik dan kritis
khusus yaitu agar siswa mampu merupakan nilai yang seharusnya
menikmati, menghayati, memahami, dan ditumbuhkembangkan kembali dalam
menarik manfaat-manfaat karya sastra, pikiran generasi muda, mengingat moral
diharapkan dengan belajar sastra, siswa generasi muda mengalami kemerosotan.
dapat lebih memahami esensi kehidupan. Salah satu cara untuk
Cara yang ditempuh guru bahasa mengajarkan kembali nilai moral kepada
Indonesia untuk membimbing dan generasi muda adalah dengan mengajak
mengarahkan kepribadian siswa agar siswa di sekolah untuk menganalisis nilai
bertingkah laku baik adalah moral yang terkandung dalam sebuah
memanfaatkan karya sastra. Salah satunya legenda.
adalah memberikan siswa bahan bacaan DAFTAR PUSTAKA
berupa karya sastra yang mengandung Gun, Kak. 2016. Legenda Lutung
aspek moral. Cerita rakyat merupakan Kasarung yang Sakti dan Kisah-
kisah Terbaik Nusantara
salah satu ragam sastra lisan. Legenda
Lainnya. Yogyakarta:
Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah- Cakrawala.
kisah Terbaik Nusantara Lainnya karya
Kak Gun adalah salah satu bagian dari Kurniawan, Heru. 2009.
cerita rakyat yang mengandung nilai SastraAnakdalamKajianStruktur
moral yang dapat diimplikasikan dalam alisme, Sosiologi, Semiotika,
pembelajaran di sekolah. hinggaPenulisanKreatif.Yogyak
arta: GrahaIlmu.
Implikasi hasil penelitian nilai
moral yang terkandung dalam legenda
Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah- Lubis, Saripuddin. 2010. Lebih Dekat
kisah Terbaik Nusantara Lainnya karya dengan Sastra Kita. Binjai:
Kak Gun memiliki keterlibatan erat Lestari Grafika.
dengan pembelajaran bahasa dan Sastra
Mursini. 2011. Apresiasi dan
Indonesia, yakni pembelajaran dalam KD Pembelajaran Sastra Anak-anak.
3.7 yang berbunyi mengidentifikasi nilai- Bandung: Citapustaka Media
nilai dan isi yang terkandung dalam cerita Perintis.
rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulisan.
Media yang digunakan berupa kumpulan Ningrum, Diah. 2015. “Kemerosotan
legenda yang akan dianalisis. Moral di Kalangan Remaja:
Sebuah Penelitian Mengenai
Legenda Lutung Kasarung yang
Parenting Styles dan Pengajaran
Sakti dan Kisah-kisah Terbaik Nusantara Adab” dalam Jurnal Unisia, Vol.
Lainnya merupakan sebuah kumpulan XXXVII No. 82 Januari 2015.
legenda yang relevan untuk dijadikan
sebagai materi pembelajaran karena isi Nurfajriah, Siti. 2014. Nilai Moral dalam
cerita mengandung banyak nilai moral Novel Orang Miskin Dilarang
Sekolah Karya Wiwid Prasetyo

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 165


Tanita Liasna
Nilai Moral dalam Legenda Lutung Kasarung yang Sakti dan Kisah Terbaik Nusantara
Lainnya Karya Kak Gundan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di Sekolah.
Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Purba, Antilan. 2007. Kompleksitas Sastra


Indonesia. Medan: USU Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori,


Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Suseno, F.M. 1987. Etika Dasar:


Masalah-masalah Pokok
Filsafat Moral. Yogyakarta:
APD.

Wiguna, Al Ashadi Alimin. 2018.


“Analisis Nilai-nilai Moral
dalam Cerita Rakyat Kalimantan
Barat” dalam Jurnal Pendidikan
Bahasa, Vol. 7, No. 1, Juni
2018.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 166


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

EFEKTIVITAS MEDIA AUDIO VISUAL “MERAJUT ASA” DI TRANS7


TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH
SISWA KELAS VII MTs NEGERI 3 MEDAN

Kursitasari
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
kursitasari95@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas


penggunaan media audio visual “Merajut asa” di Trans 7 dalam
pembelajaran menulis cerita pendek oleh siswa kelas VII MTs Negeri 3
Medan . Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 3 Medan, jumlah
populasi dalam penelitian ini 239 siswa, dan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas VII-2 terdapat 40
siswa dan VII-4 terdapat 39 siswa. jadi seluruh sampel berjumlah 79
siswa. Kelas VII-2 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang menerima
pembelajaran menggunakan media pembelajaran audio visual “Merajut
Asa” sedangkan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol tanpa menggunakan
media pembelajaran audio visual. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain Posstest-Only
Control Design. Dengan desain tersebut, akan dibandingkan
kemampuan menulis cerpen siswa yang dibimbing dengan
menggunakan media pembelajaran audio visual “Merajut Asa” dengan
kemampuan menulis cerpen tanpa menggunakan media audio visual.
Dari hasil analisis data diperoleh rata-rata kemampuan menulis cerpen
dengan menggunakan media pembelajaran audio visual “Merajut Asa”
yaitu 79,53 dengan standar deviasi 7,14. Sedangkan kemampuan
menulis cerpen tanpa menggunakan media pembelajaran audio visual
yaitu 63,36 dengan standar deviasi 9,40. Dari hasil analisis statistika
diperoleh harga t sebesar 6,6. Setelah dibandingkan dengan t
dengan df = (n + n ) − 2), (40+39) - 2 = 77. Pada tabel t dengan df 77
diperoleh taraf signifikan 5% = 1,664 karena t yang diperoleh
lebih besar dari t yaitu t >t , yakni 6,6 > 1,664 Maka
hipotesis nihil (H ) ditolak dan hipotesis alternatif (H ) diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran audio
visual “Merajut Asa” lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan
menulis cerpen oleh siswa kelas VII MTs Negeri 3 Medan .
Kata kunci: efektivitas, media audio-visual, cerita pendek

Abstract. This study aims to determine the effectiveness of the use of


audio-visual media “Merajut asa” in Trans 7 in learning to write short
stories by class VII students of State MTs 3 Medan . This research was
conducted in Medan State MTs 3, the population in this study was 239
students, and the sample in this study consisted of two classes, namely
class VII-2, there were 40 students and VII-4 there were 39 students. so
all the samples were 79 students. Class VII-2 as an experimental class
is a class that receives learning using audio-visual learning media
“Merajut asa” while class VII-4 as a control class without using audio
visual learning media. The method used in this study is an experimental
method with the design of Posstest-Only Control Design. With the
design, it will be compared to the ability to write short stories of
students who are guided by using audio visual learning media “Merajut
asa” with the ability to write short stories without using audio visual
media. From the results of data analysis, the average ability to write
short stories is obtained by using “Merajut asa” audio-visual learning
media, which is 79.53 with a standard deviation of 7.14. While the
ability to write short stories without using audio visual learning media
is 63.36 with a standard deviation of 9.40. From the results of statistical
analysis, the price is 6.6. After being compared with with df
= ( + ) − 2), (40+39) - 2 = 77. In with df 77 obtained a
significant level of 5% = 1,664 because obtained is greater than
namely > ,, which is 6.6> 1.664 Then the null
hypothesis ( ) is rejected and the alternative hypothesis ( )is
accepted. Thus it can be concluded that “Merajut asa” audio-visual
learning media is more effective in improving short story writing skills
by class VII students of State 3 of MTs Medan.
Keywords: effectiveness, audio-visual media, short stories

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 167


Kursitasari
Efektivitas Media Audio Visual “Merajut Asa” di Trans7 terhadap Kemampuan Menulis
Cerita Pendek oleh Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Medan
PENDAHULUAN Berdasarkan pengalaman peneliti
Keterampilan menulis sangat masih banyak siswa tidak mampu menulis
penting bagi setiap siswa. Penulis perlu cerpen berdasarkan ciri-ciri cerpen, kurang
memiliki banyak ide, ilmu pengetahuan, bervariasinya guru dalam
dan pengalaman hidup. Hal ini merupakan mengembangkan media pembelajaran,
modal dasar yang harus dimiliki dalam kurangnya sarana dan prasarana yang
kegiatan menulis. Disamping modal dasar tersedia di sekolah.Solusi yang
itu, seorang penulis harus menguasai bisaditawarkan oleh peneliti dengan
banyak perbendaharaan kata untuk permasalahan diatas yaitu dengan memilih
menyampaikan ide-ide, pengetahuan, serta dan menggunakan media pembelajaran
pengalaman yang dimiliki. Tujuan yang dapat merangsang minat belajar
menulis adalah sebagai alat komunikasi peserta didik agar pembelajaran tidak
secara tidak langsung. Penulis dan terlihat monoton. Dalam pemilihan media
pembaca dapat berkomunikasi melalui pembelajaran, peneliti memilih media
tulisan. Pada prinsipnya menulis adalah audio visualsebagai perantara dalam
menyampaikan pesan penulis kepada menulis cerita pendek yang mampu
pembaca, sehingga pembaca memahami mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan
maksud yang dituangkan atau maksud daya indra.
yang disampaikan melalui tulisan tersebut. Penerapan media audio visual
Menulis merupakan salah satu ditujukan untuk meningkatkan efektivitas
dari keterampilan berbahasa yang proses pembelajaran sehingga diharapkan
diajarkan kepada peserta didik sebagai peserta didik mampu mengembangkan
keterampilan produktif, menulis daya nalarnya. Jadi dari permasalahan
menghendaki peserta didik untuk mampu yang dipaparkan diatas, mengunggah
menggalih, menemukan, mengungkapkan peneliti untuk melakukan penelitian
gagasan, perasaan, pengalaman serta terhadap “Efektivitas media audio visual
menggunakan bahasa yang tepat. Namun “Merajut Asa” di Trans7 terhadap
tidak semuanya peserta didik dapat kemampuan menulis cerita pendek oleh
menunjukkan kemampuan tersebut. Dalam siswa kelas VII MTs Negeri 3
menulis peserta didik merasakan Medan”.Dengan media diharapkan
kurangnya keyakinan, minat dan latihan kemampuan siswa dalam menulis cerpen
yang memadai untuk menulis. dapat meningkat.
Pengembangan kemampuan Berdasarkan latar belakang,
menulis perlu mendapat perhatian yang identifikasi masalah, dan batasan masalah
sungguh-sungguh sejak pendidikan dasar. di atas, peneliti merumuskan sebagai
Kemampuan menulis tidak dapat berikut: (a) Bagaimana kemampuan
diperoleh secara alamiah tetapi harus menulis cerita pendek dengan
dipelajari secara sungguh-sungguh. Hal ini menggunakan media audio visual
dilakukan mengingat menulis merupakan “Merajut asa” di Trans7 oleh siswa kelas
sarana yang penting untuk VII MTs Negeri 3 Medan? (b) Bagaimana
mengembangkan kemampuan intelektual kemampuan menulis cerita pendek tanpa
anak sejak pendidikan paling dasar. menggunakan media audio visual
Mengingat pentingnya menulis “Merajut asa” di Trans7 oleh siswa kelas
bagi peserta didik, tenaga pendidik VII MTs Negeri 3 Medan? dan (c) Apakah
semestinya bisa membangkitkan peserta penggunaan media audio visual “Merajut
didik untuk menulis serta menjadikan asa” di Trans7 efektif digunakan dalam
menulis itu sebagai pekerjaan yang alami pembelajaran menulis cerita pendek oleh
dan menyenangkan, biasanya peserta didik siswa kelas VII MTs Negeri 3 Medan?
kesulitan untuk menguraikan atau METODE PENELITIAN
menuangkan ide, gagasan maupun pikiran Metode yang digunakan penulis
kedalam bentuk karangan seperti menulis. ini adalah metode eksperimen yaitu
Salah satu diantaranya keterampilan metode yang bertujuan untuk melihat
berbahasa yaitu menulis cerita pendek, apakah ada perbedaan hasil sebagai akibat
cerpen yang baik yaitu cerpen yang adanya perbedaan perlakuan yang
mampu menyentuh hati para pembacanya, diberikan pada kelas eksperimen dan kelas
karena cerpen adalah hasil ekspresi kontrol. Kelas eksperimen menerapkan
penulis. media audio visual “Merajut Asa” di
Trans7 dalam kemampuan menulis cerpen

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 168


Kursitasari
Efektivitas Media Audio Visual “Merajut Asa” di Trans7 terhadap Kemampuan Menulis
Cerita Pendek oleh Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Medan
dan kelas kontrol menerapkan metode Segala hal telah dilakukan peneliti
ceramah terhadap kemampuan menulis untuk memperoleh hasil penelitian yang
cerpen. maksimal dengan tahapan yang telah
Metode ini dipilih sesuai dengan direncanakan sebelumnya. Sebelum
masalah dan tujuan penelitian. Tujuan melakukan penelitian seorang peneliti
penelitian ini adalah untuk mengetahui terlebih dahulu mempersiapkan silabus
keefektifan media audio visual “Merajut serta RPP yang sesuai dengan kurikulum
Asa” di Trans7 terhadap kemampuan MTs Negeri 3 Medan, agar peneliti dapat
menulis cerpen. melaksanakan kegiatan pembelajaran
Tabel 1. Desain Eksperimen Posstest-Only sesuai dengan konsep yang telah
Control Design direncanakan melalui media pembelajaran
Kelompok Kelas Perlakuan Post
Test
sebagai alat bantu proses belajar mengajar.
Eksperimen X Segala hal telah dilakukan peneliti
(VII-2) untuk memperoleh hasil penelitian yang
Kontrol maksimal dengan tahapan yang telah
(VII-4)
direncanakan sebelumnya. Sebelum
Keterangan:
R = Kelas Eksperimen melakukan penelitian seorang peneliti
R = Kelas Kontrol terlebih dahulu mempersiapkan silabus
X = Perlakuan (penggunaan Media Audio serta RPP yang sesuai dengan kurikulum
Visual “Merajut Asa”)
MTs Negeri 3 Medan, agar peneliti dapat
O = Pemberian Posttest menggunakan media
audio visual “Merajut Asa” melaksanakan kegiatan pembelajaran
O = Pemberian Posttest tanpa menggunakan sesuai dengan konsep yang telah
media Audio Visual direncanakan melalui media pembelajaran
Sugiyono (2016:148) mengatakan sebagai alat bantu proses belajar
“Instrumen penelitian adalah suatu alat mengajar.Sebelum melakukan penelitian
yang digunakan mengukur fenomena alam seorang peneliti terlebih dahulu
maupun sosial yang diamati.” Oleh karena mempersiapkan silabus serta RPP yang
itu benar tidaknya suatu data sangat sesuai dengan kurikulum MTs Negeri 3
menentukan bermutu tidaknya instrumen Medan, agar peneliti dapat melaksanakan
pengumpulan data.Instrumen penelitian kegiatan pembelajaran sesuai dengan
atau alat pengumpulan data yang konsep yang telah direncanakan melalui
digunakan dalam penelitian ini adalah tes media pembelajaran sebagai alat bantu
esai dalam bentuk penugasan. yang proses belajar mengajar.
diperoleh melalui dua kelas yaitu kelas PEMBAHASAN
VII-2 yang terdiri dari 40 siswa yang Berdasarkan penjelasan diatas
disebut dengan kelas eksperimen serta maka diperoleh jawaban dari rumusan
diberi perlakuan dan kelas VII-4terdiri masalah yaitu Hasil posttest dari
dari 39 siswa sebagai kelas kontrol. kelompok eksperimen dengan
Jumlah keseluruhan populasi yaitu 79 menggunakan media audio visual
siswa. “Merajut Asa” memperoleh mean
HASIL PENELITIAN kemampuan menulis cerpen 79,53 dalam
Instrumen pemerolehan data kategori baik sekali, sementara kelompok
dalam penelitian ini berupa tes esai yang kontrol tanpa menggunakan media audio
berbentuk penugasan yang diperoleh visual “Merajut Asa” memperoleh mean
melalui dua kelas yaitu kelas VII-2 yang 63,36 dalam kategori cukup. Pemerolehan
terdiri dari 40 siswa yang disebut dengan mean ini menandakan bahwa kelompok
kelas eksperimen serta diberi perlakuan penggunaan audio visual “Merajut Asa”
dan kelas VII-4terdiri dari 39 siswa lebih memiliki nilai yang tinggi
sebagai kelas kontrol. Jumlah keseluruhan dibandingkan dengan kelompok tanpa
populasi yaitu 79 siswa. Dengan menggunakan media audio visual
instrumen tersebut diperoleh data untuk “Merajut Asa”.Pengujian normalitas
variabel pembelajaran dengan menggunakan uji Lilliefors dihasilkan
menggunakan media pembelajaran audio bahwa daftar populasi berdistribusi normal
visual “Merajut Asa” terhadap pada kedua kelas.Pengujian homogenitas
kemampuan menulis cerpen dan variabel menggunakan uji F diperoleh nilai
tanpa menggunakan media audio visual < yakni 1,73 < 3,12. Hal
terhadap kemampuan menulis cerpen.
ini membuktikan sampel berasal dari
kelompok yang homogen, artinya data

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 169


Kursitasari
Efektivitas Media Audio Visual “Merajut Asa” di Trans7 terhadap Kemampuan Menulis
Cerita Pendek oleh Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Medan
yang diperoleh dapat mewakili populasi. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
Kedua kelas mendapatkan nilai rata-rata Pendidikan (Pendekatan
yang berbeda. Kelas eksperimen lebih Kuantitatif, kualitatif dan R&D).
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Bandung: Alfabeta.
Maka disimpilkan bahwa siswa yang
diajarkan dengan menggunakan media
audio visual “Merajut Asa” lebih efektif
diterapkan, agar adanya peningkatan
kemampuan siswa dalam menulis cerpen.
Media audio visual “Merajut Asa”
lebih efektif digunakan dalam kemampuan
menulis cerpen pada siswa kelas VII MTs
Negeri 3 Medan . Hal ini dibuktikan
dengan perhitungan menggunakan uji “t”,
yaitu > yaitu 6,6 > 1,664
sehingga alternatif ( ) pada penelitian ini
terbukti kebenarannya diterima.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil uji coba, dapat
disimpulkan bahwa media Audio Visual
“Merajut Asa” di Trans 7 Terhadap
Kemampuan Menulis Cerita Pendek
sangat baik digunakan sebagai pendukung
pembelajaran menulis cerita pendek,
karena sesuai dengan kebutuhan siswa.
SARAN
Oleh karena itu,disarankan kepada
guru mata pelajaran bahasa Indonesia
untuk menggunakan media Audio Visual
yang mampu merangsang tingkat berpikir
siswa agar menarik perhatian untuk
menulis sebuah cerita pendek dalam
proses pembelajaran di kelas dan Media
audio visual “Merajut Asa” dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk
meningkatkan keterampilan menulis,
khususnya keterampilan menulis cerpen.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian (Suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

___.2016. Dasar-dasar Evaluasi


Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar


Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada

Sudjana, 2015. Metode Statistika.


Bandung: Tapsito

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 170


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN BAHAN AJAR INTERAKTIF YANG BERBASIS


KEARIFAN LOKAL BREBES DALAM MATA KULIAH SEMANTIK

Prasetyo Yuli Kurniawan


PBSI Universitas Muhadi Setiabudi
prasetyoyulikurniawan@gmail.com

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan perkuliahan


semantik dengan menggunakan bahan ajar interaktif yang berbasis kearifan lokal
Brebes dan menguji keefektifan bahan ajar interaktif yang berbasis kearifan lokal
Brebes. Metode pada penelitian ini digunakan metode eksperimen. Bentuk
eksperimen dalam penelitian ini yaitu one group pretest-postest design. Jenis
eksperimen tersebut menggunakan satu kelas dan terdapat tes awal sebelum diberi
perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai awal (pretest) terdapat
mahasiswa yang belum tuntas sebanyak 22 mahasiswa dan nilai akhir (postest)
pada mahasiswa sudah tuntas semua. Hasil uji keefektifan berdasarkan tabel
independent samples test menyatakan adanya perbedaan signifikan hasil pretest
dan posttest. Dengan demikian dapat d isimpulkan bahwa bahan ajar interaktif
mata kuliah semantik yang berbasis kearifan lokal Brebes efektif digunakan dalam
perkuliahan.

Kata Kunci: metode eksperimen, bahan ajar interaktif, kearifan lokal Brebes,
semantik.

Abstract. The purpose of this study is to describe and associated semantics with
the use of interactive learning materials based local wisdom of Brebes and test the
effectiveness of interactive learning materials based local wisdom Brebes. This
research method used a method of experimentation. The form of experiments in
this study i.e. one group pretest-postest design. The type of the experiment using a
single class, and there are initial tests before being given the treatment. The
results of this study showed that the initial value (pretest) there are students who
hadn't as much as 22 students and the final value (postest) on students already
finished all. Test result table based on the effectiveness of independent samples test
stating the existence of significant differences result pretest and posttest. Thus it
can be d isimpulkan that interactive learning materials courses semantics based
local wisdom Brebes effectively used in lectures.

Keyword: experimental methods, interactive learning materials, local wisdom of


Brebes, semantics.
PENDAHULUAN pembelajaran (Malalina, 2014). Dosen
Dalam perkuliahan, seorang dosen perlu mengemas bahan ajar tersebut sesuai
harus mampu memberikan materi kepada dengan kebutuhan. Disesuaian dengan
mahasiswa dengan cara yang menarik. mata kuliah yang akan diampu misalnya
Materi tersebut bisa dikemas dengan dalam mata kuliah semantik.
menggunakan berbagai pendekatan. Berdasarkan observasi yang telah
Misalnya dengan menggunakan media, dilakukan pada mahasiswa Pendidikan
model, maupun bahan ajar tertentu. Bahasa dan Sastra Indonesia di Univesitas
Bahan ajar yang baik harus Muhadi Setiabudi, mahasiswa kurang
memperhatikan hal berikut seperti (1) memahami hakikat dari semantik. Hal
penyusunan garis besar isi bahan ajar, (2) tersebut dibuktikan dengan rata-rata
penulisan isi bahan ajar. (3) Perancangan predikat mata kuliah semantik yaitu C.
tata letak dan penggunaan ilustrasi bahan Banyak hal yang melatarbelakangi itu
ajar, (4) penggunaan bahasa bahan ajar, terjadi, misalnya di daerah sekitar kampus
dan (5) pengintegrasian media audio dan Universitas Muhadi Setiabudi masih
video bahan ajar Achmad (2009:2). sangat terbatas sekali sumber pustaka
Bahan ajar yang bisa yang dijadikan referensi untuk mahasiswa.
dimanfaatkan dosen sangat beragam. Bahkan diperpustakaan kampus pun masih
Bahan ajar tersebut misalnya bahan ajar terbatas buku-buku yang ada kaitannya
cetak, bahan ajar dengar (audio), bahan dengan semantik. Oleh karena itu,
ajar dengar (audio visual), dan bahan ajar perlunya bahan ajar tentang mata kuliah
interaktif. Bahan ajar interaktif ini sangat semantik sebagai penunjang mahasiswa
penting sebagai penunjang keberhasilan dalam perkuliahan.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 171


Prasetyo Yuli Kurniawan
Keefektifan Penggunaan Bahan Ajar Interaktif yang Berbasis Kearifan Lokal Brebes
dalam Mata Kuliah Semantik
Bahan ajar juga perlu itu juga mahasiswa akan mendapatkan
mengandung nilai-nilai tertentu agar kekayaan pengetahuan tentang cabang
mahasiswa bukan hanya mendapatkan ilmu linguistik yang berkaitan tentang
kompetensi pedagogik, namun juga kalimat melalui bahan ajar interaktif. Oleh
kompetensi afektif yang dilandasi dengan karena itu, berdasarkan permasalahan
nilai-nilai luhur. Nilai-nilai yang tepat yang sudah dipaparkan bahwa penelitian
untuk diterapkan pada mahasiswa yaitu ini perlu dilakukan agar bisa menguji
nilai kearifan lokal. Fenomena pada masa keefektifan bahan ajar interaktif yang
sekarang ini, kebudayaan leluhur pada saat sudah terdapat nilai-nilai kearifan lokal
ini mulai luntur oleh arus kebudayaan Brebes. Selain mendapat alternatif bahan
asing yang dikemas kedalam berbagai ajar yang mampu menunjang perkuliahan
media. Dunia pendidikan diharapkan semantik, bahan ajar ini juga memberikan
mampu berperan dalam menanamkan nilai-nilai kearifan kepada mahasiswa.
pengetahuan bermuatan budaya. Penelitian ini berpijak pada
Kearifan lokal brebes juga penelitian sebelumnya. Salah satu
perlunya dijaga dan dilestarikan oleh penelitian yang dijadikan pustaka yaitu
mahasiswa misalnya seperti gagasan, penelitian yang dilakukan oleh Rosida
aktivitas, dan artefak. Wujud nyata ketiga (2017) dengan judul “Efektivitas
kearifan lokal Brebes tersebut misalnya Penggunaan Bahan Ajar E-Book Interaktif
khaul (memperingati satu tahun dalam Menumbuhkan Keterampila
kematian), kerigan (membersihkan saluran Berpikir Kritis Siswa”. Penelitian tersebut
air dan sampah), dan calung (musik bertujuan untuk mengetahui efektivitas
bambu). Terlebih lagi mahasiswa penggunaan e-book interaktif dalam
Universitas Muhadi Setiabudi. Namun menumbuhkan keterampilan berpikir kritis
pada kenyataannya mereka sudah tidak siswa, dengan topik dampak pencemaran
mengenali budayanya sendiri. Hal tersebut bagi kehidupan. Hasil penelitian
perlu menjadi perhatian khususnya pakar menunjukan bahwa bahan ajar interaktif e-
pendidikan. Universitas Muhadi Setiabudi book efektif untuk menumbuhkan
selaku penyelenggara pendidikan harus keterampilan berpikir siswa. Relevansi
ikut serta membangun dan melestarikan penelitian yang dilakukan Rosida dengan
kearifan lokal Brebes. Hal tersebut sejalan penelitian ini yaitu terdapat persamaan
dengan misi pembangunan daerah dan perbedaan. Persamaannya terletak
Kabupaten Brebes Tahun 2005-2025 yaitu pada variabel yang diuji keefektifannya
sebagai berikut yaitu bahan ajar interaktif. Namun
“Mewujudkan pengamalan nilai- perbedaannya pada subjek penelitian. Jika
nilai agama dan kearifan lokal. Makin penelitian Rosida sasarannya yaitu kepada
kuatnya karakter masyarakat yang siswa, jika penelitian ini sasarannya yaitu
berbasis pada agama dan nilai-nilai mahasiswa PBSI Universitas Muhadi
budaya, sehingga menjadi manusia yang Setiabudi.
beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, Penelitian ini juga relevan dengan
berakhlak mulia, bermoral, beretika penelitian lain. Salah satu penelitian yang
berdasarkan pada falsafah Pancasila, yang dijadikan pustaka di jurnal internasional
akhirnya mampu berpikir, bersikap, dan yaitu Parris (2010) dengan jurnal artikel
bertindak sebagai manusia yang tangguh, “Cultural Dimensions of
kompetitif, berbudi luhur, bertoleran, Learning:Addressing the Challenges of
bergotong royong, berjiwa patriotik, Multicultural Instruction” Vol 11. No. 2
menjunjung nilai-nilai luhur budaya (2010) memaparkan, pembelajaran
bangsa, mengedepankan kearifan lokal, berbasis budaya sangat diperlukan bagi
dan selalu berkembang secara dinamis”. peserta didik. Dengan menerapkan
Melihat misi dari pembangunan pembelajaran berbasis budaya, secara
daerah Kabupaten Brebes tersebut, tidak langsungakan mengajarkan sikap
penelitian ini sejalan dengan misi tersebut cinta terhadap budaya dan bangsa. Karena
karena dalam penelitian ini akan pembelajaran berbasis budaya,
menggugahkan kesadaran akan implikasinya yaitu memperkenalkan
pentingnya kearifan lokal bagi kepada peserta didik tentang potensi-
mahasiswa. Kesadaran itu tidak lain untuk potensi sebuah daerah sehingga peserta
masyarakat brebes khususnya mahasiswa didikakan lebih mengenal budaya
di Universitas Muhadi Setiabudi. Selain daerahnya.Pembelajaran berbasis budaya

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 172


Prasetyo Yuli Kurniawan
Keefektifan Penggunaan Bahan Ajar Interaktif yang Berbasis Kearifan Lokal Brebes
dalam Mata Kuliah Semantik
juga mengajarkan kepada anak untuk Dokumentasi digunakan sebagai
bersikap tenggang rasa kepada sesama pencatatan peristiwa penelitian.
teman yang memiliki latar belakang Dokumentasi pada penelitian ini berupa
budaya yang berbeda. Jadi artikel yang gambar-gambar pada saat penelitian ini
dituliskan oleh Parris, dijadikan acuan berlangsung dari awal sampai akhir.
Penelitian ini untuk penguatan penerapan Teknik pengumpulan data pada
nilai budaya dalam pengembangan bahan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
ajar interaktif dalam mata kuliah semantik. berikut.
Berdasarkan beberapa alasan yang a. Memberikan pretest
melatarbelakangi dilakukan penelitin dan Pada teknik pengumpulan data ini,
studi pustaka relevan, dapat ditarik mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra
simpulan judul penelitian yaitu keefektifan Indonesia diberikan soal-soal yang
penggunaan bahan ajar interaktif yang berkaitan tentang materi semantik. Hal
berbasis kearifan lokal Brebes dalam tersebut bertujuan untuk mengetahui
perkuliahan semantik. Tujuan penelitian kemampuan awal mahasiswa sebelum
ini yaitu mendeskripsi perkuliahan diberikan perlakuan (treatment) dengan
semantik dengan bahan ajar interaktif dan menggunakan bahan ajar interaktif yang
menguji keefektifan bahan ajar interaktif berbasis kearifan lokal Brebes.
dalam mata kuliah semantik. b. Memberikan perlakuan (treatment)
METODE PENELITIAN Perlakuan (treatment) pada
Jenis Penelitian penelitian ini dilakukan setelah mahasiswa
Dalam penelitian ini digunakan menyelesaikan pretestnya. Pada teknik
metode penelitian eksperimen. Penelitian pengumpulan data ini, perkuliahan
eksperimen merupakan metode penelitian semantik menggunakan bahan ajar
yang digunakan untuk mencari pengaruh interaktif yang berbasis kearifan lokal
perlakuan tertentu terhadap yang lain Brebes sebagai bentuk perlakuan kepada
dalam kondisi yang dikendalikan mahasiswa.
(Sugiyono, 2012:109). Jenis eksperimen c. Memberikan posttest
pada penelitian ini yaitu pre-experiment Pada tahap pengumpulan data ini,
dengan desain One-shoot Pretest-Posttest. mahasiswa diberikan tes akhir untuk
Data, Instrument, dan Teknik mengetahui perbandingan kemampuan
Pengumpulan Data mahasiswa sebelum digunakan bahan ajar
Data merupakan fakta empirik interaktif yang berbasis kearifan lokal
yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai Brebes dan sesudah menggunakan bahan
pemecah masalah dalam penelitian. Data ajar tersebut. Soal yang digunakan untuk
pada penelitian ini yaitu data nilai awal posttest tidak jauh berbeda dengan soal
(pretest) mahasiswa pada mata kuliah ketika mahasiswa diberikan soal pretest.
semantik dan data nilai akhir (posttest) d. Memberikan Angket
mahasiswa pada mata kuliah semantik. Angket diberikan setelah dilakukan
Instrumen penelitian yang digunakan tes akhir (posttest). Angket tersebut
terdapat beberapa macam. Instrumen digunakan untuk mengetahui tanggapan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. mahasiswa terhadap bahan ajar interaktif.
1. Tes Teknik Analisis Data
Tes digunakan untuk mengetahui Teknik analisis pada penelitian ini
kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah berupa uji normalitas data, uji
semantik. Tes ini digunakan pada awal homogenitas data, uji hipotesis keefektifan
atau sebelum diberi perlakuan dan pada produk. Untuk lebih lengkapnya
akhir setelah diberi perlakuan. dijelaskan sebagai berikut.
2. Angket
Angket pada penelitian ini a. Uji Normalitas Data
digunakan untuk mendapat tanggapan dari Uji normalitas data digunakan untuk
mahasiswa tentang bahan ajar interaktif mengetahui data sampel berasal dari
yang telah diberikan. Hal tersebut populasi yang berdistribusi normal atau
bertujuan sebagai tolok ukur sejauh mana tidak. Untuk menguji kenormalan data
bahan ajar dapat dimanfaatkan oleh digunakan SPSS.
mahasiswa. b. Uji Homogenitas Data
3. Dokumentasi Uji homogenitas data bertujuan
untuk menguji data sampel yang diambil

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 173


Prasetyo Yuli Kurniawan
Keefektifan Penggunaan Bahan Ajar Interaktif yang Berbasis Kearifan Lokal Brebes
dalam Mata Kuliah Semantik
homogen atau tidak dari populasi yang
sama. Untuk menguji data sampel
digunakan uji Levene’s test dalam SPSS.
c. Uji Hipotesis Data
Setelah melakukan uji syarat (uji
normalitas dan homogenitas), tahap
selanjutnya yaitu uji hipotesis data. Nilai
mahasiswa dari data awal dan data akhir
diolah menggunakan SPSS dan didapatkan
nilai signifikansi pada Independent
Sample Test.
HASIL PENELITIAN
Gambar 1. Bahan Ajar Interaktif
Hasil penelitian terdiri atas dua Setelah mahasiswa mendapat
aspek yaitu data nilai mahasiswa mata perlakuan dengan menggunakan bahan
kuliah semantik dan keefektifan bahan ajar interaktif tersebut maka diperoleh
ajar interaktif yang berbasis kearifan nilai akhir (posttest) mata kuliah semantik.
lokal Brebes pada mata kuliah semantik. Berdasarkan hasil analisis data, dapat
Untuk lebih lengkapnya dapat dijelaskan dikemukakan bahwa hasil tes akhir
sebagai berikut. (posttest) mata kuliah semantik yang
a. Data Nilai Mahasiswa Mata Kuliah dilaksanakan dengan menggunakan bahan
Semantik ajar interaktif mata kuliah semantik yang
berbasis kearifan lokal Brebes sudah
Data nilai mahasiswa terdiri atas data
memenuhi ketuntasan perluliahan yaitu
nilai awal (pretest) dan nilai akhir
skor terendah 75 dan skor tertinggi 89.
(posttest). Pada data nilai awal diperoleh
Dapat dikatakan bahwa hasil tes akhir
dari tes yang diberikan kepada
mahasiswa sudah tuntas semua. Hal
mahasiswa sebelum diberi perlakuan
tersebut dibuktikan dengan pencapaian
menggunakan bahan ajar interaktif yang
nilai kemampuan menulis teks prosedur
berbasis kearifan lokal Bebes. Nilai mata
antar rentang 75 – 84 sebanyak 18
kuliah semantik pada tes awal (pretes)
mahasiswa dan 85 – 100 sebanyak 7
kelas eksperimen mahasiswa PBSI
mahasiswa.
Universitas Muhadi Setiabudi berbentuk
b. Keefektifan Bahan Ajar Interaktif
data nilai awal mahasiswa. Adapun nilai
Keefektifan bahan ajar interaktif
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
mata kuliah semantik yang berbasis
berikut ini.
kearifan lokal Brebes terdiri atas uji
Berdasarkan hasil analisis dapat normalitas data, uji homogenitas data, dan
dikemukakan bahwa hasil tes awal atau uji hipotesis data. Uji normalitas data
pretes yang dilaksanakan sebelum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
mendapatkan perlakuan (treatment) Berdasarkan hasil analisis data, Uji
yaitu skor terendah 64 dan skor tertinggi normalitas yang digunakan menggunakan
84. Dari data tersebut terlihat bahwa ada Shapiro-Wilk, yang diperoleh signifikansi
22 mahasiswa yang belum tuntas. Hal sebesar 0,074 lebih besar dari 0,05
tersebut dibuktikan dengan pencapaian (signifikansi yang digunkan), maka ha
nilai semantik antar rentang 75 – 84 ditolak dan ho diterima, artinya data
sebanyak 3 mahasiswa, 65-74 sebanyak tersebut berdistribusi normal.
12 mahasiswa dan 00-64 sebanyak 10 Setelah dilakukam uji normalitas
mahasiswa. data, selanjutnya yaitu uji homogenitas
Selanjutnya, data nilai semantik data. Berdasarkan hasil analisis data
pada tes akhir (posttest) kelas eksperimen tersebut terlihat bahwa t hitung = 8,665
diperoleh dengan menggunakan bahan ajar sedangkan t tabel = 2,00. Artinya t hitung
interaktif yang berbasis kearifan lokal > t tabel. Hal ini berarti diterima. Jadi,
Brebes. Bahan ajar tersebut dapat dilihat ada pengaruh antara variabel bebas dengan
pada gambar berikut. tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%
dengan (df) = 48. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata nilai
mahasiswa pretes dan postes kelas

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 174


Prasetyo Yuli Kurniawan
Keefektifan Penggunaan Bahan Ajar Interaktif yang Berbasis Kearifan Lokal Brebes
dalam Mata Kuliah Semantik
eksperimen dengan menggunakan bahan nilai kearifan lokal. Salah satu cara
ajar. Dapat dikatakan bahwa bahan ajar penanaman tersebut yaitu dengan
interaktif mata kuliah semantik yang mengintegrasikan dalam pembelajaran.
berbasis kearifan lokal Brebes dapat Sesuai dengan pendapat Winarto (2016),
meningkatkan kemampuan mahasiswa Parris (2010), Zinnurain (2017),
PBSI Universitas Muhadi Setiabudi Lestariningsih (2017), Ferdianto (2018)
Brebes khususnya pada mata kuliah bahwa dengan mengintegrasikan kearifan
semantik. lokal dalam pembelajaran di kelas maka
PEMBAHASAN akan menggugah mahasiswa tentang
Peningkatan kemampuan keasadaran pentingnya kearifan lokal.
mahasiswa dalam mata kuliah semantik Nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan
ditunjang dari beberapa faktor. Faktor oleh mahasiswa pada khususnya.
tersebut diantaranya yaitu bahan ajar. SIMPULAN
Dosen harus mampu memilah bahan ajar Perkuliahan semantik dalam
yang tepat agar efektif dan efesien. Hal penelitian ini menggunakan bahan ajar
tersebut karena bahan ajar efektif dalam interaktif yang berbasis kearifan lokal.
meningkatkan kemampuan mahasiswa. Berdasarkan data nilai awal bahwa banyak
Selain efektif, bahan ajar juga harus mahasiswa yang belum tuntas. Namun
menyenangkan. Bahan ajar tersebut ada setelah diberi perlakuan dan diberi tes
beberapa macam salah satunya yaitu akhir, semua mahasiswa bisa tuntas dalam
media pembelajaran bermain sambil mata kuliah semantik.
belajar. Sama halnya dengan yang Uji keefektifan dilakukan dengan
dikemukakan oleh Nurpratiwiningsih beberapa uji yaitu uji normalitas data, uji
(2018) bahwa bahan ajar yang homogenitas, dan uji hipotesis.
menekankan pada penndekatan Berdasarkan tabel pengolahan data
permainan, maka akan mudah menggunakan SPSS dapat diketahui
memberikan materi yang hendak bahwa data nilai awal (pretest) dan data
disampaikan. Begitu juga sesuai dengan nilai akhir (posttest) berdistribusi normal
yang dikemukakan oleh Arsanti (2018), dan homogen. Setelah dilakukan uji syarat
Harijanto (2007), dan Oka (2017) bahwa (uji normalitas data dan homogenitas data)
bahan ajar dapat memudahkan mahasiswa tahap selanjutnya yaitu uji hipotesis. Uji
dalam mempelajari mata kuliah tertentu. hipotesis menggunakan independent
Sehingga kemampuan mahasiswa pun bisa samples test dalam SPSS. Berdasarkan
meningkat hasil uji yang dilakukan menyatakan
Kemampuan mahasiswa bukan bahwa adanya perbedaan signifikan hasil
hanya ditekankan dalam kemampuan pretest dan posttest pada mahasiswa PBSI
pedagogik saja. Namun juga harus UMUS. Nilai t hitung lebih besar dari nilai
seimbang dengan kemampuan afektif. t tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Afektif mahasiswa tercermin dalam ruang bahan ajar efektif diterapkan dalam
lingkup kelas pada saat perkuliahan. perkuliahan semantik.
Namun, mahasiswa harus mencerminkan SARAN
kemampuan afektif bukan hanya sebatas Dalam penelitian ini ada beberapa
ruang lingkup kelas. Tetapi juga harus saran yang dapat dijabarkan yaitu bahwa
mencerminkan dalam kehidupan sehari- dosen sebaiknya memberikan sumbangsih
hari di masyarakat. Sikap mahasiswa keilmuannya yang kreatif dalam hal bahan
bertolok ukur pada tata norma yang ada ajar di perkuliahan. Kemudian mahasiswa
pada masyarakat. Norma-norma yang sebaiknya juga harus menumbuhkan rasa
berlaku biasanya tradisi dari leluhur untuk melestarikan dan meningkatkan
daerah tersebut. Salah satu contoh tradisi wawasannya tentang kearifan budayanya.
atau warisan luhur yang masih kental yaitu DAFTAR PUSTAKA
kearifan lokal Brebes. Masyarakat Brebes Achmad, Said Suhil. 2009. Pengantar
khususnya generasi muda pada zaman Pengembangan Bahan Ajar di
sekarang kurang memegang norma leluhur Perguruan Tinggi. Pekanbaru.
yang ada. Hal tersebut berdampak pada
nilai-nilai atau perilaku keburukan Arsanti, Meilan. 2018. Pengembangan
generasi muda yang merajalela. Hal Bahan Ajar Mata Kuliah
tersebut harus ditangani dengan serius. Penulisan Kreatif Bermuatan
Generasi muda harus ditanamkan nilai- Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 175


Prasetyo Yuli Kurniawan
Keefektifan Penggunaan Bahan Ajar Interaktif yang Berbasis Kearifan Lokal Brebes
dalam Mata Kuliah Semantik
Religius bagi Mahasiswa Prodi Parris, Patrick. 2010. Cultural
PBSI, FKIP, UNISSULA. Jurnal Dimensions of Learning:
Kredo Vol. 1 No. 2. Retrieved Addressing the Challenges of
from Multicultural Instruction. Vol.11
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/k No.2.
redo/article/view/2107.
Pemerintah Daerah Brebes. 2008.
Ferdianto, Ferry & Setiyani. 2018. Rencana Pembangunan Jangka
Pengembangan Bahan Ajar Media Panjang Daerah Kabupaten
Pembelajaran Berbasis Kearifan Brebes Tahun 2005-2025.
Lokal Mahasiswa Pendidikan Sekretariat Bapeda. Brebes.
Matematika. JNPM Vol. 2 No.1
hal.37. Retrieved from Oka, Gde Putu Arya. 2017.
http://jurnal.unswagati.ac.id/index Pengembangan Bahan Ajar
.php/JNPM/article/view/781. Interaktif Berbasis Component
Display Theory (CDT) pada Mata
Harijanto. 2007. Pengembangan Bahan Kuliah Multimedia Jurusan
Ajar untuk Peningkatan Kualitas Teknologi Pendidikan FIP
Pembelajaran Program Undiksha. E-Jurnal Imedtech
Pendidikan Pembelajar Sekolah Vol.1 No.1. Retrieved from
Dasar. Didaktika. Vol. 2 No.1 http://ejournal.citrabakti.ac.id/ind
Hal. 216-226. Retrieved from ex.php/imedtech/article/view/8
https://utsurabaya.files.wordpress.
com/2010/08/harijanto1- Rosida, Noor Fadiawati, & Tri Jalmo.
pengembangan-bahan-ajar-sd.pdf. 2017. Efektivitas Penggunaan
Bahan Ajar E-Book Inr=teraktif
Lestariningsih, Novi & Siti Partini dalam Menumbuhkan
Suardiman. 2017. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis
Bahan Ajar Tematik-Integratif Siswa. Jurnal Pembelajaran
Berbasis Kearifan Lokal untuk Fisika. Vol 5, No 1. Retrieved
Meningkatkan Karakter Peduli from
dan Tanggung jawab. Jurnal http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.
Pendidikan Karakter Tahun VII php/JPF/article/view/11886
No.1. Retrieved from
https://journal.uny.ac.id/index.php Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
/jpka/article/view/15503 Kuantitatif Kualitatif R&D.
Bandung. Alfabeta.

Malalina & Nila Kesumawati. 2014. Winarto. 2016. Pengembangan Model


Pengembangan Bahan Ajar Wisata Pendidikan Berbasis
Interaktif Berbasis Komputer Kearifan Lokal dengan
Pokok Bahasan Lingkaran untuk Pendekatan Saintifik di Brebes
Kelas VIII Sekolah Menengah Selatan sebagai Alternatif Model
Pertama. Vol.8 No. 1. Hal. 55-70. Belajar Siswa Sekolah Dasar.
Retrieved from Jurnal Dialektika Vol. 6 No. 2.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.p Retrieved from
hp/jpm/article/view/1861 https://journal.peradaban.ac.id/in
dex.php/jdpgsd/article/view/6
Zinnurain dan Ahmad Muzanni. (2017).
Nurpratiwiningsih, Laelia & Didik Tri
Pengembangan Buku Ajar
Setiyoko. 2018. Development of
Berbasis Kearifan Lokal pada
Education Games Map Material
as a Learning Media for Siswa Kelas V Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol.
Elementary School Students. Vol.
4. No. 2. Retrieved from
7 No. 3. Hal 249-257. Retrieved
from http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.
php/jiim/article/view/192
https://journal.unnes.ac.id/sju/ind
ex.php/jpe/article/view/26251

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 176


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

PENGARUH MEDIA LAGU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI


PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 1 TANJUNG MORAWA

Silvia Siburian
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
Silvia_sbr@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis puisi


siswa tanpa menggunakan media lagu dan kemampuan menulis puisi siswa
dengan menggunakan media lagu di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Sampel
penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Tanjung Morawa.
Pemilihan kelas dilakukan secara acak dan didapat kelas X MIA 1 dengan jumlah
siswa 34 orang.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
eksperimen dengan media lagu dan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh media lagu terhadap kemampuan menulis puisi
pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Tanjung Morawa 2016/2017. Hal ini
dibuktikkan dengan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan cara uji t satu
pihak yaitu pihak kanan, dengan kriteria pengujian, tolak h0 jika t’ ≥ 1,68, karena
hasil t’ = 5,79 maka 5,79 ≥ 1,68 oleh karena itu h0 ditolak dan ha diterima. Oleh
karena itu perlu dilakukan adanya media lagu terhadap kemampuan menulis puisi
pada guru SMA Negeri 1 Tanjung Morawa guna meningkatkan hasil belajar
khususnya hasil kemampuan menulis puisi dengan menggunakan media lagu.

Kata kunci : Media Lagu , Kemampuan Menulis Puisi

Abstract. This study aims to determine the ability to write poetry by students
without using the media song and the ability to write poetry students by using
media songs in SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. The sample of this research is the
students of class X MIA 1 SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Random sampling
technique was chosen consisting of 34 people. This research uses experiment
method with song media through quantitative approach. The results of this study
indicate that there is influence of song media on the ability to write poetry by
students of class X MIA SMA Negeri 1 Tanjung Morawa in 2016/2017 academic
year. This is proven by hypothesis testing done through one party's right-side T
test, with test criterion, reject h0 if t '≥ 1.68, since the result t = 5.79 then 5.79 ±
1.68 because that of that Ho rejected and Ha accepted. Therefore, song media
needs to be provided to improve the ability to write poetry students in SMA Negeri
1 Tanjung Morawa to improve learning outcomes, especially the result of the
ability to write poetry by using media songs.

Keywords: Song Media, Writing Poetry Ability


PENDAHULUAN menulis tidak lagi dipahami hanya sekadar
Menulis merupakan salah satu proses pengungkapan gagasan atau cara
dari empat aspek keterampilan berbahasa berkomunikasi melalui tulisan. Menulis
yang tidak dapat dipisahkan dari proses telah menjadi pilihan untuk
belajar mengajar yang berlangsung di mengaktualisasikan diri, alat untuk
sekolah. Hal ini dikarenakan dalam silabus membebaskan diri dari berbagai tekanan
mata pelajaran bahasa Indonesia emosi, sarana membangun dan
dicantumkan empat keterampilan menunjukkan indentitasnya. Seorang
berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, penulis mengatakan bahwa “Keterampilan
yakni (1) keterampilan mendengarkan menulis berfungsi sebagai alat komunikasi
(listening skills), (2) keterampilan secara tidak langsung, tidak secara tatap
berbicara (speaking skills), (3) muka dengan orang lain, dalam kegiatan
keterampilan membaca (reading skilss), menulis ini, penulis harus terampil
(4) keterampilan menulis (writing skills). memanfaatkan grafologi, struktur bahasa
Keempat keterampilan berbahasa tersebut dan kosa kata” (Tarigan, 2008: 3).
saling berkaitan dan tidak dapat Sehubungan dengan hal ini
dipisahkan. menulis dipergunakan melaporkan/
Menulis menuntut adanya memberitahukan, dan mempengaruhi
informasi dan pengetahuan, keterampilan maksud serta tujuan. Hal ini dapat dicapai

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 177


Silvia Siburian
Pengaruh Media Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA
SMA Negeri 1 Tanjung Morawa
dengan baik oleh orang- orang yang memunculkan ide, pengetahuan, dan
menyusun pikirannya dan perasaan. Akan tetapi, dalam
mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan pembelajaran puisi disekolah sering sekali
ini bergantung pada pikiran, pemikiran, dihadapkan banyak kendala seperti kurang
dan struktur kalimat. menarik dalam penyampaian materi dan
Keterampilan menulis memiliki pemahaman materi pada siswa oleh guru.
suatu kegiatan yang produktif dan Sebagian guru masih menggunakan
ekspresif, keterampilan menulis tidak akan metode pembelajaran ceramah dan
datang secara otomatis, melainkan harus penugasan berbasis buku teks tanpa
melalui latihan dan praktik yang banyak melakukan variasi pembelajaran lainnya.
dan secara teratur. Dalam kehidupan Tidak ada peran aktif siswa dalam
modern ini, jelas bahwa keterampilan pembelajaran karena proses pembelajaran
menulis memiliki suatu ciri-ciri dari orang bersifat satu arah. Guru menjadi inti dari
yang terpelajar atau bangsa yang pembelajaran, sedangkan siswa menjadi
terpelajar. pasif dalam pembelajaran, guru berperan
Menulis merupakan materi penting dalam mendorong motivasi
pembelajaran yang dirasa cukup sulit pada menulis siswa sehingga mendorong siswa
siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 untuk berlatih menulis puisi yang baik dan
Tanjung Morawa, hal ini menyebabkan benar.
siswa kurang tertarik dalam belajar Berdasarkan uraian tersebut
sehingga menyebabkan hasil belajar yang diperlukan inovasi pembelajaran untuk
diperoleh oleh siswa sangat rendah yaitu memecahkan permasalahan diatas. Inovasi
dengan nilai rata-rata 65, sementara hasil tersebut dapat berupa penggunaan model,
yang ingin dicapai berdasarkan KKM 75. strategi, media, pendekatan, dan metode
Pembelajaran keterampilan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar
menulis memiliki beberapa jenis kegiatan siswa aktif dalam pembelajaran. Terdapat
salah satunya yaitu menulis puisi, terdapat media pembelajaran yang digunakan
dalam silabus kelas X SMA yaitu, menulis untuk meningkatkan kemampuan siswa
puisi baru dengan memperhatikan bait, dalam menulis, salah satunya adalah
rima, irama. Tujuan yang ingin dicapai media lagu.
dalam materi ini adalah siswa mampu Penggunaan teknik akrostik
mengindentifikasi puisi baru berdasarkan dengan media lagu dilakukan dalam jurnal
bait, rima, dan irama. Suhadi (2014: 6-7) mengalami
Dalam kegiatan pembelajaran peningkatan secara signifikan dengan
Bahasa Indonesia, menulis puisi salah satu peningkatan elemen-elemen berbahasa
kompetensi yang sudah diajarakan sejak yaitu: a. Hampir semua siswa mengalami
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah peningkatan penguasaan kosa kata, b.
Menengah Atas (SMA), siswa mampu Lebih dari 75 persen siswa lebih mampu
mengungkapkan pikiran dan perasaan menyusun kalimat dengan pola yang
melalui kegiatan menulis puisi. benar, c. Sekitar 70 persen mampu
Kemampuan menulis puisi tidak dapat menulis karangan dengan gaya penulisan
muncul begitu saja tanpa adanya teori dan yang lebih jauh lebih baik, d. Setelah
latihan secara rutin yang dilakukan oleh menggunakan teknik akrostik dengan
siswa. Agar mencapai hasil yang media lagu siswa mampu menulis dengan
mempunyai nilai tinggi dalam menulis baik.
puisi. Maka siswa harus melakukan Media lagu merupakan suatu
latihan agar mencapai hasil yang indah media pembelajaran yang bisa
dan kreatif, apabila kemampuan menulis dimanfaatkan untuk menggugah ide serta
tidak ditingkatkan, maka kemampuan minat siswa dalam menulis puisi. Melalui
siswa menuangkan pikiran dan perasaan media ini, diharapkan dapat menciptakan
melalui kegiatan menulis puisi berkurang suasana belajar yang lebih menyenangkan
dan kemampuan siswa untuk berimajinasi bagi siswa, sementara itu guru lebih
menjadi terbatas. mudah mengarahkan siswa karena tercipta
Demikian halnya dengan suasana belajar yang menyenangkan.
pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran Penggunaan media lagu
menulis puisi membutuhkan latihan yang menawarkan berbagai cara untuk
berulang dan intensif, dengan latihan yang meningkatkan kemampuan siswa dalam
intesif dapat memudahkan siswa dalam menuangkan imajinasi dalam bentuk puisi,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 178


Silvia Siburian
Pengaruh Media Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA
SMA Negeri 1 Tanjung Morawa
media lagu juga memberikan Suasana SE M 2 =

hatinya kedalam alunan kata-kata yang Mencari standar error mean hasil postest
ada sehingga diharapkan siswa mampu
SE M 1 =
menuliskan sebuah puisi sesuai dengan √
Mencari Standar error perbedaan mean
tema lagu yang telah ditentukan.
kedua hasil
Berdasarkan uraian tersebut,
penulis tertarik untuk melakukan SE M1-M2 = +
penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Sudijono (2008: 314-316)
Lagu terhadap Kemampuan Menulis Puisi 2. Uji Normalitas
pada Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 1 Uji normalitas dilakukan untuk
Tanjung Morawa”. mengetahui apakah populasi distribusi
METODE PENELITIAN normal atau tidak. Uji normalitas
Metode penelitian sangat penting dilakukan dengan menggunakan uji
karena berhasil tidaknya suatu penelitian liliforefors seperti diungkapkan oleh
sangat ditentukan oleh metode yang Sudjana (2005: 466) dengan langkah-
digunakan. Metode yang dipakai sebagai langkah sebagai berikut:
alat untuk membantu dan memecahkan a. Pengamatan X1, X2, X3, …, Xn
masalah dan menguji hipotesis. Sugiyono dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,.., Zn
(2010: 2) mengatakan “Metode penelitian dengan menggunakan rumus:
̅
ialah cara ilmiah untuk mendapatkan data Z1 =
yang valid dengan tujuan dapat Keterangan Xi = Batas kelas
ditemukan, dikembangkan, dan ̅ = Rata-rata
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu S = Standar deviasi
b. Untuk tiap angka baku dihitung
sehingga pada gilirannya dapat digunakan
peluangnya dengan F (Zi) = P (Z ≤ Zi)
untuk memahami, memecahkan, dan dengan menggunakan distribusi normal.
mengantisipasi masalah”. c. Menghitung proporsi Z1, Z2, Z3,
Sesuai dengan masalah dan tujuan …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan
penelitian, maka penelitian ini dari Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh
menggunakan metode eksperimen dengan S(Zi) = P (Z≤Zi)
, , ,…
media lagu dan pendekatan kuantitatif. S(Zi) =
Metode ini digunakan karena peneliti d. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi),
ingin mengetahui pengaruh media lagu kemudian menentukan harga mutlaknya.
terhadap kemampuan menulis puisi siswa e. Ambil harga yang paling besar
antar selisih tersebut dengan L0 = diterima
kelas X MIA SMA Negeri 1 Tanjung
jika harga L0< Lt dengan taraf nyata α =
Morawa . 0,05
1. Deskriptif Data 3. Uji Homogenitas
Untuk mendeskripsikan data Jika dalam pengujian normalitas
digunakan statistik deskripsi, yaitu diperoleh data berdistribusi normal, maka
menghitung rata-rata skor (M), Standar dilakukan uji homogenitas yaitu kesamaan
Deviasi (SD) dengan rumus: varians, dengan hipotesis. Uji
∑ homogenitas dilakukan dengan rumus
= yang dikutip dari Sudjana (2002: 261)
Keterangan: Mx = Rata-rata
∑ fx = Jumlah dari hasil perkalian Fhitung =
antara midpoint masing-masing interval
dengan frekuensinya Keterangan : S12 = Varians
N = Jumlah sampel (Sudijono, 2008: terbesar
85)Menghitung standar deviasi digunakan S22 = Varians terkecil
rumus: Pengujian Homogenitas

dilakukan dengan kriteria; diterima H0 jika
SDx = Fhitung < Ftabel dan ditolak H0 jika Fhitung>
Keterangan: SD = Standar Ftabel yang menyatakan bahwa sampel
Deviasi berasal dari populasi yang homogen.
∑fx2 = Jumlah hasil perkalian antara 4. Uji Hipotesis
frekuensi masing-masing interval dengan Untuk menguji hipotesis ini
X2 dilakukan dengan cara membandingkan
N = Jumlah Sampel (Sudijono, 2008: harga t hitung dan t tabel dengan tingkat
161) kepercayaan α = 0,05% dengan ketentuan
Mencari standar error mean hasil pretest
jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak Ha

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 179


Silvia Siburian
Pengaruh Media Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA
SMA Negeri 1 Tanjung Morawa
diterima dengan pengertian ada pengaruh yang meransang imajinasi siswa. Berbeda
media lagu terhadap kemampuan menulis dengan menulis puisi tanpa media lagu
puisi siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 skor yang diperoleh siswa lebih rendah
Tanjung Morawa. dari pada penggunaan media lagu hal ini
dikarenakan siswa sulit menuangkan ide-
Rumus uji t yang digunakan yaitu: idenya, siswa hanya menulis puisi

t’ > berdasarkan langkah-langkah menulis

(Sudjana 2005:243) puisi yang tertera dari buku teks.
dengan : Berdasarkan hal tersebut, dapat
t’ = dikatakan bahwa pengaruh media lagu
lebih baik dari pada menulis puisi tanpa
media lagu. Hal tersebut karena media
(Sudjana 2005:243) lagu dapat membuat siswa lebih kreatif
dimana X1 = rata rata hasil belajar
dalam menulis puisi, hal itu karena lagu
siswa menggunakan media lagu
X2 = rata-rata belajar siswa tidak merupakan ungkapan perasaan seseorang
menggunakan media lagu yang dituangkan melalui kata-kata yang
n1 = jumlah siswa undah, dalam hal ini lagu juga dapat
n2 = jumlah siswa menghilangkan kejenuhan siswa, karena
= Varians kelas yang menggunakan lagu adalah kegiatan seorang musisi
media lagu mencurahkan perasaannya sepenuh-
= Varians kelas yang tidak
penuhnya dan seutuh-utuhnya melalui
menggunakan media lagu
Dari persamaan tersebut maka tolak Ho bunyi-bunyian mengatur atau menata agar

bunyi-bunyian yang dibuat indah, bagus
jika: t’ > sebaliknya atau enak didengar.

Lagu dapat digunakan untuk

Terima Ho jika t’ <
melatih daya analisis siswa dari apa yang
HASIL PENELITIAN mereka simak sehingga siswa mampu
Setelah melakukan prosedur mengungkapkan diksi dari lagu, hal ini
penelitian yang panjang, seperti uji
karena lagu yang diperdengarkan dapat
normalitas, uji homogenitas dan pengujian member respon yang positif dalam
hipotesis, maka diperoleh hasil dari kemampuan menulis puisi. Berdasarkan
penelitian tersebut. dari temuan penelitian, uraian tersebut, penelitian menunjukkan
diketahui kemampuan menulis puisi bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi
dengan pengaruh media lagu diperoleh
siswa yang diajar menggunakan media
nilai rata-rata siswa berjumlah 79,55 dari lagu lebih tinggi atau lebih baik dari pada
jumlah siswa 34 orang, data nilai rata-rata kemampuan menulis puisi
dikonstribusikan dalam kategori sangat siswa yang diajarkan tanpa media lagu.
baik sebanyak 11 orang atau 33% kategori Kriteria pengujian adalah t’ = 5,79 atau
baik sebanyak 20 orang atau 58%
5,79 > 1,68 maka Ho ditolak, sehingga
perbedaan perolehan nilai rata-rata
dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Ho
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
ditolak dan Ha diterima. Hal ini
kemampuan menulis puisi dengan media
membuktikan bahwa pembelajaran
lagu lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
menulis puisi dengan pengaruh media lagu
kemampuan menulis puisi tanpa media
lebih efektif dibandingkan menulis puisi
lagu.
tanpa media lagu.
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa
1. Berdasarkan hasil penelitian
kemampuan menulis puisi dengan
kemampuan menulis puisi tanpa
pengaruh media lagu lebih baik dari pada
menggunakan media lagu diperoleh
kemampuan menulis puisi tanapa media
nilai rata-rata berjumlah 68,08 yaitu
lagu.dalam temuan penelitian, dilihat dari
kurang, dengan standard deviasi
setiap perindikator menulis puisi dengan
berjumlah 7,37 dengan perolehan nilai
pengaruh media lagu memberikan peluang
tertinggi 85 dan nilai terendah 60
bagi siswa untuk berpikir kreatif, siswa
2. Berdasarkan hasil penelitian
dapat menuangkan ide-idenyaa dari lagu
kemampuan menulis puisi dengan
yang didengar, hal ini karena lirik lagu
pengaruh media lagu diperoleh nilai
yang diperdengarkan tidak hanya sebatas
rata-rata berjumlah 79,55 yaitu baik,
kata-kata tetapi juga memberikan sugesti
dengan standard deviasi berjumlah

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 180


Silvia Siburian
Pengaruh Media Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA
SMA Negeri 1 Tanjung Morawa
8,94 dengan perolehan nilai tertinggi Tahun Pelajaran 2010/2011.
95 dan terendah 65. Skrispi, FKIP USM.
3. Adanya pengaruh kemampuan menulis
puisi dengan menggunakan media lagu Keraf, Gorys. 2004. Komposisi Sebuah
lebih efektif dari pada menulis puisi Pengantar Kemahiran
tanpa menggunakan media lagu hal ini Berbahasa. Jakarta : Nusa Indah
dapat dilihat dari perbedaan perolehan
nilai rata-rata, yaitu menulis puisi Kosasih. 2008. Apresiasi Sastra
dengan pengaruh media lagu dengan Indonesia. Jakarta: Nobel
nilai rata-rata 79,55 sedangkan menulis Edumedia.
puisi dengan media teks dengan nilai
rata-rata 68,08. Kurniandra, TriRatna. 2014. Peningkatan
SARAN Keterampilan Menulis Puisi
Berdasarkankesimpulan tersebut, Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3
maka sebagai tindak lanjut dari penelitian Limbangan denga Teknik
ini dikemukakan saran-saran sebagai Latihan Terbimbing Melalui
berikut: Media Lagu. Skripsi. Jakarta :
1. Bagi guru bidang studi menggunakan sarjana . Unes.
media lagu dalam proses belajar
mengajar disekolah untuk mencapai Mursini. 2010. Bimbingan Apresiasi
tujuan pembelajaran. Sastra Anak-anak Medan: USU
2. Bagi guru bidang studi bahasa Press.
Indonesia yang mengajar lokasi
penelitian meningkatkan perhatiannya Napitupulu. 2007. Puisi Teori Apresiasi
terhadap kemampuan siswa dalam dan Sastra. I Ende Flores : Nusa
menulis puisi termasuk penggunaan Indah
media pembelajaran yang digunakan.
3. Pentingnya diadakan penelitian lebih Pradopo. 1990. Pengajaran Apresiasi
lanjut bagi peneliti yang lain sebagai Puisi. Jakarta : P3G
langkah konkret peningkatan mutu
pendidikan dengan menggunakan _______. 2002. Pengajaran Apresiasi
media pembelajaran yang beraneka Puisi. Jakarta : P3G
ragam
DAFTAR PUSTAKA Roekhan, Dkk. 1991. Pembelajaran
Arikunto, Suharismi. 2006. Prosedur Keterampilan Berbahasa
Penelitian Suatu Pendekatan Indonesia. Yogyakarta : Graha
Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Ilmu

Arikunto, Suharismi. 2009. Manajemen Subrata. 2001. Konsep dan Makna


Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Pembelajaran Unsur-unsur.
Bandung
Arsyad, Azhar. 2007. Media Penelitian.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito
Barus. 2010. Petunjuk Teknis Menulis
Berita. Jakarta : Erlangga Sudijono. 2008. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: Raja
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Grafindo Persada.
Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Handayani, Ratih Kanthi. 2011. Pengaruh Bandung ; ALFABETA
Media Pembelajaran Lagu
terhadap Kemampuan Menulis _______. 2010. Metode Penelitian
Puisi Ditunjau dari Pemahaman Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bahasa Figuratif Siswa Kelas 10 Bandung ; ALFABETA
SMA N 1 Gemolong,Sragen Suhadi. “Peningkatan Dalam
Keterampilan Menulis Puisi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 181


Silvia Siburian
Pengaruh Media Lagu Terhadap Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA
SMA Negeri 1 Tanjung Morawa
Melalui Teknik Akrostik
Dengan Media Lagu”. Dalam
Jurnal Suhadi 5. (1).6-7

Sukardi. 2003.Metodologi Penelitian


Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara

Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia.


Jakarta: Erlangga.

Sutisna, Rosi Nofaludin. Kemahiran


Menulis Puisi dengan Media
Lagu. Skripsi. Tanjung Pinang :
Pascasarjana. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.

Tarigan, Morsey. 1976. Menulis Sebagai


Keterampilan Berbahasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2005. Menulis


Sebagai Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wadi, Rama. 2013. Hubungan Kebiasaan


Menyimak Lagu Terhadap
Kemampuan Menulis Cerpen.
Skripsi. Medan: Pascasarjana
Unimed

Waluyo, Herman. J. 2005. Apresiasi Puisi.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Widijanto, Tjahjono. 2007. Pengajaran


Sastra Yang Menyenangkan.
Bandung: PT.Pribumi Mekar.

Wiyanto, Asul. 2008. Pelajaran Bahasa


dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Grasindo.

Wulandari, Intan Febriani.2011. Pengaruh


Media Ilustrasi Musik terhadap
Kemampuan Menulis Puisi
Siswa Kelas X Tahun Pelajaran
2010/2011. UIN

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 182


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

GANGGUAN BERPIKIR DIMENSIA (PIKUN) PADA LANSIA

Riky Gunawan Siregar


Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
rikygunawansiregarpahu@gmail.com

Abstrak. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan berpikir pada lansia
responden dari wanita lanjut usia di Dusun 1 Desa Celawan. Orang lanjut usia
yang dipilih yang mempunyai kriteria berumur di atas 55 tahun. Responden yang
diberikan CDT sebanyak 3 orang, tetapi tidak seluruhnya dapat dianalisis karena
ada beberapa data yang tidak ditampilkan misalnya pendidikan, tidak ada hasil
wawancara dan observasi mengenai keseharian responden. Dengan jumlah
responden satu orang.

Kata kunci: Gangguan Berpikir, Lansia

Abstract. This study aims to determine thinking disorders in the elderly


respondents from elderly women in Hamlet 1 Village Celawan. Selected elderly
people who have criteria over the age of 55 years. Respondents who were given
CDT were 3 people, but not all of them could be analyzed because there were
some data that were not shown for example education, there were no results of
interviews and observations about the respondents' daily lives. With the number of
respondents one person

Keywords: Thinking Disorder, Elderly


PENDAHULUAN Dari jumlah itu, sekitar 15% diantaranya
Kapan orang menjadi tua? apakah mengalami demensia atau pikun, di
proses penuaan sebagai akibat fisik yang samping penyakit degeneratif lainnya
aus dan penurunan kemampuan terjadi seperti penyakit kanker, jantung, reumatik,
tanpa adanya perubahan yang mendasar osteoporosis, katarak (Prodia, 2007).
pada sikap individu?. Penuaan adalah Menurut The World Factbook
suatu proses biologis, meskipun para ahli (2002), berbagai negara mempunai variasi
biologis belum menemukan kesimpulan yang besar pada harapan hidup
untuk menjelaskan karakteristik umum penduduknya. Misalnya di Jepang dan
dari penuaan (Cox, 1988, dalam Shirdev Switzerland usia harapan hidup hampir
& Levey, 2004). Schaie dan Willis (1992) mencapai 80 tahun. Kemiskinan, bencana
mengatakan bahwa tahap usia tua akan alam, masalah politik dan ekonomi
dialami oleh semua orang, ada perubahan menyebabkan usia harapan hidup di
fisik, psikis dan sosial yang terjadi. Di sisi berbagai negara seperti Bangladesh,
lain kondisi fisik dan psikis setiap orang Pakistan dan Chad tetap antara 50-60
lanjut usia akan berbeda. Hal tersebut tahun bahkan ada yang lebih rendah. Di
berkaitan dengan pengalaman masa lalu negara-negara yang sedang berkembang
dan lingkungan sosial budaya mereka. usia harapan hidup berkisar 10 tahun atau
Akibatnya, di berbagai negara akan lebih ada di bawah rata-rata usia harapan
mempunyai karakteristik usia lanjut yang hidup penduduk dunia. (dalam Shirdev &
berbeda, salah satunya adalah harapan Levey, 2004) Usia harapan hidup yang
hidupnya. lebih lama akan menyebabkan perubahan
Saat ini penduduk yang berusia yang terjadi pada struktur dan sistem pada
lanjut (> 60 tahun) di Indonesia terus masyarakat dunia. Berbagai permasalahan
meningkat jumlahnya bahkan pada tahun yang dialami oleh para orang lanjut usia
2005-2010 diperkirakan akan menyamai seperti tersedianya tenaga kerja yang
jumlah balita yaitu sekitar 8,5% dari masih potensial, fasilitas untuk mereka,
jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19 serta masalah medis dan psikis yang
juta jiwa. Kondisi ini merupakan suatu sering dialami (misal: depresi, demensia,
tantangan untuk mempertahankan penyakit jantung, darah tinggi).
kesehatan dan kemandirian para lanjut WHO membagi epidemologi dan
usia agar tidak menjadi beban bagi prevalensi demensia berdasarkan wilayah
dirinya, keluarga maupun masyarakat. geografi di seluruh dunia menjadi empat

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 183


Riky Gunawan Siregar
Gangguan Berpikir Dimensia (Pikun) pada Lansia
bagian yaitu (AMRO [wilayah Amerika], kebingungan, kemudian menjadi parah
EURO [Eropa], EMRO [Afrika utara dan diiringi dengan hilangnya kemampuan
timur tengah], AFRO [Afrika], SEARO intelektual yang umum atau demensia.
[Asia Selatan] and WPRO [wilayah Jadi istilah pikun yang dipakai oleh
Pasifik bagian barat]). Gambar di bawah kebanyakan orang, terminologI ilmiahnya
ini memperlihatkan bagian wilayah di adalah demensia. (Schaei & Willis, 1991).
dunia yang memperlihatkan bukti-bukti Jabaran demensia sekarang adalah
penelitian prevalensi demensia. Bagian "kehilangan kemampuan kognisi yang
yang berwarna merah (Amerika utara, sedemikian berat hingga mengganggu
Eropa, Jepang dan Australis) fungsi sosial dan pekerjaan". (dalam
memperlihatkan wilayah yang melakukan Kusumoputro, 2006) Sedangkan
beberapa penelitian tentang demensia Cummings dan Benson (1992)
yang mempunyai metodologi yang menggunakan istilah “senescence” yang
dianggap berkualitas. Bagian yang menandakan perubahan proses menua
berwarna merah muda, adalah penelitian yang masih dalam taraf normal dan istilah
epidemologi yang kurang “senility” untuk gangguan intelektual
mempertimbangkan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada lanjut usia tetapi belum
estimasi yang tepat. Bagian yang berwarna mengalami “dementia” (Besdin,1987).
putih merupakan wilayah di dunia yang Sejak lama istilah perubahan dan
sama sekali tidak mempunyai penelitian gangguan intelektual tersebut
tentang epidemologi demensia. Sedangkan dipergunakan tanpa ada jabaran yang
bagian yang bertitik merah adalah wilayah rinci. Hampir semua orang lansia yang
yang kurang lebih hanya mempunyai satu mengalami kemunduran fungsi mentalnya
penelitian tentang epidemologi demensia. secara mudah disebut sebagai telah
(Final Report, 2005). Dari gambaran mengalami demensia. Dalam kenyataan
tersebut terlihat bahwa data-data tentang belum tentu lansia sudah mengalami
demensia tidak seluruhnya dapat diperoleh demensia dan mungkin hanya baru dalam
di berbagai budaya di dunia. Data-data taraf predemensia. Istilah predemensia
tentang epidemologi dan prevalensi belum begitu dikenal oleh masyarakat
biasanya hanya pada negara-negara yang (Kuntjoro, 2002).
mempunyai sejarah metode penelitian Keadaan demensia pada usia
yang baik (bagian berwarnamerah). lanjut terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi
Sebagian dari hasil-hasil penelitian secara berangsur-angsur melalui sebuah
tersebut akan diuraikan dibawah ini rangkaian kesatuan dimulai dari
dengan judul “ Pengaruh Gabgguan “Senescence” berkembang menjadi
Berbahasa Pada Pendrita Pikun ”senility” yang disebut sebagai kondisi
(Dimensia) Pada Orang Usia Lanjut Di “pre-demensia” dan selanjutnya baru
Desa Pantai Cermin Kec. Serdang menjadi “dementia”. Pengenalan
Bedagai”. demensia masa kini dipusatkan pada
Adapun rumusan masalah pada uraian di pengenalan dini melalui rangkaian
atas sebagai berikut: (a) Bagaimana kesatuan tersebut yaitu mulai dari kondisi
tinjauan gangguan berbahasa terhadap “senescence” yang dikenal sebagai
orang pikun atau dimensia pada orang “benign senescent forgetfulness (BSF)”,
lanjut usia? Dan (b) Bagaimana analisis dan “age-associated memory impairment
fonologi dan sintaksis terhadap gangg`uan (AAMI)”, – berlanjut menjadi kondisi
pikun atau dimensia pada kata-kata yang “Senility” yang antara lain dikenal
diucapkan atau sintaksis yang diucapkan sebagai “cognitively impaired not
terhadap penderita pikun pada lanjut usia? demented (CIND)”, dan “mild cognitive
Istilah demensi itu berasal dari impairment ( MCI)”. Akhirnya barulah
bahasa asing emence yang pertama kali disusul fase “dementia” (Kuntjoro, 2002).
dipakai oleh Pinel (1745 - 1826). Pikun Ditambahkan oleh Kusumoputro (2006)
sebagaimana orang awam mengatakan orang yang mengalami demensia selain
merupakan gejala lupa yang terjadi pada mengalami kelemahan kognisi secara
orang lanjut usia. Pikun ini termasuk bertahap, juga akan mengalami
gangguan otak yang kronis. Biasanya kemunduran aktivitas hidup sehari-hari
(tetapi tidak selalu) berkembang secara (activity of daily living/ADL) Ini pun
perlahan-lahan, dimulai dengan gejala terjadi secara bertahap dan dapat diamati.
depresi yang ringan atau kecemasan yang Awalnya, kemunduran aktivitas hidup
kadang-kadang disertai dengan gejala sehari-hari ini berujud sebagai

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 184


Riky Gunawan Siregar
Gangguan Berpikir Dimensia (Pikun) pada Lansia
ketidakmampuan untuk melakukan Responden yang diberikan CDT sebanyak
aktivitas hidup yang kompleks (complex 3 orang, tetapi tidak seluruhnya dapat
activity of daily living) seperti tidak dianalisis karena ada beberapa data yang
mampu mengatur keuangan, melakukan tidak ditampilkan misalnya pendidikan,
korespondensi, bepergian dengan tidak ada hasil wawancara dan observasi
kendaraan umum, melakukan hobi, mengenai keseharian responden. Dengan
memasak, menata boga, mengatur obat- jumlah responden satu orang.
obatan, menggunakan telepon, dan Instrumen penelitian ini berupa
sebagainya. Lambat laun penyandang Observasi, yaitu melakukan pengaatan
tersebut tidak mampu melakukan aktivitas langsung ke subjek penelitian.Wawancara,
hidup sehari-hari yang dasar (basic yaitu mengadaan Tanya jawab secara
activity of daily living) berupa langsung kepada informan yang
ketidakmampuan untuk berpakaian, diharapkan dapat memberi keterangan-
menyisir, mandi, toileting, makan, dan keterangan yang diperlukan seperti
aktivitas hidup sehari-hari yang dasar wawancara dengan penderita pikun. Studi
(basic ADL). Jadi proses demensia terjadi kepustakaan, yaitu menelaah beberapa
secara bertingkat dalam tahapan-tahapan literature yang berisi pendapat atau teori-
yang dapat diamati dan dikenali kalau saja teori para ahli yang berkenaan dengan
orang dekatnya waspada. per,asalahan yang diteliti.
Akibat proses penuaan, mau tidak Pendekatan yang dipakai dalam
mau terjadi kemunduran kemampuan otak. penelitian ini bersifat kualitatif. Dengan
Diantara kemampuan yang menurun demikian, sumber data terdiri atas data
secara linier atau seiring dengan proses primer dan data sekunder. Data primer
penuaan adalah (dalam Kuntjoro, 2002) : atau objek focus dalam penelitian ini,
(a) Daya Ingat (memori), berupa yakni pnulis mengambil responden
penurunan kemampuan penamaan sebanyak satu orang yang terdapat di
(naming) dan kecepatan mencari kembali Dusun 1 Desa Celawan Kec. Pantai
informasi yang telah tersimpan dalam Cermin. Selanjutnya, data sekunder
pusat memori (speed of information merupakan data yang diperoleh melalui
retrieval from memory) dan (b) sumber-sumber material tertulis seperti
Intelegensia Dasar (Fluid intelligence) buku cetak, internet, dan artikel serta
yang berarti penurunan fungsi otak bagian karya tulis lainnya untuk mengambil
kanan yang antara lain berupa kesulitan informasi tambahan yang terkait dengan
dalam komunikasi non verbal, pemecahan memeriksa, membavca, kemudian
masalah, mengenal wajah orang, kesulitan mencatat dokumen-dokumen yang
dalam pemusatan perhatian dan berkaitan dengan masalah penelitian.
konsentrasi (dalam Flavel, 1997). Dari Analisis data dilakukan secara deskriptif
penelitian Finkel dan Pederson (2000), kualitatif dan dilakukan sejak
ditemukan bahwa ada hubungan antara pengumpulan data. Penelitian kualitatif
bertambahnya umur dengan kecepatan lebih banyak mementingkan segi proses
untuk melakukan persepsi. Kemampuan daripada hasil. Data yang dignakan dalam
mempersepsi (Perceptual speed) disini hasil penelitian ini adalah kualitatif.
dicontohkan seperti melakakuan HASIL PENELITIAN
identifikasi suatu objek atau mengingat Berdasarkan merasa tidak
suatu digit symbol. Kemampuan persepsi mengalami kesulitan untuk
ini penting karena akan mempengaruhi mengadministrasikan tes ini pada
kemampuan kognitif seseorang. Biasanya responden. Dari observasi dan wawancara
akan mengalami penurunan seiring yang dilakukan peneliti, hanya ada
bertambahnya usia. beberapa yang melaporkan penolakan.
METODE PENELITIAN Penolakan tersebut bukan karena
Penelitian ini di lakukan di Dusun responden takut.
1 Desa Celawan kec. Pantai Cermin Kab. Hasil wawancara dan observasi
Serdang Bedagai.Pebelitian dilakukan tersebut memberikan gambaran bahwa
selama dua minggu mulai dari tanggal 01 meskipun banyak dari responden yang
Mei -14 Mei 2018.Subjek penelitian hanya berpendidikan SD bahkan ada yang
merupakan responden dari wanita lanjut lupa tempat sekolahnya, mereka tidak
usia di Dusun 1 Desa Celawan. Orang berkeberatan menyelesaikan tes tersebut.
lanjut usia yang dipilih yang mempunyai Kehati-hatian, banyak pertanyaan yang
kriteria berumur di atas 55 tahun. diajukan, memperlihakan kekhawatiran

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 185


Riky Gunawan Siregar
Gangguan Berpikir Dimensia (Pikun) pada Lansia
karena takut berbuat salah, meminta masih terdengar jelas, padahal tidak.
bantuan. Menurut Schaie dan Willis Ketika peneliti bertanya, subjek selalu
(1991) adalah perilaku yang wajar saat meminta peneliti untuk mengulang
lansia diberikan tes. pertanyaanya lagi, contohnya ketika
Responden bernama Warsiah peneliti menanyakan berapa orang
berumur 62 tahun, pendidikan SD, ibu anaknya, pertanyaan peneliti tidak dapat ia
rumah tangga, saat ini ia masih aktif dengar dengan baik, sehingga ia meminta
berolah raga pagi dan malam hari, serta pertanyaan tersebut di ulang lagi.
membersihkan rumah. Ibu Warsiah Pada saat penelitian berlangsung,
merupakan yang menderita gangguan tiba-tiba datang menantunya dan
pikun atau dimensia. Faktor yang responden marah-marah dan menyuruh
menyebabkan respoden pikun adalah menantunya pulang. Lalu peneliti bertanya
faktor usia. Semakin tua seseorang maka “Nek, itu siapa? Kenapa di suruh
akan semakin pikun. Hal tersebut memang pulang?”.
benar adanya karena penyebab utama “ aku benci kali sama itu, jijik
pikun adalah usia yang semakin kali, ga seneng aku, cina itu” di situ
bertambah. Orang yang berusia di atas 60 rumahnya”. Sambil nenunjuk arah selatan.
tahun dikategorikan sebagai lansia. Lansia Lalu, peneliti menanyakan sama
pada umumnya lemah dalam mengingat anak responden, ibu Jumiani. “Itu siapa,
hal-hal baru yang dijumpai/dipelajari. Hal Bu?”
itu disebabkan oleh hilangnya motivasi “Itu menantunya, dahulu tidak
para lansia untuk mengingat sesuatu suka dengan beliau karena beliau suku
tersebut, kemampuan pendengaran yang thionghoa. Lalu beliau masuk islam
semakin lemah, dan juga karena karena menikah dengan anak ibu Warsiah
kurangnya perhatian terhadap objek yang dan yang mengajari mengaji, sholat dan
dipelajari. belajar tentang islam ibu ini. Sesudah
Ibu Warsiah mengalami pikun menikah ibu Warsiah jadi biasa saja,
pada orang di masa lalunya. Ia hanya ingat setelah pikun ibu Warsiah mendadak jadi
pada anak dan orang-orang di membenci beliau”.Dari pernyataan-
sekelilingnya saja. Dan Dari hasil pernyataan di atas terlihat jelas, bahwa
penelitian tersebut peneliti memperoleh perkataan subjek tidak sesuai dengan apa
kesimpulan, bahwa subjek (Warsiah) yang sebenarnya, terkadang ia lupa (daya
menderita gangguan berfikir, yaitu ingatnya berkurang), ia sering mengulang
gangguan berfikir demensia (Pikun). kata-kata yang sama, dapat dikatakan
Kesimpulan tersebut berdasarkan data- bahwa subjek menderita gangguan berfikir
data yang sudah peneliti dapatkan antara demensia (pikun).
lain: Lansia penderita demensia ini
Ketika peneliti menanyakan umur tidak memperlihatkan gejala yang
kepada subjek, subjek ragu dan berusaha menonjol pada tahap awal, subjek
mengingat-ngingat kembali, walaupun sebagaimana Lansia pada umumnya
pada akhirnya subjek menyebutkan berapa mengalami proses penuaan dan
umurnya, namun perkataan yang degeneratif. Faktor yang mempengaruhi
diucapkan sering di ulang-ulang dan tidak terjadinya demensia pada subjek adalah
sesuai dengan umur yang sebenarnya, faktor predisposisi, yaitu faktor
malahan ceritanya berbelit-belit. perpindahan yang berhubungan dengan
“Umur tidak sedikit lagi, kata orang proses menua. Kejanggalan awal
sudah tua sudah lama hidupnya. Sudah dirasakan oleh penderita sendiri ialah sulit
berapa ya? Hmm...sudah 62 Tahun mengingat nama cucu mereka atau lupa
dikurang tiga hari, sekarang sudah 90 meletakkan suatu barang. Seperti layaknya
Tahun. Kemaren sudah 80+10 kan sudah anak kecil terkadang subjek bertanya
Sembilan puluh, dikurang tiga hari, sesuatu yang sama berulang kali walaupun
sekarang sudah sehari lagi sudah lama. sudah kita jawab, tapi terus saja
Sudah berapa lama masuk pagi, sudah pertanyaan yang sama disampaikan.
lebih seratus. Karena itu tidak ada orang SIMPULAN
yang umurnya segini, saya bersyukur Lansia pada umumnya mengalami
saja”. proses penuaan dan degeneratif. Faktor
Saat penelitian berlangsung, yang mempengaruhi terjadinya demensia
subjek menyatakan bahwa pendengaran pada subjek adalah faktor predisposisi,
(telinganya) masih baik-baik saja atau yaitu faktor perpindahan yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 186


Riky Gunawan Siregar
Gangguan Berpikir Dimensia (Pikun) pada Lansia
berhubungan dengan proses menua.
Kejanggalan awal dirasakan oleh
penderita sendiri ialah sulit mengingat
nama cucu mereka atau lupa meletakkan
suatu barang. Seperti layaknya anak kecil
terkadang subjek bertanya sesuatu yang
sama berulang kali walaupun sudah kita
jawab, tapi terus saja pertanyaan yang
sama disampaikan.
SARAN
Penelitian ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan untuk itu
diharapkan kepada pembaca untuk
memperbaiki di masa yang akan datang
dan penelitian ini dapat menjadi acuan
pagi pembaca mengenai gangguan
berpikir lansia penderita dimensi.
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, RJ., Robinson, MS., Rossor, MN.
2003.The Prevalence and Cause
of Dementiain People Under The
Age of 65 Years.JNNP online.
74: 1206-1209.

Jefferies, K and Agrawal, N. 2009. Early-


Onset Dementia. Journal of
Continuing Professional
Development. 15: 380-388.

Kuntjoro, ZS. 2002. Pengenalan Dini


Demensia (Predemensia).
Diambil dari: www.e-
psikologi.com/usia/170602.htm.

Kusumoputro. 2007. Kelemahan Kognisi


RinganMsebagai Awal Pikun
Alzheimer pada Lanjut Usia.
Diambil dari:
http://www.kompas.com/kompas
-
cetak/0307/01/opini/401780.htm
.

Sampson, EL., Warren, JD., and Rossor,


MN. 2004. Young Onset
Dementia. Postgraduate Medical
Journal. 80, 125-139.

Shah, A. 2004. Crosss-Cultural Issues and


Cognitive Impairment,
http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/D
ementia %20%20Culture.pdf.

Shulman, KI., Gold, DP., Cohen, CA., and


Zucchero, CA. 1993. Clock
Drawing and Dementia In The
Community: ALongitudinal
Study. Int J Geriatry Psychiatry.
8: 487-496.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 187


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

GANGGUAN BERBICARA PADA AFASIA WERNICKE

Riska Damayanti
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
riskadamayanti882@gmail.com

Abstrak. Salah satu gangguan berbicara yang banyak terjadi adalah afasia. Anak
yang mengalami afasia tidak mampu memahami atau mengekspresikan kata-kata.
Pada afasia wernicke anak hanya mampu mengeluarkan isi pikiran, tetapi tidak
mengerti pembicaraan orang lain. Perkembangan bahasa anak afasia wernicke ini
sama dengan anak normal lainnya. Anak lancar berbicara tetapi tanpa ujung dan
intinya, membuat kalimatnya tidak beraturan (berantakan). Anak afasia wernicke
dapat dilihat yakni umur di atas 3-4 tahun.

Kata kunci: Gangguan Berbicara, Afasia Wernicke

Abstract. One of the most common talking disorders is aphasia. Children who
experience aphasia are unable to understand or express words. In aphasia
wernicke children are only able to issue the contents of the mind, but do not
understand the talk of others. The development of Wernicke's aphasic language is
the same as that of other normal children. Children speak fluently but without end
and essence, make the sentence irregular (messy). Wernicke's aphasia children
can be seen at ages above 3-4 years.

Keywords: Speech Disorder, Aphasia Wernicke


PENDAHULUAN atau gangguan karena kelainan fungsi otak
Pada dasarnya setiap manusia juga melewati tahap pemerolehan bahasa.
berkomunikasi menggunakan sederetan Namun, pemerolehan bahasa pada anak
fungsi kebahasaan yang diaplikasikan tidak normal akan berjalan lambat dan
melalui proses formulasi, menyimak sesuai dengan perkembangannya.
bahasa, menghasilkan nada-nada tertentu, Salah satu gangguan yang
menghasilkan pengucapan bunyi bahasa, banyak terjadi adalah afasia. Dalam
membuat lagu kalimat dan berinteraksi bidang neurologi, afasia didefinisikan
melalui komunikasi. Akan tetapi sebagai suatu gangguan kebahasaan yang
kemampuan tiap orang dalam menguasai disebabkan oleh adanya kerusakan atau
fungsi kemampuan berbahasa tertentu cedera pada erea bahasa otak (Subyantoro,
berbeda satu sama lain. Ada orang yang 2013:29)
dengan cepat mengaplikasikan fungsi Darley (1982) mengemukakan
kebahasaan tersebut. (Subyantoro, 2013: bahwa afasia biasanya melukiskan suatu
28). kerusakan atau pelemahan bahasa akibat
Kemampuan berbahasa setiap terjadinya cedera otak pada area dominan
anak itu berbeda-beda, ada yang mampu bahasa cerebral hemisphere. Afasia dapat
berbahasa dengan sempurna yaitu mampu terjadi mengikuti stroke dan traumatic
berbahasa sesuai dengan kaidah brain injury, dapat pula dihubungkan
kebahasaan seperti stuktur bahasa, dengan penyakit yang mempengaruhi
intonasi, dan konteks. Ada juga anak yang unsur dan fungsi otak (Nadeau, Rothi, &
tidak mampu berbahasa secara sempurna Crosson, 2000).
atau mengalami gangguan berbahasa. Definisi lain mengungkapkan
Chaer (2009: 148) menyatakan bahwa afasia dicirikan sebagai permasalahan
secara umum terdapat dua penyebab bahasa dan cognitive communication yang
gangguan berbahasa. Pertama, gangguan berhubungan dengan kerusakan otak
akibat faktor medis, yaitu gangguan yang lainnya seperti dementia dan traumatic
diakibatkan kelainan fungsi otak maupun brain injury (Orange & Kertesz, 1998).
akibat kelainan-kelainan alat-alat bicara. Bagaimanapun, penje‐ lasan terhadap
Kedua, akibat faktor lingkungan sosial afasia bukan sederhana semata‐mata
seperti tersisih atau terisolasi dari sebagai kekacauan berbahasa, melainkan
lingkungan kehidupan masyarakat. sebagai suatu kesatuan klinis yang
Anak yang menderita gangguan kompleks.
otak baik gangguan akibat faktor medis

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 188


Riska Damayanti
Gangguan Berbicara pada Afasia Wernicke
Secara klinis Kertezs (1979) menyebabkan perbedaan asumsi
menguraikan afasia sebagai bagian dari pembicara dengan pikiran. Anak tidak
neurology di mana gangguan terjadi pada mampu menirukan apa yang diucapkan
pusat bahasa ditandai oleh paraphasias, oleh lawan bicara.
kesukaran menemukan kata‐kata, Perkembangan bahasa anak
pemahaman yang berbeda dan berubah afasia wernicke ini sama dengan normal
lemah. Disamping itu berkaitan pula lainnya. Anak tidak begitu gagap seperti
dengan gangguan membaca dan menulis anak afasia broca atau autis. Anak lancar
yang lazim seperti dysarthria, konstruksi berbicara tetapi tanpa ujung dan intinya,
non‐verbal, kesulitan menyelesaikan membuat kalimatnya menjadi berantakan.
masalah serta kelemahan dalam memberi Suatu komunikasi dikatakan
dan merespon melalui isyarat( impairment berhasil apabila pesan yang disampikan
of gesture). pembicara dapat dipahami dengan baik
Pada afasia wernicke oleh penyimak sesuai dengan maksud
berhubungan dengan kerusakan pada pembicara tersebut. Bahasa seseorang
daerah wernicke, yaitu pusat bahasa yang mencerminkan pikirannya. Semakin cerah
bertanggung jawab untuk memproduksi dan jelas pikiran seseorang semakin
makna. Interpretasi kata selama terampil seseorang berbahasa. Melatih
pemahaman dan pemilihan kata dalam keterampilan berbaha berarti melatih
memproduksi ujaran. Penderita afasia keterampilan berfikir (Dawson 1963:27
wernicke hanya lancar mengeluarkan isi dan Traigan 1980:11).
pikiran. METODE PENELITIAN
Anak afasia wernicke dapat Metode penelitian yang akan
dilihat ketika dia sudah lancar atau bisa digunakan dalam penelitian ini adalah
bicara, yakni sekitar pada umur 3-4 tahun. penelitian deskriptif. Metode deskriptif
Dilihat ketika dia berbicara dengan orang yaitu metode yang bermaksud untuk
lain dia bisa memahami maksud dari menggambarkan/ melukiskan keadaan
pembicara itu atau tidak. Pada waktu subjek/objek penelitian. (Hadari Nawawi,
berbicara, anak yang mengalami afasia 1989:63).
wernicke hanya berbicara sesuai dengan Penelitian ini bermaksud
persepsi dan pendapat dirinya sendiri. mendeskripsikan tentang ganguan
Anak tampak lancar berbicara tetapi berbicara Khlalisa. Khalisa mampu
kalimat yang dikeluarkan kacau atau berbicara tetapi tidak mampu menyimak
disebut juga dengan gado-gado kata. perkataan orang lain. Khalisa adalah anak
Mengeluarkan apa yang ada dalam kelas 6 SD dengan umur 12 tahun.
pikirannya tetapi tidak nyambung dengan HASIL PENELITIAN
apa yang dibicarakan afasia wernicke Beradasarkan hasil penelitian,
disebut juga dengan afasia sensorik afasia wernicke tidak mampu menyimak
merupakan kemampuan memahami lawan secara baik, anak tersebut hanya membuat
bicara, ia tidak mampu menyimak apa persepsinya saja dalam manjawab
yang dibicarakan. pertanyaan lawan bicaranya.
Anak yang mengalami afasia  Anak tidak mampu menyimak lawan
wernicke ini sering berbicara tanpa arti bicaranya
yang tidak bisa dipahami oleh lawan Pewawancara : Alamat kamu dimana
bicara. Kerusakannya pada wernicke area ?
jadi untuk tercapainya agak susah. Anak Dinda : Saya bersaudara dan
dimulai dengan menggunakan alat peraga, tingal bersama ibu saya
menjelaskan maksud dengan tujuan si Disini jelas sekali terlihat bahwa
anak mengenal maksud dari pembicara. anak afasia wernicke tidak mampu
Mula-mula dari pendengaran yang tidak menyimak dengan baik, dia hanya mampu
begitu jelakemudian anak menangkap membuat persepsi sendiri, yang ditanya
asumsi lain dari pembicaraan. Anak lawan bicara dengan jawaban yang
mampu berbicara, dengan apa yang diberikan anak afasia wernicke tidak
dibicarakan. Ia bisa saja memahami apa sesuai. Dia hanya mampu menerka-nerka
yang diterangkan tetapi kesulitan untuk pertanyaan yang diberikan anak afasia
mengatakan asumsinya tersebut, ragi dan wernicke. Makanya ada asumsi
tidak yakin. Jelas anak afasia wernicke ini Sekilas ada asumsi bahwa anak
mengalami ganguan saraf sensorinya yang afasia wernicke dipengaruhi oleh
berpengaruh juga pada pendengaran, pendengaran yang tidak sempurna, jadi

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 189


Riska Damayanti
Gangguan Berbicara pada Afasia Wernicke
maksud dari pembicara tidak disimak baik ucapkannya tidak memiliki makna,
oleh si anak. sehingga lawan bicaranya susah untuk
Diperkuat oleh (Wernicke, berokunikasi dengannya.
1874) area wernicke adalah bagian pada PEMBAHASAN
bagian dari otak manusia yang berada Penyajian hasil dari penelitian
pada bagian korteks otak besar, bagian deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode
posterior kiri dari gyrus temporalis yang bermaksud untuk menggambarkan/
superior, mengelilingi korteks melukiskan keadaan subjek/objek
pendengaran, di fissure sylvian adalah penelitian. Bahwa Khalisa tidak mampu
bagian pertemuan lobus temporalis dan menagkap atau memproses pertanyaan
parietalis otak. Akibat kerusakan yang dari pewawancara. Bisa dipastikan ada
terjadi dalam sistem otak anak tersebut. kesalah di dalam sel saraf otak kiri
Mengakibatkan sistem komunikasi antara khalisa. Maka dari itu perlu adanya
anak tersebut terganggu. penanganan khusus untuk penyembuhan
 Anak tidak mampu khalisa. Yang paling mampu untuk
mengungkapkan isi pikirannya mendiagnosa Khalisa adalah dokter
untuk lawan bicaranya. spesialis saraf.
Pewawancara : Bagaiamana Perolehan dari hasil penelitan
pengalaman kamu sewaktu mos ? tersebut bahwa khalisa wajib untuk
Dinda : saya kelas satu. Guru- mengikuti terapi sel saraf untuk mampu
guru di Man Islamiyah menyimak lawan berbicaranya. Karna
ini baik, cantik. penyakit afasia itu sangat mempengaruhi
Teman-teman saya pertumbuhan masa depannya yang akan
baik. Saya suka datang.
pelajaran bahasa Dilakukan peneltian ini guna
Indonesia karna untuk membantu anak-anak yang lain
cantik. yang terkena afasia wernicke agar orang
Wawancara selanjutnya, tuanya lebih tanggap dan lebih cepat
pewawancara manayakan bagaiamana mengobati anaknya yang terkena afasia
pengalamannya sewaktu mos, dalam tersebut. Karena kalau dilihat dari fisik
wawancara tersebut dia menceritakan memang penyakit afasia ini tidak terlihat
bagaiamana perasaannya sekarang, cacat, hanya saja ketika di ajak
padahal jawaban yang dilontarkan tidak komunikasi akan sangat mengalami
seperti itu. Disini jelas sekali apa terlihat kesulitan dalam sistem menyimak.
yang diucapkannnya juga tidak SIMPULAN
mempunyai makna, pewawancara tidak Khalisa tidak mampu berbicara
mengerti maksud yang disampikannya, dengan baik, dengan apa yang ada dalam
tujuannya kemana. Dia hanya membuat pikirannya tetapi berbeda dengan maksud
persepsi saja dalam menjawab pertanyaan yang dibicarakannya. Afasia wernicke
si pewawancara, diperkuat oleh yang diderita oleh Khalisa mengalami
(Subyantoro, 2013: 29) anak afasia gangguan sensorisnya yang berpengaruh
wernicke ini tidak mempunyai juga pada pendengarannya, menyebabkan
kemampuan untuk menangkap apa yang perbedaan asumsi pembicaraan dengan
dibicarakan orang lain, hanya mengerti pikiran. Khalisa tidak mampu menirukan
dengan apa yang ada di dalam pikirannya, yang diucapkan oleh lawan bicara.
itu karena adanya kerusakan pada lobus. SARAN
Seharusnya dia menjawab Berdasarkan penelitian yang
pengalaman saya sewaktu mos sangatlah telah dilakukan yakni penelitian Gangguan
berkesan, selama mos kami diajar untuk Komunikasi Anak Afasia Wernicke
sealu berbagai. Karena bagi teman kami semoga penelitian ini bagi seseorang yang
yang tidak membawa bekal makan siang, normal tidak mengucilkan atau tidak
agar disuruh membagi setiap orang bekal mencaci anak afasia werncike ketika saat
makan siangnya, dan diberikan kepada berkomunikasi. Karena anak afasia
teman yang tidak membawa bekal makan wernicke tidak mamu memahami atau
siang tersebut, itu anjuran kakak osis yang tidak mampu menyimak apa yang
telah memberikan arahan dalam acara Mos diucapkan anak afasia wernicke.
kami. Itu yang seharusnya diucapkan anak Untuk itu peneliti menyarankan
afasia wernicke. Tetapi dia tidak mampu agar anak afasia wernicke
mengeluaran isi pikirannya, dan apa di mengembangkan penelitian cara mudah

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 190


Riska Damayanti
Gangguan Berbicara pada Afasia Wernicke
berkomunikasi dengan afasia wernicke
atau cara berbicara dengan afasia wernicke
supaya apa yang diucapkan sampai kepada
penderita afasia wernicke.
DAFTAR ISI
Arifuddin. 2013. Neuropsikolinguistik.
Jakarta: RajaGrafindo.

Chaer Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian


Teoritik. Jakarta:Rineka Cipta.

Dardjowidjojo Soenjoyo. 1991. PELLBA


4. Jakarta: Kansius.

Subyantoro. 2013. Ganguan Berbahasa.


Yogyakarta: Ombak.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara


sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung:Angkasa.

Delfiza dkk. 2013. Kalimat Penderita


Afasia (Studi Kasus pada Anggela
Efellin). Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Vol.1 No 2.
Dachrud Musdalifah. 2010. Studi
Metaanalisis terhadap Intensitas
Terapi pada Pemulihan Bahasa
Afasia. Jurnal Psikologi Vol. 37 No1.

Kasondra, Sharon, dkk. Perspektive


Devising a Method to Study if
Wernicke's Aphasia Patients are
Aware That They Do Not
Comprehend Language or Speak It
Understandably. Neuroscience
Education (JUNE), Fall 2017,
16(1):E5-E12.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 191


BAHASTRA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ISSN: 2550-0848; ISSN Online : 2614-2988
Vol. 3, No. 2, Maret 2019

MEMORI WANITA DALAM MULTITASKING


KAJIAN NEUROPSIKOLINGUISTIK

M. Irwan Syahputra
Dikbind PPs Universitas Negeri Medan
putrairwan645@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keefektivan


memori pada wanita dalam multitasking. Multitasking atau tugas berganda
menyiratkan adanya lebih dari satu tugas di dalamnya. Kondisi tugas berganda
adalah adanya beberapa tugas yang independen dan tidak berhubungan yang
dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Peneltian dilakukan dengan pendekatan
kualitatif melalui metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Wanita dapat melakukan kemampuan multitasking dengan baik. Memori
wanita dalam multitasking seringkali mengalami hambatan disebabkan efektivitas
otak yang bekerja kurang maksimal yaitu pada memori jangka pendek. Namun
secara garis besar, multitasking pada wanita lebih baik dibandingkan pada pria.

Kata Kunci: multitasking, memori, wanita

Abstract. This study aims to determine the extent of effectiveness of memory in


women in multitasking. Multitasking or multiple tasks implies more than one task
in it. Multiple task conditions are the presence of several independent and
unrelated tasks that are carried out at the same time. The research was conducted
with a qualitative approach through observation and interview methods. Research
results show that women can perform multitasking abilities well. Memory of
women in multitasking often experiences obstacles due to the effectiveness of the
brain that works less optimally in short-term memory. But broadly speaking,
multitasking in women is better than in men.

Keyword: multitasking, memory, woman


PENDAHULUAN hal saja pada satu waktu adalah
Setiap manusia memiliki memori kemubaziran. Mereka bisa menghemat
untuk menyimpan informasi yang penting waktu dengan menyelesaikan beberapa
bagi dirinya dan membantu dalam pekerjaan secara bersamaan dan hasil
berkomunikasi antarsesama. Salah satu semua pekerjaan itu sama baiknya. Ini
pembeda utama manusia normal dan tidak karena mereka memiliki kemampuan
normal yaitu memori, karena memori multitasking atau tugas ganda,
merupakan bagian integral dari eksistensi mengerjakan 4 sampai 6 aktivitas
manusia. Segala sesuatu yang kita ketahui sekaligus dalam waktu bersamaan.
tentang dunia kita peroleh dari Multitasking1 atau tugas berganda
pengalaman yang kita simpan dalam menyiratkan adanya lebih dari satu tugas
memori. Dalam istilah yang lebih di dalamnya. Salvucci dan Taatgen (2011)
fisiologis atau neurologis, memori menambahkan bahwa kondisi tugas
merupakan satu set pengkodean koneksi berganda adalah adanya beberapa tugas
saraf dalam otak, yaitu penciptaan kembali yang independen dan tidak berhubungan
atau rekonstruksi pengalaman masa lalu yang dilakukan dalam waktu yang
oleh pelepasan sinkron neuron yang bersamaan. Hal inilah yang
terlibat dalam pengalaman asli. membedakannya dengan tugas kompleks.
Otak wanita dikonstruksi untuk Selanjutnya Appelbaum dan Marchionni
bisa melakukan banyak hal dalam waktu (2008) memandang tugas berganda
bersamaan. Ini membuat wanita bisa menjadi dua jenis yaitu tugas ganda (dual
mengetik sambil nonton film sambil task) atau dua tugas yang dilakukan
mengawasi anak dan saat bersamaan juga bersamaan dan switching task atau lebih
masak. Sementara lelaki tidak, otak dari satu tugas yang dilakukan dengan
mereka hanya diprogram untuk beralih diantara tugas-tugas tersebut.
mengerjakan satu hal pada satu waktu. Sementara Salvucci dan Taatgen
Itulah sebabnya lelaki bisa marah saat (2011) menyebutnya sebagai tugas
diajak bicara pas nonton film, sementara berganda bersamaan (concurrent
wanita, kadang merasa mengerjakan satu multitasking) yaitu setiap tugas

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 192


M. Irwan Syahputra
Memori Wanita dalam Multitasking Kajian Neuropsikolinguistik
berlangsung bersamaan/simultan atau membawa instrumen penelitian sebagai
hanya dengan interupsi singkat. Bentuk pedomanpertanyaan tentang hal-hal yang
lainnya adalah tugas berganda sekuensial akan ditanyakan dengan cara menanyakan
(sequential multitasking) yaitu individu beberapa pertanyaan untuk mencari data
memberikan perhatian yang lebih lama tentang memori wanita dalam
pada satu tugas sebelum berpindah pada multitasking. Adapun pedoman
tugas lain, meskipun tetap terjadi tumpang wawancara yakni sebagai berikut.
tindih perhatian.
Menurut penelitian yang HASIL PENELITIAN
diterbitkan oleh Royal Society Open
Science, hormon seks wanita yang bekerja
pada otak dapat menentukan kemampuan PANDUAN WAWANCARA
wanita untuk melakukan berbagai tugas
dalam satu waktu, atau yang biasa disebut b) Pekerjaan apa saja yang bisa Anda
dengan multitasking. Studi ini juga lakukan secara bersamaan dalam satu
menemukan bahwa hormon-hormon itu waktu?
menurun seiring dengan pertambahan c) Apakah ada kendala dalam
usia, maka kemampuan multitasking mengerjakan beberapa pekerjaan dalam
itupun bisa jadi ikut menurun di kemudian satu waktu?
hari. d) Apa yang melatarbelakangi Anda
METODE PENELITIAN dalam mengerjakan beberapa pekerjaan
Dalam penelitian ini, peneliti dalam satu waktu?
menggunakan metode deskriptif dengan e) Bagaimana respon orang-orang sekitar
pendekatan kualitatif. Pendekatan Anda terhadap hasil pekerjaan Anda?
kualitatif menggunakan beberapa metode f) Pekerjaan apa saja yang menurut Anda
dalam pengumpulan data yaitu sebagai sulit dilakukan dalam satu waktu ?
berikut. g) Apa tujuan Anda mengerjakan
a. Metode Observasi (pengamatan) beberapa pekerjaan dalam satu waktu?
Metode observasi atau Hasil Wawancara
pengamatan adalah kegiatan keseharian 1. Pekerjaan apa saja yang bisa Anda lakukan
manusia dengan menggunakan secara bersamaan dalam satu waktu?
Jawaban: Mencuci baju, memasak,
pancaindera mata dan dibantu dengan
mengasuh anak, dan melihat HP.
pancaindera lainnya. Adapun observasi 2. Apakah ada kendala dalam mengerjakan
yang dilakukan penulis termasuk dalam beberapa pekerjaan dalam satu waktu?
jenis observasipartisipasif. Yaitu penulis Jawaban: Tidak ada karena saya
mengerjakannya dengan hati dan tanggung
terlibat langsung dengan kegiatan sehari-
jawab.
hari orangyang sedang diamati atau yang 3. Apa yang melatarbelakangi Anda dalam
digunakan sebagai sumber data penelitian. mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu
Dalam metode observasi ini waktu?
penulis tidak hanya mengamati obyek Jawaban: Yang melatarbelakangi saya
adalah tanggung jawab sebagai istri sekaligus
studi, tetapi juga mencatat hal-hal yang
ibu.
terdapat pada obyek tersebut. Selain itu, 4. Bagaimana respon orang-orang sekitar
metode ini penulis gunakan untuk Anda terhadap hasil pekerjaan Anda?
mendapatkan data tentang situasi dan Jawaban: Sampai saat ini selalu positif dan
tidak ada kekurangan.
kondisi secara universal dari obyek
5. Pekerjaan apa saja yang menurut Anda
penelitian, yaitu memori wanita dalam sulit dilakukan dalam satu waktu ?
multitasking. Jawaban: Sampai saat ini ketika anak
b. Metode Wawancara (interview) menangis, saat itu yang membuat saya
Metode wawancara/interview agak kesusahan, tapi itu tidak begitu
masalah.
adalah proses memperoleh keterangan
a) Apa tujuan Anda mengerjakan beberapa
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya pekerjaan dalam satu waktu?
jawab sambil bertatap muka antara Jawaban: Supaya suami dan anak-anak
pewancara dengan responden/orang yang menjadi tenang ketika di rumah.
diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide)
wawancara. Berdasarkan penelitian yang telah
Dalam menggunakan metode ini dilakukan maka diperoleh data dari
peneliti mengadakan tanya jawab secara informan bahwa wanita dapat melakukan
langsung kepada responden dengan beberapa pekerjaan dalam waktu

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 193


M. Irwan Syahputra
Memori Wanita dalam Multitasking Kajian Neuropsikolinguistik
bersamaan. Informan menyatakan bahwa b) Retensi / retention berupa
Wanita dapat melakukan kemampuan penyimpanan informasi yang telah
multitasking dengan baik. Memori wanita diperoleh (storage).
dalam multitasking seringkali mengalami Memori jangka pendek atau short
hambatan disebabkan efektivitas otak term memory pada memori kerja (working
yang bekerja kurang maksimal yaitu pada memory) merupakan ingatan tentang fakta,
memori jangka pendek. Namun secara kata, bilangan, huruf, atau lebh pada suatu
garis besar, multitasking pada wanita waktu. Memori jangka pendek merupakan
lebih baik dibandingkan pada pria. suatu sistem memori yang digunakan
Berdasarkan wawancara pada untuk menyimpan dan memproses
responden maka diperoleh hasil sebagai informasi yang sedang dipikirkan
berikut. seseorang.
PEMBAHASAN Memori jangka pendek yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang diberikan suatu perlakuan seperti
diperoleh, diketahui bahwa wanita dapat pengulangan terus menerus akan terhapus
melakukan beberapa pekerjaan dalam dalam jangka waktu tertentu. Memori
waktu bersamaan. Kemampuan ini tidak jangka pendek selain berfungsi untuk
dipengaruhi oleh faktor latar belakang menyimpan informasi yang dibutuhkan
profesi karena responden yang diamati untuk waktu yang pendekdan berperang
semua menunjukkan dapat melakukan sebagai ruang kerja untuk perhitungan
tugas berganda (multitasking). Hal ini mental juga berfungsi sebagai
sejalan dengan pernyataan bahwa pemberhentian sebelum menjadi memori
kemampuan multitasking tidak jangka panjang.
dipengaruhi oleh latar belakang profesi, SIMPULAN
melainkan dipengaruhi oleh faktor Wanita dapat melakukan
kecerdasan, kepribadian, dan cara kerja kemampuan multitasking dengan baik.
(Wulanyani, 2014). Memori wanita dalam multitasking
Hasil penelitian lain yang seringkali mengalami hambatan
diperoleh dari hasil wawancara dan disebabkan efektivitas otak yang bekerja
observasi diketahui bahwa responden kurang maksimal yaitu pada memori
sering mengalami lupa terhadap beberapa jangka pendek. Namun secara garis besar,
pekerjaan. Seringkali beberapa pekerjaan multitasking pada wanita lebih baik
yang akan dikerjakan akan terlupa tidak dibandingkan pada pria.
berapa lama kemudian. Fenomena ini SARAN
berasal dari kemampuan memori jangka Perlu dilakukan penelitian lebih
pendek responden yang kurang bekerja lanjut terhadap upaya-upaya apa saja yang
maksimal. Dalam Burgess (2000) dapat dilakukan untuk memaksimalkan
dinyatakan bahwa memang aktivitas kerja otak pada kemampuan multitasking.
multitasking merupakan aktivitas yang DAFTAR PUSTAKA
kurang sehat dan dapat menurunkan Anderson JR. Perspectives on Learning
efektivitas kerja otak, namun faktanya and Memory. 1999. In Anderson
kemampuan multitasking banyak JR.eds. Learning and mMemory: an
dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari. integrated approach, 2nd ed. USA:
Secara spesifik, faktor kecerdasan John Wiley and Sons, Inc.
juga berkaitan dengan aspek memori
sebagai salah satu faktor kontrol kognitif Appelbaum, S. H., & Marchionni, A.
(Wulanyani, 2015). Mekanisme memori 2008. The Multi-tasking paradox:
atau ingatan merupakan suatu mekanisme perceptions, problems and
yang kompleks. Untuk memproses suatu strategies. Management Decision,
pengalaman atau informasi ke dalam 46(9), 1313-1325.
ingatan maka sistem saraf harus
menciptakan kembali pola perangsangan Arifuddin. 2013. Neuropsikolinguitik.
yang sama di dalam susunan saraf pusat di Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
masa yang akan datang. Untuk mengingat Burgess, P. W. 2000. Strategy application
suatu informasi yang diterima seseorang disorder: the role of the frontal lobe
harus melalui tiga tahap sebagai berikut: in human multitasking research.
a) Belajar / learning berupa Psychological Research, 63, 279–
encoding, penyandian atau mencatat 288.
informasi.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 194


M. Irwan Syahputra
Memori Wanita dalam Multitasking Kajian Neuropsikolinguistik
Jessy Lee. Tips untuk orang pelupa. (cited
2008 May 2016). Available from
http://www.kisfmjakarta.com/lifesty
le.php?kategori+&id=6018&start=0
&PHPSESSID=08454538b687ac01
5105de26aa5d53bf.

Ni Made Swasti Wulanyani. 2015.


Momori dalam Multitasking.
Psikologi, 23, 112 – 116.

Salvucci, D. D., & Taatgen, N. A. 2011.


The Multitasking Mind. New York:
Oxford University Press.

Tortora GJ &Grabowski SR.1999.


Principles of anatomy and
physiology, 9th ed, Canada John
Wiley & Sons.

Woodworth RS & Schlosberg H. 1954.


Experimental psychology, 2 nd ed.
New York. Rinehart H & Winston.

Wulanyani, N.M.S. 2015. Memori dalam


Multitasking. buletin Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada Volume 23, No. 2,
Desember 2015: 112-116 ISSN:
0854-7108.

Wulanyani, N.M.S. 2014. Faktor


Kecerdasan, Kepribadian, dan
Cara Kerja yang Memengaruhi
Performance Tugas Berganda.
Yogyakarya. DISERTASI. Fakultas
Psikologi UGM.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 195


PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
JURNAL BAHASTRA

1. Judul Artikel
Judul artikel diberi catatan kaki yang menunjukkan sumber biaya penelitian dan
pengabdian masyarakat. Nama penulis diikuti nama perguruan tinggi tempat penulis
bekerja, semua nama penulis ditulis tanpa gelar.

2. UrutanMateri
a. Judul artikel dalam bahasa Indonesia (tidak boleh lebih dari 14 kata) dan bahasa
Inggris (tidak boleh lebih dari 10 kata)
b. Nama penulis (ditulis lengkap tanpa singkatan dan gelar)
c. Abstrak (dalam bahasan Indonesia dan bahasa Inggris)
d. Pendahuluan, mencakup: perumusan masalah, tujuan dan manfaat
e. Metode penelitian
f. Hasil dan pembahasan
g. Simpulan dan saran
h. Daftar pustaka
i. Lampiran (jika ada)

3. Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad dengan urutan: nama pengarang, judul buku,
lokasi dan sumber/ penerbit.
Contoh: Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

4. Gambar dan Foto


Dicetak berwarna dan diberi nama pada bagian bawah gambar tersebut.

5. Pengetikan
Pengetikan dilakukan dengan jarak 1 spasi, jenis huruf Times New Roman, ukuran huruf
12, diketik di kertas HVS A4. Jumlah tulisan beserta lampirannya maksimum 15 halaman.

6. Syarat Tulisan
Artikel/tulisan yang akan dimuat pada Jurnal Keguruan belum pernah diterbitkan pada
jurnal ilmiah lainnya.

7. Administrasi
Artikel yang diserahkan ke Sekretariat Jurnal Keguruan diberikan dalam bentuk hardcopy
sebanyak 1 (satu) set yang selanjutnya akan dikoreksi oleh Mitra Bestari. Jika artikel
tersebut sudah layak untuk diterbitkan, penulis harus menyerahkan softcopy dari tulisan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai