Anda di halaman 1dari 7

Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014

Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

KEKAKUAN ASPAL DENGAN


MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH ABU CANGKANG SAWIT

Elsa Eka Putri, Patih Taruko

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unversitas Andalas


Kampus Unand Limau Manih Padang
E-mail: elsaeka@ft.unand.ac.id

Abstrak

Aspal berfungsi sebagai perekat agregat dalam campuran perkerasan. Kekakuan, keawetan dan
kekuatan aspal dapat dibedakan berdasarkan nilai Penetrasi, Titik Lembek, Titik Nyala dan
daktilitas. Dari parameter inilah yang membedakan tingkat kualitas aspal sebagai bahan
pengikat. Kekakuan aspal dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan zat aditif terhadap
aspal tersebut. Zat aditif yang digunakan pada penelitian ini adalah Abu Cangkang Sawit yang
merupakan bahan limbah dari proses pembuatan minyak kelapa sawit. Abu cangkang sawit
(ACS) merupakan abu dari hasil pembakaran cangkang sawit yang mengandung SiO2 yang
bersifat reaktif dan mempunyai aktivitas pozzolanik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik kekakuan (stiffness) aspal dengan menggunakan aspal yang dimodifikasi dengan
ACS dengan melihat karakteristiknya berdasarkan nilai Penetrasi, Titik Lembek dan Penetration
Index nya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aspal dengan penambahan ACS dapat
digunakan untuk perkerasan jalan raya yang mempunyai temperatur perkerasan (T) antara 27o C
– 32o C dan lama pembebanan (tw) antara 0,09 detik – 0,15 detik karena memenuhi syarat nilai
kekakuan (stiffness) aspal mencapai 5 MPa (S.F. Brown, 1980). Jadi, penambahan ACS dapat
mengurangi terjadinya deformasi permanen dari perkerasan lentur jalan karena nilai
kekakuannya meningkat.

Kata Kunci : Abu Cangkang Sawit (ACS), Kekakuan, Aspal


Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014
Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

Pendahuluan optimum dalam aspal.

Keadaan jalan yang ada di Indonesia yang Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada
bervariasi ada yang dalam kondisi baik, skala laboratorium yang dilaksanakan pada
sedang dan ada juga dalam kondisi rusak Laboratorium Perkerasan Jalan Raya Jurusan
dipengaruhi oleh beban lalu lintas yang lewat Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
di atasnya. Kendaraan yang membawa Andalas.
muatan berlebih seperti yang sering terjadi di
sepanjang jalan lintas antar propinsi dapat Penelitian dilakukan untuk mengetahui
menyebabkan jalan rusak sebelum umur pengaruh ACS dengan variasi berbeda
pelayanan dicapai. terhadap nilai kekakuan (stiffness) aspal
berdasarkan pada prosedur pengujian standar
Salah satu usaha mengurangi kerusakan jalan SNI dan spesifikasi umum 2010. Pengujian
akibat beban yang berlebih adalah menaikan yang dilakukan adalah pengujian penetrasi
kualitas campuran perkerasan jalan. Seperti dan pengujian titik lembek (softening point).
dengan meningkatkan kekakuan aspal
(bitumen). Untuk meningkatkan mutu aspal Studi Literatur
dapat dilakukan dengan menambahkan zat
aditif pada aspal tersebut. Seperti Abu cangkang sawit memiliki kandungan utama
menambahkan limbah plastik ke dalam aspal silikon oksida (SiO2 ) yang memiliki sifat reaktif
atau menambahkan polimer (Rezza dan dan aktivitas pozzolanik yang bisa bereaksi
Imam, 2009). menjadi bahan yang keras dan kaku.

Hasil uji komposisi unsur kimia dari ACS yang


Abu Cangkang Sawit merupakan bahan telah dilakukan oleh Hutahaean (2007) dapat
limbah dari proses pembuatan minyak kelapa dilihat pada tabel 1.
sawit. Abu cangkang sawit (ACS) merupakan
abu dari hasil pembakaran cangkang sawit Tabel 1. Unsur Kimia Abu Cangkang Sawit
yang mengandung SiO2 yang bersifat reaktif (ACS)
dan mempunyai aktivitas pozzolanik. Unsur Kimia Persentase (%)
Silikon Dioksida (SiO2 ) 58,02
Abu cangkang ini diharapkan dapat Aluminium Oksida (Al2 O3 ) 8,70
menggantikan aditif yang berharga lebih Besi Oksida (Fe 2 O3 ) 2,60
mahal. Sehingga didapatkan suatu alternatif Kalsium Oksida (CaO) 12,65
bahan tambah baru yang murah, mudah Magnesium Oksida (MgO) 4,23
diperoleh, pengolahan yang sederhana, ramah Sumber : Hutahaean (2007), Syukur
lingkungan dan berasal dari bahan yang dapat (2011)
diperbaharui.
Konsep kekakuan yang dikemukakan oleh Van
Der Poel [Shell, 1991] menyatakan bahwa aspal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui merupakan bahan viskoelastis yang mengalami
pengaruh penggunaan abu cangkang sawit deformasi akibat tegangan yang merupakan
sebagai bahan tambah aspal terhadap nilai fungsi dari temperatur dan lama pembebanan.
kekakuan (stiffness) aspal. Semakin kaku suatu jenis aspal, semakin kecil
perubahan bentuk tetap aspal yang terjadi.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut : Kekakuan bitumen dapat ditentukan dengan
 Mencari alternatif bahan tambah yang menggunakan nomogram pada Gambar 1.
dipakai untuk meningkatkan kekakuan
aspal
 Meningkatkan kekuatan perkerasan jalan
raya.
 Mengetahui pengaruh variasi ACS

2
Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014
Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

dan -1, jika PI < -2 maka aspal tersebut tergolong


getas terutama pada suhu rendah.
Lama pembebanan (tw) nilai ini berkaitan dengan
sifat rheologi aspal, dimana semakin lama
pembebanannya, sifat aspal berubah dari elastik
menjadi viscous.

Nilai tw didapat dari persamaan :

log tw = 5.10-4 .H - 0,2 - 0,94. log V (3)

Metoda Brown and Brunton ini membatasi


lamanya pembebanan pada aspal itu adalah
diantara 0.01 dan 0.1 detik, dan PIr diantara -1
Gambar 1. Nomogram Van Der Poel dan +1 dengan nilai (SPr-T) antara 20o C sampai
dengan 60o C untuk mencari kekakuan aspal.
Kekakuan aspal diperoleh dengan S.F. Brown (1980) menyatakan bahwa kekakuan
memasukkan data temperature perkerasan (T) aspal adalah sebesar 5 MPa untuk memperoleh
(o C), titik lembek (Softening Point) (o C), kekakuan campuran yang memiliki elastisitas
lama pembebanan yang dialami perkerasan yang diharapkan.
serta nilai Indeks penetrasi (PI).
Metodologi Penelitian
Modulus kekakuan aspal dinyatakan sebagai
fungsi dari temperatur dan lama pembebanan Studi eksperimental dilakukan di laboratorium,
dengan pertimbangan sebagai berikut : dengan memvariasikan abu cangkang sawit pada
 Temperatur perkerasan dengan campuran aspal. Sebelum proses pencampuran
mempertimbangkan bahwa aspal adalah maka pemerikasaan pada abu cangkang sawit dan
bahan termoplastik yaitu tingkat aspal harus dilakukan terlebih dahulu.
konsistensinya dipengaruhi oleh perubahan
temperatur. Prosedur penelitian adalah sebagai berikut,
 Lama pembebanan (loading time) dengan
mempertimbangkan bahwa aspal adalah 1. Pemeriksaan Berat Jenis Abu
bahan realogik, yaitu bahan yang Cangkang Sawit
perbandingan tegangan dan regangannya Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan
tidak hanya sebagai fungsi dari beban tapi berat jenis (bulk spesific gravity) dari abu
juga dipengaruhi oleh waktu pembebanan. cangkang sawit. Pemeriksaan ini berpengaruh
pada penentuan proporsi campuran aspal dengan
Pfeiffer dan Doormal (1950) dan Robert, et al bahan tambah (aditif) yaitu ACS.
(1991) menyatakan bahwa terminologi secara
kuantitatif kerentanan terhadap temperatur 2. Pemeriksaan Aspal
dinyatakan dalam indeks penetrasi (PI), PI dapat Pemeriksaan aspal dilakukan untuk mengetahui
dihitung dengan persamaan : spesifikasi dari aspal yang yang kita gunakan.
Terdiri dari, uji penetrasi, uji titik nyala dan titik
log Pen at T1 - log Pen at T2
A = T1 - T2
bakar, uji kehilangan berat aspal, daktilitas, titik
lembek, dan uji berat jenis aspal. Pemeriksaan
(1) penetrasi ini bertujuan untuk menentukan nilai
penetrasi aspal dengan memasukkan jarum
20 - 500A penetrasi ukuran tertentu, beban dan waktu
PI =
1 + 50 A tertentu kedalam aspal dengan suhu tertentu.
(2)
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar bertujuan
Semakin rendah nilai PI dari aspal keras, maka untuk menentukan temperatur maksimal yang
semakin tinggi kerentanan terhadap temperatur. mengakibatkan aspal menjadi terbakar. Dimana
Sebagian besar aspal keras yang digunakan temperatur pencampuran aspal harus berada
sebagai bahan perekat memiliki nilai PI antara +1 dibawah temperatur titik nyala dan titik bakar.

3
Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014
Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

bahan tambah, diperlukan peneltian


Pemeriksaan kehilangan berat aspal bertujuan dilaboratorium dengan keterangan sebagai
untuk menentukan kehilangan berat aspal setelah berikut;
dipanaskan. Sedangkan pemeriksaan daktilitas
bertujuan untuk mengetahui tingkat kekenyalan  Indeks penetrasi, dengan dilakukannya
aspal tersebut yang ditentukan dengan cara pemeriksaan penetrasi aspal + penambahan
menarik aspal dalam cetakan daktilitas kemudia ACS dapat ditentukan nilai dari indeks
diukur jarak terpanjang yang didapat antara dua penetrasi recovered (PIr) menggunakan
cetakan yang berisi aspal sebelum putus. hitungan analitis persamaan Brown dan
Brunton.
Pemeriksaan titik lembek aspal ini bertujuan  Titik lembek (softening point), adalah suatu
untuk menentukan titik lembek aspal dan suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu,
Pemeriksaan berat jenis aspal bertujuan untuk mendesak turun suatu lapisan aspal yang
menentukan berat jenis aspal dengan tertahan dalam cincin berukuran tertentu,
menggunakan piknometer. sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar
yang terletak di bawah cincin pada tinggi
3. Pengujian Campuran As pal dan tertentu akibat dari pemanasan tersebut.
Abu Cangkang Sawit (ACS).  Lama pembenanan dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan dari Brown dan
Penambahan ACS dalam aspal divariasikan Brunton dimana parameter yang harus
dari 0%, 3%, 5%, 7% dan 10% dari jumlah diketahui adalah kecepatan kendaraan (V) dan
aspal yang digunakan. Pemanasan kedua tebal perkerasan (H). Disini digunakan tebal
lapisan permukaan perkerasan minimum
material dilakukan sebelum proses
lapisan aspal beton (Laston) untuk
pencampuran sehingga tercampur dengan masing-masing lapisan yaitu 4 cm untuk
sempurna. Pemanasan yang dilakukan tidak lapisan AC-WC dan 6 cm untuk lapisan
boleh melebihi titik nyala dan titik bakar dari AC-BC dan untuk kecepatan kendaraan
aspal tersebut, karena akan menyebabkan menggunakan kecepatan rencana kendaraan
kandungan asphaltense dan maltense pada jalan arteri primer yaitu 60 km/jam, variasi
aspal tersebut akan berkurang dan lama pembebanan selama 1 detik, 60 detik (1
mengakibatkan berkurangnya kelekatan dan menit), dan 3600 detik (1 jam).
kelekitan aspal.
 Batasan temperatur dalam mencari kekakuan
Masing- masing variasi campuran dilakukan 3 aspal adalah berkisar diantara 20o C sampai
pengujian utama dalam penentuan kekakuan dengan 60o C karena sesuai dengan temperatur
perkerasan. Disini menggunakan variasi
aspal, yaitu temperatur 20 o C - 40 o C - 60 o C agar terlihat
 Uji Penetrasi (Penetration Test) lebih jelas pengaruh dari temperatur terhadap
 Uji Titik Lembek (Softening Point kekakuan (stiffness) aspal.
Test), dan
 Daktilitas (Ductility Test)
Hasil Penelitian
Jumlah sampel yang dibuat untuk penelitian
ini terdiri dari 45 buah benda uji untuk Setelah melakukan serangkaian penelitian, maka
keseluruhan variasi ACS. Variasi ACS adalah hasil dari penelitian tersebut haruslah dianalisis.
0%, 3%, 5%, 7% dan 10% yang Analisis data-data penelitian ini mencakupi
masing- masing terdiri dari 9 sampel untuk 3 kekakuan (stiffness) aspal untuk benda uji dengan
memakai ACS sebagai bahan tambah (aditif)
jenis pengujian.
dengan variasi kadarnya dalam campuran aspal
tersebut.
Setelah diperoleh nilai semua pengujian aspal
4. Parameter Kekakuan (Stiffness) untuk masing- masing variasi kadar bahan tambah
Aspal (aditif) ACS dalam campuran aspal tersebut,
maka berdasarkan hubungan antara
Pada penelitian ini kekakuan aspal baik itu aspal masing-masing parameter kekakuan (stiffness)
murni atau aspal yang telah dimodifikasi dengan dengan variasi kadar bahan tambah (aditif) ACS

4
Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014
Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

dapat diketahui nilai kekakuan (stiffness) aspal Dari hasil tabel diatas dapat dibuat grafik
dengan menggunakan nomogram Van Der Poel. pengaruh penambahan ACS terhadap hasil
pengujian sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Berat Jenis
Pada pemeriksaan berat jenis ini didapatkan hasil Grafik Hubungan Penetrasi vs Kadar ACS/Aspal
dalam tabel berikut : 70

65

Penetra si (mm)
Tabel 2. Pemeriksaan Berat Jenis
Pemeriksaan Berat Hasil 60

Jenis 55

ACS 2,6
50
0 0,012 0,02 0,028 0,04
Penetrasi (mm) 70 69.8 66.15 58.85 50.55
2. Pemeriksaan Aspal
Gambar 2. Hubungan Penetrasi vs Kadar
Pada percobaan ini diperoleh hasil sebagai ACS/Aspal
berikut :
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Aspal Grafik menunjukan bahwa penambahan ACS
menjadikan aspal semakin keras dengan
Pemeriksaan Hasil semakin rendahnya nilai penetrasi dari benda uji.
Aspal Percobaan Dari hasil pemeriksaan juga dapat dilihat bahwa
Penetrasi Tanpa 70 mm benda uji campuran antara aspal dengan
Kehilangan Berat penambahan ACS sebesar 0,012 dan 0,02
Penetrasi dengan berdasarkan volume ACS/aspal memenuhi
Kehilangan Berat 52,3 mm batasan persyaratan spesifikasi yaitu antara 60 –
Titik Nyala 232,5 o C 70 mm (SNI 06-2456-1991).
Titik Bakar 298 o C
Grafik Hubungan Titik Lembek vs Kadar ACS/Aspal
Kehilangan Berat 0,1963 %
56
Daktilitas >1000 mm
Berat Jenis 1,0315 gr/cm3 54
Titik Lembek (o C)

Titik Lembek 50 o C 52

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa aspal 50

memenuhi spesifikasi untuk digunakan sebagai 48


bahan konstruksi perkerasan jalan (Bina Marga, 0 0,012 0,02 0,028 0,04
SP 50 50.75 51.75 53.25 55
2010; AASHTO, 1993).
Gambar 3. Hubungan Titik Lembek vs Kadar
Analisis Hubungan Parameter Kekakuan ACS/Aspal
(Stiffness) Aspal dengan Variasi Penambahan
ACS Dari grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa
terjadi peningkatan suhu titik lembek (softening
Hasil dari pengujian campuran aspal dengan point) dengan naiknya kadar ACS dalam
beberapa variasi penambahan ACS berdasarkan campuran benda uji. Dari hasil pemeriksaan juga
volume yang dihubungkan dengan parameter dapat dilihat bahwa semua benda uji campuran
kekakuan aspal menurut nomogram Van Der Poel antara aspal dengan penambahan ACS
dapat dilihat di tabel di bawah ini : berdasarkan volume ACS/aspal memenuhi
batasan persyaratan spesifikasi yaitu antara 48 –
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan aspal + ACS 58 mm (SNI 06-2434-1991).
Uji ACS/ Penetrasi Titik
Aspal (mm) Lembek (o C) Dari hasil pemeriksaan penetrasi dan titik lembek
0 70 50 dapat ditentukan indeks penetrasi (PI) dari semua
0.012 69,8 50,75 variasi benda uji campuran aspal + ACS terlihat
0.02 66,15 51,75 di Gambar 4.
0.028 58,85 53,25
0.04 50,55 55

5
Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014
Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

Grafik Hubungan Penetration Index vs Kadar ACS/Aspal 1.6


0.1
1.4
Penetration Index (mm)

Kekakuan (MPa)
0 1.2
1 0% ACS
-0.1
0.8 1.2% ACS
-0.2
0.6 2% ACS
-0.3
0.4
2.8% ACS
-0.4
0 0,012 0,02 0,028 0,04
0.2
4% ACS
PI -0.369 -0.18 -0.082 -0.016 0.017 0
1 2 3 4
Gambar 4. Hubungan Penetration Index vs Variasi lama pembebanan
Kadar ACS/Aspal
Gambar 6. Grafik Kekakuan Aspal vs Lama
Grafik diatas menunjukkan bahwa terjadinya Pembebanan dalam Temperatur 40o C.
peningkatan nilai indeks penetrasi (PI) benda uji
dengan naiknya jumlah kadar ACS dalam Nilai kekakuan aspal meningkat dengan
campuran benda uji tersebut. Dari hasil bertambahnya ACS pada aspal. Dan kekakuannya
perhitungan juga dapat dilihat bahwa semua akan menurun dengan bertambahnya lama waktu
benda uji campuran antara aspal dengan pembebanan.
penambahan ACS berdasarkan volume ACS/aspal
memenuhi batasan nilai PI antara +1 dan -1.
25
Kekakuan (Stiffness) Aspal
Kekakuan (M Pa)
20
Dari hasil menggunakan nomogram Van Der Poel 0% ACS
15
dengan semua parameternya yang dibutuhkan 1.2% ACS
dapat ditentukan nilai dari kekakuan (stiffness) 10
2% ACS
aspal dari semua variasi benda uji yaitu aspal + 5
ACS terlihat dari Gambar 5 sampai Gambar 8. 2.8% ACS
0 4% ACS
1 2 3 4
Variasi lama pembebanan
0.1
0.09
Gambar 7. Grafik Kekakuan Aspal vs Lama
Kekakuan (MPa)

0.08
0.07 0% ACS Pembebanan dalam Temperatur 20o C
0.06
1.2% ACS
0.05 Campuran aspal dengan kadar ACS yang paling
0.04 2% ACS
0.03
tinggi yaitu 4% ACS, menunjukan nilai kekakuan
2.8% ACS
0.02 yang paling besar. Tapi kekakuan ini akan
0.01 4% ACS menurun dengan meningkatnya lama waktu
0 pembebanan.
1 2 3 4
Variasi lama pembebanan

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 5. Grafik Kekakuan Aspal vs Lama
Pembebanan dalam Temperatur 60o C
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Dari grafik terlihat dengan meningkatnya kadar
dapat disimpulkan sebagai berikut :
ACS dalam campuran maka akan meningkat pula
1. Nilai kekakuan (stiffness) aspal meningkat
kekakuan dari campuran aspal tersebut (Putri,
seiring dengan bertambahnya jumlah kadar
2000). Dengan meningkatnya kekakuan aspal,
ACS dalam campuran benda uji.
maka ketahanan aspal untuk menahan beban lebih
2. Nilai kekakuan aspal menurun dengan
kuat.
bertambahnya lama pembebanan.
3. Nilai kekakuan aspal menurun seiring dengan
naiknya temperature perkerasan atau
temperatur lapangan.
4. Nilai kekakuan aspal sebesar 5 MPa adalah
untuk memperoleh kekakuan campuran yang
memiliki elastisitas yang diharapkan (S.F.

6
Paper No: RMA-013 Proceeding Seminar Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri 2014
Universitas Andalas, Padang, 26 Agustus 2014

Brown, 1980), maka temperatur perkerasan the Use Odda-kal powder in Bitumen and
untuk benda uji (ACS+Aspal) dengan kadar Bituminous Mixture. University of Leeds.
ACS/aspal berdasarkan volume 0,04 adalah England.
32o C dan lama pembebanan untuk benda uji [8] National Asphalt Pavement Association,
(ACS+Aspal) dengan kadar ACS/aspal Research and Education Foundation.
berdasarkan volume 0,04 adalah 0,15 detik, 1996. Hot Mix Asphalt Materials, Mixtur
dan semakin kecil temperatur perkerasan dan Design and Construction, second edition,
lama pembebanan untuk benda uji campuran Lanham. NAPA. Maryland.
ACS/aspal berdasarkan volume 0,028, 0,02, [9] Sukirman, Silvia. 1993. Perkerasan
dan 0,012 secara berturut-turut. Lentur Jalan Raya. NOVA. Bandung.
5. Penambahan jumlah kadar ACS dalam aspal [10] Shell Bitument. 1991. The Shell
dapat meningkatkan nilai kekakuan (stiffness) Bitumen Hand Book.
aspal. [11] Brown SF dan Brunton. 1984. An
6. Penambahan jumlah kadar ACS dapat Introduction to Analytical Design of
mempertahankan kekakuan aspal dalam lama Bituminous Pavement, 2th Edition.
pembebanan yang meningkat. University of Nottingham.
7. Penambahan jumlah kadar ACS dapat [12] Brown SF. 1980. An Introduction to The
mempertahankan kekakuan aspal dalam Analytical Design of Bituminous
temperatur perkerasan yang meningkat. Pavement. University of Nottingham.
London.
Jadi, aspal dengan penambahan ACS dapat [13] Robert D. Krebs dan Richard D.
digunakan untuk perkerasan jalan raya hanya Walker. 1971. Highway Materials.
pada temperatur perkerasan (T) antara 27o C – McGraw Hill.
32o C dan lama pembebanan (tw) antara 0,09 detik
– 0,15 detik karena memenuhi syarat nilai
kekakuan (stiffness) aspal mencapai 5 MPa
(Brown, 1980).

DAFTAR KEPUSTAKAAN
[1] Syukur, M. 2011. Pengaruh Abu
Cangkang Kelapa Sawit sebagai Bahan
Tambahan Batako. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
[2] Bina Marga. Spesifikasi Umum 2010.
Direktorat Jendral Bina Marga.
Departemen Pekerjaan Umum.
[3] Laboratorium Transportasi dan
Perkerasan Jalan Raya. 2009. Buku
Penuntun Praktikum Bahan Perkerasan
Jalan Raya. Jurusan Teknik Sipil
Universitas Andalas. Padang.
[4] Muhardi, Sitompul, IR & Rinaldi. 2004.
Pengaruh Penambahan Abu Sawit
Terhadap Kuat Tekan Mortar. Seminar
Hasil Penelitian Dosen, Program Studi S1
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Riau.
[5] AASHTO. 1993. Guide for Design of
Pavement Structure. Washington DC.
[6] Wardoyo, Joko. 2003. Pengaruh Bahan
Tambah Gilsonite Pada Asphalt Concrete
Wearing Course (ACWC) Terhadap Nilai
Properties Marshall Dan Modulus
Kekakuan. Universitas Diponegoro.
Semarang.
[7] Putri, E. E. 2000. An Investigation into

Anda mungkin juga menyukai