Anda di halaman 1dari 41

KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU

KOTA BARU PARAHYANGAN

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 2
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 4
1.3 Ruang Lingkup ..................................................................................................... 4
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................... 4
1.3.2 Ruang Lingkup Materi ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN LITERATUR ............................................................................................... 7
2.1 Kajian Literatur Perencanaan Infrastruktur Kawasan Kota Baru ........................ 7
2.1.1 Tinjauan Umum Kawasan Strategis ............................................................ 7
2.1.2 Perencanaan Infrastruktur Pada Pengembangan Kota Baru ...................... 8
2.1.3 Pengembangan Kota Baru sebagai Kawasan Strategis ............................... 9
2.2 Kebijakan Pembangunan kota baru ........................................................................ 11
2.3 Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan ................................................. 13
2.4 Jenis-jenis Infrastruktur Perkotaan ......................................................................... 16
BAB III GAMBARAN UMUM .............................................................................................. 18
3.1 Kabupaten Bandung Barat ................................................................................ 18
3.2 Kota Baru Pahrayangan..................................................................................... 19
3.3 Kondisi Eksisting Infrastruktur .......................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN ANALISA .............................................................................................. 32
4.1 Penyediaan Air Bersih ............................................................................................. 32
4.1.1 Kebutuhan Air Bersih ....................................................................................... 32
4.2 Persampahan .......................................................................................................... 34
4.3 Kelistrikan................................................................................................................ 35
4.4 Air Limbah ............................................................................................................... 36
BAB V................................................................................................................................. 38
PENUTUP ........................................................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 38
5.2 Saran ................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 41

1
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian ini menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi salah
satu tugas besar pada mata kuliah Pengantar Infrastruktur Kawasan Strategis.
Bagian ini berisi latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup wilayah dan
materi, dan kerangka pemikiran.
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya suatu kota memberikan suatu pengaruh terhadap jumlah
penduduk yang semakin meningkat di kota tersebut. Hal ini terjadi pada kota-kota
besar di Indonesia, terutama terjadi pada kawasan Jabodetabek sampai Jawa
Barat. Peningkatan yang terjadi pada kepadatan penduduk menyebabkan semakin
meningkatnya permintaan dan kebutuhan tanah untuk permukiman yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai kebutuhan yang paling mendasar untuk
melakukan aktivitas kehidupannya. Sementara itu ketersediaan lahan yang
semakin terbatas dan pemerintah tetap mendukung adanya pembangunan
permukiman. Kemudian semakin banyak muncul dan dan berkembangnya
pembangunan kota-kota baru.
Selain itu, kawasan Kota Baru saat ini berkembang menjadi landasan
pemikiran secara konseptual yang menjadi salah satu solusi untuk memecahkan
masalah perumahan dan permukiman kota diberbagai negara dunia, termasuk
diantaranya Indonesia. Dari kota baru-kota baru yang ada saat ini, ada yang
berhasil atau dapat dikatakan layak sebagai suatu kota baru, namun tidak dapat
dipungkiri tidak sedikit pula yang perkembangannya berlangsung sangat lambat
atau bahkan berhenti sehingga menjadi suatu permukiman saja dengan persentase
tingkat hunian yang rendah. Terlepas dari keberhasilan dan kegagalan
terwujudnya kota baru atau permukiman berskala besar tersebut, dibutuhkan suatu
arahan untuk mengendalikan perkembangan kota baru untuk menjaga
keseimbangan sistem kota dan perkotaan.
Secara terminologis, menurut Gideon dalam Sujarto (1993) pengertian dari
kota baru merupakan kota yang direncanakan, dibangun dan dikembangkan pada
saat suatu atau beberapa kota lainnya yang direncanakan dan dibangun
sebelumnya yang telah tumbuh dan berkembang. Kota baru juga dapat dikatakan

2
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

sebagai suatu lingkungan permukiman yang berskala besar yang direncakan dan
dibangun untuk mengatasi masalah kekurangan perumahan di Kota besar yang
secara fungsional kota baru masih banyak bergantung pada peran dan fungsi kota
induknya dengan segi jarak yaitu lokasi yang berdekatan dengan kota induknya
dan juga kota baru dapat dikatakan sebagai kota satelit dari kota induk tersebut.
Penerapan kawasan kota baru mulai dilakukan pada salah satu kota besar di Pulau
Jawa yaitu Kota Bandung.
Kota Bandung menjadi salah satu kota yang mempunyai jumlah populasi
yang cukup tinggi yaitu sekitar 2.5 juta jiwa, secara geografis terletak di tengah-
tengah provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, kota Bandung mempunyai nilai
strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya. Berdasarkan jumlah penduduk,
kota Bandung merupakan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya
dengan luas 16.767 hektar. Pertambahan jumlah penduduk secara pesat terjadi di
kota ini dengan pertumbuhan populasi yang tinggi. Daya tarik kota Bandung yang
menjanjikan, kemudahan dalam segi materi dan predikat kota Pendidikan, telah
menyebabkan terjadinya arus urbanisasi dari daerah di sekitar kota Bandung,
bahkan dari luar Provinsi Jawa Barat. Hal ini menjadi salah satu solusi pemerintah
untuk memcahkan permasalah yang ada dengan melakukan pembangunan
kawasan Kota Baru Parahyangan.
Kota Baru Parahyangan merupakan salah satu sebuah kota mandiri yang
berada di Kabupaten Bandung Barat dengan total luas wilayah mencapai 1000
hektar dengan total jumlah penduduk 2000 kepala keluarga. Kota Baru
Parahyangan memiliki visi untuk membangun sebuah kota berwawasan mandiri
dengan menerapkan 3 unsur antara lain unsur sejarah, budaya, dan ilmu
pengetahuan yang diimplementasikan ke dalam fasilitas di kota tersebut. Saat ini
Kota Baru Parahyangan melakukan gerakan untuk melestarikan lingkungan
dengan menerapkan gerakan ramah lingkungan yang berfungsi untuk kehidupan
yang berkesinambungan di masa yang akan datang.
Sesuai dengan amanat Perpes No.2 Tahun 2015 mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 bahwa
arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan untuk membangun
kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera

3
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal dimana terdapat
beberapa strategi pembungan perkotaan antara lain perwujudan Sistem Perkotaan
Nasional dengan memenuhi standar pelayanan perkotaan untuk mewujudkan kota
aman, nyaman, dan layak huni. Pada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2
Tahun 2004 mengenai RTRW Kota Bandung bahwa Kota Bandung akan
mewujudkan pemerataan pertumbuhan, pelayanan dan keserasian perkembangan
kegiatan pembangunan antar wilayah dengan mempertahankan keseimbangan
lingkungan dan ketersediaan sumberdaya daerah.
Kota Baru Parahyangan dibangun dengan memperhatikan keseimbangan
antara bidang sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga menjadi suatu pola
pengembangan yang terpadu dan berkelanjutan demi tercapainya kehidupan yang
lebih berkualitas. Dalam melakukan penerapan pengembangan ini pembangunan
infrastruktur menjadi salah satu aspek yang penting dimana bertujuan sebagai
penunjang salah satu pengembangan kawasan kota baru Parahyangan yang akan
mempengaruhi kesejahteraan masyarakatnya.
1.2 Tujuan
Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi Jenis dan konsep Infrastruktur Kota Baru
Parahyangan
2. Untuk mengidentifikasi standar penyediaan infrastruktur kota baru
3. Untuk mengidentifikasi kebutuhan supply dan demand infrastruktur Kota
Baru Parahyangan
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kota Baru Parahyangan merupakan salah satu kawasan kota baru yang
berada di Kecamatan Padalarang yang ada di Kabupaten Bandung Barat.
Kecamatan Padalarang memiliki luasan sebesar 51,4 Ha. Adapun batas
administrasinya ialah:
● Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikalongwetan.
● Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batujajar.

4
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

● Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cisarua, Kecamatan


Ngamprah, dan Kecamatan Cimahi.
● Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sipatat dan Kecamatan
Saguling.
Berdasarkan data, luas wilayah Kota Baru dan wilayah sekitar Kota
Baru Parahyangan yaitu 3.408 km². Mempunyai rata-rata ketinggian 110 m
dan maksimum 2.2429 m dari permukaan laut. Kemiringan wilayah yang
bervariasi antara 0 – 8%, 8 – 15% hingga diatas 45%, dengan batas wilayah
sebagai berikut :
● Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Jayamekar, Padalarang, dan
Kertamulya.
● Sebelah Selatan berbatasan dengan Selatan Desa Girimukti,
Pangabuan, dan Cangkorah.
● Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Margajaya, Cimareme, dan
laksanamekar.
● Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cipageran.

Ganbar 1
Gambar Peta Klasifikasi Wilayah Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung
Barat

Sumber : Hasil Pengolahan Arcgis, 2019.

5
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

1.3.2 Ruang Lingkup Materi


a) Melakukan review terkait kebijakan dan peraturan dalam pembangunan
kawasan strategis kota baru Parhyangan.
b) Melakukan kajian atau metode terkait dengan pendekatan normatif,
kuantitatif, dan deskriptif.
c) Melakukan rumusan analisa terhadap sektor kependudukan untuk
mengetahui proyeksi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Padalarang
Kawasan Kota Baru Parahyangan..
d) Melakukan rumusan analisa terhadap Permintaan Infrastruktur di tahun
proyeksi.
e) Melakukan rumusan analisa terhadap kebutuhan Infrastruktur di tahun
proyeksi.

6
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Kajian Literatur Perencanaan Infrastruktur Kawasan Kota Baru


2.1.1 Tinjauan Umum Kawasan Strategis
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai penataan
ruang, kawasan strategis merupakan salah satu kawasan yang didalamnya terdapat
beberapa kegiatan yang mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tata
ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan yang sejenis atau berbeda dibidangnya dan
terdapat peningkatan kesejahteraan masyarakat didalamnya. Sedangkan menurut
Penataanruang.com bahwa kawasan strategis bagian wilayah kota yang penataan
ruangnya diprioritaskan, hal ini dikarenakan mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Kawasan
Strategis juga memiliki berbagai fungsi antaranya untuk mengembangkan,
melindungi serta mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis
kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota.
Selain itu juga kawasan strategis berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai
kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup dalam wilayah kota yang dinilai mempunyai pengaruh sangat
penting terhadap wilayah kota bersangkutan
Pada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun
2015-2019 diatur mengenai pengaturan kawasan strategis dan termasuk RTRWN
(Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) yang menjelaskan didalamnya bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah yang terjadi diantara
beberapa kawasan yaitu Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia.
Selain itu, penetapan kawasan strategis juga bertujuan untuk meningkatkan daya
saing. Terdapat beberapa faktor yang perlu ditingkatkan guna menunjang daya
saing suatu kawasan, yaitu infrastruktur, inovasi, teknologi dan kompetensi tenaga
kerja.
Pada Kawasan Strategis perlu adanya beberapa dukungan yang dilakukan
anatara lain dukungan berupa sistem logistik, infrastruktur, kebijakan, peraturan,
manajemen ruang dan wilayah, serta sistem transportasi nasional perlu
dipertimbangkan secara komprehensif, salah satunya termasuk untuk melakukan

7
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

peningkatan daya saing sebuah kawasan strategis yang telah direncanakan.


Kebijakan pemerintah pusat antar sektor dan pemerintah daerah sangat perlu
disinkronisasikan dengan tujuan agar tidak saling menghambat atau menjadi
tumpang tindih antar dua kepentingan. Ketersediaan infrastruktur dan konektivitas
dalam sistem transportasi maupun logistik menjadi salah satu pendukung utama
dalam meningkatkan daya saing kegiatan ekonomi di Indonesia, khususnya
Kawasan Strategis Nasional.

2.1.2 Perencanaan Infrastruktur Pada Pengembangan Kota Baru


Definisi Infrastruktur menurut Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015
merupakan fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang
diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung
jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan
dengan baik. Sedangkan definisi dari penyediaan infrastruktur menurut Peraturan
Presiden Nomor 38 tahun 2015 adalah kegiatan yang antara lain meliputi
pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan
infrastruktur, kegiatan pengelolaan infrastruktur serta pemeliharaan infrastruktur
dalam rangka meningkatkan peran fungsi dari infrastruktur tersebut. Infrastruktur
dijelaskan dan mengarah pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang dibutuhkan manusia
dalam lingkup sosial dan ekonomi kegiatan sehari-hari (Grigg, 1988 dalam
Kodoatie, 2003).
Berdasarkan World Bank menyatakan bahwa peningkatan infrastruktur
yang terjadi pada suatu kawasan seperti energi, air, dan transportasi dapat
memberi manfaat langsung kepada individu, rumah tangga, komunitas dan
termasuk lembaga private untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
pendidikan sehingga mengurangi pengeluaran individu atau lembaga dalam
pemanfaatan kegiatan sehari-harinya, hal ini dapat meningkatkan taraf pendidikan
serta kesehatan pada masyarakat. Pemenuhan konektivitas dan infrastruktur
tersebut juga didukung oleh kebijakan yang berlaku. Pada RTRWN telah diatur
kebijakan dengan arahan pada dukungan infrastruktur maupun di kebijakan
RPJMN 2015-2019 yang terdapat arahan pembangunan dan peningkatan

8
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

infrastruktur baik untuk darat, laut dan udara di berbagai daerah. Pada kebijakan
RTRW Provinsi yang ada di Indonesia juga telah mempertimbangkan dan
mengarahkan dalam pemenuhan kebutuhan infrastruktur baik transportasi, energi,
sumber air maupun telekomunikasi.
Manfaat infrastruktur bagi suatu kota adalah untuk perkembangan
ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Salah satu manfaat infrastruktur adalah
untuk meningkatkan perekonomian suatu kota. Kota yang memiliki potensi dapat
dikembangkan dengan pembangunan infrastruktur agar ekonomi daerah tersebut
berkembang. Infrastruktur yang baik akan menarik investor untuk berinvestasi di
daerah tersebut. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam infrastruktur
menurut APWA (American Public Works Association) antara lain sebagai berikut:
1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,
fasilitas pengolahan air (water treatment)
2. Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan, daur
ulang
3. Fasilitas pengelolaan limbah padat
4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi
5. Fasilitas lintas air dan navigasi
6. Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara (termasuk tanda-tanda lalu lintas
dan fasilitas pengontrol
7. Sistem transit publik
8. Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi
9. Fasilitas gas alam
10. Gedung publik: sekolah, rumah sakit
11. Fasilitas perumahan publik
12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion
13. Komunikasi
2.1.3 Pengembangan Kota Baru sebagai Kawasan Strategis
Kota Baru menjadi salah satu cara menyelesaikan permasalahan
penyediaan rumah di perkotaan. Pembangunan Kotabaru bertujuan untuk menjadi
pusat pertumbuhan wilayah baru dan mandiri yang tidak lagi tergantung pada kota
induknya. Menurut Harvey S. Perloff dan Neil C.Sandbery dalam bukunya Why

9
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

and For Whom (1973:3-12) menjelaskan bahwa pengertian Kota Baru merupakan
Kota yang dirancang dan direncanakan untuk dapat mandiri dengan ukuran luas
wilayah yang relatif kecil tetapi dengan keadaan komunitas yang seimbang. Kota
Baru menjadi salah satu kota yang harus mandiri dengan maksud bahwa fasilitas
kota yang direncanakan mempunyai peluang pekerjaan yang mencukupi, fasilitas
perdagangan, kesehatan, pendidikan dan fasilitas yang lainnya yang relatif dekat
sehingga mudah dijangkau.
Pengembangan Kota baru juga memberikan suasana lingkungan
kehidupan yang kondusif untuk komunitas atau masyarakat yang ada di kota
tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa keadaan yang seimbang dapat dijelaskan
dengan segala berbagai aspek antara lain seimbang antara kesempatan kerja,
penduduk , industri, perdagangan, rekreasi ataupun fasilitas hunian dan dapat
seimbang dalam kelompok umur, pendapatan, pekerjaan , suku, serta status sosial
masyarakat. Sedangkan Mmenurut (Campbell 1976) konsep kota baru mempunyai
tujuan untuk membentuk suatu rencana pembangunan dalam jangka waktu
tertentu yang dapat diperhitungkan, hal ini bertujuan untuk mencapai
keseimbangan antara kebutuhan fasilitas penduduk dengan mempertimbangkan
fungsi guna lahan yang berbeda dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
yang terus bertambah tiap tahunnya.
Kota Baru dapat dipahami sebagai sebuah proyek pengembangan lahan
yang luasannya mampu menyediakan unsur-unsur perkotaan secara lengkap dan
utuh, yang mencakup tempat tinggal (perumahan), fasilitas sosial dan fasilitas
umum, perdagangan dan industri, yang secara keseluruhan dapat memberikan
sebagai kesempatan untuk hidup dalam lingkungan tersebut, jenis dan harga
rumah yang beragam, ruang terbuka aktif dan pasif serta terdapat buffer zone,
program dan kegiatan pengendalian lingkungan fisik dan terakhir biaya investasi
relatif besar. Dari pengertian tersebut bahwa dapat dijelaskan jika kota Baru
mempunyai visi utama untuk menciptakan suatu lingkungan kehidupan
masyarakat yang baik secara fisik maupun non fisik yang dapat menunjang
kehidupan masyarakat kota secara mandiri, seimbang, serta harmonis dan
terwujudnya kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat.

10
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

2.2 Kebijakan Pembangunan kota baru


Berdasarkan amanat Perpres No 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 bahwa arah
kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan untuk membangun kota
berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera
berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal.
Strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019: (i) Perwujudan Sistem
Perkotaan Nasional (SPN); (ii) Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan
Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; (iii)
Perwujudan Kota Hijau yang Berketahanan Iklim dan Bencana; (iv)
Pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya
lokal; serta (v) Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan.
Menurut Kementrian PUPR, Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan
Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni pada
kawasan metropolitan dan kota sedang di luar Jawa termasuk kawasan perbatasan,
kepulauan, dan pesisir dengan: (a) Menyediakan sarana dan prasarana dasar
perkotaan sesuai dengan tipologi kotanya; (b) Meningkatkan pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan sosial budaya; (c) Mengembangkan perumahan sesuai dengan
tipologinya; (d) Mengembangkan sistem transportasi publik terintegrasi dan
multimoda sesuai dengan tipologi dan kondisi geografisnya; (e) Menyediakan dan
meningkatkan sarana prasarana ekonomi sektor perdagangan dan jasa termasuk
pasar tradisional, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); (f)
Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan, penyediaan fasilitas dan
sistem penanganan kriminalitas dan konflik, serta memberdayakan modal sosial
masyarakat kota.
Pembentukan kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota
atau kawasan perkotaan metropolitan khususnya di luar Pulau Jawa – Bali
merupakan sesuatu yang mendesak dan harus dilaksanakan sebagai keberpihakan
bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai
pengendali (buffer) urbanisasi. Kawasan kota baru sebagai bagian dari kawasan
permukiman perkotaan harus direncanakan, dilaksanakan serta dikelola dengan
baik dengan memasukkan unsur-unsur kota hijau dan kota cerdas, yang pada

11
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

gilirannya dapat mendukung terwujudnya kawasan permukiman yang layak huni


dan berkelanjutan. Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah salah satu instansi yang
bertanggung jawab dalam pengaturan, pembinaan dan pengendalian serta
pengawasan dalam hal pengelolaan kawasan permukiman terutama kawasan
perkotaan perlu mengambil langkah nyata dengan kegiatan perencanaan kawasan
permukiman kota baru yang mengadaptasi konsepsi kota hijau dan kota cerdas
dalam mendukung terwujudnya kawasan permukiman layak huni dan
berkelanjutan.
Menurut Djoko Sujarto (1993), Pengembangan kota baru di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari dasar kebijaksanaan pengembangan dan pembangunan
kota pada umumnya. Dalam memikirkan kemungkinan pengembangan kota baru
sebagai salah satu upaya mendorong pembangunan daerah, seperti digariskan
dalam GBHN dan Repelita Nasional, maka kebijaksanaan dan langkah pembinaan
kota nasional perlu melandasi hal tersebut.
Berdasarkan hal pokok yang telah digariskan dalam kebijaksanaan dan
langkah pembinaan kota dan pengembangan sektor permukiman dan perumahan,
maka hal yang perlu ditekankan sebagai landasan pengembangan kota baru di
Indonesia meliputi:
1. azas pemerataan daerah,
2. azas tata ruang wilayah,
3. azas pemerataan penyebaran penduduk,
4. azas pembangunan kota berwawasan lingkungan.
Dengan keempat landasan kebijaksanaan tersebut, maka pengembangan kota baru
di lndonesia perlu memperhatikan arahan berikut:
1. Penentuan jenis kota baru yang didasarkan pada fungsi pengembangan
yang disesuaikan dengan kebutuhan kini maupun mendatang;
2. Penentuan lokasi dan pengembangan kota baru perlu didasarkan pada
pertimbangan untuk dapat menunjang pengembangan wilayah dan
membantu memecahkan masalah kota besar;
3. Penentuan dan pengembangan jenis kota baru perlu disesuaikan dengan
jumlah penduduk, kegiatan usaha serta komponen kebutuhan yang
menunjang kehidupan dan penghidupan di kota tersebut sampai batas yang

12
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kota baru mandiri atau


penunjang;
4. Penentuan dan pengembangan kota baru harus dilihat dari wawasan dan
ruang lingkup perwilayahan lebih luas, sehingga fungsi yang diharapkan
dapat dicapai, termasuk pentingnya keterpaduan pengembangan kota baru
dengan sistem jaringan prasarana perangkutan wilayah yang dapat
menghubungkan dengan kota besar, kota menengah dan kota kecil di
sekitarnya;
5. Pengadaan dan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan perlu
dipadukan dengan program pengembangan prasarana kota terpadu agar
efisien dan efektif;
6. Penentuan, perencanaan dan pembangunan kota baru perlu ditunjang suatu
penelitian guna menentukan wilayah yang memungkinkan dikembangkan,
wilayah kendala serta wilayah limitasi.

2.3 Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan


Menurut sekretariat kabinet Republik Indonesia, Berdasarkan Perpres
Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
dan Inpres Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional, penerbitan Perpres dan Inpres tersebut dimaksudkan untuk akselerasi
pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam menghadapi era pasar bebas, dan mewujudkan Nawacita yang
menjadi kebijakan Presiden yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019.
Intinya dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2016 bertujuan untuk mempercepat
pelaksanaan proyek strategis nasional guna memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan melakukan upaya simplikasi dan
kemudahan perizinan dan nonperizinan, penyelesaian tata ruang dan kepastian
penyediaan lahan, pemberian jaminan atas risiko perubahan kebijakan
Pemerintah, penugasan kepada BUMN, percepatan pengadaan barang/jasa
Pemerintah, pemberian diskresi dalam penyelesaian hambatan dan perlindungan
hukum bagi aparatur pelaksana proyek strategis nasional, serta daftar proyek
infrastruktur yang mencapai 226 proyek yang terdapat diseluruh Indonesia.
Sedangkan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2016, intinya memberikan instruksi

13
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

kepada stakeholder terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan


untuk melakukan dan/atau memberikan dukungan percepatan pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional (PSN), yang mencakup penyiapan PSN, pengadaan lahan/tanah
PSN, pendanaan PSN, perizinan dan nonperizinan PSN, pelaksanaan
pembangunan fisik PSN, pengawasan dan pengendalian PSN, pemberian
pertimbangan hukum dalam pelaksanaan PSN, dan/atau mitigasi risiko hukum dan
non hukum dalam pelaksanaan PSN. Sekilas Perpres Nomor 3 Tahun 2016
memberikan obat generik atas berbagai permasalahan penyediaan infrastruktur di
Indonesia dengan menyediakan solusi dan fasilitas sebagai debottlenecking atas
lambatnya proses birokrasi dan prosedur penyediaan infrastruktur yang menjadi
penghambat ketersediaan infrastruktur, padahal infrastruktur merupakan
merupakan gerbang bagi konektivitas antar wilayah, daya tarik investasi, dan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dalam Inpres Nomor 1 Tahun 2016 juga
seolah-olah Pemerintah bersikap permisif terhadap dugaan/sangkaan tindak
pidana yang kadang menyertai pelaksanaan pembangunan infrastruktur. Namun
sedianya Perpres Nomor 3 Tahun 2016 dan Inpres Nomor 1 Tahun 2016 harus
didudukkan sebagai upaya dan niat tulus Pemerintah untuk mengejar
ketertinggalan penyediaan infrastruktur guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Perpres dan Inpres tersebut merupakan rangkuman kebijakan
pemerintah yang telah ada sebelumnya dengan mempertegas ketentuan-ketentuan
yang telah ada sebelumnya dalam berbagai bentuk peraturan perundang-
undangan, dengan tetap berada pada koridor norma hierarki peraturan perundang-
undangan lex superiori derogatelegiinferiori.
Dalam daftar PSN yang merupakan lampiran dari Perpres Nomor 3 Tahun
2016 terdapat beberapa infrastruktur yang sedang dalam pengerjaan dan hampir
selesai, serta infrastruktur yang pengejaannya telah ditetapkan Perpres Penugasan
antara lain Perpres Nomor 100 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan
Jalan Tol di Sumatera sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 117
Tahun 2015, dan Perpres Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit (LRT) terintegrasi di
wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Dimasukkannya proyek infrastruktur
yang telah dikerjakan oleh BUMN melalui mekanisme penugasan merupakan

14
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

bagian dari “jaminan pemerintah” (baca: komitmen) atas keberlangsungan proyek,


sehingga manakala BUMN yang mendapatkan penugasan dianggap sudah tidak
mampu menyelesaikan proyek penugasan, maka pemerintah akan mengambil alih
penyelesaian proyek tersebut melalui mekanisme penugasan, kerjasama dengan
swasta, atau APBN. Pendahuluan proses administrasi dibandingkan dengan proses
hukum untuk penyelesaian masalah dan hukum dalam Perpres Nomor 3 Tahun
2016 dan Inpres Nomor 1 Tahun 2016, harus dipandang bukanlah sikap permisif
terhadap penyimpangan atau penyelewengan, namun lebih kepada upaya untuk
kepastian penyelesaian PSN. Mengingat proses hukum atas laporan
penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan saat penyelesaian PSN,
berpotensi menghambat atau menghentikan penyelesaian PSN yang berdampak
pada tertundanya penyelesaian PSN atau bahkan PSN tidak dapat diselesaikan.
Meskipun demikian, Pemerintah tetap mendorong penyelesaian secara hukum
setelah dilakukannya kategorisasi kesalahan yakni kesalahan administrasi yang
tidak menimbulkan kerugian negara, kesalahan administrasi yang menimbulkan
kerugian negara, atau tindak pidana yang bukan bersifat administratif. Terkait
pembiayaan PSN dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2016 ada 3 (tiga) skema
pembiayaan yakni melalui APBN/APBD, penugasan BUMN, dan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (KPBU). Tugas
pemerintah adalah “memasarkan” PSN kepada investor dengan menawarkan
fasilitas dalam Perpres Nomor 3 Tahun 2016 agar investor tertarik sehingga
penyelesaian PSN tidak melulu tergantung dengan ketersediaan alokasi anggaran
dalam APBN/APBD. Pemerintah kiranya perlu membuat skala prioritas
penggunaan APBN untuk penyelesaian PSN, tentunya dengan memperhatkan dan
mempertimbangkan letak strategis PSN dan wilayah PSN, karena untuk wilayah
barat Indonesia (khususnya Jawa) pembangunan PSN akan banyak menarik minat
investor, sehingga pembiayaan pembangunan PSN dapat dilakukan melalui skema
penugasan atau KPBU. Sedangkan untuk wilayah timur Indonesia yang masih
minim infrastruktur dan konektivitas (baca: layak secara ekonomi dan tidak layak
secara finansial atau bahkan tidak layak secara ekonomi dan tidak layak secara
finansial), peran APBN lebih dibutuhkan dalam pembangunanPSN.

15
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

2.4 Jenis-jenis Infrastruktur Perkotaan


Menurut Kodoatie (2005), infrastruktur sebagai pendukung utama sistem
sosial dan sistem ekonomi dilaksanakan dalam konteks keterpaduan dan
menyeluruh. Infrastruktur yang merupakan fasilitas yang dikembangkan untuk
fungsi-fungsi pemerintahan dalam hal pelayanan publik tidak dapat berfungsi
sendiri-sendiri dan terpisah. Keterpaduan tersebut menentukan nilai optimasi
pelayanan infrastruktur itu sendiri. Berdasarkan jenisnya, infrastruktur dibagi
dalam 13 kategori (Grigg, 1988) sebagai berikut :
1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,
dan fasilitas pengolahan air (treatment plant),
2. Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan,
dan daur ulang, Fasilitas pengelolaan limbah (padat),
3. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi,
4. Fasilitas lintas air dan navigasi,
5. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara, serta utilitas pelengkap
lainnya,
6. Sistem transit publik,
7. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi,
8. Fasilitas gas alam,
9. Gedung publik : sekolah, rumah sakit, gedung pemerintahan, dll,
10. Fasilitas perumahan publik,
11. Taman kota: taman terbuka, plaza, dll, serta
12. Fasilitas komunikasi.
Tiga belas jenis infrastruktur tersebut kemudian dikelompokkan dalam 7
kelompok besar (Grigg dan Fontane, 2000) sebagai berikut: 1. Transportasi (jalan,
jalan raya, jembatan), 2. Pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan), 3.
Komunikasi, 4. Keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu
sungai, saluran terbuka, pipa, dll), 5. Pengelolaan limbah (sistem pengelolaan
limbah padat), 6. Bangunan, serta 7. Distribusi dan produksi energi.
Menurut Grigg (Nurmadimah, 2012:20), Sistem infrastruktur merupakan
merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi 7
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan

16
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi


yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 67
tahun 2005, jenis Infrastruktur mencakup :
1. infrastruktur transportasi, meliputi pelabuhan laut, sungai atau danau,
bandar udara, jaringan rel dan stasiun kereta api;
2. infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan tol;
3. infrastruktur pengairan, meliputi saluran pembawa air baku;
4. infrastruktur air minum yang meliputi bangunan pengambilan air baku,
jaringan transmisi, jaringan distribusi, instalasi pengolahan air minum;
5. infrastruktur air limbah yang meliputi instalasi pengolah air limbah,
jaringan pengumpul dan jaringan utama, dan sarana persampahan yang
meliputi pengangkut dan tempat pembuangan;
6. infrastruktur telekomunikasi, meliputi jaringan telekomunikasi;
7. infrastruktur ketenagalistrikan, meliputi pembangkit, transmisi atau
distribusi tenaga listrik; dan
8. infrastruktur minyak dan gas bumi meliputi pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, transmisi, atau distribusi minyak dan gas bumi.
Infrastruktur dinyatakan pula sebagai aset fisik yang dirancang dalam sistem
pelayanan publik yang penting terbagi dalam 7 kategori utama. Namun dalam
penetapan kategori infrastruktur ini terdapat beberapa perbedaan antara program
pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT) dengan Grigg (1988), Hudson 8
(1997), Kodoatie (2003) maupun Supirin (2003) (dalam Nurmadimah, 2012:20).
Pengkategorian dalam program pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT)
tidak menyertakan bagunan gedung dan fasilitas rekreasi, serta memisahkan
pengelolaan air bersih dengan air kotor, sedang Grigg maupun Hudson
mengkategorikan pengelolaan air bersih, air limbah dan drainase pada satu
kategori dan menyertakan serta memasukan bangunan gedung dan fasilitas
rekreasi pada kategori terpisah (Nurmadimah, 2012:20).

17
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Tatar Pasundan, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten
ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di
sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di sebelah timur,
Kota Bandung di sebelah selatan, serta Kabupaten Cianjur di sebelah barat dan
timur.
Kabupaten Bandung Barat mewarisi sekitar 1.400.000 penduduk dari
42,9% wilayah lama Kabupaten Bandung. Pusat pemerintahan Kabupaten
Bandung Barat berlokasi di Kecamatan Ngamprah yang terletak di jalur
Bandung-Jakarta. Dan untuk sementara waktu, pusat pemerintahan Kabupaten
Bandung Barat dipindahkan ke Batujajar, dan Kecamatan Ngamprah akan di pilih
menjadi pusat pemerintahan pada tahun mendatang.
Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu
1.305,77 km², terletak antara 60º 41’ s/d 70º 19’ Lintang Selatan dan 107º 22’ s/d
108º 05’ Bujur Timur. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 m dan maksimum
2.2429 m dari permukaan laut. Kemiringan wilayah yang bervariasi antara 0 –
8%, 8 – 15% hingga diatas 45%, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah barat : berbatasan dengan kabupaten
Cianjur
Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang.
Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kota
Cimahi.
Sebelah selatan : berbatasan dengan Selatan Kabupaten Badung dan
Kabupaten Cianjur.

18
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Ganbar 2
Peta Administrasi Kabupaten Bandung Barat

Sumber : BPS Dalam Angka Kabupaten Bandung Barat 2019

Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 15 (lima belas)


kecamatan yang terdiri dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong,
Cipatat, Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy,
Lembang, Sindangkerta, Cihampelas dan Rongga. Penggunaan lahan Eksisting
Dilihat dari sisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bandung Barat,
penggunaan lahan untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan
terbesar yaitu 66.500,294 ha, sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas
50.150,928 ha, budidaya non pertanian seluas 12.159,151 ha dan lainnya seluas
1.768,654 ha .

3.2 Kota Baru Pahrayangan


Berdasarkan data, luas wilayah Kota Baru dan wilayah sekitar Kota Baru
Parahyangan yaitu 3.408 km². Mempunyai rata-rata ketinggian 110 m dan
maksimum 2.2429 m dari permukaan laut. Kemiringan wilayah yang bervariasi
antara 0 – 8%, 8 – 15% hingga diatas 45%, dengan batas wilayah sebagai berikut
Sebelah barat : berbatasan dengan Desa Cipageran

19
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Jayamekar, Padalarang, dan Desa


Kertamulya
Sebelah timu : berbatasan dengan Desa Margajaya, Cimareme, dan
Laksanamekar
Sebelah selatan : berbatasan dengan Selatan Desa Girimukti, Pangauban, dan
Cangkorah.
Cakupan kawasan Kota Baru Parahyangan dan wilayah sekitar Kota
Baru Parahyangan meliputi 5 desa yang paling dekat dengan Kota Baru
Parahyangan. yaitu Desa Kertajaya, Cipeundeuy, Cimerang, Cikande dan
Bojonghaleung. Penggunaan lahan yang ada di kelima desa tersebut banyak di
gunakan sebagai penggunaan lahan non pertanian yaitu pemukiman.
Desa Kertajaya memiliki 256 ha penggunaan non pertanian, Desa
Cipeundeuy dengan luas non pertanian 458 ha, Desa Cimerang dengan luas 378
ha, Bojonghaleung 351 ha, dan Desa Cikande 378 ha.
Ganbar 3
Peta Kawasan Pahrayangan

20
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Kota Baru Parahyangan adalah suatu kota yang dikembangkan


oleh Perseroan Terbatas (PT) Lyman Property (Lyman Group). Lyman
Group pada awalnya bernama Satya Djaya Raya (SDR) Group didirikan
oleh Susanta Lyman pada tahun 1959. Usahanya dimulai dari
perdagangan hasil Bumi, kemudian berkembang ke bisnis usaha lain seperti
perkayuan, properti, building material & distribusi, perkebunan serta
pertambangan minyak & gas bumi
Kota ini terbentuk pada tahun 2004. Terletak di Padalarang,
Kabupaten Bandung Barat. Kota Baru ini memiliki lokasi sangat
strategis dengan aksesibilitas Tol Purbaleunyi (ke Bandung) & Tol
Cipularang (ke Jakarta) serta berbatasan langsung dengan danau Saguling.
Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di
sebelah barat dan utara, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi di sebelah
timur, Kota Bandung di sebelah selatan, serta Kabupaten Cianjur di
sebelah barat dan timur
Pembangunan Kota Baru Parahyangan mempunyai visi yang luar
biasa. Salah satunya ialah sebagai Kota Pendidikan. Kota ini
merupakan proyek berskala kota pertama di area Bandung Raya yang
akan menampung segala fasilitas dan fungsi perkotaan. Dengan proyeksi
jumlah penduduk 100.000 orang lebih, diharapkan Kota Baru
Parahyangan menjadi kota mandiri yang memberikan kesejahteraan
bagi penghuni dan masyarakat sekitarnya, baik secara moril maupun
materiil. Kota mandiri ini bertujuan membentuk komunitas baru yang tidak
membebani kota Bandung dan sekitarnya yang sudah sangat padat. Kota
ini diproyeksikan akan terwujud lengkap dalam kurun waktu 20 tahun.
Kota Baru Parahyangan, sebagai kota satelit, mempunyai
keunikan desain yang berbeda dengan Kota baru lainnya. Kota yang
menghadirkan visi dan spirit sebagai Kota Pendidikan ini diharapkan akan
memberikan kontribusi kepada seluruh penghuni dan masyarakat Bandung.
Spirit pendidikan ini akan disebar pada keseluruhan proyek, baik secara

21
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

masterplan maupun segmental, yang juga menempatkan institusi formal


seperti sekolah dan universitas maupun informal, dengan menghadirkan
taman-taman bertema, pusat ilmu pengetahuan & teknologi. Pembangunan
Kota Mandiri akan mengakomodasikan beberapa fungsi yang berkaitan
satu dengan yang lainnya, seperti hunian yang terdiri dari perumahan
berkepadatan rendah, menengah dan tinggi, condominium,
apartemen, town house yang dilengkapi dengan fasilitas kota bisnis
seperti Office Parks, Open Mall, hotel, ritel, dsb. Dan rekreasi seperti arena
rekreasi air, jogging track, 18 holes golf course, hotel resort, pasar
seni, dan sarana pendidikan yang akan tersedia dari grup bermain anak-
anak (play group) hingga universitas.
Konsep pengembangan Kota Baru Parahyangan berlandaskan
kepada 3 pilar utama, yaitu :
1. Pilar Budaya. Nilai budaya yang luhur di adopsi untuk terus hidup
dan melekat di hati masyarakat, sehingga tercipta suatu kota yang
berbudaya. Implementasinya antaralain pada penamaan cluster, jalan
& fasilitas di lingkungan Kota Baru Parahyangan yang
mengadopsi budaya Bumi Parahyangan.
2. Pilar Sejarah. Perkembangan sejarah kota Bandung di awal abad
20 menjadi inspirasi dalam implementasi pilar sejarah di Kota
Baru Parahyangan. Penerapannya dilakukan antara lain pada konsep
Garden City dan gaya arsitektur bangunan seperti Art Deco,
Indo Eropa, Victorian, dan lain sebagainya.
3. Pilar Pendidikan. Pendidikan merupakan investasi terbaik untuk
kemajuan dan kesejahteraan masa depan. Kota Baru Parahyangan
menjadikannya sebagai dasar pengembangan kota mandiri yang
diimplementasikan dalam bentuk pendidikan formal dan non formal.
Kota Baru Parahyangan dibangun dengan
memperhatikan keseimbangan antara bidang sosial, ekonomi dan
lingkungan, sehingga menjadi suatu pola pengembangan yang terpadu dan
berkelanjutan demi tercapainya kehidupan yang lebih berkualitas. Kota
Baru Parahyangan memprakarsai Gerakan Hayu Hejo!, atau dalam

22
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

bahasa Inggeris lebih kita kenal dengan gerakan Go Green!, gerakan


yang menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari. Bentuk dukungan terhadap gerakan ini diwujudkan dalam
fasilitas berikut antara lain: fasilitas berikut antara lain:
1. Jalur sepeda & Pedestrian
2. Septic tank sistem biofil
3. Biopori
4. Penanaman pohon
5. Pengelolaan sampah (menuju zero waste)
6. Melaksanakan kegiatan-kegiatan umum bertema hijau seperti janji
air, ketahanan lingkungan hidup, dan lain sebagainya.
7. Penerapan desain arsitektur sesuai iklim tropis yang hemat energi
dan ramah lingkungan dengan mengoptimalkan bukaan untuk
penerangan alami serta desain atap dan plafond yang tinggi
sehingga tercipta penghawaan alami (cross ventilation)

3.3 Kondisi Eksisting Infrastruktur


A. Konservasi Sumber Daya
Terdapatnya sumur artesis atau sumber air tanah (Water Treatment Plan)
di setiap clutser
B. Lingkungan Perumahan
Unit lingkungan perumahan di kota baru pahrayangan berupa clutser
dengan sistem keamanan 24 jam. Sudah terbangun 7 clutser dari rencana
30 clutser dan bersifat tertutup

Sudah terintegrasinya jaringan jalan di kota baru pahrayangan

23
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

C. Infrasreuktur
- Air Bersih
Sumber air bersih di Kota Baru Parahyangan menggunakan Sumur
Artesis (Water Treatment Plan), & sistem jaringan penyediaan air
bersih juga masih terkoneksi dg Kota Induk (PDAM Kota Padalarang)
Tersedianya instalasi pengolahan air bersih.
- Drainase
Sistem jaringan drainase di Kota Baru Parahyangan menggunakan
sistem ”Underground”. Dan aliran airnya diarahkan menuju Danau
Saguling.
- Air Limbah
Sistem jaringan penyediaan pengolahan air dan pembuangan limbah
(limbah rumah tangga) hasil dari Kota baru Parahyangan
menggunakan ”BIOFILTER / Sewage Treatment Plan”. Sehingga
limbah yang dikeluarkan tidak menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan perumahan di Kota Baru Parahyangan.
- Persampahan
Sistem pembuangan sampah dilakukan per unit rumah, dan terdapat
TPS disetiap unit lingkungan. Di Kota Baru Parahyangan tdp program
pengolahan sampah menjadi ’Kompos’ (frekuensi pembuangan di
jalan Utama setiap hari & di setiap cluster dilakukan dua hari sekali).
Kota Baru Parahyangan berupaya melakukan pengelolaan sampah
kawasan secara mandiri, meliputi sampah rumah tangga dan sampah
hasil pemeliharaan taman. Dengan demikian diharapkan sampah yang
terbuang ke luar kawasan jumlahnya akan minimum.
- Jaringan Jalan
a. Penyediaan jaringan jalan sudah sesuai dgn standar pembangunan
jaringan jalan utk kawasan perumahan/permukiman. Dan tdk
dibangun pada kawasan lindung sehingga tdk menimbulkan
dampak negatif terhadap penggunaan lahan yang ditetapkan.
b. Sudah terintegrasinya jaringan jalan di Kota Baru Parahyangan dgn
jaringan jalan di kawasan sekitarnya, tapi kemudahan akses

24
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

pergerakan dari jalan tsb menimbulkan dampak negatif yaitu


kemacetan lalu lintas di beberapa titik tertentu.
- Listrik
Kota Baru Parahyangan merupakan gedung yang sudah mulai
memanfaatkan energi terbarukan, yaitu memanfaatkan energi matahari
untuk penerangan di dalam ruangan pada siang hari. Selain itu,
penerangan jalan umum, jalan di dalam tatar, taman bertema dan
beberapa area umum sudah menggunakan lampu LED ramah
lingkungan.
D. Sarana
1. Sarana Perumahan
Sistem penataan permukiman di Kota Baru Parahyangan terbagi
dalam 7 cluster, yaitu R0 (Tatar Wangsakerta), R2 (Tatar Pitaloka), R3
(Tatar Ratnasasih), R8-9 (Tatar Jingganagara), R11 (Tatar
Banyaksumba), R10 (Tatar Rambutkasih), R12 (Tatar Larangtapa). Jenis
permukiman yang akan dikembangkan di Kota Baru Parahyangan
adalah sebagai berikut :
a) Perumahan kepadatan tinggi (High Density Housing), luas
tanah kurang dari 200 m² (Gambar 5 a) dan ditargetkan bagi
keluarga yang membutuhkan rumah pertama di sekitar Kota
Bandung;
b) Perumahan kepadatan sedang (Medium Density Housing),
berukuran luas tanah antara 300-600 m² (Gambar 5 b) yang
diperuntukkan bagi keluarga dengan jumlah yang besar;
c) Perumahan kepadatan rendah (Low Density Housing),
mempunyai ukuran luas tanah diatas 600 m² (Gambar 5 c),
permukiman semacam ini lebih bertemakan resort dan ditujukan
bagi kalangan atas dari berbagai kota di Indonesia sebagai rumah
kedua;
d) Dormitory houses, digunakan bagi mahasiswa/pelajar yang
menuntut ilmu di Kota Baru Parahyangan;

25
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

e) Villa, dikhususkan bagi masyarakat menengah kelas atas yang


memanfaatkannya sebagai rumah peristirahatan.

Ganbar 4
Sarana Perumahan di Kota Baru Parahyangan

(a). Perumahan kepadatan tinggi (b). Perumahan kepadatan


sedang

(c). Perumahan kepadatan rendah

2. Sarana Rekreasi
Sarana rekreasi yang terdapat di Kota Baru Parahyangan adalah
Mason Pine Hotel & Resort, Restoran Bale Pare, Pusat
Pengembangan Iptek Sundial, Bale Seni Barli, taman bertema,
jogging track, rekreasi air, dan padang golf (dalam tahap
perencanaan). Pada tahap operasional sarana-sarana rekreasi akan
dikelola secara profesional oleh badan usaha yang ditunjuk oleh
pemrakarsa. a) Mason Pine Hotel & Resort (Gambar 6 a) yang
saat ini telah dibangun dengan fasilitas 135 kamar. Dan fasilitas
unggulan diantaranya : Kolam Renang (Olympic Size), Tennis
Indoor - Outdoor, Badminton Indoor, Basket Ball, Fitness dan
Aerobic, Spa dan Sauna, Wall Climbing, Skateboard Track,

26
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

restoran, cafe, kids center dan Convention Hall yang berdaya


tampung 2 ribu orang;
b) Restoran Bale Pare (Gambar 6 b) merupakan restoran yang
mengkombinasikan suasana makan dengan nuansa alam yang
nyaman dan pengunjung dapat menikmati makan dalam suasana
bertema etnik budaya tradisional di alam terbuka dengan tetap
menyediakan fasilitas modern. Bale Pare sendiri memiliki 9 restoran
dan 6 kafe yang menyajikan berbagai makanan dan minuman, dan
dilengkapi dengan sarana bermain anak. Pengunjung pun dapat
menikmati acara musik dan tari di plaza utama yang merupakan
panggung ditengah udara terbuka dan suasana alami yang atraktif
dan dinamis, menghadirkan pengalaman baru yang menarik dan
Ganbar 5
berbeda; Sarana Rekreasi di Kota Baru Parahyangan

(a). Mason Pine Hotel & Resort (b). Restoran Bale


Pare
c) Taman bertema/tematik yang terdapat pada setiap cluster
dengan konsep berbeda-beda memiliki daya tarik tersendiri. Taman
tematik merupakan implementasi dari pilar pendidikan yang dikemas
secara non formal.
Desain dan obyek-obyek permainan yang diaplikasikan
didalamnya sarat dengan muatan edukasi yang interaktif sekaligus
menjadi area terbuka untuk bermain & interaksi penghuni tatar.
Selain dapat digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga, juga dapat
berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH);

27
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

d) Rekreasi air yang disediakan berupa rekreasi perahu, panorama


air, memancing. Karena kondisi muka air waduk mempunyai
fluktuasi yang cukup tinggi, maka untuk rekreasi air dilakukan
secara musiman apabila kondisi air memungkinkan;
e) Pusat Pengembangan Iptek Sundial (Gambar 7), merupakan
identitas Kota Baru Parahyangan sebagai kota baru berwawasan
pendidikan. Gedung ini berfungsi sebagai jam matahari baik
vertikal maupun horisontal. Sundial tipe ini adalah yang pertama
dan terbesar di Indonesia. Dengan tinggi tidak kurang dari 20 meter
dan didalamnya terdapat beragam permainan edukatif dan interaktif
untuk berbagai lapisan usia. Selain itu Iptek Sundial mendapatkan
penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai jam matahari
terbesar di Indonesia. Didukung dan diresmikan oleh Menteri Riset
dan Teknologi, gedung ini dijadikan sebagai Pusat Peragaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PUSPA IPTEK) Jawa Barat;
Ganbar 6
Gedung PUSPA IPTEK Sundial

f) Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan sebagai sebuah lembaga


yang menitikberatkan pada pengembangan seni dan budaya seperti
Seni Lukis,

Seni Patung, Seni Musik, Seni Tari dan Seni Vokal, tidak hanya
membina siswa (dewasa) untuk menjadi seorang seniman profesional
tetapi juga pada peningkatan dan pelestarian kreativitas dan aktivitas
seni anak bahkan masyarakat umum dalam bentuk Program

28
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Kunjungan yang menyediakan berbagai aktivitas seperti Lukis


Kaca, Lukis Terakota, Lukis Kanvas, Jumputan/ Batik dan Seni
Musik (Angklung Interaktif).
3. Sarana Jalan
Sarana jalan di kawasan Kota Baru Parahyangan
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Jalan Arteri Utama
Jalan ini merupakan jaringan jalan utama dalam lokasi kawasan
Kota Baru Parahyangan yang dapat menampung volume lalu
lintas tertinggi. Luas lahan yang digunakan adalah sebesar 43,1
ha. Total panjang jalan diperkirakan kurang lebih 8,6 km.
b) Jalan Kolektor
Jalan yang merupakan jalan penghubung antara jalan arteri
dengan jalan lingkungan. Luas lahan kurang lebih 36 ha dan
total panjang jalan adalah 14,4 km.
c) Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan adalah jalan akses utama ke lingkungan
perumahan/komersial. Luas lahan yang digunakan adalah kurang
lebih 123,1 ha.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang telah dibangun meliputi Taman
Kanak-kanak (TK) sampai dengan tingkat universitas. Sarana
pendidikan tersebut antara lain Cahaya Bangsa Classical School
(Gambar 8 b), Al-Irsyad Satya Islamic School (Gambar 8 a), Al
Azhar, Akademi Internasional Bahasa Asing, Bandung Alliance
International School, St.Aloysius, dan lain-lain
Ganbar 7
Sarana Pendidikan di Kota Baru Parahyangan

29
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

(a). Al-Irsyad Satya Islamic (b). Cahaya Bangsa Classical School


5. Sarana Kesehatan
Sebuah sarana kesehatan muktahir dan bertaraf internasional
dengan didukung tim kedokteran dan tenaga medis profesional, akan
memberikan jasa pelayanan kesehatan dalam layanan prima.
Rumah Sakit Cahya Kawaluyan (Gambar 9) ini dikelola oleh
perkumpulan "Perhimpunan Santo Borromeus" dan merupakan salah
satu fasilitas unggulan di Kota Baru Parahyangan.
Ganbar 8
Rumah Sakit Cahya Kawaluyan

6. Sarana Transportasi
Kota Baru Parahyangan menyediakan sarana transportasi
berupa Shuttle Bus (Gambar 10) yang telah beroperasi mulai tanggal
30 April 2005. Bis umum yang dilengkapi dengan AC ini
melayani trayek Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjang (PP) via
Tol Purbaleunyi dan melewati jalur - jalur strategis di Kota Bandung
dengan seharga Rp. 5000,00. Setiap tatar hunian & fasilitas di Kota
Baru Parahyangan sudah dilengkapi bus-shelter yang merupakan
tempat pemberhentian Kota Baru Parahyangan shuttle bus.

Ganbar 9
Shuttle Bus Kota Baru Parahyangan - Leuwi Panjan (PP) Satwa

30
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Satwa liar yang dijumpai pada kawasan Kota Baru


Parahyangan dikelompokkan dalam 4 kelas yaitu mamalia (musang,
tikus) , reptil (ular, kadal, cecak, bunglon, cecak), amphibia (katak sawah,
kodok, katak pohon), dan berbagai jenis burung. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa satwa liar yang dijumpai sangat sedikit jumlahnya.
Selain itu terdapat juga hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.
Pada ekosistem air terdapat 15 jenis ikan dan 15 jenis
invertebrata yang terdapat di Waduk Saguling. Untuk jenis ikan yang
ditemukan umumnya merupakan hasil budidaya manusia seperti ikan
mas, mujaer, lele dumbo, nila, dan nilem. Terdapat juga beberapa ikan
yang bukan hasil budidaya seperti belut, impun, ikan seribu, dan sepat.
Secara umum tidak terdapat satwa berbahaya yang berkeliaran di
kawasan umum Kota Baru Parahyangan.

31
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1 Penyediaan Air Bersih
4.1.1 Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan kebutuhan air bersih di Kota Baru Pahrayangan didasarkan
pada standar kebutuhan minimum air bersih di Wilayah Kota Bandung dan
kabupaten Bandung Barat. Terdapat tiga standar yang digunakan, antara lain :
1. Berdasarkan kesepakatan Konferensi Air PBB di Mal del Plata
Argentina tahun 1977, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi
setiap orang adalah sebanyak 50 liter/hari
2. Berdasarkan Permendagri no. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis
dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Air
Minum, kebutuhan dasar air bersih disarankan bagi setiap orang
adalah sebanyak
60 liter/hari
3. Berdasarkan standar kebutuhan air bersih menurut Ditjen Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum, kebutuhan dasar air bersih disarankan
bagi setiap orang adalah sebanyak 160 liter/hari
Dengan memperhatikan jumlah penduduk di Kota Bandung dan
kabupaten Bandung Barat. pada tahun 2010, maka kebutuhan air bersih
adalah sebagai berikut.
Kebutuhan Air Bersih (l/hari)
Kabupaten/Kota Konferensi Air Permendagri
PU Cipta Karya
PBB 23/2006
Kab. Bandung Barat 40.043.400 48.052.080 128.138.880
Barat
Perhitungan kebutuhan air bersih juga dilakukan untuk memprediksi
kebutuhan air bersih pada tahun 2015, 2020, dan 2025, baik kebutuhan air
bersih untuk kegiatan domestik maupun non-domestik. Untuk perhitungan
selanjutnya, kebutuhan air bersih dilakukan dengan menggunakan standar
menurut Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, yaitu sebanyak 160

32
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

liter/hari. Prediksi kebutuhan air bersih domestik pada tahun 2010, 2015, 2020,
dan 2025 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

Kebutuhan Air Bersih Domestik Berdasarkan DPU Cipta Karya


Kabupaten/
(liter/ orang/ hari)
Kota
2010 2015 2020 2025
Kab.
Bandung 128.138.880 250.084.352 284.941.936 364.349.481
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.
Untuk kebutuhan air bersih non domestik, perhitungan dilakukan berdasarkan
asumsi kebutuhan air untuk kegiatan non domestik adalah sebesar 20 persen dari
ebutuhan air domestik. Perhitungan kebutuhan air non domestik di Kota Baru
Pahrayangan dapat dilihat pada Tabel

Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Proxy 20 Persen (liter/


Kabupaten/
orang/ hari)
Kota
2010 2015 2020 2025
Kab.
Bandung 25.627.776 50.016.870 56.988.387 72.869.896
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.

Dengan demikian, dapat diketahui perhitungan kebutuhan air bersih


di Kota Pahrayangan, seperti yang dapat dilihat pada Tabel berikut

Total kebutuhan air bersih domestik dan non domestik


Kabupaten/
Proxy 20 Persen (liter/ orang/ hari)
Kota
2010 2015 2020 2025
Kab.
Bandung 153.766.656 300.101.223 341.930.324 437.219.377
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.

33
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kebutuhan air bersih
di Kota Baru Pahrayangan tergolong sangat besar sehingga perlu berbagai inovasi
dalam mengembangkan ketersediaan sumber daya air serta dalam pelayanan
pendistribusian air untuk melayani kebutuhan penduduk.
Kondisi Eksisting Sistem Penyediaan Air
Bersih
Sistem penyediaan air bersih yang ada saat ini belum mampu memenuhi seluruh
kebutuhan air bersih masyarakat di Metropolitan Bandung Raya. Masalah utama
yang dihadapi antara lain:
1. Keterbatasan pasokan air baku, yang disebabkan oleh:
Tingginya ketergantungan pada sumber air baku yang berasal dari air
permukaan (sungai, danau, waduk)
Fluktuasi debit air permukaan (khususnya sungai) menyebabkan
kapasitas produksi berfluktuasi dan saat ini lebih banyak beroperasi
dibawah kapasitas desain
Tingginya pencemaran sumber air
Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas
air (dari sumber air yang tercemar)
Debit mata air cenderung menurun, akibat adanya perubahan fungsi
lahan
2. Sistem penyediaan air bersih yang belum terpadu
3. Tingkat kebocoran yang tinggi
4. Keterbatasan kapasitas dan kompetensi SDM penyedia layanan air bersih
4.2 Persampahan
Prediksi Volume Sampah
Berdasarkan standard Kementerian Negara Lingkungan Hidup, setiap orang
rata- rata menghasilkan 0,8 kg sampah domestik per hari. Dengan demikian, dapat
dihitung jumlah sampah per hari yang dihasilkan di Kota Baru Pahrayangan.
Kabupaten/ Volume Sampah per Hari (kg)
Kota 2010 2015 2020 2025
Kab.
Bandung 2002,17 3907,57 4452,22 5692,96
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.

34
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Perhitungan volume sampah juga dilakukan dengan menggunakan standar


lain yaitu 2,5 L sampah perhari untuk setiap orangnya.
Kabupaten/ Volume Sampah per Hari (kg)
Kota 2010 2015 2020 2025
Kab.
Bandung 2002,170 3907,568 4452,218 5692,961
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.
Dengan tingginya volume sampah tersebut, dibutuhkan penanganan
masalah sampah baik secara lokal maupun regional. Penanganan sampah secara lokal
yaitu dengan membangun TPS di setiap lingkungan perumahan
Kebutuhan Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Berdasarkan prediksi volume sampah tersebut, dapat diketahui jumlah fasilitas
penampungan sampah sementara yang dibutuhkan. Dengan standar kapasitas TPS

sebesar 1.000 m3, maka diketahui jumlah TPS yang dibutuhkan sampai tahun 2025.
Kabupaten/ Volume Sampah per Hari (kg)
Kota 2010 2015 2020 2025
Kab.
Bandung 2 3,91 4,45 5,69
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa Kota Pahrayangan membutuhkan 5 TPS

dengan masing-masing TPS berkapasitas 1.000 m3 pada tahun 2025 untuk


menampung produksi sampah.
4.3 Kelistrikan
Kondisi eksisting perumahan yang berada di kota baru pahrayangan yaitu Rumah
besar 261 unit, rumah sedang 83 unit dan rumah kecil yaitu 303 unit. untuk
menghitung Standar perhitungan kebutuhan listrik menggunakan standart PU yaitu
untuk perumahan kecil 900 watt, Rumah sedang 1300 watt dan rumah besar 2200
watt.
- Rumah Besar
261 unit x 2200 watt = 574.200 watt
- Rumah Sedang
83 unit x 1300 watt = 107.900 watt

35
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

- Rumah Kecil
330 x 900 watt = 297.000 watt
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan kebutuhan listrik di Kota Baru
Pahrayangan adalah 979.100 watt

4.4 Air Limbah


Untuk menghitung infrastruktur air limbah menggunakan standart PU sebesar 60%
dari kebutuhan air domestik sedangkan non domestik 30%

Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Proxy 20 Persen (liter/


Kabupaten/
orang/ hari)
Kota
2010 2015 2020 2025
Kab. 7688332,8 15005061 17096516,1 21860968,8
Bandung
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.

Total kebutuhan air bersih Domestik


Kabupaten/ Proxy 20 Persen (liter/ orang/ hari)
Kota
2010 2015 2020 2025
Kab. 76883328 150050611,2 170965161,6 218609688,6
Bandung
Barat
Sumber :Hasil analisis, 2019.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa kebutuhan


infrastruktur pengolahan air limbah di Kota Baru Pahrayangan tergolong sangat
besar sehingga perlu berbagai inovasi dalam mengembangkan ketersediaan
infrastruktur pengolahan air limbah untuk melayani kebutuhan penduduk.
4.5 GAP Kebutuhan Infrastruktur Kota Baru
Tabel GAP Kebutuhan Infrastruktur Kota Baru Pahrayangan
Infrastrukktur eksisting rencana GAP

36
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

Keterbatasan pasokan air


baku, Keterbatasan
PDAM Tirta Raharja dengan
Air Bersih 1274066602 liter/detik kapasitas dan kompetensi
cakupan layangan 12,54%
SDM penyedia layanan
air bersih
Penyediaan infrastruktur
terdapat TPS disetiap unit persampahan dinilai
Persampahan 5 TPS
lingkungan sudah mencukupi untuk
layanan lingkungan
memanfaatkan energi Penyediaan infrastruktur
terbarukan, yaitu 979.100 watt listrik di Kota Baru
Listrik
memanfaatkan energi Pahrayangan sudah
matahari terpenuhi
Sudah terintegrasinya
jaringan jalan di Kota
Penyediaan jaringan
Baru Parahyangan
Penyediaan jaringan jalan jalan yang sesuai
Bandung akan tetapi
sudah sesuai dgn standar dengan ketentuan
kemudahan akses
Jaringan Jalan pembangunan jaringan jalan teknis dan tidak
pergerakan dari jalan
utk kawasan menimbulkan dampak
tersebut menimbulkan
perumahan/permukiman negatif terhadap guna
dampak negatif yaitu
lahan sekitar.
kemacetan lalu lintas di
bebrapa titik tertentu.
Telah diterapkan sistem
jaringan pengelolaan air dan
Tersedianya tempat
pembuangan limbah (limbah
pengelolaan dan Penyediaan infrastruktur
rumah tangga) hasil dari Kota
pembunagan limbah air limbah di Kota Baru
Baru Parahyangan
Air Limbah yang terpadu yang Pahrayangan baik
menggunakan “ Biofilter /
tidak menimbulkan rencana dan eksidting
Sewage Tratment Plan “.
dampak negatif bagi sudah sesuai.
Sehingga limbah yang
daerah sekitar.
dikeluarkan tidak
menimbulkan dampak negatif

37
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

A. Pembangunan Kota Baru Parahyangan mempunyai visi yang luar


biasa. Salah satunya ialah sebagai Kota Pendidikan. Kota ini
merupakan proyek berskala kota pertama di area Bandung Raya
yang akan menampung segala fasilitas dan fungsi perkotaan. Dengan
proyeksi jumlah penduduk 100.000 orang lebih, diharapkan Kota
Baru Parahyangan menjadi kota mandiri yang memberikan
kesejahteraan bagi penghuni dan masyarakat sekitarnya, baik secara
moril maupun materiil.Kota Baru Parahyangan memprakarsai
Gerakan Hayu Hejo!, atau dalam bahasa Inggeris lebih kita
kenal dengan gerakan Go Green!, gerakan yang menerapkan
ga ya hidup ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk dukungan terhadap gerakan ini diwujudkan dalam
fasilitas -fasilitas.Perhitungan analasis proyeksi Kota Baru
Pahrayangan merupakan perpaduan metode proyeksi alami dengan
metode ultimate (backcasting). Berdasarkan hal tersebut, dengan
membandingkan jumlah kebutuhan rumah dengan jumlah rumah
yang tersedia, maka terdapat backlog. Dengan jumlah backlog tersebut,
maka terdapat kebutuhan lahan untuk menutupi backlog perumahan

tersebut. Diasumsikan bahwa satu orang membutuhkan minimum 9 m2,

maka satu rumah membutuhkan lahan sebesar 36 m2.


B. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kebutuhan air
bersih di Kota Baru Pahrayangan tergolong sangat besar sehingga perlu
berbagai inovasi dalam mengembangkan ketersediaan sumber daya
air serta dalam pelayanan pendistribusian air untuk melayani kebutuhan
penduduk. Sistem penyediaan air bersih yang ada saat ini belum mampu
memenuhi seluruh kebutuhan air bersih masyarakat di Metropolitan
Bandung Raya. Masalah utama yang dihadapi antara lain: Keterbatasan

38
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

pasokan air baku, Sistem penyediaan air bersih yang belum terpadu,
Tingkat kebocoran yang tinggi,Keterbatasan kapasitas dan kompetensi
SDM penyedia layanan air bersih. Berdasarkan standard Kementerian
Negara Lingkungan Hidup, setiap orang rata- rata menghasilkan 0,8 kg
sampah domestik per hari. Dengan demikian, dapat dihitung jumlah
sampah per hari yang dihasilkan di Kota Baru Pahrayangan. Dengan
tingginya volume sampah, dibutuhkan penanganan masalah sampah baik
secara lokal maupun regional. Penanganan sampah secara lokal yaitu
dengan membangun TPS di setiap lingkungan perumahan. Kondisi
eksisting perumahan yang berada di kota baru pahrayangan yaitu Rumah
besar 261 unit, rumah sedang 83 unit dan rumah kecil yaitu 303 unit.
untuk menghitung Standar perhitungan kebutuhan listrik menggunakan
standart PU yaitu untuk perumahan kecil 900 watt, Rumah sedang 1300
watt dan rumah besar 2200 watt. Berdasarkan hasil perhitungan air
limbah, dapat diketahui bahwa kebutuhan infrastruktur pengolahan air
limbah di Kota Baru Pahrayangan tergolong sangat besar sehingga perlu
berbagai inovasi dalam mengembangkan ketersediaan infrastruktur
pengolahan air limbah untuk melayani kebutuhan penduduk.

5.2 Saran
Pada bagian ini menjelaskan saran yang menjadi salah satu masukan untuk sektor
pemerintah yang memiliki tanggung jawab dalam penyediaan kebutuhan fasilitas
infrastruktur dan saran untuk akademisi yang dapat memberikan masukan sesuai
hasil data analisis selanjutnya.

A. Pemerintah

 Dalam melakukan perencanaan, pembangunan dan pengembangan kota


baru, pemerintah memiliki peran untuk bertanggung jawab untuk
penyediaan kebutuhan fasilitas infrastruktur yang perlu
mempertimbangkan konektivitas pada infrastruktur antara kota baru
dengan kota inti yang berada disekitarnya. Infrastruktur yang menjadi
salah satu konektivitas yang dimaksud meliputi jaringan jalan, jaringan

39
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

drainase, jaringan pengolahan drainase, jaringan penyediaan pengolahan


air dan pembuangan limbah.
 Pemerintah yang berperan sebagai pengembang untuk menghindari
perumahan yang bersifat enclave, permasalahan ini dapat diantisipasi
dengan merencanakan pembangunan perumahan yang berkonsep cluster,
sehingga privasi dari penghuni perumahan dapat terlindungi dengan baik
selain itu juga penerapan konsep cluster ini harus dapat terintegrasi dengan
perumahan lain yang berada di kawasan sekitarnya.
 Pemerintah perlu menyediakan kebutuhan penyediaan infrastruktur yang
dapat mencakup seluruh kebutuhan yang ada di kawasan kota baru,
dengan adanya penunjang infrastruktur yang baik, layak dan terpenuhi,
konsep dan visi pengembangan kawasan kota baru dapat dilakukan dengan
arah pengembangan yang dapat mensejahterakan masyarakat nya.
Pemerintah juga perlu membuat regulasi atau kebijakan mengenai
kawasan Kota Baru agar pembangunan dan pengembangan yang dilakukan
tidak menyalahi standart dari ada nya pengembangan kawasan perumahan.

B. Akademisi

 Untuk akademisi dalam melakukan pengembangan atau penelitian yang


berbentuk riset sangat diperlukan untuk memperkaya sumber informasi
dan data yang menjadi salah satu yang membantu pengolahan untuk
menganalisia permasalahan atau isu yang ada di Kawasan Kota Baru
sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian sesuai dengan indikator
yang berasal dari teori mengenai kawasan Kota Baru.
 Akademisi lebih menggali lagi mengenai pengembangan kawasan Kota
Baru dengan cara banyak mencari sumber informasi, literatur teori, dan
jurnal internasional yang membahas mengenai pengembangan Infrstruktur
di kawasan Kota Baru. Akademisi juga harus peka terhadap masalah yang
berkembang di Kawasan Kota Baru karena kota baru menjadi salah satu
isu yang urgensi juga terhadap pengembangan wilayah agar tidak terjadi
kesenjangan secara ekonomi ataupun sosial.

40
KAJIAN IFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS KOTA BARU
KOTA BARU PARAHYANGAN

DAFTAR PUSTAKA
 Sujarto, Djoko, 1993, Perkembangan Kota Baru, Jurnal Perencanaan
Wilayah
dan Kota, Departemen Teknik Planologi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Bandung, Bandung
 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015-2019
 Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004 tentang RTRW Kota Bandung
 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 mengenai penataan ruang
 Anonym. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota. Diakses melalui
http://www.penataanruang.com/kawasan-strategis.html pada 00:46 , Tanggal
10 Desember 2019.
 Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha
 Grigg, N. 1988, Infrastructure Engineering and Management, John Wiley
& Sons
 APWA (American Public Works Association) diakses melalui
https://www.apwa.net/MYAPWA/Groups___Committees/Standing___Program
_Committees/Small_Cities_Rural_Communities_Committee/Resources/MyApw
a/Apwa_Public/Resources/Resource_Center.aspx?hkey=fddf951e-b498-4409-
b096-f43b1902f53a pada 01:16, Tanggal 10 Desember 2019.
 Campbell, A., Converse, P. E., & Rodgers W. L., (1976). The quality of
American life: Perceptions, evaluations, and satisfaction . New York:
Russell Sage

41

Anda mungkin juga menyukai